0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
35 tayangan11 halaman
Epistemologi Fiqh Abu Hanifah
Abu Hanifah dianggap sebagai pendiri mazhab hukum Islam yang dikenal dengan mazhab Abu Hanifah. Ia lahir pada masa sahabat Nabi Muhammad SAW masih hidup walaupun tidak sempat bertemu langsung. Abu Hanifah dikenal kuat menggunakan metode ijtihad dengan ra'y (akal) meski tetap mengacu pada dalil-dalil Alquran dan hadis. Latar belakang pendidikan dan budaya
Epistemologi Fiqh Abu Hanifah
Abu Hanifah dianggap sebagai pendiri mazhab hukum Islam yang dikenal dengan mazhab Abu Hanifah. Ia lahir pada masa sahabat Nabi Muhammad SAW masih hidup walaupun tidak sempat bertemu langsung. Abu Hanifah dikenal kuat menggunakan metode ijtihad dengan ra'y (akal) meski tetap mengacu pada dalil-dalil Alquran dan hadis. Latar belakang pendidikan dan budaya
Epistemologi Fiqh Abu Hanifah
Abu Hanifah dianggap sebagai pendiri mazhab hukum Islam yang dikenal dengan mazhab Abu Hanifah. Ia lahir pada masa sahabat Nabi Muhammad SAW masih hidup walaupun tidak sempat bertemu langsung. Abu Hanifah dikenal kuat menggunakan metode ijtihad dengan ra'y (akal) meski tetap mengacu pada dalil-dalil Alquran dan hadis. Latar belakang pendidikan dan budaya
membuat dua kategori pemikiran epistempologis fqh ke dalam dua trend; yakni Ahl al Hadits dan Ahl ar-a!y" #ermasuk dalam kategori Ahli al Hadits antara lain$ %mam &alik dan %mam Ahmad %bn Hanbal" 'ementara Abu Hanifah sering dikategorikan dalam Ahl ar-a!y" (lasifkasi itu menimbulkan pertanyaan krusial sekitar apakah benar Abu Hanifah termasuk kategori Ahl-a!y dan apa parameter yang digunakan untuk melakukan kategorisasi itu" )ntuk menjawab pertanyaan ini* sekaligus membuktikan benar dan tidaknya klaim tersebut* yang harus dianalisis pertama kali adalah fakta-fakta seputar dua ma+hab besar yang berkembang pada waktu itu* yaitu mazhab Ahl al-Hadits dan Ahl ar-Ra'y* berikut metodologi dan hasil ijtihad mereka" Pengklasifkasian para ulama ke dalam dua kategori tersebut sebenarnya lebih karena akti,itas mereka dalam men-ari dasar-dasar yang menjadi landasan istinbth .penggalian hukum/ mereka" 'ebagian mujtahid selalu mengaitkan pemahaman atas 'ibrah .ungkapan se-ara literal/ yang terdapat dalam nash* dan berhenti pada batasan makna yang ditunjukkan nash* lalu mengaitkan ijtihad mereka dengan makna-makna tersebut" 0ah* mereka inilah yang kemudian dikenal dengan Ahl al-Hadits" 'ebagian lain menganalisis makna-makna yang ditunjukkan oleh 1ib2rah nash yang bisa dijangkau oleh akal* sebagai tambahan terhadap makna-makna tekstualnya" &ereka inilah yang kemudian dikenal dengan ma+hab Ahl ar- Ra'y" 3
Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya
1 As-'yaikh #aqiyuddin an-0abhani* as-Syakhshiyyah al- Islmiyyah, 4ar al-)mmah* 5eirut* edisi &u1tamadah* 6778* %98:3" Fenomena ini sebenarnya bisa kita temukan ketika 0abi saw" masih hidup" (etika beliau mengutus pasukan ke 5ani ;urai+hah* misalnya* beliau pernah bersabda$ Al l yushalliannna ahad[un al-'ashra ill !" #ani $uraizhah .%ngat* jangan ada siapapun yang shalat Ashar* ke-uali di 5ani ;urai+hah/" 6 'ebagian sahabat memahami perintah tersebut se-ara literal; mereka tidak shalat* ke-uali seperti yang telah diperintahkan oleh asul* yakni setelah sampai di 5ani ;urai+hah" &ereka pun terpaksa mengakhirkan shalat Ashar* padahal untuk sampai di sana waktu Ashar sudah habis" 'ebagian lagi memahami sabda 0abi saw" tersebut se-ara kontekstual* karena khawatir begitu sampai di sana waktu Ashar telah berakhir" &ereka pun akhirnya shalat sebelum sampai di 5ani ;urai+hah" 8 Fenomena ini menunjukkan* bahwa kedua kelompok tersebut sama-sama menggunakan dalil dan sama-sama memahami dalil* tetapi yang pertama memahami dalil se-ara literal* sementara yang kedua memahaminya se-ara kontekstual" 4ari sini bisa dipahami* bahwa fenomena Ahl al- Hadits dan Ahl ar-Ra'y tidak bisa disederhanakan; seolah-olah Ahl al-Hadits adalah mereka yang hanya menggunakan hadits* atsar* dan fatwa sahabat* sebaliknya meninggalkan jauh-jauh ra'y .akal9pandangan/ mereka dalam berijtihad; sementara Ahl ar-Ra'y adalah mereka yang seolah-olah hanya berijtihad dengan menggunakan ra'y .akal9pandangan/ mereka" Latar Belakang Abu Hanifah Abu Hanifah an-0u1man .:7-3<7 H9=77-=>: &/ adalah salah seorang tb"'at-tbi'"n" 5eliau lahir ketika empat sahabat asulullah saw" masih hidup* yaitu Anas bin &alik di 5asrah* Abdullah bin Abi Aufa di (ufah* 'ahal bin 'a1ad as-'a1idi di &adinah* dan Abu ath- #hufail 1Amir bin ?ail di &akkah" Akan tetapi* beliau 2 Al-;urthubi* %a!s"r al-$urthubi, @%9833& 3 Al-;urthubi, ibid* @%9833" tidak sempat bertemu dengan mereka" Ada yang mengatakan* bahwa beliau sempat bertemu dengan Anas bin &alik" 4ari Anas* beliau meriwayatkan hadits$ %halab al-'ilmi !aridhat[un 'ala kulli 'uslim" A 'elain itu* beliau juga pernah menunaikan ibadah haji bersama ayahnya pada tahun B> H" 4i &asjid al-Haram* beliau sempat bertemu dengan 1Abdullah bin al-Harits bin Cu+ a+-Dubaidi* salah seorang sahabat 0abi saw" 4arinya* Abu Hanifah meriwayatkan hadits$ 'an ta!a((aha !" d"nillh ka!ahullhu hammuhu )a riz(uhu min haytsu la yahtasib" < (arena itulah* sebagian ulama juga menyatakan* bahwa beliau merupakan generasi t2bi1En" 5eliau juga mempunyai banyak guru* antara lain$ Hammad bin Abi 'ulaiman* Daid bin Ali Dain al-Abidin* &uhammad al-5aqir Dain al-Abidin* Ca1far as-'hadiq* Abdullah bin al-Hasan bin al-Hasan* Cabir bin Fa+id al- Ca1f* %brahim an-0akhai* dan as-'ya1bi" 4i antara mereka* yang paling berpengaruh terhadap diri beliau adalah Hammad* !u(aha' (ufah .w" 367 H/" 5eliau berguru kepada Hammad selama 66 tahun* hingga umur A7 tahun" 4ari Hammad* beliau belajar fkih dan hadits" 5eliaulah yang menggantikan Hammad untuk mengajar di &asjid (ufah* setelah beliau wafat" 'atu hal yang patut di-atat* bahwa meski beliau berguru kepada Hammad* juga kepada %brahim an-0akha1i* beliau mempunyai banyak pendapat yang berbeda dengan gurunya* sebagaimana yang ditulis oleh sahabat beliau* &uhammad bin al-Hasan* dalam kitabnya* al-Atsar" >
?aki1 bin al-Carrah* salah seorang !u(aha' (ufah* pernah melukiskan majelis Abu Hanifah$ G5agaimana mungkin Abu Hanifah melakukan kesalahan* padahal bersama beliau ada Abu Fusuf dan 4 %bn &ajah dalam &uqaddimah* #ab *adh al-'+lam' )a al- Hatstsu 'ala %halab al-'Ilm, no& ,-.& Camaluddin al-&uru+i berkomentar$ Hadits ini diriwayatkan melalui jalur yang men-apai derajat hasan" Abu Hanifah* &usnad* (itab al-1%lm* hlm" 6<" 5 Al-(hatib* %r"kh, %%%986" Abu Hanifah* &usnad* (it2b al-1%lm* hlm" 6<-6>"
4r" Ahmad as-'yarbasi* al-A'immah al-'Arba'ah, 4ar al-Cil* 5eirut*
hlm" 66" Dafar yang terkenal dengan $iyas-nya; Fahya bin Abi Daidah* Hafsh bin Hhuyats* Hibban dan &undil yang terkenal dengan hapalan haditsnya; al-;asim bin &a1an yang terkenal dengan pengetahuan bahasa Arabnya; 4awud at-#hai dan Fudhail bin %yadh yang terkenal dengan ke+uhudan dan kewaraannyaI 'elama yang mengikuti majelisnya seperti mereka* beliau tidak bisa melakukan kesalahan" 'ebab* kalau beliau melakukannya* pasti mereka akan menyanggahnya"J = Hanya saja* ke-enderungan Abu Hanifah yang paling menonjol memang dalam penggunaan ra'y" 5eliau bahkan dinobatkan sebagai %mam Ahl ar-Ra'y" : &eski orang sering keliru* ketika beliau disebut-sebut sebagai %mam Ahl ar-Ra'y* seolah-olah beliau tidak menguasai hadits* atau bukan ahli hadits" Padahal* beliau juga mempunyai kitab hadits yang terkenal* &usnad Abi Hanifah* yang dikumpulkan oleh &uhammad bin &ahmud al-(huwari+mi .w" ><< H/* dan diterbitkan di &esir tahun 388> H" &usnad ini setebal :77 halaman" 'ahabat Abu Hanifah* &uhammad bin al- Hasan* juga telah mengumpulkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hanifah dalam kitabnya* al-Atsar" 'elain itu* Abu Fusuf* murid Abu Hanifah juga melakukan hal yang sama* kemudian mengumpulkannya dalam kitab yang lain" B
Hanya saja* perlu digarisbawahi* bahwa konteks di mana Abu Hanifah dibesarkan memang ikut berpengaruh pada penerimaan beliau terhadap hadits" 'eperti yang telah dimaklumi* bahwa di %rakKyang terkenal sebagai dr adh-dharb .wilayah konLik/Ktelah terjadi banyak pemalsuan hadits" (arena itu* beliau sangat berhati-hati dalam menerima hadits* dan menetapkan syarat yang ketat* antara lain* hadits tersebut harus populer di kalangan orang-orang ! Ibid, hlm" 6<& " Ibid, hlm" 33" # As-'yaikh 1Ali as-'ayis* %r"kh al-*i(h al-Islmi, 4ar al-Fikr al- &u1ashir* &esir* -et" %* 3BBB* hlm" 3=7-3=3" tsi((ah* dan perawinya juga tidak melakukan sesuatu yang kontradiksi dengan apa yang diriwayatkan" 37
1$ Ibid, hlm" 3=6" Metodologi Abu Hanifah dan Implikasi Hukumnya &emang* tidak bisa disangkal* selain ke-enderungan Abu Hanifah yang kuat dalam menggunakan ra'y* latar belakang pendidikan* guru* dan kultur beliau yang dibesarkan di %rak juga ikut menentukan -orak ijtihad beliau" 'e-ara umum* Abu Hanifah sendiri telah menyangkal klaim-klaim orang yang menganggap seolah-olah bahwa beliau mengagungkan akalnya$ Saya heran den/an oran/-oran/ yan/ men/atakan, seolah-olah saya telah ber!at)a den/an ra'y& 0adahal, saya tidak akan memberikan !at)a, ke1uali den/an landasan atsar 2ri)ayat, bisa as-Sunnah dan 3enda3at sahabat4& #ohon/5 6emi Allah, kalau ada oran/ yan/ men/atakan bah)a saya lebih mendahulukan (iyas dari3ada nash7 itu meru3akan tuduhan bohon/ yan/ dituduhkan ke3ada kami& A3akah setelah dinyatakan nash, masih dibutuhkan (iyas8 Kami 9u/a tidak akan men//unakan (iyas, ke1uali ketika san/at ter3aksa& Kalau kami tidak menemukan dalil, ketika itulah kami baru men//unakan (iyas atas a3a yan/ didiamkan nash, berdasarkan manth:( 2tekstual4-nya nash& Kami, 3ertama-tama, akan men/ambil Kitabullah, as-Sunnah, lalu ke3utusan sahabat, serta melakukan a3a yan/ mereka se3akati& Kalau mereka berselisih, kami akan men/analo/ikan satu hukum 3ada hukum lain, den/an melihat 3ersamaan 'illat di antara kedua masalah tersebut, sam3ai maknanya benar-benar 9elas& ;; (alau kemudian Abu Hanifah menggali suatu hukum dari hadits* yang notabene berbeda dengan ulama lain* jelas itu bukan karena kelan-angan ataupun rekaan beliau* tetapi lebih karena kedalaman pemahaman beliau" (arena itu* Abu Fusuf* murid 11 4r" Ahmad as-'yarbasi* O3& <it&, hlm" 86" sekaligus mujtahid ma+hab Hanaf* menyatakan* M'aya tidak menemukan ada orang yang lebih menguasai penjelasan hadits dan tempat-tempat fkih yang langka di dalam hadits melebihi Abu Hanifah"M 36 4ari sini* bisa disimpulkan* bahwa se-ara metodologis* Abu Hanifah telah menetapkan sumber yang menjadi rujukan istinb2th beliau adalah al-;uran* as-Sunnah, I9ma, $iyas dan Istihsn" #entang penggunaan al-;uran tidak perlu dibahas* karena sudah jelas" Adapun tentang penggunaan as-Sunnah* beliau menggunakan hadits muta)tir, masyh:r, dan ahad; serta menguatkan mana yang diriwayatkan oleh orang- orang yang tsi((ah" 'ebagai -ontoh* Abu Hanifah tidak mengangkat tangan ketika rukuk dan i'tidal saat takbir inti(l" 4alam kasus ini* al-Au+a1i sempat berdebat lama dengan Abu Hanifah* karena al-Au+a1i berpegang pada riwayat a+-Duhri* yang notabene mengangkat tangan* sementara Abu Hanifah berpegang pada riwayat Hammad* yang tidak mengangkat tangan" (etika al- Au+a1i mengatakan* M'aya memberitahukan kepada Anda hadits dari a+-Duhri dari 'alim* dari ayahnya* lalu Anda menjawab* 1'aya diberitahu Hammad dari %brahim"1M Abu Hanifah menjawab* MHammad lebih fakih ketimbang a+-Duhri* dan %brahim lebih fakih ketimbang 'alim* sementara Alqamah bukanlah ulama yang le,elnya berada di bawah %bn )mar" (alau %bn )mar adalah sahabat dan mempunyai kemuliaan sebagai sahabat* maka al-Aswad .sanad yang menjadi jalur Abu Hanifah/ juga memiliki keutamaan yang besar"M Nalu al- Au+a1i pun terdiam" 38
&engenai %jma* Abu Hanifah menetapkan bahwa %jma yang bisa digunakan adalah %jma para mujtahid* yang terjadi pas-a wafatnya asulullah saw" dalam perkara syar1i* bukan 1aqli* dan disetujui se-ara lisan* atau didiamkan seiring dengan perjalanan waktu" 3A 12 4r" Ahmad as-'yarbasi* O3& <it&, hlm" 88" 13 As-Syaikh 'Ali as-Sayis, O3& <it&, hlm& ;-=& 14 Nihat* an-0asaf* Kasy! al-Asrr, 4ar al-(utub al-1%lmiyyah* 5eirut* t"t"* %%%938= dan 66>-66:; Amir 5adsyah* %ays"r at-%ahr"r, &usthafa al-5abi al-Halabi* (aero* t"t"* %%%966A; %bn Amir al-Haj* at-%a(r"r )a Adapun ;iyasKseperti yang beliau nyatakan sendiriK hanya digunakan karena sangat terpaksa" 4alam hal ini* ma+hab Abu Hanifah membedakan ;iyas menjadi dua* yaitu >ali .jelas/ dan Kha? .tidak jelas/" &enurutnya* $iyas >alli adalah satu aspek yang langsung bisa dipahami* sementara aspek tersebut tidak bertentangan dengan aspek lain yang menuntut untuk di-tar9"h .dikuatkan/" 3< Adapun $iyas Kha? adalah Istihsn itu sendiri" 3> Istihsn dijelaskan oleh al-(arkhiK salah seorang ahli ushul ma+hab HanafKdengan$ &ereposisi hukum dalam suatu masalah-sebagaimana hukum yang sama* yang ditetapkan pada yang lain- dengan hukum yang berbeda karena ada aspek yang lebih kuat* yang memang memaksa dilakukannya reposisi dari hukum yang pertama tersebut" 3= Oontoh* penjahit yang menghilangkan jahitannya karena di-uri orang* misalnya* tidak wajib mengganti pakaian yang hilang* karena tangannya adalah tangan amanah .yadun amnah/* yaitu tangan yang hanya melakukan apa yang diminta oleh pengguna jasanya" %ni sesuai dengan sabda 0abi saw" yang menyatakan$ @ dhimna 'al mu'tamin .#idak ada tanggungan bagi orang yang mendapatkan amanah/" Akan tetapi* kesimpulan hukum ini harus direposisi dengan hukum kebalikannya .wajib mengganti/* karena adanya aspek yang dianggap lebih kuat* yaitu alasan kalau penjahit tersebut tidak dikenai kewajiban mengganti* maka dia akan teledor" (arena itu* dengan logika istihsn* hukum mengganti pakaian yang hilang bagi penjahit tersebut menjadi wajib" %nilah metodologi Abu Hanifah dalam konteks sumber yang menjadi rujukan istinb2th hukumnya" Adapun dalam konteks metodologi ijtihadnya sendiri* atau dalam konteks -ara menganalisis nash syariat* at-%ahb"r, 4ar al-(utub al-1%lmiyyah* 5eirut* t"t"* %%%9336; %bn 0ajim* *ath al-AhaBr, &usthafa al-5abi al-Halabi* (aero* t"t"* %%%98" 15 Hafdh #sana1allah a+-Dahidi* %ays"r al-+sh:l, 4ar %bn Ha+m* -et" %%* 3BB=* hlm" 6:7" 1 Ibid, hlm& ,CD& 1! As-'arakhsi* +shul as-Sarakhsi, 4ar al-&a1rifah* 5eirut* %%9677" maka beliau tidak hanya berpegang pada apa yang tersurat* tetapi juga berpegang pada ma'(:l an-nash" &isalnya* ketika !u(aha' Ahl al-Hadits menyatakan bahwa +akat harus dikeluarkan seperti apa adanya* sebagaimana yang dinyatakan dalam nash* maka Abu Hanifah menyatakan* bahwa +akat tidak harus dikeluarkan seperti apa adanya* tetapi boleh dibayarkan nilainya* sehingga bisa dibayar dengan uang atau makanan yang senilai dengan +akat tersebut" 4i sinilah* letak kekhasan fuqaha1 Ahl ar-a1y" Adapun dalam konteks metodologi istinb2th* atau dalam konteks makna bahasa yang bisa digunakan untuk memahami nash* Abu HanifahKkarena pertimbangan nalarnyaKtidak hanya berpegang pada makna yang la+im digunakan orang" &isalnya* kebanyakan ulama menafsirkan hadits$ Al-#ayyini bi al-khiyr m lam yata!arra( .Penjual dan pembeli berhak untuk memilihKmeneruskan jual-beli* atau membatalkannyaKselama belum berpisah/* dengan$ berpisahnya majelis .ta!arru( al-ma9lis/" 'ebaliknya* Abu Hanifah justu menafsirkannya dengan$ berpisahnya u-apan .ta!arru( al-(a)l/" 'e-ara nalar* menurut Abu Hanifah* jual-beli tersebut sudah sempurna dengan adanya ijab dan qabul* sekalipun kedua belah pihak -penjual dan pembeli- belum berpisah dari majelis tersebut" Nalu* bagaimana mungkin* setelah terjadinya ijab dan qabul -yang notabene jual-belinya sudah sah- mereka masih bisa memilih* antara meneruskan atau membatalkan jual-belinyaI Custru dengan logika seperti ini* pandangan Abu Hanifah lebih sulit ketimbang ulama yang lain" Oontoh lain yang berbeda* misalnya* dalam kasus tertawa dalam shalat" Abu Hanifah berpendapat* bahwa tertawa terbahak-bahak dalam shalat bukan saja membatalkan shalat* tetapi juga wudlu1" 'ebaliknya* ulama yang lain menyatakan* bahwa yang batal hanya shalatnya saja* sementara wudlunya tidak" 'tatus hadits yang digunakan oleh Abu Hanifah dalam kasus ini* ada yang mursal dan musnad* meski terbuktiKsebagaimana hasil tar9"h ?ahbah a+-DuhailiKbahwa seluruh hadits yang statusnya musnad tersebut ternyata lemah* sehingga praktis Abu Hanifah menggunakan hadits mursal" 3: 'ebaliknya* ulama lain tidak menggunakan hadits tersebut* karena bisa jadi statusnya yang dianggap lemah" 4engan digunakannya hadits mursal seperti ini* justru pendapat Abu Hanifah lebih berat ketimbang pendapat jumhur" Kesimpulan 4emikianlah gambaran bagaimana metodologi ijtihad Abu Hanifah dan implikasi hukumnya" &elalui uraian di atas* tidak bisa dengan gegabah disimpulkan bahwa Abu Hanifah hanya menggunakan akalnya* dan meninggalkan nash* atau menggunakan akalnya se-ara leluasa* dan hanya sekali-kali merujuk pada nash" #entu tidak demikian" Apa yang beliau lakukan tidak lain adalah ijtihad dengan menggunakan metodologi yang khas dan unik* sebagaimana metodologi yang juga digunakan oleh !u(aha' Ahl al-Hadits& 1" Nihat$ Eashb ar-Rayah, %9A=-<A; %bn usyd* #idyah al-'u9tahid* %98B" Kepustakaan: Abu Hanifah* 'usnad& 4ar al-(utub al-1%lmiyyah* 5eirut* t"t", Al-(hatib* %r"kh, 4ar al-(utub al-1%lmiyyah* 5eirut* t"t", Al-;urthubi* %a!s"r al-$urthubi& #he Holy ;ur!an ,ersi :"< Amir 5adsyah* %ays"r at-%ahr"r, &usthafa al-5abi al- Halabi* (aero* t"t", an-0asaf* Kasy! al-Asrr, 4ar al-(utub al-1%lmiyyah* 5eirut* t"t", As-'arakhsi* +shul as-Sarakhsi, 4ar al-&a1rifah* 5eirut" As-'yaikh 1Ali as-'ayis* %r"kh al-*i(h al-Islmi, 4ar al- Fikr al-&u1ashir* &esir* 3BBB" As-'yaikh #aqiyuddin an-0abhani* as-Syakhshiyyah al- Islmiyyah, 4ar al-)mmah* 5eirut* edisi &u1tamadah* 6778" 4r" Ahmad as-'yarbasi* al-A'immah al-'Arba'ah, 4ar al- Cil* 5eirut& Hafdh #sana1allah a+-Dahidi* %ays"r al-+sh:l, 4ar %bn Ha+m* -et" %%* 3BB=" %bn Amir al-Haj* at-%a(r"r )a at-%ahb"r, 4ar al-(utub al-1%lmiyyah* 5eirut* t"t" %bn &ajah* Sunan Ibn 'a9ah& 4ar al-Fikr* 5eirut* t"t" %bn 0ajim* *ath al-AhaBr, &usthafa al-5abi al-Halabi* (aero* t"t" %bn usyd* #idyah al-'u9tahid& 4ar al-Fikr* 5eirut* t"t" Eashb ar-Rayah, 4ar al-(utub al-1%lmiyyah* 5eirut* t"t"