Anda di halaman 1dari 8

Aspek Hukum dan Etika Profesi

1. Kebijakan Rumah Sakit tentang keamanan dan kerahasiaan rekam medis

2. Prosedur Pelepasan Informasi


Rumah sakit sebagai pemilik segala catatan yang ada di rumah sakit termasuk rekam
medis. Hal ini mengingat karena catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis merupakan
rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan kesehatan kepada pasien.
Pemilikan rekam medis tercantum dalam UU RI Nomor 29 tentang Praktik Kedokteran pada
pasal 46 ayat (1) menyatakan Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46
merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isinya
merupakan milik pasien. Isi rekam medis merupakan hak pasien yang dijelaskan oleh dokter
yang merawatnya dan tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medisnya pulang,
Seperti yang terdapat dalam UU RI Nomor 29 tentang praktik kedokteran pasal 47 ayat (2)
menyatakan bahwa Rekam medis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus disimpan
dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
Hak akses pasien terhadap rekam medis diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008, Jika pasien dirujuk ke rumah sakit lain, maka rumah sakit hanya
mengeluarkan resume akhir pasien yang dibuat oleh dokter yang merawat untuk diteruskan
kepada rumah sakit rujukan (Depkes RI, 2006). Menurut Markeinstein (dalam Pedoman
Penyelenggaraan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di Rumah Sakit, 2010) kepentingan
pasien untuk melihat data rekam medis adalah :
1. Kepentingan yang terletak di bidang finansial dalam arti untuk dapat menilai apakah ia
boleh memperoleh pembayaran kembali ataupun ganti kerugian.
2. Kepentingan proses peradilan yang menurut rasa keadilan kedua belah pihak yang
bererkara seharusnya mempunyai hak akses yang sama terhadap informasi yang relevan
untuk diajukan pada proses peradilan.
3. Kepentingan pengobatan yang diperlukan untuk meneruskan pengobatannya pada
pemberi pelayanan lain atas dasar data yang ada.

4. Kepentingan yang bersangkutan dalam pengamanan yang menyangkut data pribadinya


(privacy).
Informasi medis seorang pasien dapat diberikan kepada pihak-pihak terkait antara lain
pihak asuransi, pasien/keluarga pasien,rumah sakit yang menjadi tempat rujukan, dokter lain
yang merawat pasien, kepolisian, dan untuk keperluan pengadilan. Pemberian informasi medis
harus mengikuti prosedur yang berlaku, informasi medis dapat diberikan apabila pasien
menandatangani serta memberikan kuasa kepada pihak ketiga untuk mendapatkan informasi
medis mengenai dirinya, hal ini bertujuan untuk melindungi rumah sakit dari tuntutan yang lebih
jauh.
Prosedur dan persyaratan dalam pelepasan informasi medis pasien di RSUP DR. Sardjito
yaitu :
a. Klaim asuransi umum.
Form/blangko dari asuransi rangkap 3.
Permintaan dari pasien.
Permintaan tertulis ditujakan kepada direksi RSUP Dr. Sardjito dan ditanda
tangani di atas materai yang cukup.
Map warna biru 2 buah.
Foto copy kwitansi rawat jalan/rawat inap.
Foto copy KTP.
Permintaan dari ahli waris pasien.
Permintaan tertulis ditujakan kepada direksi RSUP Dr. Sardjito dan ditanda

tangani di atas materai yang cukup.


Form/blangko dari asuransi rangkap 3.
Map warna biru 2 buah.
Foto copy kwitansi rawat jalan/rawat inap.
Foto copy KTP.
Foto copy surat-surat yang diperlukan untuk mendukung bahwa yang

bersangkutan ahli waris dan sesuai dengan ketentuan hukum.


Permintaan dari asuransi
Permintaan tertulis ditujakan kepada direksi RSUP Dr. Sardjito dan ditanda

tangani di atas materai yang cukup.


Form/blangko dari asuransi rangkap 3.
Map warna biru 2 buah.
Foto copy kwitansi rawat jalan/rawat inap.
Foto copy KTP.
Surat pernyataan deklarasi dari pasien/ahli waris pasien sesuai ketentuan.

b. Permohonan Surat Keterangan medis untuk klaim asuransi Jasa Raharja


Permintaan tertulis dari kepolisian bagian laka lantas sesuai dengan TKP
dan/permohonan tertulis dari para ahli waris pasien menyertakan sket gambar
kecelakaan dari kepolisian dan foto copy identitas sebagai pasien dan foto copy identitas
sebagai ahli waris pasien dan/ surat keterangan dari pejabat yang berwenang.
Formulir kecelakaan lalu lintas dari PT. Jasa Raharja asli dan di foto copy rangkap 2
(untuk tempat kejadian perkara diluar wilayah DI Yogyakarta).
Melampirkan stop map warna kuning rangkap 2.
Melampirkan kwitansi rawat jalan dan rawat inap
Pasien atau wali membuat surat atau pernyataan pemaparan RM pasien dari pasien dan
ahli waris pasien dengan dibubuhi materai 6000 membayar biaya administrasi di loket
Bank Mandiri
c. Riwayat sakit (medical report)
Permintaan dari pasien
Permintaan tertulis ditujukan kepadadireksi RSUP Dr. Sardjito dan ditandatangani
diatas materai yang cukup
Map warna biru 2 buah
Fotocopy kwitansi rawat inap dan/atau rawat jalan
Permintaan institusi
Permintaan tertulis ditujukan kepadadireksi RSUP Dr. Sardjito dan ditandatangani
diatas materai yang cukup
Map warna biru 2 buah
Fotocopy kwitansi rawat inap dan/atau rawat jalan
Surat pernyataan deklarasi dari pasienatau ahli waris pasien sesuai ketentuan
3. Observasi

perundang-undang

tentang

Kerahasiaan

Isi

Rekam

Medis

dan

pelaksanaannya
Secara umum informasi rekam medis bersifat rahasia, tetapi jika dianalisa konsep
kerahasiaan ini maka akan banyak ditemui pengecualian, dan yang menjadi masalah disini ialah :
bagi siapa rekam medis itu dirahasiakan, dan dalam keadaan bagaimana rekam medis
dirahasiakan. Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan
hubungan, yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari pembocoran sesuai
dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :
a. PP No. 10 Tahun 1966 Wajib Simpan Rahasia Kedokteran

Rahasia kedokteran: Segala sesuatu yg diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 (tenaga
kesehatan dan mahasiswa kedokteran) pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran. "segala sesuatu yang diketahui" yang artinya Segala fakta yg didapat
dalam pemeriksaan penderita, interpretasinya untuk menegakkan diagnosa dan melakukan
pengobatan: dari anamnesa, pemeriksaan jasmaniah, pemeriksaan dengan alat kedokteran dsb,
juga termasuk fakta yg dikumpulkan oleh pembantu-pembantunya.
b. Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pada pasal 48 menyatakan:
Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri,
atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Artinya rahasia kedokteran dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien seperti pemberian
informasi terhadap asuransi yang menjamin pembiayaan selama pasien dirawat di penyelenggara
pelayanan kesehatan. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum apabila jika terjadi
permasalan yang menyakut dengan hukum dan pemberian informasi tetap diberikan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
c. KUH Pidana Pasal 322
(1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau
pencariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut
atas pengaduan orang itu.
Peran Surat Keterangan Medik di RSUP dr. Sardjito untuk memberikan informasi kepada
pihak yang memerlukan informasi medis pasien dan tercapainya standar pelayanan yang optimal.
Penyelenggaraan pembuatan Surat Keterangan Medik di RSUP dr. Sardjito dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan yang mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia
seperti Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang No
29 Tahun 2004 Tentang Praktek, Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang No 33 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang, Undang-Undang No 34 Tahun 1964 Tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan,
Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, Undang-Undang No 39 Tahun 1999
Tentang HAM. Selain itu mengacu pada Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 Tentang Wajib

Simpan Rahasian Medis, Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan,
Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2000 Tentang Biaya Meterai Dan Peraturan Menteri
Kesehatan No 269/MENKES/PER/III/2008/ Tentang Medical Record.
4. Jenis-jenis Formulir Inform Consent dan Pelaksanaannya
Inform consent berarti suatu izin (consent) atau pernyataan setuju dari pasien yang
diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter dan yang sudah
dimengertinya. Bentuk inform consent terdiri dari :
1. Dengan dinyatakan (express)
a. secara lisan (oral)
b. secara tertulis (written)
2. tersirat atau dianggap diberikan (implied or tacit consent)
a. dalam keadaan biasa (normal or constructive consent)
b. dalamkeadaan gawat darurat (emergency)
Inform consent terdiri atas tiga bagian dimana terdapat pertukaran informasi antara dokter dan
pasien yaitu:
1. pengungkapan dan penjelasan (disclosure and explanation) kepada pasien dalam bahasa
yang dapat dimengerti oleh pasiennya tentang:
a. penegakan diagnosa
b. sifat dan prosedur/tindakan medik yang diusulkan
c. kemungkinan timbulnya risiko
d. manfaatnya
e. alternatif yang (jika) ada
2. bagian kedua menyangkut:
a. memastikan bahwa pasien mengerti apa yang telah dijelaskan kepadanya harus
diperhitungkan tingkat kapasitas intelektualnya
b. bahwa pasien telah menerima risiko tersebut
c. bahwa pasien mengizinkan dilakukan prosedur/tindakan medik tersebut
3. Proses pendokumentasian
Inform consent berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri

Kesehatan

No.290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Semua tindakan


kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan
diberikan setelah pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan
kedokteran dilakukan. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan tersebut dapat diberikan dengan
persetujuan lisan. Persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam
formulir khusus yang dibuat untuk itu. Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan

langsung kepada pasien dan/atau keluarga terdekat,baik diminta maupun tidak diminta. Dalam
hal pasien adalah anak-anak atau orang tidak sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganyaatau
yang mengatar. Penjelasan tentang tindakan kedokteran sekurang-kurangnya mencakup:
1. diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
2. tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
3. alternatif tindakan lain,dan resikonya
4. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. prognosis terhadap tindakanyang dilakukan;dan
6. perkiraan pembiayaan
Inform consent di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta memiliki 2 jenis tindakan yang yang
wajib dilengkapi dengan inform consent yaitu :
1. Persetujuan umum untuk penanggung jawab pembayaran rawat inap yang berisi identitas
pasien, identitas penanggungjawab pasien yang dibubuhi tanda tangan penanggung jawab
pasien dan perawat yang membawa pasien ke tempat pendaftaran pasien rawat inap
sebagai saksi.
2. Persetujuan tindakan medis (inform consent) yang akan dilakukan kepada pasien, inform
consent diberikan sebelum tindakan medis dilakukan, dokter yang memberikan
penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien tentang tindakan yang akan diberikan, jika
pasien menyetujui maka pasien atau keluarga menadatangani Inform consent tersebut
beserta dokter yang memberi penjelasan dan saksi dari kedua belah pihak. Inform consent
yang telah diisi dan di tanda tangani kemudian disimpan dalam berkas rekam medis
pasien yang bersangkutan. Apabila pasien atau keluar pasien tidak menyetujui tindakan
maka pasien atau keluarga pasien memdatangani surat penolakan tindakan medis juga
dokter dan saksi dari kedua belah pihak, kemudian formulir tersebut di simpan dalam
berkas rekam medis pasien.
5. Jenis-jenis Surat Keterangan Medis
Surat keterangan medis adalah suatu surat keterangan yang dibuat dan ditanda tangani
oleh staf medis fungsional dan/tim medis yang berisi sebagian dan/ seluruhnya tentang informasi
medis dan tindakan medis pasien rawat inap maupun rawat jalan atas permintaan tertulis dari
pasien, ahli waris pasien, institusi pemerintah atau swasta. Jenis Surat keterangan medis yang ada
di RSUP DR. Sardjito :
a. Klaim asuransi
Merupakan Surat Keterangan Medik yang dibuat sesuai dengan format yang telah ditentukan
oleh pihak asuransi sendiri. Terdapat beberapa asuransi yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu

pertama, asuransi yang bekerja sama dengan RSUP dr. Sardjito seperti BPJS, ASKES, Jamkesos,
Jamkesda dan lain sebagainya. Kedua, dari asuransi Jasa Raharja merupakan asuransi yang
memberikan jaminan bagi pasien meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Ketiga adalah
asuransi selain dari asuransi kerjasama dan asuransi jasa raharja. Fungsi Surat Keterangan Medis
untuk klaim asuransi dibuat sebagai bukti medis pasien dirawat di RSUP dr. Sardjito dan
mempermudah pengklaiman kepada masing-masing asuransi. Permohonan Surat Keterangan
Medik untuk klaim asuransi dikirim melalui pos atau diambil secara langsung di ruang Surat
Keterangan Medik RSUP dr. Sardjito. Biasanya pemohon yang datang langsung ke RSUP dr.
Sardjito adalah pihak asuransi sendiri dari beberapa asuransi tersebut.
b. Medical report dan atau riwayat sakit
Surat Keterangan Medik yang berisikan tetang riwayat sakit pasien selama di RSUP dr.
Sardjito. Pengambilan Surat Keterangan Medik dikirim melalui pos atau pasien atau ahli
waris/wali datang langsung ke ruang Surat Keterangan Medik. Biasanya alasan kepentingan
Surat Keterangan Medik tersebut digunakan untuk akte kelahiran jika yang dibutuhkan
merupakan surat keterangan lahir, surat kematian yang digunakan untuk mengurusi hak milik
tanah dan lain sebagainya
c. Cacat tetap (amputasi, fungsi)
Surat Keterangan Medik cacat tetap (amputasi, fungsi) dapat dibuat apabila amputasi anggota
tubuh dilakukan di RSUP dr. Sardjito dan dapat dibuat apabila secara medis sudah maksimal
pengobatan dan sesuai dengan standar pelayanan medis. Format pemberian Surat Keterangan
Medik sudah ditentukan oleh RSUP dr. Sardjito. Permohonan Surat Keterangan Medik cacat
tetap (amputasi,fungsi) dapat diambil secara langsung datang ke ruang Surat Keterangan Medik
RSUP dr. Sardjito atau dapat diambil melalui pos sesuai dengan keinginan pemohon. Proses
pembuatan Surat Keterangan Medik cacat tetap (amputasi, fungsi) dilakukan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan dan pemohon harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Kendala dalam pembuatan Surat Keterangan Medik tersebut adalah dalam permintaan
tandatangan dari dokter rawat yang bersangkutan tidak cepat melakukan tandatangan
dikarenakan tidak ada atau pergi keluar kota dalam beberapa waktu sehingga memperlambat
pemrosesan pembuatan SKM tersebut. Selain itu waktu penyelesaian pembuatan Surat
Keterangan Medik belum diterangkan dengan jelas pada ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai