Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalsium Antagonis dalah kelas obat heterogen dan golongan obat penurun
tekanan darah atau anti hipertensi

yang bekerja dengan cara menghambat

pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot vaskular perifer sehingga menimbulkan
vasodilatasi, sedangkan pada sistem konduksi jantung, kalsium antagonis
memperpanjang masa konduksi dan masa refrakter AV node serta menekan
otomatisitas SA node. Antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium
melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan ini mempengaruhi sel
miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah, sehingga mengurangi
kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi impuls elektrik
dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner.
Antagonis kalsium (AK) bekerja dengan cara menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel melalui chanel-L. AK dibagi 2 golongan besar, yaitu AK
non-dihidropiridin (kelas fenilalkilamin dan benzotiazepin) dan AK dihidropiridin
(1,4-dihidropiridin). Golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri
sehingga dapat berfungsi sebagai OAH, sedangkan golongan non-dihidropiridin
mempengaruhi sistem konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut
jantung, efek hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan penurunan resistensi
perifer.
Obat antagonis kalsium atau kalsium - channel blockers diperkenalkan
dalam pengobatan klinis pada tahun 1960 dan sekarang berada di antara yang
paling sering diresepkan obat untuk pengobatan penyakit :1 kardiovaskular
Meskipun antagonis kalsium saat ini tersedia secara kimiawi beragam , mereka
berbagi milik umum menghalangi aliran transmembran ion kalsium melalui
tegangan - gated L - jenis ( perlahan menonaktifkan ) channels.2 obat ini telah
terbukti efektif pada pasien dengan hipertensi , angina pectoris , disritmia
supraventrikular dan aritmia jantung dan mungkin bermanfaat pada pasien dengan
disfungsi diastolik ventrikel kiri, migrain , persalinan prematur , kejang esofagus ,
dan gangguan bipolar.

Antagonis kalsium adalah kelas obat yang heterogen, dengan spektrum


yang luas dari efek jantung langsung dan tidak langsung yang bervariasi banyak
dari satu obat yang lain dan tergantung pada perumusan dan durasi kerja.
Antagonis kalsium bertindak dengan mengurangi resistensi perifer total tekanan
arteri yang lebih rendah. Sebagai konsekuensi, takikardia refleks, peningkatan
curah jantung, dan peningkatan katekolamin plasma dan aktivitas renin plasma
yang biasa terlihat, terutama dengan dosis awal dan dengan dihidropiridin shortacting. Vasodilatasi mendadak paradoks dapat menimbulkan angina dan bahkan
infark miokard akut. Hemodinamik dan neuroendokrin perubahan ini kurang
diucapkan dengan formulasi long-acting. Kebanyakan antagonis kalsium
mengurangi automaticity dari sinus node, konduksi lambat dalam node
atrioventrikular, dan memiliki sedikit, jika ada, efek pada automaticity dari miosit.
Dihidropiridin umumnya memiliki lebih sedikit efek pada automaticity dan
konduksi jantung daripada nondihydropyridines. Efek inotropik negatif yang
paling mendalam dengan nondihydropyridines dan sangat berkurang atau tidak
ada dengan dihidropiridin baru, seperti isradipin, felodipin, amlodipine, dan
nisoldipin. Long-acting antagonis kalsium pada umumnya meningkatkan
oksigenasi miokard dengan bongkar jantung, meningkatkan aliran darah koroner,
dan mengurangi konsumsi oksigen miokard. Dengan demikian, antagonis kalsium
memiliki berbagai efek menguntungkan pada pasien dengan penyakit jantung
hipertensi: mereka mengurangi hipertrofi ventrikel kiri dan gejala sisa, seperti
ventrikel disritmia, gangguan mengisi dan kontraktilitas, dan iskemia miokard.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang di maksud dengan obat Kalsium Antagonis ?
1.2.2

Apa saja klasifikasi dari obat Kalsium Antagonis

1.2.3

Bagaimana mekanisme kerja obat Kalsium Antagonis ?

1.2.4 Apa indikasi dari obat Kalsium Antagonis ?


1.2.5 Apa Kontraindikasi dari obat Kalsium Antagonis ?
1.2.6 Apa Efek samping dari obat Kalsium Antagonis ?
1.2.7

Bagaiamana Interaksi dari obat kalsium Antagonis ?

1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum :

Untuk mengetahui berbagai manfaat dari obat kalsium antagonis


1.3.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tujuan Khusus :
Untuk mengetahui definisi dari obat kalsium antagonis
Untuk mengetahui klasifikasi dari obat kalsium antagonis
Untuk mengetahui cara kerja dari obat kalsium antagonis
Untuk mengetahui indikasi dari obat kalsium antagonis
Untuk mengetahui kontraindikasi dari obat kalsium antagonis
Untuk mengetahui efek samping dari obat kalsium antagonis
Untuk mengetahui interaksi obat kalsium antagonis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kalsium Antagonis dalah kelas obat heterogen dan golongan obat penurun
tekanan darah atau anti hipertensi

yang bekerja dengan cara menghambat

pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot vaskular perifer sehingga menimbulkan
vasodilatasi, sedangkan pada sistem konduksi jantung, kalsium antagonis
memperpanjang masa konduksi dan masa refrakter AV node serta menekan
otomatisitas SA node.
2.2 Klasifikasi
Kalsium antagonis di bagi menjadi 2 golongan yaitu Antagonis kalsium
Dihidropiridin dan Non Dihidropiridin.
1. Dihidropiridin :
Golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri sehingga dapat
berfungsi sebagai obat antihipertensi.
Contohnya : Nifedipine, Amlodipine, felodipin, isradipin, nikardipin, dan
nisoldipin
a. Nifedipin : merelaksasi otot polos vaskular sehingga mendilatasi arteri
koroner dan perifer. Obat ini lebih berpengaruh pada pembuluh darah
dan kurang berpengaruh pada miokardium dari pada verapamil. Tidak
seperti verapamil, nifedipin tidak mempunyai aktivitas antiaritmia.

Nifedipin jarang menimbulkan gagal jantung, karena efek inotropik


negatifnya diimbangi oleh pengurangan kerja ventrikel kiri. Sediaan
nifedipin kerja pendek tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka
panjang hipertensi, karena menimbulkan variasi tekanan darah yang
besar dan refleks takikardia.

b. Amlodipin dan felodipin : menunjukkan efek yang serupa dengan


nifedipin dan nikardipin, tidak mengurangi kontraktilitas miokard dan
tidak menyebabkan perburukan pada gagal jantung. Obat ini
mempunyai masa kerja yang lebih panjang, dan dapat diberikan sekali
sehari. Nifedipin, nikardipin, amlodipin, dan felodipin digunakan
untuk pengobatan angina atau hipertensi. Semuanya bermanfaat pada
angina yang disertai dengan vasospasme koroner. Efek samping akibat
efek vasodilatasinya adalah muka merah dan sakit kepala, dan edema
pergelangan kaki (yang hanya memberikan respons parsial terhadap
diuretika).

2. Non dihidropinin :
Golongan non dihidropinin ini mempengaruhi sistem konduksi jantung
dan cenderung melambatkan denyut jantung. Efek hipertensinya melalui
vasodilatasi perifer dan penurunan resistensi perifer. Contohnya : Veramil
dan Diltiazem

a. Verapamil digunakan untuk pengobatan angina, hipertensi, dan


aritmia. Obat ini merupakan antagonis kalsium dengan kerja inotropik
negatif yang poten, mengurangi curah jantung, memperlambat denyut
jantung, dan mengganggu konduksi AV. Dengan demikian verapamil
dapat mencetuskan gagal jantung, memperburuk gangguan konduksi,
dan menyebabkan hipotensi pada dosis tinggi. Karena itu obat ini tidak
boleh digunakan bersama dengan beta-bloker. Efek samping utamanya
berupa konstipasi.

b. Diltiazem efektif untuk sebagian besar angina. Selain itu, sediaan kerja
panjangnya juga digunakan untuk terapi hipertensi. Senyawa ini dapat
digunakan untuk pasien yang karena sesuatu sebab tidak dapat
diberikan beta-bloker. Efek inotropik negatifnya lebih ringan
dibanding verapamil dan jarang terjadi depresi miokardium yang
bermakna. Meskipun demikian, karena risiko bradikardinya, tetap
diperlukan kehati-hatian bila digunakan bersama beta-bloker.

2.3 Mekanisme Kerja


Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot vaskular perifer sehingga menimbulkan vasodilatasi,
sedangkan pada sistem konduksi jantung, kalsium antagonis memperpanjang
masa konduksi dan masa refrakter AV node serta menekan otomatisitas SA node.
Antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat
membran sel yang aktif. Golongan ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel

otot polos pembuluh darah, sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard,


pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler
sistemik atau koroner.
Antagonis kalsium (AK) bekerja dengan cara menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel melalui chanel-L. AK dibagi 2 golongan besar, yaitu AK
non-dihidropiridin (kelas fenilalkilamin dan benzotiazepin) dan AK dihidropiridin
(1,4-dihidropiridin). Golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri
sehingga dapat berfungsi sebagai OAH, sedangkan golongan non-dihidropiridin
mempengaruhi sistem konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut
jantung, efek hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan penurunan resistensi
perifer.
Antagonis kalsium bekerja dengan menghambat influks kalsium pada sel
otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium
terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.
Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi,
terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan
Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik
negatif langsung pada jantung. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine. Antagonis kalsium menghambat
arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan
ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah,
sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi
impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner.
2.4 indikasi
a. Antagonis Kalsium sebagai Obat bagi penderita Hipertensi

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang


mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu
yang lama). Pada penderrita hipertensi Antagonis kalsium (AK) bekerja dengan
cara menghambat masuknya kalsium ke dalam sel melalui chanel-L. Calcium
Antagonists

(antagonis

kalsium). Kalsium

menyebabkan

dinding

arteri

berkontraksi. Hal ini menyebabkan arteri menyempit, dan tekanan darah


meningkat. Golongan obat ini menghambat pengambilan kalsium ke dalam
dinding pembuluh darah. Sebagai akibatnya kontraksi arteri berkurang, arteri
melebar, dan tekanan darah turun. Contoh golongan obat ini adalah amlodipin.
Sering digunakan obat jantung jenis antihipertensi yang melebarkan
pembuluh darah (vasodilator), yang bisa melebarkan arteri, vena atau keduanya.
Pelebar arteri akan melebarkan arteri dan menurunkan tekanan darah, yang
selanjutnya akan mengurangi beban kerja jantung.Pelebar vena akan melebarkan
vena dan menyediakan ruang yang lebih untuk darah yang telah terkumpul dan
tidak mampu memasuki bagian kanan jantung.Hal ini akan mengurangi
penyumbatan dan mengurangi bebanjantung.Obat jantung jenis antihipertensi
yang paling banyak digunakan adalah ACE-inhibitor (angiotensin converting
enzyme inhibitor).Obat ini tidak hanya meringankan gejala tetapi juga
memperpanjang harapan hidup penderita. ACE-inhibitor melebarkan arteri dan
vena; sedangkan obat terdahulu hanya melebarkan vena saja atau arteri saja
(misalnya nitroglycerin hanya melebarkan vena, hydralazine hanya melebarkan
arteri).
AK dibagi 2 golongan besar, yaitu AK non-dihidropiridin (kelas
fenilalkilamin dan benzotiazepin) dan AK dihidropiridin (1,4-dihidropiridin).
Golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri sehingga dapat berfungsi

