Anda di halaman 1dari 34

BAB IV: PENDESAKAN LINIER TAK TERCAMPUR

(Versi 2 November 2004)


Bab ini menjelaskan tentang fenomena pendesakan fluida ke dalam reservoir untuk
meningkatkan perolehan minyak. Pendesakan dimaksud adalah injeksi air untuk mendorong
minyak menuju sumur produksi. Pembahasan dalam bab ini terbatas pada asumsi-asumsi
yang diterapkan pada proses pendesakan tersebut. Asumsi-asumsi utama yang digunakan
diantaranya:
1. Pendesakan melibatkan dua fluida yang tidak tercampur satu sama lain (immiscible), yaitu
air dan minyak. Implikasi dari asumsi ini adalah terdapat bidang kontak yang jelas di
antara kedua fluida.
2. Proses pendesakan adalah imbibisi, yaitu air mendesak minyak dalam reservoir yang
bersifat water-wet. Implikasi dari asumsi ini adalah permeabilitas relatif dan tekanan
kapiler harus diukur dalam keadaan imbibisi.
3. Pendesakan umumnya terjadi di bawah kondisi kesetimbangan secara vertikal terhadap
ketebalan formasi yang didesak. Dalam hal ini, terjadi kesetimbangan hidrostatik
sehingga distribusi saturasi dapat ditentukan sebagai fungsi dari tekanan kapiler (atau
ketinggian) atau, dengan kata lain, fluida terdistribusi secara vertikal menurut
kesetimbangan kapiler-gravity, yaitu:
p c (S w ) =

gy cos
1.0133x 10 6

Untuk menjelaskan hal ini lebih lanjut, tinjau situasi statik pada injeksi air ke dalam suatu
formasi yang mempunyai sudut kemiringan sebagai berikut:

pc

gz

Minyak
A

y
Sw = 1 - Sor

Swa
X

Swc

1 - Sor

z
Air

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 1

Statik yang dimaksud di sini adalah bahwa gambar tersebut memperlihatkan situasi
dimana injeksi air dihentikan pada saat bidang saturasi air Sw = 1 Sor dengan pc = 0
mencapai Titik X. Jika kurva tekanan kapiler memperlihatkan zona transisi yang jelas
seperti ditunjukkan pada gambar di atas (kanan), maka di atas Titik X saturasi akan
terdistribusi menurut kurva pc. Sebagai contoh, pada Titik A, yang berjarak y (normal
terhadap dip atau arah aliran) dari bottom formasi mempunyai tekanan kapiler:
p c (S w ) = p c p c = gy cos = gz
sehingga saturasi air pada Titik A dapat dibaca dari kurva tekanan kapiler sebesar Swa.
Jika injeksi kemudian dilanjutkan dan kemudian dihentikan kembali, maka akan
diperoleh gambar seperti di atas dengan distribusi saturasi air yang berbeda pada Titik X.
4. Pendesakan bersifat incompressible karena hanya melibatkan air sebagai fluida pendesak
dan minyak sebagai fluida yang didesak. Implikasi dari asumsi ini adalah:
q t = q w + qo
5. Pendesakan terbatas pada geometri linier dengan sumur injeksi dan produksi diperforasi
sepanjang ketebalan formasi yang didesak, tanpa memperhitungkan efek dari keberadaan
streamline (potensial konstan) di sekitar sumur, dan saturasi dianggap seragam di setiap
titik di reservoir.
6. Metode perhitungan kinerja pendesakan dikembangkan menurut salah satu dari keadaan
berikut:

Diffuse flow (menggunakan kurva fractional flow dan melibatkan metode BuckleyLeverett dan/atau metode Welge)

Segregated flow (metode perhitungan dikembangan menurut kriteria stabilitas


pendesakan dari Dietz).

Yang dimaksud dengan diffuse flow adalah bahwa saturasi terdistribusi secara seragam
terhadap ketebalan. Dengan asumsi diffuse flow, maka akan memudahkan pemodelan
pendesakan dengan model satu dimensi. Dengan demikian, dapat digunakan permeabilitas
relatif yang dirata-ratakan terhadap ketebalan. Diffuse flow dapat terjadi pada dua kondisi
ekstrim yaitu:
- jika laju injeksi sangat tinggi sehingga kondisi kesetimbangan vertikal tidak terpenuhi
dan pengaruh tekanan kapiler dan gravitasi diabaikan, dan
- jika laju injeksi cukup rendah sehingga ketebalan zona transisi kapiler jauh melebihi
ketebalan reservoir dan akibatnya saturasi terdistribusi secara merata terhadap
ketebalan dan kondisi kesetimbangan vertikal dapat terpenuhi.

