Anda di halaman 1dari 48

Kromatografi Gas

METODA KROMATOGRAFI GAS


(Gas Liquid Chromatography, GLC)

Pada kromatografi gas, komponen-komponen suatu cuplikan yang


berupa uap difraksionasi sebagai hasil distribusi atau partisi
komponen-komponen tersebut antara fasa gerak yang berupa gas
dan fasa diam yang berada dalam kolom. Berdasarkan atas wujud
fasa diam yang terdapat dalam kolom, kromatografi gas dapat
dibagi menjadi dua jenis. Kromatografi gas dengan fasa diam suatu
padatan disebut sebagai kromatografi gas-padat (gas-solid
chromatography) sedangkan jika berupa cairan disebut sebagai
kromatografi gas-cair (gas-liquid chromatography).
Pada kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan didasarkan
atas fenomena adsorpsi (penyerapan) pada permukaan zat padat
yang berfungsi sebagai fasa diam. Jenis kromatografi ini
penggunaannya sangat terbatas karena kurva elusi yang dihasilkan
atau puncak-puncak kromatogram yang diperoleh umumnya tidak
simetris.
Pada kromatografi gas-cair, fasa diam cair dilapiskan dengan
ketebalan tertentu pada suatu media padat yang disebut zat padat
pendukung. Partisi komponen cuplikan didasarkan atas kelarutan
uap komponen bersangkutan pada fasa cair tersebut. Ini berarti
partisinya/distribusinya bergantung pada kesetimbangan gas-cair
yang terjadi di dalam kolom. Metoda kromatografi seperti ini,
merupakan
salah
satu
cara
kromatografi
kolom
yang
penggunaannya sangat luas sejak pertama kali ditemukan oleh
James dan Martin (1952). Peralatan kromatografi jenis ini pula yang
merupakan peralatan pertama kromatografi yang dikomersialkan.
Dengan komersialisasi peralatan kromatografi gas-cair, berbagai
pemisahan yang sebelumnya tak dapat dilakukan dengan cara-cara
pemisahan yang lain akhirnya dapat dilakukan dengan baik
menggunakan teknik pemisahan ini. Campuran benzen (titik didih
80,1 0C) dan sikloheksana (titik didih 80,8 0C) yang praktis tak
dapat dipisahkan dengan cara penyulingan bertingkat, dapat
dipisahkan dengan alat kromatografi gas yang sederhana sekalipun
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 1

Kromatografi Gas

dalam beberapa menit oleh operator yang tidak perlu memiliki


keterampilan yang tinggi. Penggunaannya sebagai piranti analisis
sudah sangat luas dibidang industri dan aplikasinya banyak
digunakan untuk berbagai bidang penelitian, kontrol kualitas dan
analisis kimia dibidang lingkungan.
Saat ini, terdapat kira-kira 30 produsen peralatan kromatografi
yang menawarkan tidak kurang dari 130 model yang berbeda
dengan harga mulai 1.500 USD hingga 40.000 USD. Dalam kurun
waktu dua puluh tahun terakhir, berbagi kemajuan pada peralatan
kromatografi gas telah mewarnai pasar instrumen analisis kimia.
Era tahun tujuh puluhan diwarnai dengan kemunculan integrator
elektronik dan sistem pengolahan data berbasis komputer. Sepuluh
tahun berikutnya hampir semua parameter perlatan kromatografi
telah dapat dikontrol secara otomatis melalui sistem berbasis
komputer.

KOMPONEN UTAMA PERALATAN KROMATOGRAFI GAS


Suatu kromatograf umumnya terdiri dari komponen-konponen
berikut :
- Reservoir gas pembawa
- Sistem penyuntikan cuplikan
- Kolom pemisah
- Sistem pemanasan (oven)
- Detektor
- Sistem pengolah data
Komponen utama tersebut diatas dirangkai hingga menjadi suatu
peralatan kromatografi gas yang utuh seperti ditunjukkan pada
gambar berikut.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 2

Kromatografi Gas

Injektor

Detektor
Detektor
amplifier

Gas inlet
Pengatur
laju dan
tekanan

Kolom
Oven
Terminal pengolah data
Diagram suatu peralatan kromatografi gas

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 3

Kromatografi Gas

Gas Pembawa
Peralatan kromatografi gas memerlukan gas pembawa dengan
kualitas dan tekanan yang memadai agar dapat digunakan untuk
memisahkan komponen cuplikan. Pemilihan jenis gas pembawa
merupakan hal yang sangat penting karena akan memberikan
pengaruh langsung pada proses pemisahan dan kinerja dari
detektor. Gas pembawa (fasa gerak) yang digunakan harus bersifat
inert, kering dan bebas dari oksigen. Nitrogen, hidrogen dan helium
merupakan gas pembawa yang umum digunakan untuk keperluan
kromatografi gas. Pemilihan gas pembawa bergantung pada jenis
fasa diam serta jenis detektor yang digunakan. Helium misalnya,
sangat baik untuk pemisahan yang menggunakan detektor daya
hantar panas.Kemurnian gas pembawa yang digunakan paling tidak
berada pada tingkat kemurnian 99,99% bahkan hingga 99,999%
(disebut sebagai tingkat kemurnian 99999, ditandai dengan 5 buah
angka sembilan). Ketakmurnian gas pembawa yang disebabkan
adanya uap air, oksigen, sejumlah kecil hidrokarbon dapat
menyebabkan berekasinya gas pembawa dengan komponen yang
dipisahkan. Adanya pengotor pada gas pembawa juga dapat
merusak gerbang injeksi dan kolom serta dapat menurunkan
kinerja dari detektor. Karena itu sebelum masuk kedalam gerbang
injeksi, gas pembawa sebaiknya dimurnikan lebih lanjut dengan
menggunakan penyerap gas pengotor (trap). Untuk menghilangkan
uap air dapat digunakan penyaring molekul, bubuk arang/karbon
untuk menghilangkan hidrokarbon, dan oxygen trap untuk
menyerap oksigen. Penyerap/penyaring tersebut ditempatkan
antara silinder gas pembawa dan gerbang injeksi seperti
diillustrasikan berikut ini.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 4

Kromatografi Gas

regulator

silinder gas

filter

Penggunaan penyerap/filter pada gas pembawa


Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan laju alir dari
gas-gas yang digunakan baik sebagai gas pembawa ataupun
sebagai gas yang diperlukan untuk menjalankan detektor.
Pengukuran laju alir gas dapat dilakukan dengan menggunakan
bubble
meter,
rotameter
atau
dengan
flow
meter
elektronik/digital.
Bubble meter menggunakan larutan sabun sebagai penunjuk laju
alir dan dapat digunakan untuk pengukuran laju setelah melalui
kolom atau detektor. Rotameter digunakan untuk pengukuran laju
pada pra-kolom. Pengukurannya dilakukan dengan membaca bola
kecil yang melayang didalam suatu kaca yang telah dikalibrasi. Alat
pengukur digital/elektronik dapat berupa detektor daya hantar
termal yang dimodifikasi sehingga memungkinkan pengukuran laju
secara kontinu. Alat ukur ini memerlukan kalibrasi sebelum
penggunaannya dan responsnya dapat bervariasi bergantung pada
jenis gas yang diukur. Gambar berikut menunjukkan peralatan
pengukur laju alir yang sering digunakan dalam kromatografi gas.
A

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 5

Kromatografi Gas

(A). Soap-bubble flow meter dan (B). Flow meter digital

Oven
Temperatur kolom merupakan parameter penting yang harus
dikontrol hingga sepersepuluh derajat untuk memperoleh hasil
yang akurat. Karenanya kolom ditempatkan dalam suatu
pemanas/oven yang temperaturnya dapat dikontrol dengan mudah
dan tepat. Ruang oven yang cukup luas memudahkan untuk
pemasangan kolom beserta perangkat ikutannya. Karakteristik lain
yang harus dipunyai oleh suatu oven kromatograf adalah
responsnya yang cepat dan akurat sesuai dengan profil program
temperatur yang diinginkan. Selain itu, oven hendaknya
mempunyai sifat termal yang baik agar dapat terjadi pendinginan
yang cepat pada akhir analisis.

Sistem penyuntikan (gerbang injeksi)


Injeksi sampel ke dalam kromatograf merupakan tahapan paling
awal dari proses kromatografi yang efisiensinya akan menentukan
kinerja dan efisiensi proses pemisahan. Tahapan ini juga
menentukan presisi dan akurasi dari hasil analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Untuk memasukkan cuplikan ke dalam peralatan
kromatografi gas, terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan
yaitu melalui gerbang injeksi (injection ports) atau dengan
menggunakan katup injeksi. Gerbang injeksi pada kromatografi gas
harus mampu memasukkan cuplikan ke dalam kolom dengan
volume tertentu yang akurat dengan tetap mempertahankan laju
dan tekanan dari sistim kromatograf secara keseluruhan. Sistem
penyuntikan umumnya berupa suatu gerbang yang berhubungan
dengan kolom melalui suatu sekat yang disebut septum. Gerbang
injeksi ini dilengkapi dengan suatu sistem pemanas yang
dimaksudkan agar cuplikan cairan yang disuntikan dapat segera
menjadi uap yang selanjutnya akan dibawa ke dalam kolom oleh
gas pembawa. Salah satu jenis gerbang injeksi yang sederhana
dapat dilihat pada gambar berikut.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 6

Kromatografi Gas

syringe

gas pembawa
blok pemanas
glass wool
liner

kolom

Gerbang injeksi peralatan kromatografi gas


Injektor split/splitless dan injektor on-kolom adalah contoh lain
gerbang injeksi yang saat ini banyak digunakan. Berbagai jenis
injektor ini akan dibahas secara rinci pada bagian lain dari diktat
ini. Bagian berikut ini akan membahas cara-cara penyuntikan
dengan menggunakan syringe.
Teknik injeksi menggunakan syringe
Cara yang paling umum digunakan untuk memasukkan cuplikan
kedalam kromatograf gas adalah dengan bantuan microsyringe
seperti ditunjukkan gambar berikut.

Microsyringe untuk kromatografi gas


Alat suntik ini terdiri dari barrel gelas yang telah dikalibrasi dan
piston yang berguna untuk menyuntikkan sejumlah volume
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 7

Kromatografi Gas

tertentu dari isi barrel melalui jarum penyuntik. Terdapat juga jenis
syringe yang khusus untuk keperluan penyuntikan cuplikan gas
atau uap. Cara menginjeksikan cuplikan merupakan tahapan yang
sangat menentukan kinerja kromatografi.
Cara yang baik harus mampu :
- menghasilkan luas puncak kromartografi yang boleh
ulang
- memberikan diskriminasi massa yang rendah
- tak terkontaminasi dengan penyuntikan sebelumnya
- memberikan bentuk puncak yang baik
Cara penyuntikan manual yang telah teruji kebaikannya
bergantung pada jenis cuplikan, jenis injektor, jenis syringe, volume
injeksi dan preferensi dari analis yang melakukannya. Karenanya
analis/operator harus mengembangkan sendiri cara penyuntikan
seperti apa yang baik untuk suatu jenis analisis tertentu dengan
menggunakan cuplikan standar.
Cara membersihkan syringe
Untuk menghindari terjadinya kontaminasi cuplikan, syringe harus
dibersihkan dengan baik sebelum digunakan. Syringe dicuci dengan
membilasnya berulang kali menggunakan pelarut yang sesuai
seperti aseton atau diklorometana.
Pembilasan ini terutama harus diperhatikan jika konsentrasi
cuplikan yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan
yang sangat besar. Penggunaan ultrasonic-bath juga sangat
dianjurkan untuk pencucuian syringe. Biasakanlah membilas
syringe segera setelah menggunakannya agar tak terjadi
kontaminasi akibat sisa penyuntikan yang mengering dalam
syringe.
Cara melakukan injeksi manual
Terdapat dua jenis syringe yang dapat digunakan untuk injeksi
cairan,
Plunger-in-needle, dimana cuplikan terdapat di dalam jarum
penyuntik sebelum injeksi dilakukan. Jenis ini sesuai untuk
volume penyuntikan hingga 1 L.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 8

Kromatografi Gas

Plunger-in-barrel, pada jenis ini cuplikan ditempatkan di


dalam barrel dari syringe dan sesuai untuk volume cuplikan
yang lebih besar dari 1 L.
Beberapa cara melakukan injeksi secara manual yang dapat
digunakan antara lain adalah hot needle methods.
Pada cara ini cuplikan diisap ke dalam barrel hingga volume
tertentu kemudian bagian ujung cuplikan diisi dengan udara kirakira 2-3 L. Masukkan jarum ke dalam gerbang injeksi dan biarkan
memanas beberapa detik. Selanjutnya suntikkan dengan cepat isi
syringe dan cabut dari gerbang injeksi.
Cara-cara lain untuk mengisi syringe diillustrasikan pada gambar
berikut.
sample

sample+udara

udara+sample+udara

pelarut+udara+sample+udara

Cara-cara pengisian syringe


Jika diperlukan faktor koreksi volume penyuntikan maka koreksi
volume dapat dihitung dengan melakukan langkah berikut.
isi syringe dengan sample

baca volume sample

suntikkan dengan cepat, cabut syringe

tarik kembali piston syringe, baca volume tertinggal

perkurangkan pembacaan awal dengan akhir

Cara mengoreksi volume penyuntikan


Katup injeksi cuplikan gas
Untuk cuplikan berupa gas selain dapat diinjeksikan menggunakan
syringe khusus untuk gas, cuplikan seperti ini juga dapat
diinjeksikan dengan menggunakan katup injeksi. Melalui katup

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 9

Kromatografi Gas

injeksi seperti ini, volume gas yang diinjeksikan biasanya


mempunyai presisi yang sangat baik (+/- 0,1%). Perangkat injeksi
seperti ini tidak terlalu mahal dan hanya membutuhkan pengatur
temperatur serta sangat mudah penggunaannya.
Katup injeksinya dapat memiliki beberapa buah kanal, yang
posisinya dapat diatur untuk keperluan penyuntikan. Beberapa
jenis katup injeksi untuk gas dan cara bekerjanya diillustrasikan
berikut ini.

load

inject

Katup injeksi 6 kanal


Untuk keperluan khusus sering pula digunakan katup injeksi 10
kanal seperti berikut ini.

Katup Injeksi 10 kanal.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 10

Kromatografi Gas

Kolom
Terdapat dua macam kolom kromatografi gas yang lazim digunakan
yakni kolom terbuka dan kolom yang dipack. Kolom terbuka
merupakan tabung terbuka yang permukaan dalamnya dilapisi
dengan cairan fasa diam. Jenis kolom seperti ini mempunyai
beberapa keunggulan, diantaranya adalah karena tekanan yang
dibutuhkan rendah jadi kolom dapat dibuat panjang, namun jumlah
cuplikan harus sedikit karena kapasitas kolom seperti ini kecil.
Kolom pack, fasa diam di-packing di dalam suatu tabung kaca atau
logam.
Dalam menyiapkan kolom packing, maka jenis zat padat
pendukung dan fasa diam yang akan digunakan harus memiliki
karakteristik tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan
pemisahan yang diinginkan.
Zat padat pendukung ideal adalah yang;
- (a). bulat, merata, kecil (20-40) dengan kekuatan
mekanis yang baik,
- (b). inert pada suhu tinggi,
- (c). mudah dibasahi oleh fasa cair dan membentuk
lapisan merata.
Fasa diam yang ideal adalah fasa diam (cairan) yang;
- (a). tidak mudah menguap (td. > 200 oC) atau lebih
tinggi dari suhu operasi kolom,
- (b). mempunyai kestabilan termik yang tinggi,
- (c). inert secara kimia.
Jika didasarkan pada ukurannya, kolom kromatografi gas dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- kolom konvensional
berdiameter luar 1/8 1 /4 yang terbuat dari baja
tahan karat atau pipa gelas dengan panjang 6 20
feet.
- kolom preparatif
berdiameter > 1/4 dengan panjang > 10 feet.
- kolom kapiler
berdiameter dalam 0,1 0,5 mm dengan panjang 10
100 meter.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 11

Kromatografi Gas

Secara skematis, jenis-jenis kolom yang dapat digunakan dalam


kromatografiu gas dirangkum sebagai berikut

column
open tubular
(capillary)

packed
porous packing

non-porous packing
packed with porous
layer

coated with porous


layer
bound phase

liquid coated

packed capillary
liquid coated wall
Jenis-jenis kolom kromatografi gas
Penampang lintang dari beberapa jenis kolom tersebut di atas
diillustrasikan pada gambar berikut ini,

Penampang lintang berbagai jenis kolom


Berbagai jenis kolom yang telah disebutkan diatas, fasa diamnya
dapat diletakkan didalam pipa yang terbuat dari baja tahan karat,
gelas atau di dalam suatu kapiler yang terbuat dari leburan silika.

