dan Titik Leleh Tanggal Praktikum : 25 September 2014 Tanggal pengumpulan : 2 Oktober 2014
Disusun Oleh: Jonathan Berlian Kurniawan 10613073 Kelompok 8
Asisten: Muhammad Fauzan 10612037
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014 I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dari percobaan pemisahan dan pemurnian zat padat: dekristalisasi dan titik leleh adalah sebagai berikut 1. Menentukan titik leleh dari asam benzoat murni 2. Menentukan titik leleh dari kamper
II. TEORI DASAR Kristalisasi adalah proses pembentukan partikel-partikel zat padat didalam suatu fase homogen. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel padat dalam uap, seperti dalam pembentukan salju sebagai pembekuan (Solidification) didalam lelehan cair. Kristalisasi dapat terbentuk melalui dua tahap yaitu, nukleasi atau pembentukan inti kristal dan pertumbuhan kristal. Ada suatu faktor pendorong untuk laju nukleasi dan laju pertumbuhan kristal ini yaitu supersaturasi. Baik nukleasi maupun pertumbuhan tidak dapat berlangsung didalam larutan jenuh atau tak jenuh. Inti Kristal dapat terbentuk dari berbagai jenis partikel, molekul, atom atau ion. Karena adanya gerakan dari partikel-partikel tersebut, beberapa partikel mungkin membentuk suatu gerombol atau klaster, klaster yang cukup banyak membentuk embrio pada kondisi leat jenuh yang tinggi embrio tersebut membentuk inti Kristal (Pinalia, 2011). Kristalisasi secara umum dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD), kemurnian kristal (Crystal purity) dan bentuk Kristal. Pada proses kristalisasi kristal dapat diperoleh dari lelehan (Melt crystallization) atau larutan (Crystallization from solution). Dari kedua proses ini yang paling banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi dari larutan (Setyopratomo, 2003). Rekristalisasi adalah salah satu cara pemurnian zat padat yang mana zat-zat tersebut atau dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001). Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran- ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum- jarum, sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai (Svehla, 1979). Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla, 1979). Pada percobaan kali ini salah satu zat kimia yang digunakan adalah asam benzoate. Asam benzoat memiliki rumus molekul C 7 H 6 O 2 (atau C 6 H 5 COOH). Zat ini adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari gum benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya. Karena asam benzoat larut dengan baik dalam air panas namun buruk dalam air dingin, Asam benzoat ini dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dari air. Pelarut lain yang memungkinkan untuk digunakan antara lain asam asetat, benzena, eter petrolium, dan campuran etanol dan air (Khardian, 2009). Sublimasi intinya adalah proses pengering-bekuan (freeze drying). Prinsipnya dengan menghilangkan air dan pelarut lain dari produk beku tanpa melewati fase cair. Tingkat kebekuan produk yang dapat dicapai, lama pengeringan dan jenis produk yang dikering-bekukan serta faktor personil yang mengoperasikan alat dalam proses sublimasi tersebut. Pembekuan secara perlahan-lahan lebih baik dibandingkan dengan pembekuan secara cepat, karena dengan pembekuan secara perlahan-lahan dapat membentuk kristal es yang besar sehingga kondisi ini akan memperlancar proses sublimasi dari setiap lapisan es dalam produk. Tahap pengeringan pertama dimulai pada saat produk sudah berada dalam kondisi beku sempurna dan keadaan beku ini harus tetap dipertahankan selama proses pengeringan (Misyetti, 2006).
