4 II Pendesakan Linier
4 II Pendesakan Linier
gy cos
1.0133x 10 6
Untuk menjelaskan hal ini lebih lanjut, tinjau situasi statik pada injeksi air ke dalam suatu
formasi yang mempunyai sudut kemiringan sebagai berikut:
pc
gz
Minyak
A
y
Sw = 1 - Sor
Swa
X
Swc
1 - Sor
z
Air
Statik yang dimaksud di sini adalah bahwa gambar tersebut memperlihatkan situasi
dimana injeksi air dihentikan pada saat bidang saturasi air Sw = 1 Sor dengan pc = 0
mencapai Titik X. Jika kurva tekanan kapiler memperlihatkan zona transisi yang jelas
seperti ditunjukkan pada gambar di atas (kanan), maka di atas Titik X saturasi akan
terdistribusi menurut kurva pc. Sebagai contoh, pada Titik A, yang berjarak y (normal
terhadap dip atau arah aliran) dari bottom formasi mempunyai tekanan kapiler:
p c (S w ) = p c p c = gy cos = gz
sehingga saturasi air pada Titik A dapat dibaca dari kurva tekanan kapiler sebesar Swa.
Jika injeksi kemudian dilanjutkan dan kemudian dihentikan kembali, maka akan
diperoleh gambar seperti di atas dengan distribusi saturasi air yang berbeda pada Titik X.
4. Pendesakan bersifat incompressible karena hanya melibatkan air sebagai fluida pendesak
dan minyak sebagai fluida yang didesak. Implikasi dari asumsi ini adalah:
q t = q w + qo
5. Pendesakan terbatas pada geometri linier dengan sumur injeksi dan produksi diperforasi
sepanjang ketebalan formasi yang didesak, tanpa memperhitungkan efek dari keberadaan
streamline (potensial konstan) di sekitar sumur, dan saturasi dianggap seragam di setiap
titik di reservoir.
6. Metode perhitungan kinerja pendesakan dikembangkan menurut salah satu dari keadaan
berikut:
Diffuse flow (menggunakan kurva fractional flow dan melibatkan metode BuckleyLeverett dan/atau metode Welge)
Yang dimaksud dengan diffuse flow adalah bahwa saturasi terdistribusi secara seragam
terhadap ketebalan. Dengan asumsi diffuse flow, maka akan memudahkan pemodelan
pendesakan dengan model satu dimensi. Dengan demikian, dapat digunakan permeabilitas
relatif yang dirata-ratakan terhadap ketebalan. Diffuse flow dapat terjadi pada dua kondisi
ekstrim yaitu:
- jika laju injeksi sangat tinggi sehingga kondisi kesetimbangan vertikal tidak terpenuhi
dan pengaruh tekanan kapiler dan gravitasi diabaikan, dan
- jika laju injeksi cukup rendah sehingga ketebalan zona transisi kapiler jauh melebihi
ketebalan reservoir dan akibatnya saturasi terdistribusi secara merata terhadap
ketebalan dan kondisi kesetimbangan vertikal dapat terpenuhi.
Dengan demikian, jika tidak terjadi salah satu dari kedua kondisi ekstrim tersebut maka
pendesakan yang terjadi berada dalam keadaan segregated flow. Kondisi segregated flow
memerlukan pemodelan dua dimensi untuk menghitung distribusi saturasi fluida secara
vertikal. Namun, dengan menggunakan cara perata-rataan saturasi pada arah normal
(tegak lurus) terhadap arah aliran, umumnya model dua dimensi tersebut dapat
disederhanakan menjadi model satu dimensi. Sebagai contoh, untuk pendesakan pada
reservoir berlapis (stratified system) seringkali model yang digunakan adalah model satu
dimensi dengan melakukan perata-rataan harga saturasi, permeabilitas relatif, dan tekanan
kapiler terhadap ketebalan (normal terhadap arah aliran).
H = zona transisi
Front
1 Sor
Sw
pc
Air
Minyak
Swc
Sw
Konsep Pendesakan Torak
Pada pendesakan torak (piston-like displacement) berlaku bahwa di daerah belakang front
mengalir hanya fluida pendesak dan di muka front hanya mengalir fluida yang didesak.
Dalam sistem pendesakan air terhadap minyak, maka saturasi di belakang dan di muka front
adalah sebagai berikut:
Di belakang front:
So = Sor
ko = 0
Sw = 1 Sor
krw = krw*
Di muka front:
Sw = Swc
krw = 0
So = 1 Swc
ko = kro*
Seperti terlihat pada gambar di bawah, harga-harga saturasi dan permeabilitas relatif tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
k rw 1 Sor = k *rw
k ro Swc = k *ro
kro*
kro
krw*
krw
1- Sor
Swc
Seperti disebutkan di atas, pada pendesakan torak, di belakang front tidak terdapat saturasi
gradient, sehingga minyak tersisa (Sor) sudah terjadi pada titik masuk. Ini berarti tidak ada
zona transisi yaitu pengaruh kapiler tidak ada (lihat gambar zona transisi kapiler di atas).
dp
uo
= o
D
dx o
D = (1 S wc Sor )
Pada batas tersebut berlaku vw = vo, sehingga
dp
dp
w = o
dx w
dx o
dp
dp
= w = M
dx o o
dx w
Perbedaan tekanan total
p = p o + p w
= (L x )
dp
dp
+x
dx o
dx w
dp
dp
= ( L x ) M + x
dx w
dx w
p
p
dp
=
=
dx w (L x )M + x ML + (1 M) x
Conductance ratio () adalah perbandingan velocity pada suatu waktu, vx, terhadap velocity
pada x = 0 (yaitu vo).
p
(L x )M + x
v
= x =
p
vo
ML
=
=
ML
ML + (1 M ) x
1
1
x
1 + 1
M L
M>1
M=1
1.0
M<1
0
xD
1.0
1 + 1 x D
M
dp
w p
= w =
D dx w
D (ML + (1 M) x )
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 5
dan v dapat digunakan untuk menentukan waktu batas minyak-air mencapai jarak x, yaitu:
v=
dx
w p
=
dt
D (ML + x (1 M ))
d =
, p = p out p in
D x
(ML + (1 M ) s ds
w p 0
t0 =
D
x2
MLx
+
(
1
M
)
0 0,
2
w p
0xL
D
x2
t=
MLx + (1 M)
2
w p
Satuan untuk persamaan waktu di atas adalah waktu t dalam det, permeabilitas k dalam
Darcy, tekanan p dalam atm, jarak x dalam cm, dan viskositas dalam cp.
Contoh 1: Pendesakan Linier Satu Dimensi
Sistem linier ini merupakan pendesakan air terhadap minyak dengan batas minyak-air
terletak pada x dimana panjang sistem linear adalah L. Tentukan waktu yang diperlukan oleh
batas minyak-air untuk mencapai jarak x = 50 m.
1
p = p2 p1
Diketahui :
krw* = 0.3, w = 0.5 cp, = 0.2, kro* = 0.8, o = 5 cp, p = -50 atm, L = 100 m, k = 0.2 D, Sor
= 0.2, Swc = 0.2,
M=
0.3 / 0.5
= 3.75
0.8 / 5
w =
k k *rw (0.2)(0.3)
=
= 0.12
0.5
w
x2
D (MLx +
(1 M ))
2
t =
w p
(5000) 2
=
(0.12)(50)
Dari persamaan t tersebut dapat dijabarkan persamaan x untuk harga t tertentu yaitu dengan
cara mencari akan kuadratis dari x menggunakan persamaan mencari akar sebagai berikut:
b b 2 4ac
x=
2a
2 w p
ML (ML) 2
(1 M ) t
D
x=
(1 M )
0.5
Formasi yang berlapis-lapis memiliki permeabilitas yang berbeda-beda. Akan tetapi tiap
lapisan memiliki D yang sama.
Lapisan i
Lapisan j
Pendesakan pada tiap lapisan terjadi pada aliran dengan M yang sama. Dengan menggunakan
persamaan letak batas pada tiap lapisan (x) untuk waktu tertentu (t). Untuk menghitung
recovery dan water-oil ratio, lapisan disusun dari permeabilitas terbesar sampai terkecil
seperti ditunjukkan pada gambar skematik di atas. Anggaplah lapisan i terjadi tembus fluida
(breakthrough), maka yang perlu diketahui (ditentukan) adalah kedudukan front pada lapisan
yang permeabilitasnya lebih kecil (lapisan j) yang belum breakthrough.