sebagai OAH, sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem


konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut jantung, efek hipertensinya
melalui vasodilatasi perifer dan penurunan resistensi perifer. Penelitian yang
membandingkan efek antihipertensi AK dengan obat lain menunjukkan efek
antihipertensi yang sama baiknya pada pasien dengan hipertensi ringan dan
moderat. Efek anti hipertensi AK berhubungan dengan dosis, bila dosis ditambah
maka efek antihipertensi semakin besar dan tidak menimbulkan efek toleransi. AK
tidak dipengaruhi asupan garam sehingga berguna bagi orang yang tidak
mematuhi diet garam. Menurut beberapa studi penggunaan AK dalam hipertensi
secara umum tidak berbeda dalam efektivitas, efek samping, atau kualitas hidup
dibandingkan dengan OAH lain. Ditinjau dari mortalitas, tidak ada perbedaan
bermakna antara diuretik, AK dan penghambat ACE dalam pengobatan hipertensi.
Hanya mungkin ada sedikit perbedaan dalam respons terapi sesuai usia dan
kelompok suku bangsa atau
warna kulit. AK sebagai OAH banyak dipakai pada pasien dengan
hipertensi esensial, pasien dengan hipertensi renovaskular, hipertensi pada pasien
kulit hitam (dimana respons penyakit terhadap b blocker atau ACE biasanya
kurang memuaskan) dan pasien hipertensi dengan diabetes mellitus, hipertensi
dengan asma bronkhial, serta hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri.AK
mempunyai efek tambahan yang menguntungkan pasien. AK dan penghambat
ACE lebih baik dari penghambat beta dan diuretik dalam mengurangi kejadian
hipertrofi ventrikel kiri yang merupakan risiko independen pada hipertensi
Banyak studi menunjukkan AK mempunyai efek proteksi vaskular dengan
mengurangi remodelling vaskular dan memperbaiki faal endothelium. Beberapa
studi jangka panjang pada penggunaan AK (kelompok diltiazem) sebagai OAH
menunjukkan hasil bahwa AK dapat mengurangi kejadian stroke sampai 20%.
Kontraindikasi utama penggunaan AK adalah gangguan konduksi (heart block)
gagal jantung berat dan sindrom sick sinus. Semua AK menyebabkan vasodilatasi.
Potensi relatif sebagai vasodilator bervariasi dengan nifedipin dianggap paling
poten sedangkan verapamil dan diltiazem kurang poten. Pada penelitian in vitro,
diketahui bahwa beberapa AK (nifedipin, nisoldipin, isradipin) berikatan di
saluran.

Kalsium tipe L di pembuluh darah dengan beberapa sifat selektif,


sedangkan verapamil berikatan sama baiknya di saluran kalsium tipe L pada
jantung dan pembuluh darah.Semua kelas AK menurunkan aktivitas sinus jantung
dan memperlambat konduksi arterioventrikular (AV), sedangkan di klinik, hanya
verapamil dan diltiazem yang menghambat konduksi AV atau menyebabkan
berkurangnya aktivitas sinus.
Semua kelas AK menyebabkan kontraksi otot jantung yang tergantung
konsentrasi pada in vitro, sedangkan in vivo hanya verapamil dan diltiazem yang
menunjukan hal tersebut. Perbedaan in vitro dan in vivo mungkin dapatdijelaskan
dengan aktivasi simpatis yang terjadi sebagai respons terhadap vasodilatasi yang
diinduksi oleh dihidropiridin, yang mengurangi efek kronotropik dan inotropik
negatif.
b. Antagonis Kalsium sebagai Obat bagi penderita Angina pektoris

Angina Pectoris adalah suatu syndrom klinis dimana terjadi sakit dada
yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke
lengan kiri. Antagonis kalsium disini di pakai pada pengobatan jangka panjang
untuk mengurangi frekuensi serangan pada beberapa bentuk angina, dengan cara
kerja

memperbaiki

spasme

koroner

dengan

cara

menghambat

tonus

vasometer.bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium pada saluran


kalsium,yang akan menyebabkan relaksai otot polos pembuluh darah sehingga

terjadi vasodilatasi pada pebuluh darah epikardial dan sistemik. Antagonis


kalsium yang efektif dalam pengobatan baik pectoris angina klasik dan
vasospastic lebih jarang, atau varian, angina (Angina varian) . Di Amerika Serikat,
amlodipine, diltiazem, nicardipine, nifedipine, dan verapamil disetujui untuk
pengobatan angina .Selain itu, bepridil diindikasikan hanya untuk pasien dengan
angina yang refrakter terhadap pengobatan dengan obat lain. Dengan
pengecualian dari formulasi yang cepat bertindak, yang kadang-kadang
memperburuk angina, masing-masing obat ini secara substansial memperpanjang
waktu untuk timbulnya angina selama latihan, mengurangi frekuensi episode
angina, atau mengurangi kebutuhan untuk nitrogliserin short-acting di pasien yang
membutuhkan pemberian oral jangka panjang nitrogliserin. Meskipun antagonis
kalsium efektif sebagai monoterapi untuk angina, pengobatan dikombinasikan
dengan antagonis kalsium, nitrat, dan beta-blocker dapat memiliki aditif effect.
kombinasi Terutama efektif untuk pasien dengan angina stabil termasuk baik
dihidropiridin dan beta-blocker atau verapamil atau diltiazem dalam kombinasi
dengan nitrat, diikuti oleh penambahan beta-blocker pada pasien dengan kontrol
yang tidak memuaskan dari angina. terapi kalsium-antagonis saja tidak efektif
pada pasien dengan angina. tidak stabil.
Efek komparatif pada morbiditas atau mortalitas terapi jangka panjang
dengan berbagai antagonis kalsium pada pasien dengan angina stabil tidak
diketahui. Sebuah tinjauan retrospektif data telah menyebabkan kekhawatiran
bahwa risiko kematian mungkin sedikit lebih tinggi di antara pasien yang
menerima kalsium dihidropiridin antagonists.
c. Antagonis

Kalsium

sebagai

Obat

bagi

penderita

Disritmia

Supraventrikuler
Distritmia (aritmia) jantung didefinisikan sebagai setiap penyimpangan
frekuensi atau pola denyut jantung yang normal; termasuk denyut jantung terlalu
lambat (bradikardia), terlalu cepat (takikardia), atau tidak teratur. Kalsium
Antagonis di sini bekerja dengan cara menghambat perangsangan adrenergik dari
jantung, menekan eksitabilitas dan kontraktilitas dari miokardium, Menurunkan
kecepatan hantaran pada jaringan jantung, Meningkatkan masa pemulihan
(repolarisasi) dari miokardium, Menekan otomatisitas (depolarisasi spontan untuk

memulai denyutan). Verapamil dan diltiazem disetujui untuk pengobatan pasien


dengan aritmia supraventrikular - khusus untuk jangka pendek dan jangka panjang
pengobatan fibrilasi atrium, flutter atrium, dan atrioventrikular masuk kembali
nodal pada pasien tanpa saluran pintas aksesori. Verapamil dan diltiazem lambat
konduksi melalui node atrioventrikular dan meningkatkan periode refrakter nodal
atrioventrikular, yang, pada gilirannya, hasil dalam memperlambat laju respons
ventrikel pada fibrilasi atrium atau bergetar atau konversi atrioventrikular
takiaritmia masuk kembali ke irama sinus nodal oleh gangguan dari waktu sirkuit
masuk kembali. Seperti efek lain dari verapamil pada blokade L-jenis saluran
kalsium, ini adalah efek stereospesifik, dengan S -verapamil menyebabkan
keterlambatan dalam konduksi nodal atrioventrikular dan R -verapamil memiliki
sedikit effect. Kemampuan verapamil dan diltiazem untuk memblokir tindakan
node atrioventrikular lebih diucapkan di lebih cepat dari denyut jantung lebih
lambat, properti disebut "menggunakan ketergantungan" atau "ketergantungan
frekuensi." Verapamil dan diltiazem juga dapat menyebabkan sinus-node depresi.
Pada

dosis

klinis

ditoleransi,

antagonis

kalsium

dihidropiridin

tidak

memperpanjang atrioventrikular konduksi atau refrakter atau menyebabkan sinusnode depresi dan oleh karena itu tidak diindikasikan untuk pengobatan aritmia
supraventrikuler. Efek elektropsikologi yang berbeda mungkin karena efek yang
berbeda

pada

tegangan

dan

menggunakan

ketergantungan

antara

phenylalkylamine dan benzothiazepine obat, di satu sisi, dibandingkan dengan


obat dihidropiridin, di sisi lain. Atau, perbedaan mungkin berkaitan dengan
perbedaan antara berbagai golongan obat dalam aksi mereka pada T-jenis saluran
kalsium, yang lebih menonjol dalam struktur nodal jantung.
d. Antagonis Kalsium sebagai Obat bagi penderita Gagal Ginjal
AK kelas dihidropiridin kerja pendek menyebabkan peningkatan infark
miokard sedangkan kerja panjang risiko kematiannya serupa dengan obat
antihipertensi yang lain. Pada gagal ginjal kronis tampaknya terdapat milieu
(suasana) biokimia yang berbeda dengan populasi umum. Pengambilan
kesimpulan mengenai penggunaan AK pada populasi umum tidak dapat
disamakan dengan pasien gagal ginjal, karena pada beberapa penelitian, AK justru
memberi keuntungan pada pasien uremia. AK merupakan obat antihipertensi yang

sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien gagal ginjal yang
dianggap resisten terhadap obat antihipertensi lain. AK terutama dihidropiridin
meningkatkan ekskresi natrium dan air, sebagian dengan menurunkan reabsorbsi
natrium pada tubulus proksimal. Mekanisme itu menguntungkan terutama pada
pasien gagal ginjal karena tidak meretensi air dan garam (mengurangi edema).
Dihidropiridin mungkin juga menghambat reabsorbsi protein di tubulus. Setelah
pemberian nifedipin terjadi peningkatan ekskresi beta 2 mikroglobulin pada urin
(petanda reabsorbsi protein di tubulus proksimal).Keuntungan lain AK yaitu tidak
menyebabkan hiperkalemia seperti golongan penghambat ACE dan antagonis
angiotensin (AA) II. Solomon et al,12 melaporkan pada pasien gagal ginjal
terminal penggunaan AK diltiazem meningkatkan pengeluaran kalium. Pada
penelitian the United States Renal Data system Dialysis Morbidity and Mortality
Study Wave II (USRDS DMMS II), yang melibatkan 4065 pasien gagal ginjal
terminal yang menjalani dialisis, ternyata penggunaan AK menurunkan mortalitas
yang bermakna dibandingkan dengan obat antihipertensi lain (penghambat ACE,
penyekat beta). Risiko kematian yang lebih rendah pada penggunaan AK pada
pasien gagal ginjal tersebut dihubungkan dengan peran AK yaitu menurunkan
tekanan darah, mengurangi kejadian hipertrofi ventrikel kiri dan memperbaiki
kalsium intrasel yang menguntungkan pasien gagal ginjal terminal. Mekanisme
perlindungan AK pada ginjal yang telah diketahui dan dipostulasikan adalah
sebagai berikut:
1. Menurunkan tekanan darah sistemik
2. Menurunkan hipertrofi ginjal
3. Modulasi alur mesangial makromolekul
4. Menurunkan aktivitas metabolisme pada ginjal remnant
5. Memperbaiki nefrokalsinosis uremia
6. Mengurangi efek mitogenik pada faktor pertumbuhan
7. Menghambat tekanan yang menginduksi pemasukan
kalsium
8. Mengurangi pembentukan radikal bebas
2.5 Kontra Indikasi

1. Golongan Dihidropiridin :
a. Niferdipin dan Nicardipin

syokkardiogenik
hipersensifitas
stenosis aorta
menderita miokardial infark dalam 1 bulan terakhir
angina tak stabil atau serangan akut angina akut porphyria

b. Amlodipin

Kehamilan
Hipersensitifterhadapterhadap amlodipine atau derivate dehidroperidinlainya

2. Golongan Non Dihidropiridin :


a. Verapamil

Sick sinus Sindrom


Block AV
Hipotensi
Hipersensitivitas terhadap verapamil
Syokkardiogenik
Riwayat gagal jantung
Hipotensi
Bradikardi Blok SA
b.Diltiazem

Sick sinus Sindrom


Bradikariberat
Gagal ventrikel kiri disertai kongesti pulmonal
Block AV
Hipotensi
Hipersensitivitas terhadap diltiazem
Kehamilan dan menyusui
Verapamil dan diltiazem :
- AV block derajat 2-3
- Gagal jantung syok kardiogenik
- Hipotensi
Nifedipine jika di kombinasi dengan blocker, maka tidak boleh di berikan
kepada klien dengan gangguan Angina Pectoris, riwayat infark miokard, dan
Gangguan fungsi jantung

2.6 Efek samping


Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara lain : edema,
sakit kepala. Secara umum

: sakit kepala, nyeri, peningkatan atau penurunan

berat badan. Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian
amlodipine pada wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya
bila keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum
diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena
keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya
amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui.Efektivitas dan keamanan
amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
Efek samping lainnya :
a. Vasodilatasi berlebihan ( pusing, muka merah, sakit kepala berdenyut,
hipotensi, refleks takikardia dan palpitasi )
b. Gagal jantung (jika di berikan bersama blocker ).
c. AV block ( terleblih jika di berikan bersama bocker atau digitalis )
d. Bradikardi sinus atau henti sinus
2.7 Interaksi Obat
Antagonis kalsium berinteraksi di dalam tubuh dengan cara menghambat
arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan
ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah,
sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi
impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner.
Pemilihan

obat-obat

golongan

antagonis

kalsium

berbeda-beda

berdasarkan perbedaan lokasi kerja, sehingga efek terapetiknya tidak sama,


dengan variasi yang lebih luas daripada golongan beta-bloker. Terdapat beberapa
perbedaan penting di antara obat- obat golongan antagonis kalsium verapamil,
diltiazem,

dan

dihidropiridin

(amlodipin,

felodipin,

isradipin,

lasidipin,

lerkanidipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, dan nisoldipin). Verapamil dan


diltiazem biasanya harus dihindari pada gagal jantung karena dapat menekan
fungsi jantung sehingga mengakibatkan perburukan klinis.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kalsium Antagonis dalah kelas obat heterogen dan golongan obat penurun
tekanan darah atau anti hipertensi

yang bekerja dengan cara menghambat

pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot vaskular perifer sehingga menimbulkan
vasodilatasi, sedangkan pada sistem konduksi jantung, kalsium antagonis
memperpanjang masa konduksi dan masa refrakter AV node serta menekan

otomatisitas SA node. Antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium


melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan ini mempengaruhi sel
miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah, sehingga mengurangi
kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi impuls elektrik
dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner.
3.2 Saran
Di sarankan bagi pembaca untuk bisa mengerti berbagai macam manfaat
obat kalsium dalam kesehatan.dan bisa menerapkan berbagai manfaat dari obat
tersebut jika di perlukan.
Bagi mahasiswa sebaiknya memahami dan mengetahui konsep dan
manfaat dari obat kalsium antagonis untuk dapat mengaplikasikannya dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Kaplan NM, Clinical hypertension, 7ed. Baltimore: William and Wilkins; 1998.
Guidelines subcommittee. WHO-ISH Guidelines for the Manage- ment of
Hypertension. J Hypertension 1999;17:151-83.
Trisnohadi HB. Peran antagonis kalsium dalam hipertensi: Sym- posium
pendekatan holistic penyakit kardiovaskular III & Karimun III. Jakarta; 2004.

Anda mungkin juga menyukai