CDK 057 Hipertensi (Ii)
CDK 057 Hipertensi (Ii)
57, 1989
Diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma
Daftar Isi :
2. Editorial
Artikel
Redaksi
ABSTRAK
Penyulit hipertensi dapat berupa penyulit hipertensif dan penyulit aterosklerotik.
Penyulit ini mengenai target organ, yaitu otak, mata, jantung dan ginjal. Pada ginjal
terjadi nefrosklerosis benigna atau nefrosklerosis maligna, tergantung tingginya tekan-
an darah. Pengobatan terutama mempengaruhi penyulit hipertensif. Prognosis ter-
gantung dari jumlah penyulit yang telah ada sebelum pengobatan.
PENDAHULUAN
ada beberapa alat yang menonjol dipengaruhi olehnya, yang
Hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak menimbulkan disebut target organ yaitu otak, mata, jantung, ginjal dan
gejala (asimptomatik), sehingga sering ditemukan secara ke- pembuluh darah perifer. Penyulit-penyulit yang timbul pada
betulan. target organ dpat dilihat pada tabel I.
Pada umumnya hipertensi ditemukan pada saat skrining/
pemeriksaan berkala atau pada waktu berobat ke dokter untuk Tabel I : Penyulit hipertensi
suatu penyakit lain. Tidak jarang penderita harus menyadari
adanya hipertensi bila telah timbul penyulit. Target Organ Penyulit Penyulit
PENYULIT-PENYULIT HIPERTENSI Aterosklerotik Hipertensif
Penyulit-penyulit hipertensi dapat digolongkan dalam 2
golongan besar, yaitu: Otak – TIA – Ensefalopati hiper-
tensif
1) Penyulit akibat tingginya tekanan darah (penyulit hiper-
– Infark serebri – Perdarahan otak :
tensif).
* intraserebral
2) Penyulit akibat proses aterosklerotik. * subaraknoid
Penyulit hipertensif – Infark lakuner
Penyulit ini timbul akibat kerusakan dinding pembuluh Mata Kelainan pembuluh Retinopati hipertensif
darah oleh hipertensi. Di samping faktor mekanik, kerusakan darah retina (eksudat, perdarahan)
(emboli kolesterol)
dinding pembuluh darah ini juga dipengaruhi oleh hormon-
Jantung Angina pektoris Penyakit jantung hiper-
hormon vasoaktif, kadar Na, dan rheologi butir-butir darah. Infark miokard tensif (hipertrofi jan-
Penyulit aterosklerotik tung, kardiomegali, de-
kompensasi kordis kin .
Penyulit ini juga timbul pada orang normotensif, tetapi
pada penderita hipertensi proses aterosklerosis lebih sering, Ginjal Penyakit pembuluh da- – Nefrosklerosis arte-
rah ginjal (stenosis arteri riolar benigna & ma-
lebih hebat dan timbul pada usia yang lebih muda, terutama renalis) ligna.
pada penderita dengan kadar kolesterol yang lebih tinggi dari Pembuluh darah Penyumbatan aorta/ca- – Diseksi aorta
normal. perifer bangnya.
Klaudikasio intermiten.
PENYULIT JANGKA PANJANG HIPERTENSI
Hipertensi mempengaruhi semua alat dalam tubuh, tetapi
Disampaikan pada Simposium Beberapa Aspek Hipertensi, FKU1,
Jakarta 13 Juli 1985.
PENDAHULUAN volume yang tetap atau bahkan menurun. Dengan kata lain
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan ter- dilatasi yang terjadi tidak sebanding dengan perubahan pada
jadinya penyulit pada alat-alat tubuh, seperti otak, jantung, ketebalan dinding ventrikel. Di sini kontraktilitas, indeks
ginjal, retina, aorta dan pembuluh darah tepi. Penyulit jantung kardiak dan ejection fraction akan menurun (decornpensated
terjadi karena miokardium mengalami perubahan hipertrofi. pressure overload). Kebutuhan otot jantung terhadap oksigen
Kondisi ini dan segala manifestasi kliniknya (terutama gagal akan meningkat1-3.
jantung) dinamakan penyakit jantung hipertensif. Penyulit Jenis yang kc tiga memperlihatkan perubahan yang me-
jantung juga dapat terjadi karena pcmbuluh darah koroner nyerupai kardiomiopati hipertrofik. Di sini tebal dan massa
mengalami proses artcriosklerosis yang dipercepat. Kondisi ventrikel kiri akan meningkat sccara berlebihan dan ruang
ini dinamakan penyakit jantung koroner. Dalam kenyataan- ventrikel menjadi kecil. Dengan dernikian rasio mass: volume
nya antara keduanya terdapat kaitan yang erat dan kedua
akan meningkat. Kondisi ini dinamakan hipertrofi ireguler.
kondisi tersebut juga sering terjadi bersama-sama.
Pada keadaan ini indeks kardiak, ejection fraction dan ke-
Makalah ini terutama ditujukan untuk membahas per-
butuhan otot jantung terhadap oksigen akan masih tetap
masalahan penyakit jantung hipertensif.
sama atau dapat pula menurun1-3. Jenis ke tiga ini lebih
jarang ditemui.
JENIS HIPERTROFI
Ketiga jenis hipertrofi akibat hipertensi ini terjadi baik
Pada penyakit jantung hipertensif, dapat terjadi berbagai
pada percobaan binatang maupun pada manusial . Klasifikasi
jenis hipertrofi miokard, khususnya ventrikel kiri (LVH =
di atas jclas mempunyai nilai prognosis dan implikasi tera-
left ventricular hvpertropht').
peutis yang penting.