t=
x2
(1 M )
2
w p
D (MLx +
ML2 +
L2
(1 M )
2
wi
2 (1 + M )
=L
2 wi
x j2
2
wj
(1 M)
L2
(1 + M )
2 wi
x2
MLx j +
(1 M)
L2
2
=
(1 + M)
k *rw
k *rw
2 ki
kj
w
w
x2
L2 k j
(1 M ) + MLx
(1 + M ) = 0
2
2 ki
0.5
2
2 4(1 M ) L k j
(1 + M )
ML (ML) +
2
2 ki
xj=
1 M
kj
ML (ML) 2 + L2 (1 + M 2 )
ki
xj=
1 M
kj
M M 2 + (1 M 2
ki
x
=
(1 M )
Lj
0.5
0.5
qw = q j = A ju j
=
p k *rw w i
k jh j
Lw 1
Laju fluida yang didesak (minyak) berasal dari lapisan (i+1) sampai n:
n
i +1
i +1
qo = q j = A ju j
p
dp
q j = wj A j = wj wh j
ML + x j (1 M )
dx w
1
p
wh j
= k j
xj
L
w
(1 M )
M+
L
k *rw
p n
k*
q o = rw w
L i +1
w
k jh j
x
M + (1 M )
Lj
Jadi
q
WOR = w
qo
i
k jh j
j=1
k jh j
j=i +1 M + x
(1 M )
Lj
Recovery (NPD)
N PD =
i
n x
hj + hj
j =1
i +1 L j
n
hj
j =1
Prosedur perhitungan recovery didasarkan pada lapisan yang terakhir tembus air (misalnya
lapisan i). Faktor waktu yang berkaitan dengan breakthrough:
t p L(1 + M )
i
=
D
2 wi
Kedudukan front pada lapisan lain di luar lapisan i (pada lapisan yang lebih kecil
permeabilitasnya):
kj
M M 2 + (1 M ) 2
ki
x
=
1 M
Lj
0.5
x
Harga dihitung untuk j = i +1 sampai n. Berdasarkan harga tersebut dapat ditentukan
Lj
NpD
q
WOR = w
qo
qw
B
( WOR ) s = w
qo
Bo
B
( WOR ) s = ( WOR ) o
Bw
(WOR )sj + (WOR )sj+1
WOR s =
2
(W p )j+1 = (W p )j + N p (WOR )s ,
dimana Wp diukur dalam STB.
Anggapan lain yang juga penting diperhatikan adalah bahwa Sor terjadi sejak di titik masuk
dan bidang saturasi konstan tegak lurus arah aliran. Penentuan recovery pada kasus
pendesakan seperti ini didasarkan pada persamaan fractional flow dan frontal advance.
Untuk mendapatkan persamaan fractional flow, tinjau pendesakan minyak dalam reservoir
yang mempunyai kemiringan seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:
qt
qi
h
Persamaan fractional flow ini diperoleh dari persamaan Darcy yang linier, yaitu:
qo =
g sin
k k ro Ap o o
k k ro p o
=
+ o
A
o
x
o x 1.0133x10 6
qw =
g sin
k k rw Ap w w
k k rw p w
=
+ w
A
w
x
w
x 1.0133x10 6
Dengan memperhatikan
qo = qt qw
pc = po p w
maka dapat dijabarkan persamaan fractional flow sebagai berikut:
p
q
g sin
q w w + o = t o + A c
x 1.0133x10 6
k k rw k k ro k k ro
x
x
x
dan
= w o
Fractional flow pada tiap titik di reservoir didefinisikan sebagai:
fw =
qw
q
= w
qw + qo qt
k k ro p c
g sin
A
q t o x 1.0133x10 6
k
1 + w ro
o k rw
Atau dalam satuan lapangan yaitu permeabilitas dalam md, laju alir dalam bbl/hari, viskositas
dalam cp, luas penampang dalam ft2, tekanan dalam psi, = gravity, persamaan fractional
flow di atas dapat dituliskan sebagai berikut:.
1 + 1.127 10 3
fw =
k k ro p c
0.4335 sin
A
q t o x
w k ro
1+
o k rw
Pengaruh masing-masing parameter tekanan kapiler dan gravitasi pada persamaan fractional
flow adalah sebagai berikut. Berdasarkan konvensi, sudut diukur dari garis atau bidang
horizontal ke garis yang menunjukkan arah alirn. Oleh karena itu, ruas yang menyatakan efek
gravitasi pada persamaan tersebut akan positif untuk pendesakan dengan arah up dip (ke atas
dengan 0 < < ) dan negative untuk pendesakan dengan arah down dip (ke bawah dengan
< < 2)) seperti ditunjukkan oleh gambar berikut. Dengan demikian, jika parameter lainnya
dibuat sama, maka fractional flow untuk up dip lebih kecil dibandingkan dengan fractional
flow untuk down dip).
0<<
g sin
1,0133 x 10 6
positif
< < 2
g sin
1,0133 x 10 6
negatif
Sekarang tinjau harga gradient tekanan kapiler pada persamaan fractional flow di atas.
Pengaruh dari gradient tekanan pada fractional flow sebenarnya tidak terlalu jelas terlihat.
Namun, secara kualitatif dapat dijelaskan sebagai berikut. Dengan menggunakan chain rule,
maka gradient tekanan kapiler tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
p c
p c S w
=
x
S w x
Seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut, maka harga-harga kedua suku pada ruas
kanan persamaan gradient tekanan kapiler di atas adalah bernilai negatif. Dengan demikian
gradient tekanan kapiler selalu berharga positif. Akibatnya, tidak tergantung pada arah aliran
apakah mengalir ke atas (up dip) atau mengalir ke bawah (down dip), keberadaan gradient
tekanan kapiler selalu memperbesar fractional flow.
p c
<0
S w
p c
positif
x
S w
<0
x
1-Sor
-dpc
pc
dSw
Sw
Shock
front
-dSw
dx
Swf
Swc
x
Sw
Distribusi saturasi terhadap lokasi linier x, seperti ditunjukkan oleh gambar di atas (kanan),
adalah pada suatu waktu setelah dilakukan injeksi sejumlah air. Terlihat bahwa terdapat
(shock) front yang jelas, yaitu terdapat diskontinuitas saturasi air. Artinya, ada lonjakan harga
saturasi air dari harga Swc ke Swf pada lokasi yang sama. Pada lokasi shock front inilah hargaharga pc/Sw dan Sw/x mempunyai harga yang maksimum (lihat kedua gambar di atas).
Dengan demikian harga pc/x juga maksimum. Di belakang front, harga pc/x relatif kecil
sehingga dapat diabaikan dalam persamaan fractional flow.
Oleh karena itu, jika gradient tekanan kapiler diabaikan, maka jika pendesakan dilakukan
pada reservoir horizontal (dimana sin = 0), maka persamaan fractional flow menjadi jauh
lebih sederhana, yaitu:
fw =
1
k
1 + w ro
o k rw
Gambar berikut menunjukkan kurva fractional flow, yaitu plot antara fw vs. Sw. Beberapa
parameter yang tertera pada gambar tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut ini.
Sw
1.0
S wf , f w
1.0
Swf
fw
fw
Swc
Sw
1-Sor
1.0
Sw
1.0
Pada tahun 1942, Buckley dan Leverett menyampaikan apa yang dikenal sekarang sebagai
persamaan dasar untuk menjelaskan pendesakan tak tercampur (immiscible) satu dimensi.
Untuk kasus dimana air mendesak minyak, persamaan tersebut dapat digunakan untuk
menentukan kecepatan bidang saturasi konstan yang bergerak sejalan dengan proses
pendesakan. Dengan anggapan kondisi aliran diffuse, konservasi massa melalui elemen
volume Adx seperti ditunjukkan secara skematik pada gambar berikut ini menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
dx
q ww
Adx
q w w
x + dx
x + dx
q w w x q w w x + dx = Adx ( w S w )
t
(2)
(q w w )dx = Adx ( w S w )
q ww x q ww x +
x
t
(q w w ) = A ( w S w )
x
t
Dengan anggapan incompressible maka w = konstan sehingga dapat dihilangkan dari kedua
sisi:
S
q w
= A w
t
x
q w
S
= A w
x t
t x
(3)
S
f w
+ A w = 0
t
x
(4)
S
f w
+ w =0
t
x
S w
S
dx + w dt
x t
t x
Yang menjadi perhatian kita adalah gerakan dari bidang dengan saturasi konstan, sehingga
dSw = 0. Maka:
S w
S
x
= w
t x
x t t S
w
(5)
= w
x t S w x t
(6)
(3)
diperoleh:
q w S w
S
= A w
t x
S w x t
Selanjutnya, substitusi Persamaan (5):
q w S w
S
dx
= A w
x t dt S
S w x t
w
Atau
q w
x
= A
Sw t
t S
(7)
w
f w
dx
= A
dt S
S w
w
dx
dt S
=
w
q t df w
A dS w S
w
(8a)
Persamaan (8) di atas disebut dengan persamaan frontal advance atau persamaan BuckleyLeverett, yang juga dapat ditulis sebagai:
vS w =
q t f w
A S w
Sw
(8b)
Persamaan frontal advance menyatakan bahwa untuk suatu injeksi air dengan laju injeksi
konstan maka kecepatan bidang saturasi konstan berbanding lurus dengan turunan
(derivative) persamaan fractional flow yang dihitung pada saturasi tersebut. Integrasi
Persamaan (8) untuk waktu sejak injeksi dimulai, maka
x
1 df w t
q t dt
A dS w 0
Wi df w
A dS w S
w
Sw
x
Sw
(9)
dimana Wi adalah kumulatif air yang injeksikan sejak injeksi dimulai dengan asumsi bahwa
Wi = 0 pada t = 0. Dengan demikian Persamaan (9) dapat digunakan untuk memplot posisi
bidang saturasi konstan untuk waktu tertentu sejak injeksi dimulai dengan hanya menghitung
slope kurva fractional flow pada saturasi tersebut.
Namun, terdapat sedikit kesulitan untuk menentukan lokasi bidang saturasi konstan dengan
metode di atas karena bentuk kurva fractional flow yang menunjukkan bentuk S. Dengan
bentuknya yang demikian, maka plot dari slope kurva fractional flow terhadap saturasi akan
menunjukkan titik maksimum seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini (kiri). Oleh karena
itu, penggunaan Persamaan (9) untuk memplot distribusi saturasi terhadap lokasi akan
berbentuk kurva seperti ditunjukkan pada gambar yang sama (kanan). Sudah tentu profile
saturasi seperti ini tidak mungkin terjadi karena ternyata ada lebih dari satu harga saturasi
pada satu lokasi yang sama. Yang terjadi sebenarnya di reservoir adalah bahwa pada harga
dfw/dSw maksimum, yang berarti pada kecepatan maksimum, harga saturasi pada titik itu
akan mulai menutup harga saturasi yang lebih rendah sehingga terjadi saturation
discontinuity atau shock front. Dengan kata lain, persamaan (8a) dan persamaan (9) hanya
bisa digunakan pada lokasi di belakang shock front, yaitu pada lokasi dimana harga saturasi
berada pada selang:
S wf < S w < 1 S or
dimana Swf adalah saturasi shock front. Pada interval saturasi ini, umumnya gradient tekanan
kapiler dapat diabaikan sehingga persamaan fw vs Sw yang digunakan pada Persamaan (8a)
dan (9) menjadi lebih sederhana.
1-Sor
v Sw
df w
dS w
Swf
Sw
Swc
Swc
Swf 1-Sor
Sw
A
B
Perlu dicatat di sini bahwa untuk menggambarkan profil saturasi dengan benar menggunakan
persamaan Buckley-Leverett maka harus dapat ditentukan shock front (yaitu bidang
Pada tahun 1952, sepuluh tahun setelah publikasi Buckley dan Leverett, Welge menyajikan
suatu metode yang lebih baik untuk menentukan hal yang sama seperti dilakukan oleh
Buckley dan Leverett. Metode Welge ini berkaitan dengan penentuan harga saturasi rata-rata
di belakang front seperti ditunjukkan oleh gambar skematik berikut:
1-Sor
Sw
Sw
Swf
Swc
x1
x2
Situasi yang digambarkan di atas adalah pada suatu waktu tertentu, sebelum terjadi water
breakthrough di sumur produksi dengan kumulatif injeksi Wi. Pada gambar di atas, saturasi
air maksimum, Sw = 1 Sor, telah bergerak sejauh x1 dengan kecepatan yang sebanding
dengan slope kurva fractional flow seperti dijelaskan oleh Buckley-Leverett. Saturasi front
dari pendesakan, Swf, berada pada lokasi x2. Maka dengan menggunakan konsep material
balance:
W i = x 2 A(S w S wc)
atau
S w S wc =
Wi
x 2 A
1
df w
dS w S
wf
Pendesakan Linier Tak Tercampur, hal. 18
Berdasarkan gambar skematik di atas, saturasi air rata-rata di belakang front, S w , dapat pula
diperoleh dengan cara integrasi kurva profil saturasi, yaitu:
(1 Sor )x1 +
Sw =
x2
S w dx
x1
x2
x
Sw
df w
dS w S
w
sehingga
(1 Sor )
Sw =
S wf
df
df w
+ S w d w
dS w 1 S
dS w
1 S or
or
df w
dS w S
wf
df w
S w d
dS w
1 S or
wf
df w wf
= (S w
)
fw
dS w 1 S
1 S or
or
Sw =
wf
df w wf
df w
(1 Sor )
+ Sw
fw
dS w 1 S
dS w 1 S
1 S or
or
or
df w
dS w S
wf
Atau
S wf
Sw =
df w
fw
1
dS w S
S wf
wf
df w
dS w S
wf
S w = S wf
1 f
w
S wf
df w
dS w S
wf
Sehingga jika persamaan ini digabungkan dengan persamaan S w yang dihitung dengan
material balance di atas, yaitu:
S w S wc =
1
df w
dS w S
wf
Wi
x 2 A
(10)
df w
dS w S
wf
1 f
w
S wf
=
S w S wf
1
S w S wc
Secara grafis, persamaan di atas ditunjukkan oleh gambar skematik berikut. Garis singgung
dari titik Sw = Swc, fw = 0 ke kurva fractional flow mempunyai kordinat Sw = Swf, fw = f w
S
wf
dan titik potong garis singgung tersebut yang diekstrapolasi sampai fw = 1 adalah Sw = S w , fw
= 1. Oleh karena itu, dengan sendirinya, saturasi rata-rata di belakang front dapat ditentukan
jika plot fw vs. Sw tersedia untuk seluruh interval berikut:
S wc < S w < 1 Sor .
Sw
1.0
fwS
wf
fw
Swc
Swf
Sw
1-Sor
1.0
Sebelum breakthrough di sumur produksi, maka Persamaan (9) dapat digunakan untuk
menentukan posisi dari bidang saturasi air konstan untuk Swf < Sw < 1 Sor. Pada waktu
tembus air (breakthrough) dan sesudahnya, persamaan ini digunakan dengan cara yang
berbeda, yaitu untuk mengkaji pengaruh kenaikan saturasi air di sumur produksi. Dalam hal
ini, x2 = L dan Persamaan (9) dapat dinyatakan sebagai:
Wi
1
= Wid =
LA
df w
dS w S
(11)
we
1-Sor
Sw
S wbt
Sw
Sw
-dSw
dx
Swf
Swe
Swbt = Swf
Swc
0
dimana Swe adalah harga saturasi air saat itu di sumur produksi. Dengan kata lain, pada saat
breakthrough Swe = Swbt = Swf dan Wid adalah pore volume dimensionless dari air yang
diinjeksikan. Sebelum breakthrough, dengan mengingat aliran incompressible, recovery
minyak adalah sama dengan jumlah air yang diinjeksikan; tidak ada air yang terproduksikan.
Pada saat breakthrough saturasi front Swf = Swbt mencapai sumur produksi dan water cut
meningkat tiba-tiba dari nol menjadi fwbt = fw(Swf). Pada waktu tersebut Persamaan 10
dievaluasi terhadap x = L (Persamaan 11), sehingga
= Wid
N pd
bt
bt
= q id t bt = S S wc =
w bt
(12)
df w
dS w S
w bt
q id =
qi
AL
t BT =
Wid, bt
q id
Setelah breakthrough, x tetap konstan sama dengan L dan Swe dan few meningkat sejalan
dengan injeksi seperti terlihat pada gambar di atas. Setelah breakthrough tersebut, penentuan
recovery relative lebih rumit dan memerlukan penerapan persamaan Welge untuk
memperoleh saturasi rata-rata S w sesuai dengan harga saturasi pendesak pada titik keluar
(Swe), yaitu:
S w = S we + (1 f we )
1
df w
dS w S
we
(13)
Dengan mengurangkan Swc pada Persamaan (13) maka diperoleh Npd sebagai berikut:
N pd = S w S wc = (S we S wc ) + (1 f we )Wid
(PV)
(14)
Untuk menggunakan Persamaan (12) dan (14) dilakukan prosedur sebagai berikut:
1. Gambar kurva fractional flow dengan persamaan berikut:
fw =
1
k
1 + w ro
o k rw
atau
1+
fw=
k k ro p c
g sin
A
q t o x 1.0133x10 6
k
1 + w ro
o k rw
Jika perlu, masukan efek gravitasi tapi abaikan efek gradient tekanan kapiler.
2. Tarik garis singgung dari titik (Sw = Swc, fw = 0) sehingga diperoleh kordinat Sw = Swf =
Swbt, fw = fw(Swf) = fw(Swbt) dan ekstrapolasi ke fw = 1 menghasilkan S w = S wbt . Gunakan
persamaan berikut untuk mendapatkan recovery dan waktu pada saat breakthrough.
= Wid
N pd
bt
bt
= q id t bt = S S wc =
w bt
1
df w
dS w S
w bt
t BT =
Wid, bt
q id
3. Ambil Swe sebagai variabel independent. Kemudian anggap harga Swe naik, misalnya 5%
di atas Swbt. Untuk Swe > Swbt, maka kordinat titik-titik pada kurva fractional flow akan
mempunyai harga Sw = Swe, fw(Swe). Hitung saturasi rata-rata dengan:
S w = S we + (1 f we )
1
df w
dS w S
we
Untuk setiap harga Swe dan S w (yang dihitung secara grafis), maka hitung recovery
dengan
N p = S w S wc
1
df w
dSw
Swe
W id
.
q id
x2
x1
C
1.0
x3
B
fw3
fw
fw2
fw1
A
Swc
Sw1 Sw3
Sw2
Sw
1.0
Perhatikan segitiga ABC pada gambar di atas, maka relasi berikut berlaku
S w 4 S wc x1
=
f w1
1
(S w )SwF
S S wc
= min w
fw
S S wC
.
Jadi penentuan titik singgung pada grafik berdasarkan harga w
f
w
min
Contoh 1: Penentuan Kinerja Waterflood
Tinjau proyek waterflood dengan pola direct line drive seperti ditunjukkan oleh gambar
skematik berikut:
625 ft
2000 ft
Injektor
Produser
Sw
krw
kro
fw
Sw Swc
fw
0.2
0.80
0.0
0.25
0.002
0.61
0.32
1.5625
0.3
0.009
0.47
0.161
0.621
0.35
0.020
0.37
0.351
0.427
0.40
0.033
0.285
0.537
0.372
0.45
0.051
0.220
0.699
0.357
0.50
0.075
0.163
0.821
0.365
0.55
0.100
0.120
0.893
0.391
0.60
0.132
0.081
0.942
0.424
0.65
0.170
0.050
0.971
0.70
0.208
0.027
0.987
0.75
0.251
0.010
0.996
0.80
0.300
1.000
fw =
1
k
1 + w ro
o k rw
(WOR )s =
f w Bw
,
(1 f w ) B o
WOR (1 f w ) = f w
WOR = fw (WOR + 1)
fw =
(WOR )s
(1 f w )
Bo
f
= w
Bw
(WOR s ) = WOR s f w + f w
B
= f w WOR s + o
Bw
fw =
WOR
WOR + 1
Bo
Bw
WOR s
B
WOR s + o
Bw
Setelah BT
t=
Wid
Wid (PV )
cuft
=
qt
q t (5.615)x 365 cuft tahun
N pd = (S we S wc ) + (1 f we )Wid
Wid =
1
df w
dS w S
we
Segregated flow umumnya terjadi pada reservoir miring dengan bottom water. Lagi, pada
daerah yang didesak air berlaku air yang mengalir dengan krw= krw* dan pada daerah minyak
(uninvaded zone) hanya minyak yang mengalir dengan kro= kro* dengan masing-masing harga
permeabilitas relative tersebut seperti dijelaskan di atas. Gambaran dari batas minyak-air
pada sistem 2 dimensi reservoir miring tersebut dapat berbentuk:
stabil
tidak stabil.
Pada kondisi stabil front bergerak pada sudut yang konstan sedangkan pada kondisi tidak
stabil front bergerak seperti lidah (tongue) dengan sudut front dengan arah aliran adalah 0
derajat. Ketiga bentuk front ini diberikan seperti gambar berikut ini dan aliran ini dikenal
pula sebagai segregated flow. Tentang segregated flow ini dan segregation drive akan
dijelaskan lebih lanjut pada Bab V: Segregation Drive.
dy
dx
Minyak
Stabil
<
Air
dx
Arah
aliran
y
x
dy
Stabil
>
=0
=0
Aliran terpisah (segregated flow) ini berdasarkan aliran incompressible yang mengikuti
persamaan Darcy dimana flux minyak dan air pada batas minyak-air adalah sama, yaitu:
uo = ut =
g sin
k k *ro p o
+ o
o x 1.0133x10 6
uw = ut =
g sin
k k *rw p w
+ w
w x 1.0133x10 6
MINYAK
Sw = Swc
So = 1 Swc
AIR
Sw = 1 - Sor
So = Sor
g sin
1.0133x10 6
dy
k k *rw A sin
1
=
*
6
k ro
1.0133x10 w q t
dy 1
+ 1
dx tan
(M 1) = G dy
+ 1
dx tan
jika
k* k*
M = rw / ro
w o
G = 4.9 x10 4
kk rw * sin
yang disebut dengan gravity number (dimensionless).
q tw
dimana:
k = Permeabilitas, md
A = Luas permukaan bidang alir, ft2
= Perbedaan specific gravity fluida pendesak danyang didesak
qt = Laju alir, bbl/hari
Persamaan di atas selanjutnya dapat pula ditulis dalam bentuk:
dy
M 1 G
= tan =
tan
dx
G
Jika = 0 maka aliran tidak stabil dan ini terjadi pada G = M 1. Berdasarkan kondisi ini
dapat dicari laju aliran kritis, yaitu:
q crit = 4.9x10 4
k k *rw A sin
w (M 1)
Sedangkan, aliran akan stabil bila G > M 1 sehingga hubungan aliran stabil dan critical rate
diperoleh sebagai:
q
G = crit (M 1)
qt
Seperti pernah disinggung pada Bab III: Water Coning, bila ditinjau dari mobility ratio (M)
maka dapat dikatakan bahwa:
Jika M > 1, maka stabil bila G > M - 1 < dan tidak stabil bila G < M - 1
Jika M = 1, maka selalu stabil, =
Jika M < 1, maka selalu dan pasti stabil, >
Penentuan Kinerja Reservoir Dengan Segregated Flow
Kondisi stabil
h/tan
dicari secara geometri, dimulai pada saat BT (sebelum breaktrough NpD = WID).
N PD =
Np
Vb (1 S wc S or )
N pDBT = 1
h
= WIDBT
2L tan
Setelah BT
h ye
tan
h - ye
ye
N pD = 1
(h y e )2
2hL tan
ye2
WID = N pD +
2hL tan
M=
k k *rw A sin
qt w
k *rw w
k *ro o
2. Hitung sudut
M 1 G
tan =
tan
G
3. Hitung N pD BT = WIDBT
N pD BT = 1
h
2L tan
y
y
4. Tentukan NPD setelah berdasarkan 1 > e > 0 , dengan pertambahan e = 0.1 sampai
h
h
y e h = 1.0
N PD = 1
h (1 y e h )2
2L tan
h (1 y e h )2
WID = N PD +
2L tan
(q w w ) = A (S w w )
x
t
dan dijabarkan menjadi:
q df w
dx
= v Sw = t
A d S w t
dt S
w
Persamaan Buckley-Leverett
1 dimensi
Diturunkan untuk aliran linier tapi bisa dikembangkan untuk aliran radial (buku Collins)
Diturunkan untuk pendesakan minyak aoleh air ttapi bisa dikembangkan untuk
pendesakan minyak oleh gas
Total aliran
dt
5.615 t x
Jika water cut pada x adalah fw, maka water cut pada x + dx adalah (fw dfw)
Maka laju alir air yang masuk volume element pada x adalah fwqt dan pada x + dx adalah
(fw dfw) qt sehingga :
dW
= ( fw dfw)q ' t fwq ' t
dt
= q ' t dfw (2)
Dari (1) & (2)
5.615q ' t dfw
Sw
(3)
Ac dx t
dt x
Jika viskositas minyak dan air konstan, makafw = f (Sw) yang berarti fungsi dari x dan t
Sw
Sw
dSw =
dx ............................................. (4)
dt +
x t
t x
x
Dari sini, kita dapat menentukan kecepatan bidang saturasi (konstan), , yaitu untuk
t Sw
dSw = 0
Sehingga (4) menjadi :
Sw
Sw
0=
dx
dt +
x t
t x
atau :
(Sw / t )x
x
=
(Sw / x)t
t Sw
Dari persamaan (3) :
5.615 q ' t (fw / x)t
x
=
Ac (Sw / x)t
dt Sw
atau :
5.615 q ' t fw
x
. (5)
=
Ac Sw t
dt Sw
fw
konstan pada suatu harga Sw, sehingga dengan integrasi
Sw
persamaan (5)
x
dx =
0
5.615 q ' t fw
dt
Ac Sw Sw 0
t
atau :
x=
5.615 q ' t fw
Ac Sw Sw
Welge method: