Anda di halaman 1dari 23

SESI / PERKULIAHAN KE : 1 - 2

TIK : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat :


1. Menjelaskan standarisasi dan peraturan instalasi serta lembaga yang berwenang
melakukan pengujian.
2. Menjelaskan dan menggambar simbol instalasi listrik
3. Menjelaskan jenis-jenis gambar instalasi

Pokok Bahasan : Standarisasi dan Peraturan


Deskripsi singkat :
Kuliah ini akan membahas maksud/tujuan standarisasi dan peraturan dalam instalasi listrik,
serta menjelaskan hal-hal yang distandarisasi (standarisasi peralatan, lambang/simbol
peralatan listrik) dan juga menjelaskan sumber dasar peraturan umum instalasi listrik yaitu
PUIL 2000, serta menjelaskan jenis-jenis gambar dalam instalasi kelistrikan. Disamping itu
juga diberikan latihan-latihan menggambar lambang/simbol peralatan listrik dan jenis-jenis
gambar instalasi listrik. Materi standarisasi dan peraturan ini sangat bermanfaat sebagai
dasar dalam melakukan perancangan dan instalasi kelistrikan dan sebagai dasar pokokpokok bahasan selanjutnya. .
Bahan Bacaan :
1. Muhaimin Instalasi Listrik I , Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung,
1995
2. Van Hatren,P, Setiawan,E, Instalasi Listrik Arus Kuat I, Bina Cipta, Bandung , 1991
3. YAYASAN PUIL,PUIL 2000, Jakarta. 2000
Pertanyaan Kunci/Tugas :
Ketika Anda membaca bahan bacaan ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan ini untuk
membantu anda.
1. Apa tujuan adanya standarisasi dalam peralatan listrik.
2. Apa tujuan adanya peraturan dalam Instalasi kelistrikan.
3. Apa tujuan diadakan pengujian terhadap peralatan listrik
4. Apa maksud dibuat simbol atau lambang untuk peralatan listrik
5. Jelaskan jenis-jenis gambar instalasi
Tugas :
Tugas / latihan secara lengkap ada pada penutup materi standarisasi dan peraturan ini.

BAB I STANDARISASI DAN PERATURAN


1.1. Pendahuluan
Sekarang ini, di Indonesia beredar berbagai peralatan listrik buatan dalam dan
luar negeri. Untuk itu perlu diketahui berbagai penandaan maupun standarisasi dari
beberapa negara agar diketahui dengan pasti bahwa peralatan itu sudah diuji di
negara yang membuat atau di Indonesia.
Dua organisasi interansional yang bergerak di bidang standarisasi ialah:

International Electrotechnical Commision (IEC) untuk bidang


teknik listrik, dan

International Organization for Standardization (ISO) untuk


bidang-bidang lainnya.

Sekretariat kedua organisasi ini berada di Geneva, dan mereka bekerjasama


dengan erat.
Selain standarisasi terhadap peralatan listrik dibutuhkan pula peraturan-peraturan
dalam pemasangan instalasi listrik yang bertujuan untuk pengamanan terhadap
manusia dan barang, dimana peraturan instalasi listrik terdapat dalam buku
Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000, disingkat PUIL 2000.
Selain menguasai peraturan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan
instalasi, seorang ahli listrik harus juga mahir membaca gambar instalasi. Peralatan
listrik dalam gambar instalasi digambar dengan menggunakan lambang/simbol yang
berlaku untuk tiap peral atan.

1.2. Standarisasi
Tujuan standarisasi ialah mencapai keseragaman, antara lain mengenai:
a.

Ukuran, bentuk dan mutu barang;

b.

Cara menggambar dan cara kerja.

Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis
barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu keharusan.
Standarisasi membatasi jumlah dan jenis barang, sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan. Selain itu, standarisasi juga mengurangi
pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak. Dengan tercapainya standarisasi, mesinmesin dan alat-alat dapat dipergunakan secara lebih baik dan lebih efisien, sehingga
dapat menurunkan harga pokok dan meningkatkan mutu.
Di Indonesia hingga saat ini belum terbentuk suatu Badan Satandarisasi
Nasional. Namun demikian Indonesia telah menjadi anggota IEC maupun ISO.
Kegiatan standarisasi di Indonesia dilakukan oleh beberapa departemen untuk
bidangnya masing-masing. Untuk bidang teknik listrik arus kuat, usaha standarisasi
diprakarsai oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perusahaan Umum
Listrik Negara (PLN) dan beberapa instansi lain.
1.3. Peraturan
Pemasangan instalasi listrik terikat pada peraturan-peraturan. Tujuan peraturanperaturan ini ialah:
a.

Pengamanan manusia dan barang;

b.

Penyediaan tenaga listrik yang aman dan efesien.

Dapat diperkirakan bahwa kebanyakan orang tidak ahli di bidang listrik. Supaya
listrik dapat dipergunakan dengan seaman mungkin, maka syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan sangat ketat.
Peraturan instalasi listrik terdapat dalam buku Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000, disingkat PUIL 2000. Buku peraturan ini diterbitkan oleh Panitia
Revisi PUIL, lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. PUIL 2000 ini merupakan
pembaharuan dari PUIL 1987.
PUIL 1987 merupakan pembaharuan dari Peraturan Umum Instalasi Listrik 1977
, dan PUIL 1977 merupakan pembaharuan dari Peraturan Umum Instalasi Listrik
yang lama, yaitu PUIL NI 6. Sedangkan PUIL NI6 ini adalah terjemahan dari
Algemeene Voorschriften voor Electrische Sterkstroom Installaties in nederlandsch
Indie atau AVE Norm 2004, terbitan tahun 1937.
Dengan berlakunya PUIL 2000, maka PUIL 1987 tidak berlaku lagi. Demikian
pula peraturan atau ketentuanlain di bidang instalasi listrik, kecuali yang tidak
bertentangan dengan PUIL 2000.
Peralatan listrik hanya boleh dipergunakan untuk instalasi, apabila:
a.
b.

Memenuhi ketentuan-ketentuan PUIL 2000 (ayat 2.4.1.1)


Telah mendapat pengesahan atau izin dari instansi yang berwenang .

1.4. Pengujian peralatan Listrik


Menurut ayat 2.4.1.1 semua bagian perlengkapan/peralatan listrik yang
akan dipergunakan untuk instalasi listrik, harus memenuhi ketentuan-ketentuan
PUIL 2000.

Di indonesia peralatan listrik diuji oleh suatu lembaga dari Perusahaan Umum
Listrik Negara, yaitu Pusat penyeledikan Masalah Kelistrikan, disingkat LMK.
Peralatan listrik yang mutunya diwasi oleh LMK dan telah disetujui, diizinkan
untuk memakai tanda persetujuan LMK (gambar1.1). Pada kabel yang berselubung
bahan termoplastik, misalnya berselubung PVC, tanda persetujuan ini dibuat timbul
dan diletakkan pada selubung luar kabel. Cara ini sulit dilaksanakan untuk kabelkabel ukuran kecil, misalnya NYA ukuran kecil. Untuk kabel-kabel demikian
digunakan kartu sebagai tanda persetujuan LMK (gambar 1.2).

Gambar 1.1 tanda persetujuan LMK

Gambar 1.2 kartu tanda persetujuan LMK


1.5. Simbol/ lambang Instalasi Listrik
Selain menguasai peraturan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan
intalasi, seorang ahli listrik harus juga mahir membaca gambar instalasi. Denah
ruangan yang akan dilengkapi dengan instalasi, pada umumnya digambar dengan
skala 1:100 atau 1:50. Pada denah ini digambar instalasi yang akan dipasang,
dengan menggunakan lambang-lambang yang berlaku.

Gambar 1.3 a. Lambang-lambang untuk instalasi arus kuat

Gambar 1.3 b Lambang-lambang untuk instalasi arus kuat

Gambar 1.3 c. Lambang-lambang untuk instalasi arus kuat

Gambar 1.3 d. Lambang-lambang untuk instalasi arus kuat

Gambar 1.3 e. Lambang-lambang untuk instalasi arus kuat

10

Gambar-gambar 1.3a sampai dengan 1.3e memperlihatkan lambang-lambang


yang penting untuk instalasi arus kuat. Ukuran-ukuran yang diberikan dalam
beberapa gambar tersebut dimaksudkan sebagai petunjuk untuk pembuatan gambar
instalasi.
Ukuran gambar ikut menentukan ukuran lambang yang sebaiknya digunakan.
Akan tetapi supaya hasilnya rapi, perbandingan antara ukuran masing-masing
lambang harus seragam. Jumlah lambang sebaiknya dibatasi sedapat mungkin,
hanya yang perlu saja yang digambar. Bentuk lambang yang digunakan sedapat
mungkin bentuk yang paling sederhana.
Lambang-lambang dapat juga digambar dalam bentuk gambar cerminnnya atau
dalam kedudukan apapun, asal tidak menimbulkan keragu-raguan.
Di dalam atau di samping lambang dapat ditambahkan penjelasan-penjelasan
khusus bila diperlukan.
Apabila ada alat yang lambangnya belum dibakukan, maka dipilih sustu
lambang dan artinya dijelaskan dalam gambar.
Lambang-lambang yang penting dapat digambar lebih tebal atau lebih besar
sehingga lebih menonjol.
1.6. Jenis-jenis gambar instalasi
1.6.1 Pengantar
Gambar elektroteknik memberi keterangan tentang pelaksanaan instalasi listrik
dan pembuatan peralatan listrik.

11

Gambar-gambar dapat dibagi berdasarkan:


a. tujuannya;
b. cara menggambarnya.
Nama yang diberikan pada gambar umumnya menyatakan tujuan gambar itu,
kadang-kadang juga cara menggambarnya.
Berturut-turut di bawah ini akan dibahas jenis-jenis gambar yang paling sering
digunakan dalam teknik arus kuat.
Sebuah gambar bagan atau diagram menjelaskan dengan bantuan lambanglambang,

bagaimana

cara

menghubungkan

bagian-bagian

instalasi,

tanpa

menghiraukan perbandingan ukuran-ukuran ruangannya.


Pembagian menurut tujuan dan cara menggambarnya dapat dibagi lagi sebagai
berikut:
a. Pembagian menurut tujuan
1. diagram-diagram yang bersifat menjelaskan:
-

diagram dasar

diagram lingkaran arus

diagram instalasi

2. diagram-diagram pelaksanaan
-

diagram pengawatan

diagram saluran

3. gambar instalasi
4. gambar situasi

12

b. Pembagian menurut cara menggambar


1. cara menggambar dengan garis ganda
2. cara menggambar dengan garis tunggal
1.6.2 Diagram dasar
Diagram dasar dimaksudkan untuk menjelaskan cara kerja suatu instalasi
secara elementer.
Gambar 1.4 memperlihatkan diagram dasar suatu perlengkapan hubung bagi
(PHB), digambar dengan cara disederhanakan, dan gambar 1.5 memperlihatkan
diagram yang sama digambar secara terperinci. Gambar 1.6 memperlihatkan
bentuknya.

Gambar 1.4 diagram dasar suatu PHB

Gambar 1.5 Diagram PHB yang terperinci

13

Gambar 1.6 bentuk PHB


1.6.3 Diagram lingkaran arus
Diagram lingkaran arus dimaksudkan untuk menjelaskan cara kerja suatu
rangkaian secara terperinci. Diagram ini digunakan untuk merencanakan rangkaianrangkaian yang rumit dan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan yang terjadi
padanya. Tanpa diagram ini sering kali tidak mungkin untuk memperoleh gambaran
yang jelas tentang cara kerja sutu rangkaian.
Gambar 1.7 memperlihatkan diagram lingkaran arus suatu rangkaian kutub
satu. Dalam diagram lingkaran arus, sakelar-sakelar selalu digambar sedemikian
hingga bergerak dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas (gambar-gambar 1.8 dan
1.9)

14

Gambar 1.7 diagram lingkaran arus

Gambar 1.8 Kontak-kontak Hubung

Gambar 1.9 kontak-kontak pemutus


1.6.4 Diagram pengawatan
Diagram pengawatan memperlihatkan cara pelaksanaan pengawatan dalam
suatu alat listrik

Gambar 1.10 memperlihatkan diagram pengawatan suatu kotak bagi.

15

1.6.5 Diagram saluran


Diagram saluran memperlihatkan hubungan antara bagian-bagian suatu
instalasi.
Gambar 1.11 memperlihatkan suatu diagram salurantopografis. Dalam diagram
saluran topografis, saluran-salurannya sedapat mungkin digambar sesuai dengan
keadaan sebenarnya.
Gambar 1.12 memperlihatkan diagram saluran yang sama dalam bentuk yang
lebih sederhana.

Gambar 1.11 diagram saluran topografis

Gambar 1.12 diagram saluran sederhana

16

1.6.6 Gambar instalasi dan diagram instalasi


Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam gambar instalasi harus dapat
diambil kesimpulan, apakah instalasi itu dapat membahayakan orang atau tidak, dan
pakah ia dapat menimbulkan bahaya kebakaran atau gangguan bagi konsumen lain
atau tidak.
Gambar 1.13 memperlihatkan gambar instalasi untuk suatu ruangan. Saluransalurannya tidak digambar. Dalam praktek gambar ini juga digunakan sebagai
gambar pelaksanaan. Mereka yang bertugas memasang instalasinya, menentukan
sendiri letak saluran-salurannya di tempat pekerjaan.
Dalam praktek tidak selalu mungkin untuk memberi nama yang tepat bagi
suatu gambar. Beberapa gambar sering digabungkan dalam satu gambar.

Gambar 1.13 gambar instalasi suatu ruangan


Untuk instalasi-instalasi yang besar, saluran-salurannya harus digambar, karena
panjang salurannya harus diukur untuk dapat menyusun perkiraan biayanya. Akan
tetapi perlu diiingat bahwa pelaksanannya tidak akan selalu sesuai dengan gambar.

17

Gambar instalasi sering dilengkapi dengan diagram instalasi. Gambar 1.14


memperlihatkan suatu diagram instalasi sederhana. Dari keterangan-keterangan
yang tercantum dalam diagram instalasi, dapat ditentukan apakah instalasinya sesuai
dengan peraturan atau tidak.

Gambar 1.14 diagram instalasi sederhana


1.6.7 Gambar situasi
Gambar situasi harus menunjukkan dengan jelas letak gedung atau tempat,
dimana instalasinya akan dipasang, serta rencana penyambungannya dengan
jaringan PLN. Keterangan-keterangan ini diperlukan PLN (atau perusahaan listrik
lain) untuk dapat menentukan kemungkinan penyambungannya dan biayanya.
1.6.8 Diagram garis ganda dan diagram garis tunggal
Pada cara menggambar dengan garis ganda setiap hantaran digambar dengan
garis tersendiri. Gambar 1.15 memperlihatkan diagram garis ganda untuk sebuah
sakelar kutub satu dengan satu titik lampu.

18

Gambar 1.15 diagram garis ganda sakelar kutub satu dengan satu titik lampu
Gambar 1.16 memperlihatakan rangkaian yang sama dalam bentuk diagram
garis tunggal. Dalam diagram garis tunggal hantaran-hantaran yang sejenis
digambar dengan satu garis dengan beberapa garis lintang kecil. Jumlah garis
lintang ini menyatakan jumlah hantaran sejenis yang ada.

Gambar 1.16 rangkaian yang sama dalam bentuk diagram garis tunggal.
Sejumlah alat yang sejenis juga dapat dinyatakan dengan garis-garis lintang
kecil dalam lambang alat itu, seperti dalam gambar 1.17. gambar ini
memperlihatkan diagram garis tunggal suatu kotak bagi. Jumlah garis lintang kecil
dalam lambang pengaman ulir menyatakan jumlah pengaman ulir itu.

19

Gambar 1.17. diagram garis tunggal suatu kotak bagi


Dalam kotak bagi gambar 1.17 terdapat sejumlah unsur yang bernilai sama,
yaitu pengaman-pengaman ulir dan sakelar-sakelar kutub dua. Karena itu gambar
1.17 ini masih dapat disederhanakan lagi (gambar 1.18). Gambar 1.18 ini
memeperlihatkan diagram dasar kotak bagi tersebut.

Gambar 1.18 diagram dasar kotak bagi

Gambar 1.19 diagram garis ganda kotak bagi

20

Gambar 1.20 gambar bentuk kotak bagi.

Gambar 1.21 gambar ukuran kotak bagi


Gambar 1.19 memperlihatkan diagram garis ganda kotak bagi yang sama.
Bentuknya dapat dilihat dalam gambar 1.20. Gambar 1.21 memperlihatkan gambar
ukurannnya. Gambar-gambar ukuran ini dapat dijumpai dalam buku-buku katalog.
Ukuran-ukurannya biasanya disusun dalam bentuk tabel.
1.7. Penutup
Pemakaian listrik yang makin meningkat harus diimbangi dengan teknologi
instalasi listrik yang makin canggih dan sumber daya manusia yang terampil yang
memahami standarisasi sebuah peralatan listrik dan juga memahami peraturanperaturan yang terkait dengan instalasi listrik.

21

Setiap pemasangan instalasi listrik perlu memperhatikan standarisasi peralatan


danjuga peraturan pemasangan instalasi listrik. Karena pemasangan peralatan yang
tidak standar atau tidak sesuai akan merusak peralatan dan sekaligus membahayakan
manusia.
TUGAS/LATIHAN
1.

Apa tujuan standarisasi?

2.

Keuntungan-keuntungan apa yang didapat dari

standarisasi?
3.

Badan-badan apa yang

mengatur standarisasi

secara internasional? Bagaimana keadaannya di Indonesia?


4.

Apa

tujuan-tujuan

dari

peraturan-peraturan

instalasi?
5.

Apa arti singkatan-singkatan berikut ini: IEC, Iso,


PLN, LMk, LIPI dan PUIL?

6.

Apa arti tanda LMK pada peralatan listrik?

7.

Gambar-gambar instalasi listrik dapat dibagi atas


jenis apa saja?

8.

Bilamana digunakan diagram lingkaran arus?

9.

Bagaimana

cara

menggambar

sakelar

dalam

diagram?
10.

Apa tujuan gambar instalasi? Dan diagram


instalasi?

22

11.

Apa tujuan gambar situasi? Mengapa gambar ini


diperlukan?

12.

Apa perbedaan antara diagram garis ganda dan


diagram garis tunggal?

23

Anda mungkin juga menyukai