objective-oriented. Jody L. Fitzpatrick, dkk. (2004: 159) mengatakan, Logic models are
designed to fill in those steps between the program and its objectives. Adapun
kelemahan dari model pendekatan objective-oriented sendiri adalah hanya memberi
sedikit informasi tentang bagaimana program mencapai tujuannya. Hal tersebut akan
menjadi persoalan tersendiri jika program gagal mencapai tujuannya, karena evaluasi
hanya dapat memberikan sedikit saja peringatan tentang apa yang harus dilakukan.
Saat ini, model pendekatan Logic Models banyak dipakai dalam perencanaan
dan evaluasi program. Logic Models memberikan pengaruh terhadap evaluasi dalam
mengisi black box antara program dan tujuan dari program itu. Dalam Jody L., dkk.
(2004:160) dijelaskan bahwa evaluator dapat menggunakan Logic Models untuk
membantu pengurus program untuk menjelaskan dan mendiskusikan asumsi mereka
tentang bagaimana program mereka dapat mencapai tujuannya dan elemen apa yang
penting untuk dievaluasi.
Logic Models terkadang juga dipakai untuk mengidentifikasi elemen kritis pada
sistem yang dapat dimonitor. Untuk membuatnya feasible dalam memonitor elemen
tersebut pada saat sistem sedang berjalan, dibutuhkan kompromi dan kerjasama yang
baik. Dengan begitu, pengumpulan data untuk menampilkan sistem monitor cenderung
kuantitatif dan efektif dalam biaya.
Adapun untuk ciri khas Logic Models dapat memasukkan unsur sebagai berikut
:
1. Input
dari
komponen
kegiatan
sesi
mingguan,
kurikulum,
workshop,