Anda di halaman 1dari 14

Desa Tertinggal

1.

Pengertian Desa Tertinggal


Daerah tertinggal adalah sebagai daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya
relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional
(Saifullah, 2006 dalam Muhtar, 2011). Daerah tertinggal adalah daerah Kabupaten yang
relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk
yang relatif tertinggal (Bappenas, 2006). Sedangkan menurut Kepmen PDT Nomor 1 tahun
2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, daerah tertinggal
didefinisikan sebagai daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relative kurang
berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.
Menurut R Bandyopahyay dan S. Datta (1989) menyatakan behwa salah satu
karekteristik daerah tertinggal adalah biasanya dikawasan perdesaan, dengan memiliki
keterbatasan fungsi dan fasilitas yang dimiliki kawasan perkotaan, serta produktivitas hasil
pertanian yang sangat rendah. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dikenal istilah desa
tertinggal.
Desa

tertinggal

adalah

Kawasan

Perdesaan

yang

terisolasi

dari

Pusat

Pertumbuhan/daerah lain akibat tidak memiliki atau kekurangan Sarana (Infrastrukur)


Perhubungan, sehingga menghambat pertumbuhan/ perkembangan kawasan.
2.

Faktor Penyebab
Menurut Bappenas (2009), suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal,
karena beberapa faktor penyebab, antara lain :
a. Geografis
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya
yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau
terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan
baik transportasi maupun media komunikasi.
b. Sumberdaya Alam

Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah yang
memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah
yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan
sumberdaya alam yang berlebihan.
c. Sumberdaya Manusia
Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum
berkembang.
d. Prasarana dan Sarana
Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi,
kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah
tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
e. Daerah Rawan Bencana dan Konflik Sosial
Seringnya suatu daerah mengalami bencana alam dan konflik sosial dapat
menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.
f. Kebijakan Pembangunan
Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan yang
tidak tepat seperti kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal, kesalahan
pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan
masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan.
3.

Kriteria Desa Tertinggal


Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berdasarkan pada perhitungan 6 (enam) kriteria dasar yaitu : perekonomian masyarakat,
sumberdaya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal),
aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah
perbatasan antarnegara dan gugusan pulau-pulau kecil, daerah rawan bencana, dan daerah

rawan konflik. Keenam kriteria ini diolah dengan menggunakan data Potensi Desa (PODES)
2003 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2002 dan data Keuangan Kabupaten
2004 dari Departemen Keuangan.
Berdasarkan deskripsi diatas, kriteria untuk menentukan (mengindikasikan) Desa
Tertinggal dalam kegiatan ini yaitu:
a.

Daerah perdesaan (unit administratif desa)

b.

Prasarana Dasar Wilayah Kurang/Tidak Ada:


1) Air Bersih,
2) Listrik,
3) Irigasi

c.

Sarana Wilayah Kurang/Tidak Ada:


1) Sarana Ekonomi: (Pasar, Pertokoan, PKL, Industri)
2) Sarana Sosial: (Kesehatan dan Pendidikan)
3) Sarana Transportasi: (Terminal, Stasiun, Bandara, dll)

d. Perekonomian masyarakat rendah (Miskin/Pra Sejahtera)


e. Tingkat Pendidikan Rendah (Terbelakang/Pendidikan kurang dari 9 tahun)

f. Produkitivitas Masyarakat Rendah (Pengangguran pada usia produktif)


4.

Parameter Desa Tertinggal berdasarkan Kriteria


Untuk Desa tertinggal, penetapan parameter sebagai indikator kuantitatif untuk tiap kriteria
yang bersifat kualitatif yaitu:
a. Kawasan Permukiman
Kriteria: Kawasan perdesaan

Parameter: Unit Administratif Desa


b. Prasarana Dasar Wilayah
1) Kriteria: Jaringan Air Bersih
Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %
2) Kriteria: Jaringan Listrik
Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %
3) Kriteria: Jaringan Irigasi
Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %
c. Sarana Wilayah
1) Kriteria: Sarana Ekonomi (Pasar, Pertokoan, PKL, dll)
Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %
2) Kriteria: Sarana Industri (Industri RT, Industri Menengah, Industri Besar)
Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %
3) Kriteria: Sarana Kesehatan (RSD, Puskemas, Pustu, dll)
Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %
4) Kriteria: Sarana Pendidikan (TK, SD, SMP, SMU)
Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %
5) Kriteria: Sarana transportasi (Terminal, Stasiun)

6) Parameter: Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %


d. Kondisi Kehidupan Masyarakat
1) Kriteria: Perekonomian masyarakat

Parameter: Jumlah Penduduk Miskin lebih dari 50 %


2) Kriteria: Tingkat Pendidikan
Parameter: Tingkat Pendidikan Penduduk kurang dari SMP lebih dari 50%
3) Kriteria: Produktivitas Masyarakat
4) Parameter: Penduduk Menganggur lebih dari 50%
5.

Instrumen Penilaian (Scoring Tools) Desa Tertinggal


Untuk Desa Tertinggal, penetapan Penilaian (Scoring) untuk tiap Kriteria dan
Parameternya yaitu:
a. Kawasan Permukiman
Kriteria: Kawasan perdesaan
Parameter: Unit Administratif Desa
b. Prasarana Dasar Wilayah
1) Kriteria: Jaringan Air Bersih
Parameter :
a) Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %, Nilainya: 1
b) Pelayanan terhadap Luas Kawasan antara 25% - 50%, Nilainya: 2
c) Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih dari 50%, Nilainya: 3
2) Kriteria: Jaringan Listrik
Parameter :
a) Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %, Nilainya: 1
b) Pelayanan terhadap Luas Kawasan antara 25% - 50%, Nilainya: 2

c) Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih dari 50%, Nilainya: 3


3) Kriteria: Jaringan Irigasi
Parameter :
a) Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %, Nilainya: 1
b) Pelayanan terhadap Luas Kawasan antara 25% - 50%, Nilainya: 2
c) Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih dari 50%, Nilainya: 3
c. Sarana Wilayah
1) Kriteria: Sarana Ekonomi (Pasar, Pertokoan, PKL, dll)
Parameter :
a) Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %, Nilainya: 1
b) Pelayanan terhadap Luas Kawasan antara 25% - 50%, Nilainya: 2
c) Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih dari 50%, Nilainya: 3
2) Kriteria: Sarana Industri (Industri RT, Industri Menengah, Industri Besar)
Parameter:
a) Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %, Nilainya: 1
b) Pelayanan terhadap Luas Kawasan antara 25% - 50%, Nilainya: 2
c) Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih dari 50%, Nilainya: 3
3) Kriteria: Sarana Kesehatan (RSD, Puskemas, Pustu, dll)
Parameter:
a) Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %, Nilainya: 1
b) Pelayanan terhadap Luas Kawasan antara 25% - 50%, Nilainya: 2

c) Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih dari 50%, Nilainya: 3


4) Kriteria: Sarana Pendidikan (TK, SD, SMP, SMU)
Parameter:
a) Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %, Nilainya: 1
b) Pelayanan terhadap Luas Kawasan antara 25% - 50%, Nilainya: 2

c) Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih dari 50%, Nilainya: 3


5) Kriteria: Sarana transportasi (Terminal, Stasiun)
Parameter:
a) Pelayanan terhadap Luas Kawasan kurang dari 25 %, Nilainya: 1
b) Pelayanan terhadap Luas Kawasan antara 25% - 50%, Nilainya: 2
c) Pelayanan terhadap Luas Kawasan lebih dari 50%, Nilainya: 3
d. Kondisi Kehidupan Masyarakat
1) Kriteria: Perekonomian masyarakat
Parameter:
a) Jumlah Penduduk Miskin lebih dari 50 %, Nilainya: 1
b) Jumlah Penduduk Miskin antara 25% - 50 %, Nilainya: 2
c) Jumlah Penduduk Miskin kurang dari 25 %, Nilainya: 3
2) Kriteria: Tingkat Pendidikan
Parameter:
a) Tingkat Pendidikan Penduduk SMP lebih dari 50%, Nilainya: 1
b) Tingkat Pendidikan Penduduk SMP antara 25% - 50%, Nilainya: 2

c) Tingkat Pendidikan Penduduk SMP kurang dari 25%, Nilainya: 3


3) Kriteria: Produktivitas Masyarakat
Parameter:
a) Penduduk Menganggur lebih dari 50%, Nilainya: 1
b) Penduduk Menganggur antara 25% - 50%, Nilainya: 2
c) Penduduk Menganggur kutrang dari 25%, Nilainya: 3
Untuk melihat Rumusan Instrumen Penilaian (Scoring Tools) Desa Tertinggal dalam
bentuk tabulasi, dapat dilihat pada Tabel Rumusan Instrumen Penilaian (Scoring Tools) Desa
Tertinggal berikut.

4.

Rumusan Kelompok Tipologi Desa Tertinggal


Pengelompokan Tipologi untuk Desa Tertinggal didasarkan pada kriteria penilaian desa
tertinggal yang telah dijelaskan terdahulu. Berdasarkan simulasi terhadap penilaian kriteriakriteria tersebut, maka dapat dirumuskan pengelompokan tipologi untuk Desa Tertinggal
adalah sebagai berikut:

a. Type A (Kawasan yang Prasarana Dasar Wilayahnya Tertinggal)


Kawasan perdesaan yang ketersediaan Prasarana Dasar Wilayahnya kurang
b. Type B (Kawasan yang Sarana Wilayahnya Tertinggal)
1) Kawasan perdesaan yang ketersediaan Prasarana Dasar Wilayahnya tercukupi,
2) Namun Ketersediaan Sarana Wilayahnya kurang
c. Type C (Kawasan yang Kehidupan Masyarakatnya Tertinggal)
1) Kawasan perdesaan yang ketersediaan Sarana dan Prasarana Dasar Wilayahnya
tercukupi
2) Namun Kehidupan Masyarakatnya Rendah
Rumusan Pengelompokan Tipologi yang telah dijabarkan di atas dengan berbagai
kemungkinannya secara lebih jelas dan detail dapat dilihat pada Tabel Rumusan Berbagai
Kemungkinan Tipologi Desa Tertinggal berikut.

Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa: Kelompok Tipe A memiliki 4 varian, yaitu:
1) Tipologi A1, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya rendah, ketersediaan
sarana wilayahnya rendah dan kehidupan masyarakatnya rendah
2) Tipologi A2, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya rendah, ketersediaan
sarana wilayahnya rendah namun kehidupan masyarakatnya cukup
3) Tipologi A3, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya rendah, ketersediaan
sarana wilayahnya cukup namun kehidupan masyarakatnya rendah

4) Tipologi A4, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya rendah, namun
ketersediaan sarana wilayahnya cukup dan kehidupan masyarakatnya cukup
Kelompok Tipe B memiliki 2 varian, yaitu:
1) Tipologi B1, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya cukup, namun
ketersediaan sarana wilayahnya rendahdan kehidupan masyarakatnya rendah
2) Tipologi B2, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya cukup, namun
ketersediaan sarana wilayahnya rendahdan kehidupan masyarakatnya cukup
Kelompok Tipe C memiliki 1 varian, yaitu:
1) Tipologi C1, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya cukup, namun
ketersediaan sarana wilayahnya cukup namun kehidupan masyarakatnya rendah

Referensi
Muhtar, dkk. 2011. Masyarakat Desa Tertinggal: Kebutuhan, Permasalahan, Aset, dan Konsep
Model Pemberdayaannya (Sudi di Daerah Jambu, Engkangin, Sendangmulyo dan
Mlatirejo). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01.
Edy Lukman. 2009. Pencapaian Pembangunan Daerah Tertinggal Lima Tahun Terakhir. Jurnal
Sekertariat Negara RI No.13, Agustus 2009.
http://ciptakarya.pu.go.id/dok/hukum/pedoman/panduan_identifikasi_desa_terpecil.pdf
http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=67&Itemid=65&limitstart=1
http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=67&Itemid=65&limitstart=2
http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=67&Itemid=65&limitstart=3

Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk
mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan UndangUndang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial pasal 2 ayat 1, adalah:
Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan
batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
Pancasila. Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi
untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu, kelompok, keluarga
maupun masyarakat ( Adi, 1994: 3-5).
Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli :
1. Arthur Dunham
Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada
orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan
keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan
dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama
terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan
penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan
dan pencegahan.
2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux
Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha pelayanan
sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam
mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasirelasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan
kemampuankemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai
manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Walter A.Friendlander

Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan


sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompokkelompok agar mencapai standar-standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta
hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka memperkembangkan
segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhankebutuhan keluarga maupun masyarakat.
4. Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu
penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini
dicapai secara seksama melalui tehnik-tehnik dan metode-metode dengan maksud agar
memungkinkan individuindividu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuian diri mereka terhadap
perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisikondisi ekonomi dan sosial. Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisir adalah kumpulan
kegiatan yang bermaksud untuk memungkinkan individu-individu, keluarga-keluarga, kelompokkelompok dan komunitas-komunitas menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh
perubahan kondisi-kondisi. Tetapi disamping itu, secara luas, kecuali bertanggung jawab
terhadap pelayanan-pelayanan khusus, kesejahteraan sosial berfungsi lebih lanjut ke bidang yang
lebih luas di dalam pembangunan sosial suatu negara.
Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteran sosial dapat memainkan peranan penting
dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan menggerakkan sumber-sumber
daya manusia serta sumber-sumber material yang ada disuatu negara agar dapat berhasil
menanggulangi kebutuhan-kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian
berperan serta dalam pembinaan bangsa.
5. Alfred J.Khan
Kesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang tercakup
dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti kesehatan,
pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan
berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan

pelayanan-pelayanan maupun lembaga-lembaga yang ada pada umumnya serta membantu


mereka

yang

mengalami

kesulitan

dan

dalam

pemenuhan

kebutuhan

mereka

(Sumarnonugroho,1987:28-35).
Berikut ini adalah indikator BKKBN dalam pentahapan Keluarga Sejahtera:
a. Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin)
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang
meliputi:
Indikator Ekonomi
- Makan dua kali atau lebih sehari
- Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya di rumah, bekerja,
sekolah dan bepergian)
- Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah
Indikator Non-ekonomi
- Melaksanakan ibadah
- Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera I (Miskin)
Adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator meliputi:
Indikator Ekonomi
- Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telor
- Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru
- Luas lantai rumah kurang 8m2 untuk setiap penghuni
Indikator Non-ekonmomi
- Ibadah teratur
- Sehat tiga bulan terakhir
- Punya penghasilan tetap
- Usia 10-60 dapat baca tulis huruf latin
- Usia 6-15 tahun bersekolah
- Anak lebih dari 2 orang, ber KB.
c. Keluarga Sejahtera II
Adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator meliputi:
- Memiliki tabungan keluarga
- Makan bersama sambil berkomunikasi
- Mengikuti kegiatan masyarakat
- Rekreasi bersama (6 bulan sekali)
- Meningkatkan pengetahuan agama
- Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah
- Menggunakan sarana transportasi

d. Keluarga Sejahtera III


Sudah dapat memenuhi beberaoa indikator meliputi:
- Memiliki tabungan keluarga
- Makan bersama sambil berkomunikasi
- Mengikuti kegiatan masyarakat
- Rekreasi bersama (6 bulan sekali)
- Meningkatkan pengetahuan agama
- Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah
- Menggunakan sarana transportasi
Belum dapat memenuhi beberapa indikator meliputi:
- Aktif memberikan sumbangan material secara teratur
- Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan
e. Keluarga sejahtera IV
Sudah dapat memenuhi beberapa indikator meliputi:
- Aktif memberikan sumbangan material secara teratur
- Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan

Referensi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30967/3/Chapter%20II.pdf
Foto Copy Thesis Cah Sosiologi

Anda mungkin juga menyukai