Anda di halaman 1dari 19

Pengukuran Ketelitian

(Laporan Praktikum Rekayasa Proses Hasil Pertanian II)

Disusun Oleh
Kelompok 2
Ardy Setya Ansori

1114071007

Ayyesha Dara Fayola

1114071008

Diana Mustika Sari

1114071015

Karunia Putri Wulandari

1114071026

M. Rizky Zulyantoro

1114071027

Mahfudin

1114071029

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketelitian pengukuran dalam kehidupan sehari-hari atau dalam praktikum


dilaboratorium selalu kurang tepat. Pengukuran memerlukan ketelitian yang
akurat agar mendapatkan hasil yang maksimal dan mengalami keeroran yang
relatif kecil. Proses pengukuran menggunakan berbagai macam alat bantu untuk
mempermudah suatu pengukuran benda. Salah satu alat ukur yang sering
digunakan yaitu mistar atau penggaris, mistar ini mudah dicari dan didapat
disekitar lingkungan kita sehingga sangat bermanfaat untuk membantu proses
pengukuran benda.
Pengukuran benda apabila dilakukan oleh orang yang berbeda juga akan
mendapatkan hasil ketelitian yang tidak sama. Ketelitian pengukuran dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu seperti bentuk penggaris, orang yang
melakukan pengukuran, dan cara pengukurannya. Pengukuran jarak
menggunakan mistar dan merupakan alat ukur yang ketelitiannya masih kasar
sehingga memiliki erorr yang besar.
Pengukuran massa menggunakan alat ukur neraca yang sistem pengkalibrasinya
masih menggunakan cara manual sehingga dapat mengakibatkan ketelitian yang
kurang efektif di bandingkan dengan menggunakan timbangan yang sudah
menggunakan kalibrasi digital, faktor yang dapat mempengaruhi dalam ketelitian
ini yaitu penglihatan dari pemakainya untuk mengkalibrasi sehingga dapat
mengakibatkan error yang cukup tinggi dalam penimbangan bahan yang diamati.
Diameter bahan yang akan diamati juga berpengaruh pada proses tenggelamnya
bahan kedalam air yang sudah ditentukan dalam suatu wadah yang akan dipakai
sebagai parameter perhitungan waktu.
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui nilai error
pada pengukuran massa, panjang, dan waktu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan
alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Dalam fisika dan teknik, pengukuran
merupakan aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian
dunia-nyata. Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda
atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur terkenaerror peralatan yang
bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
dinamakan metrologi (Bangkit,2014).

Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan sesuatu lain yang
sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Hasil pengukuran selalu mengandung dua
hal, yakni: kuantitas atau nilai dan satuan (Karim, 2014).

2.2 Besaran dan Satuan


Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan
angka dan mempunyai satuan. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu
itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu dapat diukur
atau dihitung , dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai, dan
mempunyai satuan. Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi
maka sesuatu itu tidak dapat dikatakan sebagai besaran.
Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2
macam yaitu :

Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena


diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh
adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur
dengan menggunakan neraca.
Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:

Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan


kesepatan para ahli fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7
macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus
Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran
pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran
langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan
terlebih dahulu.

Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok.


Besaran ini ada banyak macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari
besaran pokok massa, panjang dan waktu. Volume (meter kubik) diturunkan
dari besaran pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan mempunyai ciri
khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung,
mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.

- Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan.


Dalam hal ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal
kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.

Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap


besaran mempunyai satuan masing-masing, tidak mungkin dalam 2 besaran yang
berbeda mempunyai satuan yang sama. Apa bila ada dua besaran berbeda
kemudian mempunyai satuan sama maka besaran itu pada hakekatnya adalah
sama. Sebagai contoh Gaya (F) mempunyai satuan Newton dan
Berat (w) mempunyai satuan Newton. Besaran ini kelihatannya berbeda tetapi
sesungguhnya besaran ini sama yaitu besaran turunan gaya(Abdul, 2014).

2.3 Angka Penting


Jumlah angka penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan indikator
tingkat ketelitian pengukuran yang dilakukan. Semakin banyak angka penting
yang dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin teliti.
Aturan-aturan Angka Penting, yaitu:
1.

Semua angka bukan nol adalah angka penting.


2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka
penting.
3. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang
ditulis di belakang koma desimal termasuk angka penting.
4. Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal adalah
bukan angka penting.

Untuk membulatkan angka-angka penting, ada beberapa aturan yang harus kita
ikuti:
a.

Angka kurang dari 5, dibulatkan ke bawah (ditiadakan)

b.

Angka lebih dari 5, dibulatkan ke atas


c. Angka 5, dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan
bila angka sebelumnya genap (Karim, 2014).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 13 Maret 2014 pukul 08.00
10.00 WIB, di Laboratorium RBPP Jurusan Teknik Pertanian Universitas
Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
- Neraca digital
- Gelas ukur 1000 ml
- Penggaris
- Stopwatch
- Alat tulis
- Kamera
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
- Kedelai dengan berbagai ukuran
- Air
- Meja

3.3 Prosedur
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
a. Pengukuran Massa
- Diasiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Dipilih kedelai berukuran besar (A) sebanyak 8 biji dan kedelai
-

berukuran kecil (B) sebanyak 8 biji


Ditimbang massa dari masing-masing kedelai
Dicatat hasilnya

b. Pengukuran Waktu
- Diasiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Dipilih kedelai berukuran besar (A) sebanyak 8 biji dan kedelai
-

berukuran kecil (B) sebanyak 8 biji


Kedelai dimasukkan ke dalam air dengan volume 1000 ml
Dihitung waktu jatuh kedelai ke dasar gelas ukur
Dicatat hasilnya

c. Pengukuran Panjang
- Diasiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Diukur panjang meja pada sebelah kanan dengan menggunakan mistar
- Pengukuran diulang sebanyak 6 kali
- Dilakukan pengukuran pada sisi lain meja sebanyak 6 kali
- Dicatat hasilnya

a.
b.
c.
d.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

e.
f.
g.

4.1 Hasil Pengamatan

h.
i.

Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:


a. Pengukuran Massa
j.

k.

No
m.

n.

1
p.

q.

(gr)
0,2

o.

0,1

r.

0,1

u.

0,
0851

946
w.
z.

5
ab.

ac.

6
ae.

af.

0,2

x.

0,1

1237
aa.
0,

0,2

1179
ad.
0,

0,2

0764
ag.
0,

0,1

1338
aj.
0,

846
065
035

0,
0987

205

ai.

0,
1425

927

4
y.

7
ah.

t.

3
v.

l.

(gr)

2
s.

777

0,

1037
ak.

b. Pengukuran Waktu
al.

am.

No
ao.

(sekon)
ap.
2,8

1
ar.

as.

an.

(sekon)
aq.
2,54

3
2,8

at.

2,93

2
au.
3
ax.
4
ba.

0
av.

aw.

3,05

2,5

az.

2,38

2,5

bc.

2,40

2,5

bf.

3,00

2,7

bi.

3,03

2,9

bl.

2,83

3
ay.
0
bb.

5
bd.

be.

6
bg.

bh.

7
bj.

2,6

0
6
5
bk.

8
6
bm.
c. Pengukuran Panjang
bn.

bo.

No
bq.

(cm)
br.
25

(cm)
bs.
2

1
bt.

0
bu.

25

50,5
bv.
2

25

48,8
by.
2

2
bw.

0,5
bx.

3
bz.

bp.

0,3
ca.

4
cc.

cd.

5
cf.

cg.

50
25

cb.

25

50,3
ce.
2

25

50,1
ch.
2

0,5
0,7

6
ci.

0,5

50

cj.
ck.

4.2 Hasil Perhitungan

cl.

Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

cm.
No
cv.

cn.
cw.

Penguk
uran
Massa

cs.
cx.

co.
A

Error
ct.

0,20

cy.

cp.
B

Tar

af (%)
0,11 cz.

1.
da.
2.
df.
3.
dk.

db.
dg.

Waktu

0,01
dc.

Panjan

0,1
dh.

2,7

0,02
dd.

2,8

de.

50

250,4

0,2
di.

250,0

dj.

25

0,2

0,4

dl.
dm.

4.3 Pembahasan

dn.

Pengukuran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka. Praktikum ini melakukan
pengukuran terhadap massa, waktu dan panjang benda dan mengukur error yang
terjadi. Pengukuran dilakukan berulang kali untuk menghindari ketidakpastian
nilai atau error. Pada pengukuran massa dilakukan sebanyak delapan kali dan
diketahui bahwa error yang terjadi sebesar 0,01 pada bahan A dan 0,02 pada
bahan B. Saat dilakukan perhitungan pada pengukuran massa, garis antara bahan
A dan B tidak berhimpitan, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa bahan A dan B
berbeda sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa bahan A > B.
do.

Pada pengukuran waktu menggunakan hipotesis bahwa A > B karena

massa bahan A lebih tinggi dibandingkan massa bahan B, sehingga waktu


jatuhnya akan lebih cepat bahan A. Pada pengukuran didapatkan error pada
pengukuran waktu bahan A sebesar 0,1 dan pada bahan B sebesar 0,2. Setelah
dilakukan perhitungan error dan taraf, diketahui bahwa taraf kedua bahan tersebut
sebesar 50%, apabila suatu taraf lebih ber dari 10 % maka kedua bahan tersebut
dapat dikatakan sama yaitu A = B. Selisih waktu yang terjadi pada bahan A dan B
sangat kecil hingga dapat dikatakan sama.
dp.

Pada pengukuran panjang pada kedua sisi meja terdapat error dalam

pengukuran yaitu sebesar 0,2 pada sisi A dan 0,4 pada sisi B, serta nilai taraf
25% setelah dilakukan perhitungan. Berdasarkan taraf yang lebih besar dari 10%
dapat dinyatakan bahwa A = B, hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan
bahwa A = B.
dq.

dr.
ds.
dt.
du.

BAB V. KESIMPULAN

dv.
dw.
dx.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:
dy.
1. Pada pengukuran massa kedelai error yang terjadi pada bahan A sebesar
0,01 dan pada bahan B sebesar 0,02 dan massa A > B.
2. Pada pengukuran waktu jatuh kedelai dalam air, error yang terjadi sebesar
0,1 pada bahan A dan sebesar 0,2 pada bahan B. Taraf error pada bahan A
dan b sebesar 50 %, maka A = B.
3. Pada pengukuran panjang meja, error yang terjadi pada sisi A sebesar 0,2
dan pada bahan B sebesar 0,4. Taraf error pada bahan A dan B yaitu 25 %,
maka A = B.

dz.
ea.
eb.
ec.

DAFTAR PUSTAKA

ed.
ee.
ef.
eg.

Abdul Wahab. 2008. Besaran dan Satuan. Diakses dari


http://alljabbar.wordpress.com/2008/03/05/besaran-dan-satuan/. Tanggal
27 Maret 2014

ei.

Bangkit, I. H. 2009. Pengukuran. Diakses dari


http://bangkititahermawati.wordpress.com/. Tanggal 27 Maret 2014

eh.
ej.
ek.
el.

Karim, I. 2009. Pengukuran Dasar. Diakses dari


http://ismailkarim86.wordpress.com/?s=pengukuran+dasar. Tanggal 27
Maret 2014

em.
en.
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
ex.
ey.

ez. LAMPIRAN
fa.
fb.

fc.

1. Perhitungan
fd.
Diketahui:
a. Pengukuran Massa
fe.

ff.

No
fh.

fi.

1
fk.
2
fn.

fl.

fj.

fo.

fu.

0,1

1425
fm.
0,

0,1

0851
fp.
0,

0,2

0987
fs.
0,

0,1

1237
fv.
0,

0,2

1179
fy.
0,

0,2

0764
gb.
0,

0,1

1338
ge.
0,

946
205
846
fx.
065
ga.
035
gd.

B
(gr)

927

4
ft.

7
gc.

0,2
3

fr.

6
fz.

fg.

(gr)

3
fq.

5
fw.

777

0,

1037
gf.

b. Pengukuran Waktu
gg.

gh.

No
gj.

(sekon)
gk.
2,8

1
gm.

3
gn.

2
gp.

gq.

3
gs.
4
gv.

gi.

(sekon)
gl.
2,54

2,8

go.

2,93

2,6

gr.

3,05

2,5

gu.

2,38

2,5

gx.

2,40

2,5

ha.

3,00

2,7

hd.

3,03

0
3
gt.
0
gw.

5
gy.

0
gz.

6
hb.

hc.

7
he.

5
hf.

2,9

hg.

2,83

8
6
hh.
c. Pengukuran Panjang
hi.

hj.

No
hl.

(cm)
hm. 25

(cm)
hn.
2

1
ho.

0
hp.

25

50,5
hq.
2

25

48,8
ht.
2

25

50
hw.
2

25

50,3
hz.
2

25

50,1
ic.
2

2
hr.

hk.

0,5
hs.

3
hu.

0,3
hv.

4
hx.

0,5
hy.

5
ia.

ib.

0,7

6
id.
ie.

0,5
50
Ditanya: error...?
Jawab:

a. Pengukuran Massa
if.

|X|

ig.

N
o

il.

= |Xn - Xrerata|
ii.
ih.
im.

1
ir.

ik.

A XA ij.
0 in.
0 io.

B XB
0 ip.
0

,23
,02874
,1425
,03228
0 is.
0 it.
0 iu.
0

iq.

,1927
,00856
,0851
,02513
iw.
0 ix.
0 iy.
0 iz.
0

iv.

,1946
,00666
,0987
,01153
jb.
0 jc.
0 jd.
0 je.
0

ja.

,2205
,01924
,1237
,01348
jg.
0 jh.
0 ji.
0 jj.
0

jf.

,1846
,01666
,1179
,00768
jl.
0 jm.
0 jn.
0 jo.
0

jk.

,2065

,00524

,0764

,03383

jq.

0 jr.

0 js.

0 jt.

jp.

,2035
,00224
,1338
,02358
jv.
0 jw.
0 jx.
0 jy.
0

ju.
jz.

8 ,1777
,02356
,1037
,00653
J ka.
1 kb.
0 kc.
0 kd.
0

umlah
,6101
,1109
,8818
,154
ke.
R kf.
0 kg.
0 kh.
0 ki.
0
erata
kj.
kk.
kl.
km.

,20

,01

,11

,02

Error: A= 0,20 0,01 dan B= 0,11 0,02


A

0,19
kn.
ko.
kp.
kq.

0,21
B
0,09

0,13

Karena garis A dan B tidak berhimpit maka A dan

B berbeda.
kr.
ks.
kt.
ku.
kv.
kw.
kx.
b. Pengukuran Waktu
ky. |X|
kz.

= |Xn - Xrerata|

N
o

lb.
la.
lf.

le.

lj.

A X| A lc.
2 lg.
0 lh.

ld.

B X| B
2 li.
0

,83 ,13875
,54
,23
lk.
2 ll.
0 lm.
2 ln.
0
lp.

,8 ,10875
2 lq.
0 lr.

,93
,16
3 ls.
0

lo.

,63 ,06125
,05
,28
lu.
2 lv.
0 lw.
2 lx.
0

lt.

,5 ,19125
,38
,39
2 ma.
0 mb. 2 mc.
0

lz.
ly.

,5

,19125

,4

,37

me.
md.

mi.

mh.

mj.

,56 ,13125 mg.


2 mk. 0 ml.

mo.

,75 ,05875
,03
,26
2 mp. 0 mq. 2 mr.
0

mn.
ms.

2 mf.

3
,23
3 mm. 0

8
,96 ,26875
,83
,06
J mt.
2 mu. 1 mv.
2 mw. 1

umlah
1,53
,15
2,16
,98
mx. R my.
2 mz.
0 na.
2 nb.
0
erata
,7
,1
,8
nc.
nd. Error: A= 2,7 0,1 dan B= 2,8 0,2
ne.
A 2,6
nf.
B 2,6
ng.
nh.

Taraf=

ni.

nj.
nk.

,2
2,8
3,0
(2,82,6)
100
(3,02,6)
0,2
100
0,4

= 50 %
Karena taraf antara A dan B sebesar

50% maka A dan B dapat dikatakan tida berbeda atau sama.


c. Pengukuran Panjang
nl.

|X|

nm.

no.
nn.
ns.

nr.

nw.

ob.

= |Xn - Xrerata|
|

A X| A np.
2 nt.
0 nu.

nq.

B X| B
2 nv.
0

50,0
nx.
2 ny.

,4
50,5
0 nz.
2 oa.

,6
1

oc.

50,5
2 od.

,1
48,8
0 oe.
2 of.

,1
0

oh.

50,3
2 oi.

,1
50,0
0 oj.
2 ok.

,1
0

og.

50,5
om. 2 on.

,1
50,3
0 oo.
2 op.

,4
0

ol.

50,7
or.
2 os.

,3
50,1
0 ot.
2 ou.

,2
0

oq.

,1

,1

50,5

50,0

ov.

J ow.

1 ox.

umlah
502,5
pa.
R pb.
2 pc.
erata
pf.

50,4

1 oy.

1 oz.

,1
499,7
0 pd.
2 pe.

,3
0

,2

,4

50,0

pg.

Error: A=250,4 0,2 dan B = 250,0 0,4

ph.

250,2

250,6

pi.

B 249,6 250,4

pj.
pk.

Taraf=

pl.

pm.
pn.

(250,4250,2)
100
(250,4249,6)
0,2
100
0,8

= 25 %
Karena nilai taraf dari A dan B > dari

10% maka A=B.


po.
pp.

2. Gambar

pq.
pr.

Pendekatan Value Clarification Technique Sebagai

Upaya Menanamkan Nilai-Nilai Kewirausahaan

Anda mungkin juga menyukai