1/4 packed

Fused silica
capillary
Bentuk dari beberapa jenis kolom kromatografi gas
1/8 packed

SS Capillary

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 12

Kromatografi Gas

Pembahasan mengenai kolom kapiler, akan diberikan secara detail


pada bagian yang terpisah dari diktat ini. Bagian berikut ini akan
membahas beberapa hal penting dalam pemilihan kolom.
Jika tidak akan mengembangkan suatu metoda baru, pencarian
informasi melalui katalog produk kolom kromatografi gas dapat
merupakan titik awal pencarian kolom yang sesuai dengan
keperluan analisis yang akan dilakukan. Dari spesifikasi produk
yang ditawarkan dapat diperoleh informasi mengenai harga, limit
temperatur, cara injeksi, jenis fasa yang digunakan dan bahkan
seringkali dilengkapi dengan kromatogram hasil pemisahan dari
komponen yang diinginkan.
Salah satu contoh informasi yang dapat diperoleh dari katalog
ditunjukkan berikut ini.

Beberapa jenis fasa diam dan contoh ukuran packed column

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 13

Kromatografi Gas

Contoh aplikasi yang dapat ditemukan pada katalog produk


kromatografi gas
Pertimbangan pertama dalam memilih kolom adalah memilih
produsen/merek yang benar dengan mempertimbangkan :
konsistensi dari kualitas yang tinggi dalam memproduksi kolom.
Pertimbangan kedua, memilih kolom yang ideal untuk suatu analisis
yang spesifik yaitu meliputi,
- pemilihan fasa diam yang benar
- diameter dalam dari kolom
- tebal lapisan film fasa diam
- panjang kolom

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 14

Kromatografi Gas

Kepolaran
Kepolaran menunjukkan bagaimana komponen-komponen contoh
beriteraksi dengan fasa diam. Fasa non-polar memisahkan
komponen-komponen terutama berdasarkan titik didih. Fasa sedikit
polar (intermediately polar phase) meretensi komponen-komponen
berdasarkan titik didih dan interaksi dipol terinduksi atau melalui
ikatan hidrogen. Fasa polar dan sangat polar meretensi lebih kuat
senyawa polar dibanding senyawa non-polar akibat interaksi dipoldipol antara gugus fungsi dari komponen dengan fasa diam.
Kepolaran relatif dari beberapa fasa diam diberikan berikut ini :

SQUALANE
APIEZON

KEPOLARAN RELATIF

SE - 52
1

DEXSIL 380
OV - 17

SE - 30
OV - 1
OV - 101

OV - 25
OV
- - 210

OV - 225
CARBOWAX 20M
CARBOWAX 1500

3
DEGS

Kepolaran relatif beberapa fasa diam


Kestabilan Thermal
Secara umum, jika polaritas kolom meningkat maka kestabilan
thermal menurun. Kestabilan thermal yang baik dapat diperoleh
dengan menggunakan fasa yang berikatan silang terimmobilisasi.
Namun ikatan silang selain merubah sifat fisik juga dapat merubah
sifat kimia dari fasa diam.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 15

Kromatografi Gas

Kapasitas kolom
Jika diameter dalam dari kolom membesar maka kapasitas suatu
kolom juga akan membesar, namun daya pisah akan menurun.
Untuk pemisahan campuran yang sangat rumit, diameter yang
sempit akan memberikan hasil yang baik. Di sisi lain, jika
konsentrasi komponen dalam contoh sangat bervariasi maka kolom
dengan diameter besar harus digunakan untuk memperbesar
kapasitas kolom.

Ketebalan lapisan fasa diam


Lapisan yang tebal akan meretensi komponen lebih lama dan
memerlukan suhu yang lebih tinggi untuk mengelusi komponen
pada nilai k yang sama. Pada lapisan yang tipis, komponen akan
terelusi lebih cepat dan hanya memerlukan suhu yang tidak terlalu
tinggi. Secara umum, lapisan yang tebal digunakan bagi komponen
bertitik didih rendah untuk meningkatkan interaksinya dengan fasa
diam, jadi juga meningkatkan resolusi dari pemisahan. Lapisan
yang sangat tebal (3 m atau 5 m) biasanya digunakan untuk
analisis campuran gas-gas atau pelarut-pelarut yang mudah
menguap pada temperatur kamar. Lapisan dengan ketebalan
sedang (1 m atau 1,5 m) berguna untuk komponen-komponen
yang dapat terelusi pada suhu antara 100-200 oC. Lapisan dengan
ketebalan standar (0,25 m atau 0,5 m) dapat digunakan untuk
berbagai jenis komponen yang terelusi pada temperatur hingga
300oC. Lapisan yang tipis (0,1 m) sangat baik untuk komponen
dengan berat molekul tinggi yang terelusi diatas temperatur 300oC.
Dengan menebalnya lapisan fasa diam, resolusi dari dua komponen
yang terelusi secara berurutan juga akan meningkat. Namun,
lapisan yang tebal jika digunakan untuk senyawa-senyawa polar
dapat menurunkan resolusi atau menyebabkan perubahan orde
elusi dari beberapa komponen.
Jika diameter dalam dari kolom membesar sebaiknya tebal lapisan
fasa diam juga membesar agar retensi komponen target tidak
berubah banyak. Lapisan yang tebal secara umum digunakan pada
kolom dengan diameter dalam yang besar untuk mempertahankan
sesama mungkin retensi dan resolusi komponen jika komponen

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 16

Kromatografi Gas

tersebut dielusi dalam kolom berdiameter sempit dan berlapisan


film fasa diam yang tipis.
Jika lapisan film menebal, batas temperatur operasi kolom akan
menurun. Column Bleed bergantung baik pada jumlah maupun
pada temperatur degradasi dari fasa diam. Makin tebal lapisan fasa
diam makin besar pula phenomena bleed yang terjadi.
Panjang kolom
Untuk analisis isothermal, besaran pelat teoritis dan waktu analisis
berhubungan secara proporsional dengan panjang kolom. Namun
perlu diingat bahwa resolusi adalah akar pangkat dua dari jumlah
pelat teoritis. Jika panjang kolom diperbesar dari 30 m ke 60 m,
resolusi akan meningkat kira-kira 40% dan waktu analisis
meningkat kira-kira dua kalinya.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, column bleed, keiner-an zat pendukung dan indeks retensi dari kolom juga perlu
dipertimbangkan dalam memilih suatu kolom.
Detektor sensitif memerlukan column bleed yang rendah pada
penggunaan temperatur yang tinggi untuk fasa yang spesifik.
Column bleed yang rendah juga memungkinkan kuantisasi
komponen-komponen dengan titik didih tinggi dan mencegah
kontaminasi pada detektor. Permukaan yang aktif dapat
menghasilkan peak tailing, atau fenomena adsorpsi. Suatu kolom
harus mempunyai permukaan yang benar-benar inert agar
komponen renik dapat terelusi sempurna dari kolom. Indeks retensi
dari kolom juga perlu diperhatikan karena indeks retensi dari analit
adalah salah satu kunci dalam mengidentifikasi suatu komponen.
Keboleh-ulangan indeks retensi dari suatu kolom harus baik atau
mempunyai kisaran dengan rentang yang sempit.
Pemrograman Temperatur
Temperatur kolom merupakan variabel penting yang harus dikontrol
dengan baik untuk memperoleh hasil analisis yang baik.
Kebergantungan retensi komponen dalam kolom pada tekanan uap
dari
masing-masing
komponen
yang
akan
dipisahkan,
menyebabkan suatu campuran yang terdiri dari berbagai
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 17

Kromatografi Gas

komponen dengan titik didih yang sangat bervariasi tidak mungkin


dipisahkan dengan sempurna jika digunakan sistim elusi isotermal.
Komponen-komponen yang mudah menguap mungkin dapat
dipisahkan dengan baik, tetapi komponen dengan titik didih tinggi
akan terelusi dengan waktu retensi yang besar dan disertai dengan
gejala pelebaran puncak yang nyata. Sebaliknya jika digunakan
temperatur yang tinggi maka komponen dengan titik didih tingi
akan teresolusi dengan baik namun komponen-komponen yang
mudah menguap akan menunjukkan resolusi yang kurang baik
bahkan terdapat kemungkinan di mana komponen-komponen
tersebut terelusi secara bersama-sama.
Untuk menghindari hal di atas maka temperatur kolom dinaikkan
selama analisis berlangsung. Cara yang disebut terakhir ini yang
disebut sebagai cara pemrograman temperatur.
Gambar berikut menunjukkan bagaimana suatu pemisahan dapat
diperbaiki dengan menggunakan pemrograman temperatur
Isotermal.
Komponen tak terpisah
dengan baik.
Beberapa komponen
terelusi pada saat yang sama.
Puncak yang terakhir
menunjukkan adanya pelebaran
puncak.
Temperatur terprogram
- Komponen terpisah dengan
sempurna.
- Tidak ditemui adanya pelebaran
puncak chromatogram.
Dalam pemograman temperatur, faktor-faktor berikut harus
diperhitungkan dengan baik.
- Variasi kelarutan dari komponen
- Perubahan keboleh-penguapan dari komponen
- Kestabilan dari komponen
- Perubahan laju alir gas pembawa
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 18

Kromatografi Gas

Kestabilan dari fasa diam


Umumnya temperatur harus diusahakan terletak diantara
temperatur minimum dan maksimum dari kolom atau fasa diam
yang digunakan (Tmin . kolom < Toven < Tmaks. kolom).
-

Detektor
Perangkat ini berfungsi untuk mendeteksi komponen-komponen
yang keluar dari kolom setelah terjadi proses pemisahan. Respon
dari perangkat inilah yang dirubah menjadi isyarat yang dapat
terkuantisasi hingga diperoleh suatu kromatogram.
Sebelum melihat lebih jauh bagaimana mekanisme kerja suatu
detektor, berikut ini diberikan terlebih dahulu beberapa
pemahaman mengenai beberapa besaran karakteristik yang perlu
dipunyai oleh detektor.

