Analisis Ketidakadilan Gender Terhadap Upahkerja Dalam Ketenagakerjaan
Analisis Ketidakadilan Gender Terhadap Upahkerja Dalam Ketenagakerjaan
ketenagakerjaan
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Dari zaman dahulu hingga sekarang perbedaan peran antara laki-laki
dan perempuan telah dikenal. Mulai dari zaman prasejarah yang
memisahkan pekerjaan laki-laki untuk berburu dan perempuan untuk
mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan, sampai zaman
sekarang yang masih memisahkan pekerjaan laki-laki untuk bekerja di luar
rumah dan perempuan untuk mengerjakan urusan ruma tangga di dalam
rumah. Peran yang sudah diatur ini telah lama berkembang di dalam
masyarakat dan jika dilanggar akan dilihat sebagai suatu perilaku yang
menyimpang.
Perbedaan peran ini disebut dengan perbedaan gender. Gender dalam
prakteknya menimbulkan banyak persoalan sosial yang mendasar seperti
diskriminasi. Diskriminasi dalam gender melahirkan ketidak seteraan dan
ketidak adilan yang dalam hal ini dialami oleh sebagian besar kaum
perempuan. Gender banyak dipersoalkan karena secara sosial telah
melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi, serta ruang
aktivitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Diskriminasi gender terjadi hampir di seluruh wilayah dunia dalam
berbagai bidang dan penyelesaiannya menjadi masalah yang bersifat global.
Salah satu upaya dunia internasional dalam mengatasi diskriminasi ini
adalah dengan membuat berbagai konferensi internasional yang memuat
kesetaraan dan menentang adanya diskriminasi gender yang salah satunya
adalah CEDAW.
Indonesia sebagai negara yang beradab dan menjunjung tinggi HAM
telah ikut berpartisipasi dalam menegakkan kesetaraan gender dengan
Bab II
Pembahasan
2.1.Ketidaksetaraan gender
Pengertian dari gender adalah Perbedaan peran, sifat, tugas,fungsi
dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat, dan
dikonstruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai perkembangan
jaman. Sedangkan Pengertian Sex Adalah perbedaan jenis yang ditentukan
secara fisik melekat pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan
permpuan. jadi dari keduanya dapat dibedakan jika Sex lebih mengacu pada
perbedaan biologis hormonal dan anatomis antara permpuan dan laki-laki,
tidak bisa berubah, permanen dan tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki
dan perempuan, sedangkan gender adalah perbedaan laki-laki dan
perempuan dalam hal peran, sifat, tugas, fungsi,hak perilaku yang dibentuk
oleh masyarakat karenanya ia bersifat relative, dapat berubah dan
dipertukarkan.
Ketidaksetaraan gender adalah diskriminasi yang menempatkan
perempuan dalam status dibelakang laki-laki atau suatu kondisi dimana
terjadi ketidak sejajaran dan ketidak seimbangan dalam hubungan kerjasama
laki-laki dan perempuan sehingga tidak berjalan secara harmonis.
Ketidaksetaraan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran
yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk.
Ketidak adilan gender dalam berbagai kehidupan ini lebih banyak dialami
oleh perempuan. secara turun temurun, tingkah laku laki-laki dan permpuan
berbeda, baik peran, tugas dan tanggung jawab. karena rekayasa social,
tingkah laku tersebut disyahkan dan menetap menjadi budaya dan norma
dalam masyarakat.
Perbedaan gender yang terjadi di masyarakat tidak menjadi suatu
permasalahan
sepanjang
perbedaan
tersebut
tidakmengakibatkan
diskriminasi atau ketidak adilan. Patokan atau ukuran sederhana yang dapat
digunakan untukmengukur apakah perbedaan gender itu menimbulkan
ketidakadilan atau tidak adalah sebagai berikut:
Sterotype
Stereotype berarti pemberian citra baku atau label/cap kepada seseorang
atau kelompok yang didasarkan pada suatu anggapan yang salah atau sesat.
Pelabelan umumnya dilakukan dalam dua hubungan atau lebih dan
seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan suatu tindakan dari
satu kelompok atas kelompok lainnya. Pelabelan juga menunjukkan adanya
relasi kekuasaan yang timpang atau tidak seimbang yang bertujuan untuk
menaklukkan atau menguasai pihak lain. Pelabelan negative juga dapat
dilakukan atas dasar anggapan gender. Namun seringkali pelabelan negative
ditimpakan kepada perempuan. Contohnya Perempuan dianggap cengeng,
suka digoda,tidak rasional, serta emosional. Perempuan juga dianggap tidak
bisa mengambil keputusan penting,Perempuan sebagai ibu rumah tangga
dan pencari nafkah tambahan. sedangkan Laki-laki sebagai pencari nafkah
utama.
Kekerasan
Kekerasan (violence) artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non
fisik yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi
keluarga, masyarakat atau negara terhadap jenis kelamin lainnya.Peran
gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Perempuan
dianggap feminism dan laki-laki maskulin. Karakter ini kemudian mewujud
dalam ciri-ciri psikologis, seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani dan
sebagainya. Sebaliknya perempuan dianggap lembut, lemah, penurut dan
sebagainya.Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pembedaan itu. Namun
ternyata pembedaan karakter tersebut melahirkan tindakan kekerasan.
Dengan anggapan bahwa perempuan itu lemah, itu diartikan sebagai alasan
untuk diperlakukan semena-mena, berupa tindakan kekerasan.Sepertihalnya
Kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami terhadap
isterinya di dalam rumah tangga,Pemukulan, penyiksaan dan perkosaan
yang mengakibatkan perasaan tersiksa dan tertekan,Pelecehan seksual.
Eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi.
reproduksi,
sementara
laki-laki
dalam
urusan
public
atau
wanita
didalam
ketenagakerjaan
sudah
mendapatkan
pekerja wanita pada suatu bidang usaha atau dalam hal ini dalam bentuk
konkretnya kita sebut sebagai perusahaan, dimana dalam suatu perusahaan
seringkali terjadi pertentangan kepentingan antara pihak pengusaha dengan
pihak pekerja wanita yang akhirnya berujung pada suatu sengketa atau
pertentangan kepentingan.
Pertentangan kepentingan pada pihak pengusaha dan pihak pekerja
wanita disebabkan oleh perbedaan penafsiran yang dianut oleh pihak
pengusaha dan pekerja wanita, dimana pihak pengusaha lebih banyak
menggunakan logika bisnis dengan asas no work no pay yaitu suatu asas
yang dianut dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa
seorang pekerja tidak akan mendapatkan upah apabila tidak bekerja.
Penerapan asasno work no pay menurut pengusaha bertentangan dengan
pemahaman pekerja khususnya pekerja wanita karena apabila kita cermati
dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan pihak pekerja wanita
mendapatkan berbagai macam cuti selain cuti khusus yang diatur pada Pasal
93 UU No. 13/2003 dimana cuti yang dimaksud adalah cuti hamil dan cuti
haid sebagaimana yang diatur dalam Pasal 81 UU No. 13/2003 tentang
ketenagakerjaan.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam hubungan industrial
adalah pihak pengusaha cenderung tidak mau menerima apabila timbul cuti
melahirkan bagi wanita terutama pekerja wanita dengan status PKWT,
karena dengan timbulnya cuti hamil bagi pekerja wanita maka pihak
pengusaha merasa rugi apabila harus mengeluarkan upah bagi seorang
pekerja yang tidak melaksanakan pekerjaannya apalagi sampai 3 bulan
lamanya (1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan),
karena pihak pengusaha menganggap ini adalah suatu diskriminasi bagi
pekerja pria yang hanya mendapatkan cuti khusus yang diatur dalam Pasal
93 ayat 4 UU No. 13/2003, padahal kedudukan pekerja wanita sudah
diistimewakan dalam UU No. 13/ 2003 yang diatur tersendiri dalam pasal
76 ayat 1 dan ayat 2 yaitu
tersebut
(diskriminasi
upah,
menunda
pembayaran
upah,
berbangsa
dan
bernegara.
Sebagai
konsekuensi
atas
rendahnya tingkat
membuat
upaya-upaya
peraturan
perundang-undangan
mengenai
hal
ini
secara
bahwa
kedudukan
eksplisitnya
dibidang
perempuan
ekonomi,
dibidang
kedudukan
perempuan masih tersubordinasi baik dalam pekerjaan dan upah kerja yang
lembaga
pendidikan
dan
pelatihan
dengan
pendidikan
yang
lebih
tinggi
tidak
selalu
pemerintah
untuk
memastikan
bahwa
informasi
Tetapi
dalam
pelaksanaannya
masih
ditemukan
kesenjangan
atas
II.
Bab.III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Disini kami menyarankan kepada pemerintah Indonesia sesuai dengan UU
No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan pihak pekerja wanita mendapatkan
berbagai macam cuti selain cuti khusus yang diatur pada Pasal 93 UU No.
13/2003 dimana cuti yang dimaksud adalah cuti hamil dan cuti haid
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 81 UU No. 13/2003 tentang
ketenagakerjaan agar mengawasi tiap-tiap perusahaan swasta yang berdiri
untuk menjalankan UU tersebut sebagaimana mestinya. Seperti yang tertera
dalam UU No. 13/2003 yang diatur dalam pasal 76 (1), (2) dimana dalam
pasal tersebut kedudukan pekerja wanita sudah diistimewakan. Dan disini
kami menyarankan agar pemerintah melaksanakan sepenuhnya isi dari
konvensi cewdaw yang sudah diratifikasi oleh Indonesia didalam Undangundang No 7 tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
dijalankan dengan tegas dan diterapkan pada tiap-tiap perusahaan swasta
yang mempekerjakan pekerja wanita. Serta agar pemerintah memerintahkan
aparat-aparat atau penegak hukum untuk mengawasi tiap perusahaan, agar
tidak ada perusahaan yang menyeleweng dari peraturan UU yang telah
dibuat. Lalu sebaiknya pemerintah dapat memerintahkan tiap perusahaan
swasta agar tidak membuat peraturan sepihak yang pada umumnya
merugikan kaum pekerja wanita dan agar diberi sanksi bagi perusahaan
swasta yang melanggar peraturan dari pemerintah itu.
Daftar pustaka
Dr.Ir.Adhi Santika.Phd.,2007.Laporan Pengkajian Hukum tentang
Optional Protocal Cedaw terhadap Hukum Nasional yang Berdampak
Terhadap Pemberdayaan Perempuan. BPHN PUSLITBANG
http://carabuatbloggampangdanmudah.blogspot.com/2012/10/tugaspsikologi-ketidaksetaraan-gender
www.academia.edu/6703584/Perempuan_dan_Peraturan_Perundang
-Undangan_di_Indonesia
http://nuardiatidaksa.wordpress.com/2011/08/23/kedudukan-danhak-pekerja-wanita/