1.
tertinggal
adalah
Kawasan
Perdesaan
yang
terisolasi
dari
Pusat
Faktor Penyebab
Menurut Bappenas (2009), suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal,
karena beberapa faktor penyebab, antara lain :
a. Geografis
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya
yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau
terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan
baik transportasi maupun media komunikasi.
b. Sumberdaya Alam
Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah yang
memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah
yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan
sumberdaya alam yang berlebihan.
c. Sumberdaya Manusia
Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum
berkembang.
d. Prasarana dan Sarana
Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi,
kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah
tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
e. Daerah Rawan Bencana dan Konflik Sosial
Seringnya suatu daerah mengalami bencana alam dan konflik sosial dapat
menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.
f. Kebijakan Pembangunan
Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan yang
tidak tepat seperti kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal, kesalahan
pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan
masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan.
3.
rawan konflik. Keenam kriteria ini diolah dengan menggunakan data Potensi Desa (PODES)
2003 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2002 dan data Keuangan Kabupaten
2004 dari Departemen Keuangan.
Berdasarkan deskripsi diatas, kriteria untuk menentukan (mengindikasikan) Desa
Tertinggal dalam kegiatan ini yaitu:
a.
b.
c.
4.
Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa: Kelompok Tipe A memiliki 4 varian, yaitu:
1) Tipologi A1, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya rendah, ketersediaan
sarana wilayahnya rendah dan kehidupan masyarakatnya rendah
2) Tipologi A2, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya rendah, ketersediaan
sarana wilayahnya rendah namun kehidupan masyarakatnya cukup
3) Tipologi A3, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya rendah, ketersediaan
sarana wilayahnya cukup namun kehidupan masyarakatnya rendah
4) Tipologi A4, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya rendah, namun
ketersediaan sarana wilayahnya cukup dan kehidupan masyarakatnya cukup
Kelompok Tipe B memiliki 2 varian, yaitu:
1) Tipologi B1, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya cukup, namun
ketersediaan sarana wilayahnya rendahdan kehidupan masyarakatnya rendah
2) Tipologi B2, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya cukup, namun
ketersediaan sarana wilayahnya rendahdan kehidupan masyarakatnya cukup
Kelompok Tipe C memiliki 1 varian, yaitu:
1) Tipologi C1, desa yang ketersediaan prasarana dasar wilayahnya cukup, namun
ketersediaan sarana wilayahnya cukup namun kehidupan masyarakatnya rendah
Referensi
Muhtar, dkk. 2011. Masyarakat Desa Tertinggal: Kebutuhan, Permasalahan, Aset, dan Konsep
Model Pemberdayaannya (Sudi di Daerah Jambu, Engkangin, Sendangmulyo dan
Mlatirejo). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 16 No. 01.
Edy Lukman. 2009. Pencapaian Pembangunan Daerah Tertinggal Lima Tahun Terakhir. Jurnal
Sekertariat Negara RI No.13, Agustus 2009.
http://ciptakarya.pu.go.id/dok/hukum/pedoman/panduan_identifikasi_desa_terpecil.pdf
http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=67&Itemid=65&limitstart=1
http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=67&Itemid=65&limitstart=2
http://kawasan.bappenas.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=67&Itemid=65&limitstart=3
Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk
mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan UndangUndang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial pasal 2 ayat 1, adalah:
Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan
batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan
Pancasila. Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi
untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu, kelompok, keluarga
maupun masyarakat ( Adi, 1994: 3-5).
Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli :
1. Arthur Dunham
Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi
dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada
orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan
keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan
dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama
terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan
penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan
dan pencegahan.
2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux
Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha pelayanan
sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam
mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasirelasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan
kemampuankemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai
manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Walter A.Friendlander
yang
mengalami
kesulitan
dan
dalam
pemenuhan
kebutuhan
mereka
(Sumarnonugroho,1987:28-35).
Berikut ini adalah indikator BKKBN dalam pentahapan Keluarga Sejahtera:
a. Keluarga Pra Sejahtera (Sangat Miskin)
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang
meliputi:
Indikator Ekonomi
- Makan dua kali atau lebih sehari
- Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya di rumah, bekerja,
sekolah dan bepergian)
- Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah
Indikator Non-ekonomi
- Melaksanakan ibadah
- Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera I (Miskin)
Adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator meliputi:
Indikator Ekonomi
- Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telor
- Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru
- Luas lantai rumah kurang 8m2 untuk setiap penghuni
Indikator Non-ekonmomi
- Ibadah teratur
- Sehat tiga bulan terakhir
- Punya penghasilan tetap
- Usia 10-60 dapat baca tulis huruf latin
- Usia 6-15 tahun bersekolah
- Anak lebih dari 2 orang, ber KB.
c. Keluarga Sejahtera II
Adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator meliputi:
- Memiliki tabungan keluarga
- Makan bersama sambil berkomunikasi
- Mengikuti kegiatan masyarakat
- Rekreasi bersama (6 bulan sekali)
- Meningkatkan pengetahuan agama
- Memperoleh berita dari surat kabar, radio, TV, dan majalah
- Menggunakan sarana transportasi
Referensi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30967/3/Chapter%20II.pdf
Foto Copy Thesis Cah Sosiologi