Anda di halaman 1dari 21

A.

DEFINISI ABORSI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan disebabkan oleh faktorfaktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja,
baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat (Mochtar, 1998).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah
mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu (Sastrawinata
et al., 2005).
Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya
proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang
diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada
sistem reproduksi (Syafruddin, 2003).
Jadi penulis menyimpulkan bahwa aborsi adalah tindakan mengeluarkan janin yang
nantinya akan tumbuh dan berkembang menjadi bayi sebelum waktu kelahirannya yang
dilakukan dengan sengaja oleh subjek yang mengandung tersebut.
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan / Alamiah
Berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya
kualitas sel telur dan sel sperma.
2. Aborsi Buatan / Sengaja
Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat
tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini
dokter, bidanatau dukun beranak).
3. Aborsi Terapeutik / Medis
Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagaicontoh,
calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit
jantung yangparah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua ataspertimbangan medis yang matang dan tidak tergesagesa.

B. Latar Belakang Melakukan Aborsi


Terdapat dua faktor yang menjadi latar belakang melakukan aborsi, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yakni adanya perilaku
egosentrisme mementingkan diri sendiri, ketidaksiapan subjek dalam mempunyai
anak dan membina rumah tangga serta belum siap untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri, munculnya kecemasan merusak image diri sendiri dan orang
tua dan kecemasan mendapatkan hukuman dari orang tua. Sedangkang faktor
eksternalnya yakni adanya dukungan melakukan aborsi dan tekanan dari
keluarga karena tidak merestui hubungan subjek dengan pasangannya serta
penolakan orang tua terhadap janin yang ada di perut subjek, faktor ekonomi
keluarga, serta lingkungan pergaulan subjek yang memberi petunjuk kepada
subjek untuk melakukan aborsi.

Faktor pendorong dilakukannya aborsi :


1. Atas dasar indikasi medis : untuk menyehatkan/kehidupan ibu.
2. Atas dasar indikasi sosial : kehamilan di luar nikah, perkosaan, kesulitan ekonomi
kegagalan alat kontrasepsi padahal tidak mau hamil, pilihan karier, dan pilihan jenis
kelamin.
Aborsi tidak selamanya aman tetapi juga menimbulkan dampak yang berbahaya bagi
kesehatan dan keselamatan ibu hamil.
Dampak Kemungkinan yang akan terjadi dengan adanya aborsi adalah :
1. Timbul luka dan infeksi pada dinding alat kelamin dan merusak organ-organ di
dekatnya.
2. Robek mulut rahim bagian dalam
3. Dinding rahim bisa tembus
4. Pendarahan
5. Infeksi
6. Kematian

C. AYAT-AYAT AL - QURAN DAN HADIST TENTANG ABORSI :


1. Ayat-ayat Al - Quran tentang Aborsi
Q.S Al-Isra [17] : 31

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang
akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah suatu dosa yang besar.
Q.S Al-Isra [17] : 33

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan.
Q.S Al-Isra [17] : 70

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Q.S Al-Maidah [5] : 32

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan di muka bumi.

Q.S An-Najm [53] : 32

(Yaitu)
orang-orang
yang
menjauhi
dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.

Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang
keadaan) mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam
perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui
tentang orang-orang yang bertakwa.

2. Hadits Mengenai Aborsi:


Haram hukumnya melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan
pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 bulan masa kehamilan. Hadits shahih
yang mendasari ini adalah Abdullah bin Masud berkata bahwa: Rasulullah SAW telah
bersabda: Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40
hari dalam bentuk nutfah kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula, kemudian
dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupknnya ruh kepadanya.(HR.
Bukhari Muslim, Abu Dawud, Ahmad dan Tarmidzi).
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda: (jika nutfah telah lewat) empat puluh
malam Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan
anggota-anggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam.
Dapat disimpulkan bahwa suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai
tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (mashumud dam) adalah haram.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa
dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang
gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia
sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah
tersebut.
Dan sabda Rasulullah SAW :Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa disengaja),
lupa dan keterpaksaan (HR Al-Baihaqi dalam Sunan nyadan disahikan Syaikh Al-Albani
dalam Shahihul-Jami no. 13066). Maksud dari hadits diatas adalah tidaklah dilakukan
kecuali dalam keadaan darurat yang menimpa sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya
mempertahankannya dapat membahayakan kehidupan sang ibu, sehingga aborsi menjadi
satu-satunya cara mempertahankan jiwa sang ibu dalam keadaan tidak mungkin bisa
mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya bersama-sama.

Dalam keadaan ini mengharuskan tim medis mengutamakan nyawa ibu daripada
janinnya. Bila tidak mungkin menjaga keduanya, kecuali dengan kematian salah satunya
maka hal ini masuk dalam kaedah melanggar yang lebih ringan dari dua mudharat untuk
menolak yang lebih berat lagi (Irtkabul khaffi ad-Dhararain Lidafi Alahuma).

Artinya :
"Abu Al-Thahir bin Amr Sarh menceriterakan kepadasaya, bahwa Abi Wahab memberi
kabar kepada kami bahwa 'Amr bin Al-Harits memberi kabar kepada sayadari Abdullah
Al-Zubair Al-Makkybahwa 'Amir bin Watsilah menceriterakan kepadanya, bahwa dia
mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata : Yang celaka adalah yang celaka di dalam perut
ibunya dan yang bahagia adalah yang memberi nasihat kepada orang lain. Kemudian seorang
lelaki dari sahabat Rasul SAW yang bernama Khudzaifah bin Asid Al-Ghifari datang,
kemudian menceriterakannya yang demikian dari perkataan IbniMas'udmaka Amir berkata:
Bagaimanakah celakanya seseorang tanpa amal perbuatan ? Lelaki itu menjawab : Apakah
anda heran tentang hal itu, sesungguhnya saya mendengar Rasulullah SAW berkata : Apabila
Nuthfah telahmelewati empat puluh duahari, Allah mengutus Malaikat untuk membentuk
rupanya, menjadikan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, daging dan tulangnya,
kemudian Malaikat bertanya : Wahai Tuhanku Apakah dijadikan laki-laki atau perempuan ?
lalu Allah menentukan apa yang dikehendakinya, lalu Malaikat menulisnya : Malaikat
bertanyalagi : Wahai Tuhanku : Ajalnya ? Maka Tuhanmu mengatakan apa yang dia
kehendaki, lalu Malaikat manulisnya :Kemudian Malaikat bertanya lagi : Wahai Tuhanku:
Rizkinya? Maka Allah memutuskan apa yang Dia kehendaki, lalu Malaikat menulisnya
kemudian Malaikat itu keluar membawa lembaran catatan di tangannya, tidak ditambah dan
tidak dikurangi". (H.R. Muslim).

D. ABORSI MENURUT PERSPEKTIF MORAL DAN KESEHATAN


Menurut Achmad Permana (2011) mengatakan bahwa pada saat ini tidak
dapat dipungkiri ketiadaan pengetahuan dari para wanita muda calon ibu yang
memang banyak tidak menyadari bahaya dan risiko yang harus ditanggung
ketika harus memutuskan melakukan aborsi yang saat ini cukup marak terjadi
seperti tertulis pada buku Facts of Life oleh Brian Clowes, Phd adalah pada
golongan wanita di Amerika berusia dibawah 25 tahun. Bahkan dari 24% dari
mereka adalah wanita remaja di bawah 19 tahun. Memang tidak dapat
dipungkiri terdapat perbedaan dari berbagai variabel antara penduduk Indonesia
dan Amerika, akan tetapi data ini dijadikan pertimbangan karena memang
secara umum Indonesia belum memiliki data aborsi karena dilakukan secara
sembunyi-sembunyi.
Secara umum definisi aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam
dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus yang berarti mengeluaran hasil
kontrasepsi (pertemuan sel sperma dan ovum) sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Frekuensi aborsi di Indonesia agak sulit dihitung secara akurat
karena memang sangat jarang pada akhirnya dilaporkan.
Berdasarkan perkiraan BKKBN. Kejadian aborsi di Indonesia mencapai angka
yang amat fantastis yakni sekitar 2 juta kasus aborsi per tahun. Fakta aborsi di
Indonesia 1997 akibat kehamilan yang tidak diencanakan 1.000.000 janin
dibunuh pertaun. Agustus (1998) penelitian Jawa Post 1.750.000 janin dibunuh
per taun. Februari (2000) menteri peranan wanita waktu itu, Chofifah di Madura
mengatakan 2.000.000 janin dibunuh per tahun. April (2000). Makassar Post
menulis 2.300.000 janin dibunuh per tahun. Mei (2000), Manado Post
memperkirakan 2.600.000 janin dibunuh per tahun. Media Indonesia 2 Oktober
2002 melaporkan saat itu 3.000.000 janin dibunuh per tahun. Memang yang ada
hanya angka-angka yang berupa data statisik, namun kita seharusnya dapat
menganalisa secara lebih mendalam bahwa dari angka yang teramat besar iulah
nyawa-nyawa bayi-bayi mungil yang tidak berdosa dipaksa untuk mati dengan
dibunuh secara keji.sungguh tingkat pembunuhan yang sangat terlalu tinggi
apabila dibandingkan dengan peristiwa perang ataupun peristiwa kematian
akibat penyakit di suatu negara yang bahkan tidak sampai setengahnya

dibandingkan dengan aborsi. Secara total dalam sejarah dunia pun, jumlah
kematian karena aborsi jauh melebihi jumlah orang yang meninggal dalam
semua perang jika digabung sekaligus.
Selain dari kematian bayi, keselamatan wanita hamil yang melakukan aborsi
juga sangat mengkhawatirkan dan memiliki risiko kematia cukup besar. Angka
kematian ibu akibat aborsi mencapai sekitar 11% dari angka kematian ibu hamil
dan melahirkan yang di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Sekali lagi angka tersebut merupakan angka resmi dari pemerintah sementara
untuk kasus aborsi ilegal jumlahnya jauh lebih fantastis. Bagaimana pula denga
petugas medis yang tampak tidak merasa bersalah ketika membantu proses
aborsi

berlangsung

bahkan

menjadikannya

sebagai

komoditi

jasa

yang

menjanjikan pendapatan yang cukup besar. Sampai saat ini memang cukup
banyak praktik aborsi yang bahkan sebagian besar ilegal.
Jadi dalam perspektif kesehatan tindakan aborsi menyebabkan kerugian bagi
ibu hamil dan calon bayi yaitu selain janin yang meninggal, ibu hamil pun
berisiko meninggal.

E. HUKUM ABORSI DALAM ISLAM


Pada dasarnya, orang melakukan abortus apabila terjadi kehamilan tidak dikehendaki,
baik didalam perkawinan ataupun diluar perkawinan. Diluar perkawinan, abortus sering
terjadi sebagai akibat dari hubungan seks yang tidak sah, sedang ayah dan ibu si janin
menghindarkan diri dari konsekuensi perbuatan mereka. Sementara di dalam perkawinan,
tindakan tersebut terkadang dilatarbelakangi oleh kegagalan kontrasepsi atau kekhawatiran
pasangan suami istri tidak mampu membiayai sang anak.
Abortus yang terjadi tanpa disengaja atau karena alasan medis demi menjaga
kemaslahatan tidak mengandung konsekuensi hukum dalam Islam. Namun sebaliknya,
tindakan abortus yang dilakukan tanpa dasar medis atau alasan pembenaran dalam Islam
mengandung konsekuensi hukum. Perbincangan ulama tentang kedudukan hukum tindakan
abortus sangat dipengaruhi oleh petunjuk Alquran dan hadis Nabi saw tentang tahap kejadian
dan pertumbuhan janin dalam rahim. Kebanyakan ulama menyandarkan persoalan abortus
pada hadis- hadis yang menyebutkan bahwa proses perkembangan janin dalam kandungan

memakan waktu 120 hari sebelum ditiupkan ruh. Peniupan ruh tersebut menjadi faktor
penting dalam menentukan hukum abortus.
a)

Abortus Pra Peniupan Ruh


Para ulama melontarkan pendapat yang berbeda terhadap tindakan abortus yang

dilakukan sebelum janin diberi nyawa. Perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga
golongan. Pertama, pendapat yang mengatakan haram pada setiap tahap pertumbuhan dan
kejadian manusia. Kedua, pendapat yang membolehkan pada setiap tahap kejadian manusia.
Ketiga, pendapat yang membolehkan pada salah satu tahap tetapi mengharamkan pada tahap
lainnya.
Ulama Mazhab al-Zhhir, sebagaimana dikemukakan ulama al-Azhar, mengharamkan
abortus sebelum ditiupkan ruh pada setiap tahap pertumbuhan janin (al-nut fah, al-mud ghah
dan al-alaqah). Pandangan ini merupakan pendapat terkuat dalam Mazhab al-Mlik,
meskipun ada diantara ulama mazhab ini mengatakan hanya makruh bila dikeluarkan
sebelum melalui masa 40 hari setelah pembuahan. Pendapat senada dikemukakan oleh
sebagian ulama mazhab al-Syfi dan sebagian ulama mazhab al-Hanaf. Disamping
berpedoman pada hadis-hadis tentang reproduksi manusia, menurut mereka, tahap
penciptaan dan pembentukan manusia dimulai setelah cairan sperma jatuh dan menetap
dalam rahim. Cairan sperma yang telah menyatu dengan ovum tersebut kemudian tumbuh
sejalan dengan fisiologi petumbuhan janin menuju kepada hidup. Karenanya, cairan tersebut
tidak dapat dianiaya apalagi digugurkan.
Al-Gazali melontarkan pernyataan serupa bahwa pertumbuhan janin melalui tahap yang
bertingkat-tingkat. Tahap awal bermula dari pertemuan sperma dan ovum yang dikenal
dengan tahap al-nut fah. Menganiaya dan merusak pertumbuhan janin pada tahap awal
tersebut adalah suatu kejahatan, bila telah menjadi al-mud ghah dan al-alaqah, maka
merusaknya merupakan kejahatan yang lebih keji. Apabila janin telah diberi nyawa dan telah
berbentuk manusia sempurna, maka merusaknya merupakan kejahatan yang bertambah lebih
keji lagi. Puncak kekejian kejahatan apabila ditujukan kepada anak yang telah lahirdalam
keadaan hidup. Demikianlah keduanya telah mengharamkan penghancuran dan pengguguran
janin pada setiap tahap pertumbuhannya.
Pendapat kedua adalah golongan yang membolehkan pengguguran pada tahap tertentu
dan melarang pada tahap lainnya. Pandangan ini antara lain dikemukakan oleh ulama

Mazhab al-Mlik dan sebagian ulama Mazhab al-Syfi. Ulama Mazhab al-Mlik
memandang bahwa makruh hukumnya menggugurkan kandungan pada tahap al-nut fah,
sedangkan pada tahap al-alaqah dan al-mud ghah hukumnya haram. Sementara itu, alMward dan sebahagian ulama al-Syfi tidak memberikan hukuman apapun bagi pelaku
abortus apabila janin yang digugurkan pada tahap al-alaqah. Hukuman baru dapat
dijatuhkan jika janin telah memperoleh bentuknya pada tahap al-mud g hah. Pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa sebagian ulama al-Syfi masih mentolerir pengguguran pada
tahap al-nut fah dan al-alaqah dan mengharamkannya ketika janin telah memasuki usia almud ghah.
Selanjutnya adalah golongan yang membolehkan abortus pada setiap tahap kejadian
manusia sebelum pemberian ruh. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Ibn Hazm,
ulama Mazhab al-Zayd dan sebagian ulama Mazhab al-Hanaf. Mereka berpendapat
dibolehkan dan janin dipandang bernyawa apabila telah melalui proses pertumbuhan selama
120 hari. Akan tetapi sebagian ulama al-Hanaf lainnya memandang bahwa menggugurkan
kandungan sebelum berumur 120 hari hukumnya makruh jika tidak ada uzur. Uzur yang
dimaksud antara lain terputusnya air susu ibu pada saat kehamilan sementara ayah si calon
bayi tidak mampu menyusukannya kepada orang lain dan dikhawatirkan anak akan mati.
Kondisi seperti ini, menurut sebagian ulama al-Hanaf tersebut, membolehkan seseorang
melakukan abortus. Mereka membolehkan pengguguran pada setiap tahap pertumbuhan janin
sebelum ditiupkan ruh karena setiap yang belum diberi nyawa tidak tergolong sebagai
manusia. Keberadaan janin sebelum ditiupkan ruh tidak diperhitungkan, karenanya tidak
dibangkitkan di hari Kemudian. Oleh karena keberadaannya tidak diperhitungkan, maka
tidak ada larangan untuk menggugurkannya.
Sedangkan ulama Mazhab al-Hanbal, sebagaimana dikemukakan oleh Ibn Qudmah,
berpendapat bahwa perempuan yang menggugurkan kandungannya sebelum membentuk
manusia tidak dikenai sanksi, karena tidak dipandang sebagai janin. Ibn Qudmah tidak
menjelaskan, apakah mereka membolehkan atau mengharamkan tindakan abortus yang
dimaksud, tetapi tidak adanya sanksi yang diberikan kepada pelaku mengisyaratkan bahwa
mereka membolehkannya pada tahap tersebut.
b)

Abortus Pasca Peniupan Ruh

Para ulama sepakat untuk mengharamkan abortus yang dilakukan pada waktu janin telah
diberi nyawa, yaitu setelah janin melalui proses pertumbuhan selama empat bulan atau 120
hari. Menggugurkan kandungan setelah janin diberi nyawa tanpa ada alasan atau indikasi
medis yang dibenarkan dalam agama, dipandang sebagai tindakan pidana yang disamakan
dengan pembunuhan terhadap manusia yang telah sempurna wujudnya. Inilah tindakan
pengguguran yang dikenal dengan istilah abortus provocatus criminalis. () .
Pada kondisi tertentu, seseorang yang sedang mengandung diperbolehkan oleh dua pilihan
yang merugikan ; menyelamatkan jwanya atau menggugrkan kandungannya. Hal itu
anntara lain dapat diketahui dari hasil pemeriksaan medis yang menunjukkan bahwa jiwa
sang ibu akan terancam bila janin dalam kandungannya tetap dipertahankan, menanggapi
kenyataan tersebut, jumhur ulama termasuk ulama-ulama kontemporer seperti Mahmud
Syaltut dan Yusuf al-Qardhawi, memnbenarkan tindakan abortus guna menyelamatkan jiwa
sang ibu. Dalam hal sperti ini, keselamatan ibu lebih diutamakan daripada keselamatan
bakal bayi, apalagi bila kehidupan ibu benar-benar telah nyata sedangkan bakal bayi tidak
dapat diyakinkan akan lahir dalam keadaan hidup. Itu berarti jumhur ulama membolehkan
abortus artificialis therapicus untuk imenyelamtkan jiwa sang ibu. Pandangan ini
didasarkan pada kaidah ushul fiqhi lainnya yang berbunyi :
.
Apabila bertemu dua mafsadah, maka yang lebih besar kemudaratannya harus diutamakan
dengan mengorbankan yang lebih kecil kemudaratannnya.
Dalam hal ini, kemudaratan yang ditimbulkan akibat kematian sang ibu lebih besa
dampaknya bila dibandingkan dengan kematian sang janin. Dengan kata lain, kemudaratan
yang mengandung unsur al-mas lah ah lebih besar diutamakan atas kemudaratan yang
mengandung unsur al-mas lah ahnya lebih kecil. Oleh sebab itu, dalam keadaan amat
mendesak (darurat) seperti ini, abortus dapat dibenarkan dalam hukum Islam untuk
menyelamatkan jiwa sang ibu. Berbeda halnya dengan abortus yang dilakukan akibat
kehamilan yang tidak dikehendaki karena didorong oleh faktorfaktor lain, misalnnya
faktor ekonomi, sosial atau rasa malu karena kehamilan terjadi akibat hubungan diluar
nikah (zina), maka Islam tidak mentolerirnya. Telah menjadi kebiasaan bangsa Arab
Jahiliah membunuh atau mengubur hidup-hidup bayi perempuan mereka sesaat setelah
dilahirkan. Kebiasaan ini dilakukan karena mereka merasa malu dan menjadi bahan ejekan

masyarakat bila mempunyai anak perempuan. Menurut anggapan mereka, anak perempuan
hanya akan menambah beban hidup, tanpa dapat memberikan kegunaan untuk memperkuat
kabilah. Allah mengabadikan kebiasaan buruk tersebut dan mengecam keras apa yang
mereka lakukan terhadap anak perempuan. Jika kecaman Tuhan terhadap kebiasaan bangsa
Arab jahiliah dianalogikan dengan tindakan abortus yang didorong oleh faktor ekonomi,
sosial dan rasa malu tersebut, maka jelas hal tersebut tidak dibenarkan.
Beberapa ulama dengan tegas mengharamkan abortus akibat hubungan seksual di luar
nikah pada setiap tahap pertumbuhan janin. Pendapat ini didasarkan atas firman Allah swt
yang tidak membenarkan dosa seseorang dipikul kepada orang lain melainkan kembali
kepada dirinya sendiri. Janin yang menjadi korban hubungan seksual yang tidak sah, tetap
berhak untuk tumbuh dan lahir ke dunia. Dosa yang dipikul ibunya tidak dapat dibebankan
kepada janin yang tidak berdosa, dengan menggugurkannya. Bukan hanya itu, bila
pengguguran tetap dilakukan untuk menutup rasa malu, maka yang bersangkutan telah
melanggar larangan berganda, yaitu larangan hubungan diluar nikah dan larangan
menggugurkan kandungan, berarti dosanya pun berganda.
Adapun abortus yang dilakukan atas pertimbangan khawatir tidak mampu mencukupi
kebutuhan anak, secara sederhana dapat diperhadapkan dengan pernyataan Allah yang
melarang membunuh anak karena takut miskin. Membunuhnya adalah suatu dosa besar,
padahal Allah telah menjamin sumbersumber rezki untuk si anak dan orang tuanya. Dengan
jelas Allah mengatakan bahawa tidak ada makhluk hidup di dunia ini yang tidak disediakan
sumber rezkinya oleh Allah.
F.

HUKUM ABORSI MENURUT UNDANG-UNDANG


1.

Hukum menggugurkan kandungan bagi kehamilan di luar nikah


a) Dalam hukum KUHP Bab XIX Pasal 229, 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
Pasal 229 :

barang siapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau


menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa dengan pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak tiga ribu rupiah.

Pasal 346 : seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
Pasal 347: (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun. (2) jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan. (2) jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencharian dalam mana kejahatan dilakukan.
b) UU HAM
Pasal 53 ayat (1) : Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.
c) UU Kesehatan :
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat di kecualikan berdasarkan :
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
mengancam nyawa ibu dan janin, yang menderita penyakit genetic berat dan
atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
b.
(3)

menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan ; atau


Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis

bagi korban perkosaan.


Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melakukan konseling dan/ atau penasehatan pratindakan dan diakhiri dengan

konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
(4)

berwenang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2.

Legalitas aborsi dalam kondisi khusus menurut undang-undang


Pasal 75 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU

Kesehatan), mengatur bahwa pada dasarnya aborsi dilarang, akan tetapi terdapat
pengecualian, yang mana salah satunya adalah jika kehamilan tersebut akibat perkosaan
yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Pasal 75 UU Kesehatan:
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan.
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Jadi, kehamilan akibat perkosaan, baik itu diakibatkan incest atau bukan, dapat
dilakukan aborsi setelah melalui konseling pra-tindakan dan pasca tindakan aborsi.
G. ABORSI DALAM ETIK KEPERAWATAN
Profesi keperawatan adalah suatu profesi yang berkomunikasi secara langsung dengan
klien. Dalam hal ini perawat menggunakan komunikasi terapeutik. Perawat sebagai tenaga
kesehatan bekerja berdampingan dengan profesi lain seperti Dokter, Apoteker dan profesi
lainnya.
Di saat sekarang ini, kasus aborsi menjadi salah satu masalah etik yang marak di
Indonesia. Aborsi termasuk dalam pelanggaran Undang-Undang Kesehatan dan KUHP yang
telah tertulis jelas, namun ada kalanya tenaga medis diperbolehkan untuk melakukan tindakan
aborsi dengan alasan tertentu (Medis). Ketika seorang perawat dihadapakan pada kasus aborsi
maka ia perlu mengambil sikap yang benar dengan berlandaskan kode etik keperawatan yaitu
dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etik keperawatan.
Prinsip-prinsip etik keperawatan itu adalah :
1. Autonomy
Pasien memiliki hak untuk menentukan pilihannya sendiri karena dianggap telah mandiri.
Seorang perawat harus menghargai hak-hak pasien salah satunya yaitu dengan
menghormati dan menghargai keputusan yang telah diambil oleh pasien dengan
pertimbangan yang matang.
2. Veracity (Kejujuran)
Perawat harus menyampaikan kebenaran kepada klien.Informasi yang diberikan perawat
akan menjadi pertimbangan bagi klien dalam mengambil keputusan.
3. Beneficence
Perawat memiliki keharusan untuk melakukan yang terbaik dengan izin dari klien.
Perawat harus mengusahakan yang terbaik agar klien selamat.
4. Non Maleficence
Perawat dalam melakukan suatu tindakan tidak boleh merugikan dan membahayakan
klien.
5. Confidentiality
Perawat harus merahasiakan identitas klien dan tidak boleh menceritakan masalah klien
pada siapapun kecuali tenaga medis yang bersangkutan.
Jadi, jika kita melihat prinsip-prinsip etik keperawatan yang ada, maka dalam kasus aborsi
ini, seorang perawat dapat mengambil tindakan sebagai berikut :

1. Perawat harus memberikan informasi yang benar kepada klien mengenai hukum dan
resiko aborsi (Veracity).
2. Perawat harus memberikan pelayanan serta saran yang terbaik untuk klien yang tengah
menghadapi kebimbangan dalam pengambilan keputusan kasus aborsi (Beneficience dan
Non-maleficience).
3. Perawat memberikan kebebasan kepada klien untuk mengambil keputusan yang
menurutnya adalah yang terbaik bagi dirinya dengan pertimbangan yang matang. Dalam
hal

ini

perawat

harus

menghormati

keputusan

klien

dan

tidak

memaksa

klien/mempengaruhinya. (Autonomy).
4. Perawat harus menjaga kerahasiaan dan identitas klien (Confidentiality).
H. KASUS PELANGGARAN ETIK KEPERAWATAN
Penulis menemukan sebuah kasus mengenai Perawat yang Membantu Aborsi Terancam
Hukuman 5,5 Tahun Penjara. Berita ini terbit pada Wednesday, 19 September 2007.
Mudjiati, pegawai Puskesmas Peneleh Surabaya yang menjadi terdakwa kasus aborsi
ilegalterancam hukuman penjara 5,5 tahun. Mudjiati yang dalam kasus ini didakwa
membantu dr Suliantoro Halim (terdakwa lain) melakukan aborsi janin dijerat Pasal 348 (1)
KUHP Jo Pasal 56ke 1 KUHP jo Pasal 65 (1) KUHP. Dalam dakwaan yang dibacakan Jaksa
Penuntut Umum (JPU)Mulyono SH, terungkap bahwa tindakan yang dilakukan Mudjiati
telah menyalahi praktek kesehatan Pasal 15 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Kesehatan.
Menurut Mulyono, praktek aborsi itu dilakukan terhadap tiga pasien, yakni Ade Tin
Suertini,Indriwati Winoto dan Yuni Kristanti. Aborsi terhadap Tin terjadi pada 16 Juni 2007
pukul 17.00WIB sampai dengan 19.30 WIB di lokasi praktek dr Halim, Jl Kapasari Nomor 4
Surabaya.Dalam praktek ini, dr Halim meminta pasien membayar Rp 2 juta, namun oleh Tin
baru dibayar Rp 100 ribu.
Peranan Mudjiati dalam kasus ini adalah membantu memersiapkan peralatan untuk
operasi aborsi dengan cara suction (dihisap) menggunakan alat spet 50 cc. & ldquo; Adanya
aborsi ini diperkuat dengan visum et repertum Nomor 171/VI/2007 atas nama Ade dari RS
Bhayangkara Samsoeri Mertojoso, kata Mulyono. st19
Analisis Kasus
Benefincence

Menurut Ascension Health (2011) prinsip beneficence adalah prinsip yang pertama
dalam prinsip moral yaitu melakukan kebaikan dan mencegah atau menghilangkan kejahatan
atau bahaya. Dalam kasus ini perawat yang ikut serta dalam pelaksanaan aborsi sudah jelas
bahwa perawat tersebut telah melanggar prinsip beneficence yaitu tidak mencegah dokter
maupun pasien untuk melakukan aborsi. Aborsi ilegal merupakan tindakan pidana, dan
secara langsung perawat tersebut membantu dalam kejahatan dan dapat membahayakan
pasien karena Willke(2011) menyatakan bahwa aborsi dapat menyebabkan kematian karena
infeksi, perdarahan dan perforasi uterus karena alat alat yang digunakan untuk tindakan
aborsi.

