Anda di halaman 1dari 21

STRESS OKSIDATIF DAN

PENUAAN
Dr. BAMBANG HERU BUDIANTO

Teori Penuaan

Teori penuaan pada dasarnya terbagi menjadi dua


kelompok, yaitu teori Program dan Teori Wear
and Tear.
Teori program terdiri atas dua teori yaitu teori
kontrol genetik dan teori neuroendokrin
Teori kontrol genetik menekankan prinsip bahwa
di dalam tubuh manusia terdapat suatu jam
biologis (DNA), mulai dari proses janin sampai
pada kematian dalam suatu model yang memiliki
program yang sudah tercetak.

Peristiwa ini terprogram mulai dari tingkat sel


sampai embrio, janin, masa bayi dan anakanak, remaja, dewasa menjadi tua dan akhirnya
meninggal.
Teori Neuroendokrin meliputi pembatasan
replikasi sel, proses imun, dan mekanisme
neuroendokrin dari penuaan.

sel normal memiliki kapasitas yang terbatas


untuk melakukan pembelahan yang terus
menerus, hal inilah yang terjadi pada sel-sel
tubuh orang dewasa yang akhirnya menjadi
tua dan lemah, teori ini menjadi dasar dari
teori pembatasan replikasi sel.
Mekanisme
neuroendokrin mengatakan
bahwa ketika manusia menjadi tua, tubuh
hanya mampu memproduksi hormon lebih
sedikit akibatnya fungsi tubuh terganggu
dam muncul berbagai keluhan.

Teori

Tear and Wear menganggap bahwa tubuh dan selselnya


yang
terlalu
sering
digunakan
dan
disalahgunakan secara terus menerus akan menjadi
lemah dan akan mengalami kerusakan dan akhirnya
meninggal.
Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan
yang lain akan menurun fungsinya karena toksin di
dalam makanan dan lingkungan yang kita terima setiap
hari
selain itu juga akibat dari konsumsi lemak, gula, kafein,
nikotin, alkohol yang berlebihan.
Dan yang tidak kalah penting adalah akibat dari paparan
sinar matahari serta stress fisik dan psikis.
Yang harus diingat adalah bahwa kerusakan ini tidak
terbatas pada organ, melainkan juga terjadi pada tingkat
sel.

Teori penuaan telomerase (teori Program :


new paradigm)

telomer adalah sekumpulan asam nukleat yang


merupakan perpanjangan dari ujung kromosom.
Telomer bertugas untuk mempertahankan integritas
kromosom.
Setiap kali sel-sel kita membelah, telomer akan
memendek. Terutama, saat ujung telomer-DNA
terlalu pendek, pembentukan sel akan melambat
dan kemudian akan berhenti sama sekali.
Hal ini diyakini kemungkinan sebagai mekanisme
untuk jam selular penuaan

elemen kunci dalam membentuk kembali


telomer-telomer kita yang hilang adalah enzim
telomerase abadi sebuah enzim yang
hanya ditemukan dalam sel-sel kuman dan
kanker.
Telomerase berfungsi untuk memperbaiki dan
memperbaharui
telomer,
memanipulasi
mekanisme berdetaknya jam yang mengatur
jangka waktu terbelahnya sel.
Apa penyebab penuaan ?

Penuaan merupakan proses yang tak


terhindarkan bagi setiap organisme hidup.
Suatu teori yang paling diterima untuk
menjelaskan penuaan adalah teori radikal
bebas.
Selama proses respirasi, dihasilkan secara
kontinyu senyawa oksigen reaktif (ROS) dan
dari seluruh oksigen yang dikonsumsi, sekitar
0,4 sampai 4% dirubah menjadi radikal
superoksida bebas.
ROS mempunyai reaktivitas tinggi karena
cenderung menarik electron dan dapat
mengubah suatu molekul menjadi suatu
radikal.

ROS meliputi radikal-radikal seperti


superoksida (O2*), radikal hidroksil (HO*),
oksida nitrit (*NO) dan spesies nonradikal, seperti hydrogen peroksida (H2O2)
serta peroksinitrit (ONOO*).
radikal bebas merupakan oksidan, tetapi
tidak setiap oksidan adalah radikal bebas.
radikal bebas adalah atom atau molekul
(kumpulan atom) yang memiliki electron
yang tak berpasangan (unpaired electron)

Oksidan, dalam pengertian ilmu kimia, adalah


senyawa
penerima
electron
(electron
acceptor). Ion ferri (Fe3+), misalnya adalah
suatu oksidan :
Fe3+ + e
Fe2+
Produksi radikal superoksida terjadi terutama
pada dua tempat terpisah, yaitu kompleks I
(NADH dehidrogenase) dan kompleks III
(ubiquinone-cytochrome c reduktase).
Pada kondisi metabolisme normal, kompleks III
merupakan tempat utama produksi ROS.
Elektron-elektron dari kompleks I atau II
dehidrogenase ditransfer ke coenzim Q (Q)
yang juga disebut ubiquinone.

Hasilnya berupa bentuk reduksi (QH2)


coenzim Q yang selanjutnya mengalami
dua bentuk reduksi satu electron yang
berurutan (siklus Q) melalui oksidasi dan
direduksi membentuk citocrome c (Cyt c).
Bentuk intermediat tidak stabil dalam siklus
Q (Q*) dapat mengarah pada
pembentukan superoksida melalui
pemindahan electron secara langsung
pada oksigen molekuler

Sistem enzim sitosolik juga mendukung


pembentukan ROS. Keluarga NADPH
oksidase yang pertama kali diketahui dijumpai
dalam neutrofil, merupakan system yang
menghasilkan superoksida
Kehadiran logam transisi seperti misalnya
Fe2+, Cu2+, H2O2, dapat menghasilkan radikal
hidroksil setelah reaksi fenton
Fe++ (Cu+)+H2O2
Fe3+(Cu2+)+OH-+
OH

Seluruh raksi radikal bebas dapat dijabarkan


menjadi 3 tahap, yaitu tahap inisiasi, tahap
propagasi dan tahap terminasi.
Tahap inisiasi : Fe+++H2O
Fe3++OH-+ OH
R1-H + OH
R1 + H2O
Tahap propagasi :
R2-H + R1
R2 + R1-H
R3-H + R2
R3 + R2-H dst.
Tahap terminasi :
R1 + R1
R1-R1
R2 + R2
R2-R2
R3 + R3
R3-R3

Di antara senyawa oksigen reaktif, radikal


hidroksil, merupakan senyawa yang
paling berbahaya karena reaktivitasnya
sangat tinggi.
Radikal hidroksil dapat merusak tiga jenis
senyawa
yang
penting
untuk
mempertahankan integritas sel, yaitu :
1. asam lemak, khususnya asam lemak tak
jenuh yang merupakan komponen
penting fosfolipid penyusun membran sel,
2. DNA, yang merupakan perangkat genetic
sel

3. protein, yang memegang berbagai peran


penting, seperti enzim, reseptor, antibody
dan pembentuk matriks serta sitoskeleton.
Komponen terpenting membran sel adalah
fosfolipid, glikolipid dan kolesterol. Dua
komponen pertama mengandung asam
lemak tak jenuh.
Asam lemak tak jenuh ini (asam linoleat,
linolenat dan arakidonat) sangat rawan
terhadap
serangan-serangan
radikal,
terutama radikal hidroksil.

Radikal hidroksil dapat menimbulkan reaksi rantai


yang dikenal dengan nama peroksidasi lipid (lipid
peroxidation).
LH (asam lemak) + *OH
L* (radikal lipid) +
H2O
L* + O2
LOO* (radikal peroksilipid)
LOO* + LH
L* + LOOH dan seterusnya
Akibat akhir dari rantai reaksi ini adalah terputusnya
rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang
bersifat toksik terhadap sel, antara lain berbagai
macam aldehida, seperti malondialdehida (MDA), 9hidroksi-nonenal serta bermacam-macam
hidrokarbon seperti etana (C2H6) dan pentana
(C5H12).

Dapat pula terjadi ikatan silang (cross-linking)


antara dua rantai asam lemak atau antara
asam lemak dan rantai peptida (protein) yang
timbul karena reaksi dua radikal :
R1* + R2*
R1-R2
Semuanya menyebabkan kerusakan parah
membran sel sehingga membahayakan
kehidupan sel
Radikal bebas dapat menimbulkan berbagai
perubahan pada DNA, antara lain berupa
hidroksilasi basa timin dan sitosin,
pembukaan inti purin dan pirimidin serta
terputusnya rantai fosfodiester DNA.

Oksidan dapat merusak protein karena dapat


mengadakan reaksi dengan asam-asam
amino yang menyusun protein. Di antara
asam-asam amino penyusun protein yang
paling rawan adalah sistein.
Sistein
mengandung gugusan sulfhidril (SH) dan
gugus ini paling peka terhadap serangan
radikal bebas, seperti radikal hidroksil :
RSH + *OH
RS* + H2O
RS* + RS*
R-S-S-R
Pembentukan
ikatan
disulfida
(-S-S)
menimbulkan ikatan intra atau antar molekul
sehingga
protein
kehilangan
fungsi
biologisnya (misalnya enzim kehilangan
aktivitasnya).

Pada kenyataannya, apabila jumlah ROS yang


dihasilkan sangat rendah maka dapat diatasi oleh
adanya
pertahanan
antioksidan
sehingga
memperbaiki system.
Meskipun demikian, tidak seluruh ROS dapat
diatasi oleh antioksidan
Hal ini memicu atau memberikan sinyal terjadinya
kerusakan oksidatif.
Kebanyakan studi memberikan anggapan bahwa
kerusakan oksidatif bersifat akumulasi selama
proses terjadinya penuaan.
Menurut teori ini, suatu kondisi stress oksidatif
menjamin bahwa reaksi redoks yang sangat teratur
dan berimbang akan menjadi di luar kendali pada
berbagai kondisi fisiologis dan patologis dan
seringkali mengarah pada penuaan dan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai