Muchlis Yusuf, Nur Isna Asmaun, Isnaeni Salamiyah, Aurora Pelangi, dr.
ferawati, dr. Erlin, Sp.Rad
I. KASUS
Nama Pasien / Umur
: Tn. U/ 44 tahun
: 626469
Perawatan Bagian
: Bedah Lontara 2
1.1 Anamnesis :
Keluhan Utama
riwayat buang air kecil keluar nanah (-), riwayat susah buang air kecil
(-), riwayat buang air kecil bercabang (-), riwayat hipertensi (-),
riwayat DM (-).
Riwayat Pengobatan :
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda Vital
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,7 oC
Pernafasan
: 16 x/menit
Status Generalis :
Mata
THT
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
I = bulging tidak ada, warna kulit sama dengan sekitarnya, edema (-),
hematom (-)
Penis :
Skrotum :
I = Tampak warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, edema (-), hematom
(-)
P = nyeri tekan (-), teraba 2 buah testis pada hemiscrotal kanan dan
hemiscrotal kiri konsistensi padat kenyal.
Perineum :
Tampak warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, edema (-), hematom (-)
Rectal Touche :
Sphincter mencekik
Mucosa licin
Laboratorium
PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI RUJUKAN
Leukosit
6.100/uL
4000-10.000/uL
Eritrosit
5.400.000/uL
4.500.000-6.500.000/uL
Hemoglobin
16,4 g/dL
13,0-17.0 g/dL
Hematokrit
50,9 %
40,0-54,0 %
Trombosit
176.000/uL
150.000-500.000/uL
1.3 Radiologi
Foto BNO
-
Foto IVU
-
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, diagnosis kasus ini adalah Nephrolithiasis dextra.
1.6 Terapi
-
IVFD RL 30 tpm
PCT 3x500 mg
Transfusi TC 5 unit
II. Diskusi
2.1 Pendahuluan
Pleura adalah membran tipis terdiri dari dua lapisan yaitu pleura visceralis
dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis,
serabut saraf dan pembuluh limfe. Pleura sering mengalami patogenesis seperti
terjadi efusinya cairan. 1
Pada pasien ini menderita demam berdarah dengue yang merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
DD/DBD
Derajat
DD
DBD
DBD
II
DBD
III
DBD
IV
Gejala
Demam disertai 2
atau lebih tanda;
sakit kepala, nyeri
retro-orbital, mialgia,
atralgia
Gejala
diatas
ditambah uji bending
positif
Gejala
diatas
ditambah
perdarahan spontan
Gejala
diatas
ditambah kegagalan
sirkulasi (kulit dingin
dan lembab serta
gelisah)
Syok berat disertai
dengan tekanan darah
dan
nadi
tidak
terukur
Laboratorium
Leucopenia
Trombositopenia,
tidak
ada perembesan plasma
Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
perembesan plasma
Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
perembesan plasma
Trombositopenia
(<100.000), bukti ada
perembesan plasma
Trombositopenia
(<100.000), bukti
perembesan plasma
ada
Definisi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang
diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Efusi pleura selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat penyakit yang
mendasarinya. 3
Cairan pada efusi pleura dapat digolongkan menjadi transudat dan eksudat.
Untuk membedakan transudat dan eksudat digunakan kriteria Light, yaitu: 4
Cairan efusi dikatakan transudat jika memenuhi dua dar tiga kriteria: 4
1. Rasio kadar protein cairan efusi pleura/kadar protein serum < 0,5
2. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura/kadar LDH serum < 0,6
3. Rasio kadar LDH cairan efusi pleura <2/3 batas atas nilai normal kadar LDH
serum.
Jika angka tersebut terlampaui, efusi pleura termasuk jenis eksudat.
Akan tetapi, penggunaan kriteria Light masih dapat menyesatkan,
misalnya transudat dikatakan eksudat. Untuk hal ini harus diperiksa perbedaan
kandungan albumin pada serum dengan kandungan albumin pada cairan pleura.
Jika perbedaannya melebihi 1,2 gram per 100 ml, cairan pleura termasuk eksudat.4
B.
Insiden
Efusi pleura biasanya merupakan efek sekunder dari keadaan penyakit
C. Patogenesis
Efusi pleura dapat terjadi tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara
lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Normalnya 10-20 cc.
Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan onkotik plasma dan jaringan
interstitial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga
pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.1
Efusi pleura dapat berbentuk transudat. Transudat terjadi apabila
hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi
teganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan mengalami
reabsorpsi oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terdapat pada : meningkatnya
tekanan kapiler sistemik, meningkatnya tekanan kapiler pulmoner, menurunnya
tekanan koloid osmotik dalam pleura dan menurunnya tekanan intra pleura.
Penyakit yang menyertai transudat adalah : terjadinya karena penyakit lain bukan
pimer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialysis
peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis konstriktiva,
keganasan, atelektasis paru dan pneumotoraks. 1
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena
mikrobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.
Sebab lain seperti parapneumonia parasit, jamur, pneumonia atipik, keganasan
Lesi opak homogen, umumnya dengan densitas yang sama dengan bayangan
jantung
dan terjadi retraksi ke arah hilus. Pada awalnya cairan berkumpul dibagian
posterior, kemudian menuju ruang ostofrenus dibagian lateral. Ketika cairan
terdeteksi pada film dada PA standar, yang ditandai oleh penumpulan sudut
kostofrenikus, efusi pleura telah mencapai volume 200-300 ml. Jika efusi
bertambah luas, akan terjadi pergeseran mediastinum ke arah yang berlawanan. 6
E. Pengobatan Efusi Pleura
Efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar perlu
tindakan operatif. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera diberikan, tetapi
ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat. 1
2.2 Resume Medis
10
+ , peteki (+) pada kaki dan tangan, rumple leede test (+),
Hasil pemeriksaan:
11
Pembahasan:
Pada foto thorax AP ini ditemukan adanya perselubungan homogen pada
hemithorax kanan setinggi ICS IV yang menutupi sinus, diafragma, dan sebagian
batas kanan jantung dan membentuk gambaran meniscus sign. Gambaran
radiologi yang dicurigai sebagai efusi pleura.
Pada pemeriksaan foto thoraks tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya relatif
radiopak dengan permukaan atas cekung berjalan dari lateral atas ke arah medial
bawah. Karena cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga jaringan paru akan
terdorong ke arah sentral/hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum ke
arah kontralateral. 7
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thorax tegak adalah
250-300 ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml), dapat ditemukan
pengisian cairan di sinus kostofrenikus posterior pada foto thorax lateral tegak.
Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi
12
dekubitus dan arah sinar horizontal dimana cairan akan berkumpul di sisi samping
bawah.7
Pada foto thorax, permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura
akan membentuk bayangan seperti kurva dengan permukaan daerah lateral lebih
tinggi dari pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke
medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar
atau dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan
cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena radang. Pada pemeriksaan foto
dada dengan posisi lateral dekubitus, cairan bebas akan mengikuti posisi gravitasi.
Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva, karena terperangkap atau
terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah paru-paru yang
berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Cairan ini dinamakan juga sebagai
efusi subpulmonik. Gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sebagai
diafragma yang terangkat. Jika terdapat bayangan dengan udara dalam lambung,
ini cenderung menunjukkan efusi subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan
dimana efusi subpulmonik sering terlihat sebagai bayangan garis tipis (fissura)
yang berdekatan dengan diafragma kanan. Untuk jelasnya biasa dilihat foto dada
lateral dekubitus, sehingga gambaran perubahan efusi tersebut menjadi nyata.1
Pada pemeriksaan Radiologis, foto dada didapatkan efusi pleura,
terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat,
efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen
dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan
13
sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat dideteksi dengan pemeriksaan
USG.1
2.4 Diferensial Diagnosis
A. Hidropneumothorax
juga
dapat
dilihat
dengan
menggunakan
CT-Scan
thorax.
14
B. Tumor paru 8
15
tumor tu sendiri tidak terlihat tetapi kelainan sebagai akibat adanya tumor akan
sangat dicurigai ke arah keganasan misalnya emfisema setempat atelektasis,
peradangan sebagai komplikasi tumor. Efusi pleura yang progresif dan elevasi
diafragma juga perlu dipertimbangkan sebagai akibattmor ganas paru. 9, 10
16
17
Sciences;
2007.
Modified
February
8,
2007.
Available
at:
http://rad.usuhs.mil/medpix/topic_display.html?recnum=7558#top.
Accessed 22 september 2013.
9. Wingston, W. Tan, (document on internet). Medscape ; 2013 August 12
(diakses
tanggal
22
September
2013).
Tersedia
dari
http://emedicine.medscape.com/article/279960-overview
10. Kusumawidjaja, Kahar. Tumor Ganas Paru. Dalam : Rasad, Sjahriar.
Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. Hal. 148-151.
18