Kepekaan (sensitivitas)
Kepekaan merupakan ukuran seberapa besar suatu detektor
mampu memberikan perubahan isyarat akibat terjadinya
perubahan konsentrasi analit.

Daerah linier
Daerah linier merupakan rentang konsentrasi dimana
besarnya isyarat detektor linier dengan besarnya konsentrasi.

Batas deteksi
Batas deteksi adalah konsentrasi terkecil dari analit dimana
detektor masih mampu memberikan isyarat yang kuantitatif.

Ketiga besaran di atas dapat dijelaskan dengan baik melalui aluran


antara isyarat detektor (R) terhadap konsentrasi atau jumlah zat
(Q) yang melalui detektor.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 19

Kromatografi Gas

R
b

Lereng (slope) garis grafik R terhadap


Q adalah tan = dR/dQ = S = ukuran
kepekaan detektor.

dR

Daerah
liniear
adalah
konsentrasi a hingga b.

dQ
a

rentang

Detektor yang umum digunakan pada kromatografi gas dapat


digolongkan ke dalam detektor integral dan detektor diferensial.
Pada detektor integral, respon detektor sebanding dengan
kepekaan dikalikan jumlah analit (R = S . Q) sedang pada detektor
diferensial, respon detektor sebanding dengan kepekaan detektor
dikalikan perubahan kuantitas analit persatuan waktu (R = S .
dQ/dT).
Selain penggolongan di atas, terdapat pula cara-cara penggolongan
lain seperti detektor destruktif atau detektor non-destruktif.
Jenis-jenis detektor yang umum digunakan dalam suatu peralatan
kromatografi gas, diantaranya adalah:
- Detektor Daya Hantar Panas (Thermal Conductivity
Detector, TCD)
- Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detector, FID)
- Detektor Penangkapan Elektron (Electron Capture Detector,
ECD)
- Detektor Nitrogen-Fosfor (Nitrogen-Phosphor Detector, NPD)
- Detektor Photo Ionisasi (Photo Ionization Detector, PID)
- Detektor Fotometri Nyala (Flame Photo Detector, FPD)
- Detektor Emisi Atom (Atomic Emission Detector, AED)
- Electrolytic Conductivity Detection (ELCD)
Kepekaan dan daerah linier dari berbagai detektor yang disebutkan
di atas, dirangkum pada gambar berikut ini.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 20

Kromatografi Gas

Kepekaan dan daerah linier berbagai detektor

Detektor Daya Hantar Panas (Thermal Conductivity


Detector, TCD)
Merupakan detektor yang paling sering digunakan dalam
kromatografi gas. Detektor ini dikenal juga dengan nama
katarometer. Secara skematis, rangkaian detektor ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

R1

R2
G

R3

R4
R5

A
R6

Rangkaian detektor daya hantar panas.


Rangkaian diatas tak lain adalah rangkaian jembatan Wheatstone
di mana terdapat 4 buah tahanan listrik utama yang saling
berkesetimbangan. Tahanan R1 dan R2 merupakan tahanan yang
peka terhadap perubahan temperatur. R3 dan R4 adalah tahanan
pembanding, R5 adalah pengatur nol sedangkan R6 adalah
pengatur arus. G dan A masing-masing adalah pengukur tegangan
dan arus.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 21

Kromatografi Gas

Detektor daya hantar termal umumnya merupakan suatu blok


logam yang didalamnya terdapat 2 lubang berbentuk silinder. Di
dalam silinder inilah ditempatkan suatu kawat hantar yang tipis (R1
dan R2) atau suatu termistor.

gas pembawa
murni

dari kolom
R1

R2

Rangkaian tahanan peka temperatur (R1 dan R2) pada TCD


Jika rangkaian dalam keadaan setimbang sedangkan arus total
yang ditunjukkan oleh A divariasi dengan merubah R6 maka G akan
tetap menunjukkan angka nol. Ini disebabkan karena penambahan
arus akan meningkatkan suhu baik di R1 maupun di R2 sehingga
kenaikan tahanan juga akan sama dikedua tahanan tersebut. Akan
tetapi jika gas yang mengelilingi salah satu tahanan (misalnya R1)
diganti dengan gas yang lain, maka kalor yang timbul pada tiaptiap tahanan tersebut akan dihantarkan oleh gas-gas yang
berlainan tersebut dengan kecepatan yang berbeda pula.
Akibatnya suhu kedua tahanan (R1 dan R2) akan berbeda,
perbedaan suhu ini mengakibatkan terjadinya ketakseimbangan
pada rangkaian jembatan Wheatstone. Dengan demikian
galvanometer akan menunjukkan penyimpangan dari nol. Dalam
hal ini, R3 dan R4 dianggap identik dan sedapat mungkin
mempunyai koefisien suhu yang rendah atau nol. Ini berarti
pengukur tegangan (G) dapat dibuat responsif terhadap perubahan
daya hantar termal dari gas yang mengelilingi R1 dan R2. Jembatan
Wheatstone untuk detektor seperti ini dioperasikan secara
differensial. Salah satu tahanan (misalnya R2) dikelilingi oleh gas
pembawa murni sedangkan tahanan lainnya (misalnya R1) berada
dalam lingkungan gas pembawa yang mengelusi uap komponenkomponen cuplikan dari dalam kolom. Jika uap komponen keluar
dari kolom dan melalui R1, maka suhu R1 akan berubah (jadi juga
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 22

Kromatografi Gas

tahanannya). Perubahan tahanan ini menyebabkan jembatan


menjadi tak setimbang dan ketaksetimbangan inilah yang
menimbulkan isyarat listrik yang akan diteruskan ke rekorder.
Rekorder mencatat isyarat ini sebagai penyimpangan dari garis
dasar berupa suatu puncak kromatogram. Besarnya isyarat, jadi
juga besarnya puncak tersebut, berbanding lurus dengan
konsentrasi komponen yang bersangkutan. Suhu detektror harus
dipertahankan minimal sama dengan suhu kolom agar tak terjadi
kondensasi dari uap komponen-komponen cuplikan yang
melaluinya. Bila menggunakan TCD sebagai detektor, sebaiknya
digunakan helium (He) atau hidrogen (H 2) sebagai gas pembawa.
Hal ini disebabkan karena kedua gas tersebut mempunyai daya
hantar kalor yang jauh lebih tinggi dari uap-uap berbagai analit.

