Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
PENDAHULUAN

Sel tumor adalah sel yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel
normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada
besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam
pertumbuhan, dan kemampuannya mengadakan infiltrasi dan mengakibatkan
metastasis.
(7)
Sel tumor berbentuk polimorfi dengan warna yang berbeda-beda (polikromasi)
karena tingginya kadar asam nukleat dalam inti dan tidak meratanya distribusi
kromatin inti. Inti sel relatif besar dengan rasio inti/sitoplasma yang lebih rendah.
Insidensi mitosis lebih tinggi dan terdapat mitosis abnormal. Susunan sel tidak
teratur (anaplastik). Sel tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas sehingga makin
lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada neoplasma ganas,
selnya tumbuh sambil menyusup dan merembes ke jaringan sekitar.
(9)
Selain bersifat menyusup, sel kanker dapat meninggalkan diri dari sel induknya
dan masuk ke pembuluh limfe atau pembuluh darah, terutama kapiler. Sehingga
terjadi penyebaran (metastasis) limfogen dan hematogen.
(6)

Akhirnya sel ganas ini dapat merusak bentuk dan fungsi dari organ yang
bersangkutan. Tumor juga dapat menyumbat saluran tubuh dan mengakibatkan
obstruksi. Oleh karena kadang kecepatan tumbuh sel kanker tidak seimbang
2

dengan pasokan darah, sehingga terjadi nekrosis yang mengakibatkan ulkus di
permukaan tumor.
(7,8)

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae,
hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus
menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor
jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat
menjadi kanker atau tumor ganas. Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada
wanita usia muda, yaitupada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun.
Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya
terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di
atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance,
fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih
dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya.
Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih
tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih
kecil dibanding pada usia muda.
(9,10)

Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling
umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma
dapat terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil
setelah menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause.
3

Prevalensi fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 10
%. Sekitar 10 15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita
berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan
wanita berkulit putih.
(4,6)

Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di
Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh
penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %.
(7)

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini
menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui
pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara
terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih
menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker
payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik
yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit
menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara
kanker lainnya pada wanita.
(17)





4

BAB II
DAFTAR PUSTAKA
A. Embriologi Payudara
Payudara merupakan modifikasi kelenjar keringat yang berkembang menjadi
susunan yang komplek pada wanita, tetapi rudimenter pada pria. Berasal dari
penebalan epidermis pada permukaan ventral tubuh pada mudigah berumur 6
minggu. Penebalan bilateral timbul antara kuncup-kuncup ekstremitas atas dan
bawah
(17)
Penebalan ini menjadi atrofik, kecuali bagian yang kelak menjadi puting susu.
Pada trimester kedua kehidupan janin gencel-gencel sel dari stratum basalis
epidermis tumbuh ke bawah dan menjadi duktus utama. Mula-mula padat, lalu
berlumen sehingga terbentuk duktus-duktus yang rudimenter yang akan meluas
pada daerah puting dan areola. Pada wanita pertumbuhan payudara waktu lahir
belum selesai, dan pertumbuhan berjalan terus hingga masa pubertas. Pada pria
pertumbuhan berhenti pada waktu lahir
(17)
Pada wanita menjelang menarche pertumbuhan bertambah dengan timbulnya
percabangan duktus dan proliferasi stroma di antara duktus. Pada pubertas stroma
bertambah dan duktus terminal yang kecil tumbuh menjadi penonjolan keluar
kecil-kecil, berbentuk kantung yang buntu, yaitu kuncup-kuncup kelenjar
rudimenter
(17)


5

B. Anatomi Payudara

Gambar.1. Anatomi Payudara
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot
penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral
atas kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila,
disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang
disebut duktus lactiferous. Di antara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di
antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara
6

lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara
(17)
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan
beberapa a.interkostalis
(17)
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sediri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan
mati rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis
yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada
diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati
rasa di daerah tersebut
(17)
Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor, n.
torakodorsalis yang menguurus m.latisimus dorsi, dan n.torakalis longus yang
mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi
dengan diseksi aksila
(17)
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50
(berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri
dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok
anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat
7

sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian
kaudal dalam fosa supraklavikuler
(17)
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju
ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati,
pleura, dan payudara kontralateral
(17)
C. Histologis dan Fisiologi Payudara
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveoler yang bercabang-cabang, terdiri
atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mem-
punyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu,
disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel gepeng berlapis. Sekresi dilakukan
oleh kelenjar yang dilapisi oleh membrana basalis, mioepitel dan epitel kuboid
selapis/epitel torak selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi
epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir
pada puting susu
(17)
Ada 3 hal flsiologik yang mempengaruhi payudara yaitu:
1. pertumbuhan dan involusi berhubung dengan usia
2. perubahan berhubung dengan siklus haid
3. perubahan karena kehamilan dan laktasi


8

1. Pertumbuhan dan involusi
Kelenjar payudara berasal dari penebalan epidermis. Menjelang menarche,
maka pertumbuhan bertambah dengan dibentuknya percabangan duktus dan
proliferasi stroma di antara duktus dan pada pubertas terjadi pertambahan
stroma dan duktus terminal yang kecil tumbuh menjadi alveolus-alveolus. Pada
saat menopause, payudara mengecil dan kurang padat. Pada usia ini tampak
pengurangan jumlah dan besarnya lobulus serta tampak pertambahan jaringan
elastik
(17)
2. Perubahan karena siklus haid
Sama dengan endometrium maka payudara juga dipengaruhi siklus haid.
Pada masa proliferasi, setelah haid, pengaruh estrogen yang meningkat
mengakibatkan proliferasi duktus dan epitel alveolus, duktus melebar dan
hipertrofik. Setelah ovulasi, akibat pengaruh progesteron, stroma menjadi
sembab dan bertambah selnya. Pada masa haid, akibat kadar estrogen dan
progesteron yang menurun, terjadi kerusakan sel. epitel, atrofi jaringan ikat,
edema jaringan interstisium menghilang, pengecilan duktus dan kelenjar
(17)
3. Perubahan karena kehamilan dan laktasi
Beberapa saat setelah konsepsi, akibat kehamilan akan tampak pada
payudara. Payudara akan menjadi penuh dan padat. Kelenjar payudara
membesar oleh karena lobulus ukuran dan jumlahnya bertambah. Jaringan
payudara seluruhnya terdiri atas unsur kelenjar, sehingga menyerupai pankreas,
sedangkan stroma hanya sedikit. Kelenjar dilapisi oleh epitel kuboid selapis
9

dan pada trimester ketiga tampak adanya sekret. Vakuol lemak tampak dalam
sel, dan segera setelah partus sekresi susu terjadi
(17)
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormone,
perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, masa klimacterium, sampai masa menopause. Sejak pubertas, pengaruh
estrogen dan progesterone yang diproduksi ovarium dan hormone hipofisis
menyebabkan duktus laktiferus berkembang. Perubahan kedua adalah perubahan
yang sesuai dengan siklus menstruasi, sekitar hari ke delapan menstruasi,
payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi terjadi
pembesaran maksimal bahkan dapat timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi ini payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pada pemeriksaan fisik terutama palpasi, tidak dilakukan. Pada
waktu ini pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar, tetapi setelah menstruasi pemeriksaan ini dapat dilakukan (Hidayat
S., 1997). penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-
rata 50 (berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang
arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke
kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam,
yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal
bagian kaudal dalam fosa supraklavikuler
(17)
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju
ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
10

kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati,
pleura, dan payudara kontralateral
(17)
4. Definisi Tumor Payudara
Secara onkologi (cabang ilmu kedokteran yang mempelajari perihal kanker),
tumor payudara atau neoplasma adalah suatu pertumbuhan jaringan atau sel secara
abnormal yang liar pada payudara
(18)
5. Jenis Tumor
Tumor pada payudara, secara umum dibagi 2 yaitu :
1. Fibroadenoma Mammae (FAM)
2. Tumor Ganas (Ca Mammae)












11

1. FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)
a. Definisi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum
ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan jaringan ikat, dimana
komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi yang sama dengan
komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti.
Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama
kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja
muda.
(1,2,3,4,5,6)

Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di
bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita
postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun
tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya
menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat
digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak
sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma adalah melalui
pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor
jinak ini akan terus membesar.
(2, 3, 5, 6)

