Aplikasi Klinis Pengukuran Nitrit Oksida Yang Dihembuskan Pada Penyakit Paru Anak
Aplikasi Klinis Pengukuran Nitrit Oksida Yang Dihembuskan Pada Penyakit Paru Anak
Angelo Manna1, Carlo Caffarelli2, Margherita Varini2, Carlotta Povesi Dascola2, Silvia Montella1, Marco
Maglione1, Francesco Sperl1 and Francesca Santamaria1*
Ringkasan
Fraksi nitrit oksida ekshalasi (FeNO) merupakan metode non invasif untuk menilai status
inflamasi pada anak dengan penyakit saluran napas. Saat ini tersedia berbagai cara untuk
mengukur kadar FeNO. Kemungkinan untuk mengukur kadar FeNO dalam suasana kantor
bahkan pada anak, serta ketersediaan perangkat portabel komersial, dapat mendukung
penilaian FeNO secara rutin dalam praktek pediatri sehari-hari. Meskipun banyak faktor
perancu yang dapat mempengaruhi pengukurannya, kini FeNO banyak digunakan pada
penanganan anak penderita asma, dan tampaknya memberikan akurasi diagnostik yang
signifikan lebih tinggi daripada tes fungsi paru-paru maupun tes tantangan bronkial
(bronchial challenge tests). Peran FeNO pada infeksi saluran napas (misalnya bronkiolitis
akibat virus dan pneumonia yang didapat di masyarakat [CAP]), bronkiektasis, atau dalam
kasus dengan penyakit paru difus kurang jelas. Ulasan ini berfokus pada kemajuan terbaru
dan aplikasi klinis pengukuran FeNO pada penyakit paru anak.
Kata kunci: Nitrit oksida ekshalasi, Anak, Penyakit Saluran Napas, Asma, Bronkiolitis,
Pneumonia yang didapat di masyarakat, Bronkiektasis, Penyakit paru difus
Pendahuluan
Nitrit oksida (NO) merupakan mediator biologis yang disintesis oleh NO sintase (NOS),
suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi L-arginin menjadi NO dan L-citrulline. Konstitutif
isoenzim NOS meliputi neuronal NOS (NOS1) dan endotel NOS (NOS3), keduanya
diaktifkan oleh ion kalsium untuk menghasilkan sejumlah kecil NO [1]. NOS yang dapat
diinduksi (NOS2), berasal dari rangsangan inflamasi dan infeksi, menghasilkan sejumlah
besar NO yang bersifat independen terhadap masuknya ion kalsium [2]. NO pertama kali
dijelaskan sebagai pelemas otot polos vaskuler dan kemudian ditemukan dalam napas
ekpirasi hewan dan manusia [1]. Di paru, NO menentukan relaksasi otot polos,
mempengaruhi frekuensi denyut silia, sekresi lendir dan eksudasi plasma, dan terlibat dalam
neurotransmisi, regulasi aliran darah, peradangan dan proses imunitas termediasi sel (cellmediated immunity) [3]. Kadar NO lebih tinggi dalam saluran pernapasan atas dibandingkan
pada saluran pernapasan bawah, dengan konsentrasi maksimal dalam sinus paranasal,
mungkin karena aktivitas lokal NOS yang meningkat dan ventilasi yang buruk [4].
dengan gejala respirasi non spesifik terkait obesitas pada anak obese. Tentunya, meta-analisis
baru-baru ini menekankan bahwa beberapa pasien obese dengan asma mungkin mengalami
gejala respirasi yang diakibatkan oleh obesitas tanpa kriteria fisiologis objektif untuk asma,
atau merupakan persepsi gejala yang memberat [72].
Sejauh ini perbedaan antara anak dengan asma dan subjek sehat dalam pengukuran
FeNO menunjukkan akurasi diagnostik yang signifikan lebih tinggi daripada tes fungsi paru
[58,73], dan bernilai diagnostik sebanding dengan tes tantangan bronkial konvensional [57].
Bebrapa studi menunjukkan korelasi terbalik antara kadar FeNO dan uji hiperaktivitas
bronkus pada anak [58,70-76], dan hanya satu kelompok tidak mengkonfirmasi temuan ini
[77]. Namun demikian, kadar FeNO meningkatkan kemungkinan bronkokonstriksi akibat
olahraga pada anak usia sekolah penderita asma [78]. Hasil yang bertentangan ini dapat
dijelaskan dengan metode berbeda yang digunakan untuk mengukur FeNO serta dengan
heterogenitas populasi penelitian, khususnya mengenai adanya atopi dan penggunaan steroid.
Titik potong lebih diusulkan daripada nilai acuan untuk menginterpretasikan kadar
FeNO [33,34,72,79]. Pada anak, nilai FeNO kurang dari 20 ppb menunjukkan tidak terjadi
inflamasi eosinofilik, atau pada pasien dengan gejala respirasi non spesifik sebagai diagnosis
alternatif asma, harus dipertimbangkan [79]. Konsentrasi FeNO yang tinggi (>35 ppb pada
anak) secara kuat menujukkan eosinofilik pada saluran napas yang signifikan [79]. Pada
aliran ekspirasi yang tinggi, berentang antara 200 hingga 280 mL/detiks, nilai prediktif positif
dan negatif untuk FeNO >25 ppb sebagai prediktor serangan asma meningkat, masingmasing mecapai 80% and 100% [80]. Dengan demikian, kadar FeNO menengah (20-35 ppb
pada anak) menunjukkan perlunya kewaspadaan dalam etiologi gangguan saluran
pernapasan.
Tambahan, baru, aplikasi potensial dan menarik terkait FeNO pada asma adalah
"prediksi" onset asma. Tanpa adanya gejala, peningkatan kadar FeNO mungkin menunjukkan
inflamasi saluran napas subklinis yang bersifat prediktif sebagai "asma awal", terutama pada
subjek penderita alergi [81,82]. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya peningkatan respon
saluran napas terhadap sitokin Th2 pada individu alergi yang mungkin mendahului presentasi
klinis. Selanjutnya, pada remaja tanpa gejala, peningkatan FeNO dapat memprediksi
perkembangan gejala rinitis dalam periode pemantauan selama 4 tahun [83], menunjukkan
bahwa FeNO sebagai biomarker sensitif dari "pawai alergi". Temuan ini memiliki potensi
implikasi klinis dan terapi, juga karena penelitian pada hewan model menunjukkan
kemungkinan untuk memblokir induksi respon Th2, sehingga mencegah perkembangan asma
di masa mendatang [84].