Anda di halaman 1dari 8

Kategori Nobel

Nobel Kimia 2007 : Perilaku Molekul pada Kimia Permukaan

Oleh Ambara Rachmat Pradipta


Mahasiswa program Master Universitas Osaka, Jepang
Tahun 2007 ini penghargaan Nobel Kimia diberikan
kepada Gerhard Ertl atas penelitiannya di bidang surface
chemistry (kimia permukaan). Ketika suatu molekul dari
fasa gas mengenai permukaan zat padat, ada berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi. Molekul tersebut dapat
dipantulkan kembali atau dapat juga diadsorbsi. Hal yang
menarik adalah jika molekul gas tersebut diadsorbsi oleh
permukaan zat padat. Interaksi dengan atom dari
permukaan zat padat tersebut dapat terjadi dengan sangat kuat, sehingga molekul gas
terdisosiasi menjadi bentuk atomnya. Kemungkinan ketiga yang dapat terjadi dari
interaksi gas dengan permukaan zat padat adalah molekul yang telah teradsorbsi
sebelumnya bereaksi dengan molekul lain yang sebelumnya telah teradsorbsi pada
permukaan zat pada tersebut dan terjadi reaksi kimia kedua pada permukaan zat padat
tersebut.
Image yang paling umum ketika menganalogikan seorang ahli kimia adalah seorang
peneliti di lab yang sedang mencampur larutan senyawa kimia dalam tabung reaksi
sehingga menghasilkan senyawa/larutan dengan karakteristik warna yang baru. Hal
tersebut memang banyak dan sering dilakukan oleh seorang ahli kimia, tapi perlu ada hal
lain yang diketahui mengenai apa dan bagaimana reaksi kimia berlangsung. Beberapa
diantara reaksi kimia yang penting tidak berlangsung dalam bentuk larutan, tetapi reaksi
berjalan dalam wujud/bentuk yang berbeda.
Salah satu cabang dari ilmu kimia mempelajari secara lebih dalam mengenai reaksi pada
permukaan zat padat, dan pada cabang kimia tersebut tabung kimia tidak banyak
digunakan. Bidang ini menggunakan tehnologi yang lebih advance seperti vacuum
chambers, mikroskop elektron, dan cleanrooms. Tehnologi dengan level tinggi ini
dikombinasikan juga dengan metodologi tingkat tinggi dan presisi yang sangat tinggi.
Untuk melakukan penelitan terhadap bagaimana perilaku molekul dan atom di atas
permukaan padat tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat dan membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Meski demikian mengapa para ahli kimia rela mengorbankan waktu
dan uang demi mempelajari reaksi tersebut? Jawabannya adalah, karena reaksi kimia
permukaan memegang peranan yang sangat penting baik itu di bidang industri maupun
reaksi yang terjadi di alam. Pengetahuan di bidang kimia permukaan dapat membantu
menjelaskan berbagai proses seperti mengapa besi berkarat, bagaimana pupuk buatan
diproduksi, bagaimana katalis pada pipa knalpot mobil bekerja serta mengapa melalui
reaksi kimia pada permukaan kristal es pada stratosfer lapisan ozon menjadi semakin
parah. Pengetahuan di bidang reaksi kimia permukaan juga dapat membantu kita untuk
dapat memproduksi bahan bakar yang dapat di daur ulang secara lebih efisien serta dapat
membantu kita untuk dapat membuat material baru untuk perangkat elektronik.

Perkembangan kimia permukaan moderen


Perkembangan di bidang kimia permukaan modern dimulai sekitar tahun 1960-an,
semenjak ditemukannya tehnologi vakum yang dikembangkan di industri semikonduktor.
Gerhard Ertl -- peraih penghargaan nobel kimia tahun 2007 ini -- merupakan salah satu
orang yang pertama menyadari potensi dari tehnologi tersebut. Ertl diberi penghargaan
nobel kimia atas usahanya dalam mengunakan metode tersebut diatas sebagai fondasi
dari seluruh riset yang dilakukannya.
Hal dan reliabilitas yang luar dari hasil penelitian yang diperoleh Ertl adalah tingkat
presisi yang sangat tinggi serta dikombinasikan dengan kemampuannya dalam
memurnikan produk hasil reaksi. Ertl telah mampu bekerja secara detail dan sistematis
dalam mencari tehnik eksperimen yang paling baik dalam menginvestigasi berbagai
masalah yang ada dalam bidang ini.
Bekerja secara eksperimen dengan bidang kimia permukaan ini merupakan hal yang
sangat sulit, karena permukaan tersebut sangat reaktif dan sulit untuk dijaga agar tetap
bersih (agar reaksi dapat diamati secara spesifik). Tetapi Ertl telah mampu memberikan
tehnik dengan presisi tinggi dengan mengaplikasikan sistem vakum level tinggi yang
penting untuk penelitian ini.
Dalam udara terbuka, segala jenis permukaan zat padat akan segera tertutupi oleh
molekul yang terdapat dalam gas yang ada disekelilingnya.
Gerhard Ertl pertamakali mempelajari perilaku gas hidrogen pada permukaan metal.
Pupuk buatan dari Nitrogen
Pada percobaan selanjutnya, Ertl mencoba melakukan penelitan terhadap proses HaberBosch (dimana proses utamanya adalah mengikat Nitrogen bebas dari udara), yang
merupakan langkah dasar dalam memproduksi pupuk buatan. Reaksi ini secara komersial
merupakan reaksi yang sangat penting, dimana salah satu penyebab utama rendahnya
produksi panen adalah dikarenakan kekurangan Nitrogen.
Pada tahun 1918, Fritz Haber diberi penghargaan nobel kimia atas jasanya menemukan
proses Haber-Bosch. Kontribusi Ertl dalam bidang ini adalah dalam menyediakan
pengetahuan secara detail mengenai bagaimana proses tersebut berjalan.
Tetapi diatas semua ini, hasil pekerjaan Ertl mengenai proses Haber-Bosch adalah dalam
konteks yang dihubungkan sebagai salah satu contoh mengenai metodologi sistematik
yang telah diaplikasikan pada masalah kimia permukaan.
Dalam proses Haber-Bosch, Nitrogen -- yang merupakan komponen penting dalam udara
-- bereaksi dengan hidrogen untuk membentuk amonia. Hal tersebut merupakan langkah
pertama dan langkah yang paling sulit dalam memproduksi pupuk buatan. Agar reaksi ini
berjalan diperlukan keberadaan katalis, dan disinilah kimia permukaan memainkan
peranan pentingnya.
Katalis yang digunakan dalam proses Haber-Bosch adalah besi yang didistribusi secara
merata pada seluruh permukaan sebagai support. Baik Nitrogen dan Hidrogen, keduanya
menempel pada permukaan besi (dengan cara seperti ini, Nitrogen dan Hidrogen bereaksi
satu dengan yang lainnya secara lebih mudah. Salah satu pertanyaan penting yang

muncul ketika Ertl melakukan eksperimen ini adalah ahap mana yang berjalan paling
lambat pada proses ini? Untuk meningkatkan proses secara keseluruhan tentu saja Ertl
berfikir untuk mempercepat tahap reaksi yang berjalan paling lambat.
Untuk menginvestigasi proses Haber-Bosch, Ertl menggunakan sistem ideal, dimana
permukaan besi yang bersih dan merata yang di simpan dalam vacuum chamber, dimana
Ertl dapat memasukkan berbagai gas yang jumlahnya dapat dikontrol. Ketika nitrogen
menyentuh permukaan besi, Ertl mengamati bahwa nitrogen masih berada dalam bentuk
molekul N2 (1-3). Ikatan antara dua atom Nitrogen merupakan salah satu ikatan yang
terkuat dalam ilmu ikatan kimia. Setelah molekul Nitrogen menempel dengan permukaan
besi, lalu kedua atom nitrogen tersebut akan memutuskan ikatannya dan lebih memilih
untuk berikatan dengan permukaan besi (proses ini membutuhkan waktu) (4).
Sementara, molekul Hidrogen berdisosiasi semenjak awal dan menempel pada
permukaan besi dalam bentuk atomnya (1-2).