12


Gambar 2. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai
sejak tiga bulan yang lalu. Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara
relatif sama. Pembesaran yang cepat pada payudara kanan mengacu pada tumor
halus tanpa kapsul dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan tumor dengan
curved incision
(3)

b. Etiologi
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa
faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak
aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu,
diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria
yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang
mengikuti aktivitas ovarium.
(2,3)

c. Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses
hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya
dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab
proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik
mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel. Peningkatan
mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira
kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan
13

kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 2
3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.
(2,4)

Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami
postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,
fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada
terapi pergantian hormon, dan pada orang orang yang mengalami penurunan
kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan.
Pada pasien pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan
fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.
(4)

Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita
remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney
complex. Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal
dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan
endokrin.
(4)

d. Gejala Klinis
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala dan
terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif
lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam
beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan
permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi
kadang dirasakan nyeri bila ditekan.
(3,5)

14

e. Pemeriksaan Fisik
Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter,
diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di
sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1 3 cm, tetapi ukurannya
dapat bertambah sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat
ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada quadran
lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit
dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.
(2,3,11)
f. Pemeriksan Histopatologi
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat putih
pada irisan, dengan bercak bercak kuning merah muda yang mencerminkan
daerah kelenjar.
(2)


Gambar 3. Makroskopik Fibroadenoma Payudara
Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan
berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang
mengandung rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan bentuk
15

yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau
lebih lapisan sel yang reguler dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di
sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur (fibroadenoma
perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma
sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau
struktur ireguler mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).
(2, 11)


Gambar 4. Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma
g. Pemeriksaan radiologik
1. Mammografi
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai massa
berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4 100
mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan
kelenjar sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan
densitas yang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran
kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran
kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat,
oval atau berlobus lobus. Pada wanita postmenopause, komponen fibroglandular
16

dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi
dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.
(4,11,12)


Gambar 5. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk
bulat dan berbatas tegas
(13)


Gambar 6. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Kalsifikasi pada degenerasi
fibroadenoma, tampak gambaran kalsifikasi kasar pada 2 degenaerasi
fibroadenoma, tanda panah menunjukkan komponen haringan lunak yang terlihat
sebagai satu massa
(14)

Gambar 7. Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi
fibroadenoma yang yang kasar dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence
(14).
17

2. Ultrasonografi (USG)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk
bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan
diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan
gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang
tipis, merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi
tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang
terlihat pada pemeriksaan USG merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh
penekanan dari jaringan di sekitarnya.
(4,11)


Gambar 8. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata,
batas tegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma.
(4)


18

3. Magnetic Resonances I maging (MRI )
Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa bulat atau oval
yang rata dan dibandingkan dengan menggunakan kontras gadolinium-based.
Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika
dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-weighted dan
hypointense and hyperintense dalam gambaran T2-weighted.
(4)


Gambar 9. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari
mamografi. Dari pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran
fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-contras, memperlihatkan
penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari
fibroadenoma
(15)

h. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :
a) Cystosarcoma Phyllodes.
Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan berasal dari
stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3 4 cm, tetapi
sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan payudara
19

membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia, namun kebanyakan
ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis (mammografi) dari
tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas.
(2,5,13)


Gambar 10. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas
tanpa kalsifikasi
(14)


Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang
masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya
penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik
pada tumor tersebut.
(16)


Gambar 11. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic
tampak besar , berlobulasi dengan echo-internal inhomogen, sering ampak
struktur anechoic yang menandakan adanya proses degeneresi kistik.
(16)




20

b) Kista Payudara.
Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan
acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran
mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista
ini dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun
seluruhnya.
(11)


Gambar 12. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval
dengan densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara.
(13)

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval,
mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik
posterior.
(16)

Gambar 13. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai
suatu lesi an-echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik
posterior.
(16)

c) Papilloma.
21

Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di
bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi cairan serous
atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter beberapa milimeter
atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya, ukuran lesi papilloma
sangat kecil, hanya beberapa milimeter, sehingga pada mamografi, terlihat
gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus retro-areolar. .
(2,5,11)


Gambar 14. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara
dengan kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa
(14)


Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan pelebaran
duktus laktiferus.
(16)

Gambar 15. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran
duktus laktiferus.
(14)



