halaman 1
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 2
Kromatografi Gas
Injektor
Detektor
Detektor
amplifier
Gas inlet
Pengatur
laju dan
tekanan
Kolom
Oven
Terminal pengolah data
Diagram suatu peralatan kromatografi gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 3
Kromatografi Gas
Gas Pembawa
Peralatan kromatografi gas memerlukan gas pembawa dengan
kualitas dan tekanan yang memadai agar dapat digunakan untuk
memisahkan komponen cuplikan. Pemilihan jenis gas pembawa
merupakan hal yang sangat penting karena akan memberikan
pengaruh langsung pada proses pemisahan dan kinerja dari
detektor. Gas pembawa (fasa gerak) yang digunakan harus bersifat
inert, kering dan bebas dari oksigen. Nitrogen, hidrogen dan helium
merupakan gas pembawa yang umum digunakan untuk keperluan
kromatografi gas. Pemilihan gas pembawa bergantung pada jenis
fasa diam serta jenis detektor yang digunakan. Helium misalnya,
sangat baik untuk pemisahan yang menggunakan detektor daya
hantar panas.Kemurnian gas pembawa yang digunakan paling tidak
berada pada tingkat kemurnian 99,99% bahkan hingga 99,999%
(disebut sebagai tingkat kemurnian 99999, ditandai dengan 5 buah
angka sembilan). Ketakmurnian gas pembawa yang disebabkan
adanya uap air, oksigen, sejumlah kecil hidrokarbon dapat
menyebabkan berekasinya gas pembawa dengan komponen yang
dipisahkan. Adanya pengotor pada gas pembawa juga dapat
merusak gerbang injeksi dan kolom serta dapat menurunkan
kinerja dari detektor. Karena itu sebelum masuk kedalam gerbang
injeksi, gas pembawa sebaiknya dimurnikan lebih lanjut dengan
menggunakan penyerap gas pengotor (trap). Untuk menghilangkan
uap air dapat digunakan penyaring molekul, bubuk arang/karbon
untuk menghilangkan hidrokarbon, dan oxygen trap untuk
menyerap oksigen. Penyerap/penyaring tersebut ditempatkan
antara silinder gas pembawa dan gerbang injeksi seperti
diillustrasikan berikut ini.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 4
Kromatografi Gas
regulator
silinder gas
filter
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 5
Kromatografi Gas
Oven
Temperatur kolom merupakan parameter penting yang harus
dikontrol hingga sepersepuluh derajat untuk memperoleh hasil
yang akurat. Karenanya kolom ditempatkan dalam suatu
pemanas/oven yang temperaturnya dapat dikontrol dengan mudah
dan tepat. Ruang oven yang cukup luas memudahkan untuk
pemasangan kolom beserta perangkat ikutannya. Karakteristik lain
yang harus dipunyai oleh suatu oven kromatograf adalah
responsnya yang cepat dan akurat sesuai dengan profil program
temperatur yang diinginkan. Selain itu, oven hendaknya
mempunyai sifat termal yang baik agar dapat terjadi pendinginan
yang cepat pada akhir analisis.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 6
Kromatografi Gas
syringe
gas pembawa
blok pemanas
glass wool
liner
kolom
halaman 7
Kromatografi Gas
tertentu dari isi barrel melalui jarum penyuntik. Terdapat juga jenis
syringe yang khusus untuk keperluan penyuntikan cuplikan gas
atau uap. Cara menginjeksikan cuplikan merupakan tahapan yang
sangat menentukan kinerja kromatografi.
Cara yang baik harus mampu :
- menghasilkan luas puncak kromartografi yang boleh
ulang
- memberikan diskriminasi massa yang rendah
- tak terkontaminasi dengan penyuntikan sebelumnya
- memberikan bentuk puncak yang baik
Cara penyuntikan manual yang telah teruji kebaikannya
bergantung pada jenis cuplikan, jenis injektor, jenis syringe, volume
injeksi dan preferensi dari analis yang melakukannya. Karenanya
analis/operator harus mengembangkan sendiri cara penyuntikan
seperti apa yang baik untuk suatu jenis analisis tertentu dengan
menggunakan cuplikan standar.
