1. INVESTASI 1.1 DEFINISI INVESTASI Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan sebagai penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memproleh keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu aset yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Menurut Sunariyah Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Investasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk konsumsi masa depan. Harapan pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan.
1.2 JENIS-JENIS INVESTASI Menurut Senduk (2004:24) bahwa produk-produk investasi yang tersedia di pasaran antara lain: a. Tabungan di bank Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan. b. Deposito di bank Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian). Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank. c. Saham Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain. d. Properti Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah. Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu : (a) Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa. (b) Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi. e. Barang-barang koleksi Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain- lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain. f. Emas Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri. g. Mata uang asing Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi. Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesiamenganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif. h. Obligasi Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya. i. Reksa dana Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah investor dimana uang didalamnya diinvestasikan ke dalam berbagai produk investasi oleh sebuah Perusahaan Manajemen Investasi.
1.3 BEBERAPA ALASAN MELAKUKAN INVESTASI a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan. b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran. c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan.
2. SAHAM 2.1 DEFENISI SAHAM Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodai membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan speculator. Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capitat gain dalam jangka panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain. Ada berbagai definisi saham yang telah dikemukakan oleh para ahli maupun berbagai buku-buku teks, antara lain: a) Menurut Gitman: Saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan. (Gitman:2000, 7) b) Menurut Bernstein: Saham adalah selembar kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian perusahaaan. (Bernstein:1995, 197) c) Menurut Mishkin: Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan. (Mishkin:2001, 4).
2.2 SEJARAH SAHAM Perusahaan pertama yang mengeluarkan saham diperkirakan adalah Stora Kopparberg pada abad 13. Stora adalah perusahaan terbuka tertua dan masih ada sampai sekarang. Awalnya dikenal dengna nama Stora Kopparberg, Perusahaan ini diijinkan oleh oleh King Magnus IV dari Swedia pada tahun 1347. Saham pertama perusahaan ini bahkan tercatat pada tahun 1288, dan kegiatan pertambangannya mungkin lebih jauh sebelumnya. Dengan menggunakan tahun mulai berdiri 1288, maka menjadikan Stora Kopparberg menjadi bisnis tertua yang ke 18 di dunia. Pada tahun 2000 perusahaan ini mendirikan Consolidated Papers, Inc di Amerika Serikat. Pada tahun 2000 Stora Enso dan AssoDomn membentuk joint company dengan nama Billerud AB, untuk memproduksi Kertas Pembungkus. Stora Enso Oyj (NYSE: SEO) adalah sebuah pabrik bubuk kertas dan kertas yang dimiliki oleh orang Finish-Swediais, yang dibentuk dari merger antasa perusahaan Swedia yang bergerak dibidang pertambangan dan perhutanan dengan nama Stora dan sebuah perusahaan Perhutanan dari Finnish bernama Enso-Gutzeit Oy pada tahun 1998. Perusahaan ini berkantor pusat di Helsinki, dan mempekerjakan sebanyak 46.000 karyawan. Pada tahun 2002 perusahaan ini adalah perusahaan bubuk kayu dan kertas terbesar kelima dalam hal pendapatan. Dan pada tahun 2005 perusahaan ini menjadi perusahaan pupuk kayu dan kertas terbesar di dunia dalam hal kapasitas produksi. Negara bagian Finnish adalah pemegang saham terbesar di perusahaan ini. Enso-Gutzeit Oy didirikan pada abad ke 19 di Norwegia dengan nama W. Gutzeit & Co. oleh Wilhelm Gutzeit, saudara tiri dari Benjamin Wegner seorang indutrialis. Anaknya Hans Gutzeit memindahkan perusahaannya ke Finlandia, dimana akhirnya menjadi perusahaan perhutanan terbesar di negara itu. Dari 1926 sampai dengan merger dengan Stora pada tahun 1998, perusahaan ini dikenal dengan nama Enso-Gutzeit Oy.
2.3 JENIS-JENIS SAHAM Dalam transaksi jual-beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas iinjuk. Selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stoks) dan saham preferen (preffered stocks). a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan jaminan untuk turut serta daiam pembagian laba daiam bentuk deviden, apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Menurut Dahlan Siamat (1995:385), ciri - ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut: 1) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. 2) Memiliki hak suara (one share one vote). 3) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. b. Saham Preferen (Preferred Stock) Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun ciri - eiri dari saham preferen menurut Dahlan Siamat (1995:385)adalah: 1) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden. 2) Tidak memiliki hak suara, 3) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus. 4) Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi. c. Saham Harta (Treasury Stock) Saham harta adalah saham yang dibeli kembali dari masyaratakat d. Saham Kelas Ganda (Dual Class Stock) Saham kelas ganda adalah saham yang memiliki beberapa kelas saham yang masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.
3. INVESTASI DALAM SAHAM 3.1 INVESTASI DALAM SAHAM Suatu perusahaan mengalami kelebihan dana lantaran usahanya mengalami boomimg atau mampu mencapai sasaran targetnya. Manajer keuangan sebagai orang yang mempunyai accountability di dalam mengatur lalu lintas dana perusahaan (cash flow) harus mampu mengoptimalkan penggunaan dana. Artinya jangan sampai ada dana yang menganggur (idle money). Sebab jika tidak maka perusahaan akan banyak mengalami kerugian. Perusahaan akan kehilangan banyak kesempatan dan peluang bisnis yang menguntungkan. Ada beberapa cara untuk memanfaatkan kelebihan dana sekalian mengais keuntungan, salah satunya melalui investasi dalam bentuk saham. Investasi dalam bentuk saham, atau biasa disebut investasi saham merupakan pembelian atau penyertaan atau kepemilikan saham perusahaan lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan lainnya. Keuntungan diperoleh dari bagian dividen yang dibagikan sesuai dengan penyertaan modal atau bagian sahamnya. Keuntungan lainnya bisa berupa control management yaitu hak menentukan kebijakan atas perusahaan yang dibeli. Control management diperoleh jika kepemilikan saham mencapai jumlah mayoritas. Perusahaan yang melakukan investasi saham disebut perusahaan induk (parent company), sedangkan perusahaan yang mengeluarkan saham disebut perusahaan anak (subsidiary company). Hubungan keduanya biasa disebut perusahaan yang berafiliasi (parent- subsidiary affiliation). Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk saham mempunyai maksud atau beberapa alasan, antara lain; untuk menebarkan resiko (risk spread), memperkokoh jaringan pasar, memperkuat distribusi, menjaga suplai bhan baku jika perusahaan yang dibeli merupakan penyuplai (suplier) bahan baku dan memperkuat manajemen.
3.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INVESTASI SAHAM 1. Keuntungan Investasi Saham a. Dividen Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa devien tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden stock yang artinya setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian di=eviden stock tersebut. b. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli, capital gainterbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham BUMI dengan harga per lembar Rp.5000 kemudian menjualnya dengan harga Rp.5500 per lembarnya, yang berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain. c. Saham Bonus Disamping 2 keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga di mungkinkan untuk mendapatkan Saham Bonus. Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham, agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana, misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.800 maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp.300 setiap sahamnya. 2. Kerugian Investasi Saham a. Tidak mendapat deviden Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untukmendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. b. Capital Loss Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor menjual sahamnya lebih rendah harganya dari harga belinya, dengan demikian investor mengalamicapital loss. Misalnya seorang investor membeli saham BUMI pada harga Rp.5000 per lembarnya, namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp.4500 per lembarnya, berarti investor tersebut mengalami kerugian sebesar Rp.500 per lembarnya, kerugian tersebut yang disebut capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang seorang investor untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka investor tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih rendah dari harga belinya, istilah ini dikenal dengan Cut Loss. c. Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemeganng saham akan mendapat posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada pemegang saham. d. Saham di delist dari bursa (delisting) Resiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist di bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang di delist keluar dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan yang melakukan Go Private tidak merugikan investor karena perusahaan penerbit saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yg diterbitkan. e. Saham di Suspend Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula.