Jenis yang mula-mula terjadi pada perjalanan klinik pe-
nyakit jantung hipertensif dinamakan hipertrofi konsentris. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADI-
Di sini perubahan hipertrofik ventrikel kiri terjadi sesuai NYA LVH
dengan beban menahun tekanan darah terhadapnya. Dinding Walaupun peningkatan afterload menahun akibat hipertensi
ventrikel kiri menebal dan massa ventrikel kiri bertambah; merupakan faktor amat penting yang mempengaruhi terjadi-
akan tetapi volume akhir diastolis ventrikel kiri masih normal nya LVH, ternyata masih ada faktor-faktor non-hemodinamik
atau hanya sedikit bertambah. Dengan demikian rasio mass : lain yang dapat berperan.
volume akan meningkat. Kontraktilitas jantung, indeks kar- Termasuk di sin antara lain: (I) faktor-faktor neurohumo-
diak (cardiac index) dan ejection fraction umumnya masih ral seperti: aktivasi sistim saraf simpatis, aktivasi sistim renin
normal (compensated pressure overload). Kebutuhan otot angiotensin, aktivasi hormon lain (misalnya: tiroksin, growth
jantung terhadap oksigen sering masih normal1-3. hormone); (2) faktor-faktor usia, keturunan dan ras; (3) olah
Hipertrofi konsentris ini sering berkembang lebih jauh raga, (4) berat badan, (5) faktor-faktor lain seperti penyakit
menjadi hipertrofi eksentris. Dalam kondisi ini selain massa, jantung penyerta, dan (6) obat4 .
volume ventrikel kiri juga akan meningkat dan tebal dinding Karena itu korelasi antara massa ventrikel kiri dan tinggi-
ventrikel menjadi normal atau hanya sedikit bertambah. nya tekanan darah kadang-kadang tidak selalu baik5. Walau
Dengan demikian terjadi dilatasi ventrikel dengan rasio mass: demikian, perlu dicatat bahwa pengukuran tekanan darah
Dibacakan pada Temu Ilmiah Perkembangan Penanggulangan Faktor
Risiko Penyakit Jantung K o r o n e r , FKUI.
RINGKASAN
Hipertensi yang merupakan penyakit/gangguan mekanisme pengaturantekanan
darah, membawa berbagai efek yang merugikan pada organ tubuh terutama jantung
dan pembuluh darah. Kelainan tersebut dapat berupa angina pektoris,infark miokard,
dekompensasi kordis sampai kematian mendadak.
TIA, STROKE TROMBOTIK DAN STROKE EMBOLIK an kulit dan kandung kencing. Pada stroke embolik kadang-
Suatu ulkus pada tempat aterosklerosis di pembuluh darah kadang perlu diberikan antikoagulan.
ekstrakranial seperti a.karotis atau a.vertebral, merupakan
ENSEFALOPATI HIPERTENSIF, INFARK LAKUNAR,
tempat pembentukan bekuan yang terdiri atas fibrin dan
PERDARAHAN INTRASEREBRAL
platelet yang beragrergasi. Gumpalan platelet-fibrin atau
Ensefalopati hipertensif. Sindroma klinik ini timbul bila
gumpalan kolesterol ini pada suatu saat dapat terlepas dan
tekanan darah mendadak sangat meningkat melampaui batas
mengikuti aliran darah sebagai mikroembolus, lalu menyumbat
kemampuan otoregulasi pembuluh darah otak. Pembuluh darah
pembuluh darah otak di sebelah distalnya, sehingga timbul
kecil otak mengalami spasme yang berlebihan hingga timbul
iskemi pada jaringan otak yang diperdarahinya. Bilamana
iskemi jaringan otak, permeabilitas kapiler bertambah, dan di
mikroembolus ini hancur lagi, maka aliran darah akan pulih
bagian lain dari pembuluh darah ini terjadi dilatasi akibat ke-
kembali dan iskemi menghilang. Rentetan kejadian tersebut
gagalan otoregulasi, yang diikuti oleh hiperperfusi. Kedua
merupakan salah satu mekanisme terjadinya TIA. Gejala
mekanisme ini pada akhirnya menimbulkan edema serebri,
kliniknya adalah hemiparesis, hemihipestesi, hemianopia,
yang mendasari timbulnya gejala klinik ensefalopati hipertensif.
afasia, amaurosis fugax atau gejala fokal neurologik lain yang
Penderita ensefalopati hipertensif menunjukkan gejala
timbulnya mendadak, dan menghilang lagi tanpa gejala sisa
nyeri kepala, muntah, gelisah, kesadaran menurun, kejang
dalam waktu kurang dari 24 jam, biasanya sekitar 2—30 menit.
umum, kadang-kadang disertai gejala fokal seperti hemiparasis,
Keadaan yang menyerupai TIA adalah Reversible Ischemic
kejang fokal, afasia, buta kortikal. Pada kebanyakan penderita
Neurologic Deficit (RIND) pada mana gejala neurologiknya
ditemukan tanda-tanda hipertensi maligna pada retina, yaitu
menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam, biasanya tidak
papiledema; perdarahan, eksudat dan spasme arteri. Tekanan
lebih dari 2—3 minggu.
likuor serebrospinalis meningkat, CT Scan biasanya normal.
Bilamana mikroembolus cukup besar dan tidak dapat
Terapi pertama-tama ditujukan pada penurunan tekanan
hancur lagi, daerah iskemi akan menjadi infark, dengan demi-
darah secara cepat sampai mendekati normal. Untuk ini dapat
kian terjadi infark embolik. Gejala kliniknya timbul sangat
diberikan diazoxide bolus 100—600 mg iv dalam waktu 5
mendadak dan berkembang maksimal dalam waktu beberapa
menit, yang dapat diulang dalam waktu 30—60 menit. Obat
detik sampai menit.
lain yang dapat digunakan adalah sodium nitroprusside
Pada keadaan lain gumpalan platelet-fibrin tidak terlepas
50—100 mg/L dengan infus mikrodrip5. Dapat digunakan juga
dari tempatnya semula, dan berkembang terus hingga pada
furosemid iv atau nifedipin sublingual.
akhirnya menutup sebagian besar lumen arteri, hingga timbul
Infark lakunar. Keadaan ini timbul bila pembuluh darah
infark jaringan otak yang diperdarahinya, keadaan ini dikenal
kecil yang mengalami lipohialinosis menjadi tersumbat dan
sebagai stroke trombotik. Gejala kliniknya berupa kelainan
timbul infark kecil dengan ukuran penampang 0.5 — 15 mm.
neurologik yang timbul mendadak, kemudian berkembang
Infark ini setelah, menyembuh akan meninggalkan lubang
secara perlahan-lahan dan bertahap dalam waktu beberapa
kecil yang disebut lacune ("danau"), sering ditemukan di
jam sampai 2—3 hari.
ganglia basalis (putamen, nukleus kaudatus), talamus, pons
Kalau pada TIA/RIND gejala neurologiknya menghilang
dan krus posterior kapsula interna, dan jarang-jarang di sub-
lagi tanpa gejala sisa, maka pada infark (stroke trombotik dan
stansia alba serebral, krus anterior kapsula interna dan sere-
embolik) akan terdapat defisit neurologik sebagai gejala sisa.
belum8 . Oleh karena infarknya kecil prognosisnya balk, dan
Diketahui bahwa 1/3 dari penderita TIA akan mendapat
dengan pengobatan hipertensi yang baik kambuhnya serangan
serangan stroke dalam waktu 5 tahunb , oleh karena itu pen-
dapat dihindarkan.
derita TIA perlu diobati untuk mencegah timbulnya stroke
di kemudian hari. Pengobatan TIA terdiri atas terapi medik Gejalanya terdiri atas gejala-gejala fokal neurologik yang
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang kaya akan pektoris 12,3% dan infark miokard akut 11,3%. Hasil-hasil
penyulit baik yang bersifat akut maupun kronik. Penyulit penelitian di Indonesia tentang penyulit pada penderita DM
akut seperti ketosis relatif jarang dijumpai. Sebaliknya, pada berbeda-beda (tabel 1) :
yang menahun, penyulit, terutama penyulit vaskuler lebih
banyak dijumpai akibat penanganan dan pengetahuan tentang Tabel 1. Prevalensi Penyakit Jantung Koroner pada Penderita Diabetes
oleh beberapa peneliti.
diabetes yang makin maju. Kelainan vaskuler yang sering di-
temukan ialah penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit
Nama Peneliti Tahun Tempat Persentase
pembuluh darah otak, retinopati, nefropati dan lain-lain.
Prevalensi diabetes mellitus (DM) setiap tahun makin Liebow 1955 Amerika Serikat 42,0
meningkat, lebih tinggi daripada yang diduga. Di Indonesia Sukaton 1971 Jakarta 8,4
belum ada data yang jelas, tetapi dengan kemajuan di bidang Moordono 1971 Bali 10,7
kesehatan dan meningkatnya keadaan sosioekonomi tak dapat Masjhur 1973 Bandung 9,6
poliklinik
disangsikan bahwa penderita DM akan makin meningkat dari
Soetardjo 1975 Semarang 13,0
tahun ke tahun. Hal ini akan menimbulkan berbagai masalah Sukono 1975 Surabaya 16,3
seperti komplikasi kardiovaskuler dan lain-lain1,2. poliklinik
Banyak penelitian tentang DM sudah dilakukan di Indo- Adimasto 1975 Surabaya
nesia khususnya mengenai komplikasi kardiovaskuler dan poliklinik 12,5
faktor yang mempengaruhi. Dari hasil ini dapat disimpulkan dirawat 24,1
bahwa kejadian ini mulai meningkat, bahkan menduduki Masjhur 1976 Bandung 21,4
Adam dkk. 1978 Ujung Pandang 19,3
tempat teratas dari urutan penyebab penyakit jantung saat ini.
Soepeno BJ. 1981 Surabaya 11.9
Bermacam-macam faktor dalam berbagai tingkat sosial,
kebiasaan dan taraf hidup memungkinkan meningkatnya
penyakit jantung koroner (PJK) pada penderita DM, antara
lain adanya hipertensi, hiperlipidemia, hiperkolesterolemia, Di Indonsia, data yang dilaporkan oleh beberapa pe-
kegemukan dan juga merokok. nelit1,6,10 menunjukkan bahwa prevalensi PJK dalam 5 tahuri
Dengan kemajuan ilmu kedokteran dewasa ini, lebih terakhir jauh lebih tinggi dibandingkan dengan waktu sebelum-
mudah menemukan komplikasi DM yang bermanifestasi nya. Pola PJK pada saat ini sudah berubah bila dibandingkan
sebagai infark miokard akut, angina pektoris atau payah dengan keadaan 10 tahun yang lampau. Mohamed Saleh10 me-
jantung. Prevalensi DM sukar ditentukan secara pasti meng- Kejadian penyakit jantung koroner di antara penderita DM
ingat sebagian dari penderita tidak disertai keluhan/gejala jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pada bukan pen-
klinis. Dari kepustakaan diketahui bahwa PJK pada diabetes derita DM.
berkisar antara 45—70% angka ini jauh lebih tinggi dibanding- Pada satu penelitian yang dilakukan di empat rumahsakit
kan dengan kejadian yang bukan akibat diabetes antara di Ujung Pandang, selama tahun 1977 (Januari — Desember)2,
8—30% . telah ditemukan 275 penderita DM. Tabel 2 di bawah ini mem-
Penelitian Bradley (dikutip dari 3) melaporkan angka perlihatkan jenis kelamin, umur dan faktor lain yang ber-
19% untuk mereka dengan PJK yang simtomatis, angina hubungan dengan DM.
Kota Komplikasi Retinopati Katarak Hipertensi PJK Umur (th) Laki Wanita Jumlah %
Neuropati
- 20 5 11 16 1.66
Denpasar 1971 12.5 12.8 - 10.7
Surabaya 1976 30.6 29.3 16.3 12.8 10.0 20 - 29 8 20 28 2.90
Bandung 1978 - - 24.1 30 - 39 34 23 57 5.90
Padang 1978 - 14.9 - 13.2 - 40 - 49 82 104 186 19.25
Palembang 1978 13.7 7.8 - 13.7 - 50 - 59 143 198 341 35.30
Semarang 1981 25.3 18.7 - 24.0 27.7 60 - 69 90 141 231 23.91
U. Pandang 1982 49.9 32.4 - 22.9 20.6 70 - 79 40 54 94 9.73
Jakarta 1983 60.9 18.2 - 26.8 23.7 80 - 89 6 7 13 1.35
Surabaya 1986 51.4 14.7 11.3 12.1 10.9
Jumlah 408 558 966 100
Indonesia 34.5 18.6 13.8 17.9 18.2
Studi Populasi di negara-negara lain:
Filipina 20.8 25.0 - 30.4 kan. Dari penelitian di Surabaya 1980-1981 bila dianalisis
untuk golongan umur di atas 40 tahun ternyata prevalensi
Singapura 3.3 8.5 - 26.8 DM 4.16% dan bila untuk golongan umur di atas 20 tahun
India - 1 2.8 - 15.2
1.43%.9
Komplikasi kronik DM dapat disebabkan oleh proses Tabel 6. Prevalensi DM golongan umur 20 tall= ke atas di per-
mikroangiopati yang karakteristik ditandai oleh penebalan kotaan dan pedesaan di Indonesia.
membrana basalis berupa retinopati diabetik, neuropati
diabetik, dan nefropati diabetik. Selain itu komplikasi makro- Studi lapangan Prevalensi DM (%) Prevalensi DM di
Tahun Indonesia rata-
angiopati diabetik dapat berupa aterosklerosis gangren diabetik, Kota Desa rata
penyakit jantung koroner dan gangguan pembuluh darah
otak8. Komplikasi kronik diabetes merupakan masalah bagi Semarang 1975 1.46% - Kota = 1.50%
penderita karena bersifat irreversibel dan merupakan penyebab U. Pandang 1981 1.50% -
angka morbiditas dan mortalitas pada penderita tinggi. Data Jakarta 1983 1.60% - Desa = 1.01%
menunjukkan bahwa penderita diabetes mempunyai ke- Surabaya 1980 1.43%* -
cenderungan 2 kali lebih sering mengalami serangan jantung, 1981 0.49-2.93% -
gangren 5 kali, gagal ginjal kronik 17 kali dibandingkan 1983 - 0.68-1%**
dengan non diabetes9.
Penyebab Kematian *) 1 3 .4 2 3 kasus **) 9 .4 8 8 kasus
Dari 2.688 penderita DM yang dirawat nginap selama 5
tahun (1980-1984) di RS Dr. Sutomo, Surabaya9, ternyata Berdasarkan pada data DM dari berbagai penelitian baik
19.6% meninggal dunia dengan urutan penyebab sebagai dari rumah sakit-rumah sakit maupun masyarakat, kiranya
berikut: sepsis (4.9%), koma diabetik (3.6%), gangguan pem- perlu diadakan pencegahan terhadap terjadinya penyakit
buluh darah otak (1.9%), PJK (1.5%) dan gagal ginjal (1.4%). DM. Cara yang mudah dan murah seperti diketahui diit adalah
Prevalensi DM yang dirawat jalan di RS Dr. Sutotno dari hal yang paling penting dalam sehat jasmani, rohani, mental
tahun 1981-1985, rata-rata pertahunnya sekitar 8.000 dan dan sosioekonomi. Keadaan ini telah dicanangkan oleh be-
tiap hari polikliniknya dikunjungi sekitar 42 penderita, ini berapa ahli dalam bidang pengobatan DM7.
berarti bahwa jumlah pengunjung dengan DM adalah lebih Diabetes Mellitus yang diduga sebabnya karena diit harus
dari separuh jumlah kunjungan rata-rata seluruh poliklinik dijaga dari permulaan dengan hidup sehat, banyak olah raga,
rumah sakit. bersih lingkungan, penyebaran luas tentang pengetahuan
Sejak tahun 1984 dan 1985 jumlah pengunjung me- mengenai penyakit DM dan komplikasinya, karena sekali kena
ningkat cukup tajam, sekitar 400-500 kunjungan per tahun penyakit DM hidupnya menjadi tidak bebas lagi. Biaya pe-
atau 50-59 per hari. Hal ini dapat dilaksanakan oleh karena rawatan minimal untuk rawat jalan penderita DM di Indonesia
sudah tersedia fasilitas yang memadai dan canggih, sehingga sudah diperhitungkan, yaitu Rp. 1.5 milyar per hari atau
diagnosa lebih dini dan juga kesadaran masyarakat me- Rp. 500 milyar per tahun, dan menurut beberapa penelitian
ningkat. Umur prevalensi DM di Surabaya yang paling tinggi menunjukkan angka-angka prevalensi dan komplikasi DM
juga ditemukan pada golongan umur 50-59 tahun (tabel 5). yang tidak berbeda banyak, sehingga masalah DM kiranya
tidak dapat dianggap sebagai masalah regional, melainkan
harus diperlakukan sebagai masalah Nasional, yang harus di
Prevalensi DM di Indonesia untuk golongan umur 20 tahun kelola bersama, dan secara terpadu9.
ke atas
Prevalensi yang diperoleh dari studi-studi, laporan dan
lain-lain dapat di lihat pada tabel 6. Ternyata prevalensi DM KEPUSTAKAAN
di perkotaan menunjukkan hasil yang homogen, meskipun 1. Adam JMF. Pola penyakit jantung di Bagian Penyakit Dalam Rumah
dalam penelitian stratifikasi sampel sebetulnya harus dipikir- Sakit dr. Hasan Sadikin 1076 (Laporan).
SUMMARY
Free radicals that contain an unpaired electron are biologically reactive molecu-
les. They are produced in vivo as by--products of normal metabolism or in situ if the
organism are exposed to external agents.
Damage of the cells may occur if the activities of protective mechanisms of the
organism are overcome by excess of production, by the nature and site of generation
of the free radicals. There arc various cellular constituents that can be affected by free
radicals; among others are proteins, lipids, carbohydrates and nucleotides.
