Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH

TENTANG
ZAMAN MEGALITIKUM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ilmu Pengetahuan Sosial (Sejarah)

Disusun oleh : Kelompok Megalitikum X-4


Ketua

: Ihsan Khoerul Zamzam

Anggota

: Igi Alfaris
Ima T
Indriyani Pratiwi
Irfan Juliana Y

SMA NEGERI I MAJALAYA


2011
A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia makin lama makin berkembang, demikian juga budayanya


termasuk teknologinya. Perkembangan teknologi di Indonesia di kenal dengan masa
perundagian. Suatu kemahiran yang baru pada masa perundagian ialah kepandaian
menuang logam. Teknik peleburan logam merupakan suatu teknik tingkat tinggi,
karena untuk melebur logam dan menjadikan suatu alat, diperlukan cara-cara khusus
yang belum dikenal sebelumnya. Logam harus dipanaskan hingga mencapai titik
leburnya, kemudian dicetak menjadi perkakas-perkakas yang diperlukan.
Sementara zaman logam berkembag di Indonesia, kebudayaan batu tidaklah
punah

bahkan

keduanya

berkembang

dan

tetap

dipergunakan.

Dalam

perkembangannya kehidupan masyarakat sudah teratur dan telah mengenal bentukbentuk pertama siste pemerintahan erajaan (prototype kerajaan). Manusia telah
mampu menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar atau Megalitikum
(mega=besar; lithos=batu). Kedua kata tersebut berasal dari Yunani. Yang dimaksud
dengan bangunan megalit adalah bangunan-bangunan yang dibuat dari batu-batu
besar dan digunakan dalam hubungannya dengan kepercayaan zaman prasejarah.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan megalitikum dan zaman megalitikum?
Apa saja hasil kebudayaan yang dihasilkan dari zaman megalitikum?
Sistem Pemerintahan apa yang dianut pada masa itu?
C. PEMBAHASAN
Kebudayaan Megalithikum
Apakah Anda masih ingat kebudayaan Megalithikum?
Megalithikum/kebudayaan batu besar sesungguhnya bukanlah mempunyai arti
timbulnya kembali zaman batu sesudah zaman logam, tetapi kebudayaan
megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu
besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman
logam.

Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia


melalui 2 gelombang yaitu :
1. Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum
(2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi

(Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir,


punden berundak-undak, Arca-arca Statis.
2. Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu
(1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson
(Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur
batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya
penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman
prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi.
Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus,
tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk
mendapatkan bentuk yang diperlukan.

Kepercayaan di Zaman Megalitikum

Jauh sebelum lahirnya agama-agama besar di dunia (Hindu, Budha, Kristen,


Islam), masyarakat mengembangkan pengetahua budaya mereka tentang
tokoh-tokoh yang dipuja, kepada siapa mereka tunduk dan mohon

pertolongan.
Kepercayaan tentang roh, dunia roh, kehidupan sesudah mati, kekuatan dan
tokoh-tokoh supernatural serta penghormatan dan ketundukan kepada mereka
diwujudkan dalam bentuk pendirian obyek-obyek pemujaan, seperti Menhir,
Punden Bertangga, Sarkofagus, dll.

Ciri-Ciri Kebudayaan Megalithikum


Konsep tentang kehidupan sesudah mati & pemujaan roh
Benda-benda atau peralatan sebagai bekal kubur bersama jenazah dalam

kubur batu (Sarkofagus)


Konsep tentang kekuatan sakti (terletak di kepala), menyebabkan adanya adat

pengayauan
Upacara kematian yang kompleks dan hubungan antara yang manusia di dunia
dan yang sudah mati di dunia roh (saat upacara, roh diangkat ke posisi tinggi
di akhirat, sehingga dapat turun bersama keturunannya untuk menolong &
memberi berkah kepada mereka).

Peninggalan Kebudayaan Megalithikum


Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat sampai
sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan
kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Nias.

Mengenai contoh-contoh suku lainnya dapat Anda pelajari pada buku-buku yang
relevan seperti buku yang berjudul Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karangan
Prof. Dr. Koentjaraningrat. Buku tesebut dapat Anda pinjam dari perpustakaan umum
atau perpustakaan sekolah bina Anda.
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang kebudayaan megalithikum, maka
simaklah contoh-contoh dari hasil kebudayaan megalithikum yang akan disajikan
pada uraian materi berikut ini.
1. Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk
upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada
yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang
dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak.

Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera


Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.

Gambar 18. Menhir

Bagaimana kesan Anda setelah melihat bentuk-bentuk menhir melalui gambar 18?
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman
kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan
terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain
bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.
2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkattingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek
moyang yang telah meninggal.

Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat
penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di
Jawa Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak dapat Anda amati
gambar-gambar berikut ini.

Gambar 19. Punden berundak-undak dan ilustrasinya.

Setelah Anda mengamati gambar 19, apa yang terlintas dalam pikiran Anda?
Pernahkah Anda melihat bangunan yang bentuknya mirip punden berundakundak.
entu Anda sudah pernah melihat candi Borobudur, baik secara langsung maupun
hanya melalui gambar ataupun televisi. Candi Borobudur di Jawa Tengah adalah
bangunan pemujaaan untuk umat Budha, dan menurut Prof. Dr. Sutjipto
Wirgosuparto, arsitektur bangunan Borobudur merupakan tiruan atau kelanjutan
dari punden berundak-undak.

Persamaan antara Borobudur dengan Punden Berundak-undak adalah sama-sama


sebagai bangunan suci karena berfungsi untuk tempat pemujaan. Adapun
perbedaannya candi Borobudur merupakan bangunan suci umat Budha, dan
bentuk bangunannya sempurna dan indah karena penuh dengan relief dan ragam
hias. Sedangkan Punden Berundak-undak hanyalah bangunan biasa yang terbuat
dari batu yang disusun bertingkat-tingkat tanpa relief ataupun ragam hias dan
sebagai tempat memuja arwah nenek moyang yang sudah meninggal.
Berdasarkan penjelasan persamaan dan perbedaan antara Punden Berundak-undak
dengan candi Borobudur, apakah Anda sudah memahami uraian materi tentang
Punden Berundak-undak? Kalau Anda sudah merasa paham dengan uraian materi
tersebut, maka Anda dapat mempelajari hasil budaya megalithikum selanjutnya.

3. Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat
meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen
dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat
dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai
mayat tertutup rapat oleh batu.

Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat


disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari
Kuningan/Jawa Barat, Bondowoso/Jawa Timur, Merawan, Jember/Jatim,
Pasemah/Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur.
Untuk mengetahui bentuk Dolmen, dapat Anda amati gambar 20 berikut ini.

Gambar 20. Dolmen

Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai


kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau
makam Cina. Dari uraian materi di atas, apakah Anda sudah memahami tentang
dolmen? Kalau Anda sudah paham bandingkan dengan hasil budaya
Megalithikum berikut ini.

4. Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari
batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup.
Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat
mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan
benda-benda dari perunggu serta besi.

Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali


Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa
sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang Sarkofagus, maka amatilah gambar
21 berikut ini.

Gambar 21. Sarkofagus

Dari gambar 21, coba Anda amati dengan baik bentuk dari Sarkofagus, kemudian
nanti Anda bandingkan dengan hasil megalithikum berikut ini, sehingga Anda
dapat mencari perbedaan antara keduanya.
5. Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur
batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat
berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya
juga berasal dari papan batu.

Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat),
Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut
juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi
serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat
mengetahui persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya
merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya. Tetapi untuk
dapat mencari perbedaan antara keduanya, silahkan Anda amati gambar 22 berikut
ini.

Gambar 22. Peti kubur

Sarkofagus adalah keranda/peti mayat yang dibuat dari batu yang masih utuh dan
batu utuh tersebut dibentuk seperti lesung yang ada tutupnya. Sedangkan peti
kubur adalah peti mayat yang dibuat lempengan-lempengan batu/papan-papan

batu disusun membentuk kotak batu yang disertai dengan tutupnya,


Dari uraian di atas, apakah Anda memahami perbedaan antara keduanya? Kalau
Anda sudah paham, maka pelajari kembali uraian materi budaya megalthikum
berikutnya.
6. Arca batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia.
Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan
moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat
dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang
dinamis seperti arca batu gajah.

Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang
menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah
(Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara
lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Untuk mengetahui bentuk Arca batu gajah dapat Anda amati gambar 23 berikut
ini.

Gambar 23. Arca Batu Gajah dari Pasemah.

Perhatikanlah gambar Arca Batu Gajah dari Pasemah tersebut, karena dari gambar
tersebut terdapat gambar nekara kecil yang diikat di punggung.
Dengan melihat gambar tersebut sebagai salah satu contoh peninggalan
Megalithikum, maka tugas Anda memberikan kesimpulan hubungan antara
Kebudayaan Megalithikum dengan Kebudayaan Perunggu seperti yang terlihat
pada Arca Batu Gajah.

Penelitian terhadap Kebudayaan Megalithikum di dataran tinggi


Pasemah/Sumatera Selatan dilakukan oleh Dr. Van Der Hoep dan Van Heine
Geldern. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa Kebudayaan Perunggu
mempengaruhi Kebudayaan Megalithikum atau dengan kata lain Kebudayaan
Megalithikum merupakan cabang dari Kebudayaan Dongson (Perunggu).
Kesimpulan ini dibuat karena di Pasemah banyak ditemukan peninggalan budaya

Megalith dan budaya perunggu, seperti patung/arca prajurit dengan topi


logam/helm yang mengendarai kerbau atau gajah. Prajurit tersebut juga membawa
nekara kecil pada panggungnya.
Demikianlah uraian materi tentang contoh-contoh peninggalan megalithikum
yang berkembang pada zaman prasejarah.
Untuk memudahkan Anda memahami uraian materi Kebudayaan Megalithikum
maka simaklah ikhtisar dari Kebudayaan Megalithikum seperti pada tabel 1.8 di
bawah ini.
Tabel 1.8 Ikhtisar Kebudayaan Megalithikum

Keterangan : Lokasi Penemuan untuk Dolmen ditambah dengan Merawan, Jember

Peta Penyebaran Kebudayaan Pada Zaman Batu


lokasi penyebaran kapak perimbas pada zaman palaeolithikum

Gambar 2. Peta penyebaran kebudayaan Palaeolihtikum.

Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur)
ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang
tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada
sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi
dari dalam tanah, serta menangkap ikan. Untuk lebih jelasnya tentang alat-alat ini
maka amati gambar 3 berikut ini.
a. Untuk lebih memahami penyebaran kebudayaan Mesolithikum ke Indonesia,
maka simaklah gambar 7 peta penyebaran kebudayaan tersebut ke Indonesia.

Gambar 7. Peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum.

Coba Anda bandingkan peta jalur penyebaran kebudayaan Mesolithikum dengan peta
penyebaran kebudayaan Plaeolithikum.
Penyebaran kebudayaan Mesolithikum lebih banyak dibandingkan dengan
penyebaran kebudayaan Palaeolithikum. Dengan demikian masyarakat prasejarah
selalu mengalami perkembangan. Pergantian zaman dari Mesolithikum ke zaman
Neolithikum membuktikan bahwa kebudayaannya mengalami perkembangan dari
tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks.
D. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dapat disimpulkan :
Megalithikum/kebudayaan batu besar sesungguhnya bukanlah mempunyai arti
timbulnya kembali zaman batu sesudah zaman logam, tetapi kebudayaan
megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari
batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada
zaman logam.
Kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu
Megalith Tua dan Megalith Muda.
Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM)
dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu)
Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM)
dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu)
Kepercayaan tentang roh, dunia roh, kehidupan sesudah mati, kekuatan dan
tokoh-tokoh supernatural serta penghormatan dan ketundukan kepada mereka
diwujudkan dalam bentuk pendirian obyek-obyek pemujaan.
Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Kita lihat sampai
sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih
memanfaatkan kebudayaan megalithikum tersebut.

Peninggalan hasil kebudayaan megalithikum adalah Menhir, Punden berundakundak, dolmen, arca batu, sarkofagus, peti kubur, dll.

D. Penutup
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya, mohon maaf apabila ada
kesalahan, dan saya uacapkan terima kasih atas waktu anda yang telah diluangkan
untuk membaca makalah ini wassalam wr wb.

DAFTAR PUSTAKA

http://hansitta.inilahkita.com/2009/11/11/kabar-dari-sumba
http://id.wikipedia.org/wiki/Dolmen Megalit
http://www.elshinta.com
http://www.blogger.com/feeds/540802135256812975/posts/default/58798
67004369265039. Diambil pada tanggal 12 Maret 2008.
Agung Haryono. (2005). Tantangan Profesionalisme Guru Dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Diambil pada tanggal 11
April
2008
dari
http://kompas.com/kompascetak/0601/05/opini/2341110.htm.
http://arkeologijawa.com Dolmen; Warisan Budaya Zaman Megalitikum
Anderson, Ben. (1988). Revolusi Pemuda, Pendudukan Jepang dan
Perlawanan
di Jawa 1944 - 1946. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Ebenstein, W. dan Fogelman, E. (1987). Isme-Isme Dewasa Ini. Jakarta : Erlangga.


Hans Kohn. (1984). Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta : PT. Pembangunan
dan Erlangga.
Hart, Michael H. (1989). Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.

Jakarta : Pustaka Jaya.

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat

serta hidayahnya kami telah dapat menyusun Makalah tentang Zaman


Megalitikum Di SMA Negeri 1 Majalaya.

Tujuan ditulisnya makalah ini untuk memenuhi tugas Ilmu Pendidikan


Sosial (Sejarah). Makalah ini disusun berdasarkan kondisi dan situasi
nyata masyarakat

dengan melihat data dari sumber-sumber yang ada.

Sudah barang tentu makalah ini

sangat jauh dari sempurna, dengan harapan adanya kritik dan saran
saran yang kontruktif dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan
makalah yang akan datang.

Majalaya,

21

2011

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah ..
B. Rumusan Masalah
C. Pembahasan ..
D. Simpulan
E. Penutup ..

Januari

Anda mungkin juga menyukai