Dibawah ini diberikan nilai ndaya hantar kalor dari berbagai gas
(kal.det-1.cm-1.derajat-1).
Daya Hantar
Kalor

Gas
H2 (hidrogen)

44,5

He (helium)

36,0

Ne (neon)

11,6

CH4 (metana)

8,18

O2 (oksigen)

6,35

N2 (nitrogen)

6,24

CO2
dioksida)

(karbon

CH3OH (metanol)

3,96
3,68

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 23

Kromatografi Gas

Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detector, FID)


Detektor ini bekerja berdasarkan prinsip ionisasi suatu molekul di
dalam nyala. Secara skematis konstruksi dari suatu FID dapat
digambarkan seperti berikut ini.
kolektor

pemantik nyala

udara
recorder
amplifier

hidrogen

kolom

Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector, FID)


Mula-mula dialirkan udara (O2) dan H2 ke dalam perangkat ini
hingga terjadi reaksi pembakaran hidrogen yang menghasilkan
energi (dapat dilihat dalam bentuk nyala). Energi yang dihasilkan
ini akan mengionisasi komponen-komponen yang dikeluarkan dari
kolom sehingga molekul-molekul analit akan melepaskan elektronelektronnya membentuk suatu ion. Ion-ion positif akan tertarik ke
elektroda negatif sehingga arus akan bertambah, kemudian melalui
tahanan yang menimbulkan beda tegangan. Beda tegangan yang
dihasilkan selanjutnya diperbesar pada rangkaian amplifier untuk
menggerakkan rekorder.
Dibandingkan dengan TCD, detektor ini mempunyai beberapa
keunggulan seperti :
kepekaannya yang lebih besar,
waktu tanggap yang lebih singkat,
cukup stabil dan tak peka terhadap suhu (hingga 400oC),
memberikan respon yang linier pada rentang konsentrasi
yang cukup lebar (106) dan,
memberi respon terhadap hampir semua senyawa organik.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 24

Kromatografi Gas

etana

metana

propana

butana

asam pentanoat

asam butanoat

asam propionat

asam asetat

asam format

Detektor ini, merupakan detektor yang peka terhadap aliran massa,


karenanya kepekaannya terhadap berbagai analit berbeda-beda.
Perbedaan kepekaan yang bergantung pada jumlah atom karbon
dari analit dapat diilustrasikan seperti berikut ini.

Kepekaan FID yang bergantung pada jenis analit


Walaupun detektor ini memiliki beberapa keunggulan namun tak
memberi respon pada senyawa-senyawa anorganik seperti air,
nitrogen, oksigen, CO, CO2, gas-gas mulia dan sebagian senyawa
organik seperti asam format, karbon disulfida dan formaldehida.
Sebagai gas pembawa dapat digunkan nitrogen, helium maupun
hidrogen.
Kedua jemis detektor yang telah dibahas diatas (TCD dan FID)
dapat secara bersama-sama terinstalasi dalam suatu peralatan
kromatografi gas, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 25

Kromatografi Gas

Detektor TCD dan FID pada suatu kromatograf


Perbedaan respon antara TCD dan FID untuk cuplikan yang sama
diberikan berikut ini.

Kromatogram yang diperoleh dengan menggunakan dua detektor


berbeda
Detektor Penangkapan Elektron (Electron Capture Detector,
ECD)
Detektor ini bekerja berdasarkan prinsip terjadinya penangkapan
elektron oleh komponen-komponen cuplikan yang mempunyai
affinitas terhadap elektron bebas. Komponen-komponen tersebut
dapat berupa senyawa-senyawa yang memiliki unsur atau gugus
yang mempunyai keelektronegatifan yang tinggi. Bila dikenai
elektron berenergi rendah, maka senyawa-senyawa tersebut
berkecendrungan untuk menangkap elektron sehingga terbentuk
ion-ion negatif.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 26

Kromatografi Gas

Secara sederhana, konstruksi detektor penangkapan elektron dapat


digambarkan sebagai berikut.

anode purge
pembuangan
anoda (+)
sumber elektron
(63Ni)

gas makeup
kolom

Konstruksi Detektor Penangkapan Elektron, ECD.


Bila gas pembawa nitrogen (tanpa komponen cuplikan) mengalir ke
dalam ruang dtetktor, maka sinar dari sumber radioaktif 63Ni (atau
tritium, 3H) akan mengionisasi molekul-molekul nitrogen dan
membentuk ion-ion N2+ dan elektron-elektron bebas yang akan
bergerak ke anoda dengan lambat karena tegangan listrik yang
dipasang antara katoda dan anoda tidak terlalu tinggi (dapat
divariasi antara 2 hingga 100 V). Dengan demikian di dalam ruang
detektor terdapat semacam awan elektron-elektron bebas yang
dengan lambat bergerak menuju anoda. Elektron-elektron yang
berkumpul pada anoda akan menghasilkan arus listrik sebagai arus
garis dasar yang steady dan dicatat pada kromatogram sebagai
garis dasar (base-line). Gas pembawa nitrogen sering pula
dicampur dengan gas metana sebagai quench-gas (gas peredam)
untuk mengurangi energi elektron sehingga dapat mempertinggi
efisiensi penangkapan elektron oleh komponen cuplikan yang
dianalisis.
Bila suatu senyawa dengan keelektronegatifan yang tinggi masuk
kedalam ruang detektor yang berisi awan elektron, maka senyawa
tersebut akan bereaksi dengan elektron (menangkap elektron)
dengan membentuk ion molekul yang bermuatan negatif atau
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 27

Kromatografi Gas

membentuk suatu gugusan netral + ion negatif. Partikel-partikel


bermuatan negatif ini akan dibawa keluar dari ruangan detektor
oleh aliran gas pembawa. Akibatnya, untuk setiap partikel yang
dibawa keluar akan menghasilkan pengurangan satu elektron dari
sistem. Pengurangan ini menyebabkan arus yang sebelumnya
mengalir dengan konstan dari detektor akan berkurang. Perubahan
arus inilah yang dicatat oleh rekorder sebagai puncak-puncak
kromatogram.
Detektor jenis ini mampu mendeteksi hingga tingkat 0,1 pg, jadi
merupakan detektor yang sangat peka. Perlu dicatat bahwa
detektor ini merupakan detektor yang selektif karena hanya
memberi respon pada senyawa-senyawa yang mampu menangkap
elektron. Sifat keselektifannya inilah yang menyebabkan ECD
digunakan sebagai detektor pada analisis senyawa-senyawa yang
mengandung halogen, anhidrida, peroksida, karbonil terkonyugasi,
nitril, nitrat, ozon dan senyawa-senyawa organologam. ECD tidak
peka terhadap senyawa-senyawa hidrokarbon, amin dan keton.
Beberapa variable experimen dapat berpengaruh pada respon
detektor ini. Temperatur misalnya dapat mempengaruhi respon
detektor karenanya jika digunakan sumber radioaktif tritium maka
temperatur sebaiknya tidak melibihi 220oC, sedang jika diguinakan
65
Ni suhu dapat ditingkatkan hingga 400 oC. Besarnya tegangan
yang digunakan juga mempengaruhi kinerja detektor ini. Untuk
masing-masing senyawa terdapat nilai tegangan tertentu yang
dapat memberikan respon atau kepekaan yang maksimum.
Jenis detektor ini memerlukan perawatan yang intensif terutama
dalam hal kebersihannya. Pengotoran yang diakibatkan oleh zat-zat
tertentu dapat menimbulkan respon detektor yang tidak sesuai
serta kepekaan yang menurun. Bila pengotor terlalu banyak,
isyarat detektor dapat hilang sama sekali. Pada penggunaan
detektor ini air dan oksigen tak boleh ada karena oksigen juga
merupakan penangkap elektron sehingga dapat mengurangi
kepekaan detektor. Pengotor lain dapat berupa column bleed
yaitu bagian-bagian dari fasa diam yang lambat laun terlepas dari
kolom. Komponen-komponen fasa diam yang ikut terelusi ini
menyebabkan turunnya arus dasar (standing current) karena
menangkap sebagian dari elektron-elektron bebas yang terdapat

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 28

Kromatografi Gas

dalam ruang detektor. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya


penurunan kepekaan dan mengecilnya daerah linier dari detektor.
Contoh penggunaan detektor ini dalam analisis perstisida
ditunjukkan oleh kromatogram berikut.

Hasil analis pestisida pada buah apel


Detektor Nitrogen-Fosfor (Nitrogen-Phosohorous Detector,
NPD)
Dtektor jenis ini merupakan detektor yang sangat selektif terhadap
senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen dan fosfor.
Konstruksi dan prinsip kerjanya mirip dengan detektor ionisasi
nyala. Konstruksinya sendiri merupakan modifikasi detektor ionisasi
nyala, di mana dibagian atas dari nyala ditempatkan suatu unsur
aktif yang selektif terhadap nitrogen dan fosfor. Unsur aktif tersebut
dapat berupa unsur rubidium (Rb) yang dipanaskan pada suhu 600
800oC dan diberi tegangan negatif sebesar kira-kira 180 V. Pada
keadaan ini maka akan terjadi proses penguapan, ionisasi dan
redeposisi dari rubidium. Jika tak ada analit yang keluar dari kolom,
maka elektron yang mengalir di dalam sistem ini akan memberikan
arus dasar yang dicatat sebagai garis dasar dari kromatogram. Bila
eluat merupakan senyawa nitrogen atau fosfor, hasil ionisasinya
akan mempengaruhi siklus vaporasi, ionisasi dan redeposisi dari

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 29

Kromatografi Gas

rubidium. Perubahan ini akan menghasilkan arus yang lebih besar


di dalam sistem dan dicatat sebagai puncak kromatogram.

kolektor
(anoda, -ve)
rubidium
katoda, +ve

udara
hidrogen

kolom
Detektor Nitrogen-Fosfor, NPD
Dari konstruksi dan prinsip kerja yang diterangkan di atas dapat
dimengerti jika detektor ini sering pula disebut sebagai Flame
Thermionic Detector (FTD) atau Thermionic Ionization Detector
(TID).
Detektor Fotometri Nyala (Flame Photometric Detector,
FPD)
Detektor jenis ini merupakan detektor yang selektif terhadap
senyawa-senyawa yang mengandung fosfor dan belerang. Prinsip
bekerjanya didasarkan pada pengukuran intensitas sinar yang
diemisikan oleh belerang atau fosfor yang terdapat dalam senyawa
yang dianalisis. Seperti halnya pada detektor ionisasi nyala, pada
detektor ini juga digunakan nyala hidrogen/udara yang akan
merubah senyawa belerang dan fosfor masing-masing menjadi
spesi S2 dan HPO. Kedua spesi ini mempunyai pita emisi yang
karakteristik. Intesitas sinar yang diemisikan inilah yang dicatat
oleh rekorder sebagai puncak-puncak kromatogram. Secara
skematis, konstruksi detektor ini dapat digambarkan sebagai
berikut.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 30

Kromatografi Gas

tabung
pengganda
foton

zona
emisi
udara
hidrogen

filter

kolom
Detektor Fotometri Nyala (Flame Photometric Detector, FPD)
Detektor jenis ini adalah detektor destruktif yang mampu
memberikan limit deteksi hingga 20 pg S/detik dan 0,9 pg P/detik.
Daerah liniernya dapat mencapai 104 untuk fosfor dan 103 untuk
belerang.
Detektor Fotoionisasi (Photoionization Detector, PID)
Detektor ini bekerja berdasarkan pengukuran arus listrik yang
dihasilkan dari suatu proses ionisasi menggunakan sinar ultraviolet
berintensitas tinggi. Komponen yang keluar dari kolom diionisasi
dengan menggunakan sinar ultraviolet berenergi tinggi sehingga
dihasilkan ion-ion yang akan bergerak ke elektroda pengumpul
(kolektor). Pergerakan partikel bermuatan inilah yang diukur
sebagai arus listrik yang dicatat sebagai puncak pada
kromatogram.
Kontruksi peralatannya dapat ditunjukkan sebagai berikut.

lampu UV

elektroda
polarisasi

insulator
ruang reaksi

elektroda
kolektor

kolom

Detektor Fotoionisasi (Photoionization Detector, PID)

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 31

Kromatografi Gas

Detektor jenis ini tentu saja hanya memberikan respon terhadap


senyawa-senyawa yang dapat diionisasi dengan radiasi UV. Limit
deteksinya mampu mencapai hingga 2 pg C/detik dengan daerah
kelinieran hingga 107.

Detektor Emisi Atom (Atomic Emission Detector, AED)


Detektor ini terdiri dari sumber plasma helium yang dibangkitkan
dengan teknik gelombang mikro dan suatu spektrometer emisi
yang dilengkapi dengan diode array sebagai piranti pengukur
intensaitas sinar yang diemisikan.
Komponen-komponen yang keluar dari kolom diatomisasi di dalam
plasma sehingga membentuk atom-atom netral dalam bentuk uap.
Atom netral dalam beentuk uap ini selanjutnya tereksitasi dan pada
saat kembali ke keadaan dasar akan mengemisikan sinar dengan
panjang gelombang yang karakteristrik bagi atom-atom tersebut.
Sinar yang diemisikan pada panjang gelombang tertentu ini
selanjutnya dirubah oleh dioda menjadi energi listrik yang dicatat
sebagai puncak kromatogram. Besarnya intensitas sinar yang
diemisikan ini tentu saja sebanding dengan jumlah atom
bersangkutan yang ada dalam plasma yang berarti pula akan
sebanding dengan konsentrasi komponen tertentu yang keluar dari
kolom. Karena untuk masing-masing atom mempunyai panjang
gelombang emisi yang karakteristik, maka berbagai unsur dapat
dideteksi secara simultan dengan menggunakan detektor ini.
Secara skematis, detektor emisi atom dapat digambarkan sebagai
berikut.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 32

Kromatografi Gas

170

N, P, S, C

250

Si, Hg, P, C

450
generator
gelombang mikro
He
kolom

495

Br, Cl, H

658
690
740
777

H, O
F
N
O

diode
array
plasma

Detektor Emisi Atom (Atomic Emission Detector, AED)


Electrolytic Conductivity Detector (ELCD)
Pada detektor ini, komponen-komponen yang keluar dari kolom
direaksikan dengan gas tertentu didalam reaktor bertemperatur
tinggi. Hasil reaksi yang terbentuk kemudian dilarutkan dalam
pelarut tertentu dan selanjutnya diukur daya hantar listriknya.
Detektor jenis ini dapat bersifat selektif tergantung pada
temperatur dan jenis pelarut yang digunakan. Secara skematis,
detektor ini dapar digambarkan sebagai berikut.
pelarut

reaktor

gas pereaksi

kolom

Electrolytic Conductivity Detector, ELCD


Contoh penggunaan detektor ini adalah pada analisis asam-asam
organik yang mengandung unsur halogen (haloacid). Senyawaamran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 33

Kromatografi Gas

senyawa ini direduksi dengan gas hidrogen bertemperatur tinggi


secara katalitik didalam reaktor yang terbuat dari logam nikel. Hasil
reaksinya dialirkan ke dalam sel daya hantar yang berisi pelarut
seperti n-propanol. Terlarutnya hasil reaksi ini menyebabkan
kenaikan daya hantar yang dicatat sebagai puncak kromatogram.
Bergantung pada jenis gas pereaksi, suhu dan pelarut yang
digunakan, detektor ini dapat selektif terhadap senyawa-senyawa
yang mengandung halogen, belerang dan nitrogen. Temperatur
antara 800 1000oC biasanya digunakan untuk deteksi halogen,
850-950oC untuk nitrogen dan antara 750-825oC untuk belerang.
Kepekaan yang dapat diperoleh melalui detektor ini adalah 5-10 pg
untuk halogen, 10-20 pg untuk belerang dan 10-20 pg untuk
nitrogen.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 34

Kromatografi Gas

ANALISIS KUALITATIF DENGAN KROMATOGRAFI GAS


Telah diketahui bahwa kromatografi merupakan salah satu cara
pemisahan yang berdasarkan pada perpindahan yang disertai
perbedaan laju gerak komponen yang akan dipisahkan. Dengan
demikian dapat dimengerti bahwa waktu retensi (tR) tiap komponen
adalah karakteristik pada suatu kondisi kromatografi tertentu.
Secara teoritis, berdasarkan nilai waktu retensi yang karakteristik
ini maka kromatografi dapat digunakan untuk keperluan analisis
kualitatif suatu campuran tak diketahui. Akan tetapi pada
prakteknya tidak demikian. Metoda kromatografi tak dapat
digunakan untuk analisis kualitatif dari suatu campuran yang sama
sekali belum diketahui. Yang dapat dilakukan antara lain adalah
dengan membandingkan kromatogram, jadi juga waktu retensi, dari
campuran yang tak diketahui dengan suatu kromatogram yang
diperoleh dengan menyuntikkan komponen-komponen standar
yang telah diketahui dengan pasti. Berikut ini diberikan contoh
langkah-langkah yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif.
Jika terdapat zat A dan B yang tak diketahui sedang zat C telah
diketahui dengan pasti dan diduga A atau B tersebut adalah zat C,
maka langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat
kromatogram campuran zat A dan B. Kromatogram yang dihasilkan
tentu saja akan menghasilkan dua puncak yakni puncak A dan B.
Langkah berikutnya adalah menambahkan zat C yang telah
diketahui pada campuran A dan B lalu dibuat kromatogramnya.
Kromatogram yang dihasilkan akan memberikan beberapa
kemungkinan seperti berikut ini.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 35

Kromatografi Gas

B+C

B
A

B
A

Campuran A + B

Kemungkinan I

Kemungkinan II

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 36

Kromatografi Gas

Kemungkinan I.
Dari kromatogram yang diperoleh, dihasilkan dua puncak dengan
waktu retensi yang sama dengan kromatogram campuran A + B,
hanya saja salah satu puncak membesar sedang yang lainnya
mengecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa zat B
kemungkinan sama dengan zat C, karena waktu retensinya
sama dan adanya zat C memperbesar puncak B.
Kemungkinan II
Dari kromatogram yang diperoleh, terdapat tiga puncak dengan
waktu retensi berlainan. Disini, dengan pasti dapat dikatakan
bahwa zat A dan B bukanlah zat C.
Untuk keperluan analisis kualitatif sering juga digunakan besaran
waktu retensi relatif (Relative Retention Time, RRT). Waktu retensi
relatif ini adalah waktu retensi suatu komponen dibandingkan
dengan waktu retensi komponen lainnya yang dianggap sebagai
pembanding atau standar. Seperti halnya pada cara analisis
kualitatif yang telah diberikan diatas, pada cara ini juga
ditambahkan zat pembanding tetapi yang diketahui dengan pasti
waktu retensinya tidak sama dengan waktu retensi dari komponenkomponen yang ada di dalam campuran.
Mula-mula campuran yang mengandung A dan B dikromatografi
kemudian campuran ini ditambah zat standar dan juga dibuat
kromatogramnya. RRT dihitung sebagai perbandingan waktu
retensi terkoreksi dari suatu komponen dengan waktu retensi
terkoreksi dari komponen yang dijadikan sebagai standar.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 37

Kromatografi Gas

A
C

to

to

Kromatogram campuran A+B


Kromatogram
A+B
dan
Standar C
Dari kromatogram di atas dapat dihitung RRT untuk masing-masing
komponen.
RRT A = (tRA to)/ (tRC to)
RRT B = (tRB to)/ (tRC to)
RRT C = (tRC to)/ (tRC to) = 1
Contoh penggunaan RRT dapat dilihat seperti berikut ini.
Dalam analisis campuran A, B dan C yang diperkirakan
mengandung n-oktana, tr untuk zat A = 15,5 mm, B = 17 mm, dan
C = 62 mm. Jika kedalam campuran ini ditambahkan iso-oktana
sebagai standar, diperoleh puncak baru dengan t r = 47 mm dan t0
= 2 mm.
RRT dari n-oktana terhadap iso-oktana (t r n-oktana/tr iso-oktana) adalah
0,33.
RRT A = (15,5 - 2)/(47 - 2) = 0,30
RRT B = (17,0 - 2)/(47 - 2) = 0,33
RRT C = (62,0 - 2)/(47 - 2) = 1,33
Dari hasil perhitungan RRT di atas dapat dikatakan bahwa senyawa
B adalah n-oktana karena nilai RRT-nya sama.
Penggunaan RRT untuk analisis kualitatif jauh lebih baik dibanding
penggunaan waktu retensi saja karena dengan cara ini dapat

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 38

Kromatografi Gas

dieliminasi beberapa kesalahan yang mungkin timbul, seperti :


berubahnya parameter-parameter dalam kolom.
Sebagai standar dalam dapat dipilih salah satu dari daftar yang
diakui secara internasional yang dikeluarkan oleh IUPAC. Beberapa
diantaranya diberikan dalam tabel berikut.
td (0C)

senyawa

-0,5

Apiezon-L

Carbowax 20
M

n-butana

1,9

0,6

80,1

benzena

11,4

10,2

99,2

iso-oktana

4,3

3,0

Standar yang dipilih bergantung pada volume retensi atau waktu


retensi komponen yang akan dianalisis. Juga bergantung pada
kereaktifannya terhadap komponen cuplikan dan fasa diam. Ini
berarti standar tak boleh berekasi baik dengan fasa diam maupun
dengan komponen ciplikan dan juga puncaknya terletak berdekatan
dengan komponen yang akan dianalisis.
Waktu retensi relatif suatu zat terhadap suatu zat standar akan
berubah bila fasa diam dari kolom berubah atau berlainan.
Untuk mempermudah pemilihan standar dalam, E. Kovats telah
menyusun suatu sistem indeks yang didasarkan pada senyawa
alkana sebagai standar. Senyawa alkana dipakai sebagai standar
karena inert dan larut dalam kebanyakan fasa diam yang
digunakan dalam kromatografi gas. Indeks yang disusun ini disebut
sebagai INDEKS KOVATS (I).

log R x log R z
z
I 100 n
log R z n log R z
RX
RZ
RZ+n

dimana:

= tR untuk senyawa X
= tR untuk senyawa n-alkana dengan z buah atom C
= tR untuk senyawa n-alkana dengan z+n buah

atom C
n
= selisih antara jumlah atom C senyawa alkana
normal bersangkutan
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 39

Kromatografi Gas

Dari nilai I, dapat diramalkan urutan-urutan terelusinya komponen


dari kolom (orde elusi). Secara umum diperoleh bahwa komponen
dengan jumlah atom C paling kecil yang akan terelusi lebih awal
sedang komponen dengan jumlah atom C paling besar akan terelusi
paling alhir.
Contoh pemakaian indeks Kovats.
Untuk fasa diam Apiezon-L diketemukan nilai-nilai I pada 160 0C
seperti berikut ini.
campuran 2 komponen
n-oktana

standar dalam IUPAC

etil-

(td. =
1260C)

benzena
(td. =
1360C)

benzena
(td. = 800C)

I = 810

I = 920

I = 704

p-xylena

sikloheksan

(td. =
1300C)

a
(td. =
1550C)

I = 926

I = 894

Jika ingin dilakukan pengukuran waktu retensi relatif (RRT) dari


campuran n-oktana + etilbenzena dengan menggunakan salah satu
dari ketiga standar diatas maka zat standar dalam yang paling baik
adalah syandar dengan indeks Kovats terletak antara 810 920
yaitu sikloheksana dengan nilai I = 894.
Berdasarkan atas nilai-nilai I yang diberikan di atas maka puncak
sikloheksana akan terletak diantara puncak n-oktana dan etilbenzena. Prinsipnya adalah bahwa zat dengan I paling kecil akan
terelusi paling awal sedang zat dengan I terbesar akan terelusi
paling akhir.
Perlu diketahui bahwa jika fasa diam diubah maka nilai indeks
Kovats suatu zat juga akan berubah. Jika digunakan Carbowax 20M
pada suhu yang sama seperti di atas (1600C) maka nilai indeks
Kovats dari n-oktana=800, etil-benzena=1176, benzena=979, pxylen=1180 dan untuk sikloheksanon=1361. Pada kondisi
kromatografi seperti ini, maka untuk pengukuran RRT dari n-oktana
dan etil-benzena tak dapat lagi digunakan sikloheksana karena

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 40

Kromatografi Gas

indeks Kovatnya tidak lagi terletak antara indeks Kovats kedua


senyawa yang akan ditentukan RRT-nya. Untuk keperluan ini maka
yang dapat digunakan sebagai standar dalam adalah benzena
dengan nilai I = 979.

ANALISIS KUANTITATIF DENGAN KROMATOGRAFI GAS


Pada kromatografi gas, isyarat detektor yang direkam sebagi
puncak-puncak kromatogram sebanding dengan jumlah komponen
yang masuk kedalam kolom. Dengan demikian analisis kuantitatif
dapat didasarkan pada pengukuran luas puncak kromatogram. Ini
berarti ketelitian analisis kuantitatif bergantung pada ketelitian
pengukuran luas puncak kromatogram. Berbagai cara seperti cara
penimbangan, penggunaan planimeter, atau pendekatan dengan
menghitung luas segitiga dapat digunakan untuk menghitung luas
puncak suatu kromatogram. Walaupun demikian cara-cara yang
telah disebutkan ini sudah jarang digunakan karena hampir semua
peralatan kromatografi gas yang mutakhir telah dilengkapi dengan
terminal pengolah data yang dapat memberikan luas puncak
kromatografi secara langsung.
Selain ketelitian pengukuran luas puncak, kelinieran respon
detektor juga merupakan parameter penentu baik tidaknya suatu
analisis kuantitatif dengan kromatografi gas.
Beberapa cara analisis kuantitatif dalam kromatografi gas antara
lain adalah :
cara relatif, seperti metoda 100% dan metoda 100% yang
diperbaiki.
cara mutlak, seperti cara luas permukaan spesifik dan cara
standar dalam.
Cara 100% (disebut juga cara normalisasi).
Misalkan diperoleh kromatogram seperti ditunjukkan pada gambar
dibawah ini, dengan luas puncak masing-masing komponen adalah
AA, AB dan AC, maka jumlah masimng-masing komponen dapat
dihitung sebagai berikut.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 41

