Anda di halaman 1dari 4

Kromatografi

Saat ini kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan


fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Teknik kromatografi
telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi
berbagai macam komponen yang kompleks baik komponen organik maupun
komponen anorganik (Ibnu,2011).
Berdasarkan mekanisme pemisahannya kromatografi dibedakan menjadi
a. Kromatografi adsorbsi
b. Kromatografi partisi
c. Kromatografi pasangan ion
d. Kromatografi penukar ion
e. Kromatografi eksklusi ukuran
f. Kromatografi afinitas.
Sedangkan berdasarkan alat yang digunakan kromatografi dibagi atas
a. Kromatografi kertas
b. Kromatografi lapis tipis
c. Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
d. Kromatografi gas

A. Kromatografi kertas
Kromatografi kertas merupakan salah satu teknik pemisahan yang
sederhana.Kromatografi kertas mekanisme nya bersifat partisi, dimana fase diam
cair diikatkan pada lapisan tipis yang lemban (inert). Pada kromatografi kertas
fase diamnya berupa selulosa yang bersifat polar dan fase geraknya berupa cairan
yang sesuai. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis (KLT) termasuk
kromatografi plannar sehingga mekanisme dan cara kerja kromatografi kertas
hampir sama dengan KLT.
Secara umum kromatografi kertas dilakukan dengan menotolkan larutan
yang berisi sejumlah komponen pada jarak 0,5 sampai 1cm dari tepi kertas
menggunakan pipa kapiler. Setelah penotolan larutan selesai, masukkan kertas ke
dalam bejana yang berisi pelarut(fase gerak), letak bagian penotolan berada di

bawah. Pelarut umumnya terdiri atas campuran beberapa pelarut organik yang
telah dijenuhkan dengan air. Dalam kromatografi kertas ada beberapa cara
pengembangan yaitu menurun, menaik dan mendatar, namun yang paling sering
digunakan yaitu cara menurun karena lebih mudah dan praktis.
Pelarut akan bergerak melalui serat-serat kertas saring oleh gaya kapiler
dan menggerakkan komponen-komponen yang terdapat dalam sampel. Sering kali
digunakan pelarut lebih dari satu. Jarak yang ditempuh komponen dipengaruhi
oleh daya tahan fase diam terhadap komponen dan juga kelarutan komponen
dalam pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang telah
ditentukan, kertas diambil dari bejana dan dikeringkan. Jika komponenkomponennya berwarna akan terlihat sebagai pita-pita atau noda-noda yang
terpisah. Jika senyawa/komponennya tidak berwarna dapat dideteksi dengan cara
kimia yaitu menggunakan pereaksi yang dapat memberikan warna yang berbeda.
Bila daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka perlu
mengidentifikasi tiap individu dari senyawa. Metode identifikasi yang paling
mudah adalah menggunakan harga Rf. Harga Rf merupakan parameter
karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini
merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada
kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel.
Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari
titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal.

Rf = Jarak titik tengah noda dari titik awal


Jarak tepi muka pelarut dari titik awal

B. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh suatu tanaman, yang bisa dijumpai pada bagian
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Secara kimia,flavonoid
mengandung cincin aromatik tersusun dari 15 atom karbon dengan intidasar
tersusun dalam konjugasi C6-C3-C6 (dua inti aromatik terhubung dengan 3

atomkarbon) (10, 11). Keberadaan cincina romatik menyebabkan pitanya


terserap kuat pada daerah panjang UV-vis.

C. Pembahasan penelitian
Penelitian dilakukan pada tanaman obat yang diperkirakan mengandung
senyawa flavonoid berupa glikosida atau aglikon. Pemisahan flavonoid ini
menggunakan metode kromatografi kertas. Fase geraknya menggunakan
butanol:asam asetat : air (4:1:5). Fase diamnya kertas whatman no.2. Cara
kerjanya bisa dilihat di bagan :

Serbuk herba tempuyung yang telah ditimbang kemudian dimaserasi dengan


n-heksan, tujuannya yaitu untuk memisahkan senyawa polar dan non polar.
Karena flavonoid dalam tempuyung berupa glikosida yang larut air, sehingga
diambil ampas dari maserasi n-heksan untuk di maserasi ulang menggunakan
metanol. Ekstrak pekat metanol yang lebih banyak menyerap glikosida
flavonid dilanjutkan ddengan pemisahan secara kromatografi kertas.
Ekstrak methanol yang didapat dilarutkan dalam methanol kembali dan
kemudian disentrifuge untuk memisahkan endapan, dan didapat filtrat jernih.
Filtrat yang didapat inilah yang kemudian ditotolkan pada kertas whatman no
2 dengan bentuk pita, kemudian dielusi menggunakan fase gerak BAW. Pita

yang diperoleh dari pemisahan diberi uap amoniak, lalu dipotong dan dilihat
di lampu UV-Vis dengan lamda 366nm. Dari hasil pengamatan lampu UV
didapatkan senyawa flavon, flavonon dan flavonol. Untuk identifikasi, pita
yang memberikan spektra khas flavonoid diidentifikasi dengan pereaksi geser
untuk mengetahui spektra dari tiap pita dan menyusun struktur senyawa
flavonoid yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai