Anda di halaman 1dari 19

1

TABIR SURYA
Yarah Azzilzah, S.Ked
Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
PENDAHULUAN
Radiasi sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet (UV), baik UVB
maupun UVA berpengaruh terhadap kesehatan kulit. Efek kulit terhadap radiasi UV,
meliputi efek akut dan efek kronis. Efek akut berupa eritema, edema, hiperpigmentasi,
diikuti dengan delayed tanning, penebalan epidermis dan dermis, serta sintesis vitamin
D.

Sedangkan

efek

kronik

meliputi

photoaging,

imunosupresi,

dan

photocarcinogenesis.1,2
Salah satu efek kronik UV terhadap kulit adalah photocarsinogenesis, yaitu
kanker kulit. Kanker kulit merupakan kanker yang paling umum terjadi di Amerika
Serikat. Lebih dari 3,5 juta kanker kulit didiagnosis di Amerika Serikat.3 Studi
epidemiologi melaporkan bahwa paparan sinar UV yang ekstensif meningkatkan
resiko terjadinya kanker kulit non melanoma.4
Banyaknya efek merugikan yang timbul akibat paparan UV, menyebabkan
munculnya berbagai strategi sebagai upaya perlindungan terhadap UV. Salah satu
strategi yang digunakan adalah tabir surya. Tabir surya merupakan losio, spray, jel,
atau produk topikal lainnya yang menyerap atau merefleksikan radiasi sinar ultraviolet
pada kulit yang terpapar sinar matahari. Tabir surya berdasarkan mekanisme kerja
diklasifikasikan menjadi tabir surya fisikal (yang merefleksikan sinar matahari) atau
tabir surya kimiawi (yang menyerap sinar ultraviolet).5 Tabir surya digunakan untuk
melindungi efek akut radiasi UV dan juga memiliki efek protektif terhadap perubahan
kronik yang diinduksi radiasi UV, seperti photoaging dan kanker kulit.
Oleh karena itu, pemahaman mengenai tabir surya sangatlah diperlukan untuk
mencegah terjadinya efek radiasi UV terhadap kulit.

PEMBAHASAN
I.

Radiasi dan Spektrum Ultraviolet


Ultraviolet (UV) merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang lebih pendek dari sinar yang dapat terlihat oleh mata, tetapi lebih
panjang dari sinar X, dengan panjang gelombang berkisar dari 10 nm hingga 400
nm, dengan spektrum dibagi menjadi UVC (270-290 nm), UVB (290-320 nm),
dan UVA (320-400 nm). UVA disubklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
gelombang pendek UVA atau UVA II (320-340 nm) dan gelombang panjang
UVA atau UVA I (340-400 nm).

1,2,4,5

Radiasi UVC secara normal tidak

mencapai permukaan bumi karena adanya filtrasi dari ozon di lapisan


stratosfer.1,4

Gambar 1. Panjang Gelombang Sinar Ultraviolet6

Jumlah energi sinar UVB dan UVA yang mencapai permukaan bumi
dipengaruhi oleh garis lintang, ketinggian, musim, waktu, keadaan mendung, dan
lapisan ozon.1,7 Radiasi UV paling tinggi pada daerah ekuator dan tempat dengan
ketinggian tinggi.1,2 Dari permukaan laut, radiasi UV meningkat 4% setiap
penambahan ketinggian 300 m. Tempat tinggi memiliki sedikit atmosfer untuk
menyerap dan mengurangi radiasi UVB sehingga pendaki gunung akan terpapar
radiasi UVB lebih banyak. Salju dan es merefleksikan radiasi UVB sehingga
jumlah radiasi UVB mungkin bertambah dua kali lipat. Tanah yang berwarna
terang merefleksikan sekitar sepertiga radiasi UV. Air tidak merefleksikan

radiasi UV. Radiasi UV dapat menembus air hingga kedalaman 60 cm sehingga


perenang akan menerima sedikit radiasi UV.2
Pada permukaan bumi, rasio UVA terhadap UVB adalah 20:1 dan dua
per tiga dari UVA adalah UVA I.1,2 UVB paling banyak pada musim kemarau.
UVA lebih konsisten di sepanjang tahun. Meskipun jumlah radiasi UVA 100
kali lebih besar dari radiasi UVB di siang hari, radiasi UVB 1000 kali lebih
eritemogenik dibandingkan UVA, pada dasarnya semua eritema akibat sinar
matahari disebabkan oleh UVB. Radiasi dengan panjang gelombang yang paling
efektif untuk terjadinya sunburn adalah 308 nm.8 Radiasi UVB 80% dan radiasi
UVA 70% terjadi antara pukul 10.00-16.00.1,2,9

II.

Efek Ultraviolet terhadap Kulit


Secara normal epidermis dapat menyerap radiasi UVB dan UVC,
merefleksikan 5% - 10% dari kisaran spektrum 250 nm sampai 3000 nm, dan
menghamburkan cahaya yang paling terlihat.1
Chromophore

adalah

molekul

yang

menyerap

energi

cahaya.

Chromophore selular utama yang menyerap panjang gelombang UVB adalah


pirimidin dan purin dalam DNA, dan protein (terutama triptopan dan tirosin).
Protein lain yang menyerap UVB mencakup nicotinamide, adenine dinukleotida,
quinon, flavin dan kofaktor heterosiklik lain, seperti tetrahidrobiopterin. Protein
kofaktor dan metabolit terlarut juga menyerap UVA, namun molekul spesifik
yang menyerap UVA sulit untuk ditetapkan.1
Ketika asam nukleat menyerap radiasi UVB, photoproduct DNA,
terutama cyclobutane pirimidine dimer terbentuk, jika tidak diperbaiki,
photoproduct ini dapat mutagenik atau sitotoksik. Setelah terpapar gelombang
UV lebih lama, hasil utama adalah pembentukan photoproduct oksidatif.
Kemudian dimediasi oleh oksigen reaktif yang mana dapat juga dihasilkan dari
UVA. Oksigen reaktif ini dapat menyebabkan oksidasi dari lipid, protein, dan
menginduksi matriks metalloproteinase dan menghasilkan depigmentasi.1,2
Urocanic acid dengan spektrum puncak penyerapannya pada 277 nm
berlokasi di epidermis dan merupakan salah satu chromophores yang berperan

dalam respon fotobiologik. Pada penyerapan foton, trans-urocanic diisomerisasi


ke bentuk cis yang berimplikasi dalam radiasi UV yang menginduksi
imunosupresi dan photocarcinogenesis.1
Melanin merupakan molekul yang terdapat dalam epidermis, dapat
menyerap sepanjang rentang UV, namun penyerapannya meningkat secara
mantap menuju panjang gelombang yang lebih pendek melebihi spektrum yang
luas, yaitu 250 nm hingga 1200 nm. Melanin dapat melindungi kulit dengan
menghalangi secara fisik dan menghamburkan radiasi UV, mengkonversi energi
yang diserap menjadi panas daripada menjadi energi kimia.1
Setelah 48 jam terpapar sinar matahari, energi UV diserap pada tingkat
yang berbeda di kulit yang menyebabkan kerusakan sel, berupa diskeratosis sel
pada stratum korneum dan spinosum.4 Respon akut kulit terhadap radiasi UVB
adalah eritema, edema, pigmen yang menggelap, diikuti dengan delayed tanning,
penebalan epidermis dan dermis, serta sintesis vitamin D. Efek kronik dari UVB
adalah photoaging, imunosupresi, dan photocarcinogenesis.1 Sedangkan UVA
bersifat imunosupresif terhadap seluruh tubuh, dan UVA bersifat mutagenik
terhadap keratinosit sel basal di dalam kulit.

Photocarcinogenesis
Konsekuensi yang paling serius dari sinar matahari adalah kanker kulit.
Spektrum UV yang menyebabkan kanker kulit tidak sepenuhnya dipahami. DNA
dapat menyerap radiasi UV secara langsung yang mengakibatkan mutasi pada
p53 yang berakibat pada perubahan kualitas DNA pengontrol. Mutasi p53
ditemukan hampir 90% dari karsinoma sel skuamosa, 60% dari aktinik keratosis,
dan 50% karsinoma sel basal.2,4
Adanya perubahan kualitas dari DNA pengontrol, mendasari terjadinya
proses karsinogenesis. Radiasi UV dapat mempengaruhi terjadinya kanker kulit,
baik melanoma maupun non melanoma.
Kanker Kulit Non-Melanoma
Kanker kulit non melanoma (Non-Melanoma Skin Cancer/NMSC)
merupakan kanker kulit yang paling umum pada manusia. Diperkirakan 75-80%

NMSC adalah karsinoma sel basal (Basal Cell Carcinoma /BCC) dan sampai
25% adalah karsinoma sel skuamosa (Squamous Cell Carcinoma/SCC).
Sebagian besar NMSC berkaitan dengan paparan sinar UV, meskipun terdapat
faktor lain yang berpengaruh seperti paparan radiasi sinar pengion, arsen atau
kimia organik, infeksi HPV, imunosupresi, dan predisposisi genetik.10
Untuk SCC, pola utama adalah paparan UV kronis jangka panjang,
namun untuk BCC, polanya tampak sedikit berbeda, dengan episode intens
intermiten dari terbakar (sunburn) menjadi lebih penting.10
a. Aktinik Keratosis dan Karsinoma Sel Skuamosa
Aktinik keratosis awalnya digambarkan sebagai keratosis solar dan
keratosis senile. Aktinik keratosis secara historis ditandai sebagai lesi
prakanker atau pramaligna karena adanya keratinosit atipikal dalam lesi yang
terbatas pada epidermis. Suatu SCC invasif berkembang dari aktinik
keratosis diperkirakan terjadi pada 0,075-0,096% lesi per tahun. Aktinik
keratosis berkembang menjadi SCC sekitar 10,2% selama 10 tahun.10
Aktinik keratosis timbul pada kulit kepala, leher, trunkus atas, dan
ekstremitas yang mengalami kerusakan akibat sinar matahari. Lesi primer
aktinik keratosis berupa papul eritem kasar dengan skuama putih sampai
kuning. Pasien mungkinmengeluh nyeri. Pada gejala awal berupa eritema
ringan dengan skuama yang tak terlihat. Lesi biasanya terkumpul di daerah
yang terpapar sinar matahari tertinggi.10
SCC in situ umumnya disebut penyakit Bowen. Presentasi yang paling
umum dari SCC in situ adalah patch eritem berskuama atau plak sedikit lebih
tinggi yang muncul pada kulit yang terpapar sinar matahari dari individu
lansia. Penyakit Bowen mungkin timbul de novo atau dari yang sudah ada
sebelumnya aktinik keratosis. Kepala dan leher, diikuti oleh ekstremitas dan
trunkus adalah predileksi yang paling umum.10
Sedangkan gambaran klinis umum SCC invasif adalah papula
eritematosa keratotik atau nodul yang muncul dengan dasar kulit yang rusak
akibat matahari. Tingkat hiperkeratosis adalah variabel, namun secara umum,
akan lebih parah daripada yang terlihat di AK atau SCC in situ. Lesi dapat

ulseratif. Tumor mungkin memiliki komponen eksofitik dan endofitik


(invasif).10
b. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal (Basal Cell Carcinoma/BCC) adalah neoplasma
maligna derivate sel nonkeratin yang berasal dari lapisan basal epidermis. 11
Lebih dari 90% faktor pencetus BCC adalah paparan sinar matahari atau
penyinaran ultraviolet lainnya, terutama UVB dan sering muncul pada usia
lebih dari 40 tahun.
Pasien dengan BCC seringkali datang dengan keluhan adanya lesi yang
tumbuh lambat, tidak sembuh-sembuh, dan mudah berdarah apabila terkena
trauma. Lesi berupa papul waxy dengan central depression, penampakan
seperti mutiara, terdapat erosi atau ulkus yang baisanya ditengah, mudah
berdarah, tepi menonjol, translusen, terdapat telangiectasis di permukaan
tumor, dan pertumbuhan lambat. Predileksi BCC umumnya pada tempat
yang terpapar sinar matahari, seperti hidung, pelipis, kantus inferior mata.11

Kanker Kulit Melanoma


Melanoma merupakan keganasan yang berasal dari melanosit. Paparan
sinar UV merupakan salah satu faktor risiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya melanoma, selain faktor genetik. Studi epidemiologi yang melibatkan
paparan intens intermiten sinar matahari terhadap kulit sebagai faktor utama
dalam menginduksi melanoma kutaneus.
Percobaan melibatkan ikan Xiphophorus dan opossum Amerika Selatan
menunjukkan bahwa UVA mungkin memainkan peran dalam pembentukan
melanoma. Hipotesis bahwa UVA memberikan kontribusi bagi etiologi
melanoma memiliki implikasi signifikan untuk rekomendasi kesehatan
masyarakat mengenai penggunaan perlindungan UVA dalam desain tabir surya.

Photoaging
Studi menunjukkan bahwa photoaging terjadi pada kulit manusia yang
mengalami radiasi UVA secara berulang dengan dosis ringan. UVA

menghasilkan oksigen reaktif yang akan memicu kaskade mencakup faktor


transkripsi AP-1, Ap-2, dan NF. Ap-1 berikatan dangan c-fos dan c-jun yang
mengaktivasi matriks metalloprotein yang mampu merusak jaringan pengikat
kulit. Kaskade ini dapat dikontrol oleh retinoic acid dan antioksidan.2,4 Radiasi
UV dalam jangka waktu lama menyebabkan kerusakan epidermis dan dermis
kulit. Epidermis menebal dan berkembang menjadi aktinik keratosis. Di dermis,
jaringan elastis menjadi tidak fleksibel, kolagen matur sedikit, dan pembuluh
darah melebar. Hal ini memberikan gambaran kulit yang kasar.4

III. Tabir Surya


Definisi
Tabir surya (sunscreen) adalah losio, spray, jel, atau produk topikal
lainnya yang menyerap atau merefleksikan radiasi sinar ultraviolet pada kulit
yang terpapar sinar matahari dan membantu melindungi kulit dari sunburn.
Sunburn adalah luka bakar radiasi yang mengenai jaringan (misalnya
kulit) yang terjadi akibat paparan berlebihan terhadap radiasi ultraviolet, yang
biasanya berasal dari sinar matahari. Gejala yang biasa ditemukan adalah warna
kemerahan pada kulit yang teraba panas bila disentuh.
Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) meregulasi
produk tabir surya sebagai over-the-counter drugs. Ada 16 agen yang terdaftar
dalam monografi tabir surya FDA.1 Bergantung dari mekanisme kerja, tabir
surya dapat diklasifikasikan menjadi tabir surya fisikal (yang merefleksikan sinar
matahari) atau tabir surya kimiawi (yang menyerap sinar ultraviolet).6
Organisasi medis seperti American Cancer Society merekomendasikan
penggunaan tabir surya karena mampu mencegah karsinoma sel skuamosa dan
karsinoma sel basal.6 Akan tetapi, pengguaan tabir surya masih kontroversial
karena beberapa alasan. Banyak tabir surya tidak memblokir radiasi UVA (jenis
ultraviolet yang tidak mengakibatkan sunburn tetapi dapat meningkatkan risiko
melanoma dan fotodermatitis), sehingga orang yang menggunakan tabir surya
dapat terpapar oleh UVA dalam kadar yang sangat tinggi tanpa menyadarinya.

Penggunaan tabir surya spektrum luas (broad-spectrum) dapat membantu


mengatasi kekhawatiran akan hal ini.

Sun Protection Faktor (SPF)/ Faktor Pelindung Matahari


Metode yang diterima secara luas untuk pengukuran efisiensi tabir surya
adalah SPF.1,7 SPF didefinisikan sebagai dosis dari radiasi UV yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 dosis minimal eritema (MED) pada kulit yang terlindungi
setelah pemberian 2 mg/cm2 dari produk dibagi dengan radiasi UV yang
menghasilkan 1 MED pada kulit yang tidak terlindungi.1,2,4,5,9 SPF-15
memfiltrasi 94% radiasi UVB dan tabir surya dengan SPF-30 memberikan
perlindungan lebih besar dari 97%.1,2
Tabir surya sudah lama digunakan untuk melindungi efek akut radiasi
UV dan juga diketahui memiliki efek protektif terhadap perubahan kronik yang
diinduksi radiasi UV, seperti photoaging dan kanker kulit. Penggunaan regular
tabir surya dengan SPF yang tinggi dapat mengurangi jumlah aktinik keratosis.1
Tabel 2. Pedoman Monografi FDA Produk Tabir Surya2,4
Perlindungan terhadap

Sun protection factor

sengatan matahari
Minimal

2-12

Sedang

12-30

Tinggi

>30

Penilaian Perlindungan terhadap UVA


Meskipun SPF diterima secara luas sebagai standar pengukuran efisiensi
tabir surya, belum ada konsensus yang menyatakan metode standar untuk
mengukur perlindungan terhadap UVA. Meskipun demikian, ada beberapa
metode yang digunakan. Umumnya digunakan dalam metode in vivo adalah IPD
(Immediate Pigment Darkening) dan PPD (Persistent Pigment Darkening), serta
faktor perlindungan terhadap UVA. Diantara metode-metode ini, PPD
merupakan metode yang paling umum digunakan karena pigmentasi tetap

bertahan antara 2 sampai 24 jam, dan ini sensitif untuk semua filter UVA,
terlepas dari jangkauan yang mereka serap dari rentang gelombang UVA. Efek
perlindungan spektrum luas dapat dievaluasi in vitro dengan menggunakan
spektrofotometri untuk mengevaluasi nilai panjang gelombang kritis, yang
didefinisikan sebagai panjang gelombang dibawah 90% dari absorbansi tabir
surya yang terjadi sebagaimana pengukuran pada 290 sampai 400 nm. Telah
ditunjukkan bahwa nilai panjang gelombang kritis sepadan dengan SPF.
Konsensus yang disponsori oleh American Academy of Dermatology
merekomendasikan bahwa tabir surya dengan label spektrum luas harus
memiliki panjang gelombang kritis lebih dari 370 nm, dan PPD atau
perlindungan faktor dalam UVA lebih besar dari 4.1,2

Bahan Aktif Tabir Surya


Berdasarkan mekanisme kerjanya, tabir surya dapat dibagi menjadi
absorban kimiawi dan pemblokir fisikal (physical blocker). Tabir surya kimiawi
secara umum berkonjugasi dengan zat kimia kelompok karbonil. Zat-zat kimia
ini menyerap sinar UV intensitas tinggi dengan eksitasi menjadi energi yang
lebih tinggi. Sedangkan, pemblokir fisikal merefleksikan atau memendarkan
radiasi UV.5

Gambar 2. Mekanisme Kerja Tabir Surya

10

FDA mengklasifikasikan UV filter atau tabir surya menjadi dua kategori,


yaitu tabir surya organik dan tabir surya inorganik. Istilah ini digunakan
menggantikan istilah yang sebelumnya yaitu tabir surya kimiawi dan fisikal.
Tabir surya organik disubklasifikasikan menjadi tabir surya UVB dan tabir surya
UVA.1,9
1. Tabir Surya Organik atau Kimiawi
Tabir surya kimiawi umumnya merupakan ikatan aromatik yang
berkonyugasi dengan grup karbonil. Struktur kimiawi ini menyerap
gelombang UV intensitas tinggi dengan eksitasi menjadi energi yang lebih
tinggi. Energi yang hilang akibat konversi dari energi yang tersisa ke dalam
panjang gelombang energi yang lebih rendah lagi dengan kembali ke
keadaan dasar.2,5
Komposisi kimia tabir surya UVB mencakup para-amino benzoic acid
(PABA) dan turunannya, cinnamates, salicylates, octocrylene, ensilozole,
dan derivat camphor.1,2,4,5
PABA dan derivatnya, ( maksimal 283 nm) merupakan satu dari
bahan kimia tabir surya yang tersedia secara luas, namun beberapa kendala
dalam keterbatasan penggunaannya. PABA larut dalam air, dapat menempel
pada pakaian, sering digunakan dalam vehikulum alkohol, dan berkaitan
dengan berbagai efek yang merugikan. Derivat ester dari PABA, terutama
octyl dimetyl PABA atau Padimate O ( maksimal 311 nm), menjadi popular
dengan kompatibilitas dengan berbagai vehikulum substantif dan potensial
rendah terhadap efek yang merugikan. Padimate O merupakan absorber UVB
yang poten.1,2,4,5
Cinnamates. Absorber UVB paling poten yang secara luas telah
menggantikan turunan PABA. Octinoxate ( maksimal 311 nm) merupakan
komposisi tabir surya yang sering digunakan. Octinoxate dalam hal
magnitudonya kurang poten dibandingkan Padimate O dan membutuhkan
absorber UVB tambahan untuk mencapai level SPF yang lebih tinggi.2,5
Salicylates merupakan absorber UVB lebih rendah sehingga digunakan
dengan konsentrasi tinggi. Umumnya digunakan untuk tambahan absorber

11

UVB lain. Dengan adanya trend terhadap tingginya SPF, octisalate (octyl
salicylate) ( maksimal 307 nm) sering digunakan, diikuti dengan
homosalate (homomenthyl salicylate) ( maksimal 306 nm). Octisalate dan
homosalate umumnya digunakan untuk meminimalisasikan degradasi foto
dari kandungan tabir surya lain mencakup oxybenzone dan avobenzone.2,4,5
2-ethylhexyl-2-cyano-3,3-diphenylacrylate

atau

Octocrylene

maksimal 303 nm), berkaitan dengan cinnamates secara kimiawi. Digunakan


untuk meningkatkan SPF dan memperbaiki resistensi terhadap air.
Octocrylene merupakan photostable dan dapat memperbaiki stabilitas sinar
dari tabir surya lainnya.2,5
Ensilizole (dulunya Phenylbenzimidazole sulfonic acid) ( maksimal 310
nm), merupakan absorber UVB yang larut dalam air, berbeda dengan
kebanyakan komposisi tabir surya yang larut dalam minyak,

ensilizole

memungkinkan formulasi yang kurang berminyak, lebih estetis, termasuk


penggunaan sehari-hari, pelembab yang mengandung tabir surya.2
Turunan camphor (misalnya 4-methylbenbenzylidene campor,
maksimal 300 nm) merupakan absorber UVB moderat. Meskipun FDA tidak
mengizinkan penggunaan turunan camphor di Amerika Serikat, enam
turunan camphor diizinkan di Eropa.2
Komposisi kimiawi tabir surya UVA mencakup benzophenone, hampir
dikenal dengan oxybenzone; anthranilates, butyl methoxybenzoylmethane
(avobenzone), dan terephthalydine dicamphor sulfonic acid (mexoryl SX),
drometrizole

trisiloxane

tetramethylbutylphenol

(Mexoryl
(Tinosorb

XL),
M)

methylene-bis-benzotriazolyl

dan

bis-ethylhexyl-oxyphenol

methoxyphenol triazine (anisotriazin, Tinosorb S). Meskipun mexoryl dan


tinosorb digunakan dibeberapa negara, mereka tidak terdaftar dalam
monografi tabir surya FDA 1999.1
Benzophenones. Oxybenzone

merupakan benzophenone yang umum

digunakan. Meskipun oxybenzone atau benzophenone-3 menyerap secara


efisien sinar UVB, penyerapan yang luas juga pada UVA II dengan rentang
puncak absorbsi ( maksimal 288 atau 325 nm). Ini digunakan secara primer

12

sebagai absorber UVA namun meningkatkan nilai SPF dalam kombinasi


dengan absorber UVB. Meskipun merupakan UVA filter dengan spektrum
yang luas, oxybenzone merupakan photolabile dan dapat dioksidasi secara
cepat. Oksidasi ini akan menginaktivasi sistem antioksidan.1,2,4,5
Menthyl Anthranilate ( maksimal 336 nm) merupakan filter UVB
lemah dan menyerap terutama pada spektrum UVA II. Kurang efektif
dibandingkan benzophenone.1,2,5
Butyl Methoxydibenzoylmethane (Avobenzone) ( maksimal 358 nm),
telah disetujui oleh FDA untuk penggunaannya sebagai obat bebas tabir
surya di Amerika Serikat. Memberikan absorpsi yang kuat pada UVA I.1
Tetraphthalydine Dicamphor Sulfonic acid (Mexoryl SX) ( maksimal
345 nm) merupakan absorber UVA luas yang tersedia di Eropa. Mencegah
UVA memproduksi perubahan histokimiawi pada kulit yang berkaitan
dengan photoaging. Mexoryl SX yang diaplikasikan sebelum terpapar UVA
telah menunjukkan pencegahan perubahan kulit yang diinduksi UV, meliputi
pigmentasi, hiperplasia epidermal, penurunan hidrasi kulit dan elastisitas.
Tabir surya yang mengandung Mexoryl SX secara signifikasn menekan
radiasi UV yang menginduksi karsinogenesis pada tikus dibandingkan
dengan preparat yang hanya mengandung absorber UVB. Setelah terpapar
UV, Mexoryl SX yang terkadung dalam tabir surya juga mengurangi
pembentukan cis-urocanic acid dan mencegah penurunan sel Langerhans
epidermal, perubahan ini berperan dalam imunosupresi.1,5
Drometrizole trisiloxane (Silatriazole, Mexoryl XL, maksimal 303 dan
344 nm), merupakan photostable dan dapat menyerap kedua sinar, yaitu
UVA dan UVB.1
Methylene-bis-benzotriazolyl

tetramethylbutylphenol

(Tinosorb

M)

merupakan filter UV yang telah menunjukkan sebagai tabir surya spektrum


luas yang baik.1
Bis-ethylhexyl-oxyphenol

methoxyphenol

triazine

(anisotriazin,

Tinosorb S) merupakan filter UV spektrum luas yang larut dalam minyak.1

13

2. Tabir Surya Inorganik atau Fisik


Meskipun, semua komposisi tabir surya adalah kimiawi, istilah
nonkimiawi atau fisikal digunakan untuk merujuk tabir surya inorganik yang
mencakup 2 komposisi; titanium dioksida dan seng oksida. Teknologi
terbaru mengizinkan komposisi ini untuk diproduksi dalam ukuran
submikroskpik

(<

200

nm)

sehingga

pendaran

cahaya

tampak

diminimalisasikan dan partikel tidak tampak di kulit.1 Partikel kecil ini


mengubah sinar UV, terutama dengan penyerapan yang serupa dengan tabir
surya organik. Tabir surya inorganik sangat fotostabil dan aman. Dalam
bentuk partikel ukurannya memungkinkan untuk masuk ke kulit. Tidak ada
reaksi iritan atau sensitisasi yang telah dilaporkan terhadap kandungan ini.
Titanium dioksida dan seng oksida melindungi kulit dari sinar UV dengan
gelombang 250-340 nm, namun perlindungan terhadap UVA I secara
statistik sangat baik pada seng oksida (340-380 nm). Titanium dioksida
melindungi terhadap UVB dan UVA II.2,4
Tabel 3. Daftar Tabir Surya Berdasarkan Monografi Tabir Surya FDA9
Tabir Surya

Rentang
penyerapan
(maks
(nm))

Keterangan

Tabir Surya UVB


PABA & derivate
- PABA
- Padimate O

283
311

Menempel pada pakaian.


Turunan PABA yang digunakan secara luas.
Photounstable.

Cinnamates
- Octinoxate

311

Tabir surya UVB yang paling sering digunakan


secara luas.

Salicylates
- Octisalate

307

Absorber UVB lemah. Bersifat photostability


pada tabir surya lain.
Absorber UVB lemah. Substantif baik,
digunakan pada tabir surya tahan air.

Homosalate
Trolamin salicylates

Lainnya:
- Octocrylene
-

Ensulizole

306
260-355

303
310

Photostable. Memperbaiki photostability dari


tabir surya lain.
Larut dalam air. Meningkatkan SPF pada
produk akhir.

14

Tabir Surya UVA


Benzophenones
- Oxybenzone

288, 325

Tabir surya UVB yang sering digunakan.


Sering menyebabkan photoallergic contact
dermatitis terhadap tabir surya.

Others
- Avobenzone

360

Photounstable. Meningkatkan degradasi dari


octinoxate.
Tabir surya UVA lemah. Tidak ada reeaksi
sensitisasi yang dilaporkan

Meradimate

340

Tabir Surya Inorganik


Titanium dioxide
Zinc oxide

Tidak ada sensitisasi. Photostable, digunakan


untuk meningkatkan photostability dari produk
akhir. Zinc oxide ukuran mikro memiliki
perlindungan terhadap UVA lebih baik
daripada titanium dioxide.

Tabel 4. Kandungan Tabir Surya4


Organic Sunscreen

Protection
(nm)

UVB

UVA II

UVA I

(290-320)

(320-340)

(340-400)

Aminobenzoic acid and derivatives


PABA

260-313

partial

Lisadimate (Glyceryl PABA)

264-315

partial

Padimate O

290-315

partial

Roxadimate

280-330

complete

partial

260-380

complete

complete

partial

Dioxybenzone

250-390

complete

complete

partial

Oxybenzone

270-350

complete

complete

partial

Sulisobenzone (Eusolex 4360)

260-375

complete

complete

partial

Octocrylene

250-360

complete

complete

partial

Ootyl methoxycinnamate (Parsol


MCX)

290-320

complete

complete

complete

Anthranilates
Menthyl anthranilate
Benzophenones

Cinnamates

Dibenzoylmethanes
Avobenzone

320-400

Salicylate
Homosalate

295-315

partial

Octyl salicylate

280-320

complete

Trolamine salicylate

260-320

complete

15

Phenylbenzimidazole sulphonic acid


Ensizoles

290-340

complete

complete

Titanium dioxide*

290-700

complete

complete

complete

Zinc oxide*

290-700

complete

complete

complete

Inorganic sunscreen

Key: partial = partial protection given in this UV range; complete = complete protection given in this UV range
*in non-micronized/non-microfined form

Vehikulum Tabir Surya


Jenis vehikulum ini sangat penting dalam menentukan efektivitas dan
estetika tabir surya. Bahan seperti pelarut dan emolien dapat memiliki pengaruh
yang besar terhadap besarnya absorpsi UV oleh bahan aktif yang mana panjang
gelombang yang mereka serap. Sifat dari film yang terbentuk pada permukaan
kulit sangat dipengaruhi oleh pembentuk film dan pengemulsi. Produk SPF yang
tinggi mengharuskan bahwa bahan-bahan dapat menghasilkan film tabir surya
yang seragam dan kental dengan interaksi minimal antara bahan diam dengan
bahan aktif. Daya tahan air dan daya tahan produk tergantung pada komponen
vehikulum.2,4,5
Losio dan krim merupakan vehikulum tabir surya yang paling popular.
Karena mereka memungkinkan formulasi yang bervariasi, dua fase, emulsi
minyak dalam air atau air dalam minyak merupakan yang paling popular. Produk
tabir surya dengan SPF tinggi mungkin mengandung minyak 20-40% tabir
surya, terhitung dari kesan berminyaknya. Busa dan losio kering, sering tersedia
sebagai "losio olahraga," merupakan upaya produsen untuk menghasilkan
produk yang kurang berminyak.6
Vehikulum lainnya untuk bahan tabir surya organik termasuk gel, sticks,
dan aerosol. Air atau alkohol berbasis gel memberikan estetika kurang
berminyak, tetapi tergantung pada keterbatasan jumlah bahan yang larut air dan
kurang substantif, dengan potensi yang lebih besar untuk iritasi. Tongkat (sticks)
dengan mudah menggabungkan tabir surya larut lemak yang menebal dengan
lilin dan petrolatum dan lebih berat pada aplikasi, tetapi berguna untuk
melindungi daerah terbatas, seperti bibir, hidung, atau di sekitar mata.

16

Semprotan atau aerosol memberikan kemudahan dalam aplikasi, tetapi sulit


untuk diterapkan secara merata, sehingga film yang terbentuk terputus-putus.4,5
Tabir surya telah dimasukkan ke dalam berbagai produk konsumen,
termasuk penggunaan kosmetik harian. Monografi FDA sekarang membedakan
antara produk pantai dan nonpantai. Ketersediaan tabir surya dengan cara ini
memberikan banyak keuntungan.

Fotostabilitas (Photostability)
Photostability mengacu pada kemampuan molekul untuk tetap utuh
terhadap radiasi. Photostability merupakan masalah potensial dari semua filter
UV karena mereka terseleksi secara sengaja sebagai molekul yang menyerap
radiasi UV. Masalah ini telah mucul terutama pada avobenzone, dengan adanya
fotolisis, terutama dalam sistem in vitro, yang secara bersamaan menyinari dan
mengukur transmisi di situ. Efek ini dapat menurunkan tabir surya lain dalam
formulasi. Perubahan ini juga telah diamati dengan oktil metoksisinamat dan
dimetil PABA oktil, sementara oksibenzon terbukti relatif stabil.4,5
Produk tabir surya dengan SPF yang lebih tinggi telah menyebabkan
penggunaan beberapa agen tabir surya dalam kombinasi pada konsentrasi
maksimum yang dapat berinteraksi. Photostability dari molekul juga tergantung
pada pelarut atau vehikulum yang digunakan. Bahan tertentu mungkin memiliki
efek stabilisasi pada bahan lain; octocrylene telah terbukti memberikan efek
fotostabilitas pada avobenzone.4,5

Efek Samping Tabir Surya


Iritasi subjektif terkait dengan rasa terbakar atau rasa menyengat tanpa
eritema merupakan keluhan sensitivitas yang paling umum dari tabir surya.
Iritasi ini paling sering diamati di daerah mata.4 Hampir semua bahan tabir surya
yang dilaporkan menyebabkan alergi kontak mungkin foto alergen. Meskipun
relatif masih jarang, bahan aktif tabir surya tampaknya telah menjadi penyebab
utama reaksi foto kontak alergi. Individu dengan kondisi yang sebelumnya sudah
ada ekzema memiliki kecenderungan yang signifikan untuk mengalami

17

sensitisasi terkait dengan pertahanan kulit yang telah rusak.5 Oxybenzone


merupakan penyebab umum foto alergi.9
Tabir surya yang mengandung partikel inorganik (titanium dioksida dan
seng oksida) memberikan pilihan yang baik untuk individu dengan kulit sensitif
karena bahan ini tidak berkaitan dengan iritasi atau sensitisasi. Tidak adanya
penetrasi dermal telah dibuktikan, kekhawatiran tentang toksisitas dengan
penggunaan nanoteknologi tampaknya tidak ditemukan pada bahan ini.5

Penggunaan Tabir Surya pada Anak-anak


Penting untuk mulai menggunakan tabir surya pada anak-anak dan
periode remaja dilaporkan dalam studi yang memperkirakan bahwa penggunaan
tabir surya secara regular dengan SPF yang efektif 7,5 untuk 18 tahun pertama
kehidupan dapat mengurangi kejadian seumur hidup kanker kulit non melanoma
78%. Namun, harus ditekankan bahwa foto proteksi sebaiknya dilakukan pada
semua kelompok usia, karena usia muda juga mendapatkan paparan UV dalam
jumlah yang sama dengan kelompok usia lain, dengan usia tua yang
mendapatkan paparan UV paling sering.1.
Tahun 1999 FDA Sunscreen Final Monograph merekomendasikan
bahwa klinisi sebaiknya berkonsultasi mengenai penggunaan tabir surya pada
anak di bawah usia 6 bulan, karena sistem fisiologis untuk metabolisme dan
ekskresi agen-agen yang diserap belum berkembang sempurna.1,9 Penghindaran
terhadap matahari dan penggunaan pakaian merupakan perlindungan terhadap
matahari yang paling tepat pada usia ini. Jika diperlukan, penggunaan tabir surya
secara terbatas dan tidak sering pada area yang terpapar mungkin dapat
dilakukan.1

Aplikasi Tabir Surya


Dalam pemilihan tabir surya, beberapa dermatologis menyarankan
langkah-langkah sebagai berikut:
-

Tabir surya dapat menghambat kedua UVA dan UVB. Ini disebut spektrum
luas tabir surya, yang juga harus hipoalergenik dan non komedogenik

18

sehingga tidak menyebabkan ruam atau menyumbat pori-pori, yang dapat


menyebabkan jerawat.
-

Tabir surya perlu diaplikasikan secara cukup tebal untuk mendapatkan


perlindungan SPF penuh.

Tabir surya harus diaplikasikan 15 sampai 30 menit sebelum terpapar,


kemudiian diaplikasikan kembali 15 sampai 30 menit setelah paparan sinar
matahari dimulai. Aplikasi lebih lanjut diperlukan hanya setelah kegiatan
seperti berenang, berkeringat, dan menggosok.12

Sinar matahari terkuat 10.00-16.00. 1,2,9

KESIMPULAN
Radiasi sinar UV memiliki efek terhadap kulit, baik efek akut maupun kronik.
Respon akut kulit terhadap radiasi UVB adalah eritema, edema, hiperpigmentasi,
diikuti dengan delayed tanning, penebalan epidermis dan dermis, serta sintesis vitamin
D.

Sedangkan

efek

kronik

UV

meliputi

photoaging,

imunosupresi,

dan

photocarcinogenesis.
Salah satu upaya untuk melindungi kulit dari radiasi UVB dan UVA adalah
pemakaian tabir surya. Tabir surya digunakan untuk melindungi efek akut radiasi UV
dan juga memiliki efek protektif terhadap perubahan kronik yang diinduksi radiasi
UV, seperti photoaging dan kanker kulit. Penggunaan regular tabir surya dengan SPF
(Sun Protection Factor) yang tinggi dapat mengurangi jumlah aktinik keratosis.
Tabir surya berdasarkan mekanisme kerja, diklasifikasikan menjadi tabir surya
organik atau kimiawi dan inorganik atau fisikal. Efisiensi suatu tabir surya dinilai
dengan SPF. Pertimbangan pemilihan tabir surya meliputi SPF, vehikulum,
photostability, dan phototoxicity.

19

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.

4.

5.

6.

7.

8.
9.

10.

11.

12.

Kullavanijaya P, Henry WL. Photoprotection. J Am Acad Dermatol, 2005;


52:937-58
DeBuys HV, Levy SB, Murray JC, Madey DL, Pinnell SR. Modern approach to
photoprotection. Dermatol Clin, 2000; 18(4):577-590.
Rogers, HW, Weinstock, MA, Harris, AR, et al. Incidence estimate of
nonmelanoma skin cancer in the United States, 2006. Arch Dermatol, 2010;
146(3):283-287.
Edlich, RF et al. Photoprotection by sunscreens with topical antioxidants and
systemic antioxidants to reduce sun exposure. J Long Term Eff Med Implants,
2004; 14 (4):317-340.
Levy SB, Garmyn M, Vinson RP, Callen JP, Quirk, CM. Sunscreen and
protection. Medscape Reference. 2012 [cited August 19, 2012]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1119992-overview.
Skin Cancer Foundation. Understanding UVA and UVB. 2012 [cited August 19,
2012].
Available
from:
http://www.skincancer.org/prevention/uva-anduvb/understanding-uva-and-uvb
Young AR, Boles j, Herzog B, Osterwalder U, Baschong W. A sunscreens
labeled sun protection factor may overestimate protection at temperate latitudes:
a human in vivo study. J Invest Dermatol, 2010; 130:2457-2462.
James WD, Beregr TG, Elston DM. Actinic injury. In: Andrews disease the
skin: Clinical dermatology. 11th ed. London: Elsevier Co, 2011: 23-27.
Lim HW. Photoprotection and sun protective agents. In: Wolff K, Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatricks
dermatology in general medicine. New York: McGraw Hill Co, 2008: 21372141.
Ponten F, Lundeberg J, Asplund A. Neoplasms of the skin. In: Bolognia JL,
Jorizzo JL, Rapini RP, editor. Bolognia: Dermatology. 2nd Ed. London: Elsevier
Co, 2008.
Carucci JA, David JL. Basal cell carcinoma. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatricks dermatology in
general medicine. New York: McGraw Hill Co, 2008: p 1036-1042.
Diffey BL. When sould sunscreen be reapplied? J Am Acad Dermatol, 2001;
45(6):882-885.

Anda mungkin juga menyukai