Kromatografi Gas

Jika dianggap bahwa kepekaan detektor sama untuk semua


komponen yang terdapat dalam cuplikan, maka jumlah masingmasing komponen tersebut sebanding dengan luas permukaan
puncak kromatogramnya.
Jumlah komponen A = QA = (AA/A) x 100%
Jumlah komponen B = QB = (AB/A) x 100%
Jumlah komponen C = QC = (AC/A) x 100%
dimana A adalah jumlah luas semua puncak kromatogram
(AA+AB+AC)
Cara seperti ini hanya dapat dilakukan jika semua komponen dari
cuplikan dapat terdeteksi dan terekam pada kromatogram. Cara ini
digunakan jika diperlukan analisis semua komponen yang terdapat
dalam cuplikan.
Kekurangan cara ini adalah karena detektor umumnya tidak
memberikan kepekaan yang sama untuk masing-masing komponen
yang akan dianalisis. Keragaman kepekaan ini dapat memberikan
kesalahan sebesar 10-15%.
Cara 100% yang diperbaiki.
Untuk menghindari kesalahan akibat perbedaan kepekaan detektor
untuk masing-masing komponen, dilakukan koreksi dengan
menggunakan faktor kalibrasi atau faktor peneraan. Dari
kromatogram yang diberiikan di atas, maka :
Jumlah komponen A = qA = fA . AA

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 42

Kromatografi Gas

Jumlah komponen B = qB = fB . AB
Jumlah komponen C = qC = fC . AC
fA, fB dan fC adalah faktor kalibrasi untuk komponen A, B dan C

Dengan demikian :

QA

f A AA
x100%
f A AA f B AB f C AC

atau secara umum dapat dituliskan sebagai,

f A
Q i i i i x100%
f i Ai

1
Cara menentukan faktor kalibrasi (fi)
Dibuat kromatogram campuran komponen murni dengan jumlahjumlah yang diketahui dengan pasti (q1, q2dan q3). Dengan
menghitung luas puncak masing-masing komponen murni tersebut
maka nilai-nilai faktor kalibrasi untuk masing-masing komponen
dapat ditentukan.
Cara Standar Eksternal (Cara Kurva Kalibrasi).
Pada cara ini, konsentrasi komponen yang dianalisis diperoleh
dengan menggunakan suatu kurva kalibrasi atau kurva standar
yaitu aluran antara luas puncak terhadap konsentrasi larutan
standar komponen bersangkutan.
Sederetan larutan standar dengan konsentrasi berbeda-beda dibuat
kromatogramnya
dan luas puncak untuk
masing-masing
konsentrasi ditentukan. Luas puncak yang diperoleh ini selanjutnya
dialurkan terhadap konsentrasi standar seperti ditunjukkan kurva
kalibrasi berikut ini.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 43

luas puncak, A

Kromatografi Gas

Ax

Cx

konsentrasi, C

Kurva standar (kurva kalibrasi)


Selanjutnya dibuat kromatogram dari cuplikan dan luas puncak
komponen yang akan dianalisis (komponen yang sama dengan
komponen standar) ditentukan. Luas puncak yang diperoleh (Ax)
diekstrapolasi ke dalam kurva kalibrasi untuk menentukan
konsentrasi komponen bersangkutan (Cx).

CARA CARA MEMPERBAIKI PEMISAHAN PADA METODA


KROMATOGRAFI GAS
Tabel
berikut merangkum beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
waktu
retensi
komponen-komponen
pemisahannya dengan metoda kromatografi gas.

No.

Faktor

dapat
pada

Waktu Retensi
kecil

besar

Laju alir gas pembawa

cepat

lambat

Konsentrasi fasa diam atau tebal


fasa diam

kecil

besar

Kelarutan komponen dalam fasa


diam

kecil

besar

Penguapan (volatility)

besar

kecil

Suhu kolom

tinggi

rendah

Panjang kolom

pendek

panjang

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya waktu


retensi.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 44

Kromatografi Gas

Berikut ini diberikan beberapa contoh hasil pemisahan atau


kromatogram yang dapat dijumpai dalam praktek.
Contoh I.
Analisis kromatografi campuran m-xylena (t.d. 139 0C) dan p-xylena
(t.d. 1380C), dilakukan dengan menggunakan fasa diam semi polar
pada suhu 800C. Hasil yang diperoleh ternyata tidak terjadi
pemisahan sama sekali.
Dengan meninggikan suhu tidak terlalu baik karena titik didih
kedua komponen sangat berdekatan. Dengan mengubah fasa diam
juga tidak akan diperoleh pemisahan yang lebih baik karena sifatsifat keduanya hampir sama. Usaha yang paling baik dilakukan
adalah dengan menurunkan suhu karena akan meningkatkan
efisiensi kolom. Dengan cara ini diharapkan waktu retensi akan
membesar dan dapat terjadi pemisahan.
Contoh II.
Kromatogram menunjukkan puncak-puncak yang tidak terpisah
dengan baik dan terdapat puncak yang sangat dekat dengan titik
injeksi (tR sangat kecil) seperti ditunjukkan berikut ini.

waktu retensi

Penurunan laju alir atau tekanan gas pembawa hanya akan sedikit
memperbaiki resolusi, kalau laju alir mula-mula ada di atas laju
optimum (kurva Van Deemter).
Dengan memperpanjang kolom, resolusi mungkin dapat doiperbaiki
tetapi waktu analisis akan semakin panjang. Menurunkan suhu
kolom kemungkinan besar akan memperbaiki pemisahan terutama
jika digunakan pemrograman temperatur.
Contoh III.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 45

Kromatografi Gas

Suatu kromatogram dengan resolusi yang buruk dimana hampir


semua puncak tidak nampak diperoleh walaupun waktu retensi dan
waktu analisisnya sudah cukup baik seperti gambar berikut ini.

waktu retensi

Menurunkan laju alir gas tidak tepat karena akan memperpanjang


waktu retensi sedang waktu retensi dan waktu analisisnya sudah
baik. Menurunkan suhu kolom juga kurang baik karena akan
memperbesar waktu retensi. Dalam situasi seperti ini, cara terbaik
adalah dengan memilih fasa diam lain dengan mempertimbangkan
efek polaritas dan afinitas dari komponen yang akan dipisahkan.
Contoh IV.
Kromatogram berikut memperlihatkan hasil pemisahan yang
kurang baik dengan dua puncak utama yang tidak terpisah dengan
sempurna.

waktu retensi

Menurunkan suhu, merubah laju alir gas atau memperpanjang


kolom mungkin akan memperbaiki resolusi, namun waktu analisis
akan membesar. Cara terbaik yang mungkin dilakukan adalah
dengan menggunakan volume cuplikan/volume ijeksi yang lebih

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 46

Kromatografi Gas

sedikit sehingga luas permukaan kedua puncak mengecil dan


resolusi menjadi lebih baik.
Contoh V.
Dalam
prakteknya,
sering
pula
dijumpai
puncak-puncak
kromatogram yang tidak simetris seperti ditunjukkan pada hasil
pemisahan berikut ini.

waktu retensi

Ketaksimetrisan bentuk/profil puncak dapat disebabkan oleh


beberapa hal berikut.
Pertama, disebabkan oleh kolom yang overloaded. Hal ini dapat
dikoreksi dengan menggunakan volume cuplikan yang lebih sedikit.
Kedua, disebabkan oleh dekomposisi termal (penguraian karena
pemanasan) dari cuplikan di dalam kolom sehingga kesetimbangan
distribusi menjadi kacau.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mempercepat
laju alir gas atau mengurangi jumlah/tebal fasa diam, namun usaha
ini tidak akan menghalangi terjadinya dekomposisi cuplikan.
Dengan demikian cara terbaik adalah dengan mengkombinasikan
usaha diatas dengan penurunan suhu kolom.
Contoh VI.
Kromatogram berikut menunjukkan resolusi yang sudah baik
namun waktu analisisnya atau waktu retensi komponen masih
terlalu besar.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 47

Kromatografi Gas

waktu retensi

Untuk memperpendek waktu analisis, dapat dilakukan dengan


meninggikan suhu kolom atau mempercepat laju alir gas.
Kombinasi perubahan kedua parameter ini akan memberikan hasil
yang lebih baik.
Contoh VII.
Hasil pemisahan senyawa-senyawa
kromatogram berikut ini.

2
1

4
3

hidrokarbon

memberikan

1. pentana
2. heksana
3. heptana
4. oktana
5. dekana
6. dodekana
7. tetradekana

waktu retensi

Perbaikan resolusi dapat dilakukan dengan menggunakan


mengunakan pemrograman temperatur. Agar keempat puncak
diawal kromatogram dapat terpisah dengan baik maka suhu awal
dapat diturunkan. Kemudian suhu dinaikkan secara bertahap agar
ketiga puncak berikutnya tetap terpisah dengan baik dengan waktu
retensi yang lebih singkat. Dengan menaikkan suhu pada akhir
analisis diharapkan pula mampu memperbaiki profil dari puncak
yang terakhir.

amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung

halaman 48

Anda mungkin juga menyukai