Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS VEGETASI

1.1 Pendahuluan
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka
kegiatan analisis vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh, dan teknik
analisis vegetasi yang digunakan.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada
dalam contoh dapat mewakili komunitas, dan petak tersebut harus dapat dipisahkan, dihitung
dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat
mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA).
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang
dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya
mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian
petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali diinventarisir.
Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan
yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika
penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting,
1958; Cain & Castro, 1959). Untuk luas petak awal tergantung surveior, bisa menggunakan
luas 1m x 1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi luas
petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya di
lapangan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau sampel.
Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan informasi atau data
yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak
(destructive measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive
measures).

Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika,
penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh
(sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek hutan dengan cakupan
areal yang luas. Dengan sampling, seorang peneliti/surveior dapat memperoleh
informasi/data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih
sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda sensus) pada anggota suatu
populasi.

1.2 Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survei vegetasi yang sering digunakan
dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini
bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan
infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-
petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan
prinsip-prinsip teknik sampling yang telah dikemukakan di Bab terdahulu.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi
sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk
lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah
dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk
lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak
lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola
distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat.
Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa
petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding
petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak
tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat.
Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, petak contoh
biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat
tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara
vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat
berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat
bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba.
Tetapi, umummya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan potion ke dalam
beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi <
1,5 m), pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter < 10 cm),
tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk
memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan
tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang),
dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).
Dalam metode kuadrat ini, parameter-parameter vegetasi dapat dihitung dengan rumus-rumus
berikut ini:
1. Densitas (kerapatan) adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan per satuan luas.
Kerapatan spesies i =



Catatan:
luas plot adalah 100 m
2
jika menggunakan plot ukuran 10m x 10m (untuk pohon) atau 4 m
2
jika plot
yang digunakan 2m x 2m (untuk semai atau tumbuhan bawah), dan seterusnya.
Kerapatan relatif =


x 100%

2. Dominasi yaitu menyatakan luas areal yang ditumbuhi oleh suatu jenis tumbuhan,
atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lain.
Dominasi spesies i =



Catatan:
jumlah bidang dasar dapat ditentukan dari keliling kanopi atau tajuk atau keliling area akar
suatu pohon (dengan cara mengukur jari-jari kanopi/tajuk/akar). Suatu tajuk/kanopi/akar
diasumsikan berbentuk lingkaran. Tariklah meteran (atau tali rafia) dari batang (tengah) pohon
ke sisi terluar kanopi/tajuk/akar, maka akan diperoleh r (jari-jari). Hitunglah keliling
kanopi/tajuk/akar dengan rumus = 2 r, dimana = 3,14. Konsistenlah menggunakan
satuan, jika meter maka semua ukuran dibuat dalam satuan meter, namun jika sejak awal
satuannya centimeter maka konsisten menggunakan ukuran centimeter.
Untuk semai/tumbuhan bawah, jumlah bidang dasar bisa diganti dengan berat atau biomassa.
Maka perlu mencabut atau merusak semai/tumbuhan bawah untuk ditimbang biomassanya.

Dominasi relatif =


x 100%

3. Frekuensi yaitu menunjukkan berapa jumlah petak contoh yang dibuat yang ditempati
individu suatu spesies.
Frekuensi spesies i =




Frekuensi relatif =


x 100%

4. Nilai Penting (Importance Value)
NP = KR + DR + FR
Catatan: jika KR, DR, dan FR masing-masing bernilai total 100, maka NP akan bernilai total 300.

1.3 Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari struktur dan komposisi vegetasi (komunitas tumbuhan) dengan
menganalisis karakter komunitas yang meliputi kerapatan, kekerapan (frekuensi), dan
dominasi dengan menggunakan metode kuadrat (plot). Pada praktikum ini untuk peletakan
plot dilakukan secara sistematis pada areal yang dikaji.

1.4 Alat dan Bahan
1. Tali
2. Patok kayu
3. Meteran
4. Alat hitung (counter)
5. Timbangan
6. Alat tulis

1.5 Prosedur/cara kerja
1. Pilihlah sebuah komunitas tumbuhan lalu tentukan batas-batas komunitas tersebut.
2. Letakkan kuadrat dengan ukuran 10x10 m, lalu di dalam plot ini dibuat lagi sub-sub-
plot 4x4 m dan 1x1 m.
3. Untuk setiap kuadrat buatlah daftar spesies yang ada di dalamnya.
4. Untuk setiap spesies yang ada dalam kuadrat :
a. Hitung jumlah individu setiap spesies
b. Catat diameter tiap-tiap spesies
5. Untuk setiap spesies yang didapat hitunglah nilai kerapatan, frekuensi, dominasi serta
nilai pentingnya dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan diatas.
6. Diskusikan dan coba simpulkan dari hasil praktikum yang anda kerjakan.

Sumber :
Penuntun praktikum Ekologi tadris biologi fakultas tarbiyah IAIN Raden Intan
Lampung 2011
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-
mempelajari-analisis-vegetasi/
http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_ads.html

Anda mungkin juga menyukai