Anda di halaman 1dari 30

NYERI LEHER

Pendahuluan
Nyeri leher didfeinisikan sebagai nyeri yang
terjadi di daerah yang dibatasi oleh garis nuchae
di bagian atas, margo lateralis leher di bagian
samping dan di bagian bawah dibatasi oleh garis
transvers imaginer melalui processus spinosus
T1 (Thoracal 1). Sedangkan nyeri leher radiculer
didefinisikan sebagai nyeri yang diakibatkan
karena gangguan neurologis, yaitu kombinasi
hilangnya fungsi sensoris, motoris, atau
gangguan reflek, dalam distribusi segmental.

Tiap tahun 16,6% populasi dewasa mengeluh


rasa tidak enak di leher,bahkan 0,6% berlanjut
menjadi nyeri leher yang berat. Incidence nyeri
lehermeningkat dengan bertambahnya usia.
Lebih sering mengenai wanita daripada laki-laki
dengan perbandingan 1,67:1.

PEMBAHASAN
ANATOMI

Terdapat 8 pasang saraf


servikal yang menginervasi,
disebut juga rami
communicantes, yang terdiri
dari tiga ganglion; yaitu C1-C4
ganglion superior, C5-C7
ganglion media, C8-T2
ganglion inferior. Servikal
divaskularisasi oleh arteri
karotis interna dan arteri
vertebralis, serta vena
jugularis dan vena vertebralis

ETIOLOGI
Klasifikasi nyeri leher menurut Intensitas
Serius namun jarang: Vertebral tumors, Discitis, Septic arthritis,
Osteomyelitis, Meningitis
Valid but rare or unusual: Rheumatoid arthritis, Ankylosing spondilits,
Crystal arthopathies termasuk gout, Polymyalgia rheumatica, Longus colli
tendiinitis, Fractures
Miscellaneous: Torticollis
Detectable but of questionable validity: Diffuse idiopathis skeletal
hyperostosis, Ossificarion of the posterior longitudinal ligament, Pagets
disease, Spondyoliosis/ degenerative disease, Osteoarthritis, Synovial cyst
Neurologic: Thoracic outlet syndrome, Spinal cord tumors, Nerve injuries,
Myelopathy, Radiculopathy, Spurious or vague
Soft tissue injuries: Whiplash cervical strain, Psychogenic pain, Postural
disorders, Fibrositis, myofasial pain, Hyoid bone syndrome,
Sternocleidomastoid tendinitis, Fibromyalgia

Tes Kompresi (Comression Test)


Tes ini dilakukan dengan cara menekan atau kompresi kepala pasien untuk mendeteksi ada tidaknya
penekanan di foramen intervertebralis bagian cervical. Tes ini dikatakan positif apabila timbul nyeri sesuai
dengan tingkat kompresi. Tes ini dikenal dengan ama Lhermitte test atau Spurling test.
Tes Distraksi
Apabila terdapat nyeri kerena kompresi pada radiks saraf dorsalis ditingkat cervical, maka dengan tes
distraksi atau mengangkat kepala pasien secara perlahan, kompresi tersebut dapat dikurangi dengan
demikian nyeri saraf menjadi berkurang atau hilang.
Tes Valsalva
Tes ini akan meningkatkan tekanan intratekal. Jika terdapat proses desak ruang dikanalis vertebralis bagian
cervical, maka dengan meningkatkan tekanan intertekal akan menimbulkan nyeri radikuler atau nyeri saraf
sesuai dengan tingkat proses patologik di kanalis vertebralis bagian cervical. Menurut valsalva cara
peningkatan intertekal adalah dengan meminta pasien mengejan pada saat ia menahan nafas.
Tes ini positif jika timbul nyeri radikuler yang berpangkal ditingkat cervical dan menjalar kelengan.
Tes Naffziger
Tes ini dapat dilakukan dalam posisi berbaring atau berdiri, caranya mint pasien mengejan pada saat kedua
vena jugularis ditekan oleh pemeriksa menggunakan kedua tangannya. Dengan cara ini tekanan intracranial
meningkat dan peningkatan tekanantersebut akan diteruskan sepanjang rongga arakhnoid medulla spinalis.
Apabila terdapat proses desak ruang dikanalis vertebralis, maka radiks yang terbentang atau teregang
mendapat rangsangan pada waktu tes Naffziger dilakukan. Oleh sebab itu akan timbul nyeri melintasi

Nyeri kronik
- ringan : NSAID + analgetik ajuvant
- sedang : NSAID + analgetik ajuvant + codein
- berat
: NSAID + analgetik ajuvant + morfin
Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan
pada fase akut. Obat-obatan ini biasanya diberikan selama
7-10 hari.
Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)
Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)
Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)
Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)
Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)

1. Traksi
Traksi adalah suatu tindakan untuk memindahkan
tulang yang patah / dislokasi ke tempat yang normal
kembali dengan menggunakan daya tarik tertentu atau
dengan kata lain suatu pemasangan gaya tarikan pada
bagian tubuh, yang diindikasikan pada pasien dengan
fraktur dan atau dislokasi.
Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan
nyeri tidak berkurang atau pada pasien dengan gejala
yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks
saraf. Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus atau
intermiten.

Halter Traction
Traksi halter digunakan untuk traksi servikal
jangka pendek. Penggunaannya meliputi
cedera leher minor tanpa kejelasan adanya
fraktur contoh spasme otot leher, terapi
conservative dari lesi di diskus servika

Masalah dengan Traksi Halter

Tidak nyaman

Nyeri di Tempero-mandibular

Kontraindikasi pada fraktur mandibula

Sulit untuk mengontrol fleksi dan ekstensi

Traksi Skeletal
Pada cedera servikal yang lebih serius, penjepit tulang kepala seperti caliper Cones
diinndikasikan. Indikasi termasuk terapi konservatif dari fraktur servik dan dislokasi.
Aplikasi Caliper Cones
Cukur rambut dibawah area telinga
Anastesi Lokal
Hindari Masseter
Hindari arteri temporal
Insisi kecil dibawah telinga segars dengan meatus auditorius
Kaitkan pada pin hingga perforasi dari tulang luarl
Ikat pada tali

Arah dan Berat


Tahanan 2.5 kg untuk kepala dan 12 kg untuk setiap vertebra
Arah netral segars dengan meatus auditorius
Diperlukan Fleksi tinggikan katrol
Dperlukan Ekstensi gunakan matras dobel yang berakhir pada bahu

Komplikasi dari Traksi Cervical

Perdarahan arteri temporalis

Tekanan sangat sakit pada tulang

Sepsis dari kulit ke abses subdural

Perburukan status neurologis

Mata juling dari jatuhnya nervus kranialis ke 6


Kontraindikasi Penjepit tulang kepala

Anak-anak

Sepsis Lokal

Fraktur tulang kepala

2. Cervical Collar
Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta
mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu
jenis collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis
collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital
Mandibular Immobilizer).
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam
dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai
kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara
dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta
kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi
nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks
saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya
tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi
pelepasan collar.
Pemasangan cervicalcollar adalah memasang alat cervicalcollar untuk
immobilisasi leher (mempertahankan tulang servikal)

Tujuan pemasangan cervicalcollar:


Mencegah pergerakan tulang servikal yang
patah
Mencegah bertambahnya kerusakan tulang
servikal dan cordaspinalis
Mengurangi rasa nyeri

Terdapat tiga macam cervicalcollar yaitu:


Cervical
Head-cervical
Head-cervical-thoracic

3. Thermoterapi
Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan
nyeri. Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi
servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4
kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama
30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil
yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah
pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.
Thermotherapy merupakan pemberian aplikasi panas pada tubuh untuk
mengurangi gejala nyeri akut maupun kronis. Terapi ini efektif untuk
mengurangi nyeri yang berhubungan dengan ketegangan otot walaupun
dapat juga dipergunakan untuk mengatasi berbagai jenis nyeri yang lain.
Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk meningkatkan aliran darah
kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan
suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga meningkatkan
elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot.

Variabel

Efek

Spasme otot

Menurun

Persepsi nyeri

Menurun

Aliran darah

Meningkat

Kecepatan metabolisme

Meningkat

Elastisitas kolagen

Meningkat

Kekakuan sendi

Menurun

Permeabilitas kapiler

Meningkat

pembengkakan

Meningkat

Indikasi Thermotherapy

Thermotherapy dapat dipergunakan untuk mengatasi berbagai keadaan seperti:


a. Kekakuan Otot.
b. Arthritis (Radang Persendian). Jenis arthritis yang dapat mengalami perbaikan dengan mempergunakan thermotherapy
meliputi : Osteoarthritis,Rheumatoid arthritis, Juvenile arthritis, Juvenile rheumatoid arthritis. Ankylosing spondylitis,
Gout, Psoriatic arthritis dan Reiters syndrome
c. Hernia discus intervertebra Pada keadaan ini isi dari diskus intervertebralis keluar dari tempatbya karena tekanan kronis
maupun akut dan menjepit syaraf spinalis. Sebagian besar kasus hernia ini dicetuskan oleh kekakuan otot, oleh
karenanya keadaan ini dapat diperbaiki dengan thermotherapy.
d. Nyeri bahu

Nyeri bahu yang sering terjadi adalah rotator cuff. Rotator cuff disusun oleh otot dan tendon yang menhubungkan
humerus dengan scapula. Tendon pada rotator cuff biasanya kuat akan tetapi dapat mengalami radang dan sobek pada
penggunaan yang berlebihan. Cedera rotator cuff dan gejala bahu beku dapat diperbaiki dengan thermotherapy.
e. Tendinitis (radang tendo)
f. Bursitis (radang bursa)
g. Sprain ( robekan ligamen sendi)
h. Strain ( robekan otot)
i. Nyeri pada mata yang diakibatkan oleh peradangan kelopak mata (blepharitis).
j. Gangguan sendi temporo mandibular.
k. Nyeri dada yang disebabkan oleh nyeri pada tulang rususk (costochondritis).
l. Nyeri perut dan pelvis.
m. Fibromyalgia dengan gejala nyeri otot, kekakuan, kelelahan dan gangguan tidur.
n. Gangguan nyeri kronis seperti pada lupus dan nyeri myofascial.
o. Asthma

a. Krim panas.
b. Bantal pemanas (Heat Pad)
c. Kantung Panas (Heat Pack)
d. Tanki whirlpool
e. Parafin Bath
f. Contrast Bath
g. Shortwave dan Microwave Diathermy
h. Terapi Ultrasound

Resiko lain thermotherapy meliputi :


Hot packs dapat meningkatkan suhu basal tubuh dan aliran darah sehingga dapat
meningkatkan resiko peradangan. Selain itu hot pack dapat menimbulkan luka bakar.
Parafin dapat menimbulkan luka bakar. Terapi ini tidak boleh dilakukan pada luka terbuka,
infeksi kulit, neoplasm (pertumbuhan jaringan yang abnormal), dan gangguan pembuluh
darah.
Terapi ultrasound dapat menimbulkan kavitasi (rongga) pada jaringan atau dapat pula terjadi
pemanasan yang berlebihan pada periosteum (jaringan fibrosa yang melindungi permukaan
tulang). Terapi ini tidak boleh dilakukan pada area sumsum tulang belakang. Terapi ini juga
tidak boleh dilakukan pada area perut wanita hamil, mata atau daerah ya ng terindikasi
mengalami keganasan. Penderita dengan gangguan persepsi nyeri juga tidak boleh diterapi
dengan ultrasound.
Diathermy juga meningkatkan resiko luka bakar. Gelombang mikro tidak diperkenankan pada
wanita hamil, penderita dengan pacemaker atau penderita dengan implant elektrik.
Kream panas tidak boleh diberikan pada daerah dekat mata dan kulit yang sensitif. Terapi ini
tidak boleh dikombinasikan dengan terapi panas yang lain untuk menghindari efek panas yang
berlebihan karena bahan kimia yang ada pada kream panas dapat meningkatkan aliran darah
sehingga mengahmbat respon termoregulasi sehingga dapat meningkatkan resiko luka bakar.

4. Latihan
Berbagai modalitas dapat diberikan pada
penanganan nyeri leher. Latihan bisa dimulai
pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher
kearah anterior, latihan mengangkat bahu atau
penguatan otot banyak membantu proses
penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi
maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat
diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi
dengan melakukan pijatan.

Terapi latihan bertujuan untuk :


a. Mengurangi rasa nyeri
b. Mengurangi lordosis cervical
c. Memperbaiki kekuatan otot
d. Meningkatkan postur pada ADL
e. Mempertahankan fleksibilitas atau rentang
sendi (R.O.M) (Stitik, 2008)

Preskripsi untuk latihan kekuatan sebagai berikut


(Heyward, 1984):

Intensitas (beban)
: 100% dari kontraksi
maksimum
Durasi
: 5 detik tiap kontraksi
Repetisi
: 5-10 kontraksi
Frekuensi
: 5 hari tiap minggu
Lama program
: 4 minggu atau lebih

Saran
Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya
kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan
dan lingkungan kerja yang baik. Untuk mencegah terjadinya nyeri
tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat:
Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu
santai, dagu masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai.
Tidur dengan bantal atau bantal Urethane.
Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang
benar.
Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan
posisi saat duduk, mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang
berkaitan dengan berbagai pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.3,4

Kesimpulan

Nyeri leher merupakan suatu keadaan yang


dapat disebabkan oleh apapun baik jaringan
lunak, saraf maupun vertebra servikalis,
adanya pemeriksaan yang tepat untuk
mengetahui penyebab dari nyeri perlu
diperhatikan. Untuk mendapatkan suatu
pengelolaan dan terapi yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai