Anda di halaman 1dari 46

Bab 1 investasi dalam saham

INVESTASI DALAM SAHAM



1. INVESTASI
1.1 DEFINISI INVESTASI
Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan sebagai
penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memproleh
keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu aset yang diharapkan di masa
datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi.
Menurut Sunariyah Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Dewasa ini banyak negara-negara yang
melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik
ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan
mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.
Investasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk
konsumsi masa depan. Harapan pada keuntungan di masa datang merupakan kompensasi
atas waktu dan risiko yang terkait dengan suatu investasi yang dilakukan.

1.2 JENIS-JENIS INVESTASI
Menurut Senduk (2004:24) bahwa produk-produk investasi yang tersedia di pasaran
antara lain:
a. Tabungan di bank
Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga
tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya
memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan.
b. Deposito di bank
Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam
deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang
tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu,
tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian). Suku
bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita
belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di
bank.
c. Saham
Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli
saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut
mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian
keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan
harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah
daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang
bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain.
d. Properti
Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah.
Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :
(a) Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa.
(b) Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
e. Barang-barang koleksi
Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-
lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan
menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.
f. Emas
Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata
uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian
yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga
emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi
kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas. Selain itu harga
emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan
semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui
kenaikan inflasi itu sendiri.
g. Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi. Investasi
dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena
nilai mata uang asing di Indonesiamenganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu
benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia
mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif.
h. Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh
pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai
suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar
lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku
bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada
pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika
membelinya.
i. Reksa dana
Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah investor dimana uang
didalamnya diinvestasikan ke dalam berbagai produk investasi oleh sebuah Perusahaan
Manajemen Investasi.

1.3 BEBERAPA ALASAN MELAKUKAN INVESTASI
a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan.
b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat
penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran.
c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan.


2. SAHAM
2.1 DEFENISI SAHAM
Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah
diketahui bahwa tujuan pemodai membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari
saham tersebut. Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan speculator.
Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan
harapan mendapatkan deviden dan capitat gain dalam jangka panjang, sedangkan
spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi
kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham
memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain.
Ada berbagai definisi saham yang telah dikemukakan oleh para ahli maupun
berbagai buku-buku teks, antara lain:
a) Menurut Gitman:
Saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari kepemilikan perusahaan.
(Gitman:2000, 7)
b) Menurut Bernstein:
Saham adalah selembar kertas yang menyatakan kepemilikan dari sebagian
perusahaaan. (Bernstein:1995, 197)
c) Menurut Mishkin:
Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset
sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa
depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering
juga disebut instrumen keuangan. (Mishkin:2001, 4).

2.2 SEJARAH SAHAM
Perusahaan pertama yang mengeluarkan saham diperkirakan adalah Stora
Kopparberg pada abad 13. Stora adalah perusahaan terbuka tertua dan masih ada sampai
sekarang. Awalnya dikenal dengna nama Stora Kopparberg, Perusahaan ini diijinkan oleh
oleh King Magnus IV dari Swedia pada tahun 1347. Saham pertama perusahaan ini bahkan
tercatat pada tahun 1288, dan kegiatan pertambangannya mungkin lebih jauh sebelumnya.
Dengan menggunakan tahun mulai berdiri 1288, maka menjadikan Stora Kopparberg
menjadi bisnis tertua yang ke 18 di dunia. Pada tahun 2000 perusahaan ini mendirikan
Consolidated Papers, Inc di Amerika Serikat. Pada tahun 2000 Stora Enso dan AssoDomn
membentuk joint company dengan nama Billerud AB, untuk memproduksi Kertas
Pembungkus.
Stora Enso Oyj (NYSE: SEO) adalah sebuah pabrik bubuk kertas dan kertas yang
dimiliki oleh orang Finish-Swediais, yang dibentuk dari merger antasa perusahaan Swedia
yang bergerak dibidang pertambangan dan perhutanan dengan nama Stora dan sebuah
perusahaan Perhutanan dari Finnish bernama Enso-Gutzeit Oy pada tahun 1998.
Perusahaan ini berkantor pusat di Helsinki, dan mempekerjakan sebanyak 46.000
karyawan. Pada tahun 2002 perusahaan ini adalah perusahaan bubuk kayu dan kertas
terbesar kelima dalam hal pendapatan. Dan pada tahun 2005 perusahaan ini menjadi
perusahaan pupuk kayu dan kertas terbesar di dunia dalam hal kapasitas produksi. Negara
bagian Finnish adalah pemegang saham terbesar di perusahaan ini.
Enso-Gutzeit Oy didirikan pada abad ke 19 di Norwegia dengan nama W. Gutzeit &
Co. oleh Wilhelm Gutzeit, saudara tiri dari Benjamin Wegner seorang indutrialis. Anaknya
Hans Gutzeit memindahkan perusahaannya ke Finlandia, dimana akhirnya menjadi
perusahaan perhutanan terbesar di negara itu. Dari 1926 sampai dengan merger dengan
Stora pada tahun 1998, perusahaan ini dikenal dengan nama Enso-Gutzeit Oy.

2.3 JENIS-JENIS SAHAM
Dalam transaksi jual-beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares
merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat
diterbitkan dengan cara atas nama atau atas iinjuk. Selanjutnya saham dapat dibedakan
antara saham biasa (common stoks) dan saham preferen (preffered stocks).
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan
usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham biasa memberikan jaminan untuk turut
serta daiam pembagian laba daiam bentuk deviden, apabila perusahaan tersebut
memperoleh laba.
Menurut Dahlan Siamat (1995:385), ciri - ciri dari saham biasa adalah sebagai
berikut:
1) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2) Memiliki hak suara (one share one vote).
3) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan setelah
semua kewajiban perusahaan dilunasi.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Adapun ciri - eiri dari saham preferen menurut Dahlan Siamat (1995:385)adalah:
1) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden.
2) Tidak memiliki hak suara,
3) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
4) Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah
kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.
c. Saham Harta (Treasury Stock)
Saham harta adalah saham yang dibeli kembali dari masyaratakat
d. Saham Kelas Ganda (Dual Class Stock)
Saham kelas ganda adalah saham yang memiliki beberapa kelas saham yang
masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.


3. INVESTASI DALAM SAHAM
3.1 INVESTASI DALAM SAHAM
Suatu perusahaan mengalami kelebihan dana lantaran usahanya mengalami
boomimg atau mampu mencapai sasaran targetnya. Manajer keuangan sebagai orang
yang mempunyai accountability di dalam mengatur lalu lintas dana perusahaan (cash flow)
harus mampu mengoptimalkan penggunaan dana. Artinya jangan sampai ada dana yang
menganggur (idle money). Sebab jika tidak maka perusahaan akan banyak mengalami
kerugian. Perusahaan akan kehilangan banyak kesempatan dan peluang bisnis yang
menguntungkan. Ada beberapa cara untuk memanfaatkan kelebihan dana sekalian mengais
keuntungan, salah satunya melalui investasi dalam bentuk saham.
Investasi dalam bentuk saham, atau biasa disebut investasi saham merupakan
pembelian atau penyertaan atau kepemilikan saham perusahaan lain dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan dan lainnya. Keuntungan diperoleh dari bagian dividen yang
dibagikan sesuai dengan penyertaan modal atau bagian sahamnya. Keuntungan lainnya
bisa berupa control management yaitu hak menentukan kebijakan atas perusahaan yang
dibeli. Control management diperoleh jika kepemilikan saham mencapai jumlah mayoritas.
Perusahaan yang melakukan investasi saham disebut perusahaan induk (parent company),
sedangkan perusahaan yang mengeluarkan saham disebut perusahaan anak (subsidiary
company). Hubungan keduanya biasa disebut perusahaan yang berafiliasi (parent-
subsidiary affiliation).
Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk saham mempunyai maksud
atau beberapa alasan, antara lain; untuk menebarkan resiko (risk spread), memperkokoh
jaringan pasar, memperkuat distribusi, menjaga suplai bhan baku jika perusahaan yang
dibeli merupakan penyuplai (suplier) bahan baku dan memperkuat manajemen.

3.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INVESTASI SAHAM
1. Keuntungan Investasi Saham
a. Dividen
Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan setelah mendapat
persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang dibagikan perusahaan
dapat berupa devien tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa
deviden stock yang artinya setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham
sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian
di=eviden stock tersebut.
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual
lebih tinggi dari harga beli, capital gainterbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di
pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham BUMI dengan harga per lembar
Rp.5000 kemudian menjualnya dengan harga Rp.5500 per lembarnya, yang berarti pemodal
tersebut telah mendapatkan capital gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan
melalui capital gain.
c. Saham Bonus
Disamping 2 keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga di mungkinkan untuk
mendapatkan Saham Bonus.
Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang
saham yang diambil dari agio saham, agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap
harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar
perdana, misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.800
maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp.300 setiap
sahamnya.
2. Kerugian Investasi Saham
a. Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika
perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal
untukmendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
b. Capital Loss
Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor menjual
sahamnya lebih rendah harganya dari harga belinya, dengan demikian investor
mengalamicapital loss. Misalnya seorang investor membeli saham BUMI pada harga
Rp.5000 per lembarnya, namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp.4500 per
lembarnya, berarti investor tersebut mengalami kerugian sebesar Rp.500 per lembarnya,
kerugian tersebut yang disebut capital loss.
Dalam jual beli saham, terkadang seorang investor untuk menghindari potensi
kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka investor
tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih rendah dari harga belinya, istilah ini
dikenal dengan Cut Loss.
c. Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung
kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan
saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemeganng saham akan
mendapat posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih
terdapat sisa baru akan dibagikan kepada pemegang saham.
d. Saham di delist dari bursa (delisting)
Resiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist di bursa
umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak
pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden
secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan
peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang di delist keluar dari bursa dengan
tujuan Go Private, perusahan yang melakukan Go Private tidak merugikan investor karena
perusahaan penerbit saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yg diterbitkan.
e. Saham di Suspend
Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh
otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga
saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend biasanya
berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan
namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang
menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar
biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang
mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk
kemudian diminta konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas
tersebut tidak menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas,
maka status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan lagi seperti semula.