Akuntansi memberikan batasan kuantitatif tingkat kepentingan kepemilikan dalam menentukan apakah suatu investasi dikatakan pasif, berpengaruh signifikan, atau mengendalikan. Tingkat kepemilikan kurang dari 20% diasumsikan sebagai investasi pasif, antara 20% sampai dengan 50% diasumsikan berpengaruh signifikan, dan di atas 50% dianggap mengendalikan (controlling interest). Meskipun demikan, asumsi tersebut harus dipahami sebagai asumsi awal (default assumption). Dalam praktik, akuntan harus memperhitungkan semua bukti untuk menentukan apakah investasi tergolong pasif, berpengaruh signifikan, atau mengendalikan. IAS 27 Consolidated and Separate Financial Statements, misalnya, memberikan panduan terkait kemungkinan adanya kendali (control) meskipun kepentingan kepemilikan kurang dari 50%. Di samping itu, hak suara potensial (potential voting rights) juga harus diperhitungkan. IASB mengatur pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, termasuk investasi dalam instrumen ekuitas (saham), di dalam IAS 39 Financial instruments Recognition and Measurement. Dengan demikian, perlakuan akuntansi untuk investasi yang tergolong pasif mengacu kepada standar ini. Sebagaimana dibahas pada post sebelumnya, jika sebuah perseroan mengendalikan sebuah kelompok usaha (group), IAS 27 Consolidated and Separate Financial Statementsmengharuskan pelaporan keuangan pada dua tingkatan. Pada tingkatan badan hukum, investor pengendali (disebut juga perusahaan induk parent) dan entitas-entitas lainnya di dalam group yang berbadan usaha perseroan diharuskan untuk menyusun laporan keuangan terpisah (separate financial statements). Di samping itu, perusahaan induk juga diharuskan mengkonsolidasikan laporan-laporan keuangan entitas- entitas yang berada di bawah kendalinya (dikenal dengan istilah perusahaan anak subsidiaries). Pada tingkatan badan hukum, laporan keuangan terpisah harus memperlakukan investasi dalam saham dengan metode kos (harga pokok) atau mengacu kepada IAS 39, terlepas dari apakah investasinya itu mengendalikan (controlling) atau berpengaruh signifikan (significant influence). Perlakuan yang berbeda harus diterapkan dalam laporan keuangan konsolidasi. Investasi dalam saham yang tergolong mengendalikan (investasi dalam perusahaan anak) harus dieliminasi atau dihilangkan dari laporan keuangan konsolidasi. Sebagai penggantinya, transaksi-transaksi dan saldo-saldo sejenis di dalam laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak digabungkan. Sementara itu, jika perusahaan induk juga memiliki investasi dalam saham yang tergolong berpengaruh signifikan (disebut juga investasi dalam perusahaan asosiasi), di dalam laporan keuangan konsolidasi, investasi ini harus deperlakukan dengan metode ekuitas (equity method). Tan & Lee (2009) menyajikan dua tingkatan pelaporan kelompok usaha (group) sebagaimana dalam tabel berikut: Laporan keuangan terpisah Laporan keuangan konsolidasi Investasi dalam perusahaan anak (jika perusahaan induk mengendalikan perusahaan anak) IAS 27 Investasi diperlakukan dengan: (1) Metode kos, atau (2) Mengacu kepada IAS 39, sebagai instrumen keuangan. IAS 27 Investasi dieliminasi dan asset netto perusahaan anak dikonsolidasi dengan asset netto perusahaan induk Investasi dalam perusahaan asosiasi (jika investor mempunyai pengaruh IAS 28 Investasi diperlakukan dengan: (1) Metode kos, atau IAS 27 Investasi diperlakukan dengan metode ekuitas signifikan terhadap investee) (2) Mengacu kepada IAS 39, sebagai instrumen keuangan
konsep dasar fair value / biaya dan metode ekuitas Akuntansi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengubah input (data-data transaksi) menjadi output (laporan keuangan) yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Suatu entitas akan menggunakan akuntansi untuk menunjukkan bahwa kondisi keuangannya layak untuk mendapatkan tambahan kredit, atau untuk menunjukkan bahwa entitas tersebut aman untuk dijadikan tempat berinvestasi. Suatu entitas juga akan menggunakan akuntansi untuk meninjau apakah pemasoknya masih layak, apakah entitas sudah mengalahkan pesaing, atau apakah strategi bisnis yang dicanangkannya sudah berhasil. Dalam konsep perekonomian saat ini, setiap entitas bebas untuk melakukan aktivitas ekonomi. Setiap entitas juga bebas untuk mengoptimalkan input dan proses untuk mendapatkan output. Prinsip ekonomi ini jika ditambah dengan sifat dasar manusia yaitu keserakahan (greed) akan menjadikan akuntansi sebagai alat untuk melakukan fraud. Sejak akuntansi pertama kali ditemukan, pelaporan keuangan telah diatur sedemikian rupa sehingga laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang benar-benar dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, akuntan menemukan banyak celah dalam pendekatan-pendekatan pelaporan keuangan yang telah ada, untuk melakukan fraud. Hal ini merupakan salah satu sebab munculnya pengaturan akuntansi baru yang berbasis prinsip yaitu IFRS. Dalam IFRS dikembangkanlah pendekatan-pendekatan baru dalam pelaporan keuangan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan. Misalnya, ditingkatkannya pengungkapan informasi kualitatif transaksi, pengaturan untuk pelaporan keuangan menggunakan pendekatan prinsip bukan lagi aturan, dihapusnya pos- pos luar biasa, penyajian laporan keuangan diubah untuk mencerminkan sifat laporan keuangan, dan penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar (fair value). Sebelum digunakannya International Financial Reporting Standards (IFRS), akuntansi menggunakan dasar kos historis (historical cost) untuk pengukuran transaksinya. Dalam konsep ini, pos-pos laporan keuangan diukur sebesar kos pada waktu terjadinya transaksi. Kos ini kemudian akan menjadi dasar pelaporan besarnya suatu pos untuk periode selanjutnya, selama pos tersebut masih dilaporkan. Keuntungan dari digunakannya pendekatan kos historis ini adalah, besarnya pos laporan keuangan dapat dibuktikan dengan mudah karena berdasarkan transaksi yang telah terjadi. Namun, ketika terjadi penurunan atau peningkatan nilai suatu pos di pasar (bisa jadi karena inflasi atau deflasi, atau karena kelangkaan produk, dan lain sebagainya), pos yang dilaporkan tidak akan mencerminkan nilai yang berubah ini. Misalnya, menggunakan kos historis suatu gedung dicatat sebesar Rp100.000.000 pada tahun pertama. Pada tahun kelima, nilainya menjadi Rp50.000.000 (asumsi digunakan depresiasi garis lurus untuk umur ekonomik 10 tahun). Karena peningkatan nilai strategis lingkungan, nilai gedung-gedung di lingkungan sekitar untuk perolehan di tahun yang sama, meningkat 5 kali lipat (berarti untuk gedung yang dimiliki menjadi sekitar 250 juta). Dalam hal ini, kos historis tidak mencerminkan nilai dari aset tetap pada saat pelaporan. Konsep ini bisa saja disanggah oleh para penganut kos historis (termasuk Amerika yang agak sulit untuk mau melakukan konvergensi dengan IFRS), karena peningkatan aset sebesar 250 juta tadi sebetulnya akan diakui jika gedung dijual pada saat itu. Namun pada kenyataanya gedung belum dijual (sesuai dengan konsep kos melekat), sehingga peningkatan nilai gedung karena nilai wajar(pasar)nya meningkat tidak bisa diakui, kecuali transaksi sudah terjadi. Tetapi, inilah keuntungan dan tujuan dari penggunaan nilai wajar. Suatu aset dan liabilitas yang dimiliki, dinilai berdasar seberapa bernilainya (worth) pos-pos dari elemen tersebut pada saat pelaporan. Seberapa bernilai ini artinya, entitas menampilkan nilai sesungguhnya dari entitas pada saat pelaporan, bukan nilai masa lalunya pada saat pelaporan. Apa sebetulnya nilai wajar itu, dan untuk mengukur apa? Nilai wajar didefinisikan dalam IFRS sebagai, the amount for which an asset could be exchanged between knowledgeable, willing parties in an arms length transaction. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur: 1. Satu aset 2. Sekelompok aset 3. Satu liabilitas 4. Sekelompok liabilitas 5. Konsiderasi bersih dari satu atau lebih aset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait 6. Satu segmen atau divisi dari sebuah entitas 7. Satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas 8. Satu keseluruhan entitas Yang dimaksud dengan pengukuran di atas bukan merupakan pengukuran awal. Untuk pengukuran awal (saat aset diakuisisi atau liabilitas muncul), entitas tetap menggunakan dasar kos pada saat terjadinya transaksi. Setelah pengukuran awal (biasa disebut sebagai pengukuran setelah pengukuran awal), yaitu saat pelaporan keuangan (dan untuk pelaporan seterusnya, selama aset masih dikuasai), entitas boleh memilih model kos (berdasar kos historis) atau model revaluasi (berdasar nilai wajar) untuk mengukur pos-pos laporan keuangannya. Dari definisinya, dapat disimpulkan bahwa nilai wajar diukur menggunakan dasar ketika aset (atau liabilitas) dapat ditukar, bukan ketika aset (liabilitas) benar-benar ditukar. Cara mengukur ketika aset (liabilitas) dapat ditukar adalah menggunakan: 1. Pendekatan Pasar. Dalam pendekatan ini, nilai wajar diukur berdasarkan harga pasar atau informasi relevan lain yang dihasilkan dari transaksi di pasar. Hal ini termasuk harga aset (liabilitas) sejenis yang ada di pasar, dan metode penilaian lain yang konsisten dengan pendekatan pasar. Urutan yang digunakan jika nilai wajar menggunakan pendekatan pasar adalah, pertama harga pasar aset (liabilitas) pada saat pelaporan, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas) maka menggunakan harga pasar aset (liabilitas) sejenis, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas) sejenis maka menggunakan model yang konsisten dengan pendekatan pasar (contohnya model matrix pricing, dll) 2. Pendekatan Penghasilan. Pendekatan ini menggunakan teknik penilaian untuk mengubah nilai masa depan (contohnya aliran kas atau laba) ke nilai kininya terdiskonto (discounted). Pengukuran nilai wajar dalam pendekatan ini menggunakan dasar nilai yang dilihat dari harapan pasar kini atas nilai aset (liabilitas) masa depan. Pendekatan ini termasuk menggunakan nilai kini (present value, option pricing). 3. Pendekatan Kos. Pendekatan kos disebut juga pendekatan kos pengganti kini (current replacement cost). Kos pengganti ini adalah jumlah yang diperlukan untuk menggantikan suatu aset. Pendekatan nilai wajar seperti yang ditunjukkan di atas memiliki banyak celah untuk dilakukannya fraud. Pertama, jika nilai wajar didasarkan pada harga pasar, maka akan ada kemungkinan bahwa harga pasar suatu aset ada dalam kisaran tertentu. Misalnya, mobil kijang tahun 1998 pada saat pelaporan di tahun 2002 harganya belum tentu sama antara satu penjual dengan penjual lain. Mobil kijang ini pasti akan ada dalam kisaran harga. Oleh karena itu, penilai harus menentukan harga pasar yang mana yang akan diambil untuk disajikan. Dalam hal ini, fraud untuk meningkatkan nilai aset dapat terjadi. Namun kembali lagi bahwa kisaran harga yang akan diambil seharusnya cukup wajar. Kemungkinan fraudkedua adalah, jika tidak tersedia pasar, maka penilai akan menggunakan model yang konsisten dengan pendekatan pasar. Penggunaan model untuk menentukan nilai wajar ini merupakan celah untuk dilakukannya fraud. Kemungkinan fraud ketiga adalah, jika pengukuran nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan, maka akan ada celah dalam melakukan perhitungan nilai harapan pasar masa kini atas nilai masa depannya. Kemungkinan keempat adalah, penentuan estimasi kos pengganti. Estimasi merupakan suatu hal yang sangat sulit ditentukan kebenarannya. Entitas maupun penilai dapat melakukan justifikasi atas dasar estimasi yang dilakukan. Hal ini merupakan suatu celah untuk dilakukannya fraud. Berbagai kemungkinan lain dapat terjadi dalam pengukuran nilai wajar. Hal ini dikarenakan nilai wajar tidak berdasarkan pada bukti historis, namun didasarkan pada seberapa bernilainya aset (liabilitas) pada saat pelaporan. Tidak adanya bukti historis ini (kecuali untuk pendekatan pasar yang observable), merupakan suatu celah untuk dilakukannyafraud. Entitas biasanya cenderung untuk meningkatkan nilai aset dan pendapatannya atau menurunkan nilai liabilitas dan biayanya. Oleh karena itu, penggunaan nilai wajar merupakan suatu tantangan baru bagi profesi jasa penilai dan auditor.
Akuntansi metode ekuitas pada dasarnya adalah akuntansi akrual untuk investasi ekuitas yang memungkinkan perusahaan investor menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan investi. Definisi pengaruh signifikan dijelaskan dalam APB Opinion No.18 paragraf 17 sebagai berikut: Dewan menyimpulkan bahwa akuntansi metode ekuitas untuk investasi pada saham biasa seharusnya digunakan oleh investor yang investasinya pada saham berhak suara memberikan kemampuan yang signifikan untuk mempengaruhi kebijakan operasi dan financial dari investi meskipun kepemilikannya atas saham berhak suara 50% atau kurang
Kemampuan untuk menggunakan pengaruh signifikan didasarkan pada tes kepemilikan 20% seperti yang dijelaskan oleh APB: Jika investor memiliki (baik langsung maupun tidak langsung) melalui anak perusahaan, 20% atau lebih dari hak suara pada perusahaan investi, maka investor dipandang mempunyai pengaruh signifikan atau jika investor memiliki (baik langsung maupun tidak langsung) melalui anak perusahaan, kurang dari 20% dari hak suara pada perusahaan investi, maka investor dipandang tidak mempunyai pengaruh signifikan, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. (Floyd A. Beams) Metode ekuitas didsarkan pada teori bahwa akuntansi untuk suatu investasi dalam sebuah perusahaan anak harus parallel dengan akuntansi perusahaan induk. Hubungan perusahaan induk dan anak tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam kepemilikan modal pada perusahaan anak memerlukan perlakukan atau penyesuaian pada perusahaan induk. Berdasarkan metode ekuitas, maka: 1. Investasi dicatat sebesar biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan, kerugian dan deviden. 2. Investor akan mencatat laba dari perusahaan investi, bila perusahaan investi memperoleh laba dan akun investasi akan bertambah. 3. Investor akan mencatat kerugian dari perusahaan investi, bila perusahaan investi menderita kerugian dan ini akan dicatat sebagai pengurang akun investasi. Dapat disimpulkan, bahwa bila memiliki investasi antara 20-50% saham biasa sebuah perusahaan, maka umumnya investor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atas kegiatan-kegiatan keuangan dan operasi perusahaan penerbit saham. Setiap akhir periode harga pokok tersebut akan disesuaikan dengan L/R yang diperoleh perusahaan penerbit saham. Deviden yang diterima dicatat sebagai pengurang saldo perkiraan investasi dalam saham. Jadi ekuitas perusahaan pemegang saham anak akan berubah akibat: 1. Adanya L/R yang diperoleh perusahaan anak. 2. Adanya pembagian deviden perusahaan anak. 3. Akibat penanaman modal baru. Dalam hal pencatatan investasi saham pada perusahaan anak, selalu diadakan penyesuaian terhadap adanya perubahan yang terjadi dalam perusahaan anak, sehingga rekening investasi saham senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi pada perusahaan anak, maka metode yang dipakai adalah metode ekuitas. Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham
Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham Yang dimaksud dengan persentase pemilikan saham adalah persentase jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang beredar. Persentase pemilikan saham dan metode pencatatannya adalah sbb: Persentase pemilikan : Metode Pencatatan : Kurang dari 20% Metode nilai wajar 20% sampai dengan 50% Metode akuitas
Metode Nilai wajar (Pemilikan kurang dari 20%) Persentase saham dalam perusahaan lain yang jumlahnya kurang dari 20% maka investor memandang investasi trsbt tidak dapat mempengaruhi perusahaan yang saham dimilikinya. Sistem akuntansi dalam saham yang persentase pemilikannya kurang dari 20% dapat dibedakan menjadi 2 bagian adalah a) Investasi saham tersedia untuk dijual (available for sale), b) Invetasi untuk dapat diperdagangkan (trading). Perlakuan akuntansi investasi untuk kepemilikan yang persentasenya kurang dari 20% akan menggunakan nilai wajar (fair value method), menurut PSAK no.50 diartikan jumlah yang dapat diperoleh dari pertukaran instrumen keuangan dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas,bukan karena paksaan atau dilikuidasi.lin dan penjualan tinggi (sangat sering dilakukan) dan investor memilikinya dalam rangka menapatkan laba dari perbedaan harga jangka pendek, maka investasi ini harus dikelompokkan dalam kelompok diperdagangkan dan dineraca disajikan dalam kelompok aktiva lancar. Menurut PSAK no 50, investasi yang masuk kelompok tersedia untuk dijual dapat disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar dalam neraca berdasarkan keputusan manajemen. Bila skala frekuensi pemb Saham dibuat laporan keuangan nilai wajar saham yang dimili oleh investor berbeda dengan harga perolehannya,maka perbedaan tersebut dicatat dalam rekening perusahaan laba atau rugi belum direalisasi.saldo rekening laba atau rugi tersebutbelum direalisasi yang berasal dari investasi saham dari kelompok diperdagangkan (trading) harus diakui sebagai laba.saldo rekening laba atau rugi yang belum direalisasi berasal dari invetasi saham dari kelompok tersedia untuk dijual (available for sale) harus dimasukkan kedalam komponen modal yang disajikan secara terpisah dan tidak boleh diakui sebagai laba samapi laba tersebut dapat direalisasi.berikut adalah pencatatan transaksi investasi dalam saham. Jurnal dibuat untuk mencatat investasi saham Jika pembelian saham secara tunai adalah : Tersedia untuk dijual Diperdagangkan Investasi saham tersedia utk dijual xx Invetasi saham diperdagangkan xx Kas xxx Kas x xx
Ketika investor memiliki kepentingan kepemilikan kurang dari 20%, maka dianggap investor memiliki pengaruh yang kecil ataupun tidak memiliki pengaruh terhadap pemilik saham (investee). Jika harga pasar tersedia, maka sekuritas ekuitas dinilai dan dilaporkan menggunakan metode nilai wajar (fair value method). Namun, apabila nilai pasar wajar tidak tersedia, makainvestasi dinilai dan dilaporkan sebesar kos perolehan (Cost Method). Metode nilai wajar mengharuskan perusahaan mengklasifikasi sekuritas ekuitas pada saat pemerolehan sebagai Sekuritas siap jual (Available for sale securities) ataupun Sekuritas Perdagangan (Trading securities). Sekuritas siap jual Contoh: Pada 3 November 2004 PT. Republik membeli saham biasa dari bebrapa perusahaan (kepemilikan <20%): Kos PT. Kasta 259.700 PT. Curut 317.500 PT. Regina 141.350 Kos total 718.550
Pada 3 Nov. 2004, PT. Republik mencatat: Available for sale securities 718.550 Interest revenue 718.550
Pada bulan desember, diketahui ketiga perusahaan memperoleh laba. Pada 6 Desember 2004, PT. Republik menerima deviden tunai Rp.4.200 atas investasinya di saham biasa PT. Curut: Cash 4.200 Dividend Revenue 4.200
Karena kepemilikan kurang dari 20%, maka PT. Republik hanya mencatat pendapatan bila perusahaan pemilik saham (investee) mengumumkan dividen.
Pada 31 desember 2004, portofolio sekuritas ekuitas siap jual PT. Republik menunjukkan kos dan nilai wajar berikut: Portofolio sekuritas ekuitas siap jual Per 31 Desember 2004 Investasi Kos Nilai wajar PT. Kasta 259.700 275.000 15.300 PT. Curut 317.500 304.000 (13.500) PT. Regina 141.350 104.000 (37.350) 718.550 683.000 (35.550) - Saldo (35.550) Untung (rugi) tidak terealisasi Saldo awal penyesuaian atas nilai wajar sekuritas
Penyesuaian yang dilakukan PT. Republik untuk menyesuaikan kos ke nilai wajar pada 31 desember 2004 adalah: Unrealized holding gain or loss-equity 35.550 Securities fair value adjustment 35.550
Untung atau rugi yang belum direalisasi atas sekuritas ekuitas (Unrealized holding gain or loss-equity) disajikan sebagai pengurang penghasilan (laba) komprehensif pada kelompok ekuitas pemegang saham (Stockholders equity)di neraca. Sedangkan akun penyesuaian atas nilai wajar sekuritas (securities fair value adjustment) diperlakukan sebagai pengurang investasi di neraca (akun kontra/contra account)
Pada tanggal 23 januari 2005, PT. Republik menjual seluruh sekurits PT. Kasta Rp. 287.220. Perhitungan untung/rugi atas penjualan saham: Hasil penjualan 287.220 Kos saham PT.Kasta 259.700 Untung dari penjualan saham 27.520 PT. Republik mencatat penjualan, 23 January 2005, sebagai berikut: Cash 287.220 Available for sale securities 259.700 Gain on sale of stock 27520
Sekuritas perdagangan (Trading securities) Perlakuan untuk sekuritas perdagangan dengan sekuritas siap jual hamper sama, kecuali pada penyesuaian kos ke nilai wajar. Pada sekuritas perdagangan untung atau rugi karena kos dibawah atau diatas nilai wajar diperlakukan sebagai pengurang penghasilan.
Metode ekuitas (Persentase pemilikan 20% sampai dengan 50%) Pemegang saham yang kepemilikannya sebesar 20% sampai dengan 50% dari seluruh jumlah saham beredar akan mencatat akan mencatat investasinya dengan metode ekuitas (equity method). PSAK no.15 menyatakan bahwa metode ekuitas adalah metode akuntansi yang mencatat investasi saham sebesar harga perolehannya dan selanjutnya menyesuaikan dengan perubahan dalam bagian kepemilikan investor atas aktiva bersih perusahaan yang terjadi setelah perolehan.setiap periode akuntansi harga pokok surat berharga harus disesuaikan dengan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan investee sebanding dengan persentase pemilikannya.dividen yang diterima dicatat mengurangi saldo rekening investasi saham. Pada akhir periode tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian bila harga perolehan berbeda dengan nilai wajarnya. Perolehan saham Seperti kepemilikan saham kurang dari 20%, saham dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti dibeli tunai, melalui tukar menukar, atau dibeli secara lumpsum. Penerimaan Dividen Investor memiliki saham 20% sampai dengan 50% akan mencatat dividen yang diterimanya sebagai pengurang rekening investasi saham. Penyesuain Akhir Tahun Apabila pada akhir tahun terdapat perbedaan antara nilai wajar dengan harga perolehannya, dalam metode ekuitas tidak diperlukan jurnal penyesuaian. Kepemilikan saham antara 20% dan 50% saham entitas lainnya, suatu entitas dapat dianggap memiliki pengaruh yang signifikan. Pengaruh yang signifikan merupakan kemampuan untuk melakukan pengaruh pada suatu entitas (investee) terkait dengan: 1. Menetapkan wakil pada dewan direktur 2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan 3. Transaksi antar perusahaan 4. Perubahan-perubahan atas personil-personil manajerial, atau 5. ketergantungan teknologi Apabila kepemilikan antara 20% dan 50% maka investor dianggap mampu melakukan pengaryh pada investee dan investor harus mencatat penyertaan dengan metode ekuitas. Perbandingan metode nilai wajar dengan metode ekuitas 3 january 2005, PT. Manise membeli saham PT. Baebae sebanyak 50. 000 lembar dengan harga Rp.1.000/lembar.. Pada 31 desember 2005 PT. Baebae mengumumkan laba Rp. 15.000.000. Pada 31 Desember, nilai pasar wajar saham PT. Baebae Rp. 1.100/lembar. Pada 15 januari 2006, PT. Baebae mengumukan dividen tunai dan membayar Rp. 300.000. Pada tahun 2006, PT. Baebae menderita rugi Rp.10.000.000.
available for sale securities 50.000.000 Investment in Baebae,Co 50.000.000 Cash 50.000.000 Cash 50.000.000 No Journal entry Investment in Baebae,Co 4.500.000 Investment Revenue 4.500.000 Securities fair value adjustment 5.000.000 No journal entry Unrealized holding gain & loss 5.000.000 Cash 300.000 Cash 300.000 Dividend Revenue 300.000 Investment in Baebae,Co 300.000 No journal entry Loss on investment 3.000.000 Investment in Baebae Co. 3.000.000 31 Desember 2006, PT. Baebae mengumumkan rugi Rp.10,000,000 Metode Ekuitas (misal kepemilikan 30%) Metode Nilai Pasar Wajar (misal kepemilikan 15%) 3 January 2005 31 desember 2005, mengumumkan laba 31 Desember 2005, menyesuaikan nilai pasar 15 Januari 2006, mengumumkan dan membayar dividen tunai
KEPEMILIKAN MELEBIHI 50% Apabila kepemilikan saham melebihi 50%, maka investor telah memiliki hak pengendalian pada investee. Perusahaan investor disebut sebagai perusahaan induk (Parent Company) dan Investee merupakan perusahaan anak (subsidiary). Ketika kepemilikan mencapai 50% maka perusahaan induk wajib menyusun laporan keuangan , konsolidasi, sedangkan perusahaan induk tetap mencatat investasi dengan metode ekuitas. Penyusunan laporan keuangan konsolidasi dibahas pada akuntansi keuangan lanjutan.
PENYAJIAN INVESTASI DI NERACA 1. Sekuritas perdagangan disajikan sebagai aktiva lancar 2. Sekuritas hutang yang ditahan sampai jatuh tempo (held to maturity) diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar tergantung tanggal jatuh tempo masing-masing sekuritas. 3. Sekuritas hutang siap jual (available for sale) dikalsifikasi sebagai aktiva lancar atau non lancar tergantung tanggal jatuh tempo dan kapan akan dijual. 4. Sekuritas ekuitas dikatakan sekuritas siap jual harus diklasifikasi lancar jika sekuritas ekuitas siap untuk digunakan dalam perode operasi saat ini.
1. Konsep Metode Cost dan Equity Dua metode dasar akuntansi untuk investasi saham biasa tidak lancar yang umum digunakan adalah metode biaya dan metode ekuitas. Kedua metode ini dijelaskan dalam PSAK No. 15 Akuntansi untuk Investasi dalam perusahaan Asosiasi Konsep yang Mendasari Metode Cost dan Equity Metode Cost investasi dalam saham biasa dicatat pada biayanya, dan dividen dari laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen. Metode Equity akuntansi akrual untuk investasi ekuitas yang memungkinkan perusahaan investor menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan investee. Investasi dicatat pada biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian dan dividen. Perusahaan investor melaporkan bagian miliknya yang menjadi keuntungan perusahaan investee sebagai pendapatan investasi dan bagian beban dari kerugian perusahaan investi sebagai kerugian investasi. Investasi dalam saham berhak suara yang memberikan kemampuan bagi investor untuk menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan keuangan dan operasi perusahaan investi harus dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas. Definisi (pengaruh signifikan) dijelaskan dalam PSAK No. 15 paragraf 03 dan 04 sebagai berikut Metode ekuitas Metode cost Konsolidasi Jika investor mempunyai 20% hak suara pada perusahaan investee investor dipandang mempunyai pengaruh signifikan. jika investor mempunyai < 20% hak suara dianggap investor tidak memiliki pengaruh signifikan. jika investor punya 50% hak suara penggabungan usaha
2. Akuntansi Untuk Investasi dalam Saham Akuntansi untuk Investasi Berdasarkan Metode Biaya dan Ekuitas Ilustrasi : PT Putra memperoleh 4.000 lembar saham dari 10.000 lembar saham beredar PT Sasa dengan nilai nominal Rp 50.000 per saham pada tanggal 1 Juli, sama dengan nilai buku dan nilai wajar aktiva bersih PT Sasa. Laba bersih PT Sasa untuk seluruh tahun Rp 100.000.000 dan dividen sebesar Rp 40.000.0000 dibayar pada tanggal 1 November. Jika ada bukti ketidakmampuan menggunakan pengaruh yang signifikan, PT Putra seharusnya menerapkan metode biaya. Jika sebaliknya, maka metode ekuitaslah yang diterapkan. Akuntansi oleh PT Putra berdasarkan kedua metode adalah sebagai berikut :
Konsekuensi Ekonomis Penggunaan Metode Biaya dan Ekuitas Penggunaan metode akuntansi yang berbeda (metode biaya dan ekuitas) menghasilkan perbedaan jumlah investasi yang terlihat pada neraca perusahaan investor dan perbedaan jumlah pendapatan pada laporan laba rugi. Apabila investor dapat mempengaruhi atau mengendalikan operasi perusahaan investasi secara signifikan, termasuk pengumuman dividen, penggunaan metode biaya tidak dapat diterima. Dengan mempengaruhi atau mengendalikan keputusan dividen perusahaan investi, perusahaan investor dapat dapat memanipulasi pendapatan investasinya.
Akuntansi Metode Ekuitas Konsolidasi Satu Baris Akuntansi metode ekuitas sering disebut dengan konsolidasi satu baris (one line consolidation). Disebut konsolidasi satu baris karena investasi dilaporkan sebagai jumlah tunggal dalam neraca perusahaan investor dan pendapatan investasi dilaporkan sebagai jumlah tunggal dalam laporan laba rugi (kecuali perusahaan investi mempunyai pos-pos luar biasa/extraordinary atau pos-pos lain sesudah operasi normal/below the line yang memerlukan pengungkapan terpisah). Konsolidasi satu baris juga berarti bahwa pendapatan perusahaan induk/investor dan ekuitas pemegang saham adalah sama, apabila perusahaan anak/investasi dipertanggungjawabkan melalui penerapan yang lengkap dan benar dari metode ekuitas seperti saat laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak dikonsolidasikan.
3. Akuntansi Metode Ekuitas Investasi Ekuitas dalam Akuisisi PT Parma membeli 30% saham biasa berhak suara PT Sanur pada tanggal 1 Januari 2007 dari para pemegang saham dengan kas sebesar RP 4.000.000.000 ditambah dengan 400.000 lembar saham biasa PT Parma dengan nilai nominal Rp 10.000 dan nilai pasar Rp 15.000 per lembar saham. Tambahan biaya kepemilikan ekuitas sebesar Rp 100.000.000 untuk pencatatan saham dan Rp 200.000.000 untuk biaya konsultasi dan penasihat. Kejadian ini akan dicatat oleh PT Parma dengan ayat jurnal sebagai berikut :
Kelebihan Nilai Buku yang Diperoleh Terhadap Biaya Investasi Informasi tentang aktiva dan kewajiban PT Sanur pada saat pembelian penting, karena akuntansi selanjutnya berdasarkan metode ekuitas. Anggaplah bahwa informasi tentang fair value dan book value untuk PT Sanur pada tanggal 31 Desember 20x3 :
Akuntansi untuk Kelebihan Biaya Investasi Terhadap Nilai Buku yang Diperoleh
PT Pana membuat ayat jurnal berikut ini berdasarkan konsolidasi satu baris untuk mencatat dividen dan pendapatan dari PT Sanur :
Kelebihan Nilai Buku yang Diperoleh Terhadap Biaya Investasi Ilustrasi, PT Panda membeli 50% saham biasa berhak suara PT Tania pada tanggal 1 Januari 20x5 sebesar Rp 80.000.000. Ringkasan perubahan akun ekuitas pemegang saham PT Tania selama tahun 20x5 adalah sebagai berikut :
Perbedaan antara nilai buku yang diperoleh dan biaya investasi adalah sebagai berikut :
Ayat jurnal akun investasi PT Panda pada PT Tania selama tahun 20x5 adalah sebagai berikut :
Goodwill Negatif Asumsikan bahwa PT Panda juga memperoleh 25% kepemilikan pada PT Sita dengan harga Rp 220.000.000 pada tanggal 1 Januari 20x5, dimana aktiva bersih PT Sita pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut:
Ayat jurnal PT Panda atas investasi PT Sita selama tahun 20x5 adalah sebagai berikut :
4. Ilustrasi Komparatif Metode Ekuitas dan Metode Cost Perbandingan Komprehensif Metode Biaya dan Ekuitas
pencatatan dengan metode equitas Pencatatan dengan Metode Ekuitas 1. Laba perusahaan anak Investasi saham perusahaan anak xxx Laba-rugi xxx (% kepemilikan x laba perusahaan anak)
2. Rugi perusahaan anak Laba-rugi xxx Investasi saham perusahaan anak xxx (% kepemilikan x rugi perusahaan anak)
3. Dividen perusahaan anak Piutang dividen/kas xxx Investasi saham perusahaan anak xxx (% kepemilikan x dividen perusahaan anak)
Pencatatan dengan Metode Biaya 1. Laba perusahaan anak Tidak dijurnal
2. Rugi perusahaan anak Tidak dijurnal
3. Dividen perusahaan anak Piutang dividen/kas xxx Pendapatan dividen xxx (% kepemilikan x dividen perusahaan anak)
Metode Ekuitas Satu perusahaan anak dalam beberapa periode Berikut adalah neraca PT. A dan PT. B per 31 Desember 2001 (sesaat setelah penguasaan 75% saham beredar PT. B oleh PT. A), 2002 dan 2003 (dalam ribuan) :
