Bahan Ajar k3
Bahan Ajar k3
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat
berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja
secara maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
6
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
(Simanjuntak, 1994).
Menurut Sumamur pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada
tahun 2001 Sumamur memperbaharui pengertian dari keselamatan kerja yaitu rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Mangkunegara (2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai
ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan
pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar
dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat
Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.
Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja. Keselamatan kerja
dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan.
Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan
selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini.
Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana
pekerjaan itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek,
antara lain :
sehat
tercermin
dari
cara
seseorang
dalam
3.
Selain pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kesehatan
yaitu Parkins (1938) mendefinisikan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan seimbang
yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya. Hal yang sama diutarakan oleh sedangkan Pepkins (1978)
menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara
bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi
gangguan dari luar. Sedangkan menurut White (1977) menjelaskan bahwa sehat adalah
suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun
atau tidak ada tanda tanda suatu penyakit dan kelainan.
Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain karena pekerja adalah
penggerak atau aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus maksimal dan sehat
agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan ILO/WHO (1995) bahwa
kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh
10
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan
diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
jabatannya.
Sumamur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai : Spesialisasi
dalam
ilmu
kesehatan/kedokteran
beserta
prakteknya
yang
bertujuan
agar
11
menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisikondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan
kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya
(cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang
yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Prasetyo,
2009).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara
(2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
13
14
1. Luka-luka
disebabkan
kecelakaan
2. Kecelakaan disebabkan
15
5. Kebiasaan yang
buruk menyebabkan
cedera
4. Kesalahan manusia
disebabkan oleh
lingkungan atau
diperoleh dari kebiasaan
menghasilkan
barang
dan
jasa
yang
diharapkan
dapat
memperoleh
mencapai suatu sasaran tertentu. Kegiatan atau tugas yang dilaksanakan pada proyek
berupa pembangunan/perbaikan sarana fasilitas (gedung, jalan, jembatan, bendungan dan
sebagainya) atau bisa juga berupa kegiatan penelitian, pengembangan. Dari pengertian di
atas, maka proyek merupakan kegiatan yang bersifat sementara (waktu terbatas), tidak
berulang, tidak bersifat rutin, mempunyai waktu awal dan waktu akhir, sumber daya
terbatas/tertentu dan dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Pengertian proyek dalam pembahasan ini bidatasi dalam arti proyek konstruksi, yaitu
proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan)
Proyek konstruksi menurut Soetrisno (1985) adalah setiap usaha yang
direncanakan sebelumnya yang memerlukan sejumlah pembiayaan seta penggunaan
masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam waktu tertentu
juga.
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya dilakukan
satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu yang pendek.
Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut, biasanya terdapat suatu proses
yang berfungsi untuk mengolah sumber daya proyek sehingga dapat menjadi suatu hasil
kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan (Soeharto, 2001).
Sedangkan menurut Gould (2002) mendefinisikan proyek konstruksi sebagai
suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan
sumber daya baik biaya, tenaga kerja, material, dan peralatan. Proyek konstruksi
dilakukan secara detail dan tidak berulang
Dari pengertian dan batasan di atas, maka dapat dijabarkan beberapa karakteristik
proyek sebagai berikut :
1. Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai (awal proyek dan
waktu finish (akhir proyek) sudah tertentu.
17
2. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan produk
rutin/berulang (Pabrikasi).
3. Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di awal
sedikit, berkembang makin banyak, menurun dan berhenti.
4. Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, tahapan perancangan
dan pelaksanaan).
5. Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga beragam pula.
6. Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah ditetapkan,
tidak dapat sembarang tempat.
7. Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan bahan,
alat, tenaga dan metoda pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan harus
memenuhi prosedur persyaratan tersebut.
serempak
dengan
penyerahan
prasarana-prasarana
pembangunan pemukiman ini dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah
mewah, dan rumah susun. Di Indonesia pengawasan di bawah Sub Dinas Cipta
Karya.
3.
kerja
khusus
untuk
sektor
konstruksi,
yaitu
Peraturan
19
lanjut
dikeluarkannya
Dalam
rangka
terjaminnya
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
pada
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
masing-masing Nomor Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
Tingginya kecelakaan kerja yang banyak terjadi pada proyek konstruksi bisa
menyebabkan dampak secara langsung terhadap perusahaan dan penyedia jasa. Maka
sangatlah penting adanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek
konstruksi. Dampak yang terjadi berupa kerugian yang akan dialami oleh perusahaan
yang tidak menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja , meskipun sudah dikeluarkan
suatu peraturan perundang undangan oleh pemerintah akibat kelalaian dalam
pelaksanaan K3.
yang mungkin timbul sehingga pada akhirnya juga sulit untuk memprioritaskan tindakan
tindakan pencegahan dan peralatan yang digunakan. Maka Rijanto membuat sebuah
penilaian (assessment) yaitu tingkat kemungkinan ( Probability ) dan tingkat keparahan
(Hazard effect) yang diakibatkan oleh kecelakaan yang terjadi.
Tabel 1. Tingkat Kemungkinan (Probability)
HIGH
Suatu kejadian yang terjadi berulang ulang (setiap hari, setiap shift) dan
diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah.
Kemungkinannya lebih dari 1 dalam 10 kejadian
MEDIUM Suatu kejadian yang sering terjadi tetapi dengan kekerapan yang lebih
jarang (setiap bulan, kwartal) dan diidentifikasikan sebagai sesuatu yang
dapat menimbulkan masalah. Kemungkinannya 1 dalam 10 sampai dengan
1 sampai 1000 kejadian, kadang kadang terjadi
LOW
Suatu kejadian yang sangat jarang terjadi (setiap tahun atau bahkan
kurang) tetapi tetap
VERY
HIGH
Fatal banyak
Kerusakan besar fasilitas > $5000.000
Pencemaran lingkungan 1000-10.000 bbl cairan
HIGH
Fatal tunggal
Kerusakan besar fasilitas > $ 500000-$ 5000.000
Pencemaran lingkungan 100 bbl cairan
MEDIUM
Cacat permanen
Kerusakan besar fasilitas > $ 100000 - $ 5000.000
Pencemaran lingkungan 15 -100 bbl cairan
LOW
Cedera ringan
Kerusakan besar fasilitas > $ 10.000 - $ 100.000
Pencemaran lingkungan 1-15 bbl cairan
Menginjak, terantuk
4. Terjepit,
5. Gerakan berlebihan
6.
7.
8.
mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah diatur, merugikan terhadap manusia, dan
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Menurut Haris (2008), jenis jenis
kecelakaan dapat diklasifikasikan seperti diagram berikut :
23
First Aid
Berdasarkan tingkat
keseriusan akibat
Minor Accident
Medical Aid
Serious Accident /
Lost Time
Accident (LTA)
Light Duty
Fatality Accident
Gambar 2. 2 Jenis kecelakaan menurut Haris (2008)
Bentuk kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi bermacam-macam dan
merupakan dasar dari penggolongan atau pengklasifikasian jenis kecelakaan. Macam
macam kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut Thomas
(1989) yaitu:
Terbentur (struck by)
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak atau ditampar
sesuatu yang bergerak atau bahan kimia. Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak
kendaraan, benda asing misal material.
Membentur (struck against)
Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena ataubersentuhan
dengan beberapa objek atau bahan-bahan kimia.Contohnya: terkena sudut atau bagian
yang tajam, menabrak pipapipa.
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggike tingkat yang
lebih rendah. Contohnya jatuh dari tangga atau atap.
Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level)
Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir, tersandung,
jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain)
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti
mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan di luar batas
kemampuan.
Terkena aliran listrik (electrical contact)
Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan
alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.
Terbakar (burn)
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak dengan percikan,
bunga api, atau dengan zat kima yang panas
Sedangkan kasus yang terjadi di Indonesia umumnya terjadi karena lemah nya
pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya tenaga kerja dalam mematuhi
ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas dan kualitas alat perlindungan diri di
proyek konstruksi.
25
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yangmemiliki risiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebabutama kecelakaan kerja pada
proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek
konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi
cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang
tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih.Ditambah dengan
manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah,akibatnya para pekerja bekerja dengan
metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi.
26
dalam
bekerja,
misalnya:
suara
bisingyang
system
pengamanan
yang
tidak
sempurna,
kondisi
penerangan yang kurang mendukung, saluran udara yang tidak baik dan
lain-lain.
28
sehat dan selamat (safety and health culture) dimana setiap anggotanya menampilkan
perilaku aman dan sehat (Milyandra, 2009).
Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk dapat
mewujudkan terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja. Menurut
Abdurrahmat Fathoni (2006:106) seluruh tenaga kerja harus mendapat pendidikan dan
pelatihan serta bimbingan dalam keselamatan dan kesehatan kerja dengan ketentuan yang
dibuat sebagai berikut :
1. Mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja para pegawai.
2. Menerapkan program kesehatan kerja bagi para pegawai.
3. Menerapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja pegawai.
4. Membuat prosedur kerja.
5. Membuat petunjuk teknis tentang pelaksanaan kerja termasuk penggunaan
sarana dan prasarananya.
Menurut Sumamur (1981) cara pencegahan terjadinya kecelakaan pada proyek
konstruksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang antara lain
sebagai
berikut :
a. Membuat daftar resiko kecelakaan yang mungkin terjadi disetiap item pekerjaan
misalnya pada pekerjaan galian tanah akan memungkinkan terjadi kelongsoran
tanah, pekerja terkena cangkul, sehingga diketahui upaya pencegahanya seperti
pembuatan tembok sementara dari bamboo untuk menahan tanah serta memasang
rambu-rambu hat-hati pada lokasi galian tanah
b. Melakukan penyuluhan kepada pekerja dengan cara membuat jadwal sebelumnya
seperti waktu pagi hari sebelum bekerja dapat dibunyikan suara speaker Selamat
bekerja, gunakan alat pelindung diri, hat-hati dalam bekerja karena keluarga
menunggu dirumah atau kata-kata lain yang dapat mengingatkan setiap pekerja
proyek untuk berhati-hati dalam bekerja.
30
pekerjaan
atau
pengalihan
aktifitas
pekerjaan
pada
upaya
2. Sepatu Kerja
32
33
6. Sabuk Pengaman
34
35
Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan mineral dan logam, minyak bumi
dan gas alam; dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, laut
dan udara; dikerjakan bongkar muat barang muatan di pelabuhan laut, bandar udara,
terminal, setasiun kereta api atau gudang; dilakukan penyelaman dan pekerjaan lain di
dalam air; dilakukan pekerjaan di ketinggian di atas permukaan tanah; dilakukan
pekerjaan dengan tekanan udara atau suhu di bawah atau di atas normal (ekstrem);
dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;dilakukan pekerjaan
dalam tangki, sumur atau lubang dan ruang tertutup; dilakukan pembuangan atau
36
pemusnahan sampah atau limbah; dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagibagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak dan air;
Dilakukan pekerjaan di dekat atau di atas air. Penggunaan alat pelindung diri
merupakan cara terakhir pengendalian bahaya setelah bentuk pengendalian teknis dan
administratif telah dilakukan. Penggunaan alat pelindung diri disesuaikan dengan potensi
bahaya dan jenis pekerjaan. Berdasarkan identifikasi potensi bahaya, pengusaha atau
pengurus menetapkan tempat kerja wajib menggunakan alat pelindung diri.
Lokasi wajib menggunakan alat pelindung diri harus diumumkan tertulis dalam
papan pengumuman di tempat kerja tersebut sehingga dapat dibaca oleh pekerja atau
orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.
1.
2.
3.
Alat pelindung diri telah rusak dan tidak dapat berfungsi dengan baik karena
dipakai bekerja
37
2. Slogan-Slogan K3
yang
tertera dalam slogan K3 mengingatkan kepada para pekerja yang membacanya. Pekerja
38
yang melihat spanduk slogan K3 akan tersentuh hatinya untuk menjalankannya seperti
kata yang tertera dalam slogan tersebut
2.9.2 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Setiap aktivitas/ proses pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja mengandung
resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja (ringan sampai dengan berat), berbagai upaya
pencegahan dilakukan supaya kecelakaan tidak terjadi. Selain itu, keterampilan
melakukan tindakan pertolongan pertama tetap diperlukan untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu di setiap tempat kerja harus
memiliki petugas P3K (First Aid),
40
41
2. Jika tulang belakang yang patah, korban hanya boleh diusung dengan hati-hati
dalam posisi terbaring di atas alas keras.
3. Untuk patah tulang rahang, angkatlah rahang bawah hingga gigi atas dan bawah
bersatu, lalu diikat dan dibawa ke dokter.
4. Untuk patah tulang tangan atau kaki, gunakan tongkat atau setumpuk Koran guna
menyangga, dan balutlah sebelum memperoleh pertolongan dokter.
7. Terkilir
43
1. Penolong mengetahui apakah penderita masih bernapas atau tidak. Tindakan ini
dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu LDR (Lihat,Dengar,Rasakan
hembusan nafas korban).
2. Bila sulit bernapas/bahkan tidak bernapas segera cari bantuan/telepon ambulance.
lakukan pemeriksaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan atau tidak(pangkal
lidah, muntahan, kotoran dalam mulut.)
3. Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan adalah membebaskan jalan napas
dengan menarik lidah ke luar, mengeluarkan benda asing dalam rongga mulut
(gunakan kedua jari)
Penanganannya :
1. Maka harus dilakukan pemberian pernapasan buatan dari mulut ke mulut
(mouth-to-mouth) dan kompresi dada.
Baringkan penderita dalam posisi terlentang. Buka mulut penderita dengan
cara menguakkan rahangnya. Jaga agar selama dilakukan pernafasan buatan
mulut selalu dalam keadaan terbuka. Tutup lubang hidung penderita. Tiup
mulut penderita dan lepaskan mulut anda dari mulut penderita serta
perhatikan apakah mulut penderita mengeluarkan kembali udara yang anda
tiupkan. Jika tidak, periksa sekali lagi barangkali masih terdapat sesuatu yang
menghalangi pernafasan di dalam mulut penderita. Berikan 2x napas bantuan
44
2. Pijat Jantung
Lakukan pengurutan/pijat jantung. Letakkan kedua telapak tangan anda dalam
posisi saling bertumpuk di bagian paling bawah dada penderita. Tekan dengan
telapak tangan bawah sedalam kurang lebih 5 cm. Ulangi tekanan. Lakukan
dengan rasio 30:2 (30 kompresi/pijat : 2 tiupan nafas buatan)
Selain itu, bermacam-macam usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan kerja diperusahaan-perusahaan atau tempat-tempat kerja, yaitu dengan
membuat dan mengadakan:
1. Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang berhubungan
dengan syarat-syarat kerja umum, perencanaan, konstruksi, perawatan,
pengawasan, pengujian dan pemakaian peralatan industri, kewajiban
pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan kesehatan kerja, pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) dan pengujian kecelakaan.
2. Standarisasi : menyusun standar-standar yang bersifat resmi, setengah
resmi atau tidak resmi yang berhubungan dengan konstruksi yang aman
dari peralatan industri, keselamatan dan kesehatan kerja, atau alat-alat
pelindung diri.
3. Pengawasan
8.
misalnya
menanamkan
pengertian dan
kesadaran
memberikan
insentif
keuangan
untuk