Free radicals have been incriminated as a possible cause of tissue damage during
ischernia and reperfusion. The reaction of free radicals with their substrates that reside
in the plasma membrane is thought to be the primary cause of ischemic damage.
H. Sardjono 0. Santoso
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
SUMMARY
Incidence, etiology, clinical manifestation, diagnosis, management and prognosis
of Turner Syndrome were briefly discussed. We present two cases in which the diag-
nosis was based on clinical signs supported by laboratory findings such as increased
gonadotropin concentration and buccal smear examination.
PENDAHULUAN ETIOLOGI
Botulismus adalah suatu intoksikasi atau keracunan yang Botulismus disebabkan oleh eksotoksin berupa protein
disebabkan oleh termakannya eksotoksin yang dibentuk oleh dengan berat molekul tinggi yang diproduksi oleh Cl. botu-
Clostridium botulinum1—4 yang terdapat di dalam makanan. linum,2,5 . Eksotoksin terbentuk pada pH di atas 4,6 dan suhu
Ciri khas keracunan tersebut, antara lain: gangguan pen- di atas 3°C4. Eksotoksin tersebut mudah larut dan termo-
cernaan, pupil melebar dan non-reaktif, membrana mukosa stabil. Untuk menginaktifkannya harus dipanaskan pada
mulut kering, dan kelumpuhan umum otot yang bersifat suhu 100°C selama 1 — 10 menit, juga akan rusak bila di-
progresif serta mematikan2,3,5. Kelumpuhan terjadi akibat panaskan dalam air pada suhu 80°C selama 10 — 30 me-
kerja toksin pada motor neuron kolinergik5. Secara Minis nit1-4,8,9.
botulismus terdiri atas: food-borne botulism, infant botulism Spora CI. botulinum tahan terhadap suhu 100°C selama
dan wound botulism. Yang disebut terakhir ini amat jarang beberapa jam, sedangkan di dalam autoklaf pada suhu 120°C
terjadi5. tahan selama 5 — 30 menit6,8,9. Di dalam makanan, spora
Botulismus pertama kali dikenal lebih 200 tahun lalu. masih dapat hidup selama beberapa bulan9
Keracunan ini menimbulkan sindrom yang merupakan akibat CL botulinum adalah bakteri berbentuk batang, mem-
lanjut makan sosis yang sudah mengandung toksin (botulus bentuk spora, positif-Gram, strict anaerob, melepaskan
L. = sosis)3,6,7. Keadaan tersebut di atas dapat terjadi sejalan eksotoksin yang poten selama pertumbuhannya dan bersifat
dengan usaha penyimpanan dan pengawetan makanan pada otolisis. Ciri lain : saprofit murni, ditemukan di permukaan
kurun waktu yang masih sangat sederhana, sehingga acap kali tanah dan sedimen akuatik. Secara morfologis dan biakan
timbul pencemaran dan berakibat munculnya kasus keracunan strain-strain yang serupa dibedakan atas tipe-tipe A, B, C,
makanan. Kemudian, era industri pengawetan makanan mulai D, E atau F berdasarkan karakteristik antigenik eksotoksin-
berkembang; antara lain dengan pengalengan dan pembotolan nya. Eksotoksin tipe A, B dan E paling sering menimbulkan
yang bersifat komersial. Tetapi ternyata masih juga ditemukan penyakit, tipe A yang terbanyak dan E paling sedikit5—9,
kasus-kasus keracunan makanan3 mungkin karena kurang sedangkan C dan D menyebabkan penyakit pada hewan ter-
ketatnya pengawasan dalam proses pengolahan dan pengawet- tentu, misalnya : burung air liar, lembu, kuda dan cer-
annya. pelai2,3,5,7.
Dewasa ini, dengan perkembangan industri dan proses Toksin botulinum adalah racun yang dikenal paling poten.
pengawetan makanan sudah cukup baik, maka kasus botulis- Toksin tersebut memiliki efek yang identik pada transmisi
mus amat jarang ditemukan. Kendati demikian adakalanya
neuromuskuler; meskipun berbeda dalam hal-hal sifat ke-
masih terjadi juga bencana keracunan makanan yang salah
satu sebabnya adalah kecerobohan manusia sendiri. antigenan, ukuran molekul, mobilitas elektroforetik dan
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka akan kandungan asam aminonya2,3,5. Perbedaan farmakologis
dibahas tentang botulismus secara mendasar, meliputi ber- ditunjukkan dengan kerentanan spesies hewan spesifik yang
bagai aspek yang Wing terkait, yaitu : etiologi, patogenesis, bervariasi terhadap toksin-toksin yang berbeda3.
manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, prognosis, PATOGENESIS
epidemiologi dan pencegahan. Sebagian besar botulismus terjadi setelah memakan makan-
RINGKASAN
Telah dilakukan pemeriksaan lingkar lengan anak usia 1 sampai 5 tahun di Ke-
camatan Menui Kepulauan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Tujuan pengukuran
lingkar lengan adalah untuk mengetahui secara dini keadaan kurang gizi melalui
makanan yang masuk kepada anak usia 1 sampai 5 tahun, dan sebagai pendahuluan
untuk penelitian lebih lanjut. Dari 802 anak yang diperiksa didapatkan 99 anak
(12,35%) anak kekurangan/salah makan dan 783 anak (87,65%) cukup makan.
