Nodal Analisis
Nodal Analisis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PENGGUNAAN
KURVA
PRESSURE
TRAVERSE
UNTUK
Pendahuluan
2. 2.
2. 2. 1.
2. 2. 2.
BAB III
3. 1.
Pendahuluan
3. 2.
3. 2. 1.
3. 2. 1. 1.
3. 2. 2.
3. 2. 2. 1.
3. 2. 2. 2.
3. 3.
3. 3. 1.
Heru Herawan
3. 3. 1. 1.
3. 3. 2.
3. 3. 2. 1.
3. 4.
3. 4. 1.
Heru Herawan
BAB I
PENDAHULUAN
System sumur produksi, yang menghubungkan antara formasi produktif
dengan separator, dapat dibagi menjadi enam komponen, seperti ditunjukan di
gambar 1-1, yaitu
1. Komponen formasi produktif/ reservoir
Dalam komponen ini fluida reservoir mengalir dari batas reservoir menuju
ke lubang sumur, melalui media berpori. Kelakuan aliran fluida dalam
media berpori ini telah dibahas di modul II, yang dinyatakan dalam bentuk
hubungan antara tekan a alir di dasar sumur dengan laju produksi.
2. Komponen komplesi
Adanya lubang perforasi ataupun gravel pack di dasar lubang sumur akan
mempengruhi aliran fluida dari formasi ke dasar lubang sumur.
Berdasarkan analisa di komponen ini, dapat diketahui pengaruh jumlah
lubang perforasi ataupun adanya gravel pack terhadap laju produksi
sumur.
3. Komponen tubing
Fluida multifasa yang mengalir dalam pipa tegak maupun miring, akan
mengalami kehilangan tekanan yang besarnya antara lain tergantung dari
ukuran tubing. Dengan demikian analisa tentang pengaruh ukuran tubing
terhadap laju produksi dapat dilakukan dalam komponen ini.
4. pengaruh ukuran pipa salur terhadap laju produksi yang dihasilkan suatu
sumur, Dapat dianalisa dalam komponen ini seperti halnya pengaruh
ukuran tubing, dalam komponen tubing.
5. komponen restriksi/ jepitan
Jepitan yang dipasang di kepala sumur atau di dalam tubing sebagai
safety valve, akan mempengruhi besar laju produksi yang dihasilkan dari
Heru Herawan
Heru Herawan
Gambar 1-1
Sistim Sumur Produksi
Heru Herawan
Heru Herawan
Heru Herawan
BAB II
PENGGUNAAN KURVA PRESSURE TRAVERSE
UNTUK MENGHITUNG KEHILANGAN TEKANAN ALIRAN DALAM PIPA
2. 1.
Pendahuluan
Kurva pressure traverse yang telah dibuat khusus untuk suatu lapangan
Heru Herawan
Heru Herawan
Langkah 2.
Berdasarkan qL, KA, dan dt, pilih kurva pressure traverse yang
sesuai
Langkah 3.
Langkah 4.
Heru Herawan
80%
35.0
gambar 2-1
kurva Pressure Traverse Untuk Aliran Tegak
Heru Herawan
2,900 in
100,0 m3/ h
Kadar air
API gravity
0%
35.0
Gambar 2-2
Kurva Pressure Traverse Untuk Aliran Mendatar
Heru Herawan
panjang / kedalaman
panjangPip a /
ekivalenTekananUpstream - kedalamanSumur
pressure traverse.
b. Dari titik tekanan downstream tarik garis tegak ke bawah
sampai memotong garis gradient aliran di langkah 3.
c. Dari perpotongan tersebut buat garis mendatar ke kiri sampai
memotong sumbu panjang atau kedalaman. Baca panjang/
kedalaman tersebut dan harga ini disebut panjang/ kedalaman
ekivalen tekanan downstream.
d. Hitung panjang atau kedalaman ekivalen tekanan upstream,
yaitu :
panjang / kedalaman
panjangPip a /
ekivalenTekananDownstream + kedalamanSumur
Heru Herawan
= 2 in
Panjang tubing
= 5500 ft
Kadar air
= 0%
Heru Herawan
9. Dari titik potong tersebut buat garis tegak ke atas sampai memotong sumbu
tekanan, yaitiu Pwh = 350 psi
10. Tekanan kepala sumur = 350 psi
2. 2. 2.
= 2,5
Heru Herawan
Vertical Flowing
Pressure Gradien
(all oil)
Tubing size
Producing
2 in
1000 bbl/ day
35 API
0.65
Gambar 2-3
Perhitungan Tekanan Downstream
Heru Herawan
= 14800 ft
Heru Herawan
BAB III
ANALISA SISTIM NODAL UNTUK
SUMUR SEMBUR ALAM
3. 1.
Pendahuluan
Di bab I telah diuraikan tentang titik-titik nodal yang dapat digunakan
dalam perhitungan analisa sistim nodal. Titik-titik nodal tersebut adalah sebagai
berikut :
1. titik nodal di dasar sumur
2. Titik nodal di kepala sumur.
3. Titik nodal di separator
4. Titik nodal di upstream atau downstream jepitan.
Berikut ini akan dibahas prosedur perhitungan analisa sistim nodal untuk
masing-masing titik nodal.
3. 2.
dua prosedur, sesuai dengan kondisi di dasar sumur, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk kondisi open hole
2. untuk kondisi dasar sumur di perforasi.
Arah perhitungan untuk titik nodal di dasar sumur ini ditunjukan di gambar 3-1.
Berikut ini akan diuraikan prosedur untuk masing-masing kondisi tersebut.
3. 2. 1.
sumur untuk
kondisi open hole.
Prosedur perhitungan adalah sebagai berikut :
Heru Herawan
Langkah 1.
Kurva IPR
Gambar 3-1
Arah Perhitungan Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur
Langkah 2.
Heru Herawan
Langkah 3.
Langkah 4.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse baik untuk aliran
horizontal maupun untuk aliran vertical.
Langkah 5.
Berdasarkan pada qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse
untuk aliran horizontal.
Langkah 6.
Langkah 7.
Langkah 8.
Dari harga qt, dt, dan KA, pilih grafik pressure traverseuntuk aliran
vertical.
Langkah 9.
Pilih garis gradient aliran untuk GLR yang diketahui apabila garis
gradient aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercantum, lakukan
interpolasi.
Heru Herawan
3. 2. 1. 1.
Diketahui :
3000 ft
2 in
Kedalaman sumur
5000 ft
2 3/8
Kadar air
Tekanan static
Tekanan Separator
2200 psi
100 psi
Heru Herawan
q
Pi
200
2000 psi
1
Pwf = 2200
Untuk laju produksi yang lain di peroleh hasil seperti pada table berikut :
q
Pwf
anggapan
200
2000
400
1800
600
1600
800
1400
1000
1200
1500
700
Psep
Pwh
100
115
Heru Herawan
Catatan :
400
100
140
600
100
180
800
100
230
1000
100
275
1500
100
420
Pwh
Pwf
200
115
750
400
140
880
600
180
1030
800
230
1190
1000
275
1370
1500
420
1840
anggapan
6. Plot q terhadap Pwf dari langkah 5, pada kertas grafik gambar 3-2. kurva ini
disebut kurva tubing intake.
7. Perpotongan antara kurva IPR dengan kurva tubing intake menghasilkan laju
produksi sebesar 900 bbl/ hari.
8. laju produksi yang diperoleh = 900 bbl/ hari
Heru Herawan
Heru Herawan
3. 2. 2.
Arah perhitungan tidak berbeda dengan kondisi dasar sumur open hole
(gambar 3-1), hanya saja ditambahkan perhitungan kehilangan tekanan
sepanjang perforasi.
Kinerja aliran fluida turbulen dari formasi kedasar sumur
3.2.2.1. Perhitungan Kehilangan Tekanan pada Lubang Perforasi
Sesuai dengan penurunannya, persamaan darcy tidak berlaku apabila
dalam media berpori terjadi aliran turbulen, sampai saat ini persamaan yang
dapat digunakan untuk kondisi turbulen adalah :
1.
2.
3 KA
dr 1,127 x10
A
A2
2
Persamaan ini hanya berlaku untuk aliran fluida satu fasa, yaitu minyak
saja.
Untuk aliran radial dan faktor skin diperhitungkan, persamaan
dapat diturunkan yang hasil akhirnya adalah sebagai berikut :
13
q
re
9,08 x10 qoBo Po
ln 0,472 S
Pr Pwf
1,127 x10 3 2 koh
rw
2h2 rw
Heru Herawan
Bo o In (rc/rp)
7. 08 x 10 - 3 Kc Lp
2.30 x 10 - 14 (Bo) 2 ro 1 1
Lp 2
rp rc
Dimana,
3.16 x 10 -12 rg Tz 1 1
( - )
Lp 2
rp xc
Heru Herawan
Pwf
qo
qg
do
= viscositas minyak cp
= viscositas gas, cp
= temperatur formasi, R
Kc
= permeabilitas formasi, md
rc
rp
Lp
Heru Herawan
2. 33 x 10 10
Kc 1. 201
1. 47 x 107
Kc 0.55
2. 33 x 107 e
(Kc) f
Dimana : e dan f adalah konstanta yang tergantung dari ukuran pasir dan
ditunjukkan pada table di bawah ini.
HARGA e DAN f UNTUK PERSAMAAN COOKE
Ukuran Pasir
8 12
3, 32
1.24
10 20
2, 36
1.34
20 40
2, 65
1.54
40 60
1.10
1.60
Heru Herawan
Bo Ho In L
1.127x 10 - 3 KG A
9.08 x 10 - 13 B (Bo) 2 ro
A2
8. 9 x 103 Kg r z L
KG L
1. 24 x 10 - 10 B rg Tz L
A2
Parameter-parameter di persamaan diatas sama seperti di persamaan
sebelumnya, kecuali :
KG
= permeabilitas gravel, md
1. 47 x 107
KG 0, 56
Heru Herawan
Langkah
underbalanced, Kc 0,4 k
overbalanced, Kc 0, 1 k
Langkah
Langkah
Langkah
Langkah
Heru Herawan
Lankah
8. Substitusikan
konstanta
dan
kedalam
persamaam
Langkah
Langkah
11. Hitung
kehilangan
tekanan
sepanjang
perforasi,
dengan
2200 psi
Indek produktifitas
Tebal formasi
20 ft
Permeabilitas formasi
162 md
Kerapatan perforasi
4 spf
11, 6 in
6. 875 in
Heru Herawan
9. 875 in
0, 51 in
Densitas minyak
30 lbm / cuft
Viskositas minyak
2, 5 Cp
2.
3.
4.
5.
D =
= 0. 024621
6.
Heru Herawan
Pw fs - Pwf
7.
8.
Prosedur dan Perhitungan Analisa nodal pada titik nodal di dasar sumur
untuk kondisi lubang di dasr sumur diperforasi
Prosedur perhitungan analisa sisitim nodal pada titik nodal di dasar sumur untuk
kondisi lubang di dasr sumur diperforasi adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Heru Herawan
langkah 2.
kurva IPR
Langkah 3.
Langjkah 4. Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse baik untuk aliran
horizontal maupun untuk aliran vertical.
Langkah 5.
Berdasarkan pada qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse
untuk aliran horizontal.
Langkah 6.
Langkah 7.
Langkah 8.
Dari harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse untuk aliran
vertical.
Langkah 9.
Pilih garis gradient aliran untuk GLR yang diketahui. Apabila garis
gradient aliran untuk harga GLR tersebut tidak tercantum, lakukan
interpolasi.
Heru Herawan
kurva
dari
langkah
13
dengan
langkah
15
Heru Herawan
3. 2. 2. 3.
Diketahui :
= 3000 ft
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000 ft
Diameter tubing
= 2 3/8
Kadar air
=0
= 2200 psi
= 20 ft
Permeabelitas formasi
= 162 md
Kerapatan perforasi
= 2, 4, 6, 8, 10 SPF
= 0,51 in
Teknik perforasi
= overbalanced
= 2,5 cp
Densitas minyak
Heru Herawan
2. Berdasarkan PI=1,0 dan Ps=2200 psi, hitung Pwf pada berbagai anggapan
harga q, yaitu sebagai berikut :
Pwf = Ps -
q
PI
Pwf = 2200 -
200
= 2000 psi
1
Untuk laju produksi yang lain di peroleh hasil seperti pada table berikut :
q
Pwf
anggapan
200
2000
400
1800
600
1600
800
1400
1000
1200
1500
700
Pwh
Pwf
200
115
750
400
140
880
600
180
1030
800
230
1190
1000
275
1370
anggapan
Heru Herawan
1500
420
1840
Pwf
anggapan
(sandface)
Pwf
(tubing)
Beda
tekanan
200
2000
750
1250
400
1800
880
920
600
1600
1030
570
800
1400
1190
210
1000
1200
1370
1500
700
1840
Laju
4 SPF
6 SPF
Produksi
q/ perf
dp
q/ perf
dp
q/ perf
dp
200
152,83
2,50
76,26
1,67
50,81
400
10
306,89
5,00
152,83
3,33
101,75
600
15
462,18
7,50
229,71
5,00
152,83
800
20
618,71
10,00
306,86
6,67
204,05
1000
25
776,46
12,50
384,38
8,33
215,40
1500
37,5
1176,24
18,75
579,46
12,50
384,38
Laju
8 SPF
10 SPF
Heru Herawan
Produksi
q/ perf
dp
q/ perf
dp
200
1,25
30.47
1.00
34.10
400
2,50
60.98
2.00
68.25
600
3,75
91.55
3.00
102.45
800
5.50
122.17
4.00
136.69
1000
6.25
152.83
5.00
170.99
1500
9.375
229.71
7.00
256.95
Plot antara perbedaan tekanan tersebut terhadap laju produksi pada kertas grafik
di gambar 3-3.
Kerapatan
Laju
Perfo (SPF)
Prod (STB/H)
2
4
6
8
10
620
740
790
820
840
Heru Herawan
Gambar 3-3
Hasil Analisa Sistim Nodal Untuk Sumur
Yang Diperforasi
3. 2. 2. 1.
Contoh soal analisa sistim nodal dengan titik nodal di dasar sumur
untuk kondisi sumur diperforasi dan dipasang gravel pack.
Diketahui :
= 3000 ft
= 2 in
Kedalaman sumur
= 5000 ft
Diameter tubing
= 2 3/8
Kadar air
=0
Heru Herawan
Tekanan static
= 2200 psi
= 20 ft
Permeabelitas formasi
= 162 md
Keraptan perforasi
= 2, 4, 6, 8, 10 SPF
= 0,51 in
= 6.875 in
= 9.875
= 50 mesh
Permeabelitas gravel
= 45000 md
= 2,5 cp
Densitas minyak
= 2200 200 / 1
= 2000 psi
untuk laju produksi yang lain diperoleh hasil seperti pada table berikut :
q
anggapan
200
Pwf
2000
Heru Herawan
400
1800
600
1600
800
1400
1000
1200
1500
700
Pwh
Pwf
200
115
750
400
140
880
600
180
1030
800
230
1190
1000
275
1370
1500
420
1840
anggapan
Pwf
anggapan
(sandface)
Pwf
(tubing)
Beda
tekanan
200
2000
750
1250
400
1800
880
920
600
1600
1030
570
800
1400
1190
210
1000
1200
1370
1500
700
1840
Heru Herawan
0.05676
0.909214
5.76107810-4
0.11352
0.454607
1.44026910-4
0.17028
0.303071
6.40119710-5
0.22704
0.227304
3.60067410-5
10
0.28380
0.181843
2.30443110-5
Laju
2 SPF
4 SPF
6 SPF
8 SPF
10 SPF
200
204.89
96.68
63.17
46.90
37.29
400
455.86
204.89
131.47
96.68
76.42
600
752.93
324.61
204.89
149.34
117.40
800
1096.08
455.86
283.42
204.89
160.22
1000
1485.32
598.63
367.08
263.31
204.89
1500
2660.06
1005.97
598.63
421.97
324.61
Produksi
Plot antara perbedaan tekanan tersebut terhadap laju produksi pada kertas grafik
di gambar 3-4.
