Koran Majalah
Oleh : DAMANG
Menulis dan mengirimkan tulisan artikel opini yang ditulis ke media massa cetak (koran harian surat
kabar) yang dituju membutuhkan perjuangan dan komitmen. Apalagi, kalau tulisan yang dibuat
dengan susah payah itu tidak dimuat. Berikut adalah teknik dasar bagaimana cara membuat artikel
opini, mengirimkan tulisan dan dimuat! Honor memang bukan pertimbangan utama. Tapi, kalau
jumlahnya sampai Rp. 1 (satu) juta per-artikel, dengan panjang tulisan hanya 800 kata, tentu susah
untuk ditolak. Betul tidak? :)
DAFTAR ISI
I.
Tips Umum Mengirim Artikel Opini ke Media Massa Cetak (Koran/Surat Kabar)
A.
B.
Syarat artikel opini yang berpotensi dimuat media koran surat kabar majalah
C.
D.
E.
F.
II.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
I. TIPS UMUM MENGIRIM TULISAN KE MEDIA MASSA KORAN HARIAN SURAT KABAR
Ada aturan umum mendasar yang harus dipenuhi agar tulisan artikel opini kita mendapat perhatian
editor koran dan berpotensi dimuat.
Dalam sebuah media cetak, baik koran, majalah atau buletin terdapat satu halaman khusus yang
biasa disebut dengan halaman opini. Di koran, halaman tersebut di isi oleh tiga unsur yaitu oleh
redaksi, para ahli di bidangnya dan pembaca.
Opini yang ditulis oleh tim redaksi disebut Tajuk Rencana atau Editorial. Yang ditulis oleh ahli disebut
op-ed singkatan dari Opini Editorial atau kolom untuk artikel opini di majalah. Sedang yang ketiga
ditulis oleh pembaca koran atau majalah terkait. Segmen ini biasa disebut dengan Surat Pembaca,
atau Pembaca Menulis, dsb.
SYARAT ARTIKEL OPINI YANG BERPOTENSI DIMUAT MEDIA CETAK KORAN MAJALAH
Penulisan artikel bisa berdasarkan gagasan murni dari si penulis, bisa juga sebagian isinya
mengambil dari sumber lain. Misalnya referensi kepustakaan, gagasan orang lain, renungan tokoh
masyarakat dan sebagainya. Penulisan artikel tidak terikat dengan waktu, tidak terikat bentuk berita,
gaya bahasa, dan teknik penulisan jurnalistik lainnya. Tetapi agar artikel ini dibaca oleh publik,
penulisnya harus memperhitungkan aktualitas, gaya penulisan serta panjang pendek artikel.
1. Tata bahasa tulisan isi artikel harus memiliki standar dasar sastrawi. Maksudnya, gaya bahasa
sesuai dengan panduan bahasa Indonesia yang benar. Baik dalam segi ejaan, tanda baca,
pemakaian huruf besar kecil, maupun dalam susunan kata-kata.
2. Mengetahui etika penulisan artikel. Yaitu, tulisan harus orisinal. Bukan plagiat atau jiplakan. Serta
mengandung unsur baru.
3. Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa
yang baru saja terjadi atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
Setiap media memiliki kebijakan tersendiri tentang panjang maksimal dari sebuah artikel opini.
Kompas, misalnya, mensyaratkan tidak lebih dari 1000 kata. Sedang Jawa Pos sekitar 700 sampai
850 kata. Intinya, panjang tulisan berkisar antara 700 sampai dengan 1200 kata. Untuk mengetahui
secara persis panjang tulisan artikel opini di media tertentu, copy sebuah artikel di media tersebut ke
MS Word akan tampak di halaman bawah berapa jumlah kata dalam artikel tersebut.
Hilangkan rasa minder. Toh, kita dan redaksi koran tersebut tidak saling kenal. Begitu tulisan selesai,
langsung saja kirim ke koran yang dituju.
Cara termudah adalah dengan mengirim via email. Sebagai penulis artikel opini, Anda harus memiliki
daftar lengkap email media cetak seluruh Indonesia.
a. Kirim melalui email dengan attachment (sisipan) dalam format MS Word atau rtf. Jangan ditulis di
badan email.
b. Di subjek email kasih judul: Artikel Opini (judul artikel tulis di sini)
Silahkan kirim ke koran lain kalau memang Anda yakin tidak dimuat di koran pertama yang dikirimi
artikel tersebut. Biasanya kalau 1 minggu tidak dimuat, dapat dipastikan tulisan Anda ditolak di koran
tersebut.
Tapi, untuk menjaga reputasi, ada baiknya kiriman kedua dikirim ke koran yang bersegmen lokal.
Jangan sama-sama nasional. Umpama ditolak di Kompas, kirim juga koran Pikiran Rakyat atau Surya
atau koran lokal lain tempat di mana tinggal.
II. TIPS KHUSUS MENGIRIM TULISAN KE MEDIA MASSA KORAN HARIAN SURAT KABAR
Tempo; (b) Topik opini bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari
peristiwa yang baru saja terjadi, khususnya yang menjadi bahasan di Tajuk Rencana/Editorial koran
tersebut atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.
Bacaan lanjutan :
1. http://regional.kompasiana.com/2011/12/16/honor-rp-1-juta-1-artikel-maukah