22

i. Penatalaksanaan
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.
Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara
dan untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan
ukuran dan lokasi dari lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa
digunakan, yaitu
(3)
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi
hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk
fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas
areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang
besar dan berada di daerah lateral payudara.
(3)
j. Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang
tinggi untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus
diperiksa secara teratur.
(6)



23

2. TUMOR GANAS PAYUDARA
a. Definisi Tumor ganas (Ca Mammae)
Tumor ganas atau kanker adalah benjolan yang sifatnya ganas, merusak,
pertumbuhan sel sangat cepat dan dapat berpindah tempat (metastasis). Sel kanker
bersifat ganas karena sifatnya yang merusak jaringan dan organ disekitarnya
sehingga menimbulkan rasa nyeri bagi penderita.
(17)
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae)
didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma.
(18)
b. Faktor Resiko
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat
banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker
payudara antara lain (Gani, 1995) :
1. Faktor reproduksi.
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker
payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur
lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker
payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya
haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of
initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,
24

payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25%
kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan
awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
(19)
2. Penggunaan hormon.
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan
dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan
kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen
replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat
risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause.
(19)
3. Penyakit fibrokistik.
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma,
risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik,
risiko meningkat hingga 5 kali.
(19)
4. Obesitas.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker
payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita obes.
(19)
5. Konsumsi lemak.
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker
payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang
25

konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara
pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
(19)
6. Radiasi.
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier
dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
(19)

7. Riwayat keluarga dan faktor genetik.
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat
peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan
terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar
60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
(19)
c. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan
26

yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih
peka untuk mengalami suatu keganasan.
(20)
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
(20)
d. Klasifikasi, Stadium, Sistem TNM, dan Jalur Penyebarannya
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan
dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan
klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union
Against Cancer dari World Health Organization)/AJCC (American Joint
Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer
27

Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari "T"
yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening
regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan
M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA).
(20)

Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :
T (tumor size), ukuran tumor:
T 0: tidak ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di
luar tumor utama
N (node), kelenjar getah bening regional:
N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau
pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum


28

M (metastasis), penyebaran jauh:
M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0: tidak terdapat metastasis jauh
M 1: terdapat metastasis jauh
Klasifikasi kanker payudara menurut letak anatomisnya:
Karsinoma In Situ (20%) Karsinoma Invasif (80%)
Karsinoma duktal in situ
Karsinoma lobules in situ



In situ (hanya terlokalisis di tempat
itu saja)
Karsinoma duktal
Karsinoma lobulus
Karsinoma papillaris
Karsinoma tubulus
Dll
Invasive (kanker telah menyebar ke
daerah lain)

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
Stadium 0
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker
tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar
(lobules) susu pada payudara.
(20)
Stadium I
Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama
dengan 2 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.
(20)

29


Gambar 16. Stadium I Cancer
Stadium II A
Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis
kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan
metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan tidak
ada metastasis ke kelenjar limfe regional.
(17)


Gambar 17. Stadium II A
Stadium II B
Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat
metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
30

Diameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar
limfe regional.
(17)


Gambar 18. Stadium II B
Stadium II I A
Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar
limfe di fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.
Diameter tumor lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis kelenjar limfe di
fosa aksilar ipsilateral yang terfiksasi dengan jaringan lain.
(17)


Gambar 19. Stadium III A



31

Stadium II I B
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan
bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast
Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di
ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
(17)


Gambar 20. Stadium III B
Stadium II I C
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau
metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral.
(17)


Gambar 21. Stadium III C
32

Stadium I V
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh,
yaitu: tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.
(17)


Gambar 22. Stadium IV

e. Gejala Klinis

Karsinoma payudara biasanya mempunyai gambaran klinis sebagai berikut :
Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir.
Tarikan pada kulit di atas tumor.
Ulserasi atau koreng.
Peaud orange.
Discharge dari puting susu.
Asimetri payudara.
Retraksi puting susu.
Elovasi dari puting susu.
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.
33

Satelit tumor di kulit.
Eksim pada puting susu.
Edema.



Gambar 23. Gejala karsinoma payudara



Tanda dan Gejala

Interpretasi
Nyeri
- Berubah dengan daur menstruasi Penyebab fisiologi seperti pada
tegangan pramenstruasi atau penyakit
fibrokistik
- Tidak tergantung daur menstruasi Tumor jinak, tumor ganas atau infeksi
Benjolan di payudara
- Keras Permukaan licin pada fibroadenoma
atau kista
Permukaan keras, berbenjol-benjol atau
melekat pada kanker atau inflamasi non-
enfektif
- Kenyal Kelainan fibrikistik
- Lunak Lipoma
Perubahan Kulit :
- Bercawak Sangat mencurigakan karsinoma
34

- Benjolan kelihatan Kista, karsinoma, fibroadenoma besar
- Kulit jeruk Di atas benjolan : kanker (tanda khas)
- Kemerahan Infeksi jika ganas
- Tukak Kanker lama (terutama pada orang tua)
Kelainan puting atau areola

Anamnesis merupakan wawancara lansung atau melalui perantara
sepengetahuan orang terdekat lain, tentang penyakit dan penderitanya (Andoko
Prawiro Atmodjo, 1987). Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan
utama dari penderita. Pada mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada
pertumbuhan selanjutnya akan timbul keluhan sakit. Pertumbuhan cepat tumor
merupakan kemungkinan tumor ganas. Batuk atau sesak nafas dapat terjadi pada
keadaan dimana tumor metastasis pada paru. Tumor ganas pada payudara disertai
dengan rasa sakit di pinggang perlu dipikirkan kemungkinan metastasis pada
tulang vertebra. Pada kasus yang meragukan anamnesis lebih banyak diarahkan
pada indikasi golongan resiko
(18)
Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sesudah haid dan dirasakan
pada kedua payudara. Tumor-tumor jinak seperti kista retensi atau tumor jinak
lain, hampir tidak menimbulkan nyeri. Bahkan kanker payudara dalam tahap
permulaanpun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke
sekitar sudah mulai
(18)

f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar
dan keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri
35

yang hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik
yang berulang-ulang karena kemungkinan dapat mempercepat penyebaran.
a. Inspeksi
Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit
(21)
Dapat dilihat juga :
- Puting susu tertarik ke dalam.
- Eksem pada puting susu.
- Edema.
- Peau dorange.
- Ulserasi, satelit tumor di kulit.
- Nodul pada axilla (Zwaveling, 1985).
b. Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu
tangan di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh
payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari subklavikular
ke arah paling distal
(21)

Gambar 24. Pemeriksaan Payudara.
36

Palpasi harus meliputi seluruh payudara, mulai dari parasternal ke arah garis aksila
ke belakang dan dari subklavikular ke arah paling distal. Palpasi dilakukan dengan
memakai 3-4 jari yang dirapatkan, palpasi payudara di antara dua jari harus
dihindarkan karena dengan cara ini kelenjar payudara normalpun teraba seperti massa
tumor. Palpasi dimulai dari bagian perifer sampai areola mammae dan papilla
mammae, apabila terdapat massa maka perlu dievaluasi tentang : 1) besar atau
diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya, 2) hubungan kulit
dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan, 3) hubungan tumor dengan
jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada perlengketan, 4) kelenjar limfe di aksila,
infraklavikular, dan supraklavikular 5) adanya tumor satelit
(20)


Gambar 25. Kelenjar Getah Bening (KGB) sekitar payudara.

g. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta dapat
menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau
akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan ekstirpasi.
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal sebab
37

hasil negatif palsu sering terjadi
(18)
. Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa
kanker payudara melalui tiga cara :
Pemeriksan sekret dari puting susu.
Pemeriksaan sediaan tekan (Sitologi Imprint).
Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).
Biopsi
Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering
dipergunakan untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan
anestesi lokal ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. Apabila
pemeriksaan histopatologi positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar
bedah untuk tindakan bedah terapetik
(17)

Gambar 26. sel2nya vesikuler. Tidak ada stroma jaringan ikat. Muskularis -->
sel tumor udah menembus membrana basalis, udah menginvasi
h. Pemeriksaan Radiologi
1. USG (Ultrasonografi)

USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
38

bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.
USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara
serta untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk
payudara yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit
dinilai dengan mammografi.
(20)
Gambaran Ca mammae secara USG, ialah :
1. Lesi dengan batas tegas dan tidak teratur.
2. Struktur echo internal lemah dan heterogen.
3. Batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tak ada.


Gambar 27. USG Ca Mammae pada payudara kanan.
2. Mammografi

Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan khusus
yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta dapat
menemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa makrokalsifikasi tidak khas
untuk karsinoma, bila secara klinis curiga terdapat tumor dan pada mammografi tidak
ditemukan apa-apa maka pemeriksaan dapat dicoba dengan cara biopsi jaringan,
demikian juga bila mammografi positif tetapi secara klinis tidak dicuriga adanya
39

tumor maka dapat dilanjutkan dengan biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto
tersebut. Mammogram pada masa pramenopause kurang bermanfaat karena gambaran
kanker di antara jaringan kelenjar kurang tampak (Hidayat S., 1997).


Gambar 28. Tampak lesi dengan densitas tinggi. Tampak penebalan dan retraksi
kulit berdekatan dengan lesi tersebut.

i. Penatalaksanaan
1. Terapi bedah/Mastektomi
Pasien yang pada awal terpi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III
disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah
(21)
:
1) Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi
radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3
cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor,
dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok
reseksi.
2) Mastektomi radikal modifikasi
40

Lingkup resseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan
m.pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan
m.pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini
memiliki kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
3) Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar
limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat
dua insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan
mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah
mikroskop tak ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe
aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar
kelompok tengah.
5) Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah
terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe
sentinel, dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif
maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar.
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana
yang terbaik masih controversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan
41

stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru
memikirkan sedapat mungkin konservasi fungsi dan kontur mammae.

2. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi
hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil
cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kankerTidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. Obat yang diberikan adalah
kombinasi Cyclophosphamide, Metotrexate dan 5-Fluorouracyl selama 6 bulan.
4. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh,
biasanya diberikan secara paliatif sebelum khemoterapi karena efek terapinya
lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause,
dengan cara ovarektomy bilateral atau dengan pemberian anti estrogen seperti
Tamoksifen atau Aminoglutetimid. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek
sampingnya terlalu berat.
42

j. Pencegahan
Hampir setiap epidemiologi sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif
bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini.
Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan
sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini
terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografidiklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-
menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya kanker payudara.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer
risk assessement survey
43

Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk
dilakukan mammografi setiap tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara
lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI
untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan
dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%.
3. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium
tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan
untuk mencari pengobatan alternatif.
2


44

k. Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis, tapi yang jelas berpengaruh
adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium. Survival 5 tahun pasca operasi pada
kasus kelenjar limfe negatif dan positif adalah masing-masing 80% dan 59%,
survival 5 tahun untuk stadium 0-I, II, dan III adalah masing-masing 92%, 73%,
dan 47%. Sedangkan pada yang non-operabel, survival 5 tahun kebanyakan
dilaporkan dalam batas 20%. Oleh karena itu dalam kondisi dewasa ini untuk
meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah penemuan
dini, diagnosis dini, terapi dini dan tepat.
1










45

BAB III
KESIMPULAN

1. Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan jaringan ikat, dimana
komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi yang sama dengan
komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti.
Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen.
2. Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk
bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan
diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan
gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang
tipis, merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi
tersebut jinak.
3. Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma.
4. Kurva insidens karsinoma payudara berdasar usia angka tertinggi terdapat pada
usia 45-66 tahun atau bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang
sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun.
5. USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara
serta untuk menentukan metastasis di hati.
6. Untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker mammae kuncinya adalah
penemuan dini, diagnosis dini, terapi dini dan tepat.

46

7. Perbedaan Tumor jinak dan tumor ganas

Tumor jinak Tumor ganas
Deferensiasi baik
Tepi licin
Menekan (ekspansif)
Tumbuh perlahan
Sedikit vaskuler
Jarang timbul ulang
Jarang nekrosis dan ulserasi
Jarang efek sistemik kecuali
neoplasma endokrin
Diferensiasi buruk
Tepi tidak rata
Menyusup (invansif)
Tumbuh cepat
Vaskuler / sangat vaskuler
Sering residif setelah dibuang
Umumnya nekrosis dan
ulserasi
Umumnya efek sistemik

Anda mungkin juga menyukai