Case Hernia
Case Hernia
LAPORAN KASUS
I. Identifikasi
Nama
: Tn. RU
Umur
: 49 tahun
: Palembang
Pekerjaan
: Kuli bangunan
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
MRS
: 14 April 2014
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmhg
Nadi
: 82 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,6 0C
Kepala
Pupil
Leher
Dada
Abdomen
Genitalia
Anal
Ekstremitas atas
B. Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
Perkusi
: Tympani
Auskultasi : BU (+) N
Palpasi
: Tidak teraba benjolan (-), nyeri tekan (-), valsava test (+)
Rectal Toucher : TSA baik, ampulla tidak kolaps, mukosa licin, massa (-),
darah (-), feses (+)
: 13,9 g/dl
(14-16 g/dl)
Hematokrit
: 40 vol%
(40-48 vol%)
Leukosit
: 10700/mm3
(5.000-10.000/ mm3)
Trombosit
: 182000/mm3
(150.000-400.000/mm3)
BSS
: 96 mg/dl
Na
: 142 mmol/l
(135-155 mmol/l)
: 3,9 mmol/l
(3,6-5,5 mmol/l)
Ureum
: 24 mg/dl
(20-40 mg/dl)
Creatinin
: 0,79 mg/dl
(0,9-1,3 mg/dl)
Kimia Klinik
V. Diagnosis kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Inkarserata tereduksi spontan
VI. Penatalaksanaan
Rencana herniorraphy dextra
VII. Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurosis
dinding perut. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya,
contohnya: diafragma, inguinal, umbilical, femoral.
Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut
ke dalam skrotum sesaat sebelum bayi dilahirkan.
2. Klasifikasi
a. Hernia secara umum
1.
2.
Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah
ada semenjak pertama kali lahir.
2.
Hernia reponible
Disebut begitu jika isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri.
2.
Hernia irreponible
Bila isi kantong tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hernia
ini disebut juga hernia akreta dan tidak ada keluhan rasa nyeri atau
tanda sumbatan usus.
3.
4.
Hernia unilateral
Hernia hanya berada pada satu sisi: sisi kiri atau sisi kanan.
2.
Hernia bilateral
Hernia berada pada kedua sisi, kanan dan kiri.
3.
3.
Pada hernia inguinalis indirek atau hernia inguinalis lateralis, isi hernia
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus, yang terletak
lateral dari vasa epigastrika inferior. Dari anulus inguinalis internus, hernia masuk
ke kanalis inguinalis, dan jika berlanjut dapat keluar ke anulus inguinalis
eksternus. Jika cukup panjang, hernia dapat keluar menuju skrotum. Kantong
hernia akan berada di dalam m.cermaster, terletak anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam funikulus spermatikus. Nervus ilioinguinalis dan
nervus iliofermoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar kanalis
inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan
sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.
4.
Epidemiologi
Hernia inguinalis termasuk hernia eksterna dan mempunyai angka
kejadian yang paling banyak dibanding dengan hernia yang lain. Kurang lebih
75% dari semua hernia terjadi di regio inguinal, dimana 50% sebagai hernia
inguinalis indirek, dan 25% sisanya adalah hernia inguinalis direk. Hampir 75%
dari semua kasus hernia terjadi pada daerah lipat paha (direk, indirek dan
femoral). Selebihnya adalah hernia insisional dan ventral (10%), umbilikal (3%),
dan lain-lain hernia (3%).
Hernia inguinalis indirek lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.
Perbandingan antara angka kejadian pada laki-laki dan perempuan adalah 12:1. Di
belahan dunia bagian barat, insiden hernia inguinalis pada usia dewasa bervariasi
antara 10% - 15%. Insidens bervariasi antara 5% 8% pada usia 25 40 tahun.
Pada usia 75 tahun atau lebih, insiden hernia mencapai 45%. Insidens hernia
meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang
meninggikan
tekanan
intraabdomen
dan
jaringan
penunjang
berkurang
kekuatannya.
10
5.
11
Kongenital
2.
Luka operasi
Luka yang didapat pasca melakukan operasi.
3.
Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berhubungan dengan faktor
kongenital. Hernia pada laki laki 95% adalah jenis inguinalis,
sedangkan pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini di
sebabkan karena ukuran ligamentum rotundum, dan presentase
12
Umur
Pada usia lanjut terjadi perubahan fisiologi berupa melemahnya
jaringan penunjang, salah satunya dinding abdomen. Keadaan ini sering
disertai dengan timbulnya penyakit-penyakit yang meningkatkan
tekanan intraabdomen. Tendensi hernia meningkat sesuai dengan
meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 50 tahun insidensi menurun
dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh karena
menurunnya kondisi fisik.
5.
1.
Batuk Kronik
Batuk kronik adalah batuk yang tidak menghilang selama
8 minggu atau lebih. Batuk merupakan gejala dari suatu
panyakit. Pada saat batuk terjadi peningkatan tekanan
intraabdomen dan bila terjadi secara terus menerus akan
meningkatkan risiko terjadinya hernia inguinalis.
2.
Konstipasi
Pada saat mengalami konstipasi, proses defekasi menjadi
sulit oleh sebab itu pasien harus mengejan lebih kuat. Proses
mengejan inilah yang akhirnya akan menyebabkan tekanan
intraabdomen meningkat.
3.
13
Partus
Pada saat partus, ibu hamil akan mengejan untuk
mengeluarkan bayinya yang mengakibatkan peningkatan
tekanan intraabdomen.
5.
6.
Asites
Akumulasi dalam rongga abdomen bisa meningkatkan
tekanan intraabdomen dan meningkatkan risiko terjadinya
hernia inguinalis.
6.
14
b.
c.
7.
Manifestasi Klinis
b.
c.
d.
e.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gejala dan tanda klinik hernia banyak
ditentukan oleh keadaan isi hernia.
15
8.
khas. Hernia yang turun ke dalam skrotum biasanya adalah hernia indirek.
Pada inspeksi dengan pasien disuruh untuk mengejan, hernia direk akan
kelihatan sebagai benjolan bulat yang simetris pada cincin inguinal
ekstenal dan benjolan akan menghilang bila pasien berbaring. Manakala,
hernia indirek merupakan benjolan berbentuk bujur yang tidak dapat di
masukkan dengan mudah.
Pada palpasi, dinding posterior dari canalis inguinalis pada hernia
indirek terasa lembut dan resistan tetapi tidak ada pada hernia direk. Jika
pasien diminta untuk batuk dengan jari pemeriksa diarahkan ke atas dan ke
lateral dari canalis inguinalis, hernia direk akan mengeser bagian tepi jari,
manakala hernia indirek akan dirasakan pada hujung jari.
Penekanan diatas cincin internal pada saat pasien mengejan juga dapat
membantu membedakan hernia direk dan indirek. Hernia direk akan
bergerak keluar melalui segitiga Hesselbach, tetapi pada hernia indirek
reduksi hernia dapat dikekalkan pada cincin internal.
Perbedaan ini akan semakin samar bila hernia semakin membesar dan
merubah kaitan anatomik antara cincin dan canalis inguinalis. Pada
kebanyakan pasien, tipe hernia hanya dapat diketahui dengan tepat setelah
operasi.
9.
Tatalaksana
9.1.
Konservatif
Pengobatan konservatif diberikan pada pasien yang memiliki
9.2.Operatif
Merupakan satu-satunya pengobatan yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Pada pasien dewasa,
terapi pada hernia inguinalis yang mengalami pembesaran pada kanal
inguinalis ataupun menjadi hernia inkarserata dan menimbulkan gejala
adalah tindakan operatif. Pada bayi dan anak-anak, tindakan operatif
dilakukan untuk mencegah terjadinya hernia inkarserata. Prinsip dasar
operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan
herniotomi.
Lama
proses
penyembuhan
setelah
18
BAB III
ANALISA KASUS
19
DAFTAR PUSTAKA
De Jong, Wim & R. Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Darmokusumo K; 1993. Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas
Kedokteran, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Oswari E; 2005. Bedah dan Perawatannya. Edisi Ke-4. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Anonim. 2007. Hernia. Diperoleh dari:
http://susternada.blogspot.com/2007/07/hernia.html. Diakses pada: 1 April
2014
Anonim. Hernia. Diperoleh dari:
http://lakshminawasasi.blogspot.com/2006/03/herniaobrolan-ini-lanjutandari-acara.html. Diakses pada: 16 April 2014
Snell RS; 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-6. EGC,
Jakarta, Indonesia, hal 148-191.
20