Ertl melakukan kalkulasi untuk menghitung konsentrasi atom nitrogen pada permukaan
besi, dan secara simultan menambahkan hidrogen kedalam sistem. Ertl menemukan
bahwa konsentrasi atom nitrogen pada permukaan besi akan semakin berkurang seiring
dengan penambahan atom hidrogen kedalam sistem.
Dari hal tersebut diatas, Ertl menyimpulkan bahwa atom nitrogen pada permukaan besi
akan hilang karena bereaksi dengan hidrogen. Hal ini menunjukkan bahwa langkah
pertama dari reaksi pada proses Haber-Bosch terjadi antara hidrogen dan atom nitrogen.
Jadi, molekul nitrogen akan lebih memilih untuk berikatan terlebih dahulu dengan
permukaan besi dan membentuk atom nitrogen sebelum bereaksi dengan hidrogen.
Untuk menghitung konsentrasi Nitrogen pada permukaan besi bukanlah merupakan suatu
hal yang mudah. Untuk dapat membedakan antara atom nitrogen dari molekul nitrogen,
Ertl menggunakan berbagai metode spektroskopi. Dasar dari semua metode tersebut
adalah membombardir permukaan dengan partikel (baik itu partikel cahaya seperti foton
ataupun elektron bebas).
Metode lain yang dapat digunakan untuk menginvestigasi konsentrasi Nitrogen pada
permukaan adalah dengan mempelajari struktur permukaan itu sendiri. Hal ini mungkin
dilakukan karena struktur permukaan akan sedikit termodifikasi ketika permukaan besi
tersebut berikatan dengan nitrogen. Dalam metode ini, Ertl menggunakan metode yang
melibatkan bombardir permukaan dengan elektron yang kemudian dipantulkan dengan
pola yang spesifik. Pola tersebut yang menunjukkan struktur dari permukaan besi
tersebut.

Poin penting yang diperoleh dari metoda-metoda diatas adalah bahwa dalam bidang
kimia permukaan ini sangat sulit sekali untuk meyakinkan apa yang diamati dalam
eksperimen kimia permukaan. Sedikit saja keberadaan pengotor (impurity) dalam sistem
akan segera berikatan dengan permukaan (tidak sama seperti dalam larutan dimana
pengotor akan segera larut). Dengan kata lain, permukaan harus segera diinvestigasi
dengan menggunakan berbagai cara untuk meyakinkan bahwa gambar yang diperoleh
tidak terdistorsi oleh kontaminan.
Pemutusan ikatan molekul Nitrogen adalah tahap yang paling lama
Untuk meningkatkan proses Haber-Bosch secara keseluruhan, maka langkah pemutusan
ikatan molekul Nitrogen yang berjalan paling lambat ini harus dapat
ditingkatkan/dipercepat.
Dalam proses Haber-Bosch, penambahan Kalium sebagai katalis merupakan salah satu
cara untuk mempercepat proses Haber-Bosch. Ertl dalam hal ini telah mampu
menunjukkan secara detail mengenai alasan mengapa penambahan Kalium dapat
mempercepat proses.
Pemutusan ikatan molekul Nitrogen berjalan lebih lambat dari langkah-langkah lainnya
dalam reaksi. Setelah ikatan nitrogen diputus, langkah reaksi lainnya berjalan dengan
sangat cepat, dimana tidak mungkin untuk dapat mengamati langkah apa yang terjadi
sampai semua amonia terbentuk dan lepas dari permukaan.
Gerhard Ertl
Fritz-Haber-Institut der Max-Planck-Gesellschaft
Germany
Sumber: Information and scientific background on the Nobel Prize in Chemistry 2007

Gunakan fasilitas pencarian kata dibawah ini untuk mencari kata di chem-is-try.org

Ilmu permukaan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Ilmu permukaan (Bahasa Inggris: surface science), termasuk di dalamnya kimia
permukaan (surface chemistry) dan fisika permukaan (surface physics), adalah ilmu
yang mempelajari fenomena fisika dan kimia yang terjadi pada antarmuka dua fase zat,
termasuk antarmuka padatan-cairan, padatan-gas, padatan-ruang hampa, dan cairan-gas.

Irving Langmuir adalah salah satu perintis di bidang ini. Namanya diabadikan sebagai
nama jurnal ilmiah Langmuir yang berfokus pada ilmu permukaan.

Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah
2 Kimia permukaan
3 Fisika permukaan

4 Pranala luar

[sunting] Sejarah
Bidang kimia permukaan dimulai dengan katalisis heterogen yang dipelopori oleh Paul
Sabatier dengan hidrogenasi dan Fritz Haber dengan proses Haber. Irving Langmuir
merupakan pendiri bidang ini, dan jurnal ilmiah dalam bidang ini, yaitu Langmuir,
menggunakan namanya. Persamaan adsorpsi Langmuir digunakan untuk memodelkan
adsorpsi lapis-tunggal dimana seluruh titik adsorpsi permukaan memiliki afinitas yang
sama terhadap spesi yang diadsorpsi.

[sunting] Kimia permukaan


Kimia permukaan dapat didefinisikan secara umum sebagai kajian reaksi kimia di
permukaan. Hal ini berkaitan erat dengan fungsionalisasi permukaan yang bertujuan
mengubah susunan kimia permukaan dengan menambahkan unsur tertentu atau gugus
fungsi yang menghasilkan berbagai dampak yang diinginkan atau peningkatan sifat-sifat
permukaan atau antarmuka. Kimia permukaan juga bertumpang tindih dengan
elektrokimia. Ilmu permukaan secara khusus penting untuk bidang katalisis heterogen.
Adesi molekul gas atau cairan ke permukaan dikenal sebagai adsorpsi, yang dapat
disebabkan oleh adsorpsi kimia atau adsorpsi fisik. Kedua hal ini juga tercakup dalam
kimia permukaan.

Kategori Kimia Material


Fotokatalisis pada Permukaan TiO2

Sumber: Kompas, 27 September 2002


PADA abad yang lalu para peneliti berhasil mendiskripsikan fenomena fotokatalisis pada
permukaan semikonduktor metal-oksida. Pertamakali dikemukakan oleh Renz tahun
1921 dan sampai tahun 1960-an mendapat antusiasme yang biasa-biasa saja dari kalangan
peneliti.

Popularitas semikonduktor fotokatalisis meningkat setelah publikasi Akira Fujishima di


majalah Nature 1972. Ia melaporkan pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen
menggunakan kristal tunggal TiO2 dengan input sinar UV berenergi rendah.
Hidrogen dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan diproyeksikan dapat
menggantikan minyak bumi.
Publikasi ini mendapat perhatian besar dan momentum kuat oleh isu krisis energi, pada
masa itu, dengan ketakutan akan habisnya cadangan minyak bumi. Tentu saja pengajuan
alternatif cara penyediaan energi dengan latar belakang sains yang kuat ini mendapat
sambutan antusias di kalangan para peneliti. Seolah-olah problem energi dunia segera
akan teratasi. Bagaimana tidak, dengan input sinar berenergi rendah (terdapat juga dalam
sinar Matahari yang sampai ke Bumi) permukaan TiO2 mampu memproduksi gas
hidrogen dari air dan sebagai tambahan sistem sel fotokatalisis tersebut juga
menghasilkan arus listrik secara langsung.
Para peneliti berlomba mereplikasi, memverifikasi, dan mengembangkan sistem tersebut
agar applicable dalam kehidupan nyata, walaupun kemudian menemui kenyataan bahwa
harus menunda dulu mimpi indah energi alternatif ini. Bagaimana tidak, hanya kurang
dari 1 persen input cahaya yang berhasil diubah menjadi produk energi sehingga proyek
ini dinilai masih tidak ekonomis.
Namun demikian, para peneliti mendapatkan aspek lain dari fenomena fotokatalisis lebih
feasible untuk tataran aplikasi keseharian, yakni turunan teknologinya sebagai pengolah
air dan/atau udara, serta kemampuannya membuat permukaan bahan menjadi tetap bersih
(swabersih).
Fotokatalisis yang dibicarakan di sini adalah suatu proses yang dibantu oleh adanya
cahaya dan material katalis. Dengan pencahayaan ultra violet ( l < 405 nm) permukaan
TiO2 mempunyai kemampuan menginisiasi reaksi kimiawi. Dalam media air, kebanyakan
senyawa organik dapat dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air, berarti proses tersebut
dapat membersihkan air dari pencemar organik. Senyawa-senyawa anorganik seperti
sianida dan nitrit yang beracun dapat diubah menjadi senyawa lain yang relatif tidak
beracun. Sementara dengan mengelola sisi reduksi proses tersebut, karbon dioksida dapat
diubah menjadi alkohol, suatu cara produksi zat organik yang berguna, mirip dengan
proses fotosintesa pada tumbuhan.
Penyinaran permukaan TiO2 (bersifat semikonduktor) menghasilkan pasangan elektron
dan hole positif pada permukaannya juga menjadikan permukaan tersebut bersifat polar
dan/atau hidrofilik (suka akan air) dan kemudian berubah lagi menjadi nonpolar dan/atau
hidrofobik (tidak suka air) setelah beberapa lama tidak mendapatkan penyinaran lagi.
Sifat hidrofilik dan hidrofobik, salah satunya, ditandai dengan ukuran sudut kontak
butiran air pada permukaan lapisan tipis TiO2 tersebut, yaitu sedikit lebih besar dari 50
derajat pada saat sebelum disinari kemudian berubah menjadi mendekati 0 derajat setelah
disinari. Material dengan sudut kontak sekecil itu akan sangat hidrofilik (superhidrofilik)

(R Wang, Nature, 1997).