6. Perpotongan antara kurva perbedaan tekanan di kaki tubing dengan tekanan
di permukaan formasi produktif dan kurva kehilangan tekanan di perforasi,
Heru Herawan
3. 3.
Kerapatan
Laju
Perforasi (SPF)
Produksi (STB/D)
550
700
760
800
10
820
Analisa sistim nodal untuk titik nodal di kepala sumur, di bedakan menjadi
dua prosedur tergantung pada ada atau tidaknya jepitan di kepala sumur.
Dengan demikian dalam sub-bab ini akan diuraikan dua prosedur analisa sistim
nodal, satuprosedur untuk kepala sumur yang tidak dilengkapi dengan jepitan
dan satuprosedur lagi untuk kepala sumur yang dilengkapi dengan jepitan.
Kelakuan aliran multifasa dalam jepitan telah diuraikan di modul III, Bab V.
dalam
uraiannya
dicantumkan
korelasi-korelasi
yang
digunakan
untuk
sumur tanpa
jepitan.
Prosedur perhitungan adalah sebagai berikut :
Langkah 1.
Heru Herawan
Langkah 2.
kurva IPR
Langkah 3.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran
horizontal
Langkah 4.
Berdasarkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse
untuk aliran horizontal.
Langkah 5.
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila tidak
diketahui maka lakukan interpolasi.
Langkah 6.
Dari
Psep
tentukan
tekanan
kepala
sumur
Pwh
Ulangi langkah 3-6 untuk berbagai harga laju produksi yang lain.
Dengan demikian diperoleh variasi harga qt terhadap Pwh.
Langkah 8.
Langkah 9.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran
vertical.
Langkah 10. Berdasarkan harga qt, dt, dan KA pilih grafik pressure traverse
aliran vertical.
Langkah 11. Pilih garis gradient aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila tidak
diketahui maka dilakukan interpolasi.
Langkah 12. Menurut persamaan IPR yang diperoleh dari uji tekanan dan
produksi terbaru atau menurut peramalan IPR, hitung tekanan alir
dasar sumur (Pwf), pada harga qt di langkah 10.
Heru Herawan
tentukan
Heru Herawan
Psep
Pwh
200
100
115
400
100
140
600
100
180
800
100
230
1000
100
275
1500
100
420
anggapan
Pwf
Pwh
200
2000
610
400
1800
540
600
1600
450
800
1400
330
1000
1200
180
1500
700
anggapan
Heru Herawan
Langkah 2.
kurva IPR
ukuran jepitan
Langkah 3.
Ambil laju produksi tertentu (qt) yang sesuai dengan salah satu
harga laju produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran
vertical.
Langkah 4.
Berdasarkan harga qt, dp, dan KA, pilih grafik pressure traverse
untuk aliran vertical.
Langkah 5.
Pilih garis gradien aliran dengan GLR yang diketahui. Apabila tidak
diketahui maka lakukan interpolasi.
Langkah 6.
Heru Herawan
Langkah 7.
Dari
harga
Pwf
tentukan
tekanan
kepala
sumur
dengan
Langkah 9.
Langkah 10. Pilih korelasi aliran fluida dalam jepitan yang sesuai dengan kondisi
lapangan.
Langkah 11. Berdasarkan korelasi yang dipilih, buat hubungan antara laju
produksi dengan tekanan kepala sumur.
Langkah 12. Plot antara laju produksi terhadap tekanan kepala sumur yang
diperoleh dari langkah 11, pada kertas grafik di langkah 2, kurva
yang diperoleh disebut kurva jepitan.
Langkah 13. Perpotongan antara kurva tubing dengan kurva jepitan menunjukan
harga
laju
produksi
yang
dihasilkan
oleh
Heru Herawan
Gambar 3-5
Kurva Analisa Sistim Nodal pada Titik Nodal
Di Kepala Sumur Tanpa Jepitan
Heru Herawan
3. 3. 2. 1.
Pwf
Pwh
200
2000
610
400
1800
540
600
1600
450
800
1400
330
1000
1200
180
1500
700
anggapan
3. Plot antara q terhadap Pwh pada gambar 3-6, kurva ini adalah kurva tubing.
4. Buat hubungan antara laju produksi dengan tekanan kepala sumur dengan
mengguanakan persamaan gilbert, dan diperoleh :
q anggapan
Pwh
200
75.34
400
150.68
Heru Herawan
600
220.02
800
301.36
1000
376.70
1500
565.04
5. Plot laju produksi terhadap tekanan kepala sumur yang diperoleh dari langkah
4, pada kertas grafik di langkah 2, seperti ditunjukan di gambar 3-6. kurva ini
adalah kurva jepitan.
6. Tentukan perpotongan antara kurva tubing yang diperoleh dari langkah 3
dengan kurva jepitan yang diperoleh dari langkah 5.
7. Perpotongan kedua kurva tersebut menunjukan laju produksi sebesar 840
STB/ hari.
3. 4.
Langkah 2.
kurva IPR
Langkah 3.
Heru Herawan
Langkah 4.
Anggap laju produksi qt yang sesuai dengan salah satu harga laju
produksi pada grafik pressure traverse untuk aliran horizontal dan
vertical.
Langkah 5.
Pilih grafik pressure traverse aliran vertical qt, dt, dan KA. Apabila
KA tidak sesuai dengan KA yang tersedia pada grafik, pilih grafik
pressure traverse dengan KA yang terdekat.
Langkah 6.
Heru Herawan
Gambar 3-6
Hasil Analisa Sistim Nodal Untuk Sumur
Dengan Jepitan
Heru Herawan
Langkah 7.
Langkah 8.
Langkah 9.
Langkah 10. Pilih grafik pressure traverse aliran horizontal yang sesuai dengan
qt, dp, dan KA. Apabila KA. Tidak sesuai dengan KA yang tersedia
pada grafik, pilih grafik pressure traverse dengan harga KA yang
terdekat.
Langkah 11. pilih kurva gradient aliran yang sesuai dengan GLR yang diketahui.
Apabila untuk haarga GLR tersebut tidak tersedia kurva gradient
alirannya, lakukan interpolasi.
Langkah 12. Gunakan grafik pressure traverse [langkah 10] dan kurva gradient
aliran [langkah 11] untuk menentukan tekanan masuk di separator,
[Pins] berdasarkan harga Pwh dari langkah 9.
Langkah 13. Catat harga Pins dan qt.
Langkah 14. Ulangi langkah 4-13 untuk berbagai harga laju produksi. Dengan
demikian akan diperoleh hubungan antara Pins terhadap qt.
Langkah 15. Plot harga Pins terhadap qt pada kertas grafik di langkah 2.
Langkah 16. Plot Psep pada sumbu tekanan dan dari titik ini tarik garis datar ke
kanan sampai memotong kurva yang diperoleh dari langkah 15.
Langkah 17. Perpotongan tersebut menunjukan laju produksi yang akan
diperoleh.
3. 4. 1.
separator.
Diketahui : sama seperti contoh soal 3. 2. 1. 1.
Tentukan laju produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan separator
sebagai titik nodal.
Heru Herawan
Perhitungan :
1. Buat sistim koordinat pada kertas grafik kertasian dengan tekanan sebagai
sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar, seperti pada gambar 37.
2. Dari perhitungan contoh soal 3. 2. 1. 1. langkah 4, telah diperoleh hubungan
q terhadap Pwh untuk perhitungan yang diawali dari dasar sumur, yaitu
sebagai berikut :
q
Pwf
Pwh
200
2000
610
400
1800
540
600
1600
450
800
1400
330
1000
1200
180
anggapan
Pwh
Pc separator
200
610
595
400
540
525
600
450
410
800
330
255
1000
180
anggapan
Heru Herawan
5. pada gambar 3-7, plot tekanan separator = 100 psi pada sumbu tekanan.
Kemudian buat garis datar ke kanan sampai memotong kurva di langkah 4.
perpotongan ini menunjukan laju produksi yang diperoleh, yaitu :
q = 900 bbl/ hari.
Heru Herawan
Gambar 3-7
Kurva Analisa Sistim Nodal pada Titik
Nodal di Separator
Heru Herawan