Anda di halaman 1dari 11

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Roti


Roti sebagai panganan alternatif yang mengandung karbohidrat semakin
berkembang di Indonesia. Roti merupakan panganan yang praktis sehingga dapat
dikonsumsi saat sarapan maupun waktu selingan saat beraktifitas. Roti mampu
memenuhi kecukupan gizi dengan cara yang singkat dan mudah didapat sehingga
disukai oleh masyarakat di era globalisasi ini.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nasution (2006)
mengenai Analisis Strategi Pemasaran Roti Unyil pada Perusahaan Roti Venus di
Kota Bogor, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan aktifitas
pembangunan di berbagai bidang membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih
praktis dan efisien termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hal
tersebut berdampak pada adanya perubahan konsumsi masyarakat dimana jenis
makanan instan dan siap saji menjadi alternatif yang dipilih. Perubahan konsumsi
yang terjadi salah satunya adalah peningkatan konsumsi makanan yang diolah dari
tepung terigu, yaitu roti.
Nusawanti (2009) memaparkan bahwa roti merupakan produk makanan
yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang
lainnya kemudian dipanggang. Roti pada awalnya dihasilkan melalui bahan dan
cara pembuatan yang sederhana, yaitu gandum yang digiling menjadi terigu murni
dan dicampur air kemudian dibakar di atas batu panas. Namun dengan
berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih bervariasi baik dari segi ukuran,
penampilan bentuk, tekstur, rasa, dan bahan pengisiannya. Hal ini dipengaruhi
oleh perkembangan pembuatan roti yang meliputi aspek bahan baku, proses
pencampuran, dan metode pengembangan adonan.
Roti merupakan makanan pokok pendamping sebagai pengganti nasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2006) mengenai Analisis
Strategi Pemasaran Industri Kecil Roti dan Kue (Studi Kasus Toko Ibu Ratna Roti
dan Kue), masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota besar lebih memilih roti
sebagai makanan pokok pendamping dibandingkan jagung, ketela, ubi jalar, atau
sagu. Hal ini dikarenakan sebagai bahan makanan olahan, roti memiliki nilai gizi
yang tinggi dan lebih lengkap dibanding yang lain. Selain itu, roti juga lebih

praktis, memiliki banyak variasi, harganya relatif terjangkau, mudah diperoleh,


dan lebih mengenyangkan. Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Gizi,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, diketahui bahwa dibandingkan
dengan 100 gram nasi putih atau mie basah, maka 100 gram roti akan memberikan
energi, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, dan besi yang lebih banyak.
Komposisi gizi roti apabila dibandingkan dengan nasi dan mie basah dapat dilihat
di Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mie Basah6
Zat Gizi
Satuan
Roti Putih Roti Cokelat
Nasi
Mie Basah
Energi
kkal
248
249
178
86
Protein
gr
8,0
7,9
2,1
0,6
Lemak
gr
1,2
1,5
0,1
3,3
Karbohidrat
gr
50,0
49,7
40,6
14,0
Kalsium
mg
10
20
5
14
Fosfor
mg
95
140
22
13
Besi
mg
1,5
2,5
0,5
0,8
Vitamin A
SI
0
0
0
0
Vitamin B1
mg
0,1
0,15
0,02
0
Vitamin C
mg
0
0
0
0
Air
gr
40
40
57
80
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (2002)

2.2. Variasi Roti


Brownies merupakan salah satu variasi dari roti yang termasuk ke dalam
golongan cake, yaitu jenis roti yang rasanya manis dengan tambahan rasa tanpa
menggunakan isi. Delfani dalam Nasution (2006) memaparkan bahwa terdapat
lima jenis variasi roti, yaitu:
1) Bakery
Bakery merupakan jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigum
mentega, telur, susu, dan ragi. Jenis roti ini biasa diisi dengan cokelat, keju,
srikaya, selai buah, kelapa, pisang, fla, daging sapi atau ayam, dan sosis. Bakery
memiliki bentuk yang beragam seperti bulat, lonjong, keong, gulung, sampai
dengan bentuk-bentuk hewan.

http://banabakery.wordpress.com/2008/06/30/roti-lebih-baik-dari-nasi-dan-mie/ [diakses tanggal


20 Januari 2012]

2) Roti Tawar
Roti tawar ialah salah satu jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu,
mentega, telur, susu, dan air. Roti ini biasanya tanpa diisi dengan bahan tambahan
lain serta memiliki bentuk kotak, panjang, dan tabung.
3) Cake
Cake adalah jenis roti yang memiliki rasa manis dengan tambahan rasa
(essense) rhum, jeruk, atau cokelat. Bahan dasarnya antara lain tepung terigu,
telur, susu, mentega, serta tanpa menggunakan isi. Jenis roti ini dibagi menjadi
spikuk, roll tart, zebra cake, fruit cake, brownies, muffin, tart cake, cake siram,
dan caramel.
4) Pastry
Pastry merupakan salah satu jenis roti kering yang dapat berupa kue sus,
grem, dan croissant. Roti ini dapat diisi dengan kacang, keju, cokelat, daging
ayam dan sapi, sosis, fla, atau tidak diisi apapun.
5) Donat
Donat adalah jenis roti tawar atau manis yang proses pematangannya
dengan cara digoreng atau dipanggang. Roti ini dikenal dengan bentuknya yang
khas yaitu terdapat lubang pada bagian tengahnya. Ada beberapa jenis donat yang
sudah dikenal secara umum, antara lain donat siram, donat keju, donat meisses,
donat kacang, dan donat isi.
2.3. Pengertian Brownies
Brownies merupakan kue khas Amerika yang pertama kali dikenal pada
tahun 1987. Seorang koki di Amerika yang sedang membuat cake cokelat lupa
memasukkan baking powder sehingga terciptalah cake bantat yang tidak
mengembang namun lezat rasanya. Kegagalan membuat cake ini justru
menciptakan jenis cake baru yang menjadi terkenal hingga sekarang. Tekstur
brownies dianggap unik karena seperti persilangan antara cake dengan cookies
yang renyah. Pada tahun 1907, Maria Willet Howard dalam Lowneys Cook Book
memunculkan resep Brownies dengan ekstra telur dan cokelat batangan. Menurut
situs The Amazing of Brownies, resep brownies pertama kali diterbitkan pada
tahun 1897 dalam Sears, Roebuck Catalogue. Pertama kali resep ini dibukukan di

The Boston Cooking School Cook Book oleh Fannie Merritt Farmer pada edisi
1906.
Nama brownies sendiri diambil karena cake tersebut dominan berwarna
cokelat pekat (brown), ditambah lagi karena bahan bakunya juga terdiri dari aneka
cokelat seperti dark chocolate, cokelat pasta, dan cokelat bubuk. Dalam
perkembangannya, banyak sekali brownies dengan aneka kreasi dan rasa yang
variatif. Penampilannya pun lebih cantik dan mengundang selera walaupun tidak
meninggalkan ciri khas asli brownies yang kaya akan rasa cokelatnya. Variasi
tersebut biasanya dengan menambah topping di atasnya seperti krim keju,
chocolate ganache, marshmellow, chocolate chip, atau taburan aneka jenis
kacang-kacangan.
Brownies tergolong jenis kue yang memiliki indeks glikemik tinggi artinya
dengan mengonsumsi brownies, gula darah dapat cepat naik sehingga sesaat
setelah mengonsumsi brownies badan akan lebih segar. Brownies juga
mengandung vitamin yang cukup lengkap seperti vitamin C, thiamin, riboflavin,
niasin, asam pantotenat, vitamin B6, dan vitamin B12. Komposisi angka
kecukupan gizi untuk setiap 100 gram brownies dapat dilihat pada Tabel 6.
Brownies dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu brownies panggang dan
brownies kukus. Berdasarkan penelitian dari Saragih (2011), secara umum tidak
terdapat perbedaan diantara keduanya. Perbedaannya terletak pada kandungan
kadar air di dalamnya. Brownies kukus memiliki kadar air yang lebih tinggi
dibanding brownies panggang sehingga memiliki daya simpan yang lebih rendah.
Apabila ditinjau dari segi rasa, brownies panggang lebih gurih. Namun, dari segi
kesehatan, brownies kukus lebih aman karena tidak terbentuk radikal bebas akibat
proses pemanggangan. Meskipun demikian, kekhawatiran berlebih terhadap
konsumsi brownies panggang tidaklah perlu. Hal ini dikarenakan secara alami
manusia juga selalu memproduksi radikal bebas di dalam tubuhnya. Selama
jumlah radikal bebas di dalam tubuh masih dalam batasan yang terkendali, maka
tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

Tabel 6. Komposisi Angka Kecukupan Gizi per 100 gram Brownies7


Komponen Gizi
Satuan
Kadar
Air
gr
2,80
Energi
kkal
434,00
Protein
gr
4,00
Lemak
gr
14,00
Karbohidrat
gr
76,60
Kalsium
mg
19,00
Besi
mg
1,99
Magnesium
mg
40,00
Fosfor
mg
82,00
Kalium
mg
219,00
Natrium
mg
303,00
Seng
mg
0,64
Tembaga
mg
0,27
Mangan
mg
0,35
Selenium
mcg
2,60
Vitamin C
mg
0,30
Thiamin
mg
0,16
Riboflavin
mg
0,16
Niasin
mg
1,88
Asam pantotenat
mg
0,13
Vitamin B6
mg
0,01
Asam folat
mcg
35,00
Vitamin A
IU
11,00
2.4. Penelitian Terdahulu
Referensi melalui penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber
informasi yang dapat dijadikan acuan bagi penelitian ini. Hal yang dikaji dalam
penelitian terdahulu diantaranya ialah produk yang diteliti, periode pembangunan
investasi, alat analisis yang digunakan, tingkat diskonto yang digunakan,
penetapan umur usaha, asumsi aspek finansial, dan indikator perubahan pada
analisis sensitivitas.
Proses pemasaran produk olahan roti salah satunya dilakukan melalui
restoran. Death by Chocolate (DBC) merupakan restoran yang mengusung
panganan berbasis cokelat dalam menunya, antara lain brownies. Heidyningsih
(2009) melakukan penelitian mengenai kelayakan usaha Death by Chocolate di
Kota Bogor, Jawa Barat. Analisis kelayakan berdasarkan produk agribisnis tidak
hanya dilakukan pada produk brownies. Penelitian terdahulu menunjukkan
7

http://www.asiamaya.com/nutrients/brownies.htm [diakses tanggal 20 Januari 2012]

berbagai macam produk agribisnis yang telah diteliti kelayakan usahanya, antara
lain jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah, kerupuk rambak, dan
yoghurt. Produk agribisnis tersebut memiliki kesamaan karakteristik dengan
brownies yaitu produk olahan yang telah siap untuk dikonsumsi. Napitupulu
(2009) melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan
sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Lokasi penelitian dilakukan di CV.
Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat. Oktafiyani (2009)
melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk
rambak dengan membandingkan penggunaan bahan baku kulit sapi dan kulit
kerbau. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal,
Jawa Tengah. Syafrul (2010) meneliti tentang analisis kelayakan usaha pembuatan
yoghurt di Perusahaan Dafarm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Periode pembangunan investasi setiap perusahaan berbeda-beda. Hal ini
tergantung dari lamanya waktu yang diperlukan untuk membangun investasi
sebelum

kegiatan

operasional

usaha

dilakukan.

Heidyningsih

(2009)

menggunakan tahun ke-0 sebagai tahun pembangunan investasi. Hal ini


dikarenakan pembangunan investasi restoran Death by Chocolate (DBC) relatif
lama sehingga diasumsikan investasi dibangun selama tahun ke-0. Penelitian
Napitupulu (2009), Oktafiyani (2009), dan Syafrul (2010) menggunakan tahun
pertama untuk pembangunan investasi usaha. Pada penelitian mengenai analisis
kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery ini, peneliti
menggunakan tahun pertama sebagai tahun pembangunan investasi usaha.
Investasi yang digunakan dalam usaha ini tidak memerlukan periode yang lama
untuk membangunnya. Oleh karena itu, investasi dilakukan pada tahun pertama
usaha.
Pada dasarnya, tidak terdapat perbedaan mengenai alat analisis yang
digunakan dalam penelitian mengenai studi kelayakan bisnis. Alat analisis yang
digunakan ialah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Penelitian terdahulu yang
dijadikan referensi pada penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama.
Namun, terdapat perbedaan pada salah satu kriteria investasi yang digunakan,
yaitu payback period. Penelitian Oktafiyani (2009) menggunakan metode

discounted payback period dalam penentuan periode pengembalian investasi.


Penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and
Bakery ini menggunakan metode yang sama yaitu discounted payback period
untuk menentukan periode pengembalian investasi. Penggunaan metode ini
ditujukan untuk mengetahui perbandingan manfaat yang diperoleh usaha di masa
mendatang dengan nilai uang saat ini. Oleh karena itu, nilai manfaat bersih yang
digunakan merupakan manfaat bersih yang telah didiskonto.
Tingkat diskonto dalam penelitian terdahulu memiliki nilai yang berbedabeda. Hal ini didasarkan melalui sumber permodalan yang digunakan dalam
pengembangan usaha. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heidyningsih
(2009), sumber permodalan pada restoran DBC berasal dari modal sendiri. Oleh
karena itu, tingkat diskonto yang digunakan sebesar tujuh persen dari tingkat suku
bunga deposito tahun 2009. Napitupulu (2009) menggunakan tingkat diskonto
sebesar 14 persen karena sumber modal diperoleh melalui pinjaman kepada Bank
Jabar Banten. Tingkat diskonto yang digunakan dalam penelitian Oktafiyani
(2009) ialah sebesar 8,38 persen. Nilai ini didasarkan pada tingkat suku bunga
deposito bank yang terdekat dengan pengusaha, yaitu Bank Rakyat Indonesia
(BRI) serta modal usaha berasal dari modal sendiri. Syafrul (2010) menggunakan
tingkat diskonto sebesar 6,5 persen. Nilai ini diperoleh melalui tingkat suku bunga
deposito rata-rata Bank Indonesia (BI) pada bulan November 2009 karena usaha
ini dijalankan melalui modal sendiri. Pada penelitian mengenai analisis kelayakan
pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery ini, tingkat diskonto yang
digunakan ialah rata-rata BI rate pada bulan Februari 2012 hingga Maret 2012
pada skenario usaha I. Tingkat diskonto pada skenario usaha II dan III ialah
opportunity cost of capital (OCC) berdasarkan rata-rata tertimbang antara BI rate
dan tingkat suku bunga pinjaman BRI selama Februari 2012 hingga Maret 2012.
Hal ini dikarenakan modal yang digunakan dalam skenario usaha II dan III berasal
dari pinjaman bank.
Umur bisnis ditetapkan melalui dasar yang berbeda-beda. Pada penelitian
Heidyningsih (2009), umur bisnis yang digunakan ialah selama sepuluh tahun
berdasarkan umur ekonomis peralatan yang digunakan perusahaan. Umur bisnis
pada penelitian Napitupulu (2009) didasarkan pada usia bangunan yaitu selama

sepuluh tahun. Umur ekonomis bangunan digunakan sebagai dasar penetapan


umur bisnis karena bangunan merupakan investasi yang memerlukan biaya
terbesar setelah lahan. Oktafiyani (2009) menentukan umur bisnis berdasarkan
umur ekonomis investasi terlama, yaitu bangunan. Umur bisnis yang digunakan
ialah sepuluh tahun. Penelitian Syafrul (2010) menggunakan umur bisnis selama
sepuluh tahun. Hal ini didasarkan pada umur ekonomis mesin inkubator dan
mesin pasteurisasi. Umur ekonomis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
ialah 10 tahun. Hal ini berdasarkan pada umur ekonomis mixer sebagai peralatan
produksi yang paling krusial dalam usaha Elsari Brownies and Bakery.
Analisis aspek finansial dapat menggunakan berbagai macam asumsi dan
skenario usaha. Penentuan asumsi pada aspek finansial akan turut memengaruhi
perhitungan pada analisis laba rugi dan laporan arus kas. Penelitian yang
dilakukan oleh Napitupulu (2009) menggunakan asumsi bahwa pada tahun
pertama dan kedua CV. WPIU berproduksi sebesar 70 persen dari kapasitas yang
ingin dicapai. Hal ini dilakukan pada tahun-tahun awal produk yang dihasilkan
dipasarkan di supermarket sehingga produk belum dikenal konsumen secara luas.
Pada tahun ketiga hingga tahun kesepuluh, CV WPIU telah melakukan kegiatan
produksi sebesar 100 persen karena telah memiliki pengalaman dan produk telah
dikenal di pasaran.
Oktafiyani (2009) melakukan perbandingan antara pembuatan kerupuk
rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi dan kerbau. Analisis finansial
dari penelitian ini menggunakan asumsi bahwa pada tahun pertama dan kedua
masing-masing berproduksi sebesar 50 persen dan 70 persen. Hal ini dikarenakan
usaha masih dalam tahap pengenalan produk kepada konsumen sehingga usaha
membatasi jumlah produksinya. Pada tahun ketiga hingga kesepuluh, jumlah
produksi telah mencapai 100 persen.
Penelitian yang dilakukan oleh Syafrul (2010) menggunakan dua skenario
usaha. Analisis kelayakan finansial skenario I mengacu pada kondisi usaha saat
ini dimana usaha belum berproduksi dengan memanfaatkan kapasitas maksimal
mesin produksi. Nilai tersebut diasumsikan konstan hingga umur usaha berakhir.
Pada analisis finansial skenario II, jumlah input produksi setiap bulannya

meningkat 16 persen dari skenario I dan diasumsikan konstan hingga akhir umur
usaha.
Penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha Elsari
Brownies and Bakery menggunakan tiga skenario usaha. Pada skenario usaha
satu, proses analisis kelayakan dilakukan dengan mengacu pada kondisi
perusahaan saat ini. Asumsi yang digunakan ialah kegiatan produksi sudah
berjalan dengan optimal sehingga jumlah produksi tetap hingga akhir umur usaha.
Pada skenario usaha dua dan tiga, asumsi yang digunakan ialah adanya
peningkatan produksi sebesar 50 persen pada tahun pertama dan kedua
pengembangan usaha serta peningkatan produksi sebesar 100 persen pada tahun
ketiga hingga akhir umur usaha.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan pada faktorfaktor yang akan memengaruhi biaya dan manfaat. Perubahan-perubahan yang
dimaksud berbeda tergantung dari pengalaman masing-masing perusahaan.
Analisis sensitivitas pada penelitian Heidyningsih (2009) berdasarkan pengalaman
perusahaan, yaitu perubahan harga output sebesar tujuh persen, peningkatan harga
input sebesar tujuh persen, dan perubahan penurunan produksi sebesar lima
persen.
Syafrul (2010) melakukan analisis sensitivitas terhadap usaha pembuatan
yoghurt. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan dari
usaha pembuatan yoghurt dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada.
Perubahan biasanya terjadi pada faktor-faktor produksi seperti kenaikan biaya
bahan baku dan penurunan penjualan. Berdasarkan pengalaman perusahaan, usaha
ini pernah mengalami penurunan penjualan sebesar 36,57 persen. Nilai tersebut
berasal dari jumlah penjualan terkecil dalam satu bulan dibandingkan dengan nilai
rata-rata penjualan per bulannya. Biaya bahan baku juga memiliki pengaruh dalam
komponen biaya usaha. Biaya bahan baku terbesar adalah biaya pembelian susu
segar. Kenaikan harga susu segar pernah mengalami peningkatan sebesar 12,5
persen. Penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku tersebut memerlukan
analisis sensitivitas untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan secara finansial.
Analisis sensitivitas juga dilakukan pada penelitian mengenai analisis
kelayakan pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery ini dengan

didasarkan pada pengalaman perusahaan. Perubahan yang pernah dialami


perusahaan ialah penurunan penjualan sebesar 3,85 persen, peningkatan harga
telur sebesar 14 persen, dan peningkatan harga BBM sebesar 33,33 persen.
Analisis nilai pengganti atau switching value merupakan variasi analisis
sensitivitas yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan
maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir
sehingga usaha masih layak untuk dijalankan. Penelitian Napitupulu (2009)
menggunakan analisis nilai pengganti untuk melihat perubahan maksimal pada
faktor-faktor yang memengaruhi biaya dan manfaat agar usaha masih dapat
dikatakan layak untuk dijalankan. Analisis nilai pengganti dilakukan pada
perubahan faktor-faktor yaitu kenaikan harga gula pasir, kenaikan harga botol jus,
penurunan penjualan jus, dan penurunan penjualan sirup. Analisis terhadap
variabel harga gula pasir dan botol jus dilakukan karena memegang proporsi yang
besar dalam biaya usaha. Analisis penurunan penjualan jus dan sirup dilakukan
karena persaingan yang terjadi di dalam industri semakin ketat dan produk tidak
lagi berada dalam tahap pertumbuhan dalam siklus hidup produk. Dengan
demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan
terhadap usaha.
Oktafiyani (2009) melakukan analisis switching value untuk mengetahui
perubahan maksimal pada variabel yang berpengaruh dalam usaha. Variabel yang
dianalisis dalam switching value ialah variabel yang dianggap signifikan
memengaruhi usaha. Dalam penelitian ini variabel yang akan dianalisis yaitu
jumlah produksi dan biaya bahan baku. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan
penurunan penjualan produk sebagai akibat penurunan produksi. Selain itu, usaha
ini juga sangat bergantung pada kulit sapi dan kerbau sebagai bahan baku utama
dan lemak sebagai bahan baku penolong yang memiliki harga fluktuatif di pasar.
Penelitian terdahulu yang dilakukan di lokasi yang sama dengan penelitian
ini juga dijadikan acuan dalam perolehan informasi. Rahmanto (2010) meneliti
tentang strategi pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal
perusahaan Elsari serta merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi
Elsari.

Hasil

penelitian

memberikan

rekomendasi

untuk

menjaga

dan

mempertahankan usaha. Strategi yang paling sesuai dengan Elsari adalah strategi
intensif yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan kondisi
perusahaan,

sebaiknya

perusahaan

melaksanakan

restrukturisasi

sistem

manajemen perusahaan untuk mengatasi kelemahan sumberdaya perusahaan,


seperti tenaga pemasar dan keterbatasan peralatan, dan strategi meningkatkan
diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk mengatasi persaingan
sebagai solusi masalah eksternal perusahaan.
Penelitian yang dilakukan adalah analisis kelayakan usaha Elsari
Brownies and Bakery pada kondisi saat ini atau tanpa pengembangan usaha
dengan pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru. Kelebihan dari
penelitian yang dilakukan adalah adanya penambahan inovasi dari peneliti untuk
melengkapi gerai baru Elsari dengan counter penjualan kopi sebagai salah satu
rencana pengembangan usaha. Selain itu, terdapat perbedaan alat analisis yang
akan dipakai dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Penelitian
terdahulu menggunakan metode payback period untuk menentukan periode
pengembalian investasi sedangkan penelitian ini menggunakan metode discounted
payback period. Hal ini dikarenakan analisis dengan menggunakan payback
period memiliki kelemahan, yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of
money) dan diabaikannya cash flow setelah periode payback (Nurmalina et al
2009). Oleh karena itu, pemakaian metode discounted payback period dapat
menjadi solusi untuk mengurangi kelemahan pertama. Menurut Umar (2007),
nilai discounted payback period diperoleh melalui nilai investasi dikurangi saldo
nilai tunai bersih sekarang dengan tingkat diskonto yang berlaku. Nilai tunai
bersih yang digunakan adalah nilai yang telah di diskon dengan tingkat suku
bunga yang berlaku.
Penelitian atas nama Rahmanto (2010) memiliki kesamaan lokasi dengan
penelitian yang akan dilakukan. Namun, perbedaannya ialah topik yang akan
dianalisis.

Rahmato

(2010)

mengadakan

penelitian

mengenai

strategi

pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery sedangkan penelitian yang akan
dilakukan terfokus pada analisis kelayakan rencana pengembangan usaha Elsari
Brownies and Bakery.

Anda mungkin juga menyukai