Rekening 2001 2002 2003 PT.A PT. B PT. A PT. B PT. A PT. B Investasi pd PT.B 140 - 155 - 147,5 - Aktiva 300 250 345 280 382,5 260 Total Aktiva 440 250 500 280 530 260 Utang 180 90 170 100 160 90 Modal Saham 200 100 200 100 200 100 Agio Saham 20 10 20 10 20 10 Laba ditahan 40 50 110 70 150 60 Total Utang & 440 250 500 280 530 260 Modal
Transaksi yang berhubungan dengan investasi saham adalah sebagai berikut : 1. Tanggal 05/12/2002 PT.B mengumumkan dividen kas Rp. 30.000 2. Tanggal 20/12/2002 PT.B membayar dividen kas 3. Tanggal 31/12/2002 PT.B melaporkan laba tahun 2002 Rp. 50.000 4. Tanggal 31/12/2003 PT.B melaporkan rugi tahun 2003 Rp. 10.000 Selisih Lebih antara HP-NB diakui sebagai goodwill (amortisasi 20 tahun)
Selisih HP-NB 2001 HP Rp. 140.000 NB 75% x (250-90) Rp. 120.000 Goodwill Rp. 20.000
2002 HP Rp. 155.000 NB 75% x (280-100) Rp. 135.000 Goodwill Rp. 20.000
Jurnal 05/12/2002 Piutang Dividen Rp. 22.500 Investasi Saham PT. B Rp. 22.500 (75% x dividen PT. B Rp. 30.000)
20/12/2002 Kas Rp. 22.500 Piutang dividen Rp. 22.500 (75% x dividen PT. B Rp. 30.000)
31/12/2002 Investasi Saham PT. B Rp. 37.500 Laba Rugi Rp. 37.500 (75% x laba PT. B Rp. 50.000)
31/12/2003 Laba rugi Rp. 7.500 Investasi Saham PT. B Rp. 7.500 (75% x rugi PT. B Rp. 10.000)
Perubahan Investasi Saham pada PT. B Investasi per 31/12/2001 Rp. 144.000 Dividen (Rp. 22.500) Laba Rp. 37.500 Rp. 15.000 Investasi per 31/12/2002 Rp. 155.000 Rugi Rp. 7.500 Investasi per 31/12/2003 Rp. 147.500
PT. A dan Perusahaan Anak PT. B Worksheet Konsolidasi 31 Desember 2001 Rekening PT.A PT.B Eliminasi NK D K D K Investasi pd PT.B 140 140 Goodwill 20 20 Aktiva 300 250 550 Total Aktiva 440 250 Utang 180 90 270 PT.A Modal Saham 200 200 Agio Saham 20 20 Laba Ditahan 40 40
PT. A dan Perusahaan Anak PT. B Neraca Konsolidasi 31 Desember 2001 Aktiva 550.000 Utang 270.000 Goodwill 20.000 Modal : Minority (PT.B): Modal Saham 25.000 Agio Saham 2.500 Laba ditahan 12.500 40.000 Mayority (PT.A): Modal Saham 200.000 Agio Saham 20.000 Laba ditahan 40.000 260.000 Total Aktiva 570.000 Total Utang&Modal 570.000
PT. A dan Perusahaan Anak PT. B Worksheet Konsolidasi 31 Desember 2002 Rekening PT.A PT.B Eliminasi NK D K D K Investasi pd PT.B 155 155 Goodwill 20 1 19 Aktiva 345 280 625 Total Aktiva 500 280 Utang 170 100 270 PT.A Modal Saham 200 200 Agio Saham 20 20 Laba Ditahan 110 1 109
PT. A dan Perusahaan Anak PT. B Neraca Konsolidasi 31 Desember 2002 Aktiva 625.000 Utang 270.000 Goodwill 19.000 Modal : Minority (PT.B): Modal Saham 25.000 Agio Saham 2.500 Laba ditahan 17.500 45.000 Mayority (PT.A): Modal Saham 200.000 Agio Saham 20.000 Laba ditahan 109.000 329.000 Total Aktiva 644.000 Total Utang&Modal 644.000
PT. A dan Perusahaan Anak PT. B Worksheet Konsolidasi 31 Desember 2003 Rekening PT.A PT.B Eliminasi NK D K D K Investasi pd PT.B 147,5 147,5 Goodwill 20 2 18 Aktiva 382,5 260 642,5 Total Aktiva 530 260 Utang 160 90 250 PT.A Modal Saham 200 200 Agio Saham 20 20 Laba Ditahan 150 2 148
PT. A dan Perusahaan Anak PT. B Neraca Konsolidasi 31 Desember 2003 Aktiva 642.500 Utang 250.000 Goodwill 18.000 Modal : Minority (PT.B): Modal Saham 25.000 Agio Saham 2.500 Laba ditahan 15.000 42.500 Mayority (PT.A): Modal Saham 200.000 Agio Saham 20.000 Laba ditahan 148.000 368.000 Total Aktiva 660.500 Total Utang&Modal 660.500
Dua Perusahaan Anak dalam Satu Periode Pada tahun 2000 PT. A membeli secara tunai saham beredar dua perusahaan sbb : Tanggal 30/06/2000 membeli 2.250 saham PT. B Rp. 267.500 Tanggal 30/09/2000 membeli 3.200 saham PT. C Rp. 328.000
Neraca PT. A, PT. B dan PT. C per 31 Desember 2001 adalah sebagai berikut :
Dalam piutang wesel PT.C dan utang wesel PT.B tersebut termasuk Rp. 30.000 utang piutang antara PT.B dan PT.C. Dalam piutang sewa PT.A dan utang wesel PT.C tersebut termasuk Rp. 10.000 utang piutang antara PT.A dan PT.C.
Selisih HP-NB saham PT.B Saat perolehan HP Rp. 267.500 NB MS = 75% x Rp. 300.000 Rp. 225.000 LYD 1999 = 75% x Rp. 60.000 Rp. 45.000 Rugi 2000 = 75% x 6/12 x (Rp. 60.000) (Rp. 22.500) Rp. 247.500 Selisih lebih Rp. 20.000 Kenaikan peralatan Rp. 10.000 Goodwill Rp. 10.000
Per 31/12/2001 HP Rp. 215.000 NB MS = 75% x Rp. 300.000 Rp. 225.000 LYD 2001 = 75% x (Rp. 40.000) (Rp. 30.000) Rp. 195.000 Selisih lebih Rp. 20.000 Kenaikan peralatan Rp. 10.000 Goodwill Rp. 10.000
Selisih HP-NB saham PT.C Saat perolehan HP Rp. 328.000 NB MS = 80% x Rp. 400.000 Rp. 225.000 LYD 1999 = 80% x (Rp. 40.000) (Rp. 32.000) Laba 2000 = 80% x 9/12 x Rp. 100.000 Rp. 60.000 Rp. 348.000 Penurunan nilai gedung (Rp. 20.000)
Per 31/12/2001 HP Rp. 380.000 NB MS = 80% x Rp. 400.000 Rp. 320.000 LYD 2001 = 80% x Rp. 100.000 Rp. 80.000 Rp. 400.000 Penurunan nilai gedung (Rp. 20.000)
Jurnal 30/06/2000 Investasi saham PT. B 267.500 Kas 267.500 30/09/2000 Investasi saham PT. C 328.000 Kas 328.000 20/12/2000 Piutang Dividen 40.000 Investasi saham PT. C 40.000 31/12/2000 Laba Rugi 22.500 Investasi saham PT. B 22.500 Investasi saham PT. C 20.000 Laba Rugi 20.000 10/01/2001 Kas 40.000 Piutang Dividen 40.000 20/12/2001 Piutang Dividen 40.000 Investasi saham PT. C 40.000 31/12/2001 Laba Rugi 30.000 Investasi saham PT. B 30.000 Investasi saham PT. B 112.000 Laba Rugi 112.000
Perubahan Investasi PT.B, PT.C dan LYD PT.A
Investasi PT.B Investasi PT.C LYD PT.A Saldo 31/12/1999 140.000 Perolehan 30/06/2000 267.500 Perolehan 30/09/2000 328.000 Dividen Kas 20/12/2000 PT. C (40.000) PT.A (80.000) Laba Rugi 2000 PT.A 190.500 PT.B (22.500) (22.500) PT.C 20.000 20.000 Dividen Kas 20/12/2001 PT. C (40.000) PT.A (80.000) Laba Rugi 2001 PT.A 200.000 PT.B (30.000) (30.000) PT.C 112.000 112.000 Saldo per 31/12/2001 215.000 380.000 450.000
PT. A dan Perusahaan Anak PT. B dan PT.C Neraca Konsolidasi 31 Desember 2001 Kas 210.000 Utang Wesel 260.000 Piutang Wesel 270.000 Utang Dividen 90.000 Piutang Sewa 15.000 Utang Lain-lain 750.000 Peralatan 660.000 Gedung 480.000 Modal : Akumulasi Depresiasi (848.000) Minority (PT.B): Goodwill 8.500 Modal Saham 75.000 Aktiva Lain-lain 1.620.000 Laba ditahan (10.000) 65.000 Minority (PT.C): Modal Saham 80.000 Laba ditahan 20.000 100.000 Mayority (PT.A): Modal Saham 700.000 Laba ditahan 450.500 1.150.500
Total Aktiva
2.415.500 Total Utang&Modal
2.415.500
pengujian penurunan goodwill
Dalam bisnis, goodwill mengacu kepada aktiva tak berwujud milik sebuah perusahaan yang tercipta dari faktor - faktor yang menguntungkan seperti lokasi, kualitas produk, reputasi, dan keahlian manajerial.Goodwill memungkinkan sebuah perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi yang seringkali melebihi tingkat pengembalian normal perusahaan lainnya dalam bisnis yang sama. Prinsip - prinsip akuntansi yang diterima umum membolehkan pencatatan goodwill dalam akun hanya jika goodwill tersebut ditentukan secara objektif oleh transaksi.Sebuah contoh transaksi yang membolehkan pencatatan goodwill adalah pembelian atau penjualan perusahaan.Goodwill harus diamortisasi selama estimasi umur manfaatnya, yang tidak boleh melebihi 40 tahun. Goodwill adalah salah satu unsur dari urusan perusahaan,yang termasuk dalam kelompok benda bergerak tak bertubuh atau benda immateriel .Goodwill itu baru ada pada perusahaan yang berkembang baik, sehingga mendapat laba atau biasa disebut perusahaan yang mempunyai goodwill. Mr.SJ. Fockema Andrea (dalam buku Rechtsgelereed Handwoorenboek) menyatakan goodwill adalah suatu benda ekonomis yang tak bertubuh, yang terjadi pada antara perusahaan dengan para langganan dan kemungkinan perkembangan yang akan datang. Goodwill dapat dipindah tangankan bersama dengan urusan perusahaan dan menjelma dalam balance sebagai laba/keuntungan dan bukan bentuk kerugian.Membahas goodwill adalah membicarakan kemajuan perusahaan. Goodwill suatu perusahaan terjadi sebagai akibat dari adanya hubungan baik, management baik, cara mengatur jalannya perusahaan yang sistematis dan efisien, pemilihan tempat penjualan strategis, pemasangan iklan yang tepat dan menarik pelanggan, pemilihan bahan dasar yang tepat, baik dan murah, hasil produksi baik, memenuhi selera konsumen dan harga murah, pelayan perusahaan yang menarik para pembeli dan lain - lain, semedikian rupa sehingga perusahaan dapat menarik laba yang banyak. perusahaan yang memiliki goodwill dapat dipindah tangankan dengan harga yang tinggi, memperoleh untung banyak, dan sahamnya dapat dijual dengan harga yang tinggi pula pada bursa saham.
II. Perlakuan Akuntansi Goodwill yang berlaku di Indonesia untuk saat ini Perlakuan goodwill menggunakan pendekatan kapitalisasi - amortisasi untuk pencatatan goodwill.Sebagai aktiva, goodwill harus diamortisasi selama perioda kemanfaatannya.Goodwill diamortisasi dan dibukukan sebagai beban secara sistematis selama manfaatnya.Mengenai perioda amortisasi goodwill dan metoda apa yang harus digunakan dijelaskan dala PSAK No. 22 Paragraf 39 berikut ini: Goodwill harus diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya.Dalam mengamortisasi harus digunakan metoda garis lurus, kecuali terdapat metoda lain yang dianggap lebih tepat pada keadaan tertentu.Periode amortisasi goodwill tidak boleh lebih dari lima tahun, kecuali periode yang lebih panjang tetapi tidak lebih dari 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar yang tepat. Selain menggunakan pendekatan kapitalisasi - amortisasi, standar ini juga mengharuskan adanya pengujian penurunan (impairment) nilai terhadap nilai saldo goodwill yang belum diamortisasi setiap tanggal neraca.Penurunan nilai goodwill tersebut harus diakuki beban pada periode yang bersangkutan.Hal ini di jelaskan dalam PSAK No.22 paragraf 44 dan 45 berikut ini. 44 saldo yang belum diamortisasi harus dievaluasi setiap tanggal neraca, dan apabila terdapat indikasi bahwa jumlah tersebut tidak dapat sepenuhnya atau sebagian di pulihkan (recovered) dari ekspektasi manfaat keekonomian dimasa yang akan datang, maka bagian jumlah yang tidak dipulihkan tersebut tanggung jawab sebagai beban pada periode yang bersangkutan.Setiap penurunan nilai (write - down) tidak boleh dinaikkan (write - up) kembali pada periode selanjutnya. 45 Penurunan (impairment) nilai goodwill dapat disebabkan berbagai faktor seperti trend ekonomi yang tak menguntungkan, perubahan situasi persaingan dan hukum, dan peraturan perundangan.Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penurunan jumlah arus kas yang dihasilkan.Dalam keadaan tersebut, saldo goodwill segera diturunkan (write - down) dan diakui sebagai beban.
III. Perlakuan Goodwill Fersi IFRS Dalam perkembangan akuntansi dewasa ini sangat cepat dalam praktek maupun teori.Sejalan dengan perkembangan tersebut bahwa tidak jauh dari pengaruh kondisi ekonomi, sosial, politik dan budaya di suatu tempat tersebut.Salah satu pelaporan keuangan yang berlaku baik dikalangan ekonomi maupun dunia bisnis yang cakupannya internasional. Goodwill adalah kelebihan - kelebihan, keistimewaan yang dimiliki perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain.Kelebihan/keistimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis dan lain - lain. IFRS mensyaratkan suatu perusahaan untuk menaati setiap standar efektif pada tanggal pelaporan atas laporan keuangan yang pertama sesuai dengan IFRS.Dengan memastikan perkecualian (exaption) dan pengecualian (exemtion) tertentu, IFRS harus diterapkan secara retrospektif.Oleh karenanya, jumlah komparatif termasuk neraca awal untuk periode komparatif, harusnya dinilai ulang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum (generally accepted accounting principles - GAAP) ke IFRS.Neraca IFRS awal pada tanggal transaksi seharusnya mengakui semua aktiva dan kewajiban yang pengakuannya tidak diperkenankan oleh IFRS.Terkait dengan penggabungan usaha dan goodwill yang dihasilkan, jika penggabungan usaha sebelum tanggal transaksi tidak dinilai ulang, maka : Goodwill akibat pembelian kontingen tertentu yang terjadi sebelum tanggal transisi harus dilakukan penyesuaian. Setiap aktiva tidak terwujud yang diperoleh tidak berdasarkan IFRS (yang tidak memenuhi syarat sebagai goodwill) harus diklasifikasi ulang Uji penurunan nilai harus dilakukan untuk goodwill serta goodwill yang negatif yang ada harus dikreditkan terhadap ekuitas
Pada aktiva tidak berwujud (Intengible asset) jumlah beriut ini dapat digunakan sebagai nilai terpilih, dengan syarat terdapat pasar yang aktif untuk aktiva tersebut yaitu nilai pasar pada tanggal transaksi atau penilaian ulang pada tanggal sebelum transisi, jika penilaian ulang secara umum dapat diperbandingkan dengan nilai wajar atau biaya yang didepresiasikan yang disesuaikan dengan indeks harga umum atau khusus.Untuk nilai wajar untuk suatu peristiwa, jika nilai wajar telah digunakan untuk sebagian atai seluruh aktiva dan keajiban berdasarkan GAAP sebelumnya, maka nilai wajar ini dapat digunakan sebagai "nilai terpilih", IFRS pada tanggal pengukuran.Goodwill harus diuji untuk penurunan nilainya setiap tahun serta goodwill tidak boleh diamortisasi. Selama bertahun - tahun goodwill menjadi salah satu topik yang menjadi kontroversial dalam akuntansi.Goodwill tidak dapat dinilai secara langsung.Nilainya secara umum ditentukan melalui penilaian yang didasarkan pada asumsi penilai.Masalah pengakuan goodwill mendapat pendukung dan penentang dikalangan kaum profesional.Pendukung pengakuan goodwill menekankan bahwa goodwill merupakan "nilai tekini atas pengembalian lebih yang dapat dihasilkan oleh perusahaan.Kelompok ini mengatakan bahwa menentukan nilai kini atas kelebihan pengembalian merupakan analogi terhadap nilai menentukan kini atas arus kas masa depan yang tekait dengan aktiva dan proyek lainnya.Penentang pengakuan goodwill mengatakan bahwa harga yang dibayarkan untuk mengakuisisi seringkali ternyata didasarkan pada ekspektasi/harapan yang tidak realistis, sehingga mengakibatkan penghapusan goodwill dimasa depan.
IV. Perlakuan Akuntansi Goodwill di Masing - Masing Negara Standar akuntansi di Inggris Raya membolehkan perusahaan menggunakan penilai untuk menentukan nilai pasar wajar atas asset tetapnya dan hal tersebut tidak boleh dilakukan di Amerika. Standar akuntansi di Meksiko memperbolehkan perusahaan untuk menyesuaikan nilai persediaannya terhadap laju inflasi, dan kebanyakan negara lain melarang hal tersebut. Standar akuntansi di Amerika Serikat memperbolehkan goodwill diamortisasi dan dijadikan beban hanya jika goodwill tersebut mengalami penurunan nilai, sedangkan di beberapa negara lain goodwill dapat diamortisasi dengan periode yang berbeda - beda. Standar akuntansi di Australia (Australian Accounting Standards 18), bahwa goodwill yang dihasilkan dari proses akuisisi harus dikapitalisasi dan diamortisasi secara sistematik selama periode yang tidak boleh lebih dari 20 tahun
kumpulan soal investasi dalam saham
1. Pada tanggal 2 Januari 2012, PT X membeli 40% saham yang beredar PT Y. PT Y melaporkan laba bersih sebesar Rp 725.000.000 dan mengumumkan deviden sebesar Rp 205.000.000 selama tahun 2012. Berapakah jumlah penyesuaian yang akan dilakukan oleh PT X terhadap investasinya pada saham PT Y dengan metode ekuitas? Investasi dalam saham PT Y 4,000,000,000
Kas
4,000,000,000
Perhitungan :
dimisalkan 40% dari seluruh saham PT Y adalah Rp 4.000.000.000
Investasi dalam saham PT Y 290,000,000
Laba dari saham PT Y
290,000,000
Perhitungan :
40% (Rp 725.000.000) = Rp 290.000.000
Piutang deviden 82,000,000
Investasi dalam saham PT Y
82,000,000
Perhitungan :
40% (Rp 205.000.000) = Rp 82.000.000
2. Pada tanggal 2 Januari 2012, PT A membeli 25% saham yang beredar PT B. PT B melaporkan rugi bersih sebesar Rp 250.000.000 dan mengumumkan deviden sebesar Rp 40.000.000 selama tahun 2012. Berapa jumlah penyesuaian yang aka dilakukan oleh PT A terhadap investasinya pada saham PT B dengan metode ekuitas?
Investasi dalam saham PT B 2,500,000,000
Kas
2,500,000,000
Perhitungan :
Dimisalkan 25% dari seluruh saham PT B adalah Rp 2.500.000.000
Rugi dari saham PT B 62,500,000
Investasi dalam saham PT B
62,500,000
Perhitungan :
25% (Rp 250.000.000) = Rp 62.500.000
Piutang deviden 10,000,000
Investasi dalam saham PT B
10,000,000
Perhitungan :
25% (Rp 40.000.000)=Rp10.000.000
3. Pada tanggal 1 Maret, PT Refa memperoleh 4.000 lembar dari 50.000 lembar saham biasa yang beredar PT Refi seharga 40,5 ditambah biaya komisi sebesar Rp 150.000. Pada tanggal 8 Juli, deviden tunai sebesar Rp 1.750 per lembar dan deviden saham 2% diterima. Pada tanggal 7 Desember, 1.000 lembar saham dijual seharga 52,5 dikurangi biaya komisi Rp 55.000 Investasi dalam saham PT Refi 16,200,000
Biaya komisi 150,000
Kas
16,350,000
Perhitungan :
4.000 x 40,5 x 100% = Rp 16.200.000
Biaya komisi = Rp 150.000
Kas = Rp 16.350.000
Kas 7,324,000
Pendapatan deviden
7,000,000
Deviden saham
324,000
Perhitungan :
Rp 1.750 x 4.000 = Rp 7.000.000
2% (Rp 16.200.000) = Rp 324.000
Kas 5,195,000
Biaya Komisi 55,000
Investasi dalam saham PT Refi
4,050,000
Laba penjualan saham PT Refi
1,200,000
Perhitungan :
1.000 x 5.250 = Rp 5.250.000
1.000 x 4.050 = Rp 4.050.000
Laba = Rp 1.200.000
4. PT Merah memperoleh 70.000 lembar saham biasa PT Putih dengan total biaya Rp 1.960.000.000 sebagai investasi jangka panjang. PT Putih memiliki 280.000 lembar saham biasa yang beredar. PT Merah menggunakan metode ekuitas untuk investasi tersebut. PT Putih melaporkan laba bersih Rp 3.000.000.000 untuk periode berjalan. PT Putih membayar deviden tunai Rp 3.800 per lembar biasa selama periode berjalan. Investasi dalam saham PT Putih 1,960,000,000
Kas
1,960,000,000
Investasi dalam saham PT Putih 750,000,000
Laba dari saham PT Putih
750,000,000
Perhitungan :
70.000/280.000 x 3.000.000.000 = Rp 750.000.000
Kas 266,000,000
Investasi dalam saham PT Putih
266,000,000
Perhitungan :
Rp 3.800 x 70.000 = Rp 266.000.000
PT Jasmine merupakan perusahaan yang menjual produk produk kecantikan dalam jumlah grosir. 5. 3 Jan'10 Membeli 4.000 lembar saham biasa yang beredar milik PT Mawar pada harga 55 ditambah biaya komisi dll Rp 480.000. PT Mawar memiliki 100.000 lembar saham Investasi dalam saham PT Mawar 22,000,000
Kas
22,000,000
Perhitungan :
4.000 x 55.000 = Rp 22.000.000
2 Jul'10 Menerima deviden rutin Rp 1.250 per lembar dari PT Mawar Kas 2,500,000
Pendapatan deviden
2,500,000
Perhitungan :
6/12 x Rp 1.250 x 4.000 = Rp 2.500.000
5 Des'10
Kas 2,900,000
Pendapatan deviden
2,900,000
Perhitungan :
6/12 x Rp 1.250 x 4.000 = Rp 2.500.000
Rp 100 x 4.000 = Rp 400.000
6. 2 Jan'11 Memperoleh hak pengendali dari PT Melati dengan membeli 32.000 lembar saham seharga Rp 540.000.000 langsung dari pendiri PT Melati. PT Melati memiliki 128.000 lembar saham yang beredar. Investasi dalam saham PT Melati 540,000,000
Kas
540,000,000
6 Jul'11 Menerima deviden tunai rutin Rp 1.250 per lembar dan deviden saham 4% dari PT Mawar Kas 11,300,000
Pendapatan deviden
2,500,000
Deviden saham
8,300,000
Perhitungan :
6/12 x Rp 1.250 x 4.000 = Rp 2.500.000
4% x 4.000 x Rp 55.000 = Rp 8.800.000
23 Okt'11 Menjual 800 lembar saham PT Mawar Rp 68.000. Pialang mengurangi biaya komisi dan lain lain Rp 140.000, dan membayar sisanya. Kas 54,260,000
Biaya komisi 140,000
Investasi dalam saham PT Mawar
44,000,000
Laba penjualan saham PT Mawar
10,400,000
Perhitungan :
800 x Rp 68.000 = Rp 54.400.000
800 x Rp 55.000 = Rp 44.000.000
Laba = Rp 10.400000
10 Des'11 Menerima deviden dengan jumlah baru yaitu Rp 1.500 per lembar dari PT Mawar Kas 2,400,000
Pendapatan deviden
2,400,000
Perhitungan :
6/12 x Rp 1.500 x 3.200 = Rp 2.400.000
7. 31 Des'11 Menerima deviden tunai sebesar Rp 38.000.000 dari PT Melati. PT Melati melaporkan laba bersih sebesar Rp 260.000.000 pada tahun 2011. Gunakan metode ekuitas. Kas 38,000,000