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 2

Dengan demikian, jika tidak terjadi salah satu dari kedua kondisi ekstrim tersebut maka
pendesakan yang terjadi berada dalam keadaan segregated flow. Kondisi segregated flow
memerlukan pemodelan dua dimensi untuk menghitung distribusi saturasi fluida secara
vertikal. Namun, dengan menggunakan cara perata-rataan saturasi pada arah normal
(tegak lurus) terhadap arah aliran, umumnya model dua dimensi tersebut dapat
disederhanakan menjadi model satu dimensi. Sebagai contoh, untuk pendesakan pada
reservoir berlapis (stratified system) seringkali model yang digunakan adalah model satu
dimensi dengan melakukan perata-rataan harga saturasi, permeabilitas relatif, dan tekanan
kapiler terhadap ketebalan (normal terhadap arah aliran).
H = zona transisi

Front

1 Sor
Sw

pc
Air

Minyak

Swc

Sw
Konsep Pendesakan Torak
Pada pendesakan torak (piston-like displacement) berlaku bahwa di daerah belakang front
mengalir hanya fluida pendesak dan di muka front hanya mengalir fluida yang didesak.
Dalam sistem pendesakan air terhadap minyak, maka saturasi di belakang dan di muka front
adalah sebagai berikut:
Di belakang front:
So = Sor

ko = 0

Sw = 1 Sor

krw = krw*

Di muka front:
Sw = Swc

krw = 0

So = 1 Swc

ko = kro*

Seperti terlihat pada gambar di bawah, harga-harga saturasi dan permeabilitas relatif tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
k rw 1 Sor = k *rw
k ro Swc = k *ro

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 3

kro*
kro
krw*
krw

1- Sor

Swc

Seperti disebutkan di atas, pada pendesakan torak, di belakang front tidak terdapat saturasi
gradient, sehingga minyak tersisa (Sor) sudah terjadi pada titik masuk. Ini berarti tidak ada
zona transisi yaitu pengaruh kapiler tidak ada (lihat gambar zona transisi kapiler di atas).

Pendesakan Torak Pada Formasi Linier Satu Dimensi


Dalam sistem aliran pendesakan dua fasa dimana air mendesak minyak, maka di belakang
front mengalir fluida pendesak (yaitu air) dan di muka front hanya minyak yang mengalir.
Aliran ini bersifat mantap (steady state). Secara skematik, sistem ini digambarkan sebagai
berikut:
p
Arah
aliran

Pada batas minyak-air terjadi:


dp
uw
= w
vw =
D
dx w
vo =

dp
uo
= o
D
dx o

D = (1 S wc Sor )
Pada batas tersebut berlaku vw = vo, sehingga

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 4

dp
dp
w = o
dx w
dx o
dp
dp

= w = M
dx o o
dx w
Perbedaan tekanan total
p = p o + p w
= (L x )

dp
dp
+x
dx o
dx w

dp
dp
= ( L x ) M + x
dx w
dx w
p
p
dp
=
=
dx w (L x )M + x ML + (1 M) x
Conductance ratio () adalah perbandingan velocity pada suatu waktu, vx, terhadap velocity
pada x = 0 (yaitu vo).
p
(L x )M + x
v
= x =
p
vo
ML
=
=

ML
ML + (1 M ) x
1
1
x
1 + 1
M L

M>1

M=1

1.0

M<1
0

xD

1.0

1 + 1 x D
M

Kecepatan fluida dalam media berpori (velocity bukan flux) adalah:


u
v= w
D

[untuk air, di mana D = (1 S wc Sor ) ]

dp
w p
= w =
D dx w
D (ML + (1 M) x )
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 5

dan v dapat digunakan untuk menentukan waktu batas minyak-air mencapai jarak x, yaitu:
v=

dx
w p
=
dt
D (ML + x (1 M ))

d =

, p = p out p in

D x
(ML + (1 M ) s ds
w p 0

t0 =

D
x2
MLx
+
(
1

M
)
0 0,

2
w p

0xL

D
x2
t=
MLx + (1 M)
2
w p
Satuan untuk persamaan waktu di atas adalah waktu t dalam det, permeabilitas k dalam
Darcy, tekanan p dalam atm, jarak x dalam cm, dan viskositas dalam cp.
Contoh 1: Pendesakan Linier Satu Dimensi
Sistem linier ini merupakan pendesakan air terhadap minyak dengan batas minyak-air
terletak pada x dimana panjang sistem linear adalah L. Tentukan waktu yang diperlukan oleh
batas minyak-air untuk mencapai jarak x = 50 m.
1

p = p2 p1

Diketahui :
krw* = 0.3, w = 0.5 cp, = 0.2, kro* = 0.8, o = 5 cp, p = -50 atm, L = 100 m, k = 0.2 D, Sor
= 0.2, Swc = 0.2,

M=

0.3 / 0.5
= 3.75
0.8 / 5

w =

k k *rw (0.2)(0.3)
=
= 0.12
0.5
w

Pada harga x = 50 m tentukan waktu pendesakan (t).


D = (1 S wc Sor )
= 0.2(1 0.2 0.2) = 0.12

x2
D (MLx +
(1 M ))
2
t =
w p

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 6

(5000) 2

0.12 3.75x10.000 x 5000 +


(1 3.75)

=
(0.12)(50)

= 3062500 det = 35.45 hari

Dari persamaan t tersebut dapat dijabarkan persamaan x untuk harga t tertentu yaitu dengan
cara mencari akan kuadratis dari x menggunakan persamaan mencari akar sebagai berikut:
b b 2 4ac
x=
2a

dimana persamaan kuadratis dalam x:


tp w
x2
(1 M ) + MLx +
=0
2
D

sehingga akar dari persamaan di atas dalam x adalah

2 w p
ML (ML) 2
(1 M ) t
D

x=
(1 M )

0.5

Kinerja Pendesakan Torak Pada Formasi Linier Berlapis

Formasi yang berlapis-lapis memiliki permeabilitas yang berbeda-beda. Akan tetapi tiap
lapisan memiliki D yang sama.

Lapisan i
Lapisan j

Pendesakan pada tiap lapisan terjadi pada aliran dengan M yang sama. Dengan menggunakan
persamaan letak batas pada tiap lapisan (x) untuk waktu tertentu (t). Untuk menghitung

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 7

recovery dan water-oil ratio, lapisan disusun dari permeabilitas terbesar sampai terkecil
seperti ditunjukkan pada gambar skematik di atas. Anggaplah lapisan i terjadi tembus fluida
(breakthrough), maka yang perlu diketahui (ditentukan) adalah kedudukan front pada lapisan
yang permeabilitasnya lebih kecil (lapisan j) yang belum breakthrough.

t=

x2
(1 M )
2
w p

D (MLx +

Breaktrough pada lapisan i


t p
i
=
D

ML2 +

L2
(1 M )
2
wi

2 (1 + M )
=L
2 wi

Kedudukan front pada lapisan j adalah:


MLx j +

x j2
2

wj

(1 M)

L2
(1 + M )
2 wi

x2
MLx j +
(1 M)
L2
2
=
(1 + M)
k *rw
k *rw
2 ki
kj
w
w
x2
L2 k j
(1 M ) + MLx
(1 + M ) = 0
2
2 ki
0.5
2

2 4(1 M ) L k j
(1 + M )
ML (ML) +
2
2 ki

xj=
1 M

kj
ML (ML) 2 + L2 (1 + M 2 )
ki

xj=
1 M

kj
M M 2 + (1 M 2
ki
x

=
(1 M )
Lj

0.5

0.5

Laju Produksi fluida pendesak (air) berasal dari lapisan 1 sampai i:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 8

qw = q j = A ju j
=

p k *rw w i
k jh j
Lw 1

Laju fluida yang didesak (minyak) berasal dari lapisan (i+1) sampai n:
n

i +1

i +1

qo = q j = A ju j

p
dp
q j = wj A j = wj wh j
ML + x j (1 M )
dx w

1
p

wh j
= k j

xj
L
w
(1 M )
M+
L

k *rw

p n
k*
q o = rw w

L i +1
w

k jh j
x
M + (1 M )
Lj

Jadi
q
WOR = w
qo
i

k jh j

j=1

k jh j

j=i +1 M + x

(1 M )
Lj

Recovery (NPD)

N PD =

i
n x
hj + hj
j =1
i +1 L j
n

hj

j =1

Prosedur perhitungan recovery didasarkan pada lapisan yang terakhir tembus air (misalnya
lapisan i). Faktor waktu yang berkaitan dengan breakthrough:
t p L(1 + M )
i
=
D
2 wi

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 9

Kedudukan front pada lapisan lain di luar lapisan i (pada lapisan yang lebih kecil
permeabilitasnya):

kj
M M 2 + (1 M ) 2
ki
x

=
1 M
Lj

0.5

x
Harga dihitung untuk j = i +1 sampai n. Berdasarkan harga tersebut dapat ditentukan
Lj

WOR dan NPD. Jadi dibuat tabulasi:


L(1 + M )
t p
= i
= terhadap NPD dan WOR
D
2 wi

NpD

q
WOR = w
qo
qw
B
( WOR ) s = w
qo
Bo
B
( WOR ) s = ( WOR ) o
Bw
(WOR )sj + (WOR )sj+1
WOR s =
2

(W p )j+1 = (W p )j + N p (WOR )s ,
dimana Wp diukur dalam STB.

Persamaan Fractional Flow

Pendesakan desaturasi di belakang front pertama kali dikembangkan oleh Buckley-Leverett.


Pendesakan ini mengikuti geometri linier dan aliran mantap (steady state) serta
incompressible disamping tentu saja anggapan pendesakan tak bercampur (immiscible).

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 10

Anggapan lain yang juga penting diperhatikan adalah bahwa Sor terjadi sejak di titik masuk
dan bidang saturasi konstan tegak lurus arah aliran. Penentuan recovery pada kasus
pendesakan seperti ini didasarkan pada persamaan fractional flow dan frontal advance.
Untuk mendapatkan persamaan fractional flow, tinjau pendesakan minyak dalam reservoir
yang mempunyai kemiringan seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:
qt

qi
h

Persamaan fractional flow ini diperoleh dari persamaan Darcy yang linier, yaitu:
qo =

g sin
k k ro Ap o o
k k ro p o

=
+ o
A
o
x
o x 1.0133x10 6

qw =

g sin
k k rw Ap w w
k k rw p w

=
+ w
A
w
x
w
x 1.0133x10 6

Dengan memperhatikan
qo = qt qw
pc = po p w
maka dapat dijabarkan persamaan fractional flow sebagai berikut:

p
q
g sin

q w w + o = t o + A c
x 1.0133x10 6
k k rw k k ro k k ro

dimana gradient tekanan kapiler dalam arah aliran adalah


p c p o p w
=

x
x
x

dan

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 11

= w o
Fractional flow pada tiap titik di reservoir didefinisikan sebagai:
fw =

qw

q
= w
qw + qo qt

Sehingga dengan substitusi persamaan ini ke dalam persamaan di atas diperoleh:


1+
fw =

k k ro p c
g sin

A
q t o x 1.0133x10 6
k
1 + w ro
o k rw

Atau dalam satuan lapangan yaitu permeabilitas dalam md, laju alir dalam bbl/hari, viskositas
dalam cp, luas penampang dalam ft2, tekanan dalam psi, = gravity, persamaan fractional
flow di atas dapat dituliskan sebagai berikut:.
1 + 1.127 10 3
fw =

k k ro p c
0.4335 sin
A
q t o x

w k ro
1+
o k rw

Pengaruh masing-masing parameter tekanan kapiler dan gravitasi pada persamaan fractional
flow adalah sebagai berikut. Berdasarkan konvensi, sudut diukur dari garis atau bidang
horizontal ke garis yang menunjukkan arah alirn. Oleh karena itu, ruas yang menyatakan efek
gravitasi pada persamaan tersebut akan positif untuk pendesakan dengan arah up dip (ke atas
dengan 0 < < ) dan negative untuk pendesakan dengan arah down dip (ke bawah dengan
< < 2)) seperti ditunjukkan oleh gambar berikut. Dengan demikian, jika parameter lainnya
dibuat sama, maka fractional flow untuk up dip lebih kecil dibandingkan dengan fractional
flow untuk down dip).

0<<

g sin
1,0133 x 10 6

positif

< < 2

g sin
1,0133 x 10 6

negatif

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 12

Sekarang tinjau harga gradient tekanan kapiler pada persamaan fractional flow di atas.
Pengaruh dari gradient tekanan pada fractional flow sebenarnya tidak terlalu jelas terlihat.
Namun, secara kualitatif dapat dijelaskan sebagai berikut. Dengan menggunakan chain rule,
maka gradient tekanan kapiler tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
p c
p c S w
=
x
S w x

Seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut, maka harga-harga kedua suku pada ruas
kanan persamaan gradient tekanan kapiler di atas adalah bernilai negatif. Dengan demikian
gradient tekanan kapiler selalu berharga positif. Akibatnya, tidak tergantung pada arah aliran
apakah mengalir ke atas (up dip) atau mengalir ke bawah (down dip), keberadaan gradient
tekanan kapiler selalu memperbesar fractional flow.
p c
<0
S w

p c
positif
x

S w
<0
x

1-Sor
-dpc
pc

dSw

Sw

Shock
front

-dSw
dx

Swf

Swc
x

Sw

Distribusi saturasi terhadap lokasi linier x, seperti ditunjukkan oleh gambar di atas (kanan),
adalah pada suatu waktu setelah dilakukan injeksi sejumlah air. Terlihat bahwa terdapat
(shock) front yang jelas, yaitu terdapat diskontinuitas saturasi air. Artinya, ada lonjakan harga
saturasi air dari harga Swc ke Swf pada lokasi yang sama. Pada lokasi shock front inilah hargaharga pc/Sw dan Sw/x mempunyai harga yang maksimum (lihat kedua gambar di atas).
Dengan demikian harga pc/x juga maksimum. Di belakang front, harga pc/x relatif kecil
sehingga dapat diabaikan dalam persamaan fractional flow.

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 13

Oleh karena itu, jika gradient tekanan kapiler diabaikan, maka jika pendesakan dilakukan
pada reservoir horizontal (dimana sin = 0), maka persamaan fractional flow menjadi jauh
lebih sederhana, yaitu:
fw =

1
k
1 + w ro
o k rw

Gambar berikut menunjukkan kurva fractional flow, yaitu plot antara fw vs. Sw. Beberapa
parameter yang tertera pada gambar tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut ini.

Sw

1.0

S wf , f w

1.0
Swf

fw

fw

Swc

Sw

1-Sor

1.0

Sw

1.0

Persamaan Frontal Advance Dari Buckley-Leverett

Pada tahun 1942, Buckley dan Leverett menyampaikan apa yang dikenal sekarang sebagai
persamaan dasar untuk menjelaskan pendesakan tak tercampur (immiscible) satu dimensi.
Untuk kasus dimana air mendesak minyak, persamaan tersebut dapat digunakan untuk
menentukan kecepatan bidang saturasi konstan yang bergerak sejalan dengan proses
pendesakan. Dengan anggapan kondisi aliran diffuse, konservasi massa melalui elemen
volume Adx seperti ditunjukkan secara skematik pada gambar berikut ini menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
dx
q ww

Adx

q w w

x + dx

x + dx

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 14

Mass flow rate


in out

Rate of increase of mass


in the volume element

q w w x q w w x + dx = Adx ( w S w )
t

(2)

(q w w )dx = Adx ( w S w )
q ww x q ww x +
x
t

Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:

(q w w ) = A ( w S w )
x
t

Dengan anggapan incompressible maka w = konstan sehingga dapat dihilangkan dari kedua
sisi:
S
q w
= A w
t
x

q w
S
= A w
x t
t x

(3)

Untuk aliran incompressible, qt = konstan, dan dengan menggunakan:


qw = qt f w
maka
qt

S
f w
+ A w = 0
t
x

(4)

Dengan membagi kedua sisi dengan A dan gunakan q = uA, maka:


u

S
f w
+ w =0
t
x

Deferensiasi penuh dari saturasi air, Sw(x,t) adalah:


dS w =

S w
S
dx + w dt
x t
t x

Yang menjadi perhatian kita adalah gerakan dari bidang dengan saturasi konstan, sehingga
dSw = 0. Maka:
S w
S
x
= w
t x
x t t S
w

(5)

Selanjutnya, dengan chain rule:


q S w
q w

= w
x t S w x t

(6)

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 15

Sekarang, substitusi persamaan (6) ke dalam persamaan (3), yaitu:


q w
S
= A w
x t
t x

(3)

diperoleh:
q w S w
S

= A w
t x
S w x t
Selanjutnya, substitusi Persamaan (5):
q w S w
S
dx

= A w
x t dt S
S w x t
w
Atau
q w
x
= A
Sw t
t S

(7)
w

Lagi, untuk aliran incompressible, qt = konstan, dan dengan menggunakan:


qw = qt f w
diperoleh:
qt

f w
dx
= A
dt S
S w
w

dx
dt S

=
w

q t df w
A dS w S
w

(8a)

Persamaan (8) di atas disebut dengan persamaan frontal advance atau persamaan BuckleyLeverett, yang juga dapat ditulis sebagai:
vS w =

q t f w
A S w
Sw

(8b)

Persamaan frontal advance menyatakan bahwa untuk suatu injeksi air dengan laju injeksi
konstan maka kecepatan bidang saturasi konstan berbanding lurus dengan turunan
(derivative) persamaan fractional flow yang dihitung pada saturasi tersebut. Integrasi
Persamaan (8) untuk waktu sejak injeksi dimulai, maka
x

1 df w t
q t dt
A dS w 0

Wi df w
A dS w S
w

Sw

x
Sw

(9)

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 16

dimana Wi adalah kumulatif air yang injeksikan sejak injeksi dimulai dengan asumsi bahwa
Wi = 0 pada t = 0. Dengan demikian Persamaan (9) dapat digunakan untuk memplot posisi
bidang saturasi konstan untuk waktu tertentu sejak injeksi dimulai dengan hanya menghitung
slope kurva fractional flow pada saturasi tersebut.
Namun, terdapat sedikit kesulitan untuk menentukan lokasi bidang saturasi konstan dengan
metode di atas karena bentuk kurva fractional flow yang menunjukkan bentuk S. Dengan
bentuknya yang demikian, maka plot dari slope kurva fractional flow terhadap saturasi akan
menunjukkan titik maksimum seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini (kiri). Oleh karena
itu, penggunaan Persamaan (9) untuk memplot distribusi saturasi terhadap lokasi akan
berbentuk kurva seperti ditunjukkan pada gambar yang sama (kanan). Sudah tentu profile
saturasi seperti ini tidak mungkin terjadi karena ternyata ada lebih dari satu harga saturasi
pada satu lokasi yang sama. Yang terjadi sebenarnya di reservoir adalah bahwa pada harga
dfw/dSw maksimum, yang berarti pada kecepatan maksimum, harga saturasi pada titik itu
akan mulai menutup harga saturasi yang lebih rendah sehingga terjadi saturation
discontinuity atau shock front. Dengan kata lain, persamaan (8a) dan persamaan (9) hanya
bisa digunakan pada lokasi di belakang shock front, yaitu pada lokasi dimana harga saturasi
berada pada selang:
S wf < S w < 1 S or

dimana Swf adalah saturasi shock front. Pada interval saturasi ini, umumnya gradient tekanan
kapiler dapat diabaikan sehingga persamaan fw vs Sw yang digunakan pada Persamaan (8a)
dan (9) menjadi lebih sederhana.

1-Sor
v Sw

df w
dS w

Swf
Sw

Swc
Swc

Swf 1-Sor
Sw

A
B

Perlu dicatat di sini bahwa untuk menggambarkan profil saturasi dengan benar menggunakan
persamaan Buckley-Leverett maka harus dapat ditentukan shock front (yaitu bidang

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 17

saturation discontinuity). Bidang dimana terdapat diskontinuitas saturasi tersebut


digambarkan sebagai garis putus-putus pada gambar di atas (kanan). Secara grafis, bidang
tersebut dapat ditentukan jika luas daerah A sama dengan luas daerah B.

Penentuan Saturasi Rata-rata Dengan Metode Welge

Pada tahun 1952, sepuluh tahun setelah publikasi Buckley dan Leverett, Welge menyajikan
suatu metode yang lebih baik untuk menentukan hal yang sama seperti dilakukan oleh
Buckley dan Leverett. Metode Welge ini berkaitan dengan penentuan harga saturasi rata-rata
di belakang front seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:
1-Sor
Sw
Sw
Swf
Swc
x1

x2

Situasi yang digambarkan di atas adalah pada suatu waktu tertentu, sebelum terjadi water
breakthrough di sumur produksi dengan kumulatif injeksi Wi. Pada gambar di atas, saturasi
air maksimum, Sw = 1 Sor, telah bergerak sejauh x1 dengan kecepatan yang sebanding
dengan slope kurva fractional flow seperti dijelaskan oleh Buckley-Leverett. Saturasi front
dari pendesakan, Swf, berada pada lokasi x2. Maka dengan menggunakan konsep material
balance:
W i = x 2 A(S w S wc)

atau
S w S wc =

Wi
x 2 A

Dengan menggunakan persamaan Buckley-Leverett, Persamaan (9), yang hanya berlaku


untuk lokasi di belakang front, x2:
S w S wc =

1
df w
dS w S
wf
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 18

Berdasarkan gambar skematik di atas, saturasi air rata-rata di belakang front, S w , dapat pula
diperoleh dengan cara integrasi kurva profil saturasi, yaitu:

(1 Sor )x1 +
Sw =

x2

S w dx

x1

x2

Sedangkan menurut Buckley-Leverett, untuk sejumlah air yang diinjeksikan dengan Sw


