Anda di halaman 1dari 5

Mandy Putriyudi

04011181419027
PDU Alpha FK UNSRI
Skenario C Sistem Respirasi

Adaptasi Terhadap Tempat Tinggi


Keadaan Lingkungan Tempat Tinggi
Keadaan lingkungan di ketinggian 10.000 kaki (3.048 meter) di atas permukaan laut
dilihat dari segi temperatur, tekanan udara, dan kadar oksigen dapat memengaruhi kondisi
fisiologis seseorang. Temperatur di ketinggian 10.000 kaki, sesuai dengan rumus untuk setiap
kenaikan dataran tiap 100 meter suhu akan turun sebesar 0,6 oC, maka temperatur di
ketinggian 10.000 kaki dapat dikatakan bernilai 6,8 oC. Tekanan udara pada ketinggian 10.000
kaki kira-kira senilai 523 mmHg, dan tekanan oksigennya bernilai 110 mmHg.
Saturasi hemoglobin oleh oksigen di berbagai ketinggian juga
bervariasi. Pada ketinggian kira-kira 10.000 kaki, walaupun yang dihirup
adalah udara biasa, saturasi oksigen arteri setidaknya masih tetap
setinggi 90 persen. Di atas 10.000 kaki, saturasi oksigen turun secara
progresif, sehingga saturasinya hanya 70 persen pada ketinggian 20.000
kaki dan sangat berkurang pada tempat yang lebih tinggi. Sedangkan
pada ketinggian 0 m dari permukaan laut, nilai saturasi hemoglobin oleh
oksigen adalah 97%.
Sedangkan dalam kondisi normal di ketinggian 0 m di atas permukaan laut,
temperatur ialah senilai 26oC, tekanan udara ialah senilai 760 mmHg, dan tekanan oksigen di
udara ialah senilai 159 mmHg. Hidup pada tempat tinggi akan menerima stress ekologis yang
kompleks, diantaranya sebagai berikut :
1. Hipoksia.
2. Barometer rendah.
3. Radiasi matahari tinggi.
4. Suhu udara dingin.
5. Kelembaban udara rendah.
6. Angin kencang.
7. Nutrisi terbatas.
8. Medan yang terjal.
Efek Akut Hipoksia
Beberapa efek akut penting dari hipoksia pada orang yang belum teraklimitasi saat
menghirup udara biasa mulai dari ketinggian 12.000 kaki adalah mengantuk, malas, kelelahan
otot dan mental, kadang sakit kepala, mual, dan euforia. Semua efek ini berkembang
progresif menjadi tahap kejang diatas ketinggian 18.000 kaki dan akhirnya diatas 23.000 kaki
berakhir dengan koma pada orang yang belum teraklimitasi, yang segera diikuti dengan
kematian. Sebagai contoh, jika seorang penerbang yang belum teraklimatisasi berada pada
ketinggian 15.000 kaki selama 1 jam, kemampuan mental biasanya turun menjadi 50%
normal, dan setelah 18 jam turun menjadi 20%.
Aklimatisasi terhadap PO2 rendah
Seseorang yang tinggal di tempat tinggi selama beberapah hari, minggu atau tahun
menjadi semakin teraklimatisasi terhadap PO2 yang rendah, sehingga efek buruknya terhadap
tubuh makin lama makin berkurang, dan memungkinkan orang tersebut bekerja lebih berat
tanpa mengalami efek hipoksia atau untuk naik tempat tinggi.
Prinsip-prinsip utama aklimatisasi ialah :
1. Peningkatan ventilasi paru yang cukup besar

Mandy Putriyudi
04011181419027
PDU Alpha FK UNSRI
Skenario C Sistem Respirasi

2.

3.

4.

5.

Pajanan PO2 rendah secara mendadak akan merangsang


kemoreseptor
arteri
sehingga
kemoreseptor
tersebut
akan
meningkatkan ventilasi alveolus menjadi maksimal sekitar 1,65 kali di
atas normal. Jadi, kompensasi terjadi segera dalam hitungan detik
ketika naik ke tempat tinggi. Bila orang itu kemudian tinggal di tempat
tinggi selama beberapa hari, kemoreseptor masih meningkatkan
ventilasi sampai naik menjadi lima kali normal.
Peningkatan jumlah sel darah merah dan konsentrasi hemoglobin
Produksi sel darah merah. Biasanya, ketika orang tetap terpajan
oleh kadar oksigen rendah selama berminggu-minggu, hematokrit
dapat meningkat perlahan-lahan dari nilai normal yang berkisar 40
sampai 45 menjadi rata-rata 60, dan ini sesuai dengan peningkatan
kadar hemoglobin dari nilai normal 15 g/dl menjadi 20 g/dl. Selain itu,
volume darah juga bertambah, seringkali meningkat 20 sampai 30
persen, dan peningkatanini dikali dengan peningkatan konsentrasi
hemoglobin darah menghasilkan peningkatan total hemoglobin tubuh
menjadi 50 persen.
Peningkatan kapasitas difusi paru
Kapasitas difusi normal untuk oksigen ketika melewati membran
paru kira-kira
21 ml/mHg/menit, dan kapasitas difusi ini
dapat
meningkat sebanyak tiga kali lipat selama olahraga. Peningkatan
kapasitas difusi yang serupa juga terjadi di tempat tinggi. Sebagian
dari peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan volume darah kapiler
paru, yang menyebabkan terjadinya pelebaran kapiler dan peningkatan
luas daerah permukaan tempat oksigen berdifusi ke dalam darah.
Sebagian lagi disebabkan oleh peningkatan volume udara paru, yang
meningkatkan antar-muka(interface) kapiler-alveolus lebih meluas lagi.
Bagian terakhir yang menyokong adalah peningkatan tekanan darah
arteri paru; tenaga ini akan mendorong darah untuk melalui lebih
banyak kapiler alveolus daripada dalam keadaan normal, terutama
bagian atas paru, yang pada keadaan biasa perfusinya buruk.
Peningkatan vaskularisasi jaringan perifer-Peningkatan kapilaritas
jaringan
Segera setelah mencapai suatu tempat tinggi, curah
jantung
seringkali meningkat sampai 30 persen, tetapi kemudian turun kembali
menjadi normal dalam hitungan minggu seiring terjadinya peningkatan
hematokrit darah, jadi jumlah oksigen yang diangkut ke jaringan tubuh
perifer tetap dalam kisaran nomal.
Adaptasi sirkulasi yang lebih lain ialah peningkatan jumlah
pertumbuhan kapiler yang bersirkulasi secara sistemik di jaringan non
paru, yang disebut sebagai peningkatan kapilaritas jaringan (atau
angiogenesis). Peningkatan kapilaritas akan terlihat sangat pada
jaringan aktif yang terpajan hipoksia kronik. Sebagai contoh,
kepadatan kapiler dalam otot ventrikel kanan meningkat secara
bermakna akibat hipoksia dan beban kerja yang berat, yang
disebabkan oleh hipertensi pulmonal pada ketinggian.
Peningkatan kemampuan sel dalam menggunakan oksigen sekalipun
PO2 rendah

Mandy Putriyudi
04011181419027
PDU Alpha FK UNSRI
Skenario C Sistem Respirasi

Pada binatang yang secara alami tinggal di ketinggian 13.000


sampai 17.000 kaki, sistem mitokondria sel dan enzim oksidatif sel
sedikit lebih banyak daripada binatang yang menghuni daerah setinggi
permukaan laut. Oleh karena itu, diduga sel-sel jaringan orang yang
teraklimatisasi oleh ketinggian juga dapat menggunakan oksigen lebih
efektif dibandingkan sesamanya yang tinggal ditempat setinggi
permukaan laut.
Peningkatan Ventilasi Paru - Peran Kemoreseptor Arteri
Pajanan PO2 rendah (karena berada pada tempat tinggi) secara mendadak akan
merangsang kemoreseptor arteri sehingga kemoreseptor tersebut akan meningkatkan ventilasi
alveolus menjadi maksimal sekitar 1,65 kali di atas normal (RR naik). Jadi, kompensasi
terjadi segera dalam hitungan detik ketika naik ke tempat tinggi, dan dengan ini saja orang
dapat naik beberapa ribu kaki lebih tinggi dibanding melakukannya tanpa peningkatan
ventilasi. Bila orang itu kemudian tinggal di tempat yang sangat tinggi selama beberapa hari,
kemoreseptor masih meningkatkan ventilasi sampai naik menjadi 5x normal.

Kenaikan ventilasi paru yang secara mendadak pada saat kita naik ke tempat tinggi akan
menghilangkan sejumlah besar karbon dioksida sehingga PCO 2 akan turun, dan meningkatkan

Mandy Putriyudi
04011181419027
PDU Alpha FK UNSRI
Skenario C Sistem Respirasi

pH cairan tubuh (alkalosis respiratorik). Semua perubahan itu akan menghambat pusat
pernapasan batang otak dan dengan demikian melawan efek PO2 yang rendah untuk
merangsang pernapasan menggunakan kemoreseptor pernapasan perifer di badan karotid dan
badan aortik. Namun, efek hambatan ini perlahan-lahan hilang dalam waktu 2-5 hari,
sehingga pusat pernapasan dapat mengadakan respons maksimal terjadap rangsangan
kemoreseptor sebagai akibat dari hipoksia, dan ventliasi meningkat sekitar 5x normal.
Penyebab hilangnya hambatan ini dipercaya terjadi terutama karena adanya penurunan
kadar ion bikarbonat dalam cairan serebrospinal sebagaimana dalam jaringan otak.
Perubahan-perubahan tersebut akan menurunkan pH cairan di sekeliling neuron kemosensitif
di pusat pernapasan, dengan demikian akan meningkatkan aktivitas pusat tersebut dalam
menstimulasi pernapasan.
Mekanisme penting penurunan berkala konsentrasi bikarbonat merupakan kompensasi
ginjal terhadap alkalosis respiratorik. Ginjal memberikan respons terhadap penurunan PCO2
dengan cara menurunkan sekresi ion H+ dan meningkatkan ekskresi bikarbonat. Kompensasi
metabolik untuk alkalosis respiratorik ini secara bertahap menurunkan konsentrasi bikarbonat
dalam cairan plasma dan serebrospinal dan menurunkan pH ke arah normal serta membuang
efek inihibisi pernapasan akibat konsentrasi hidrogen yang rendah. Jadi, pusat pernapasan
lebih responsif terhadap stimulus kemoreseptor perifer akibat hipoksia setelah ginjal
melakukan kompen sasi terhadap alkalosis.
Secara singkat bisa dilihat pada gambat berikut:
Aklimatisasi Alami pada Penduduk Asli yang Hidup di Tempat
Tinggi
Pada semua aspek aklimatisasi, penduduk asli yang tinggal di
dataran tinggi sejak lahir akan lebih superior dibandingkan dengan
penduduk dari tempat rendah dengan aklimatisasi terbaik, walaupun
penduduk dari tempat rendah itu telah hidup di tempat tinggi selama 10
tahun atau lebih. Proses aklimatisai pada penduduk asli tersebut telah
dimulai semenjak masa bayi. Ukuran dadanya, terutama sangat
membesar, sedangkan ukuran tubuhnya agak mengecil, sehingga rasio
kapasitas ventilasi terhadap massa tubuh menjadi besar. Selain itu,
jantungnya, yang semenjak lahir sampai dewasa sudah memompa curah
jantung dalam jumlah ekstra, ternyata lebih besar daripada jantung orang
yang tinggal di tempat rendah.
Pengangkutan oksigen oleh darah ke jaringan juga jauh lebih mudah
pada penduduk asli ini. PO2 oksigen arteri pada penduduk asli yang
tinggal di tempat tinggi hanya 40 mmHg, tetapi karena jumlah
hemoglobbinnya lebih banyak, maka jumlah oksigen dalam darah arteri
penduduk asli tersebut menjadi lebih banyak dibandingkan oksigen dalam
darah penduduk asli yang tinggal di tempat rendah. Ini juga menunjukkan
bahwa pengangkutan oksigen ke jaringan sangatlah efektif pada
penduduk asli yang tinggal di tempat tinggi yang teraklimatisasi secara
alami.
Penduduk asli yang teraklimatisasi secara alami, sehari-hari dapat
bekerja di tempat tinggi hampir sama seperti orang normal yang tinggal di
tempat setinggi permukaan laut, tetapi penduduk dari tempat rendah
yang kemudian teraklimatisasi dengan baik hampir tidak pernah
mencapai hasil sebaik penduduk asli itu dalam bekerja.

Mandy Putriyudi
04011181419027
PDU Alpha FK UNSRI
Skenario C Sistem Respirasi

Sumber:
Guyton, Arthur C., Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai