Anda di halaman 1dari 27

PERBANDINGAN LAMPU TL (TUBE LAMP)

PERBANDINGAN LAMPU TL (TUBE LAMP)


BALAST TRAFO VS BALAST ELEKTRIK VS LED
Halo .
Kali ini saya akan membandingkan lampu TL (Tube Lamp) atau
yang biasa disebut Lampu Neon.
Mengapa lampu TL?
saat ini lampu jenis ini banyak digunakan karena output
cahayanya lumayan terang
Mari kita kenali dulu jenis ballast pada lampu TL dan TL LED.
Apa itu balast conventional?
sering disebut Trafo neon, yang digunakan sebagai driver lampu
TL yang system kerjanya secara induksi atau electromagnetic
Apa itu ballast elektronik (EBB)?
balast lampu TL yang system kerjanya dengan High Frekwensi
(HF). prinsip kerjanya mengubah arus AC 220Volt ke DC ,
kemudian mengubah kembali arus DC ke arus AC frekwensi tinggi
dengan voltage rendah untuk mendrive lampu TL itu sendiri
Penampakan ballast elektronik
Apa itu TL LED?
TL LED diciptakan untuk mengganti lampu TL/Neon
konvensional yang mengandung mercury dan BOROS ENERGI.
LED (light emiting diode) merupakan pengembangan dari sejenis
semi konduktor, TL LED biasanya mengaplikasikan LED type SMD
Nah.. mari kita bandingkan mengenai konsumsi daya, luminance
flux /tingkat pencahayaan dan yang terpenting adalah COST.
Untuk menguatkan hasil perbandingan terlebih dahulu mari kita
lihat hasil tes konsumsi daya masing-masing lampu..

Pertama kita tes TL 36watt dengan ballast conventional/trafo

hasilnya
ampere meter menunjukan angka 0,3A REEL!!!!!
pada body tertera 0,39A
karena hanya decimal Cuma satu digit hanya tertera 0.3 pada
kenyataannya sampai 0,35A
sebelumnya saya pernah uji 10 unit lampu TL dengan ballast trafo
mendapatkan hasil 3,5A, namun kali ini saya tidak bisa tes terkait
ballast trafo tersebut sudah saya ganti dengan ballast EBB
Sekarang mari kita hitung konsumsi daya yang sesungguhnya
REEL!!!!

0,35 x 220V = 77watt


ASTAGA!!!!!!!
PADAHAL TERTULIS CUMA
36WATT!!!!!!!!
Mengapa bisa?
hal ini disebabkan karena system kerja ballast trafo adalah
dengan induksi atau elektro magnetik, sehingga energi terbuang
menjadi panas, ballast trafo memakan daya diluar kebutuhan TL
nya

Berikut hasil tes beban 15set lampu TL 36watt dengan


ballast EBB Philips pada lampu penerangan showcase
dairy
hasilnya.. 2Ampere REEL!!!
ini artinya per lampu Cuma 2A/15 = 0,14A
padahal pada body ballast EBB tertulis 0,16A
Sekarang mari kita hitung konsumsi daya yang sesungguhnya
REEL!!!!

0,14 x 220V = 30watt

Dan untuk TL LED mohon maaf belum bisa saya tes secara reel,
terkait barangnya belum tersedia. tapi konsumsi daya biasanya
reel sesuai sfeknya.
Tingkat pencahayaan lampu TL dengan ballast travo dan ballast
EBB 2200lumen
Sedangkan lampu TL LED 18 yang memiliki ukuran sama dengan
TL 36watt menghasilkan rata-rata 1600lumen (tergantung merk)

Kenapa TL 36watt dibandingkan dengan TL LED 18watt


sedangkan kekuatan sinarnya jelas berbeda?
oleh Pabrikan TL LED 18watt diklaim menghasilkan sinar sama
dengan TL 36watt dan diciptakan memang untuk mengganti TL
konvensional 36watt, hal ini sah saja karena sudut pencahayaan
(beam widh) TL konvensional 360o sedangkan TL LED memiliki
sudut sinar 150o , bila kita bandingkan persudut maka hasilnya TL
LED lebih terang. karena pada kenyataannya TL konvensional
sinar yang menyorot ke kap lampu menjadi terbuang karena
pantulannya kurang dari 50%

Kelebihan Lain dari ballast EBB dan LED:


* Mudah dalam pemasangan
* Tidak membutuhkan starter, lampu langsung nyala tanpa
kedip
* Fiting tidak cepat rusak karena terminal lampu tidak
terlalu panas
* Temperatur lampu dan ballast tidak terlalu panas
sehinggamengurangi efek panas ruangan
* Mengurangi pemakaian daya listrik yang sangat
signifikan sehingga secara langsung mengurangi beban listrik.

Setelah mengetahui konsumsi daya masingmasing lampu searang mari kita hitung
perbandingan costnya..

Keterangan:
Biaya PPJ sebesar 8% berlaku diJembrana, didaerah lain
kemungkinan berbeda.
Estimasi biaya diluar penggantian fiting dan kabel (apabila ada
yang rusak)
Nah.. Sekarang kita sudah tahu perbedaan efisiensi dari
masing-masing lampu.

Menurut kajian saya untuk saat ini terkait harga TL LED masih
sangat mahal, paling effisien saat ini adalah mengganti ballast
trafo dengan ballast EBB
Bayangkan bila kita mengganti lampu ballast trafo dengan
ballast EBB sebanyak 1000pcs maka Penurunan biaya listrik
perbulan adalah:

Rp 24.227.000

MAKA SETAHUN MENGHEMAT Rp


290.724.000
Bagaimana dengan yang anda miliki?

Dalam hal ini saya sangat menganjurkan agar


segera mengganti ballast conventional
dengan balast EBB
Kapan anda mengganti ballast trafo yang boros???
Apakah menunggu ballast trafo anda mati baru anda ganti
dengan ballast EBB????
Berapa uang yang anda buang tiap bulan dari pemborosan daya
semu ballast Trafo???

JADI..TUNGGU APA LAGIiiiiiii!!!!!!!!


BURUAAAANNNNNN GANTI BALAST TRAFO

ANALISA PERBANDINGAN LAMPU LED DAN TL

PROPOSAL

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

PROPOSAL SKRIPSI
NAMA

: ARIS BUDI RAHAYU

NIM

: 5301408006

JURUSAN
PRODI

: PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


: TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS : TEKNIK

I. JUDUL SKRIPSI
ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN LAMPU LED DAN LAMPU TL PADA
KEBUTUHAN PENERANGAN RUANGAN

II. PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Semakin majunya teknologi masa kini dalam bidang elektronika


mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Dimana pertumbuhan
perkembangan teknologi menuntut suatu alat atau barang menjadi lebih efisien,
hemat, mudah dibawa, ringan sehingga pengguna merasa puas. Salah satu
teknologi yang diterapkan yaitu dalam hal penerangan. Penciptaan lampu
dengan berbagai tipe, bentuk, dan jenis seperti TL, SL, dan bohlam semakin
bervariasi. Bahkan lampu Led yang di anggap ramah lingkungan karena tidak
mengandung merkuri semakin berkembang dan tidak hanya sebatas sebagai

lampu indicator saja, akan tetapi beralih fungsi menjadi lampu yang di harapkan
dapat bersaing dengan lampu lampu pendahulunya Terkadang di pasaran kita
menemukan alat atau barang barang yang mempunyai fungsi yang sama tetapi
berbeda kwalitas. Bahkan barang yang mahal belum tentu mempunyai kwalitas
yang baik pula. Hal ini mengakibatkan kita sebagai konsumen menjadi lebih
selektif dalam memilih alat dan barang. Walau begitu, dalam beberapa kasus
mungkin perlu mempertimbangkan modifikasi rancangan penerangan untuk
mendapatkan penghematan energi yang dikehendaki. Penting untuk dimengerti
bahwa lampu-lampu yang efisien, belum tentu merupakan sistim penerangan
yang efisien.
Baru-baru ini program yang sedang digalakkan PLN bagi para
konsumennya adalah untuk menghemat energi listrik dalam pemakaian lampu.
Penghematan ini dilakukan dengan cara menggunakan jenis lampu yang paling
hemat energi saat ini atau mengganti lampu terpasang dengan lampu yang
paling hemat energi. (SEHEN = SuperEkstra Hemat Energi). Program ini juga
sejalan dengan Surat keputusan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral No. 31
Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghematan Energi yang merupakan kewajiban
kita semua.
Yang dimaksud lampu terhemat energi saat ini adalah lampu
yang mengkonsumsi daya listrik (watt) seminimal mungkin untuk menghasilkan
cahaya tampak yang terpakai manusia sebesar mungkin. Saat ini penggunaan
lampu neon TL (Tabung Fluoresen) dianggap sudah merupakan lampu hemat
energi. Sesuai perkembangan teknologi perlampuan terdapat lampu yang lebih
hemat dibanding lampu neon, yaitu LED (Light Emitting Dioda). Penghematan
energi bukan sematamata menurunkan konsumsi energi tetapi dengan cara
mengurangi kuat penerangan saja, namun bagaimana menyediakan
penerangan tanpa mengorbankan kualitas pelayanan cahaya bagi mata
manusia. Prinsipnya menyediakan cahaya saat dibutuhkan dalam jumlah dan
kualitas yang cukup. Oleh sebab itu perlu untuk melakukan penelitian
perbandingan suatu produk, dalam hal ini akan melakukan penelitian
perbandingan antara lampu TL dan LED.
Dari latar belakang itulah maka diambil judul : ANALISA PERBANDINGAN
PENGGUNAAN LAMPU LED DAN LAMPU TL PADA KEBUTUHAN PENERANGAN
RUANGAN
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas


dalam skripsi ini adalah :
1. Apakah pemakaian lampu LED lebih hemat dibandingkan penggunaan lampu
TL?
2.

Berapa daya sebuah lampu LED yang dibutuhkan untuk penerangan ruangan
berukuran 3 x 2,5 x 3m yang sesuai dengan SNI.

3.

Berapa daya sebuah lampu TL yang dibutuhkan untuk penerangan ruangan


berukuran 3 x 2,5 x 3m yang sesuai dengan SNI.

C. Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini, memuat asumsi dan pembatasan masalah
dengan tujuan untuk menghindari berkembangnya permasalahan secara luas.
Untuk itu peneliti membatasi masalah dalam hal-hal sebagai berikut :
1.

Pembahasan hanya di dalam ruang dengan ukuruan panjang : 3 m, lebar 2.5


m, dan tinggi 3 m.

2.

Pembahasan dibatasi pada pemakaian rata-rata 12 jam/hari, dalam waktu 7


hari ( 1 minggu ).

3.

Pembahasan dibatasi hanya pada tingkat efisiensi dan intensitas cahaya pada
penggunaan lampu LED dan lampu TL.

D. Tujuan Penelitian
1.

2.

Menemukan perbandingan tingkat efisien dan intensitas cahaya pada lampu


LED dan lampu TL.
Menemukan kebutuhan intensitas cahaya pada ruangan.
E.

1.
2.

Manfaat Penelitian

Dapat dijadikan acuan untuk penggunaan lampu penerangan dalam ruangan.


Dapat dijadikan acuan dalam upaya penghematan anggaran TDL (Tarif Dasar
Listrik) tanpa mengurangi kualitas cahaya sesuai SNI.

F. Penegasan Istilah

Sehubungan dengan judul penelitian, perlu adanya penegasan istilah yang


digunakan supaya tidak terjadi salah pemahaman dalam mengartikan judul
penelitian ini:
1.

Analisa
Analisa adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

2.

Lampu LED
LED adalah suatu lampu indikator dalam perangkat elektronika yang biasanya
memiliki fungsi untuk menunjukkan status dari perangkat elektronika tersebut.

3.

Lampu TL
Lampu tabung atau lampu TL (Tubular lamp) yaitu jenis lampu pelepasan
gas berbentuk tabung, berisi uap raksa bertekanan rendah. Radiasi ultraviolet
yang ditimbulkan oleh ion gas raksa oleh lapisan fosfor dalam tabung akan
dipancarkan berupa cahaya tampak (gejala fluorensensi). Bentuk standart
tabung flouresen dipasarkan oleh perusahaan piliphs dangan kode TL. Pada
setiap ujung tabung terdapat elektrode yang terdiri dari serabut pijar (wolfrom)
dengan sebuah emiter untuk memudahkan, emisi elektron-elektron. Setelah
dalam tabung diberi lapisan serbuk fluresen.

III. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada
permukaan. Satuannya adalah lux (1 lm/m 2), dimana lm adalah lumens atau lux
cahaya. Salah satu faktor penting dari lingkkungan kerja yang dapat
memberikan kepuasan dan produktivitas adalah adanya penerangan yang baik.
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan pekerja dapat
melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upayaupaya yang tidak perlu.Penerangan yang cukup dan diatur dengan baik juga
akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja. Telah kita ketahui
hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata, dimana sering

kita temui jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat penerangan tertentu agar
tenaga kerja dapat dengan jelas mengamati obyek yang sedang dikerjakan.
Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannnya jelas akan dapat
meningkatkan produktivitas kerja.

B. Teori dasar mengenai cahaya


Cahaya hanya merupakan satu bagian dari berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki
panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dibedakan dari energi cahaya
lainnya
dalam
spektrum
elektromagnetisnya.
Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:
1.

Pijar, benda padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila
dipanaskan sampai suhu tertentu. Intensitas meningkat dan penampilan
menjadi semakin putih jika suhu naik.

2.

Muatan Listrik, jika arus listrik dilewatkan melalui gas,maka atom dan
molekulnya akan memancarkan radiasi, dimana spektrumnya merupakan
karakteristik dari elemen yang ada.

3.

Electro Luminescence, Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui


padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.

4.

Photo luminescence, radiasi pada salahsatu panjang gelombang diserap,


biasanya oleh suatu padatan dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang
gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan
fenomena yang dapat terlihat, maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau
phosphorescence.

5.

Lampu LED, incontrast, adalah dioda semikonduktor. Ini terdiri dari sebuah chip
bahan semikonduktor diolah untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut
pn (positif-negatif) persimpangan. Bila tersambung ke, mengalir powersource
arus dari sisi p-atau anoda ke sisi n, atau katoda, tetapi tidak dalam arah
sebaliknya. Pembawa muatan (elektron dan lubang elektron) mengalir ke
junction dari elektroda. Ketika elektron bertemu lubang, itu jatuh ke tingkat
energi yang lebih rendah, dan melepaskan energi dalam bentuk foton (cahaya).
Oleh karena itu tidak ada pemberat atau Starter diperlukan, sehingga
dibutuhkan daya listrik yang lebih kecil.

Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum


elektromagnetik, diberikan dalam Gambar 1, menyatakan gelombang yang
sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas).
Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang
menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu,
penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak.

Gambar 1. Radiasi yang Tampak

C. Definisi dan istilah yang sering digunakan.


1.

Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit sudut
padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu
candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah
kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata pengamat
standar. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm.

2.

Efficacy Beban Terpasang: Merupakan iluminasi/terang rata-rata yang


dicapai pada suatu bidang kerja yang datar per watt pada pencahayaan umum
didalam ruangan yang dinyatakan dalam lux/W/m.

3.

Perbandingan Efficacy Beban Terpasang:


efficacy beban target dan beban terpasang.

4.

Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah
lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya,
penempatan dan perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke
pasokan daya.

5.

Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya
rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area
yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi.
Tinggi mounting: Merupakan tinggi peralatan atau lampu diatas bidang kerja.
Efficacy cahaya terhitung: Perbandingan keluaran lumen terhitung dengan
pemakaian daya terhitung dinyatakan dalam lumens per watt.

Merupakan

perbandingan

6.

Indeks Ruang: Merupakan perbandingan, yang berhubungan dengan ukuran


bidang keseluruhan terhadap tingginya diantara tinggi bidang kerja dengan
bidang titik lampu.

7.

Efficacy Beban Target: Nilai efficacy beban terpasang yang dicapai dengan
efisiensi terbaik, dinyatakan dalam lux/W/m.

8.

Faktor pemanfaatan (UF): Merupakan bagian flux cahaya yang dipancarkan


oleh lampu-lampu, menjangkau bidang kerja. Ini merupakan suatu ukuran
efektivitas pola pencahayaan.

9.

Intensitas Cahaya dan Flux: Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd)
juga dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux
cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi (m 2) pada lingkaran dengan
radius satu meter (1m) jika sumber cahayanya isotropik 1-candela (yang
bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran.
Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari r adalah 4r 2, maka lingkaran
dengan jari-jari 1m memiliki luas 4m 2, dan oleh karena itu flux cahaya total
yang dipancarkan oleh sumber 1- cd adalah 41m. Jadi flux cahaya yang
dipancarkan oleh sumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah:

Flux cahaya (lm) = 4 intensitas cahaya (cd)

Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan
luas areal pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal
dengan luas satu meter persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan
cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk 1000 lumens, yang menyebar kesepuluh
meter persegi, hanya menghasilkan cahaya suram 100 lux.

D. Hukum kuadrat terbalik


Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari
sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per
satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada
dasarnya
jari-jari).

E = I / d

Dimana
E = Emisi cahaya,(panjang gelombang)
I = Intensitas cahaya (cd)
d = jarak (m)

Bentuk lain dari persamaan ini yang lebih mudah adalah:


E1 d1 = E2 d2

Jarak diukur dari titik uji ke permukaan yang pertama-tama kena cahaya kawat
lampu pijar jernih, atau kaca pembungkus dari lampu pijar yang permukaannya
seperti es.

E. Suhu warna
Suhu warna, dinyatakan dalam skala Kelvin (K), adalah penampakan
warna dari lampu itu sendiri dan cahaya yang dihasilkannya. Bayangkan sebuah
balok baja yang dipanaskan secara terus menerus hingga berpijar, pertamatama berwarna oranye kemudian kuning dan seterusnya hingga menjadi putih
panas. Sewaktu-waktu selama pemanasan, kita dapat mengukur suhu logam
dalam Kelvin (Celsius + 273) dan memberikan angka tersebut kepada warna
yang dihasilkan. Hal ini merupakan dasar teori untuk suhu warna. Untuk lampu
pijar, suhu warna merupakan nilai yang sesungguhnya; untuk lampu neon dan
lampu dengan pelepasan intensitas tinggi (HID), nilainya berupa perkiraan dan
disebut korelasi suhu warna. Di Industri,suhu warna dan korelasi suhu warna
kadang-kadang digunakan secara bergantian. Suhu warna lampu membuat
sumber cahaya akan nampak hangat, netral atau sejuk. Umumnya, makin
rendah suhu, makin hangat sumber, dan sebaliknya.

F. Perubahan warna

Kemampuan sumber cahaya merubah warna permukaan secara akurat


dapat diukur dengan baik oleh indeks perubahan warna. Indeks ini didasarkan
pada ketepatan dimana serangkaian uji warna dipancarkan kembali oleh lampu
yang menjadi perhatian relatif terhadap lampu uji, persesuaian yang sempurna
akan diberi angka 100. Indeks CIE memiliki keterbatasan, namun cara ini
merupakan cara yang sudah diterima secara luas untuk sifat-sifat perubahan
warna dari sumber cahaya. Kesalah pahaman yang umum terjadi adalah bahwa
suhu warna dan perubahaan warna keduanya menjelaskan sifat yang sama
terhadap lampu. Selain itu, suhu warna menjelaskan penampilan warna sumber
cahaya dan cahaya yang dipancarkannya. Perubahan warna menjelaskan
bagaimana cahaya merubah warna suatu objek.

G. Contoh alat penghasil cahaya


1.

Lampu LED
LED (Light Emitting Diode) merupakan sejenis lampu yang akhir-akhir ini
muncul dalam kehidupan kita. LED dulu umumnya digunakan pada gadget
seperti ponsel atau PDA serta komputer. Sebagai pesaing lampu bohlam dan
neon, saat ini aplikasinya mulai meluas dan bahkan bisa kita temukan pada
korek api yang kita gunakan, lampu emergency dan sebagainya. Led sebagai
model lampu masa depan dianggap dapat menekan pemanasan global karena
efisiensinya.
Gambar 2: Contoh lampu LED

2.

Lampu TL
Definisi lampu tabung. Lampu tabung atau lampu TL (Tubular lamp) yaitu
jenis lampu pelepasan gas berbentuk tabung, berisi uap raksa bertekanan
rendah. Radiasi ultraviolet yang ditimbulkan oleh ion gas raksa oleh lapisan
fosfor dalam tabung akan dipancarkan berupa cahaya tampak (gejala
fluorensensi). Elektroda yang dipasang pada ujung-ujung tabung berupa kawat
lilitan pijar dan akan menyala bila dialiri listrik. Lampu TL juga disebut dengan
lampu pendar. Lampu pendar adalah salah satu jenis lampu lucutan gas yang
menggunakan daya listrik untuk mengeksitasi uap raksa Uap raksa yang
tereksitasi itu menghasilkan gelombang cahaya ultra ungu yang pada gilirannya
menyebabkan lapisan fosfor berpendar dan menghasilkan cahaya kasatmata.

Lampu pendar mampu menghasilkan cahaya secara lebih efisien daripada


lampu pijar.
Gambar 3: contoh lampu TL

H. Alat ukur cahaya


Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur
besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini
perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan
penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini
maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya.
Sehingga cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada
sebuah tampilan digital. Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi.
Hampir semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan
layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel
foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin
banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci
untuk mengingat tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis
perbedaan warna pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu,
pembacaan merupakan kombinasi efek dari semua panjang gelombang. Standar
warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan dalam
derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua jenis
cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna putih.
Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang berbeda.
Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber cahaya yang
berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa cahaya terlihat
lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.
Gambar 4: Contoh Lux meter

I.

Rumus perhitungan intensitas cahaya pada ruangan


Perhitungan
kebutuhan
lumensdengan persamaan sbb :
dengan,

luminaire

umumnya

dengan

metode

N = jumlah lampu
E = level illuminasi (Lux)
A = luas working plane (m2)
F = besarnya nilai lumens untuk sebuah lampu
U = utility factor
LLF = Loss Light Factor (beberapa referensi menulis sebagai maintenance
index).

J.

Perhitungan TDL ( Tarif Dasar Listrik ) pada penerangan ruangan

1.

Menentukan besar ruangan yang hendak di terangi


Semakin besar, tinggi dan lebar ruangan, maka semakin besar pula
wattage dari Lampu dan jumlah Lampu agar distribusi cahaya merata dan
maksimum.

2.

Menentukan besarnya pencahayaan yang dibutuhkan sesuai SNI


Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang pencahayaan ruang
rumah besarnya adalah tidak lebih 10 W/m2. Nah, misal rumah kita luasnya
adalah 72 m2, maka bisa dihitung jumlah Watt yang diperlukan untuk menerangi
rumah secara keseluruhan adalah 72 x 10 W = 720 Watt. Secara kasar, inilah
daya listrik yang harus kita bayar untuk Lampu saja, belum yang lain.
Contoh diatas adalah perhitungan kasar, perhitungan detil korelasi pencahayaan dengan
daya Lampu dapat dimisalkan sebagai berikut: ruang tamu luas 3m x 5 m = 15 m 2 diberi 2
Lampu Neon 40 W > Daya Lampu = 2 x 40 W = 80 W. Secara matematis kita bisa
menghitung daya lampu dibagi luas ruang = 80/15 = 5,3 W/m 2. Masih memenuhi syarat
hemat menurut versi SNI.

K. Hipotesis
Pada penggunaan lampu untuk penerangan ruangan antara lampu LED dan lampu TL yang
masing-masing 40watt, lampu LED lebih efisien daripada lampu TL.
IV.

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2008:2) metode merupakan cara ilmiah untuk


mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
A. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti (2002:109). Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
proposal harus betul-betul representative (mewakili). Sampel dari penelitian ini
yaitu lampu LED dan TL.

B. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian/apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 99). Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari 2 macam, yaitu:

1)

Variabel terikat: perhitungan intensitas cahaya pada ruangan, TDL untuk lampu
pada ruangan, efisiensi lampu LED dan TL.

C. Instrumen penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpul data
dalam suatu penelitian dapat berupa observasi.

D. T-Test
Menurut Ghozali (2009: 17) uji statistik t pada dasarnya menunjukan
seberapa jauh variabel independen terhadap variabel dependen dengan
mengganggap variabel independen lainnya konstan.
Pada pengujian penelitian ini peniliti membandingkan dua buah alat
penerangan yaitu membandingkan antara lampu LED dan lampu TL. Dalam
pengujian T-test ini peneliti menggunakan pengujian hipotesis komparatif, yaitu

dengan menggunakan uji dua fihak ( two tail test). Uji dua piha digunakan bila
hipotesis nol (Ho) berbunyi sama dengan dan hipotesis alternatifnya (Ha)
berbunyi tidak sama dengan (Ho =; Ha ). (Sugiyono, 2007: 97).

Keterangan:
t

: nilai t yang dihitung.


: rata-rata .
: nilai yang dihipotesiskan.

V.

: simpangan baku.

: jumlah anggota sampel (Sugiyono, 2007: 96).

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad. 1993. Prosedur dan strategi penelitian. Bandung: Angkasa.


Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Baqin. 2010. Cara menghitung kebutuhan lampu. Diunduh pada tanggal 31 mei 2012 di
http://Cara Menghitung Kebutuhan Lampu (update) Q1ens.htm
http://www.lampu-led-teknologi-lampu-untuk-rumah.html.tehnologi lampu untuk rumah masa kini.
Diunduh pada tanggal 6 juni 2012.
Lestari, Ira Tri.2012.healtzh hazard iluminatian control. Diunduh pada tanggal 31 mei 2012 di
http:// HEALTH HAZARD ILLUMINATION CONTROL _ Ira Tri Lestari.htm

Cara Menghitung
Kebutuhan
Lampu (update)

16

SelasaNOV 2010

POSTED BY BAQIN IN ELECTRICAL


8 KOMENTAR

Berawal dari kewajiban untuk mendesain kebutuhan type dan qty lampu dalam ruangan
untuk mendapatkan approval dari SANG OWNER (sengaja nulis dalam huruf kapital
sekedar untuk menggambarkan betapa kuasanya kelompok mereka yang menyebit dirinya
sebagai owner ;). Mumpung masih anget.. mungkin ada manfaatnya untuk share sedikit
apa yang saya tahu mengenai cara menghitung tingkat kebutuhan luminaire.
Selamat menbaca dan moga bermanfaat kawan..
Perhitungan kebutuhan luminaire umumnya dengan metode lumens (silahkan googling
mengenai methode ini), dengan persamaan sbb :
N = (E x A) / (F x U x LLF)
dengan,
N = jumlah lampu
E = level illuminasi (Lux)

A = luas working plane (m2)


F = besarnya nilai lumens untuk sebuah lampu
U = utility factor
LLF = Loss Light Factor (beberapa referensi menulis sebagai maintenance index).
Darimana parameter-parameter tersebut diperoleh ?
E ( level illuminasi) diperoleh dari standard kebutuhan masing-masing keperluan, bisa dicari
standardnya dari SNI atau IEC atau lembaga/organisasi laiinya. Misalnya, untuk toliet 100
lux, untuk main entrance 200 lux, untuk meeting room 350 lux (moggo googling untuk
referensi kebutuhan level Lux untuk ruangan lainnya).
A (luas working plane m2), ya panjang kali lebar. Cukup jelas.
F (nilai lumens untuk sebuah lampu), bisa diperoleh dari catalog lampu, sesuaikan
pemilihan lampu dengan desain ruangan (kalau beruntung cukup dengan googling, atau
minta catalog ke vendor/distributor untuk mendapatkan tabel lumens tiap lampu).
U (utility factor). Perlu beberapa langkah untuk mendapatkan nilai U (hanya perlu sedikit
tambahan energy).
Langkah pertama, menghitung RCR (room cavity factor) dengan persamaan, RCR = (5 x
tinggi ruang x (panjang ruang + lebar ruang))/(luas). Setelah ketemu besarnya RCR,
tentukan nilai reflektansi ruang ( ceiling, dinding dan lantai dalam persen), tergantung jenis
dan warna dinding dan jenis material dinding. Selanjutnya, dari tabel utility factor (dari
catalog lampu) bisa didapatkan nilai U dengan dasar nilai RCR dan reflektansi ruang (%).
Catatan : untuk luas ruangan yang kecil dengan ceilling tinggi, akan ditemukan kesulitan
untuk mendapatkan nilai RCR yang bisa diprovide dari tabel secara umum. Sampai saat ini
untuk perhitungan manual, belum ketemu cara terbaik untuk menentukan nilai ulitity factor
untuk ruangan yang sempit dengan ceiling yang tinggi. Untuk mengakalinya, bisa diperoleh
dengan cara memanfaatkan chart tool di MS. Excel, trendline option pilih exponential dan
pilih juga display equation on chart. Dari rumus yang diperoleh bisa digunakan untuk
mendapatkan nilai U yang tidak ada di tabel. Meski tidak tepat, setidaknya sedikit bisa
menolong.
LLF ( loss light factor), biasanya antara 0.7 s.d 0.8
Sebenarnya ada yang lebih mudah untuk mengestimasi kebutuhan lampu tiap ruang.
Sekarang bisa di download (gratis) software applikasi seperti Calculux atau Dialux. Maaf,

saya lupa link downloadnya, tetapi cukup mudah untuk ditemukan dengan sekali lagi
bantuan mbah google.
Semoga bermanfaat. Jika ada informsi yang kurang tepat, denga senang hati untuk
dikoreksi.
mohon bantuan untuk mendapatkan nilai utility factor dari rcr, terima kasih
1 WATT = 75 LUMEN
CONTOH SOAL:
PADA RUANGAN MEMILIKI TINGGI 2.5 METER, Lebar 20mter, E=500lux. JIKA AKAN DIPASANG LAMPU
TL-36 WATT, BERAPA JUMLAH LAMPU YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGISI RUANGAN TERSEBUT??
JAWAB:
DIK :
E= 500 LUX
A=20 x 20 METER= 400 METER2
QLAMPU 1 WATT = 75 LUMEN
36 WATT = 2700 LUMEN
Cu = 0.5 (STANDART UNTUK Cu)
LLF = 0.7

Plus Minus Lampu LED


Lampu LED atau Light Emitting Diode pada saat ini sudah populer dan banyak
digunakan walaupun teknologi ini masih tergolong baru. Bahkan bisa dikatakan lampu
LED pada saat ini sudah mulai mendapat perhatian masyarakan dikarenakan memiliki
banyak kelebihan dibandingkan dengan lampu jenis lainnya. Dengan keunggulan
seperti hemat biaya listrik dan lebih ramah lingkungan serta lebih awet menjadi
kelebihan lampu LED yang menyebabkan lampu ini mulai dilirik banyak orang.
Sebenarnya LED sudah ditemukan sejak lama, hanya saja saat ini seiring
perkembangan teknologi, lampu LED dapat memiliki manfaat lebih baik dan dapat
diproduksi dengan biaya lebih murah. Ketika anda menggunakan perangkat elektronik
seperti TV, komputer, speaker, dan aneka perabot elektronik lainnya yang mempunyai
lampu kecil yang akan menyala sebagai tanda bahwa perangkat tersebut sedang dalam
posisi on, lampu kecil itu adalan light emitting diode yang akrab disebut dengan LED.
LED merupakan semikonduktor yang mengubah energy listrik menjadi cahaya pada
saat dilewati oleh arus listrik.

LED merupakan perangkat padat dan keras sehingga memiliki daya tahan yang cukup
lama. Selain itu LED hanya menggunakan konsumsi daya yang relatif rendah dan usia
yang lebih dari 50 ribu jam. Bahkan menurut prediksi, dengan semakin murahnya biaya
produksi lampu LED, di tahun 2015 nanti lampu tradisional lainnya akan mulai
ditinggalkan dan kebanyakan mulai beralih menggunakan lampu LED. Berbagai tipe
lampu dari lampu LED bulb untuk kebutuhan rumah tangga, lampu sorot LED untuk
kebutuhan komersil dan industri, lampu PJU LED, dan lainnya mulai diproduksi dan
dikembangkan secara kontinyu melihat potensi pasar ini.

Berikut merupakan kelebihan lampu LED :

Mempunyai umur penggunaan yang lebih lama dibanding lampu biasa. LED
bisa mencapai keawetan hingga 30 ribu jam.
Mempunyai efisiensi energy hingga 80-90 persen. Jauh lebih baik dibanding
lampu lainnya. Selain itu LED juga hanya memerlukan tegangan listrik yang
rendah.
Cahaya yang dihasilkan lampu LED tidak panas. LED tidak memproduksi sinar
UV dan energy panas.
Cahaya yang dihasilkan lampu LED juga tidak mendistorsi warna sekitar,
sehingga lebih aman digunakan untuk penerangan jalan.
Ukuran yang lebih kecil sehingga dapat diaplikasikan dengan lebih praktis.
Tidak mengandung merkuri sehingga lebih ramah lingkungan.
Dengan lensa optik yang sesuai, cahaya lampu LED dapat diarahkan sesuai
keinginan

Selain keunggulan dan kelebihan lampu LED diatas, lampu LED juga mempunyai
kekurangan dimana membuat orang sedikit berpikir untuk membelinya. Berikut
kekurangan lampu LED :

Harga lampu LED masih tergolong mahal


Suhu lingkungan dapat mempengaruhi umur lampu LED
Intensitas cahaya yang termasuk kecil.

Walaupun
mempunyai
beberapa
kekurangan,
namun
jika
melihat
dan
mempertimbangkan kelebihan dan keunggulan LED tersebut membuat LED memang
layak untuk dipertimbangkan. Bahkan sebagian besar perusahaan sudah mulai
mengganti lampu mereka dengan lampu LED. Begitu juga dengan pemerintah dan
kontraktor
swasta
yang
mengerjakan
proyek
pemerintah
mulai
melirik

penggunaan lampu PJU LED sebagai pengganti lampu PJU konvensional yang tidak
menggunakan LED. Hal ini dikarenakan efisiensi LED yang lebih menguntungkan dari
sisi penggunaan listrik. Sebagai perbandingan, lampu LED 8 watt akan lebih terang
dibandingkan lampu biasa atau lampu TL dengan daya 20 watt.

Mengenal Lampu LVD

Lampu
LVD biasa
juga
disebut
dengan lampu induksiatau lampu tanpa elektroda (electrodeless lamp) adalah
lampu yang menyala dengan mentransfer energi listrik lewat medan magnet atau
medan listrik dari luar tabung lampu yang kemudian membuat gas di dalam bohlam
terionisasi dan memancarkan cahaya. Tidak seperti lampu konvensional yang memiliki
elektroda untuk mengalirkan listrik di dalam bohlam tersebut. Biasanya di dalam
bohlam lampu LVD menggunakan gas mulia seperti (argon, neon, krypton and xenon).
Dapatkan berbagai kebutuhan lampu sorot LVD dengan harga termurah hanya di
rajalampu.com
Keuntungan lampu LVD dibandingkan dengan lampu dengan elektroda pada umumnya
adalah sebagai berikut:

Umur lampu yang lebih lama karena biasanya umur elektroda internal dapat
berpengaruh pada umur lampu secara keseluruhan,
Kemampuan untuk menciptakan cahaya dengan frekuensi yang lebih tinggi
(pada lampu konvensional, elektroda internal akan mengalami reaksi kimia
terhadap hal ini dan mengurangi umur elektroda tersebut),
Usia Lampu yang panjang hingga 100.000 Jam
Warna lampu memiliki rendering index RA80+ dengan suhu warna 4100K,

Lebih hemat energi


Tidak membutuhkan waktu untuk pemanasan. Lampu LVD dapat menyala
secara instan, bahkan dalam suhu rendah -35C,
Tidak akan mati pada tegangan listrik yang tidak stabil, bahkan pada 100 volt
atau setinggi 280 volt. Lampu ini akan segera re-strike kembali pada jangkauan
tegangan operasinya,
Tidak ada efek strobokospik,
Tidak ada pergeseran warna,
Tidak ada kedipan.

Ada dua tipe pada lampu induksi, yaitu:


Lampu plasma yang menggunakan induksi elektrostatik untuk mentransfer energi pada
bohlam yang diisi dengan uap sulfur atau metal halides
Lampu flourescent yang dibuat berdasarkan konsep lampu flourescent konvensional
dimana arus listrik diinduksikan oleh kumparan eksternal via induksi elektrodinamis.

Effisiensi Energi dengan Lampu LED


28/09/2012youldeeLeave a commentGo to comments

Sekian lama tidak mengutak-atik peralatan elektronik, hari ini admin tiba-tiba saja
membongkar Portable LED emergency lamp, tujuannya hanya mengetahui penyebab kenapa
beberapa LED tidak nyala, batere yang terlihat tidak lagi berfungsi menyimpan cadangan tenaga.
Selain itu ketertarikan mempelajari sedikit cara kerjanya melalui pengamatan komponen elektroniknya
secara langsung. Hasilnya cukuplah, sekadar menghilangkan
rasa penasaran tentang sistem kerjanya.

Berkaitan dengan lampu LED, melalui tulisan ini admin mau


sedikit berbagi tips hasil dari perenungan, pengamatan dan
sedikit analisa lampu LED yang admin bongkar. Ternyata ada
benarnya Tagline Hemat Energi Hemat Biaya. Tagline ini
akan terasa bermakna bila kita benar-benar paham hitunganhitungannya.
Saat Tarif Dasar Listrik (TDL) 2010 dinaikkan, banyak kalangan merasakan dampak kenaikan itu.
Baru-baru ini terdengar kabar di media bahwa pemerintah akan menaikan TDL pada pertengahan
2013 nanti. Ada kenaikan sekitar 15% untuk konsumen industri. Untuk pelanggan rumah tangga dan

fasilitas sosial admin sendiri belum mendapat informasi besarannya. Agar kenaikan TDL nantinya tidak
berpengaruh banyak pada kenaikan tagihan pada billing, maka tidak ada salahnya kita memulai sikap
hemat energi sesegera mungkin.
Admin bukan lagi jualan produk lampu, hanya berbagi tips. Cara gampang untuk menghemat
konsumsi energi untuk penerangan adalah dengan memilih lampu yang juga bisa hemat pemakaian
energi. Lebih to the point lagi kalau mau Hemat Energi salah satu solusinya adalah mengganti
penggunaan lampu TL dengan CFL atau bahkan Lampu LED. Di dekat rumah admin sendiri, sepanjang
jalan terlihat berjejer yang menjual lampu hemat energi, kebanyakan tipe lampu CFL, sayangnya
belum ada yang menjual lampu LED.
Kenapa bisa dengan mengganti jenis lampu ? Logika sederhananya begini, disadari bahwa saat ini
kebutuhan energi listrik yang paling banyak adalah untuk kebutuhan penerangan baik sektor rumah
tangga, perkantoran, dunia usaha maupun industri. Sumber penerangan buatan yang banyak dipakai
adalah lampu yang nyala rata-rata 12 jam per hari. Pemilihan jenis lampu bisa menjadi solusi
penghematan konsumsi energi listrik (kWh) dan akhirnya akan berpengaruh juga pada penghematan
pengeluaran (billing) terhadap biaya pemakaian listrik.
Lampu Hemat Energi, Apa itu ?
Lampu hemat energi Adalah lampu yang mengkonsumsi daya listrik (watt) seminimal mungkin untuk
menghasilkan cahaya tampak terpakai manusia sebesar mungkin. Sekarang ini penggunaan kelompok
lampu neon (TL, Swaballast, CFL, CCFL) dianggap sudah merupakan lampu hemat energi. Sesuai
perkembangan teknologi perlampuan terdapat lampu yang lebih hemat dibanding lampu neon, yaitu
LED (Light Emitting Dioda).
Penghematan energi bukan sematamata menurunkan konsumsi energi tetapi dengan cara
mengurangi kuat penerangan saja, namun bagaimana menyediakan penerangan tanpa mengorbankan
kualitas pelayanan cahaya bagi mata manusia. Prinsipnya menyediakan cahaya saat dibutuhkan dalam
jumlah dan kualitas yang cukup. (sumber : fokuslighting.com)
Lampu TL (Tube Light) lebih efisien 3 sampai 5 kali dibanding lampu pijar, pada lampu pijarrugi-rugi
daya yaitu daya yang terbuang melalui panas dari pijaran kawat tungsten jauh lebih tinggi dari pada
daya yang termanfaatkan sebagai cahaya tampak. Bayangkan, dari 100% energi yang dibutuhkan,
~70% keluar sebagai radiasi infra merah, ~20 % rugi-rugi daya, 10% dikonversi sebagai cahaya
penerangan. Umur lampu pijar sekitar 1 2000 jam. Sedangkan lampu TL 10 20 kali umur lampu
pijar. (sumber www.energyeffisiencyasia.org)
Lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp) lebih hemat dari lampu TL, bila lampu TL diibaratkan
memanfaatkan energi 100 W untuk menyala, maka lampu CFL hanya memanfaatkan energi sekitar
70% 90% dari 100 W atau sekitar 70W 90 W saja.

Lampu CFL (sumber : Phillips)


Lampu LED (Light Emitting Diode) lebih hemat dari lampu CFL dan tentunya lebih hemat dari lampu
TL. Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya.
Suatu saat admin sempat mendapat penjelasan panjang lebar dari penjaga booth dari salah satu
produsen lampu LED di JCC tahun 2011 lalu perihal manfaat penghematan yang cukup signifikan dari
penggunaan lampu tersebut. Potensi penghematan energi penggunaan lampu LED berkisar dari 82%
hingga 93%.
Lihat perbandingan pada tabel berikut :

Jenis Lampu

Lumen/Watt

Lumen/Watt

Umur (Jam)

kisaran

rata-rata

8- 18

14

1000

46 60

50

5000

40 70

60

8000 10000

80 90

80

40000 100000

Lampu Pijar

Lampu Neon
(TL)
Lampu CFL

Lampu LED

Lumen adalah Satuan flux cahaya; flux dipancarkan di dalam satuan unit sudut padatan oleh suatu
sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela.
Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lmu) adalah kesetaraan fotometrik dari watt,
yang memadukan respon mata pengamat standar. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang
555 nm.
Sayangnya, harga lampu LED yang ditawarkan di pasaran saat ini masih sangat mahal. Lampu LED 12
W persatuan berkisar antara 400rb sampai 500rb rupiah. Lampu LED 18 W berkisar antara 600rb
sampai 700rb rupiah per buah. Tapi dengan asumsi nyala 12 per hari lampu LED ini bisa bertahan
sampai 136 bulan.
Untuk pemakaian rumah tangga, agar bisa lebih murah bisa memanfaatkan lampu LED produksi
UMKM yang biasanya jauh lebih murah dari pada produk yang sudah branding internasional. Atau
tetap menggunakan lampu CFL tetapi dengan menghitung kembali kebutuhan pencahayaan setiap
ruangan di rumah. Sebaliknya Retrofit lampu TL atau CFL ke lampu LED branding akan sangat mudah
dan murah bila diterapkan pada sektor penerangan Industri, contohnya dengan program Super Extra
Hemat Energi (SEHEN) yang digalakkan oleh PLN.

Anda mungkin juga menyukai