Swf, maka berlaku:

x
Sw

df w
dS w S
w

sehingga

(1 Sor )
Sw =

S wf
df
df w
+ S w d w
dS w 1 S
dS w
1 S or
or
df w
dS w S

wf

Dengan menggunakan kaidah integrasi (integration by parts):


udv = uv vdu
S wf

df w
S w d
dS w
1 S or

wf

df w wf
= (S w
)
fw
dS w 1 S

1 S or
or

Sehingga persamaan S w di atas menjadi:


S

Sw =

wf
df w wf
df w
(1 Sor )
+ Sw
fw
dS w 1 S
dS w 1 S
1 S or
or
or

df w
dS w S
wf

Atau
S wf
Sw =

df w
fw
1

dS w S
S wf

wf
df w
dS w S
wf

Dengan demikian, S w yang dihitung dari kurva profil saturasi adalah:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 19

S w = S wf

1 f
w

S wf

df w
dS w S
wf

Sehingga jika persamaan ini digabungkan dengan persamaan S w yang dihitung dengan
material balance di atas, yaitu:
S w S wc =

1
df w
dS w S
wf

Wi
x 2 A

(10)

maka dapat ditulis:

df w
dS w S
wf

1 f
w

S wf

=
S w S wf

1
S w S wc

Secara grafis, persamaan di atas ditunjukkan oleh gambar skematik berikut. Garis singgung
dari titik Sw = Swc, fw = 0 ke kurva fractional flow mempunyai kordinat Sw = Swf, fw = f w
S

wf

dan titik potong garis singgung tersebut yang diekstrapolasi sampai fw = 1 adalah Sw = S w , fw
= 1. Oleh karena itu, dengan sendirinya, saturasi rata-rata di belakang front dapat ditentukan
jika plot fw vs. Sw tersedia untuk seluruh interval berikut:
S wc < S w < 1 Sor .

Sw

1.0
fwS

wf

fw

Swc

Swf
Sw

1-Sor

1.0

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 20

Penentuan Kinerja Reservoir (Perolehan Minyak)

Sebelum breakthrough di sumur produksi, maka Persamaan (9) dapat digunakan untuk
menentukan posisi dari bidang saturasi air konstan untuk Swf < Sw < 1 Sor. Pada waktu
tembus air (breakthrough) dan sesudahnya, persamaan ini digunakan dengan cara yang
berbeda, yaitu untuk mengkaji pengaruh kenaikan saturasi air di sumur produksi. Dalam hal
ini, x2 = L dan Persamaan (9) dapat dinyatakan sebagai:
Wi
1
= Wid =
LA
df w
dS w S

(11)
we

1-Sor
Sw

S wbt

Sw

Sw

-dSw
dx

Swf

Swe
Swbt = Swf

Swc
0

dimana Swe adalah harga saturasi air saat itu di sumur produksi. Dengan kata lain, pada saat
breakthrough Swe = Swbt = Swf dan Wid adalah pore volume dimensionless dari air yang
diinjeksikan. Sebelum breakthrough, dengan mengingat aliran incompressible, recovery
minyak adalah sama dengan jumlah air yang diinjeksikan; tidak ada air yang terproduksikan.
Pada saat breakthrough saturasi front Swf = Swbt mencapai sumur produksi dan water cut
meningkat tiba-tiba dari nol menjadi fwbt = fw(Swf). Pada waktu tersebut Persamaan 10
dievaluasi terhadap x = L (Persamaan 11), sehingga
= Wid

N pd
bt

bt

= q id t bt = S S wc =
w bt

(12)

df w
dS w S
w bt

Dengan mendefinisikan laju injeksi dimensionless sebagai

q id =

qi
AL

maka waktu terjadi breakthrough dapat diperoleh dengan

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 21

t BT =

Wid, bt
q id

Setelah breakthrough, x tetap konstan sama dengan L dan Swe dan few meningkat sejalan
dengan injeksi seperti terlihat pada gambar di atas. Setelah breakthrough tersebut, penentuan
recovery relative lebih rumit dan memerlukan penerapan persamaan Welge untuk
memperoleh saturasi rata-rata S w sesuai dengan harga saturasi pendesak pada titik keluar
(Swe), yaitu:
S w = S we + (1 f we )

1
df w
dS w S
we

Yang dengan menggunakan Persamaan (11) dapat pula ditulis sebagai:


S w = S we + (1 f we )Wid

(13)

Dengan mengurangkan Swc pada Persamaan (13) maka diperoleh Npd sebagai berikut:
N pd = S w S wc = (S we S wc ) + (1 f we )Wid

(PV)

(14)

Untuk menggunakan Persamaan (12) dan (14) dilakukan prosedur sebagai berikut:
1. Gambar kurva fractional flow dengan persamaan berikut:
fw =

1
k
1 + w ro
o k rw

atau
1+
fw=

k k ro p c
g sin

A
q t o x 1.0133x10 6
k
1 + w ro
o k rw

Jika perlu, masukan efek gravitasi tapi abaikan efek gradient tekanan kapiler.
2. Tarik garis singgung dari titik (Sw = Swc, fw = 0) sehingga diperoleh kordinat Sw = Swf =
Swbt, fw = fw(Swf) = fw(Swbt) dan ekstrapolasi ke fw = 1 menghasilkan S w = S wbt . Gunakan
persamaan berikut untuk mendapatkan recovery dan waktu pada saat breakthrough.
= Wid

N pd
bt

bt

= q id t bt = S S wc =
w bt

1
df w
dS w S
w bt

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 22

t BT =

Wid, bt
q id

3. Ambil Swe sebagai variabel independent. Kemudian anggap harga Swe naik, misalnya 5%
di atas Swbt. Untuk Swe > Swbt, maka kordinat titik-titik pada kurva fractional flow akan
mempunyai harga Sw = Swe, fw(Swe). Hitung saturasi rata-rata dengan:
S w = S we + (1 f we )

1
df w
dS w S
we

Untuk setiap harga Swe dan S w (yang dihitung secara grafis), maka hitung recovery
dengan
N p = S w S wc

Untuk setiap harga Swe, hitung


W id =

1
df w
dSw

Swe

sehingga waktu untukmencapai recovery tersebut dapat dihitung dengan:


t=

W id
.
q id

Penentuan titik singgung pada grafik fw vs Sw:

x2

x1
C

1.0

x3
B

fw3
fw

fw2
fw1

A
Swc

Sw1 Sw3
Sw2
Sw

1.0

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 23

Perhatikan segitiga ABC pada gambar di atas, maka relasi berikut berlaku
S w 4 S wc x1
=
f w1
1

demikian pula segitiga yang salah satu sisinya melalui Titik 2.


S w 2 S wc x 2
=
fw2
1

(S w )SwF

S S wc
= min w
fw

S S wC

.
Jadi penentuan titik singgung pada grafik berdasarkan harga w
f
w

min
Contoh 1: Penentuan Kinerja Waterflood
Tinjau proyek waterflood dengan pola direct line drive seperti ditunjukkan oleh gambar
skematik berikut:
625 ft

2000 ft
Injektor

Produser

Sw

krw

kro

fw

Sw Swc
fw

0.2

0.80

0.0

0.25

0.002

0.61

0.32

1.5625

0.3

0.009

0.47

0.161

0.621

0.35

0.020

0.37

0.351

0.427

0.40

0.033

0.285

0.537

0.372

0.45

0.051

0.220

0.699

0.357

0.50

0.075

0.163

0.821

0.365

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 24

0.55

0.100

0.120

0.893

0.391

0.60

0.132

0.081

0.942

0.424

0.65

0.170

0.050

0.971

0.70

0.208

0.027

0.987

0.75

0.251

0.010

0.996

0.80

0.300

1.000

Data yang diketahui:


= 0, h = 40 ft, = 0.18, Swc = 0.20, Sor = 0.20, o = 5 cp, c = 0.5 cp, qr = 1000 bbl/hari, Bo
= 1.3 bbl/STB, Bw = 1.0 bbl/STB

fw =

1
k
1 + w ro
o k rw

(WOR )s =

f w Bw
,
(1 f w ) B o

WOR (1 f w ) = f w

WOR = fw (WOR + 1)
fw =

(WOR )s

(1 f w )
Bo

f
= w
Bw

(WOR s ) = WOR s f w + f w

B
= f w WOR s + o
Bw

fw =

WOR
WOR + 1

Bo
Bw

WOR s

B
WOR s + o
Bw

Setelah BT
t=

Wid
Wid (PV )
cuft
=
qt
q t (5.615)x 365 cuft tahun

Wid (625x 40x 2000 x 0.18)


= 4.39 Wid tahun
(1000)(5.165)x365

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 25

N pd = (S we S wc ) + (1 f we )Wid

Wid =

1
df w
dS w S
we

Pendesakan Dengan Kondisi Segregated Flow

Segregated flow umumnya terjadi pada reservoir miring dengan bottom water. Lagi, pada
daerah yang didesak air berlaku air yang mengalir dengan krw= krw* dan pada daerah minyak
(uninvaded zone) hanya minyak yang mengalir dengan kro= kro* dengan masing-masing harga
permeabilitas relative tersebut seperti dijelaskan di atas. Gambaran dari batas minyak-air
pada sistem 2 dimensi reservoir miring tersebut dapat berbentuk:

stabil

tidak stabil.

Pada kondisi stabil front bergerak pada sudut yang konstan sedangkan pada kondisi tidak
stabil front bergerak seperti lidah (tongue) dengan sudut front dengan arah aliran adalah 0
derajat. Ketiga bentuk front ini diberikan seperti gambar berikut ini dan aliran ini dikenal
pula sebagai segregated flow. Tentang segregated flow ini dan segregation drive akan
dijelaskan lebih lanjut pada Bab V: Segregation Drive.

dy

dx

Minyak

Stabil
<

Air

dx

Arah
aliran
y
x

dy

Stabil
>

=0

=0

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 26

Aliran terpisah (segregated flow) ini berdasarkan aliran incompressible yang mengikuti
persamaan Darcy dimana flux minyak dan air pada batas minyak-air adalah sama, yaitu:
uo = ut =

g sin
k k *ro p o

+ o
o x 1.0133x10 6

uw = ut =

g sin
k k *rw p w

+ w
w x 1.0133x10 6

MINYAK
Sw = Swc
So = 1 Swc

AIR
Sw = 1 - Sor
So = Sor

Pendesakan minyak oleh air di bawah


kondisi segregated flow

Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut dan menggunakan


dp c = d( o w ) =

g sin
1.0133x10 6

dy

maka didapat persamaan


k *rw

k k *rw A sin

1
=
*

6
k ro
1.0133x10 w q t

dy 1

+ 1

dx tan

atau, dapat pula dituliskan sebagai

(M 1) = G dy

+ 1
dx tan

jika
k* k*
M = rw / ro
w o
G = 4.9 x10 4

kk rw * sin
yang disebut dengan gravity number (dimensionless).
q tw

dimana:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 27

k = Permeabilitas, md
A = Luas permukaan bidang alir, ft2
= Perbedaan specific gravity fluida pendesak danyang didesak
qt = Laju alir, bbl/hari
Persamaan di atas selanjutnya dapat pula ditulis dalam bentuk:
dy
M 1 G
= tan =
tan
dx
G

Jika = 0 maka aliran tidak stabil dan ini terjadi pada G = M 1. Berdasarkan kondisi ini
dapat dicari laju aliran kritis, yaitu:
q crit = 4.9x10 4

k k *rw A sin
w (M 1)

Sedangkan, aliran akan stabil bila G > M 1 sehingga hubungan aliran stabil dan critical rate
diperoleh sebagai:
q
G = crit (M 1)
qt

Seperti pernah disinggung pada Bab III: Water Coning, bila ditinjau dari mobility ratio (M)
maka dapat dikatakan bahwa:
Jika M > 1, maka stabil bila G > M - 1 < dan tidak stabil bila G < M - 1
Jika M = 1, maka selalu stabil, =
Jika M < 1, maka selalu dan pasti stabil, >
Penentuan Kinerja Reservoir Dengan Segregated Flow

Kondisi stabil

h/tan

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 28

dicari secara geometri, dimulai pada saat BT (sebelum breaktrough NpD = WID).
N PD =

Np

Vb (1 S wc S or )

N pDBT = 1

h
= WIDBT
2L tan

Setelah BT
h ye
tan

h - ye

ye

N pD = 1

(h y e )2
2hL tan

ye2
WID = N pD +
2hL tan

Prosedur penentuan kinerja


1. Hitung G dan M
G = 4,9x10

M=

k k *rw A sin
qt w

k *rw w
k *ro o

2. Hitung sudut
M 1 G
tan =
tan
G

3. Hitung N pD BT = WIDBT

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 29

N pD BT = 1

h
2L tan

y
y
4. Tentukan NPD setelah berdasarkan 1 > e > 0 , dengan pertambahan e = 0.1 sampai
h
h

y e h = 1.0
N PD = 1

h (1 y e h )2
2L tan

h (1 y e h )2
WID = N PD +
2L tan

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 30

Contoh 1: Penentuan Kinerja Reservoir Dengan Segregated Flow


= 25o, h = 40 ft, L = 2000 ft, W = 625 ft, w = 1.04, k = 2000 mD, o = 0.81, qt = 467
bbl/hari, = 0.18, Swc = 0.20, Sor = 0.20, w = 0.5 cp, o = 2.5 cp, krw* = 0.3, kro* = 0.8

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 31

!!! WARNING !!!

THIS PAGE AND THOSE THAT FOLLOW ARE OLD VERSION


Buckley Leverett equation:

Dari conservation of mass didapat:

(q w w ) = A (S w w )
x
t
dan dijabarkan menjadi:
q df w
dx
= v Sw = t
A d S w t
dt S
w

Persamaan Buckley-Leverett

Suatu model untuk pendesakan tak tercampur (immiscible displacement)

1 dimensi

Kondisi aliran : diffuse

Diturunkan untuk aliran linier tapi bisa dikembangkan untuk aliran radial (buku Collins)

Diturunkan untuk pendesakan minyak aoleh air ttapi bisa dikembangkan untuk
pendesakan minyak oleh gas

Tinjau suatu sistem reservoir linier, minyak didesak oleh air

Total aliran

q' t = qwBw + qoBo


Sw berubah dari Sw/t menjadi (Sw + dSw)/t+dt sehingga laju peerubahan volume air dalam
volume element :
dW
Ac dx Sw
=
....................................................... (1)

dt
5.615 t x

Jika water cut pada x adalah fw, maka water cut pada x + dx adalah (fw dfw)

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 32

Maka laju alir air yang masuk volume element pada x adalah fwqt dan pada x + dx adalah
(fw dfw) qt sehingga :

dW
= ( fw dfw)q ' t fwq ' t
dt
= q ' t dfw (2)
Dari (1) & (2)
5.615q ' t dfw
Sw
(3)

Ac dx t
dt x

Jika viskositas minyak dan air konstan, makafw = f (Sw) yang berarti fungsi dari x dan t
Sw
Sw
dSw =
dx ............................................. (4)
dt +
x t
t x
x
Dari sini, kita dapat menentukan kecepatan bidang saturasi (konstan), , yaitu untuk
t Sw

dSw = 0
Sehingga (4) menjadi :
Sw
Sw
0=
dx
dt +
x t
t x

atau :

(Sw / t )x
x
=
(Sw / x)t
t Sw
Dari persamaan (3) :
5.615 q ' t (fw / x)t
x
=
Ac (Sw / x)t
dt Sw

atau :
5.615 q ' t fw
x
. (5)

=
Ac Sw t
dt Sw

Persamaan ini menggambarkan kecepatan front saturasi.


Jika total aliran konstan, maka

fw
konstan pada suatu harga Sw, sehingga dengan integrasi
Sw

persamaan (5)
x

dx =
0

5.615 q ' t fw

dt
Ac Sw Sw 0
t

atau :

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 33

x=

5.615 q ' t fw

Ac Sw Sw

Welge method:

Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 34

Anda mungkin juga menyukai