Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

ASUHAN KEPERAWATAN ALL


Disusun oleh : Kelompok 1
Dayat

220112120009

Masriah

220112120043

Annisa Zaitun

220112120090

Srihatin

220112120076

Meilina Diah

220112120024

Emi Novita

220112120074

Kurniawati

220112120087

Neli Tarneli

220112120059

Amilia Destiani Sofia

220112120102

Sandra Dewi Kurnia

220112120057

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIV


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan

: Keperawatan Anak

Sub Pokok Bahasan

: Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)

Topik

: Asuhan keperawatan lanjutan di rumah pada anak dengan ALL

Sasaran

: Keluarga dengan anak ALL

PELAKSANAAN kEGIATAN
Tempat

: Poliklinik Anak RSUP Hasan Sadikin Bandung

Hari/ Waktu

: Senin/ 1 Oktober 2012

Waktu

: 30 Menit

Pemberi Materi

: Kurniawati

Tujuan Institusional
Keluarga dapat memberikan asuhan keperawatan lanjutan di rumah pada anak
dengan ALL
II; Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan, keluarga dapat mengetahui dan memahami
tentang asuhan keperawatan lanjutan dirumah pada anak dengan Acut Limfoblastik
Leukemia (ALL), sehingga diharapkan keluarga dengan anak ALL mampu
melaksanakan keperawatan lanjutan dirumah untuk meningkatkan kulitas hidup anak
menjadi semakin baik.
I;

III;

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, peserta dapat :
Melaksanakan asuhan keperawatan anak dengan ALL dirumah dalam aspek
kesehatan fisik
Melaksanakan asuhan keperawatan anak dengan ALL dirumah dalam aspek
kesehatan psikologis
Melaksanakan asuhan keperawatan anak dengan ALL dirumah dalam aspek
kesehatan sosial

Melaksanakan asuhan keperawatan anak dengan ALL dirumah dalam aspek


kesehatan spiritual

IV; Analisis Tugas

KNOW
Sasaran mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan lanjutan dalam aspek
fisik di rumah pada anak dengan ALL
Sasaran mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan lanjutan dalam aspek
psikologis di rumah pada anak dengan ALL
Sasaran mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan lanjutan dalam aspek
sosial di rumah pada anak dengan ALL
Sasaran mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan lanjutan dalam aspek
spiritual di rumah pada anak dengan ALL
DO
Sasaran bertanya mengenai materi yang telah diberikan jika terdapat hal-hal yang
kurang dimengerti atau hal-hal yang berhubungan dengan asuhan keperawatan anak
dengan ALL
SHOW
Sasaran memperhatikan selama penyampaian materi
Sasaran termotivasi untuk bertanya
Sasaran termotivasi untuk melakukan asuhan keperawatan lanjutan di rumah pada
anak dengan ALL
V;

Materi
Terlampir
Metode Pengajaran
Ceramah dan Tanya Jawab

VI;

VII; Media Pengajaran

Power Point
Leafleat
Alokasi Waktu dan Tahap Pengajaran
Apersepsi
: 3 Menit
Penjelasan Materi
: 15 Menit

VIII;

Evaluasi
Penutup
IX;

: 10 Menit
: 2 Menit

Strategi Instruksional
A; Memperkenalkan diri
B; Menggunakan media pengajaran untuk mempermudah memberi pemahaman pada
peserta didik
C; Menjelaskan materi pengajaran yang terdiri dari:
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan lanjutan pada anak dengan ALL
dalam aspek fisik dengan media power point
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan lanjutan pada anak dengan ALL
dalam aspek psikologis dengan media power point
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan lanjutan pada anak dengan ALL
dalam aspek sosial dengan media power point
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan lanjutan pada anak dengan ALL
dalam aspek spiritual dengan media power point
D; Melakukan kegiatan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
peserta didik, yaitu dengan memberikan kesempatan peserta untuk bertanya
mengenai hal-hal yang kurang dimengerti dan menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah dijelaskan.
E; Memberikan kesimpulan dari materi penyuluhan
F; Menutup penyuluhan

X; Kegiatan

Tahap
Pra Kegiatan
Apersepsi

Kegiatan

Kegiatan Pendidik

Metode

Peserta

Media

Waktu

Menyiapkan perlengkapan
Menyiapkan setting ruangan

Melakukan perkenalan
Menjelaskan tujuan

Menyimak
Menyimak

Ceramah
Ceramah

1 menit
1 Menit

pembelajaran
Menyimak
Menjelaskan cakupan materi

Ceramah

1 Menit

yang akan disampaikan


Penjelasan

Materi

Brainstroming tentang

Menguraikan

Tanya

Power

bagaimana merawat anak

pendapat

Jawab

Point

Ceramah

Power

Ceramah

point
Power

dengan ALL di rumah


Menyimak
Menjelaskan tentang konsep

Menyimak
ALL
Menjelaskan tentang asuhan

anak dengan ALL dalam


aspek psikologis
Menjelaskan tentang asuhan
keperawatan lanjutan pada

5 Menit

3 Menit

Ceramah
Power

aspek fisik
Menjelaskan tentang asuhan
keperawatan lanjutan pada

Menyimak

3Menit

point

keperawatan lanjutan pada


anak dengan ALL dalam

1 Menit

Point
Menyimak

2 Menit

Ceramah
Power
Point

Menyimak

Ceramah

anak dengan ALL dalam

Power

aspek sosial
Menjelaskan tentang asuhan

Point

1 Menit

keperawatan lanjutan pada


anak dengan ALL dalam
aspek spiritual
Evaluasi

Memberikan kesempatan/

Bertanya

mengundang pertanyaan

Jawab

Menyimak
atau komentar peserta.
Menjawab pertanyaan atau

Tanya

komentar peserta dengan

singkat dan jelas.


Meminta peserta untuk
asuhan keperawatan

Tanya

2 Menit

Menjawab

2 Menit

2 Menit
Tanya

ALL dalam aspek fisik


Meminta peserta untuk

Jawab

asuhan keperawatan

2 Menit

Jawab

lanjutan pada anak dengan

menyebutkan tentang

Jawab

Menjawab

menyebutkan tentang

Tanya

Menjawab

1 Menit

lanjutan pada anak dengan

Tanya

ALL dalam aspek psikologis


Meminta peserta untuk
menyebutkan tentang

Jawab
Menjawab

asuhan keperawatan

1 Menit

Tanya

lanjutan pada anak dengan

Jawab

ALL dalam aspek sosial


Meminta peserta untuk
menyebutkan tentang
asuhan keperawatan
lanjutan pada anak dengan
ALL dalam aspek spiritual

Penutup

Memberikan kesimpulan

Menyimak

Ceramah

1 Menit

Memberikan kontrak akhir Menyimak

Ceramah

1 Menit

dengan peserta dan


mengucapkan salam

XI;

Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana peserta memahami dan mengerti tentang materi
yang telah diberikan, peserta diberikan pertanyaan :
1; Sebutkan minimal 3 respon terhadap kemoterapi dan bagaimana cara
perawatannya?
Jawaban :
Diare. Berikan cairan per oral. Lakukan perawatan kulit pada bokong dan daerah
perineum. Pantau efektivitas obat antidiare. Hindari makanan dan buah-buahan
tinggi-selulose Beri makan sedikit tapi sering; jika mungkin beri makanan yang
disukai anak. Kurangi atau jangan berikan daging.
Anoreksia. Observasi adanya tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi). Beri
makan sedikit tapi sering yang berupa makanan lunak kaya zat gizi dan kalori.
Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak lapar.
Hindari minum sebelum makan. Tekankan pada anak bahwa makan adalah bagian
penting dalam program pengobatan.
Mulut kering. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dingin. Bentuk
makanan cair. Kunyah permen karet atau hard candy.
Mual dan muntah. Beri makanan kering. Hindari makanan yang berbau
merangsang. Hindari makanan lemak tinggi. Makan dan minum perlahan-lahan.

2;

3;

Hindari makanan atau minuman terlalu manis. Batasi cairan pada saat makan.
Tidak tiduran setelah makan.
Retensi cairan. Pantau asupan dan keluaran cairan. Timbang berat badan harian.
Bila ada anak sesak nafas (gawat pernapasan) segera dibawa ke rumah sakit. Ubah
posisi tidur anak sesering mungkin.
Hiperuremia. Pantau asupan dan keluaran. Anjurkan anak untuk banyak minum.
Lakukan perawatan kulit anak agar rasa gatal berkurang.
Demam dan menggigil. Catat frekuensi gejala. Berikan rasa nyaman dengan
memberinya selimut dan mandi hangat-hangat kuku (tepid sponge).
Sariawan (stomatitis dan ulkus mulut). Berikan rasa nyaman dengan sering
berkumur, memakai cairan pencuci mulut, dan permen yang keras.
Rambut rontok (alopesia). Persiapkan anak dan keluarga untuk menghadapi
kerontokan rambut. Yakinkan hati anak dan keluarga bahwa kerontokan rambut
tersebut hanya sementara. Siapkan anak dan keluarga tentang tumbuhnya rambut
baru yang berbeda warna dan tekstur dari rambutnya semula. Gunakan syal, topi,
atau wig sebelum rambut mulai rontok sebagai usaha untuk mengalihkan perhatian.
Sering keramas untuk mencegah cradle cap. Cegah penggunaan bahan kimia
rambut, seperti larutan pengkriting rambut yang permanen, ketika rambut tumbuh
kembali. Bantu anak memilih pakaian yang dapat meningkatkan aspek positif
penampilan anak.
Sebutkan tanda-tanda komplikasi dari penyakit ALL?
Jawaban :
Somnolens radiasi: Dimulai 6 minggu setelah menerima radiasi kraniospinal,
anak menunjukkan keletihan berat dan anoreksia selama kira-kira 1 sampai 3
minggu. Orang tua sering kali merasa khawatir tentang terjadinya kambuhan pada
saat ini dan perlu untuk diyakinkan.
Gejala SSP: Sakit kepala, penglihatan kabur atau ganda, muntah. Gejala-gejala
tersebut dapat mengindikasikan keterlibatan SSP dalam leukemia.
Gejala pernapasan: Batuk dan sesak nafas. Gejala tersebut mengindikasikan
adanya pneumosistitis atau infeksi pernapasan lainnya.
Sebukan minimal 3 bagaimana cara perawatan untuk mencegah perdarahan?
Jawaban :
Pantau adanya tanda dan gejala perdarahan.
Periksa adanya memar dan kemerahan pada kulit.
Periksa adanya mimisan dan gusi berdarah.
Jaga agar kuku tetap pendek.
Hindari penumpuan beban pada alat gerak yang sakit

4;

5;

Hindari kecelakaan dan cedera. Pastikan lingkungan ruangan termasuk barangbarang yang ada di ruangan agar benar-benar aman dan tidak berisiko mencederai
anak.
Anjurkan aktivitas bermain yang tenang.
Sebutkan minimal 3 bagaimana cara perawatan untuk mencegah infeksi?
Jawaban :
Waspadai bahwa demam dan batuk adalah tanda yang terpenting dari infeksi.
Lebih banyak pasien yang meninggal karena infeksi daripada karena penyakitnya.
Buatkan kamar protektif yang semi steril mendekati ruangan isolasi di rumah
sakit.
Minta anak memakai masker bila keluar rumah atau bersama orang lain terutama
bila sedang menderita neutropenik berat (leukosit kurang dari 1000/mm3).
Cuci tangan dengan alkohol 80%. Gunakan semprotan alkohol untuk cuci tangan
sebelum dan sesudah memegang anak.
Kurangi kontak dengan orang lain. Pada saat agranulositosis (jumlah total
neutrofil <>
Perawatan gigi dan mulut harus dikerjakan setiap hari. Setiap habis makan dan
terutama kalau mau tidur harus dilakukan sikat gigi (dengan sikat gigi yang
harus), kumur betadin dan kumur antijamur.
Setiap hari diwajibkan memeriksa kulit secara menyeluruh dari ujung rambut
kepala sampai ujung kaki. Daerah kemaluan juga harus diperhatikan, daerah
tersebut sering terabaikan dan justru di daerah itu pula sering muncul infeksi
kulit.
Makanan hygienis.
Jaga kebersihan diri anak termasuk kuku yang bersih.
Bagaimana melakukan asuhan keperawatan dirumah dalam aspek
psikologis?
Jawaban :
Berikan pendidikan kesehatan kepada anak bahwa prosedur pengobatan sangat
penting bagi peningkatan kesehatan anak. Hal ini untuk mengurangi stres
terhadap prosedur pengobatan.

Melakukan koping positif. Reaksi anak sebagian besar bergantung pada usianya,
informasi yang diberikan kepada anak, dan dampak fisik penyakit.

Berikan fasilitas permainan yang menghibur namun aman.


6; Bagaimana melakukan asuhan keperawatan di rumah dalam aspek sosial?
Jawaban :
;

Beri penyuluhan kepada anak dan keluarga mengenai penatalaksanaan


penyakit dan pengobatan termasuk konsekuensi jangka panjang baik rencana
perawatan dan finansial keluarga.
Laporakan jika orang tua menemukan gejala yang menandakan penurunan
kondisi dan yang perlu dilaporkan kepada dokter.
Berikan informasi pada anak dan keluarga tentang dukungan sosial
kemasyarakatan bagi perawatan jangka-panjang :Dukungan pihak sekolah,
Kelompok orang tua dengan permasalahan yang sama. Orangtua
membutuhkan teman senasib sepenanggungan dalam satu wadah organisasi.
Sehingga, para orangtua merasa mendapat dukungan, tidak sendirian, bisa
curhat maupun berbagi ilmu/tips dalam membesarkan buah hati mereka.
Pantau adanya gangguan dalam fungsi dan peran keluarga.
Cegah adanya isolasi sosial bagi anak. Tingkatkan peran peer-group sebagai
sumber pemdukung sosial.
7; Bagaimana Melakukan asuhan keperawatan di rumah damalam aspek
spiritual?
Jawaban :
Aspek spiritual sangat penting ditekankan agar anak dan keluarga dapat memahami
dan memaknai bahwa di balik cobaan penyakit memiliki hikmah kehidupan yang
Diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keikhlasan menerima penyakit merupakan
modal utama munculnya motivasi, harapan dan optimisme.

XII; Daftar Pustaka

Long, B.C, 1996. Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Smeltzer C. Suzannne, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa
AndryHartono, dkk.. Jakarta : EGC.
Palestin, B. 2011. Perawatan Lanjutan di rumah Pada Penderita Leukemia Anak..
http://bondankomunitas.blogspot.com/2008/03/perawatan-lanjutan-di-rumahpada.html

Lampiran Materi

Asuhan Keperawatan Lanjutan Di rumah Pada Anak Dengan


Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)

A; Pendahuluan

Leukemia merupakan jenis penyakit yang disebabkan adanya proliferasi patologis


dari sel pembuat darah atau disebabkan adanya transformasi progenitor hematopoeitik
namun bukan sebagai penyakit yang diturunkan. Tipe leukemia terdiri dari leukemia
limfositik akut (LLA), leukemia mieloblastik akut (LMA), leukemia limfositik kronik
(LLK), leukemia mielositik kronik (LMK), mielosis eritremik (ME), eritroleukemia dan
retikulosis. LLA merupakan jenis penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada
anak atau seperempat dari semua kasus keganasan pada anak dan LLA memiliki proporsi
75-85% dari semua kasus leukemia pada anak. Oleh karenanya, fokus tulisan ini lebih
banyak membahas mengenai LLA.
LLA merupakan keganasan pada sel limfoid yang ditemukan di sumsum tulang
namun dapat bermigrasi ke semua organ secara sistemik termasuk pada Sistem Syaraf
Pusat (SSP). Gejala dan tanda leukemia mencerminkan derajat supresi eritropoiesis,
trombopoiesis, leukopoiesis di sumsum tulang oleh sel leukemia dan penyebarannya di
luar sumsung tulang dapat memberikan manifestasi anemia, gangguan perdarahan,
trombosis, antikoagulasi, dan kerentanan terhadap infeksi. Gejala yang perlu diwaspadai
dan sering ditemukan pada leukemia antara lain pucat, demam yang tidak jelas sebabnya,
nyeri tulang dan pembengkakan perut. Menurut penelitian tahun 1993 di Jakarta
menunjukkan bahwa insidensi leukemia anak adalah 27,6% tiap satu juta anak berusia 114 tahun, sedangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah tercatat sejumlah 35% kasus
LLA dan 13% kasus LMA dari penderita kanker anak dalam periode tahun 2000-2004.
LLA umumnya diderita oleh anak berumur 2-10 tahun dengan puncak insidensi
pada usia 3-4 tahun, kemudian insidensinya menurun sesuai dengan perkembangan usia
namun memiliki peluang untuk muncul kembali 30 tahun setelah pengobatan LLA.
Insidensi LLA di Amerika Serikat lebih sering terjadi pada anak-anak kulit putih
daripada kulit hitam, begitu juga pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Sedangkan menurut penelitian di Inggris, insidensi LLA pada kelompok sosial ekonomi
yang berbeda tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Meskipun faktor-faktor genetik,
lingkungan, virus, dan menurunnya imunitas terkait dengan patogenesis LLA, penyebab
utama dari sebagian besar kasus masih belum diketahui secara pasti.

Menurut penelitian, anak dengan leukemia yang berusia lebih muda memiliki
harapan hidup lebih tinggi 61-77% dibanding remaja berusia 20 tahun. Kurang lebih
80% penderita dengan LLA memiliki peluang hidup lebih lama setelah mendapatkan
protokol pengobatan LLA meskipun 4060% pada kelompok tersebut bergantung pada
jenis protokol yang digunakan. Berdasarkan kewilayahan, penatalaksanaan pengobatan
dan perawatan anak dengan LLA di negara-negara maju dapat meningkatkan angka
kesembuhan (cure rate) sampai dengan 80%, sedangkan angka kesembuhan di negaranegara berkembang masih berkisar antara 10-48% karena pasien terlambat mendapatkan
pengobatan yang adekuat atau justru tidak taat menyelesaikan protokol pengobatan.
Penyebab utama hal tersebut adalah faktor latar belakang pendidikan dan tingkat
ekonomi orangtua yang kurang serta sikap tim kesehatan terhadap penatalaksanaan LLA.
Pengobatan utama LLA adalah kemoterapi yang diberikan secara kombinasi
dengan lama pengobatan dua tahun melalui beberapa fase, yaitu: fase induksi,
konsolidasi, intensifikasi dan pemeliharaan. Monitor terhadap efek samping kemoterapi
jangka pendek dan jangka panjang perlu dilakukan. Keberhasilan penatalaksanaan
leukemia anak dalam memperpanjang umur harapan hidupnya perlu sangat dipengaruhi
oleh penanganan yang komprehensif dengan upaya perawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup anak. Keterlibatan berbagai pihak dapat memberikan arti
bagi peningkatan kualitas hidup penderita LLA, antara lain: keterlibatan berbagai profesi
kesehatan, orang tua, psikolog, organisasi social penunjang, faktor risiko, pengobatan
penunjang, dan ketaatan pengobatan.
Salah satu komponen utama dalam penatalaksanaan leukemia anak adalah
perawatan lanjutan (follow-up) penderita LLA. Makalah ini akan membahas perawatan
lanjutan penderita LLA di rumah dengan menggunakan pendekatan model kualitas hidup
penderita leukemia anak.
B; Model kualitas hidup penderita LLA

Model kualitas hidup penderita LLA dikembangkan dari pemikiran bahwa dengan
semakin meningkatnya harapan hidup penderita LLA, petugas kesehatan tidak cukup
hanya berfokus pada hasil dan efektivitas pengobatan saja namun perlu
disuplementasikan intervensi perawatan yang komprehensif. Oleh karenanya, indikatorindikator dalam model kualitas hidup penderita LLA mencerminkan dampak
penatalaksanaan penderita LLA. Model di atas terdiri dari empat ranah kualitas hidup
anak penderita LLA, yaitu: (1) kesehatan fisik dan mengatasi manifestasi klinis (physical
well-being and symptoms); (2) kesehatan psikologis (psychological well-being); (3)
kesehatan sosial (social well-being); dan (4) kesehatan spiritual (spiritual well-being).
Ranah-ranah tersebut sesuai dengan berbagai publikasi mengenai dimensi kualitas hidup
penderita keganasan.

Intervensi asuhan keperawatan penderita leukemia anak di rumah menggunakan


strategi untuk menurunkan dampak penyakit leukemia sebagai stresor dan meningkatkan
resistensi klien sebagai kualitas hidupnya. Intervensi keperawatan diberikan untuk
menjaga stabilitas klien, ketersediaan sumber energi sistem, dan dukungan terhadap klien
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Intervensi keperawatan terhadap penderita
ALL dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu prevensi sekunder dan prevensi tersier.
Prevensi sekunder bertujuan untuk melakukan penatalaksa-naan berbagai
manifestasi leukemia (prompt treatment) dan mencegah/membatasi kecacatan (disability
limitation). Penatalak-sanaan manifestasi leukemia, misalnya: penatalaksanaan nyeri
nonfarmakologik; pencegahan cedera; penanganan perdarahan, anemia, gangguan
hidrasi, perubahan nutrisi, nyeri, mukositis, infeksi sekunder, dan kedaruratan onkologik;
penanganan respons terhadap tindakan kemoterapi; dan koping keluarga. Prevensi tersier
bertujuan untuk upaya rehabilitasi, pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi,
pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, dan memelihara stabilitas kesehatan
anak.
C; Intervensi keperawatan penderita leukemia anak di rumah

Intervensi keperawatan penderita leukemia anak di rumah pada prinsipnya sama dengan
penatalaksanaan perawatan akut.
1; Aspek kesehatan fisik dan mengatasi manifestasi klinis (physical well-being and
symptoms)
a. Memantau respons anak terhadap pengobatan kemoterapi.
Diare. Berikan cairan per oral. Lakukan perawatan kulit pada bokong dan daerah
perineum. Pantau efektivitas obat antidiare. Hindari makanan dan buah-buahan
tinggi-selulose Beri makan sedikit tapi sering; jika mungkin beri makanan yang
disukai anak. Kurangi atau jangan berikan daging.
Anoreksia. Observasi adanya tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi). Beri
makan sedikit tapi sering yang berupa makanan lunak kaya zat gizi dan kalori.
Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak lapar.
Hindari minum sebelum makan. Tekankan pada anak bahwa makan adalah bagian
penting dalam program pengobatan.
Mulut kering. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dingin. Bentuk
makanan cair. Kunyah permen karet atau hard candy.
Mual dan muntah. Beri makanan kering. Hindari makanan yang berbau
merangsang. Hindari makanan lemak tinggi. Makan dan minum perlahan-lahan.
Hindari makanan atau minuman terlalu manis. Batasi cairan pada saat makan.
Tidak tiduran setelah makan.

Retensi cairan. Pantau asupan dan keluaran cairan. Timbang berat badan harian.
Bila ada anak sesak nafas (gawat pernapasan) segera dibawa ke rumah sakit. Ubah
posisi tidur anak sesering mungkin.
Hiperuremia. Pantau asupan dan keluaran. Anjurkan anak untuk banyak minum.
Lakukan perawatan kulit anak agar rasa gatal berkurang.
Demam dan menggigil. Catat frekuensi gejala. Berikan rasa nyaman dengan
memberinya selimut dan mandi hangat-hangat kuku (tepid sponge).
Sariawan (stomatitis dan ulkus mulut). Berikan rasa nyaman dengan sering
berkumur, memakai cairan pencuci mulut, dan permen yang keras.
Rambut rontok (alopesia). Persiapkan anak dan keluarga untuk menghadapi
kerontokan rambut. Yakinkan hati anak dan keluarga bahwa kerontokan rambut
tersebut hanya sementara. Siapkan anak dan keluarga tentang tumbuhnya rambut
baru yang berbeda warna dan tekstur dari rambutnya semula. Gunakan syal, topi,
atau wig sebelum rambut mulai rontok sebagai usaha untuk mengalihkan perhatian.
Sering keramas untuk mencegah cradle cap. Cegah penggunaan bahan kimia
rambut, seperti larutan pengkriting rambut yang permanen, ketika rambut tumbuh
kembali. Bantu anak memilih pakaian yang dapat meningkatkan aspek positif
penampilan anak.

b. Mencegah infeksi sekunder serta memantau adanya tanda dan gejala infeksi

Waspadai bahwa demam dan batuk adalah tanda yang terpenting dari infeksi.
Lebih banyak pasien yang meninggal karena infeksi daripada karena penyakitnya.
Buatkan kamar protektif yang semi steril mendekati ruangan isolasi di rumah
sakit.
Minta anak memakai masker bila keluar rumah atau bersama orang lain terutama
bila sedang menderita neutropenik berat (leukosit kurang dari 1000/mm3).
Cuci tangan dengan alkohol 80%. Gunakan semprotan alkohol untuk cuci tangan
sebelum dan sesudah memegang anak.
Kurangi kontak dengan orang lain. Pada saat agranulositosis (jumlah total
neutrofil <>
Perawatan gigi dan mulut harus dikerjakan setiap hari. Setiap habis makan dan
terutama kalau mau tidur harus dilakukan sikat gigi (dengan sikat gigi yang
harus), kumur betadin dan kumur antijamur.
Setiap hari diwajibkan memeriksa kulit secara menyeluruh dari ujung rambut
kepala sampai ujung kaki. Daerah kemaluan juga harus diperhatikan, daerah
tersebut sering terabaikan dan justru di daerah itu pula sering muncul infeksi
kulit.
Makanan hygienis.

Jaga kebersihan diri anak termasuk kuku yang bersih.

c. Pantau adanya tanda dan gejala komplikasi

Somnolens radiasi: Dimulai 6 minggu setelah menerima radiasi kraniospinal,


anak menunjukkan keletihan berat dan anoreksia selama kira-kira 1 sampai 3
minggu. Orang tua sering kali merasa khawatir tentang terjadinya kambuhan pada
saat ini dan perlu untuk diyakinkan.
Gejala SSP: Sakit kepala, penglihatan kabur atau ganda, muntah. Gejala-gejala
tersebut dapat mengindikasikan keterlibatan SSP dalam leukemia.
Gejala pernapasan: Batuk dan sesak nafas. Gejala tersebut mengindikasikan
adanya pneumosistitis atau infeksi pernapasan lainnya.

d. Mencegah cedera yang dapat menyebabkan perdarahan

Pantau adanya tanda dan gejala perdarahan.


Periksa adanya memar dan kemerahan pada kulit.
Periksa adanya mimisan dan gusi berdarah.
Jaga agar kuku tetap pendek.
Hindari penumpuan beban pada alat gerak yang sakit
Hindari kecelakaan dan cedera. Pastikan lingkungan ruangan termasuk barangbarang yang ada di ruangan agar benar-benar aman dan tidak berisiko mencederai
anak.
Anjurkan aktivitas bermain yang tenang.

e. Pemberian nutrisi.

Tujuan diit. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan


penyakit serta daya terima anak. Mencegah atau menghambat penurunan berat
badan secara berlebihan. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare.
Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh
pasien dan keluarganya.

Syarat-syarat diet di rumah. Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki


dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi
kurang, maka kebutuhan energi menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36
kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB. Lemak
sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. Karbohidrat cukup, yaitu sisa

dari kebutuhan energi total. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B
kompleks, C dan E. Bila perlu ditambah dalam bentuk suplemen.

Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu


makan, perubahan indra kecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat
badan, dan akibat pengobatan.

Hindari makanan atau minuman yang merangsang batuk, misalnya makanan


berminyak, makanan asam, pewarna makanan, MSG.

Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan
padat, makanan cair, atau kombinasi. Untuk makanan padat dapat berbentuk
makanan biasa, makanan lunak, atau makanan lumat.

Apabila terdapat kesulitan mengunyah atau menelan. Minum dengan


menggunakan sedotan. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar
atau dingin. Bentuk makanan disaring atau cair. Hindari makanan terlalu asam
atau asin.

f. Mengatasi nyeri dengan teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik.


Beberapa teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik yang dikelompokkan
menurut umur penderita leukemia, adalah :

Toddler (anak di bawah umur tiga tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri


nonfarmakologik pada toddler, antara lain: mainan, buku cerita bergambar, musik,
pernafasan terkontrol meniup air sabun, dan stimulasi kutan: usapan, pemijatan.

Anak usia prasekolah (3-4 tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik


pada anak usia prasekolah, antara lain: mainan, buku cerita bergambar, mencari
gambar tersamar, mendengarkan musik atau dongeng melalui headset, menonton
video, imajinasi emotif-menggunakan super-hero favorit anak untuk melawan
nyeri, pernafasan terkontrol, stimulasi kutan, dan latihan perilaku menjadi akrab
dengan prosedur melalui bermain.

Anak usia sekolah (5-12 tahun). Teknik penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik


pada anak usia sekolah, antara lain: imajiner, mendengarkan musik atau dongeng
melalui headset, menonton video, bermain play-station atau video-games,
pernafasan terkontrol, stimulasi kutan, dan latihan perilaku.

g. Mencegah dan mengatasi mukositis

Hindari sikat gigi yang berbulu keras.

Hindari makanan keras yang harus dikunyah berlebihan

Hindari makanan yang asam dan pedas.

Hindari makanan yang masih panas h. Berikan cukup istirahat dan tidur

2. Aspek kesehatan psikologis (psychological well-being)

Berikan pendidikan kesehatan kepada anak bahwa prosedur pengobatan sangat


penting bagi peningkatan kesehatan anak. Hal ini untuk mengurangi stres terhadap
prosedur pengobatan.

Melakukan koping positif. Reaksi anak sebagian besar bergantung pada usianya,
informasi yang diberikan kepada anak, dan dampak fisik penyakit.

Berikan fasilitas permainan yang menghibur namun aman.

3. Aspek kesehatan sosial (social well-being)

Beri penyuluhan kepada anak dan keluarga mengenai penatalaksanaan penyakit dan
pengobatan termasuk konsekuensi jangka panjang baik rencana perawatan dan
finansial keluarga. Dampak jangka panjang kanker masa kanak-kanak: 1) Katarak.
Rujuk anak ke spesialis mata dan persiapkan untuk kemungkinan operasi katarak. 2)
Hilang pendengaran. Rujuk anak ke dokter THT dan ahli terapi wicara; persiapkan
untuk kemungkinan penggunaan alas pendengaran. 3) Fibrosis pulmonal. Anjurkan
anak mendapat vaksin flu dan perawatan segera untuk infeksi pernapasan; anjurkan
orang tua untuk menghentikan merokok. 4) Kardiorniopati, kerusakan perikardium,
aterosklerosis dini, dan aritmia ventrikular. Rujuk anak ke spesialis jantung. 5)
Enteritis dan sirosis kronis. Rujuk anak ke ahli nutrisi, mungkin diperlukan modifikasi
diet 6) Nefritisisistitis kronis. Rujuk anak ke spesialis penyakit dalam (nefrolog),
pertahankan hidrasi, dan persiapkan anak untuk kemungkinan dialisis. 7)
Skoliosis/kifosis, wajah asimetris, atau masalah pada gigi. Rujuk anak pada pelayanan
rehabilitasi dan dokter gigi; anjurkan perawatan oral yang tepat; beritahu anak untuk
menghindari permainan atau olahraga yang berat. 8) Imunosupresi yang memanjang.
Anjurkan tindakan pengendalian infeksi, beri antibiotik profilaksis, periksa
laboratorium untuk cek hitung darah, dan amati tanda-tanda infeksi. 9) Disfungsi

testis atau ovarium. Rujuk anak ke spesialis endokrin. Diskusikan terapi hormon
pengganti. 10) Hipotiroidisme atau disfungsi hipotalamus. Rujuk anak ke spesialis
endokrin dan persiapkan anak menghadapi postur tubuhnya yang pendek. 11)
Gangguan sistem saraf pusat, antara lain leukoensefalopati, neuropati perifer, dan
defek kognitif. Pantau perkembangan dan kolaborasi dengan staf sekolah dan keluarga
untuk membantu anak melakukan kemampuan yang optimal. 12) Keganasan
sekunder. Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam perawatan tindak lanjut yang
sedang berjalan untuk memantau kemungkinan keganasan sekunder.

Beri pendidikan kesehatan pada orang tua secara rinci mengenai aspek-aspek
penatalaksanaan medis untuk memantapkan ketaatan orangtua dan anak, yaitu: 1)
Proses penyakit -- tanda, gejala, komplikasi, dan aturan pengobatan. 2) Pemberian
obat -- respons terapeutik terhadap pengobatan, reaksi terhadap pengobatan yang
tidak diinginkan. 3) Prosedur pengobatanlangkah-langkah prosedur dan jadwalnya
4) Aktivitas-aktivitas yang dilarang 5) Kebutuhan alat -- perawatan dan pemeliharaan,
nomor telepon kantor yang menjual kebutuyhan alat 6) Nama dan nomor telepon
kontak untuk pemeriksaan lanjut (misalnya: rumah sakit, klinik, dokter, perawat)

Minta orang tua untuk mengidentifikasi gejala yang menandakan penurunan kondisi
dan yang perlu dilaporkan kepada dokter.

Berikan informasi pada anak dan keluarga tentang dukungan sosial kemasyarakatan
bagi perawatan jangka-panjang. 1) Dukungan pihak sekolah 2) Kelompok orang tua
dengan

permasalahan

yang

sama.

Orangtua

membutuhkan

teman

senasib

sepenanggungan dalam satu wadah organisasi. Sehingga, para orangtua merasa


mendapat dukungan, tidak sendirian, bisa curhat maupun berbagi ilmu/tips dalam
membesarkan buah hati mereka. Tidak sedikit yang mengakui, dengan ikut komunitas
seperti ini, orangtua tambah pintar dan semakin peduli. Kondisi anak-anak mereka
pun mengalami kemajuan hingga memberi harapan untuk bisa lebih baik dan lebih
baik lagi.

Pantau adanya gangguan dalam fungsi dan peran keluarga. 1) Dasari semua intervensi
pada latar belakang budaya, agama, tingkat pendidikan, dan sosial ekonomi keluarga.
2) Libatkan dukungan sosial anggota keluarga lain dalam program pengobatan dan
perawatan anak 3) Tingkatkan keutuhan keluarga agar dapat memberikan lingkungan
psikologis yang positif bagi anak.

Fasilitasi ketaatan keluarga dalam penatalaksanaan jangka panjang selama kunjungan


pemeriksaan lanjut. Tanyakan berbagai factor pendukung ketaatan pengobatan,
misalnya: ketersediaan alat transportasi, sumber-sumber financial keluarga, tingkat
motivasi.

Cegah adanya isolasi sosial bagi anak. Tingkatkan peran peer-group sebagai sumber
pemdukung sosial.

4. Aspek kesehatan spiritual (spiritual well-being)


Aspek spiritual sangat penting ditekankan agar anak dan keluarga dapat memahami
dan memaknai bahwa di balik cobaan penyakit memiliki hikmah kehidupan yang Diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keikhlasan menerima penyakit merupakan modal utama
munculnya motivasi, harapan dan optimisme.

Anda mungkin juga menyukai