Akuntansi memberikan batasan kuantitatif tingkat kepentingan kepemilikan dalam
menentukan apakah suatu investasi dikatakan pasif, berpengaruh signifikan, atau
mengendalikan. Tingkat kepemilikan kurang dari 20% diasumsikan sebagai investasi pasif,
antara 20% sampai dengan 50% diasumsikan berpengaruh signifikan, dan di atas 50%
dianggap mengendalikan (controlling interest).
Meskipun demikan, asumsi tersebut harus dipahami sebagai asumsi awal (default
assumption). Dalam praktik, akuntan harus memperhitungkan semua bukti untuk
menentukan apakah investasi tergolong pasif, berpengaruh signifikan, atau mengendalikan.
IAS 27 Consolidated and Separate Financial Statements, misalnya, memberikan panduan
terkait kemungkinan adanya kendali (control) meskipun kepentingan kepemilikan kurang dari
50%. Di samping itu, hak suara potensial (potential voting rights) juga harus
diperhitungkan.
IASB mengatur pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, termasuk investasi dalam
instrumen ekuitas (saham), di dalam IAS 39 Financial instruments Recognition and
Measurement. Dengan demikian, perlakuan akuntansi untuk investasi yang tergolong pasif
mengacu kepada standar ini.
Sebagaimana dibahas pada post sebelumnya, jika sebuah perseroan mengendalikan
sebuah kelompok usaha (group), IAS 27 Consolidated and Separate Financial
Statementsmengharuskan pelaporan keuangan pada dua tingkatan. Pada tingkatan badan
hukum, investor pengendali (disebut juga perusahaan induk parent) dan entitas-entitas
lainnya di dalam group yang berbadan usaha perseroan diharuskan untuk
menyusun laporan keuangan terpisah (separate financial statements). Di samping itu,
perusahaan induk juga diharuskan mengkonsolidasikan laporan-laporan keuangan entitas-
entitas yang berada di bawah kendalinya (dikenal dengan istilah perusahaan anak
subsidiaries).
Pada tingkatan badan hukum, laporan keuangan terpisah harus memperlakukan investasi
dalam saham dengan metode kos (harga pokok) atau mengacu kepada IAS 39, terlepas dari
apakah investasinya itu mengendalikan (controlling) atau berpengaruh signifikan (significant
influence).
Perlakuan yang berbeda harus diterapkan dalam laporan keuangan konsolidasi. Investasi
dalam saham yang tergolong mengendalikan (investasi dalam perusahaan anak) harus
dieliminasi atau dihilangkan dari laporan keuangan konsolidasi. Sebagai penggantinya,
transaksi-transaksi dan saldo-saldo sejenis di dalam laporan keuangan perusahaan induk
dan perusahaan anak digabungkan.
Sementara itu, jika perusahaan induk juga memiliki investasi dalam saham yang tergolong
berpengaruh signifikan (disebut juga investasi dalam perusahaan asosiasi), di dalam
laporan keuangan konsolidasi, investasi ini harus deperlakukan dengan metode ekuitas
(equity method).
Tan & Lee (2009) menyajikan dua tingkatan pelaporan kelompok usaha (group)
sebagaimana dalam tabel berikut:
Laporan keuangan
terpisah
Laporan keuangan
konsolidasi
Investasi dalam
perusahaan anak (jika
perusahaan induk
mengendalikan
perusahaan anak)
IAS 27
Investasi diperlakukan
dengan:
(1) Metode kos, atau
(2) Mengacu kepada
IAS 39, sebagai
instrumen keuangan.
IAS 27
Investasi dieliminasi
dan asset netto
perusahaan anak
dikonsolidasi dengan
asset netto
perusahaan induk
Investasi dalam
perusahaan asosiasi
(jika investor
mempunyai pengaruh
IAS 28
Investasi diperlakukan
dengan:
(1) Metode kos, atau
IAS 27
Investasi diperlakukan
dengan metode
ekuitas
signifikan terhadap
investee)
(2) Mengacu kepada
IAS 39, sebagai
instrumen keuangan

konsep dasar fair value / biaya dan metode ekuitas
Akuntansi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengubah input (data-data
transaksi) menjadi output (laporan keuangan) yang menjadi dasar dalam pengambilan
keputusan ekonomik. Suatu entitas akan menggunakan akuntansi untuk menunjukkan
bahwa kondisi keuangannya layak untuk mendapatkan tambahan kredit, atau untuk
menunjukkan bahwa entitas tersebut aman untuk dijadikan tempat berinvestasi. Suatu
entitas juga akan menggunakan akuntansi untuk meninjau apakah pemasoknya masih
layak, apakah entitas sudah mengalahkan pesaing, atau apakah strategi bisnis yang
dicanangkannya sudah berhasil.
Dalam konsep perekonomian saat ini, setiap entitas bebas untuk melakukan aktivitas
ekonomi. Setiap entitas juga bebas untuk mengoptimalkan input dan proses untuk
mendapatkan output. Prinsip ekonomi ini jika ditambah dengan sifat dasar manusia yaitu
keserakahan (greed) akan menjadikan akuntansi sebagai alat untuk melakukan fraud.
Sejak akuntansi pertama kali ditemukan, pelaporan keuangan telah diatur sedemikian rupa
sehingga laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang benar-benar dapat diandalkan
untuk pengambilan keputusan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, akuntan
menemukan banyak celah dalam pendekatan-pendekatan pelaporan keuangan yang telah
ada, untuk melakukan fraud. Hal ini merupakan salah satu sebab munculnya pengaturan
akuntansi baru yang berbasis prinsip yaitu IFRS.
Dalam IFRS dikembangkanlah pendekatan-pendekatan baru dalam pelaporan keuangan
untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan.
Misalnya, ditingkatkannya pengungkapan informasi kualitatif transaksi, pengaturan untuk
pelaporan keuangan menggunakan pendekatan prinsip bukan lagi aturan, dihapusnya pos-
pos luar biasa, penyajian laporan keuangan diubah untuk mencerminkan sifat laporan
keuangan, dan penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar (fair value).
Sebelum digunakannya International Financial Reporting Standards (IFRS), akuntansi
menggunakan dasar kos historis (historical cost) untuk pengukuran transaksinya. Dalam
konsep ini, pos-pos laporan keuangan diukur sebesar kos pada waktu terjadinya transaksi.
Kos ini kemudian akan menjadi dasar pelaporan besarnya suatu pos untuk periode
selanjutnya, selama pos tersebut masih dilaporkan. Keuntungan dari digunakannya
pendekatan kos historis ini adalah, besarnya pos laporan keuangan dapat dibuktikan
dengan mudah karena berdasarkan transaksi yang telah terjadi. Namun, ketika terjadi
penurunan atau peningkatan nilai suatu pos di pasar (bisa jadi karena inflasi atau deflasi,
atau karena kelangkaan produk, dan lain sebagainya), pos yang dilaporkan tidak akan
mencerminkan nilai yang berubah ini. Misalnya, menggunakan kos historis suatu gedung
dicatat sebesar Rp100.000.000 pada tahun pertama. Pada tahun kelima, nilainya menjadi
Rp50.000.000 (asumsi digunakan depresiasi garis lurus untuk umur ekonomik 10 tahun).
Karena peningkatan nilai strategis lingkungan, nilai gedung-gedung di lingkungan sekitar
untuk perolehan di tahun yang sama, meningkat 5 kali lipat (berarti untuk gedung yang
dimiliki menjadi sekitar 250 juta). Dalam hal ini, kos historis tidak mencerminkan nilai dari
aset tetap pada saat pelaporan. Konsep ini bisa saja disanggah oleh para penganut kos
historis (termasuk Amerika yang agak sulit untuk mau melakukan konvergensi dengan
IFRS), karena peningkatan aset sebesar 250 juta tadi sebetulnya akan diakui jika gedung
dijual pada saat itu. Namun pada kenyataanya gedung belum dijual (sesuai dengan konsep
kos melekat), sehingga peningkatan nilai gedung karena nilai wajar(pasar)nya meningkat
tidak bisa diakui, kecuali transaksi sudah terjadi.
Tetapi, inilah keuntungan dan tujuan dari penggunaan nilai wajar. Suatu aset dan liabilitas
yang dimiliki, dinilai berdasar seberapa bernilainya (worth) pos-pos dari elemen tersebut
pada saat pelaporan. Seberapa bernilai ini artinya, entitas menampilkan nilai sesungguhnya
dari entitas pada saat pelaporan, bukan nilai masa lalunya pada saat pelaporan.
Apa sebetulnya nilai wajar itu, dan untuk mengukur apa?
Nilai wajar didefinisikan dalam IFRS sebagai, the amount for which an asset could be
exchanged between knowledgeable, willing parties in an arms length transaction. Nilai
wajar ini digunakan untuk mengukur:
1. Satu aset
2. Sekelompok aset
3. Satu liabilitas
4. Sekelompok liabilitas
5. Konsiderasi bersih dari satu atau lebih aset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait
6. Satu segmen atau divisi dari sebuah entitas
7. Satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas
8. Satu keseluruhan entitas
Yang dimaksud dengan pengukuran di atas bukan merupakan pengukuran awal. Untuk
pengukuran awal (saat aset diakuisisi atau liabilitas muncul), entitas tetap menggunakan
dasar kos pada saat terjadinya transaksi. Setelah pengukuran awal (biasa disebut sebagai
pengukuran setelah pengukuran awal), yaitu saat pelaporan keuangan (dan untuk pelaporan
seterusnya, selama aset masih dikuasai), entitas boleh memilih model kos (berdasar kos
historis) atau model revaluasi (berdasar nilai wajar) untuk mengukur pos-pos laporan
keuangannya.
Dari definisinya, dapat disimpulkan bahwa nilai wajar diukur menggunakan dasar ketika aset
(atau liabilitas) dapat ditukar, bukan ketika aset (liabilitas) benar-benar ditukar. Cara
mengukur ketika aset (liabilitas) dapat ditukar adalah menggunakan:
1. Pendekatan Pasar. Dalam pendekatan ini, nilai wajar diukur berdasarkan harga pasar
atau informasi relevan lain yang dihasilkan dari transaksi di pasar. Hal ini termasuk
harga aset (liabilitas) sejenis yang ada di pasar, dan metode penilaian lain yang
konsisten dengan pendekatan pasar. Urutan yang digunakan jika nilai wajar
menggunakan pendekatan pasar adalah, pertama harga pasar aset (liabilitas) pada
saat pelaporan, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas) maka menggunakan
harga pasar aset (liabilitas) sejenis, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas)
sejenis maka menggunakan model yang konsisten dengan pendekatan pasar
(contohnya model matrix pricing, dll)
2. Pendekatan Penghasilan. Pendekatan ini menggunakan teknik penilaian untuk
mengubah nilai masa depan (contohnya aliran kas atau laba) ke nilai kininya
terdiskonto (discounted). Pengukuran nilai wajar dalam pendekatan ini menggunakan
dasar nilai yang dilihat dari harapan pasar kini atas nilai aset (liabilitas) masa depan.
Pendekatan ini termasuk menggunakan nilai kini (present value, option pricing).
3. Pendekatan Kos. Pendekatan kos disebut juga pendekatan kos pengganti kini (current
replacement cost). Kos pengganti ini adalah jumlah yang diperlukan untuk
menggantikan suatu aset.
Pendekatan nilai wajar seperti yang ditunjukkan di atas memiliki banyak celah untuk
dilakukannya fraud. Pertama, jika nilai wajar didasarkan pada harga pasar, maka akan ada
kemungkinan bahwa harga pasar suatu aset ada dalam kisaran tertentu. Misalnya, mobil
kijang tahun 1998 pada saat pelaporan di tahun 2002 harganya belum tentu sama antara
satu penjual dengan penjual lain. Mobil kijang ini pasti akan ada dalam kisaran harga. Oleh
karena itu, penilai harus menentukan harga pasar yang mana yang akan diambil untuk
disajikan. Dalam hal ini, fraud untuk meningkatkan nilai aset dapat terjadi. Namun kembali
lagi bahwa kisaran harga yang akan diambil seharusnya cukup wajar.
Kemungkinan fraudkedua adalah, jika tidak tersedia pasar, maka penilai akan menggunakan
model yang konsisten dengan pendekatan pasar. Penggunaan model untuk menentukan
nilai wajar ini merupakan celah untuk dilakukannya fraud. Kemungkinan fraud ketiga adalah,
jika pengukuran nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan, maka akan ada celah
dalam melakukan perhitungan nilai harapan pasar masa kini atas nilai masa depannya.
Kemungkinan keempat adalah, penentuan estimasi kos pengganti. Estimasi merupakan
suatu hal yang sangat sulit ditentukan kebenarannya. Entitas maupun penilai dapat
melakukan justifikasi atas dasar estimasi yang dilakukan. Hal ini merupakan suatu celah
untuk dilakukannya fraud.
Berbagai kemungkinan lain dapat terjadi dalam pengukuran nilai wajar. Hal ini dikarenakan
nilai wajar tidak berdasarkan pada bukti historis, namun didasarkan pada seberapa
bernilainya aset (liabilitas) pada saat pelaporan. Tidak adanya bukti historis ini (kecuali untuk
pendekatan pasar yang observable), merupakan suatu celah untuk dilakukannyafraud.
Entitas biasanya cenderung untuk meningkatkan nilai aset dan pendapatannya atau
menurunkan nilai liabilitas dan biayanya. Oleh karena itu, penggunaan nilai wajar
merupakan suatu tantangan baru bagi profesi jasa penilai dan auditor.

Akuntansi metode ekuitas pada dasarnya adalah akuntansi akrual untuk investasi ekuitas
yang memungkinkan perusahaan investor menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap
perusahaan investi. Definisi pengaruh signifikan dijelaskan dalam APB
Opinion No.18 paragraf 17 sebagai berikut:
Dewan menyimpulkan bahwa akuntansi metode ekuitas untuk investasi pada saham biasa
seharusnya digunakan oleh investor yang investasinya pada saham berhak suara
memberikan kemampuan yang signifikan untuk mempengaruhi kebijakan operasi dan
financial dari investi meskipun kepemilikannya atas saham berhak suara 50% atau kurang

Kemampuan untuk menggunakan pengaruh signifikan didasarkan pada tes kepemilikan
20% seperti yang dijelaskan oleh APB:
Jika investor memiliki (baik langsung maupun tidak langsung) melalui anak perusahaan,
20% atau lebih dari hak suara pada perusahaan investi, maka investor dipandang
mempunyai pengaruh signifikan atau jika investor memiliki (baik langsung maupun tidak
langsung) melalui anak perusahaan, kurang dari 20% dari hak suara pada perusahaan
investi, maka investor dipandang tidak mempunyai pengaruh signifikan, kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya. (Floyd A. Beams)
Metode ekuitas didsarkan pada teori bahwa akuntansi untuk suatu investasi dalam sebuah
perusahaan anak harus parallel dengan akuntansi perusahaan induk. Hubungan
perusahaan induk dan anak tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu perubahan yang terjadi
dalam kepemilikan modal pada perusahaan anak memerlukan perlakukan atau penyesuaian
pada perusahaan induk. Berdasarkan metode ekuitas, maka:
1. Investasi dicatat sebesar biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan,
kerugian dan deviden.
2. Investor akan mencatat laba dari perusahaan investi, bila perusahaan investi
memperoleh laba dan akun investasi akan bertambah.
3. Investor akan mencatat kerugian dari perusahaan investi, bila perusahaan investi
menderita kerugian dan ini akan dicatat sebagai pengurang akun investasi.
Dapat disimpulkan, bahwa bila memiliki investasi antara 20-50% saham biasa sebuah
perusahaan, maka umumnya investor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan atas
kegiatan-kegiatan keuangan dan operasi perusahaan penerbit saham. Setiap akhir periode
harga pokok tersebut akan disesuaikan dengan L/R yang diperoleh perusahaan penerbit
saham. Deviden yang diterima dicatat sebagai pengurang saldo perkiraan investasi dalam
saham. Jadi ekuitas perusahaan pemegang saham anak akan berubah akibat:
1. Adanya L/R yang diperoleh perusahaan anak.
2. Adanya pembagian deviden perusahaan anak.
3. Akibat penanaman modal baru.
Dalam hal pencatatan investasi saham pada perusahaan anak, selalu diadakan
penyesuaian terhadap adanya perubahan yang terjadi dalam perusahaan anak, sehingga
rekening investasi saham senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi pada
perusahaan anak, maka metode yang dipakai adalah metode ekuitas.
Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham

Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham
Yang dimaksud dengan persentase pemilikan saham adalah persentase jumlah lembar
saham yang dimiliki oleh investor dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Persentase pemilikan saham dan metode pencatatannya adalah sbb:
Persentase pemilikan : Metode Pencatatan :
Kurang dari 20% Metode nilai wajar
20% sampai dengan 50% Metode akuitas

Metode Nilai wajar (Pemilikan kurang dari 20%)
Persentase saham dalam perusahaan lain yang jumlahnya kurang dari 20% maka investor
memandang investasi trsbt tidak dapat mempengaruhi perusahaan yang saham dimilikinya.
Sistem akuntansi dalam saham yang persentase pemilikannya kurang dari 20% dapat
dibedakan menjadi 2 bagian adalah a) Investasi saham tersedia untuk dijual (available for
sale), b) Invetasi untuk dapat diperdagangkan (trading).
Perlakuan akuntansi investasi untuk kepemilikan yang persentasenya kurang dari 20% akan
menggunakan nilai wajar (fair value method), menurut PSAK no.50 diartikan jumlah yang
dapat diperoleh dari pertukaran instrumen keuangan dalam transaksi antar pihak-pihak yang
bebas,bukan karena paksaan atau dilikuidasi.lin dan penjualan tinggi (sangat sering
dilakukan) dan investor memilikinya dalam rangka menapatkan laba dari perbedaan harga
jangka pendek, maka investasi ini harus dikelompokkan dalam kelompok diperdagangkan
dan dineraca disajikan dalam kelompok aktiva lancar.
Menurut PSAK no 50, investasi yang masuk kelompok tersedia untuk dijual dapat disajikan
sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar dalam neraca berdasarkan keputusan
manajemen. Bila skala frekuensi pemb
Saham dibuat laporan keuangan nilai wajar saham yang dimili oleh investor berbeda dengan
harga perolehannya,maka perbedaan tersebut dicatat dalam rekening perusahaan laba
atau rugi belum direalisasi.saldo rekening laba atau rugi tersebutbelum direalisasi yang
berasal dari investasi saham dari kelompok diperdagangkan (trading) harus diakui sebagai
laba.saldo rekening laba atau rugi yang belum direalisasi berasal dari invetasi saham dari
kelompok tersedia untuk dijual (available for sale) harus dimasukkan kedalam komponen
modal yang disajikan secara terpisah dan tidak boleh diakui sebagai laba samapi laba
tersebut dapat direalisasi.berikut adalah pencatatan transaksi investasi dalam saham.
Jurnal dibuat untuk mencatat investasi saham Jika pembelian saham secara tunai adalah :
Tersedia untuk dijual Diperdagangkan
Investasi saham tersedia utk dijual xx Invetasi saham diperdagangkan xx
Kas xxx Kas x
xx


Ketika investor memiliki kepentingan kepemilikan kurang dari 20%, maka dianggap investor
memiliki pengaruh yang kecil ataupun tidak memiliki pengaruh terhadap pemilik saham
(investee). Jika harga pasar tersedia, maka sekuritas ekuitas dinilai dan dilaporkan
menggunakan metode nilai wajar (fair value method). Namun, apabila nilai pasar wajar tidak
tersedia, makainvestasi dinilai dan dilaporkan sebesar kos perolehan (Cost Method). Metode
nilai wajar mengharuskan perusahaan mengklasifikasi sekuritas ekuitas pada saat
pemerolehan sebagai Sekuritas siap jual (Available for sale securities) ataupun
Sekuritas Perdagangan (Trading securities).
Sekuritas siap jual
Contoh:
Pada 3 November 2004 PT. Republik membeli saham biasa dari bebrapa perusahaan
(kepemilikan <20%):
Kos
PT. Kasta 259.700
PT. Curut 317.500
PT. Regina 141.350
Kos total 718.550

Pada 3 Nov. 2004, PT. Republik mencatat:
Available for sale securities 718.550
Interest revenue 718.550


Pada bulan desember, diketahui ketiga perusahaan memperoleh laba. Pada 6 Desember
2004, PT. Republik menerima deviden tunai Rp.4.200 atas investasinya di saham biasa PT.
Curut:
Cash 4.200
Dividend Revenue 4.200

Karena kepemilikan kurang dari 20%, maka PT. Republik hanya mencatat pendapatan bila
perusahaan pemilik saham (investee) mengumumkan dividen.

Pada 31 desember 2004, portofolio sekuritas ekuitas siap jual PT. Republik menunjukkan
kos dan nilai wajar berikut:
Portofolio sekuritas ekuitas siap jual
Per 31 Desember 2004
Investasi Kos Nilai wajar
PT. Kasta 259.700 275.000 15.300
PT. Curut 317.500 304.000 (13.500)
PT. Regina 141.350 104.000 (37.350)
718.550 683.000 (35.550)
-
Saldo (35.550)
Untung (rugi) tidak
terealisasi
Saldo awal penyesuaian atas nilai wajar
sekuritas

Penyesuaian yang dilakukan PT. Republik untuk menyesuaikan kos ke nilai wajar pada 31
desember 2004 adalah:
Unrealized holding gain or loss-equity 35.550
Securities fair value adjustment 35.550

Untung atau rugi yang belum direalisasi atas sekuritas ekuitas (Unrealized holding gain or
loss-equity) disajikan sebagai pengurang penghasilan (laba) komprehensif pada kelompok
ekuitas pemegang saham (Stockholders equity)di neraca. Sedangkan akun penyesuaian
atas nilai wajar sekuritas (securities fair value adjustment) diperlakukan sebagai
pengurang investasi di neraca (akun kontra/contra account)

Pada tanggal 23 januari 2005, PT. Republik menjual seluruh sekurits PT. Kasta Rp.
287.220. Perhitungan untung/rugi atas penjualan saham:
Hasil penjualan 287.220
Kos saham PT.Kasta 259.700
Untung dari penjualan saham 27.520
PT. Republik mencatat penjualan, 23 January 2005, sebagai berikut:
Cash 287.220
Available for sale securities 259.700
Gain on sale of stock 27520


Sekuritas perdagangan (Trading securities)
Perlakuan untuk sekuritas perdagangan dengan sekuritas siap jual hamper sama, kecuali
pada penyesuaian kos ke nilai wajar. Pada sekuritas perdagangan untung atau rugi karena
kos dibawah atau diatas nilai wajar diperlakukan sebagai pengurang penghasilan.



Metode ekuitas (Persentase pemilikan 20% sampai dengan 50%)
Pemegang saham yang kepemilikannya sebesar 20% sampai dengan 50% dari seluruh
jumlah saham beredar akan mencatat akan mencatat investasinya dengan metode ekuitas
(equity method). PSAK no.15 menyatakan bahwa metode ekuitas adalah metode akuntansi
yang mencatat investasi saham sebesar harga perolehannya dan selanjutnya menyesuaikan
dengan perubahan dalam bagian kepemilikan investor atas aktiva bersih perusahaan yang
terjadi setelah perolehan.setiap periode akuntansi harga pokok surat berharga harus
disesuaikan dengan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan investee sebanding dengan
persentase pemilikannya.dividen yang diterima dicatat mengurangi saldo rekening investasi
saham. Pada akhir periode tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian bila harga perolehan
berbeda dengan nilai wajarnya.
Perolehan saham
Seperti kepemilikan saham kurang dari 20%, saham dapat diperoleh melalui berbagai cara
seperti dibeli tunai, melalui tukar menukar, atau dibeli secara lumpsum.
Penerimaan Dividen
Investor memiliki saham 20% sampai dengan 50% akan mencatat dividen yang diterimanya
sebagai pengurang rekening investasi saham.
Penyesuain Akhir Tahun
Apabila pada akhir tahun terdapat perbedaan antara nilai wajar dengan harga perolehannya,
dalam metode ekuitas tidak diperlukan jurnal penyesuaian.
Kepemilikan saham antara 20% dan 50% saham entitas lainnya, suatu entitas dapat
dianggap memiliki pengaruh yang signifikan. Pengaruh yang signifikan merupakan
kemampuan untuk melakukan pengaruh pada suatu entitas (investee) terkait dengan:
1. Menetapkan wakil pada dewan direktur
2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
3. Transaksi antar perusahaan
4. Perubahan-perubahan atas personil-personil manajerial, atau
5. ketergantungan teknologi
Apabila kepemilikan antara 20% dan 50% maka investor dianggap mampu melakukan
pengaryh pada investee dan investor harus mencatat penyertaan dengan metode
ekuitas.
Perbandingan metode nilai wajar dengan metode ekuitas
3 january 2005, PT. Manise membeli saham PT. Baebae sebanyak 50. 000 lembar dengan
harga Rp.1.000/lembar.. Pada 31 desember 2005 PT. Baebae mengumumkan laba Rp.
15.000.000. Pada 31 Desember, nilai pasar wajar saham PT. Baebae Rp. 1.100/lembar.
Pada 15 januari 2006, PT. Baebae mengumukan dividen tunai dan membayar Rp. 300.000.
Pada tahun 2006, PT. Baebae menderita rugi Rp.10.000.000.

available for sale securities 50.000.000 Investment in Baebae,Co 50.000.000
Cash 50.000.000 Cash 50.000.000
No Journal entry Investment in Baebae,Co 4.500.000
Investment Revenue 4.500.000
Securities fair value adjustment 5.000.000 No journal entry
Unrealized holding gain & loss 5.000.000
Cash 300.000 Cash 300.000
Dividend Revenue 300.000 Investment in Baebae,Co 300.000
No journal entry Loss on investment 3.000.000
Investment in Baebae Co. 3.000.000
31 Desember 2006, PT. Baebae mengumumkan rugi Rp.10,000,000
Metode Ekuitas (misal kepemilikan 30%) Metode Nilai Pasar Wajar (misal kepemilikan 15%)
3 January 2005
31 desember 2005, mengumumkan laba
31 Desember 2005, menyesuaikan nilai pasar
15 Januari 2006, mengumumkan dan membayar dividen tunai

KEPEMILIKAN MELEBIHI 50%
Apabila kepemilikan saham melebihi 50%, maka investor telah memiliki hak pengendalian
pada investee. Perusahaan investor disebut sebagai perusahaan induk (Parent Company)
dan Investee merupakan perusahaan anak (subsidiary). Ketika kepemilikan mencapai 50%
maka perusahaan induk wajib menyusun laporan keuangan , konsolidasi, sedangkan
perusahaan induk tetap mencatat investasi dengan metode ekuitas. Penyusunan laporan
keuangan konsolidasi dibahas pada akuntansi keuangan lanjutan.

PENYAJIAN INVESTASI DI NERACA
1. Sekuritas perdagangan disajikan sebagai aktiva lancar
2. Sekuritas hutang yang ditahan sampai jatuh tempo (held to maturity) diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar tergantung tanggal jatuh tempo
masing-masing sekuritas.
3. Sekuritas hutang siap jual (available for sale) dikalsifikasi sebagai aktiva lancar atau
non lancar tergantung tanggal jatuh tempo dan kapan akan dijual.
4. Sekuritas ekuitas dikatakan sekuritas siap jual harus diklasifikasi lancar jika sekuritas
ekuitas siap untuk digunakan dalam perode operasi saat ini.


1. Konsep Metode Cost dan Equity
Dua metode dasar akuntansi untuk investasi saham biasa tidak lancar yang umum
digunakan adalah metode biaya dan metode ekuitas. Kedua metode ini dijelaskan dalam
PSAK No. 15 Akuntansi untuk Investasi dalam perusahaan Asosiasi
Konsep yang Mendasari Metode Cost dan Equity
Metode Cost investasi dalam saham biasa dicatat pada biayanya, dan dividen dari laba
berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen.
Metode Equity akuntansi akrual untuk investasi ekuitas yang memungkinkan
perusahaan investor menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan
investee. Investasi dicatat pada biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan dan
kerugian dan dividen. Perusahaan investor melaporkan bagian miliknya yang menjadi
keuntungan perusahaan investee sebagai pendapatan investasi dan bagian beban dari
kerugian perusahaan investi sebagai kerugian investasi.
Investasi dalam saham berhak suara yang memberikan kemampuan bagi investor
untuk menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan keuangan dan operasi
perusahaan investi harus dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas. Definisi
(pengaruh signifikan) dijelaskan dalam PSAK No. 15 paragraf 03 dan 04 sebagai berikut
Metode ekuitas Metode cost Konsolidasi
Jika investor mempunyai
20% hak suara pada
perusahaan investee
investor dipandang
mempunyai pengaruh
signifikan.
jika investor mempunyai <
20% hak suara dianggap
investor tidak memiliki
pengaruh signifikan.
jika investor punya 50%
hak suara
penggabungan usaha

2. Akuntansi Untuk Investasi dalam Saham
Akuntansi untuk Investasi Berdasarkan Metode Biaya dan Ekuitas
Ilustrasi : PT Putra memperoleh 4.000 lembar saham dari 10.000 lembar saham beredar PT
Sasa dengan nilai nominal Rp 50.000 per saham pada tanggal 1 Juli, sama dengan nilai
buku dan nilai wajar aktiva bersih PT Sasa. Laba bersih PT Sasa untuk seluruh tahun Rp
100.000.000 dan dividen sebesar Rp 40.000.0000 dibayar pada tanggal 1 November. Jika
ada bukti ketidakmampuan menggunakan pengaruh yang signifikan, PT Putra seharusnya
menerapkan metode biaya. Jika sebaliknya, maka metode ekuitaslah yang diterapkan.
Akuntansi oleh PT Putra berdasarkan kedua metode adalah sebagai berikut :

Konsekuensi Ekonomis Penggunaan Metode Biaya dan Ekuitas
Penggunaan metode akuntansi yang berbeda (metode biaya dan ekuitas)
menghasilkan perbedaan jumlah investasi yang terlihat pada neraca perusahaan investor
dan perbedaan jumlah pendapatan pada laporan laba rugi. Apabila investor dapat
mempengaruhi atau mengendalikan operasi perusahaan investasi secara signifikan,
termasuk pengumuman dividen, penggunaan metode biaya tidak dapat diterima. Dengan
mempengaruhi atau mengendalikan keputusan dividen perusahaan investi, perusahaan
investor dapat dapat memanipulasi pendapatan investasinya.

Akuntansi Metode Ekuitas Konsolidasi Satu Baris
Akuntansi metode ekuitas sering disebut dengan konsolidasi satu baris (one line
consolidation). Disebut konsolidasi satu baris karena investasi dilaporkan sebagai jumlah
tunggal dalam neraca perusahaan investor dan pendapatan investasi dilaporkan sebagai
jumlah tunggal dalam laporan laba rugi (kecuali perusahaan investi mempunyai pos-pos luar
biasa/extraordinary atau pos-pos lain sesudah operasi normal/below the line yang
memerlukan pengungkapan terpisah). Konsolidasi satu baris juga berarti bahwa pendapatan
perusahaan induk/investor dan ekuitas pemegang saham adalah sama, apabila perusahaan
anak/investasi dipertanggungjawabkan melalui penerapan yang lengkap dan benar dari
metode ekuitas seperti saat laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak
dikonsolidasikan.



3. Akuntansi Metode Ekuitas
Investasi Ekuitas dalam Akuisisi
PT Parma membeli 30% saham biasa berhak suara PT Sanur pada tanggal 1 Januari 2007
dari para pemegang saham dengan kas sebesar RP 4.000.000.000 ditambah dengan
400.000 lembar saham biasa PT Parma dengan nilai nominal Rp 10.000 dan nilai pasar Rp
15.000 per lembar saham. Tambahan biaya kepemilikan ekuitas sebesar Rp 100.000.000
untuk pencatatan saham dan Rp 200.000.000 untuk biaya konsultasi dan penasihat.
Kejadian ini akan dicatat oleh PT Parma dengan ayat jurnal sebagai berikut :

Kelebihan Nilai Buku yang Diperoleh Terhadap Biaya Investasi
Informasi tentang aktiva dan kewajiban PT Sanur pada saat pembelian penting, karena
akuntansi selanjutnya berdasarkan metode ekuitas. Anggaplah bahwa informasi tentang fair
value dan book value untuk PT Sanur pada tanggal 31 Desember 20x3 :






Akuntansi untuk Kelebihan Biaya Investasi Terhadap Nilai Buku yang Diperoleh


PT Pana membuat ayat jurnal berikut ini berdasarkan konsolidasi satu baris untuk mencatat
dividen dan pendapatan dari PT Sanur :





Kelebihan Nilai Buku yang Diperoleh Terhadap Biaya Investasi
Ilustrasi, PT Panda membeli 50% saham biasa berhak suara PT Tania pada tanggal 1
Januari 20x5 sebesar Rp 80.000.000. Ringkasan perubahan akun ekuitas pemegang saham
PT Tania selama tahun 20x5 adalah sebagai berikut :


Perbedaan antara nilai buku yang diperoleh dan biaya investasi adalah sebagai berikut :

Ayat jurnal akun investasi PT Panda pada PT Tania selama tahun 20x5 adalah sebagai
berikut :


Goodwill Negatif
Asumsikan bahwa PT Panda juga memperoleh 25% kepemilikan pada PT Sita dengan
harga Rp 220.000.000 pada tanggal 1 Januari 20x5, dimana aktiva bersih PT Sita pada
tanggal tersebut adalah sebagai berikut:



Ayat jurnal PT Panda atas investasi PT Sita selama tahun 20x5 adalah sebagai berikut :
















4. Ilustrasi Komparatif Metode Ekuitas dan Metode Cost
Perbandingan Komprehensif Metode Biaya dan Ekuitas













pencatatan dengan metode equitas
Pencatatan dengan Metode Ekuitas
1. Laba perusahaan anak
Investasi saham perusahaan anak xxx
Laba-rugi xxx
(% kepemilikan x laba perusahaan anak)

2. Rugi perusahaan anak
Laba-rugi xxx
Investasi saham perusahaan anak xxx
(% kepemilikan x rugi perusahaan anak)

3. Dividen perusahaan anak
Piutang dividen/kas xxx
Investasi saham perusahaan anak xxx
(% kepemilikan x dividen perusahaan anak)


Pencatatan dengan Metode Biaya
1. Laba perusahaan anak
Tidak dijurnal

2. Rugi perusahaan anak
Tidak dijurnal

3. Dividen perusahaan anak
Piutang dividen/kas xxx
Pendapatan dividen xxx
(% kepemilikan x dividen perusahaan anak)



Metode Ekuitas
Satu perusahaan anak dalam beberapa periode
Berikut adalah neraca PT. A dan PT. B per 31 Desember 2001 (sesaat setelah penguasaan
75% saham beredar PT. B oleh PT. A), 2002 dan 2003 (dalam ribuan) :

Rekening
2001 2002 2003
PT.A PT. B PT. A PT. B PT. A PT. B
Investasi pd PT.B 140 - 155 - 147,5 -
Aktiva 300 250 345 280 382,5 260
Total Aktiva
440 250 500 280 530 260
Utang 180 90 170 100 160 90
Modal Saham 200 100 200 100 200 100
Agio Saham 20 10 20 10 20 10
Laba ditahan 40 50 110 70 150 60
Total Utang &
440 250 500 280 530 260
Modal

Transaksi yang berhubungan dengan investasi saham adalah sebagai berikut :
1. Tanggal 05/12/2002 PT.B mengumumkan dividen kas Rp. 30.000
2. Tanggal 20/12/2002 PT.B membayar dividen kas
3. Tanggal 31/12/2002 PT.B melaporkan laba tahun 2002 Rp. 50.000
4. Tanggal 31/12/2003 PT.B melaporkan rugi tahun 2003 Rp. 10.000
Selisih Lebih antara HP-NB diakui sebagai goodwill (amortisasi 20 tahun)

Selisih HP-NB
2001 HP Rp. 140.000
NB 75% x (250-90) Rp. 120.000
Goodwill Rp. 20.000

2002 HP Rp. 155.000
NB 75% x (280-100) Rp. 135.000
Goodwill Rp. 20.000

Amortisasi Goodwill = 1 Th x Rp. 20.000/20 thn)
= Rp. 1.000
NB Goodwill = Rp. 20.000 Rp. 1.000
= Rp. 19.000

2003 HP Rp. 147.500
NB 75% x (260-90) Rp. 127.500
Goodwill Rp. 20.000

Amortisasi Goodwill = 2 Th x Rp. 20.000/20 thn)
= Rp. 2.000
NB Goodwill = Rp. 20.000 Rp. 2.000
= Rp. 18.000


Jurnal
05/12/2002 Piutang Dividen Rp. 22.500
Investasi Saham PT. B Rp. 22.500
(75% x dividen PT. B Rp. 30.000)

20/12/2002 Kas Rp. 22.500
Piutang dividen Rp. 22.500
(75% x dividen PT. B Rp. 30.000)

31/12/2002 Investasi Saham PT. B Rp. 37.500
Laba Rugi Rp. 37.500
(75% x laba PT. B Rp. 50.000)

31/12/2003 Laba rugi Rp. 7.500
Investasi Saham PT. B Rp. 7.500
(75% x rugi PT. B Rp. 10.000)


Perubahan Investasi Saham pada PT. B
Investasi per 31/12/2001 Rp. 144.000
Dividen (Rp. 22.500)
Laba Rp. 37.500
Rp. 15.000
Investasi per 31/12/2002 Rp. 155.000
Rugi Rp. 7.500
Investasi per 31/12/2003 Rp. 147.500






PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2001
Rekening PT.A PT.B Eliminasi NK
D K D K
Investasi pd PT.B 140 140
Goodwill 20 20
Aktiva 300 250 550
Total Aktiva 440 250
Utang
180 90 270
PT.A Modal Saham 200 200
Agio Saham 20 20
Laba Ditahan 40 40

PT.B
Modal Saham 100
Eliminasi 75% 75
Minority Int 25% 25
Agio Saham 10
Eliminasi 75% 7,5
Minority Int 25% 2,5
Agio Saham 50
Eliminasi 75% 37,5
Minority Int 25% 12,5
Total Utang & Modal 440 250 140 140 570 570


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2001
Aktiva 550.000 Utang 270.000
Goodwill 20.000 Modal :
Minority (PT.B):
Modal Saham 25.000
Agio Saham 2.500
Laba ditahan 12.500
40.000
Mayority (PT.A):
Modal Saham 200.000
Agio Saham 20.000
Laba ditahan 40.000
260.000
Total Aktiva
570.000
Total
Utang&Modal
570.000



PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2002
Rekening PT.A PT.B Eliminasi NK
D K D K
Investasi pd PT.B 155 155
Goodwill 20 1 19
Aktiva 345 280 625
Total Aktiva 500 280
Utang
170 100 270
PT.A Modal Saham 200 200
Agio Saham 20 20
Laba Ditahan 110 1 109

PT.B
Modal Saham 100
Eliminasi 75% 75
Minority Int 25% 25
Agio Saham 10
Eliminasi 75% 7,5
Minority Int 25% 2,5
Agio Saham 70
Eliminasi 75% 52,5
Minority Int 25% 17,5
Total Utang & Modal 500 280 156 156 644 644


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2002
Aktiva 625.000 Utang 270.000
Goodwill 19.000 Modal :
Minority (PT.B):
Modal Saham 25.000
Agio Saham 2.500
Laba ditahan 17.500
45.000
Mayority (PT.A):
Modal Saham 200.000
Agio Saham 20.000
Laba ditahan 109.000
329.000
Total Aktiva
644.000
Total
Utang&Modal
644.000



PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2003
Rekening PT.A PT.B Eliminasi NK
D K D K
Investasi pd PT.B 147,5 147,5
Goodwill 20 2 18
Aktiva 382,5 260 642,5
Total Aktiva 530 260
Utang
160 90 250
PT.A Modal Saham 200 200
Agio Saham 20 20
Laba Ditahan 150 2 148

PT.B
Modal Saham 100
Eliminasi 75% 75
Minority Int 25% 25
Agio Saham 10
Eliminasi 75% 7,5
Minority Int 25% 2,5
Agio Saham 60
Eliminasi 75% 45
Minority Int 25% 15
Total Utang & Modal 530 260 149,5 149,5 660,5 660,5


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2003
Aktiva 642.500 Utang 250.000
Goodwill 18.000 Modal :
Minority (PT.B):
Modal Saham 25.000
Agio Saham 2.500
Laba ditahan 15.000
42.500
Mayority (PT.A):
Modal Saham 200.000
Agio Saham 20.000
Laba ditahan 148.000
368.000
Total Aktiva
660.500
Total
Utang&Modal
660.500



Dua Perusahaan Anak dalam Satu Periode
Pada tahun 2000 PT. A membeli secara tunai saham beredar dua perusahaan sbb :
Tanggal 30/06/2000 membeli 2.250 saham PT. B Rp. 267.500
Tanggal 30/09/2000 membeli 3.200 saham PT. C Rp. 328.000

Neraca PT. A, PT. B dan PT. C per 31 Desember 2001 adalah sebagai berikut :

Rekening
PT.A PT.B PT.C
Kas 100.000 30.000 80.000
Piutang Wesel 150.000 50.000 100.000
Piutang Sewa 20.000 5.000 -
Piutang Dividen (PT.C) 40.000 - -
Peralatan 150.000 400.000 100.000
Gedung 200.000 - 300.000
Akumulasi Depresiasi (350.000) (300.000) (200.000)
Investasi pd PT. B 215.000 - -
Investasi pd PT. C 380.000 - -
Aktiva Lain-lain 745.000 325.000 550.000
Total Aktiva
1.650.000 510.000 930.000
Utang Wesel 200.000 90.000 -
Utang Sewa - - 10.000
Utang Dividen 80.000 - 50.000
Utang Lain-lain 220.000 160.000 370.000
Modal Saham @ Rp. 100 700.000 300.000 400.000
Laba ditahan 450.000 (40.000) 100.000
Total Utang & Modal
1.650.000 510.000 930.000

Dalam piutang wesel PT.C dan utang wesel PT.B tersebut termasuk Rp. 30.000 utang piutang
antara PT.B dan PT.C. Dalam piutang sewa PT.A dan utang wesel PT.C tersebut termasuk
Rp. 10.000 utang piutang antara PT.A dan PT.C.


PT.A
PT.B PT.C
Modal Saham (@ Rp. 100) 700.000 300.000 400.000
LYD 31/12/1999 140.000 60.000 (40.000)
Dividen kas 2000, diumumkan
20/12/2000 dibyr 10/1/2001

80.000

50.000
Laba rugi 2000 190.500 (60.000) 100.000
Dividen kas 2001, diumumkan
20/12/2001 dibyr 10/1/2002

80.000

50.000
Laba rugi 2001 200.000 (40.000) 140.000

Perlakuan Selisih HP-NB :
1. Selisih HP-NB saham PT.B Rp. 10.000 untuk penyesuaian peralatan (UE 5 tahun) sisanya
diakui sebagai goodwill (UE 10 tahun).
2. Selisih HP-NB saham PT.C untuk penyesuaian nilai gedung (UE 5 tahun).


Kepemilikan oleh PT.A
Saham PT.B
Jumlah lembar saham = Rp. 300.000/ Rp. 100
= 3.000 lembar
Prosentase kepemilikan = 2.250/3.000 lembar
= 75%

Saham PT.C
Jumlah lembar saham = Rp. 400.000/ Rp. 100
= 4.000 lembar
Prosentase kepemilikan = 3.200/4.000 lembar
= 80%


Selisih HP-NB saham PT.B
Saat perolehan
HP Rp. 267.500
NB MS = 75% x Rp. 300.000 Rp. 225.000
LYD 1999 = 75% x Rp. 60.000 Rp. 45.000
Rugi 2000 = 75% x 6/12 x (Rp. 60.000) (Rp. 22.500)
Rp. 247.500
Selisih lebih Rp. 20.000
Kenaikan peralatan Rp. 10.000
Goodwill Rp. 10.000

Per 31/12/2001
HP Rp. 215.000
NB MS = 75% x Rp. 300.000 Rp. 225.000
LYD 2001 = 75% x (Rp. 40.000) (Rp. 30.000)
Rp. 195.000
Selisih lebih Rp. 20.000
Kenaikan peralatan Rp. 10.000
Goodwill Rp. 10.000

Selisih HP-NB saham PT.C
Saat perolehan
HP Rp. 328.000
NB MS = 80% x Rp. 400.000 Rp. 225.000
LYD 1999 = 80% x (Rp. 40.000) (Rp. 32.000)
Laba 2000 = 80% x 9/12 x Rp. 100.000 Rp. 60.000
Rp. 348.000
Penurunan nilai gedung (Rp. 20.000)

Per 31/12/2001
HP Rp. 380.000
NB MS = 80% x Rp. 400.000 Rp. 320.000
LYD 2001 = 80% x Rp. 100.000 Rp. 80.000
Rp. 400.000
Penurunan nilai gedung (Rp. 20.000)

Jurnal
30/06/2000 Investasi saham PT. B 267.500
Kas 267.500
30/09/2000 Investasi saham PT. C 328.000
Kas 328.000
20/12/2000 Piutang Dividen 40.000
Investasi saham PT. C 40.000
31/12/2000 Laba Rugi 22.500
Investasi saham PT. B 22.500
Investasi saham PT. C 20.000
Laba Rugi 20.000
10/01/2001 Kas 40.000
Piutang Dividen 40.000
20/12/2001 Piutang Dividen 40.000
Investasi saham PT. C 40.000
31/12/2001 Laba Rugi 30.000
Investasi saham PT. B 30.000
Investasi saham PT. B 112.000
Laba Rugi 112.000


Perubahan Investasi PT.B, PT.C dan LYD PT.A

Investasi
PT.B
Investasi PT.C LYD PT.A
Saldo 31/12/1999
140.000
Perolehan 30/06/2000 267.500
Perolehan 30/09/2000 328.000
Dividen Kas 20/12/2000
PT. C (40.000)
PT.A (80.000)
Laba Rugi 2000
PT.A 190.500
PT.B (22.500) (22.500)
PT.C 20.000 20.000
Dividen Kas 20/12/2001
PT. C (40.000)
PT.A (80.000)
Laba Rugi 2001
PT.A 200.000
PT.B (30.000) (30.000)
PT.C 112.000 112.000
Saldo per 31/12/2001 215.000 380.000 450.000


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B dan PT.C
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2001
Kas 210.000 Utang Wesel 260.000
Piutang Wesel 270.000 Utang Dividen 90.000
Piutang Sewa 15.000 Utang Lain-lain 750.000
Peralatan 660.000
Gedung 480.000 Modal :
Akumulasi Depresiasi (848.000) Minority (PT.B):
Goodwill 8.500 Modal Saham 75.000
Aktiva Lain-lain 1.620.000 Laba ditahan (10.000)
65.000
Minority (PT.C):
Modal Saham 80.000
Laba ditahan 20.000
100.000
Mayority (PT.A):
Modal Saham 700.000
Laba ditahan 450.500
1.150.500

Total Aktiva

2.415.500
Total
Utang&Modal

2.415.500











pengujian penurunan goodwill

Dalam bisnis, goodwill mengacu kepada aktiva tak berwujud milik sebuah perusahaan yang tercipta dari
faktor - faktor yang menguntungkan seperti lokasi, kualitas produk, reputasi, dan keahlian
manajerial.Goodwill memungkinkan sebuah perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian atas
investasi yang seringkali melebihi tingkat pengembalian normal perusahaan lainnya dalam bisnis yang
sama.
Prinsip - prinsip akuntansi yang diterima umum membolehkan pencatatan goodwill dalam akun hanya
jika goodwill tersebut ditentukan secara objektif oleh transaksi.Sebuah contoh transaksi yang
membolehkan pencatatan goodwill adalah pembelian atau penjualan perusahaan.Goodwill harus
diamortisasi selama estimasi umur manfaatnya, yang tidak boleh melebihi 40 tahun.
Goodwill adalah salah satu unsur dari urusan perusahaan,yang termasuk dalam kelompok benda
bergerak tak bertubuh atau benda immateriel .Goodwill itu baru ada pada perusahaan yang berkembang
baik, sehingga mendapat laba atau biasa disebut perusahaan yang mempunyai goodwill.
Mr.SJ. Fockema Andrea (dalam buku Rechtsgelereed Handwoorenboek) menyatakan goodwill adalah
suatu benda ekonomis yang tak bertubuh, yang terjadi pada antara perusahaan dengan para langganan
dan kemungkinan perkembangan yang akan datang.
Goodwill dapat dipindah tangankan bersama dengan urusan perusahaan dan menjelma dalam balance
sebagai laba/keuntungan dan bukan bentuk kerugian.Membahas goodwill adalah membicarakan
kemajuan perusahaan.
Goodwill suatu perusahaan terjadi sebagai akibat dari adanya hubungan baik, management baik, cara
mengatur jalannya perusahaan yang sistematis dan efisien, pemilihan tempat penjualan strategis,
pemasangan iklan yang tepat dan menarik pelanggan, pemilihan bahan dasar yang tepat, baik dan
murah, hasil produksi baik, memenuhi selera konsumen dan harga murah, pelayan perusahaan yang
menarik para pembeli dan lain - lain, semedikian rupa sehingga perusahaan dapat menarik laba yang
banyak.
perusahaan yang memiliki goodwill dapat dipindah tangankan dengan harga yang tinggi, memperoleh
untung banyak, dan sahamnya dapat dijual dengan harga yang tinggi pula pada bursa saham.

II. Perlakuan Akuntansi Goodwill yang berlaku di Indonesia untuk saat ini
Perlakuan goodwill menggunakan pendekatan kapitalisasi - amortisasi untuk pencatatan
goodwill.Sebagai aktiva, goodwill harus diamortisasi selama perioda kemanfaatannya.Goodwill
diamortisasi dan dibukukan sebagai beban secara sistematis selama manfaatnya.Mengenai perioda
amortisasi goodwill dan metoda apa yang harus digunakan dijelaskan dala PSAK No. 22 Paragraf 39
berikut ini:
Goodwill harus diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya.Dalam mengamortisasi harus
digunakan metoda garis lurus, kecuali terdapat metoda lain yang dianggap lebih tepat pada keadaan
tertentu.Periode amortisasi goodwill tidak boleh lebih dari lima tahun, kecuali periode yang lebih panjang
tetapi tidak lebih dari 20 tahun dapat digunakan apabila terdapat dasar yang tepat.
Selain menggunakan pendekatan kapitalisasi - amortisasi, standar ini juga mengharuskan adanya
pengujian penurunan (impairment) nilai terhadap nilai saldo goodwill yang belum diamortisasi setiap
tanggal neraca.Penurunan nilai goodwill tersebut harus diakuki beban pada periode yang
bersangkutan.Hal ini di jelaskan dalam PSAK No.22 paragraf 44 dan 45 berikut ini.
44 saldo yang belum diamortisasi harus dievaluasi setiap tanggal neraca, dan apabila terdapat indikasi
bahwa jumlah tersebut tidak dapat sepenuhnya atau sebagian di pulihkan (recovered) dari ekspektasi
manfaat keekonomian dimasa yang akan datang, maka bagian jumlah yang tidak dipulihkan tersebut
tanggung jawab sebagai beban pada periode yang bersangkutan.Setiap penurunan nilai (write - down)
tidak boleh dinaikkan (write - up) kembali pada periode selanjutnya.
45 Penurunan (impairment) nilai goodwill dapat disebabkan berbagai faktor seperti trend ekonomi yang
tak menguntungkan, perubahan situasi persaingan dan hukum, dan peraturan perundangan.Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan penurunan jumlah arus kas yang dihasilkan.Dalam keadaan tersebut, saldo
goodwill segera diturunkan (write - down) dan diakui sebagai beban.

III. Perlakuan Goodwill Fersi IFRS
Dalam perkembangan akuntansi dewasa ini sangat cepat dalam praktek maupun teori.Sejalan dengan
perkembangan tersebut bahwa tidak jauh dari pengaruh kondisi ekonomi, sosial, politik dan budaya di
suatu tempat tersebut.Salah satu pelaporan keuangan yang berlaku baik dikalangan ekonomi maupun
dunia bisnis yang cakupannya internasional.
Goodwill adalah kelebihan - kelebihan, keistimewaan yang dimiliki perusahaan, yang oleh karenanya
menjadi dinilai lebih oleh pihak lain.Kelebihan/keistimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki
reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari
pesaingnya, letaknya strategis dan lain - lain.
IFRS mensyaratkan suatu perusahaan untuk menaati setiap standar efektif pada tanggal pelaporan atas
laporan keuangan yang pertama sesuai dengan IFRS.Dengan memastikan perkecualian (exaption) dan
pengecualian (exemtion) tertentu, IFRS harus diterapkan secara retrospektif.Oleh karenanya, jumlah
komparatif termasuk neraca awal untuk periode komparatif, harusnya dinilai ulang dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum (generally accepted accounting principles - GAAP) ke IFRS.Neraca IFRS awal pada
tanggal transaksi seharusnya mengakui semua aktiva dan kewajiban yang pengakuannya tidak
diperkenankan oleh IFRS.Terkait dengan penggabungan usaha dan goodwill yang dihasilkan, jika
penggabungan usaha sebelum tanggal transaksi tidak dinilai ulang, maka :
Goodwill akibat pembelian kontingen tertentu yang terjadi sebelum tanggal transisi harus dilakukan
penyesuaian.
Setiap aktiva tidak terwujud yang diperoleh tidak berdasarkan IFRS (yang tidak memenuhi syarat
sebagai goodwill) harus diklasifikasi ulang
Uji penurunan nilai harus dilakukan untuk goodwill serta goodwill yang negatif yang ada harus
dikreditkan terhadap ekuitas

Pada aktiva tidak berwujud (Intengible asset) jumlah beriut ini dapat digunakan sebagai nilai terpilih,
dengan syarat terdapat pasar yang aktif untuk aktiva tersebut yaitu nilai pasar pada tanggal transaksi
atau penilaian ulang pada tanggal sebelum transisi, jika penilaian ulang secara umum dapat
diperbandingkan dengan nilai wajar atau biaya yang didepresiasikan yang disesuaikan dengan indeks
harga umum atau khusus.Untuk nilai wajar untuk suatu peristiwa, jika nilai wajar telah digunakan untuk
sebagian atai seluruh aktiva dan keajiban berdasarkan GAAP sebelumnya, maka nilai wajar ini dapat
digunakan sebagai "nilai terpilih", IFRS pada tanggal pengukuran.Goodwill harus diuji untuk penurunan
nilainya setiap tahun serta goodwill tidak boleh diamortisasi.
Selama bertahun - tahun goodwill menjadi salah satu topik yang menjadi kontroversial dalam
akuntansi.Goodwill tidak dapat dinilai secara langsung.Nilainya secara umum ditentukan melalui
penilaian yang didasarkan pada asumsi penilai.Masalah pengakuan goodwill mendapat pendukung dan
penentang dikalangan kaum profesional.Pendukung pengakuan goodwill menekankan bahwa goodwill
merupakan "nilai tekini atas pengembalian lebih yang dapat dihasilkan oleh perusahaan.Kelompok ini
mengatakan bahwa menentukan nilai kini atas kelebihan pengembalian merupakan analogi terhadap
nilai menentukan kini atas arus kas masa depan yang tekait dengan aktiva dan proyek
lainnya.Penentang pengakuan goodwill mengatakan bahwa harga yang dibayarkan untuk mengakuisisi
seringkali ternyata didasarkan pada ekspektasi/harapan yang tidak realistis, sehingga mengakibatkan
penghapusan goodwill dimasa depan.

IV. Perlakuan Akuntansi Goodwill di Masing - Masing Negara
Standar akuntansi di Inggris Raya membolehkan perusahaan menggunakan penilai untuk menentukan
nilai pasar wajar atas asset tetapnya dan hal tersebut tidak boleh dilakukan di Amerika.
Standar akuntansi di Meksiko memperbolehkan perusahaan untuk menyesuaikan nilai persediaannya
terhadap laju inflasi, dan kebanyakan negara lain melarang hal tersebut.
Standar akuntansi di Amerika Serikat memperbolehkan goodwill diamortisasi dan dijadikan beban hanya
jika goodwill tersebut mengalami penurunan nilai, sedangkan di beberapa negara lain goodwill dapat
diamortisasi dengan periode yang berbeda - beda.
Standar akuntansi di Australia (Australian Accounting Standards 18), bahwa goodwill yang dihasilkan
dari proses akuisisi harus dikapitalisasi dan diamortisasi secara sistematik selama periode yang tidak
boleh lebih dari 20 tahun





































kumpulan soal investasi dalam saham

1. Pada tanggal 2 Januari 2012, PT X membeli 40% saham yang beredar PT Y. PT Y melaporkan laba
bersih sebesar Rp 725.000.000 dan mengumumkan deviden sebesar Rp 205.000.000 selama tahun
2012. Berapakah jumlah penyesuaian yang akan dilakukan oleh PT X terhadap investasinya pada
saham PT Y dengan metode ekuitas?
Investasi dalam saham PT Y 4,000,000,000

Kas

4,000,000,000

Perhitungan :

dimisalkan 40% dari seluruh saham PT Y adalah Rp 4.000.000.000


Investasi dalam saham PT Y 290,000,000

Laba dari saham PT Y

290,000,000

Perhitungan :

40% (Rp 725.000.000) = Rp 290.000.000


Piutang deviden 82,000,000

Investasi dalam saham PT Y

82,000,000

Perhitungan :

40% (Rp 205.000.000) = Rp 82.000.000


2. Pada tanggal 2 Januari 2012, PT A membeli 25% saham yang beredar PT B. PT B melaporkan rugi
bersih sebesar Rp 250.000.000 dan mengumumkan deviden sebesar Rp 40.000.000 selama tahun
2012. Berapa jumlah penyesuaian yang aka dilakukan oleh PT A terhadap investasinya pada
saham PT B dengan metode ekuitas?

Investasi dalam saham PT B 2,500,000,000

Kas

2,500,000,000

Perhitungan :

Dimisalkan 25% dari seluruh saham PT B adalah Rp
2.500.000.000

Rugi dari saham PT B 62,500,000

Investasi dalam saham PT B

62,500,000

Perhitungan :

25% (Rp 250.000.000) = Rp 62.500.000


Piutang deviden 10,000,000

Investasi dalam saham PT B

10,000,000



Perhitungan :

25% (Rp 40.000.000)=Rp10.000.000

3. Pada tanggal 1 Maret, PT Refa memperoleh 4.000 lembar dari 50.000 lembar saham biasa yang
beredar PT Refi seharga 40,5 ditambah biaya komisi sebesar Rp 150.000. Pada tanggal 8 Juli,
deviden tunai sebesar Rp 1.750 per lembar dan deviden saham 2% diterima. Pada tanggal 7
Desember, 1.000 lembar saham dijual seharga 52,5 dikurangi biaya komisi Rp 55.000
Investasi dalam saham PT Refi 16,200,000

Biaya komisi 150,000

Kas

16,350,000

Perhitungan :

4.000 x 40,5 x 100% = Rp 16.200.000

Biaya komisi = Rp 150.000

Kas = Rp 16.350.000


Kas 7,324,000

Pendapatan deviden

7,000,000

Deviden saham

324,000

Perhitungan :

Rp 1.750 x 4.000 = Rp 7.000.000

2% (Rp 16.200.000) = Rp 324.000


Kas 5,195,000

Biaya Komisi 55,000

Investasi dalam saham PT Refi

4,050,000

Laba penjualan saham PT Refi

1,200,000

Perhitungan :

1.000 x 5.250 = Rp 5.250.000

1.000 x 4.050 = Rp 4.050.000

Laba = Rp 1.200.000













4. PT Merah memperoleh 70.000 lembar saham biasa PT Putih dengan total biaya Rp 1.960.000.000
sebagai investasi jangka panjang. PT Putih memiliki 280.000 lembar saham biasa yang beredar.
PT Merah menggunakan metode ekuitas untuk investasi tersebut. PT Putih melaporkan laba
bersih Rp 3.000.000.000 untuk periode berjalan. PT Putih membayar deviden tunai Rp 3.800 per
lembar biasa selama periode berjalan.
Investasi dalam saham PT Putih 1,960,000,000

Kas

1,960,000,000


Investasi dalam saham PT Putih 750,000,000

Laba dari saham PT Putih

750,000,000

Perhitungan :

70.000/280.000 x 3.000.000.000 = Rp
750.000.000

Kas 266,000,000

Investasi dalam saham PT Putih

266,000,000

Perhitungan :

Rp 3.800 x 70.000 = Rp 266.000.000


PT Jasmine merupakan perusahaan yang menjual produk produk kecantikan dalam jumlah grosir.
5. 3 Jan'10 Membeli 4.000 lembar saham biasa yang beredar milik PT Mawar pada harga 55
ditambah biaya komisi dll Rp 480.000. PT Mawar memiliki 100.000 lembar saham
Investasi dalam saham PT Mawar 22,000,000

Kas

22,000,000

Perhitungan :

4.000 x 55.000 = Rp 22.000.000


2 Jul'10 Menerima deviden rutin Rp 1.250 per lembar dari PT Mawar
Kas 2,500,000

Pendapatan deviden

2,500,000

Perhitungan :

6/12 x Rp 1.250 x 4.000 = Rp 2.500.000


5 Des'10

Kas 2,900,000

Pendapatan deviden

2,900,000

Perhitungan :

6/12 x Rp 1.250 x 4.000 = Rp 2.500.000

Rp 100 x 4.000 = Rp 400.000


6. 2 Jan'11 Memperoleh hak pengendali dari PT Melati dengan membeli 32.000 lembar saham
seharga Rp 540.000.000 langsung dari pendiri PT Melati. PT Melati memiliki 128.000 lembar saham
yang beredar.
Investasi dalam saham PT Melati 540,000,000

Kas

540,000,000


6 Jul'11 Menerima deviden tunai rutin Rp 1.250 per lembar dan deviden saham 4% dari PT Mawar
Kas 11,300,000

Pendapatan deviden

2,500,000

Deviden saham

8,300,000

Perhitungan :

6/12 x Rp 1.250 x 4.000 = Rp 2.500.000

4% x 4.000 x Rp 55.000 = Rp 8.800.000


23 Okt'11 Menjual 800 lembar saham PT Mawar Rp 68.000. Pialang mengurangi biaya komisi dan
lain lain Rp 140.000, dan membayar sisanya.
Kas 54,260,000

Biaya komisi 140,000

Investasi dalam saham PT Mawar

44,000,000

Laba penjualan saham PT Mawar

10,400,000

Perhitungan :

800 x Rp 68.000 = Rp 54.400.000

800 x Rp 55.000 = Rp 44.000.000

Laba = Rp 10.400000


10 Des'11 Menerima deviden dengan jumlah baru yaitu Rp 1.500 per lembar dari PT Mawar
Kas 2,400,000

Pendapatan deviden

2,400,000

Perhitungan :

6/12 x Rp 1.500 x 3.200 = Rp 2.400.000


7. 31 Des'11 Menerima deviden tunai sebesar Rp 38.000.000 dari PT Melati. PT Melati melaporkan
laba bersih sebesar Rp 260.000.000 pada tahun 2011. Gunakan metode ekuitas.
Kas 38,000,000

Investasi dalam saham PT Melati

38,000,000


Investasi dalam saham PT Melati 65,000,000

Laba dari saham PT Melati

65,000,000

Perhitungan :

32.000/128.000 x Rp 260.000.000 = Rp
65.000.000

Anda mungkin juga menyukai