Anda di halaman 1dari 5

PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT DENGAN MENGGUNAKAN

BEAUVERIA BASSIANA PADA TANAMAN PADI

Latar Belakang
Pada periode 1970-1980, luas serangan wereng coklat mencapai 2,5 juta ha (Baehaki
1986). Dalam periode 1980-1990, luas serangannya menurun menjadi 50.000 ha, dan dalam
periode 1990-2000 meningkat hingga sekitar 200.000 ha (Baehaki 1999).

Pada 2005

serangan wereng coklat terpusat di Jawa dengan menyerang 56.832 ha pertanaman padi.
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan hama yang sangat merugikan
perpadian di Indonesia, dengan serangannya sampai puso pada areal yang luas dalam waktu
yang singkat. Hama ini mudah beradaptasi membentuk biotipe baru dan dapat mentransfer
virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang daya rusaknya lebih hebat dari hama wereng
coklat itu sendiri.
Wereng coklat merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi keberadaannya selalu
mengancam kestabilan produksi padi nasional. Serangan wereng batang coklat di lapangan
berfluktuatif, mulai ringan sampai mencapai puncak perkembangannya saat terjadi ledakan
yang menimbulkan puso/mati terbakar (hopperburn). Wereng batang coklat menyerang
langsung tanaman padi dengan mengisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi
kering.
Pengendalian hayati secara inundasi adalah memasukkan musuh alami dari luar dengan
sengaja ke pertanaman untuk mengendalikan hama. Inundasi yang dapat dilakukan adalah
penggunaan cendawan Beauveria bassiana sebagai agens hayati. Efektivitas biakan B.
bassiana terhadap wereng coklat mencapai 40% (Baehaki et al., 2001). Cendawan ini selain
dapat mengendalikan wereng coklat, juga dapat digunakan untuk mengendalikan walang
sangit (Tohidin et al., 1993), dan lembing batu (Caraycaray, 2003).
Saat ini produk bioinsektisida berbahan aktif B. bassiana

telah tersedia secara

komersial di Indonesia. Meskipun demikian, tampaknya pemanfaatannya di lapang


khususnya untuk tanaman perkebunan belum optimal. Padahal, lingkungan mikro tanaman
padi sangat ideal bagi perkembangan epizootik cendawan cendawan entomopatogen,
termasuk B. bassiana.
Tujuan
1. Agar peserta mengetahui cara memperbanyak B.bassiana sebagai agen pengendali
hayati.
2. Agar peserta mengetahui cara pengaplikasian B. bassiana dilapanagan (di sawah).

Bahan dan Alat :


Bahan :
1. Lokasi/lahan sawah yang ditanami padi.
2. Beras giling atau jagung giling 1 kg
3. Air bersih secukupnya, bebas chlorin/kaporit/desinfektan
4. Kapas dan Alkohol 80%
5. Starter jamur B. Bassiana secukupnya
Alat :
1. Kompor dan dandang untuk mengukus
2. Sendok teh
3. Kantong plastik tahan panas ukuran 250 gram dan ukuran 1 kg secukupnya
4. Staples
Langkah langkah :

1. Penyiapan media
a. Cuci bersih beras giling atau jagung giling.
b. Panaskan air dalam dandang hingga mendidih, kemudian kukus beras/jagung
giling selama 45 menit hingga setengah matang. Angkat lalu dinginkan.
c. Setelah dingin, beras/jagung giling dimasukkan kedalam kantong plastik ukuran
250 gr sebanyak 100 gram sampai bahan habis.
d. Setelah dimasukkan dalam kantong plastik kecil, masukkan dalam kantong
plastik besar untuk disterilisasi.

2. Sterilisasi
Panaskan air dalam dandang hingga mendidih, masukkan media bersama
plastiknya, kemudian kukus selama 60 menit. Matikan api kompor biarkan dingin
dengan sendirinya selama satu hari, tutup dandang jangan sekali-kali dibuka untuk
menghindari kontaminasi.

3. Inokulasi
Tuang beberapa tetes alkohol ke telapak tangan dan usapkan secara merata
seperti membasuh tangan. Lakukan sterilisasi sendok dengan cara celupkan kapas
dalam alkohol 80% kemudian usapkan pada sendok tersebut.

Media yang telah disterilisasi, kemudian dilakukan inokulasi dengan starter


Beauveria bassiana. Perbandingan starter dengan media adalah 5 gram Beauveria
bassiana dalam tiap plastik isi 100 gram media. Pengambilan starter menggunakan
sendok teh dan dilakukan secara hati-hati di ruangan yang bersih lalu di staples.

4. Inkubasi
Setelah proses inokulasi selesai, plastik disusun pada tampah dengan
menggunakan rak bambu di dalam ruangan yang bersih dan kering, terhindar dari
lalu lalang orang. Inkubasikan (simpan) selama 10-15 hari, media beras/jagung
giling akan ditumbuhi oleh jamur dengan benang yang berwarna putih kapas yang
menandakan pembiakan Beauveria bassiana berhasil. Hasil biakan telah siap
diaplikasikan di lapangan.

5. Teknik aplikasi
a. Dosis umum untuk tangki sprater ukuran 14 liter air adalah 50 gram biakan
Beauveria bassiana. Ambil setengah bungkus plastik kecil (50 gram) dimasukkan
dalam ember yang berisi air bersih seperempat atau setengah bagian, kemudian
media diremas-remas secara perlahan hingga jamur terlepas dari media,
masukkan dalam tanki srayer dengan disaring terlebih dahulu menggunakan kain
yang tipis agar gumpalan tidak menyumbat nozel sprayer.
b. Aplikasi penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari berkisar pk. 15.00
18.00, agensia hayati Beauveria bassiana tidak tahan terhadap sengatan terik
matahari dan dapat menyebabkan kematian. Aplikasi akan lebih efektif jika
kelembaban udara tinggi pada lingkungan lahan. Penggunaan perekat, perata, dan
pembasah dianjurkan mengingat jika usai penyemprotan turun hujan akan
menyebabkan efektivitas agensia hayati Beauveria bassiana menurun. Jangan
mencampur aplikasi ini dengan fungisida khususnya yang berbahan alkalis!
c. Lakukan aplikasi dengan Hati, itikadkan bahwa kita hanya mengendalikan
populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) bukan membasminya. Ulangi
perlakuan penyemprotan setiap 5 hari sekali, dengan teknik tersebut hama
pengganggu seperti walang sangit, semua jenis wereng, kumbang, dan beberapa
jenis ulat, dapat dikendalikan dengan baik, dan hasil panen dapat optimum,
tentunya harus senantiasa bersyukur atas karunia dari Allah pencipta Alam
Semesta. Salam lestari!

Bahan Diskusi
1. Berapa persenkah dampak dari serangan dari hama wereng? Jelaskan
2. Virus apa sajakah yang ditularkan oleh vektor hama wereng yang memberikan
dampak lebih hebat dibandingkan hama wereng itu sendiri?
3. Apakah ciri-ciri tanaman padi yang sudah terserang hama wereng Jelaskan?
4. Berapa persenkah efektifitas penggunaan cendawan B.bassiana dalam mengurangi
serangan hama wereng?
5. Apakah keuntungan penggunaan cendawan B. bassiana?

MANFAAT BEAUVERIA BASSIANA :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sebagai pengendali serangga hama ramah lingkungan dan selektif.


Tidak meninggalkan residu berbahaya pada hasil produksi dan tidak merusak lingkungan.
Menjaga kualitas produksi.
Menekan biaya produksi.
Mengurangi penggunaan insektisida kimia.
Produksi aman konsumsi, produsen tidak keracunan kimia.

Anda mungkin juga menyukai