Persoalan praktis yang bisa diperbaiki dengan memanfaatkan fenomena tersebut adalah
perbaikan mutu cermin atau kaca. Suatu permukaan cermin dan/atau kaca, karena
memiliki sudut kontak dengan air cukup besar, jika dalam suasana kelembaban tinggi
maka air yang menempel pada permukaan tersebut membentuk bintik-bintik air sehingga
cermin akan tampak berkabut.
Sedangkan cermin yang diberi lapisan tipis TiO2 dan mendapat penyinaran yang sesuai
akan tetap tampak bening, tidak berkabut, meski terkena uap air, karena air yang ada di
permukaan mempunyai sudut kontak mendekati nol, akibatnya terjadi kontinuitas butiran
air satu dengan lainnya sehingga membentuk lapisan tipis. Ini berarti kita mempunyai
cermin dan/atau kaca yang tetap bening, tidak berkabut, pada saat udara menjadi sangat
lembab. Dengan material tersebut cermin kamar mandi tidak akan berkabut pada saat kita
menggunakan shower air hangat atau cermin/kaca spion tetap bening saat hujan.
Manfaat lain dari superhidrofilisitas permukaan tadi adalah kotoran yang bersifat suka air
pada setiap bagian permukaan akan terbawa saat air mengalir di atas permukaan tersebut.
Sementara kotoran yang tidak suka air (minyak) yang berarti nonpolar atau hidrofobik
akan tergelincir saat berada pada permukaan yang sangat hidrofilik. Sebagai tambahan
kotoran nonpolar (kebanyakan zat organik) yang tertinggal di permukaan lapisan tipis
TiO2 secara pelahan akan hancur, dipecah menjadi, karbon dioksida dan air akibat proses
fotokatalisis.
Arah terapan dari TiO2 fotokatalisis sangat terbuka sebagai pelapis bahan bangunan, baik
untuk lantai, atap, dinding luar dan dalam suatu bangunan. Dapat juga sebagai pelapis
benda-benda dekoratif, kaca lampu dan sebagainya. Keuntungan penggunaan bahan
tersebut adalah benda-benda menjadi tidak mudah kotor, frekuensi pembersihan menjadi
lebih lama, dan cukup dibersihkan dengan air (plus bantuan cahaya) tanpa perlu memakai
bahan pembersih kimia. Permukaan benda seperti itu mampu pula secara pelahan tapi
pasti menghancurkan pencemar yang melewatinya, sehingga udara menjadi lebih bersih.
Akibat proses fotokatalisis, mikroorganisme pun akan mati jika berada pada permukaan
seperti itu karena teroksidasi sehingga permukaan bahan menjadi lebih steril.
Lantas, kapan realisasi benda-benda seperti itu akan tersedia di pasaran? Saat ini di
Jepang ada lebih dari 1.000 perusahan (besar dan kecil) yang bergerak dalam
komersialisasi teknologi ini. Di belahan dunia lain seperti Amerika dan Eropa, meskipun
tidak sebanyak di Jepang, mulai juga perusahaan-perusahaan masuk ke wilayah bisnis ini,
baik yang melakukan lisensi teknologi dari Jepang maupun teknologi yang mereka
kembangkan sendiri.
Rasanya tidak akan lama lagi produk-produk berbasis teknologi ini akan masuk juga ke
belantara bisnis di Indonesia (atau sudah?), yang notabene penuh limpahan sinar
Matahari sepanjang tahun. Sinar Matahari adalah sumber energi yang paling murah untuk
menggerakkan proses fotokatalisis.

Akankah kita menjadi konsumen produk akhir terus-menerus?, ataukah kita akan mampu
menyuplai kebutuhan sendiri, baik dengan lisensi teknologi dan/atau teknologi yang
dikembangkan sendiri untuk mengisi kebutuhan (pasar) yang akan terbentuk?
Sebagai "negara miskin" tetapi memiliki sejumlah penduduk yang relatif kaya, sangat
senang menikmati, dan rela membayar untuk menikmati, kemudahan dan kenyamanan
yang diakomodir oleh teknologi, kiranya akan menjadi sasaran pemasaran dari "negara
kaya" yang menguasai teknologi. Adalah kewajiban kita atau sebagian dari kita untuk
mencermati keadaan seperti itu, tidak hanya dalam bidang teknologi yang dibicarakan di
sini tetapi juga teknologi-teknologi lainnya, dan berusaha sungguh-sungguh serta
konsisten meningkatkan kompetensi bangsa sendiri agar "kita" bisa bangkit
menyongsong era milennium yang baru dimulai ini.
Saya percaya, setidaknya mencoba percaya, masih ada di antara kita yang bekerja dengan
sungguh-sungguh dan dengan kesadaran penuh bergerak dalam format "negara miskin"
(bukan berarti rendah diri) berusaha meningkatkan kompetensi bangsa sendiri dalam
bidang dan/ atau lingkungannya. Mereka itu perlu "dirigen" yang memiliki visi sepadan
untuk menyerasikan gelombang gerakan agar padu namun dinamis dan bergerak maju
menantang badai globalisasi yang tidak lama lagi (sudah) datang menerjang.
(Oleh Jarnuzi Gunlazuar, Pengajar Jurusan Kimia FMIPA-UI)
Gunakan fasilitas pencarian kata dibawah ini untuk mencari kata di chem-is-try.org

Anda mungkin juga menyukai