Cara membersihkan syringe
Untuk menghindari terjadinya kontaminasi cuplikan, syringe harus
dibersihkan dengan baik sebelum digunakan. Syringe dicuci dengan
membilasnya berulang kali menggunakan pelarut yang sesuai
seperti aseton atau diklorometana.
Pembilasan ini terutama harus diperhatikan jika konsentrasi
cuplikan yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan
yang sangat besar. Penggunaan ultrasonic-bath juga sangat
dianjurkan untuk pencucuian syringe. Biasakanlah membilas
syringe segera setelah menggunakannya agar tak terjadi
kontaminasi akibat sisa penyuntikan yang mengering dalam
syringe.
Cara melakukan injeksi manual
Terdapat dua jenis syringe yang dapat digunakan untuk injeksi
cairan,
Plunger-in-needle, dimana cuplikan terdapat di dalam jarum
penyuntik sebelum injeksi dilakukan. Jenis ini sesuai untuk
volume penyuntikan hingga 1 L.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 8
Kromatografi Gas
sample+udara
udara+sample+udara
pelarut+udara+sample+udara
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 9
Kromatografi Gas
load
inject
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 10
Kromatografi Gas
Kolom
Terdapat dua macam kolom kromatografi gas yang lazim digunakan
yakni kolom terbuka dan kolom yang dipack. Kolom terbuka
merupakan tabung terbuka yang permukaan dalamnya dilapisi
dengan cairan fasa diam. Jenis kolom seperti ini mempunyai
beberapa keunggulan, diantaranya adalah karena tekanan yang
dibutuhkan rendah jadi kolom dapat dibuat panjang, namun jumlah
cuplikan harus sedikit karena kapasitas kolom seperti ini kecil.
Kolom pack, fasa diam di-packing di dalam suatu tabung kaca atau
logam.
Dalam menyiapkan kolom packing, maka jenis zat padat
pendukung dan fasa diam yang akan digunakan harus memiliki
karakteristik tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan
pemisahan yang diinginkan.
Zat padat pendukung ideal adalah yang;
- (a). bulat, merata, kecil (20-40) dengan kekuatan
mekanis yang baik,
- (b). inert pada suhu tinggi,
- (c). mudah dibasahi oleh fasa cair dan membentuk
lapisan merata.
Fasa diam yang ideal adalah fasa diam (cairan) yang;
- (a). tidak mudah menguap (td. > 200 oC) atau lebih
tinggi dari suhu operasi kolom,
- (b). mempunyai kestabilan termik yang tinggi,
- (c). inert secara kimia.
Jika didasarkan pada ukurannya, kolom kromatografi gas dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- kolom konvensional
berdiameter luar 1/8 1 /4 yang terbuat dari baja
tahan karat atau pipa gelas dengan panjang 6 20
feet.
- kolom preparatif
berdiameter > 1/4 dengan panjang > 10 feet.
- kolom kapiler
berdiameter dalam 0,1 0,5 mm dengan panjang 10
100 meter.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 11
Kromatografi Gas
column
open tubular
(capillary)
packed
porous packing
non-porous packing
packed with porous
layer
liquid coated
packed capillary
liquid coated wall
Jenis-jenis kolom kromatografi gas
Penampang lintang dari beberapa jenis kolom tersebut di atas
diillustrasikan pada gambar berikut ini,
1/4 packed
Fused silica
capillary
Bentuk dari beberapa jenis kolom kromatografi gas
1/8 packed
SS Capillary
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 12
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 13
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 14
Kromatografi Gas
Kepolaran
Kepolaran menunjukkan bagaimana komponen-komponen contoh
beriteraksi dengan fasa diam. Fasa non-polar memisahkan
komponen-komponen terutama berdasarkan titik didih. Fasa sedikit
polar (intermediately polar phase) meretensi komponen-komponen
berdasarkan titik didih dan interaksi dipol terinduksi atau melalui
ikatan hidrogen. Fasa polar dan sangat polar meretensi lebih kuat
senyawa polar dibanding senyawa non-polar akibat interaksi dipoldipol antara gugus fungsi dari komponen dengan fasa diam.
