Tabir Surya
Tabir Surya
TABIR SURYA
Yarah Azzilzah, S.Ked
Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
PENDAHULUAN
Radiasi sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet (UV), baik UVB
maupun UVA berpengaruh terhadap kesehatan kulit. Efek kulit terhadap radiasi UV,
meliputi efek akut dan efek kronis. Efek akut berupa eritema, edema, hiperpigmentasi,
diikuti dengan delayed tanning, penebalan epidermis dan dermis, serta sintesis vitamin
D.
Sedangkan
efek
kronik
meliputi
photoaging,
imunosupresi,
dan
photocarcinogenesis.1,2
Salah satu efek kronik UV terhadap kulit adalah photocarsinogenesis, yaitu
kanker kulit. Kanker kulit merupakan kanker yang paling umum terjadi di Amerika
Serikat. Lebih dari 3,5 juta kanker kulit didiagnosis di Amerika Serikat.3 Studi
epidemiologi melaporkan bahwa paparan sinar UV yang ekstensif meningkatkan
resiko terjadinya kanker kulit non melanoma.4
Banyaknya efek merugikan yang timbul akibat paparan UV, menyebabkan
munculnya berbagai strategi sebagai upaya perlindungan terhadap UV. Salah satu
strategi yang digunakan adalah tabir surya. Tabir surya merupakan losio, spray, jel,
atau produk topikal lainnya yang menyerap atau merefleksikan radiasi sinar ultraviolet
pada kulit yang terpapar sinar matahari. Tabir surya berdasarkan mekanisme kerja
diklasifikasikan menjadi tabir surya fisikal (yang merefleksikan sinar matahari) atau
tabir surya kimiawi (yang menyerap sinar ultraviolet).5 Tabir surya digunakan untuk
melindungi efek akut radiasi UV dan juga memiliki efek protektif terhadap perubahan
kronik yang diinduksi radiasi UV, seperti photoaging dan kanker kulit.
Oleh karena itu, pemahaman mengenai tabir surya sangatlah diperlukan untuk
mencegah terjadinya efek radiasi UV terhadap kulit.
PEMBAHASAN
I.
1,2,4,5
Jumlah energi sinar UVB dan UVA yang mencapai permukaan bumi
dipengaruhi oleh garis lintang, ketinggian, musim, waktu, keadaan mendung, dan
lapisan ozon.1,7 Radiasi UV paling tinggi pada daerah ekuator dan tempat dengan
ketinggian tinggi.1,2 Dari permukaan laut, radiasi UV meningkat 4% setiap
penambahan ketinggian 300 m. Tempat tinggi memiliki sedikit atmosfer untuk
menyerap dan mengurangi radiasi UVB sehingga pendaki gunung akan terpapar
radiasi UVB lebih banyak. Salju dan es merefleksikan radiasi UVB sehingga
jumlah radiasi UVB mungkin bertambah dua kali lipat. Tanah yang berwarna
terang merefleksikan sekitar sepertiga radiasi UV. Air tidak merefleksikan
II.
adalah
molekul
yang
menyerap
energi
cahaya.
Photocarcinogenesis
Konsekuensi yang paling serius dari sinar matahari adalah kanker kulit.
Spektrum UV yang menyebabkan kanker kulit tidak sepenuhnya dipahami. DNA
dapat menyerap radiasi UV secara langsung yang mengakibatkan mutasi pada
p53 yang berakibat pada perubahan kualitas DNA pengontrol. Mutasi p53
ditemukan hampir 90% dari karsinoma sel skuamosa, 60% dari aktinik keratosis,
dan 50% karsinoma sel basal.2,4
Adanya perubahan kualitas dari DNA pengontrol, mendasari terjadinya
proses karsinogenesis. Radiasi UV dapat mempengaruhi terjadinya kanker kulit,
baik melanoma maupun non melanoma.
Kanker Kulit Non-Melanoma
Kanker kulit non melanoma (Non-Melanoma Skin Cancer/NMSC)
merupakan kanker kulit yang paling umum pada manusia. Diperkirakan 75-80%
NMSC adalah karsinoma sel basal (Basal Cell Carcinoma /BCC) dan sampai
25% adalah karsinoma sel skuamosa (Squamous Cell Carcinoma/SCC).
Sebagian besar NMSC berkaitan dengan paparan sinar UV, meskipun terdapat
faktor lain yang berpengaruh seperti paparan radiasi sinar pengion, arsen atau
kimia organik, infeksi HPV, imunosupresi, dan predisposisi genetik.10
Untuk SCC, pola utama adalah paparan UV kronis jangka panjang,
namun untuk BCC, polanya tampak sedikit berbeda, dengan episode intens
intermiten dari terbakar (sunburn) menjadi lebih penting.10
a. Aktinik Keratosis dan Karsinoma Sel Skuamosa
Aktinik keratosis awalnya digambarkan sebagai keratosis solar dan
keratosis senile. Aktinik keratosis secara historis ditandai sebagai lesi
prakanker atau pramaligna karena adanya keratinosit atipikal dalam lesi yang
terbatas pada epidermis. Suatu SCC invasif berkembang dari aktinik
keratosis diperkirakan terjadi pada 0,075-0,096% lesi per tahun. Aktinik
keratosis berkembang menjadi SCC sekitar 10,2% selama 10 tahun.10
Aktinik keratosis timbul pada kulit kepala, leher, trunkus atas, dan
ekstremitas yang mengalami kerusakan akibat sinar matahari. Lesi primer
aktinik keratosis berupa papul eritem kasar dengan skuama putih sampai
kuning. Pasien mungkinmengeluh nyeri. Pada gejala awal berupa eritema
ringan dengan skuama yang tak terlihat. Lesi biasanya terkumpul di daerah
yang terpapar sinar matahari tertinggi.10
SCC in situ umumnya disebut penyakit Bowen. Presentasi yang paling
umum dari SCC in situ adalah patch eritem berskuama atau plak sedikit lebih
tinggi yang muncul pada kulit yang terpapar sinar matahari dari individu
lansia. Penyakit Bowen mungkin timbul de novo atau dari yang sudah ada
sebelumnya aktinik keratosis. Kepala dan leher, diikuti oleh ekstremitas dan
trunkus adalah predileksi yang paling umum.10
Sedangkan gambaran klinis umum SCC invasif adalah papula
eritematosa keratotik atau nodul yang muncul dengan dasar kulit yang rusak
akibat matahari. Tingkat hiperkeratosis adalah variabel, namun secara umum,
akan lebih parah daripada yang terlihat di AK atau SCC in situ. Lesi dapat
Photoaging
Studi menunjukkan bahwa photoaging terjadi pada kulit manusia yang
mengalami radiasi UVA secara berulang dengan dosis ringan. UVA
sengatan matahari
Minimal
2-12
Sedang
12-30
Tinggi
>30
bertahan antara 2 sampai 24 jam, dan ini sensitif untuk semua filter UVA,
terlepas dari jangkauan yang mereka serap dari rentang gelombang UVA. Efek
perlindungan spektrum luas dapat dievaluasi in vitro dengan menggunakan
spektrofotometri untuk mengevaluasi nilai panjang gelombang kritis, yang
didefinisikan sebagai panjang gelombang dibawah 90% dari absorbansi tabir
surya yang terjadi sebagaimana pengukuran pada 290 sampai 400 nm. Telah
ditunjukkan bahwa nilai panjang gelombang kritis sepadan dengan SPF.
Konsensus yang disponsori oleh American Academy of Dermatology
merekomendasikan bahwa tabir surya dengan label spektrum luas harus
memiliki panjang gelombang kritis lebih dari 370 nm, dan PPD atau
perlindungan faktor dalam UVA lebih besar dari 4.1,2
10
11
UVB lain. Dengan adanya trend terhadap tingginya SPF, octisalate (octyl
salicylate) ( maksimal 307 nm) sering digunakan, diikuti dengan
homosalate (homomenthyl salicylate) ( maksimal 306 nm). Octisalate dan
homosalate umumnya digunakan untuk meminimalisasikan degradasi foto
dari kandungan tabir surya lain mencakup oxybenzone dan avobenzone.2,4,5
2-ethylhexyl-2-cyano-3,3-diphenylacrylate
atau
Octocrylene
ensilizole
trisiloxane
tetramethylbutylphenol
(Mexoryl
(Tinosorb
XL),
M)
methylene-bis-benzotriazolyl
dan
bis-ethylhexyl-oxyphenol
12
tetramethylbutylphenol
(Tinosorb
M)
methoxyphenol
triazine
(anisotriazin,
13
(<
200
nm)
sehingga
pendaran
cahaya
tampak
Rentang
penyerapan
(maks
(nm))
Keterangan
283
311
Cinnamates
- Octinoxate
311
Salicylates
- Octisalate
307
Homosalate
Trolamin salicylates
Lainnya:
- Octocrylene
-
Ensulizole
306
260-355
303
310
14
288, 325
Others
- Avobenzone
360
Meradimate
340
Protection
(nm)
UVB
UVA II
UVA I
(290-320)
(320-340)
(340-400)
260-313
partial
264-315
partial
Padimate O
290-315
partial
Roxadimate
280-330
complete
partial
260-380
complete
complete
partial
Dioxybenzone
250-390
complete
complete
partial
Oxybenzone
270-350
complete
complete
partial
260-375
complete
complete
partial
Octocrylene
250-360
complete
complete
partial
290-320
complete
complete
complete
Anthranilates
Menthyl anthranilate
Benzophenones
Cinnamates
Dibenzoylmethanes
Avobenzone
320-400
Salicylate
Homosalate
295-315
partial
Octyl salicylate
280-320
complete
Trolamine salicylate
260-320
complete
15
290-340
complete
complete
Titanium dioxide*
290-700
complete
complete
complete
Zinc oxide*
290-700
complete
complete
complete
Inorganic sunscreen
Key: partial = partial protection given in this UV range; complete = complete protection given in this UV range
*in non-micronized/non-microfined form
16
Fotostabilitas (Photostability)
Photostability mengacu pada kemampuan molekul untuk tetap utuh
terhadap radiasi. Photostability merupakan masalah potensial dari semua filter
UV karena mereka terseleksi secara sengaja sebagai molekul yang menyerap
radiasi UV. Masalah ini telah mucul terutama pada avobenzone, dengan adanya
fotolisis, terutama dalam sistem in vitro, yang secara bersamaan menyinari dan
mengukur transmisi di situ. Efek ini dapat menurunkan tabir surya lain dalam
formulasi. Perubahan ini juga telah diamati dengan oktil metoksisinamat dan
dimetil PABA oktil, sementara oksibenzon terbukti relatif stabil.4,5
Produk tabir surya dengan SPF yang lebih tinggi telah menyebabkan
penggunaan beberapa agen tabir surya dalam kombinasi pada konsentrasi
maksimum yang dapat berinteraksi. Photostability dari molekul juga tergantung
pada pelarut atau vehikulum yang digunakan. Bahan tertentu mungkin memiliki
efek stabilisasi pada bahan lain; octocrylene telah terbukti memberikan efek
fotostabilitas pada avobenzone.4,5
17
Tabir surya dapat menghambat kedua UVA dan UVB. Ini disebut spektrum
luas tabir surya, yang juga harus hipoalergenik dan non komedogenik
18
KESIMPULAN
Radiasi sinar UV memiliki efek terhadap kulit, baik efek akut maupun kronik.
Respon akut kulit terhadap radiasi UVB adalah eritema, edema, hiperpigmentasi,
diikuti dengan delayed tanning, penebalan epidermis dan dermis, serta sintesis vitamin
D.
Sedangkan
efek
kronik
UV
meliputi
photoaging,
imunosupresi,
dan
photocarcinogenesis.
Salah satu upaya untuk melindungi kulit dari radiasi UVB dan UVA adalah
pemakaian tabir surya. Tabir surya digunakan untuk melindungi efek akut radiasi UV
dan juga memiliki efek protektif terhadap perubahan kronik yang diinduksi radiasi
UV, seperti photoaging dan kanker kulit. Penggunaan regular tabir surya dengan SPF
(Sun Protection Factor) yang tinggi dapat mengurangi jumlah aktinik keratosis.
Tabir surya berdasarkan mekanisme kerja, diklasifikasikan menjadi tabir surya
organik atau kimiawi dan inorganik atau fisikal. Efisiensi suatu tabir surya dinilai
dengan SPF. Pertimbangan pemilihan tabir surya meliputi SPF, vehikulum,
photostability, dan phototoxicity.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.