PENDAHULUAN makanan (mutu dan jumlah) yang dimakan oleh anak. Lingkar
Hakikat Pembangunan Nasional adalah Pembangunan lengan atas seorang anak dapat menunjukkan tanda-tanda
Manusia Indonesia seutuhnya dan Pembangunan seluruh kekurangan atau salah makan. Ukuran lengan atas kurang dari
masyarakat Indonesia. Pembangunan ditujukan untuk mem- 13,5 cm, menunjukkan kekurangan/salah makan, sedangkan
bawa umat manusia ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik jika lingkar lengan atasnya kurang dari 12,5 cm maka ia dalam
serta merupakan proses perubahan yang terus menerus ke keadaan gizi buruk. Istilah kekurangan/salah makan digunakan
arah tujuan yang ingin dicapai. untuk memudahkan dan menunjukkan perbedaan dengan
Menjelang tahap lepas landas Pembangunan Lima Tahun istilah kekurangan gizi.
ke V (Pelita V) yang merupakan Rencana Pembangunan MONOGRAFI SINGKAT KECAMATAN MENUI KEPULAU-
Jangka Panjang Tahap I tidaklah berlebihan bila kita juga AN.
menginginkan terbentuknya manusia dengan kualitas yang Terdiri dari wilayah daratan pulau Sulawesi, pulau-pulau
sesuai dengan tuntutan pembangunan itu sendiri. Pembangun- dan lautan. Yang dihuni manusia (penduduk tetap) tediri
an hanya mungkin dilaksanakan jika pembangunan itu sekali- dari 6 pulau yang menjadi 11 desa dan 1 kelurahan, 1 pulau
gus juga berarti membangun manusia pembangunan. Kualitas berstatus dusun dari salah satu desa di antara 3 desa di daratan
manusia merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di- pulau Sulawesi. Luas wilayah 302 km2. (Statistik Kabupaten
pisah-pisahkan, yaitu kualitas fisik dan kualitas non fisik Poso, 1988). Jumlah penduduk tercatat 10.692 jiwa. Tidak
serta hasil keluaran (out put) dari kedua unsur tersebut. diketahui jumlāh pasti dari anak balita di Kecamatan ini,
Kualitas dan hasil keluaran tersebut memerlukan suatu masuk- menurut perkiraan sekitar 1234 anak balita (Statistik Kab.
an (input) yang mencukupi, agar tumbuh dan berkembang Poso, November 1988).
dengan baik. Di antara masukan terpenting adalah gizi, pen- Mata pencaharian sebagian besar adalah nelayan (mengolah
didikan dan lingkungan hidup, baik fisik, biologis maupun hasil laut), hanya sebagian kecil berladang/berkebun, khusus-
lingkungan sosial ekonomi (Teori Blum). nya di desa gunung pulau Menui dan desa-desa di daratan
TUJUAN pulau Sulawesi. Mayoritas penduduk beragama Islam, dan
Kelompok penduduk yang paling mudah menderita ke- masih kuat berpegang pada pandangan tradisional dan adat
adaan kurang (gangguan) gizi adalah anak balita, ibu hamil dan kebiasaan. Pendidikan masyarakat :kebanyakan tingkat sekolah
ibu menyusui, terutama mereka yang perpenghasilan rendah, dasar. Suku penduduk terdiri suku Menui yang mendiami
baik di desa maupun di perkotaan. pulau Menui (terutama), suku Bajo di pulau-pulau dan suku
Tujuan pengukuran lingkar lengan anak adalah untuk me- Bungku di wilayah daratan pulau Sulawesi. Sedikit suku
ngetahui secara dini keadaan kurang gizi anak yang berumur Bugis, suku Boton, suku Muna dan suku Ternate/Tidore yang
1 sampai 5 tahun. Gizi tentunya sangat erat berkaitan dengan tersebar dan sudah bercampur dengan 3 suku terbanyak di
Euthanasia
Bagaimana Cara Mati yang Baik ?
Pada mulanya, pembunuhan atas pasien-pasien yang di- Pembagian lain juga membedakan antara euthanasia yang
rawatnya dilakukan untuk "membebaskan mereka dari pen- langsung (direct) yaitu dengan tindakan tertentu langsung
deritaan", demikian pengakuan yang dikemukakan oleh menyebabkan kematian; dengan euthanasia tidak langsung
perawat yang dicurigai melakukan pembunuhan massal ter- (indirect) yaitu secara tidak-langsung, misalnya dengan mem-
hadap pasien-pasien di sebuah rumah sakit di Austria1 . Dengan berikan obat untuk menghilangkan rasa nyeri dalam dosis
menyuntikkan insulin dalam dosis yang berlebihan ke dalam yang sangat tinggi, sehingga efek sampingnya kematian juga.
tubuh pasien, kadar gula darah turun dengan mendadak, Hak untuk mati
yang mengakibatkan kematian pasien tersebut. Setelah per- Pada kasus di atas, euthanasia aktif dikenal juga sebagai
buatan itu mereka lakukan beberapa kali, kemudian seolah- mercy killing (suatu istilah yang dalam dirinya sendiri me-
olah menjadi rutin, sampai suatu tingkat membunuh orang ngandung kontradiksi); pengakhiran hidup pasien yang di-
menjadi kebiasaan, sehingga pasien-pasien yang rewel pun lakukan atas dasar untuk "membebaskannya dari penderita-
"ditenangkan". Pada umumnya pasien-pasien yang mati an". Dalam berita itu tidak diuraikan, apakah memang tindak-
berusia sekitar 80 tahun. an itu berdasarkan permintaan pasien ataukah justru diputus-
Seandainya betul motivasi yang mendorong para perawat kan sepihak oleh para perawat tersebut.
untuk melakukan tindakan tersebut adalah untuk "membebas- Jika tindakan tersebut bertentangan dengan kehendak
kan dari penderitaan", maka ini adalah bentuk euthanasia pasien (walaupun dengan alasan "demi kepentingan pasien"),
aktif yang ekstrim, seperti pernah dilakukan oleh Nazi Jarman apalagi kalau dilakukan untuk mengurangi kerepotan atau
pada masa Perang Dunia ke dua. biaya rumah sakit atau keluarganya, jelas ini melanggar hak
Pembedaan euthanasia asasi pasien itu sebagai manusia. Pengakhiran kehidupan
Masalah euthanasia adalah salah satu masalah yang me- melawan kehendak pasien, secara mutlak harus ditolak.
nonjol dan. banyak dibicarakan dalam etika biomedis akhir- Apa bedanya tindakan itu dengan pembunuhan ?
akhir ini. Apalagi dengan berkembangnya teknologi kedokter- Jika tindakan itu memang atas permintaan pasien. Timbul
an, yang memungkinkan dilakukannya berbagai manipulasi. masalah, adakah hak untuk mati bagi pasien? Sebagian berpen-
termasuk manipulasi kematian. dapat, hak untuk mati pada pasien sama dengan hak untuk
Euthanasia secara etimologis berarti "mati yang baik" melakukan bunuh diri; padahal hampir semua keyakinan
atau "mati yang tenang" • (eu=baik; thanasia=mati, bahasa atau agama besar mengutuk tindakan bunuh diri. Ini tidak
Yunani). Tetapi kemudian pengertiannya berkembang. Karena bisa disamakan dengan tindakan para pejuang yang "men-
perbedaan titik pandang dalam menjelaskan masalah "mati datangi kematian" di medan perang, karena tindakan tersebut
yang baik", timbul berbagai definisi tentang euthanasia; dan bukanlah didorong oleh keputusasaan, melainkan untuk
karena kompleksnya masalah-masalah ini, dilakukan pem- membela sebuah cita-cita. Seperti pandangan umum agama-
bedaan dalam tipe-tipe euthanasia. Biasanya dibedakan dalam agama, bahwa kematian itu adalah wewenang Tuhan, maka
euthanasia yang volunter atau atas kemauan sendiri; dan dokter tidak berhak mencampuri wilayah kekuasaan Tuhan.
euthanasia yang involunter yang bukan atas kemauan sendiri. Juga dinyatakan, bahwa penderitaan adalah bagian dari ke-
Juga dibedakan antara euthanasia yang aktif, yaitu dengan hidupan yang sudah ditentukan Tuhan, oleh karena itu harus
tindakan tertentu secara aktif akan menyebabkan kematian; diterima. Pasien yang dalam keadaan menderita biasanya
dengan euthanasia yang pasif yaitu dengan tidak melanjutkan impulsif; jadi seandainya ada hak untuk mati bagi pasien,
pengobatan sehingga pasien dibiarkan mati dengan sendirinya. maka dengan keadaan yang tidak parah pun, tetapi karena
Penjelasan
1) Cukup jelas di bawah pengaruh barbiturat atau anestesia umum.
2) Cukup jelas c) terdapat tanda-tanda mati jantung yaitu asistole listrik
3) a. Cukup jelas membandel (garis datar pada EKG) selama paling sedikit
b. Cukup jelas 30 menit, meskipun telah dilakukan resusitasi dan pengobat-
4) Seseorang dinyatakan mati jika fungsi spontan pernapasan an optimal.
dan jantung telah berhenti secara pasti/irreversibel, yaitu d) penolong terlalu lelah, sehingga tidak dapat melanjutkan
misalnya pada kematian normal yang biasa terjadi pada pe- upaya resusitasi.
nyakit akut atau kronik yang berat. Pada keadaan ini, denyut 5) Jika ada kaitannya dengan kepentingan transplantasi
jantung dan nadi berhenti pada suatu saat ketika jantung organ, yang berwenang menentukan kematian adalah 2 (dua)
maupun organisme lain secara keseluruhan begitu terpengaruh orang dokter yang tidak terikat dengan tindakan transplantasi
oleh penyakit tersebut, sehingga orang yang bersangkutan tersebut.
tidak mungkin untuk tetap hidup lebih lama lagi. Upaya
resusitasi pada keadaan ini tidak berarti lagi. Diagnosis Mati Batang Otak (MBO).
Upaya resusitasi dilakukan pada keadaan mati klinis yaitu Ada tiga langkah untuk menegakkan diagnosis MBO:
bila denyut'fiadi besar (sirkulasi) dan napas berhenti dan a) meyakini bahwa telah terdapat pra kondisi tertentu, b) me-
diragukan apakah kedua fungsi spontan jantung dan per- nyingkirkan penyebab koma dengan henti napas yang irrever-
napasan telah berhenti secara pasti/irreversibel, misalnya pada sibel, c) memastikan a-refleksia batang otak dan henti napas
kematian mendadak. yang menetap. Bila setiap kasus didekati secara sistematis, tak
Upaya resusitasi darurat ini dapat diakhiri bila: akan terjadi kesalahan.
a) diketahui kemudian, bahwa sesudah dimulai resusitasi, Terdapat dua pra kondisi yang diperlukan: a) bahwa pasien
pasien ternyata berada dalam stadium terminal suatu pe- dalam keadaan koma dan henti napas, yaitu tidak responsif
nyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi; atau hampir dapat dan dibantu ventilator, b) bahwa penyebabnya adalah kerusak-
dipastikan bahwa pasien tidak akan memperoleh kembali an otak struktural yang tidak dapat diperbaiki lagi, yang di-
fungsi serebralnya, yaitu sesudah ½ — 1 jam, terbukti tidak sebabkan oleh gangguan yang dapat menuju MBO.
ada nadi pada normotermia tanpa resusitasi jantung paru. Intoksikasi obat, hipotermi dan gangguan metabolik atau
b) terdapat tanda-tanda klinis mati otak, yaitu sesudah resu- endokrin, semua dapat menyebabkan perubahan berat pada
sitasi, pasien tetap tidak sadar, tidak timbul napas spontan fungsi batang otak, tetapi reversibel. Memorandum atau UK
dan gag reflex, serta pupil tetap dilatasi selama paling sedikit Code menegaskan bahwa MBO tidak boleh dipertimbangkan
15 — 30 menit. Perkecualian untuk itu ialah hipotermia atau bila terdapat kondisi ini, baik sebagai penyebab koma primer
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Jumlah %
I. Tempat tinggal
Jakarta 68 25
Jawa (kecuali Jakarta ) 120 44,12
Luar Jawa 84 30,88
II. Sex
Pria 225 82,72
Wanita 47 17,28
III. Usia
≤ 30 tahun 46 16,91
31—40 tahun 148 54,41
41—50 tahun 58 21,32
> 50 tahun 20 7,36
IV. Profesi menjalankan praktek pribadi
Dokter umum 199 74,25 118 59,30 %
Dokter ahli 27 10,07 13 48,15 %
Dokter gigi 7 2,62 6 85,71 %
Dokter hewan 2 0,75 2 100 %
Profesi lain 33 12,31 ―
V. Pekerjaan (yang utama)
Bidang klinik 163 63,19
administratif 61
penelitian/mengajar 34 13,18
B. DISTRIBUSI MAJALAH
I. Perkenalan pertama :
A. Melalui jumlah %
Kiriman langsung 71 26,30
Med.rep. Kalbe Farma 103 38,14
Teman sejawat 57 21,12
Lain-lain 39 14,44
B. Saat
Sebelum 1980 44 19,73
Se te lah 1980 179 80,27
Manfaat
Dalam pekerjaan 248 93,58 % 17 6,42 % 265
Menambah pengetahuan
Medik 166 97,65 % 4 2,35 % 170
Non Medik 162 69,23 % 72 30,77 % 234
PEREDARAN CDK
Jakarta Jawa (kecuali Jkt) Luar Jawa Luar Negeri Jumlah
Langsung (pos) 590 650 548 10 1798
Perorangan 458 516 384 5 1363
Lembaga 132 134 164 5 435
PT Kalbe Farma 1850 3500 2250 ― 7600
Jumlah 2440 4150 2798 10 9398
PENGALAMAN PRAKTEK
diberi pengertian dan keyakinan bahwa alat tersebut tidak menyakiti, melainkan justru
untuk membantu mengetahui dan membersihkan penyakitnya, barulah ibu tersebut
mau diperiksa. Ternyata setelah pemeriksaan selesai, ibu tersebut tak mau bangun,
dan berkata : "Oh, sudah selesai?, Kok nggak sakit, geli deh, dokter pakai kilik-kilik sih !"
(mengambil spesimen dengan kapas lidi). Pada evaluasi basil pengobatan, ibu tersebut
sangat kooperatif, dan mudah-mudahan berkat ilmu kilik-kilik ini, suatu saat beliau
mau menjadi akseptor KB (IUD).
Penderita fluor albus lain setelah diberitahu penyebabnya adalah infeksi jamur
(Candidiasis), bertanya dengan heran: "Sudah dicelanakan kenapa masih kena jamur?"
Pertanyaan sederhana dan baik, setelah dijelaskan kemungkinan-kemungkinan cara
infeksi dan penularan, ibu tersebut diberi obat tablet vagina dan dianjurkan untuk
tidak "campur" selama pengobatan. Penderita lain yang mendengar anjuran tersebut
protes : "Wah, mana tahan suamiku!" Penderita yang lain lagi menyarankan :
"
Gampang, jangan dekat-dekat dengan suami, kalau mau mulai, tunggu dulu !"
Dengan spontan ramai-ramai mereka berseru : "Tidak manusiawi deh dokter !" Tanpa
diberi komando seorang ibu menengahi : "Kalau mau sembuh dan enak, yah harus
melalui sengsara dulu". Semua grr ... grr ... gr, demikianlah acara "sambung rasa"
bila ibu-ibu berkumpul.
Dr Emiliana Tjitra
Jakarta
Kado Istimewa
Sebagai seorang dokter puskesmas, selain mendapatkan uang sering kali juga
diikuti pemberian barang yang lain seperti bandeng, udang, jeruk dan lain-lain. Hal
semacam itu lumrah. Tapi yang tak lumrah pemah saya alami.
Pada suatu sore, setelah melayani beberapa pasien, tiba-tiba masuk seorang nenek
yang memang gilirannya akan saya periksa.
“Nek, sebentar nek. Pak dokter baru nulis resep." kata penjaga kartu status.
"Nggak kok maas cuma mau menaruh ini kok." kata sang nenek sembari mondar
mandir, bingung mau menaruh tas kresek plastiknya. Setelah melihat saya kemudian
sang nenek menghampiri dan tanpa sadar atau mungkin juga lantaran kebiasaan
tas nenek tersebut saya bantu ambil. "Wah terima kasih nek, biar di meja saya saja." kata
saya basa basi, dengan nada gembira. Setelah selesai saya periksa dan memberikan
obat (dengan sendirinya setelah ditarik dana) si nenekpun ke luar.
Sambil memanggil pasien berikutnya bungkusan saya bawa ke belakang, untuk
diberikan sang istri. Ketika tas kresek plastik dibuka, ... "Ya Allah, ini apa pak ?"
tanya sang istri. Agak heran saya juga ikut melihat. Setelah tabu isinya, maka kami
tak kuat menahan tawa. Yang sayā bayangkan isi tas tadi ikan lele, eeee nggak tahunya
setagen si nenek bersama kudung dan susur mbako (seperangkat tembakau sirih).
Dr Pratomo.
Ulujami, Pemalang.
OBAT TERLARIS DI AS
Menutur Pharmaceutical Data Services, AS, selama tahun 1988 di Amerika Serikat,
obat yang paling sering diresepkan ialah Amoxil (amoksisilin, Beecham). Berikutnya
ialah berturut-turut: 2) Lanoxin (digoxin, Wellcome); 3) Xanax (alpra'zolam, Upjohn);
4) Zantac (ranitidin, Glaxo); 5) Premarin (senyawa estrogen, Wyeth-Ayerst); 6) Dya-
zide (triamterin - hidroklorotiazid, SK&F); 7) Tagamet (simetidin, SK&F); 8) Tenor-
min (atenolol, ICI); 9) Naprosyn (naproxen, Syntex) dan ke sepuluh Cardizem (diltia-
zem, Marion).
Scrip (Feb 17) 1989; 387:15
Brw
KANKER KULIT
Petugas kesehatan di Ghana, Nigeria, Kenya dan Tanzania mencatat adanya pe-
nigkatan angka kejadian kanker kulit — sesuatu yang sebelumnya sangat jarang di-
temukan di kalangan kulit hitam.
Peningkatan tersebut diduga akibat makin disenanginya penggunaan pemutih
kulit — baik dalam bentuk minyak, krem maupun bedak — di kalangan pemuda-
pemudi kulit hitam.
Futurist, Sep—Oct. 1988; p.5,
Brw