III. DATA PENGAMATAN Pada percobaan kali ini ada dua percobaan yaitu rekristalisasi asam benzoat kotor dan sublimasi kamper kotor. Pada kristalisasi asam benzoat, berat Kristal yang didapat sebanyak 0,3064 gr. Titik lelehnya berdasarkan percobaan sebesar 128 o C. Pada sublimasi kamper, berat Kristal yang terbentuk sebesar 0,2 gr. Titik lelehnya berdasarkan percobaan sebesar 86 o - 88 o C. Data pengamatan secara singkat dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut
Tabel 3.1 Data pengamatan rekristalisasi asam benzoate dan sublimasi kamper Nama zat Berat Kristal akhir (gr) Titik leleh (oC) Asam Benzoat 0,3064 128 Kamper 0,2 86-88
IV. PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini, kita melakukan rekristalisasi asam benzoat kotor dan sublimasi kamper. Pada asam benzoat dilarutkan dalam air panas sambil diaduk dan ditambahkan norit atau arang halus. Penggunaan arang ini adalah untuk menyerap zat warna dalam larutan karena senyawa asam benzoat tidak berwarna (Sciencelab,2013). Penggunaan norit ini tidak boleh diulang walaupun larutan masih berwarna karena dapat menyerap senyawanya. Setelah penambahan norit ini, larutan ini difiltrasi dan ditampung dalam labu Erlenmeyer yang dipanaskan. Setelah Kristal terbentuk, labu diangkat dan didinginkan dahulu sebelum dimasukkan ke dalam air es, karena perubahan suhu yang drastic dapat membuat labu Erlenmeyer retak. Kristal yang terbentuk ini dicuci dahulu menggunakan corong Bcher supaya Kristal benar-benar bersih. Kristal ini kemudian ditimbang dan dihitung titik lelehnya. Pada percobaan kali ini titik leleh asam benzoat yang didapat adalah 128 o C. Jika dibandingkan dengan literatur dimana titik leleh asam benzoate adalah 122,4 o C (Sciencelab, 2013), titik leleh asam benzoat ini masih dianggap betul karena persen kesalahan kurang dari 5% atau hanya sebesar 4,57% saja. Perbedaan titik leleh ini bisa disebabkan oleh Kristal akhir asam benzoat yang belum sepenuhnya murni karena masih ada kontak dengan udara bebas. Pada percobaan sublimasi kita menggunakan kamper sebagai senyawanya. Kamper ini ditaruh diatas cawan porselen yang atasnya ditutupi oleh kaca arloji yang sudah diberi es, dan dipanaskan diatas pemanas. Karena kamper yang dipanaskan menyublin, kita dapat mengumpulkan Kristal dengan memindahkan cairan es pada kaca arloji dengan pipet tetes. Berat Kristal yang didapatkan sebesar 0,2gr dengan titik leleh sebesar 86-88 o C. Jika dibandingkan dengan literatur dimana titik leleh dari kamper sebesar 180 o C (Science Lab,2013), Titik leleh pada percobaan dan pada literature jauh berbeda dengan persen kesalahan lebih dari 5% atau sebesar 51,67%. Kesalahan ini dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan sehingga kemurnian kamper masih kurang yang menyebabkan turunnya titik lelehnya. Selain itu mungkin kristalnya belum terbentuk sempurna dan masih basah sehingga kamper meleleh lebih cepat.
V. KESIMPULAN Kesimpulan dari percobaan dari pemisahan dan pemurnian zat padat: rekristalisasi dan titik leleh adalah sebagai berikut: 1. Titik leleh asam benzoat berdasarkan percobaan adalah 128 o C 2. Titik leleh kamper berdasarkan percobaan adalah 86-88 o C
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia, Jakarta. Khardian, Andry. 2009. Asam Benzoat http://www.netsains.com/. diakses pada 1 Oktober 2014. Misyetti. 2006. Kajian Instabilitas Kit Kering Radiofarmaka Bertanda 99m Tc Ditinjau Dari Aspek Kimia Dan Fisika Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN. 30 Pinalia, A., 2011, Kristalisasi Ammonium Perkoalat (AP) Dengan Sistem Pendinginan Terkontrol Untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat, Majalah Teknologi Dirgantara, 30(4) Pinalia, A., 2011, Penentuan Metode Rekristalisasi Yang Tepat Untuk Meningkatkan Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP), Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara, 6(2). Sciencelab. Material Safety Data Sheet Benzoic Acid http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927096. Diakses 1 oktober 2014 Sciencelab. Material Safety Data Sheet Champor (DL) http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923284. Diakses 1 oktober 2014 Svehla, 1979, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimi o, PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.kr