Kepolaran relatif dari beberapa fasa diam diberikan berikut ini :
SQUALANE
APIEZON
KEPOLARAN RELATIF
SE - 52
1
DEXSIL 380
OV - 17
SE - 30
OV - 1
OV - 101
OV - 25
OV
- - 210
OV - 225
CARBOWAX 20M
CARBOWAX 1500
3
DEGS
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 15
Kromatografi Gas
Kapasitas kolom
Jika diameter dalam dari kolom membesar maka kapasitas suatu
kolom juga akan membesar, namun daya pisah akan menurun.
Untuk pemisahan campuran yang sangat rumit, diameter yang
sempit akan memberikan hasil yang baik. Di sisi lain, jika
konsentrasi komponen dalam contoh sangat bervariasi maka kolom
dengan diameter besar harus digunakan untuk memperbesar
kapasitas kolom.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 16
Kromatografi Gas
halaman 17
Kromatografi Gas
halaman 18
Kromatografi Gas
Detektor
Perangkat ini berfungsi untuk mendeteksi komponen-komponen
yang keluar dari kolom setelah terjadi proses pemisahan. Respon
dari perangkat inilah yang dirubah menjadi isyarat yang dapat
terkuantisasi hingga diperoleh suatu kromatogram.
Sebelum melihat lebih jauh bagaimana mekanisme kerja suatu
detektor, berikut ini diberikan terlebih dahulu beberapa
pemahaman mengenai beberapa besaran karakteristik yang perlu
dipunyai oleh detektor.
Kepekaan (sensitivitas)
Kepekaan merupakan ukuran seberapa besar suatu detektor
mampu memberikan perubahan isyarat akibat terjadinya
perubahan konsentrasi analit.
Daerah linier
Daerah linier merupakan rentang konsentrasi dimana
besarnya isyarat detektor linier dengan besarnya konsentrasi.
Batas deteksi
Batas deteksi adalah konsentrasi terkecil dari analit dimana
detektor masih mampu memberikan isyarat yang kuantitatif.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 19
Kromatografi Gas
R
b
dR
Daerah
liniear
adalah
konsentrasi a hingga b.
dQ
a
rentang
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 20
Kromatografi Gas
R1
R2
G
R3
R4
R5
A
R6
halaman 21
Kromatografi Gas
gas pembawa
murni
dari kolom
R1
R2
halaman 22
Kromatografi Gas
Dibawah ini diberikan nilai ndaya hantar kalor dari berbagai gas
(kal.det-1.cm-1.derajat-1).
Daya Hantar
Kalor
Gas
H2 (hidrogen)
44,5
He (helium)
36,0
Ne (neon)
11,6
CH4 (metana)
8,18
O2 (oksigen)
6,35
N2 (nitrogen)
6,24
CO2
dioksida)
(karbon
CH3OH (metanol)
3,96
3,68
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 23
Kromatografi Gas
pemantik nyala
udara
recorder
amplifier
hidrogen
kolom
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 24
Kromatografi Gas
etana
metana
propana
butana
asam pentanoat
asam butanoat
asam propionat
asam asetat
asam format
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 25
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 26
Kromatografi Gas
anode purge
pembuangan
anoda (+)
sumber elektron
(63Ni)
gas makeup
kolom
halaman 27
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 28
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 29
Kromatografi Gas
kolektor
(anoda, -ve)
rubidium
katoda, +ve
udara
hidrogen
kolom
Detektor Nitrogen-Fosfor, NPD
Dari konstruksi dan prinsip kerja yang diterangkan di atas dapat
dimengerti jika detektor ini sering pula disebut sebagai Flame
Thermionic Detector (FTD) atau Thermionic Ionization Detector
(TID).
Detektor Fotometri Nyala (Flame Photometric Detector,
FPD)
Detektor jenis ini merupakan detektor yang selektif terhadap
senyawa-senyawa yang mengandung fosfor dan belerang. Prinsip
bekerjanya didasarkan pada pengukuran intensitas sinar yang
diemisikan oleh belerang atau fosfor yang terdapat dalam senyawa
yang dianalisis. Seperti halnya pada detektor ionisasi nyala, pada
detektor ini juga digunakan nyala hidrogen/udara yang akan
merubah senyawa belerang dan fosfor masing-masing menjadi
spesi S2 dan HPO. Kedua spesi ini mempunyai pita emisi yang
karakteristik. Intesitas sinar yang diemisikan inilah yang dicatat
oleh rekorder sebagai puncak-puncak kromatogram. Secara
skematis, konstruksi detektor ini dapat digambarkan sebagai
berikut.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 30
Kromatografi Gas
tabung
pengganda
foton
zona
emisi
udara
hidrogen
filter
kolom
Detektor Fotometri Nyala (Flame Photometric Detector, FPD)
Detektor jenis ini adalah detektor destruktif yang mampu
memberikan limit deteksi hingga 20 pg S/detik dan 0,9 pg P/detik.
Daerah liniernya dapat mencapai 104 untuk fosfor dan 103 untuk
belerang.
Detektor Fotoionisasi (Photoionization Detector, PID)
Detektor ini bekerja berdasarkan pengukuran arus listrik yang
dihasilkan dari suatu proses ionisasi menggunakan sinar ultraviolet
berintensitas tinggi. Komponen yang keluar dari kolom diionisasi
dengan menggunakan sinar ultraviolet berenergi tinggi sehingga
dihasilkan ion-ion yang akan bergerak ke elektroda pengumpul
(kolektor). Pergerakan partikel bermuatan inilah yang diukur
sebagai arus listrik yang dicatat sebagai puncak pada
kromatogram.
Kontruksi peralatannya dapat ditunjukkan sebagai berikut.
lampu UV
elektroda
polarisasi
insulator
ruang reaksi
elektroda
kolektor
kolom
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 31
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 32
Kromatografi Gas
170
N, P, S, C
250
Si, Hg, P, C
450
generator
gelombang mikro
He
kolom
495
Br, Cl, H
658
690
740
777
H, O
F
N
O
diode
array
plasma
reaktor
gas pereaksi
kolom
halaman 33
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 34
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 35
Kromatografi Gas
B+C
B
A
B
A
Campuran A + B
Kemungkinan I
Kemungkinan II
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 36
Kromatografi Gas
Kemungkinan I.
Dari kromatogram yang diperoleh, dihasilkan dua puncak dengan
waktu retensi yang sama dengan kromatogram campuran A + B,
hanya saja salah satu puncak membesar sedang yang lainnya
mengecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa zat B
kemungkinan sama dengan zat C, karena waktu retensinya
sama dan adanya zat C memperbesar puncak B.
Kemungkinan II
Dari kromatogram yang diperoleh, terdapat tiga puncak dengan
waktu retensi berlainan. Disini, dengan pasti dapat dikatakan
bahwa zat A dan B bukanlah zat C.
Untuk keperluan analisis kualitatif sering juga digunakan besaran
waktu retensi relatif (Relative Retention Time, RRT). Waktu retensi
relatif ini adalah waktu retensi suatu komponen dibandingkan
dengan waktu retensi komponen lainnya yang dianggap sebagai
pembanding atau standar. Seperti halnya pada cara analisis
kualitatif yang telah diberikan diatas, pada cara ini juga
ditambahkan zat pembanding tetapi yang diketahui dengan pasti
waktu retensinya tidak sama dengan waktu retensi dari komponenkomponen yang ada di dalam campuran.
Mula-mula campuran yang mengandung A dan B dikromatografi
kemudian campuran ini ditambah zat standar dan juga dibuat
kromatogramnya. RRT dihitung sebagai perbandingan waktu
retensi terkoreksi dari suatu komponen dengan waktu retensi
terkoreksi dari komponen yang dijadikan sebagai standar.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 37
Kromatografi Gas
A
C
to
to
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 38
Kromatografi Gas
senyawa
-0,5
Apiezon-L
Carbowax 20
M
n-butana
1,9
0,6
80,1
benzena
11,4
10,2
99,2
iso-oktana
4,3
3,0
log R x log R z
z
I 100 n
log R z n log R z
RX
RZ
RZ+n
dimana:
= tR untuk senyawa X
= tR untuk senyawa n-alkana dengan z buah atom C
= tR untuk senyawa n-alkana dengan z+n buah
atom C
n
= selisih antara jumlah atom C senyawa alkana
normal bersangkutan
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 39
Kromatografi Gas
etil-
(td. =
1260C)
benzena
(td. =
1360C)
benzena
(td. = 800C)
I = 810
I = 920
I = 704
p-xylena
sikloheksan
(td. =
1300C)
a
(td. =
1550C)
I = 926
I = 894
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 40
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 41
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 42
Kromatografi Gas
Jumlah komponen B = qB = fB . AB
Jumlah komponen C = qC = fC . AC
fA, fB dan fC adalah faktor kalibrasi untuk komponen A, B dan C
Dengan demikian :
QA
f A AA
x100%
f A AA f B AB f C AC
f A
Q i i i i x100%
f i Ai
1
Cara menentukan faktor kalibrasi (fi)
Dibuat kromatogram campuran komponen murni dengan jumlahjumlah yang diketahui dengan pasti (q1, q2dan q3). Dengan
menghitung luas puncak masing-masing komponen murni tersebut
maka nilai-nilai faktor kalibrasi untuk masing-masing komponen
dapat ditentukan.
Cara Standar Eksternal (Cara Kurva Kalibrasi).
Pada cara ini, konsentrasi komponen yang dianalisis diperoleh
dengan menggunakan suatu kurva kalibrasi atau kurva standar
yaitu aluran antara luas puncak terhadap konsentrasi larutan
standar komponen bersangkutan.
Sederetan larutan standar dengan konsentrasi berbeda-beda dibuat
kromatogramnya
dan luas puncak untuk
masing-masing
konsentrasi ditentukan. Luas puncak yang diperoleh ini selanjutnya
dialurkan terhadap konsentrasi standar seperti ditunjukkan kurva
kalibrasi berikut ini.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 43
luas puncak, A
Kromatografi Gas
Ax
Cx
konsentrasi, C
No.
Faktor
dapat
pada
Waktu Retensi
kecil
besar
cepat
lambat
kecil
besar
kecil
besar
Penguapan (volatility)
besar
kecil
Suhu kolom
tinggi
rendah
Panjang kolom
pendek
panjang
halaman 44
Kromatografi Gas
waktu retensi
Penurunan laju alir atau tekanan gas pembawa hanya akan sedikit
memperbaiki resolusi, kalau laju alir mula-mula ada di atas laju
optimum (kurva Van Deemter).
Dengan memperpanjang kolom, resolusi mungkin dapat doiperbaiki
tetapi waktu analisis akan semakin panjang. Menurunkan suhu
kolom kemungkinan besar akan memperbaiki pemisahan terutama
jika digunakan pemrograman temperatur.
Contoh III.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 45
Kromatografi Gas
waktu retensi
waktu retensi
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 46
Kromatografi Gas
waktu retensi
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 47
Kromatografi Gas
waktu retensi
2
1
4
3
hidrokarbon
memberikan
1. pentana
2. heksana
3. heptana
4. oktana
5. dekana
6. dodekana
7. tetradekana
waktu retensi
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 48