I.

PERAN DAN PANDANGAN PERAWAT ISLAM TERHADAP ABORSI


Aborsi bagi sebagian orang merupakan tindakan yang tidak bermoral, karena melakukan
kejahatan dengan membunuh janin. Tindakan aborsi, seharusnya tidak dipandang sebelah
mata sebatas dikaitkan dengan masalah moral, melanggar hokum, bertentangan dengan
ajaran agama, dan sebagainya. Padahal, islam sebagai salah satu agama dalam mengahadapi
elemen kehidupan sosila seperti hokum, mempunyai sikap dasar agree in disagreement dan
competition in good.
Sebagai seorang perawat islam yang berlandaskan Al-Quraan dan Hadist, kasus aborsi
merupakan sebuah dilema. Pearawat islam sudah mengetahui bahawa agama islama sangat
menjungjung tinggi kesucian kehidupan dan tindakan membunuh beerarti melakukan
tindakan kriminal. Namun karena profesi keperawatan mewajibkan anggota profesinya untuk
melindungi klien dalam usaha advokasi, maka peran perawat sangat dibutuhkan. Yang harus
dilakukan perawat diantaranya :
1. Perawat harus melihat factor legalitasnya, yaitu jika penyebab melakukan aborsi adalah
karena masalah pada kehamilannya yang menyebabkan nyawa keduanya beresiko maka
diperbolehkan melakukan aborsi. Tetapi jika factor penyebabnya adalah factor ekonomi
atau social dan agama (misalnya perzinahan) maka tidak diperbolehkan disebabkan
karena dasar-dasar hokum dalam agama islam melarang aborsi jika penyebabnya adalah
alasan yang bukan medis.

2. Perawat memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin kepada klien, agar klien
bisa nyaman, memeperbaiki derajat kesehatannya dan tidak mempengaruhi ke factor
psikolognya.
3. Perawat memberikan informasi dan pendidikan komunikasi, salah satunya komunikasi
terapeutik yang merupakan cirri dari seorang perawat. Komunikasi terapeutik terjadi
dengan tujuan menolong pasien melalui pendekatan pribadi berdasarkan perasaan, emosi,
dan saling percaya diantara kedua pihak yang terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi ini merupakan hal yang penting dari peran perawat, dimana dari komunikasi
akan terjalin hubungan yang baik dan saling percaya, diantaranya :
a. Perawat akan mengenal dengan baik pribadi pasien serta memahami didrinya dengan
b.

nilai-nilai yang dianutnya.


Komunikasi di terapkan dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan saling

c.
d.
e.

menghargai.
Perawata mampu memahami, menghayatinilai yang dianut oleh klien.
Perawat menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental.
Perawat mampu menciptakan suasana yang dapat memotivasi pasien untuk
mengubah sikap dan perilaku, sehingga dapat memecahkan masalah yang

f.

dihadapinya.
Perawat harus mampu menguasai perasaannya secara bertahap untuk mengetahui

g.

dan mengatasi perasaan sedih, marah, dan frustasi.


Memahami dengan baik arti simpati sebagai sifat tindakan terapeutik dan bukan

h.
i.

terapeutik.
Kejujuran dan keterbukaan komunikasi merupakan dasar hubungan terapeutik.
Mampu memerankan model, agar dapat menunjukkan dan meyakinkan klien tentang
kesehatan.
Peran perawat dalam pelayanan aborsi adalah unik, karena klien telah mendiagnosa

dirinya sendiri dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan memutuskan perawatannya
sendiri, dengan memilih untuk mengakhiri kehamilan dibawah pengawasan medik.
Penelitian terkini menginvestigasi peran perawat selama trimester pertama aborsi (dilakukan
sampai 13 minggu kehamilan) sangat penting untuk mengatasi stress wanita yang sedang
melakukan aborsi (Lipp & Fothergill 2009).
Gallagher, Katie., Porock, Davina., and Alison Edgley (2010), The concept of nursing
in the abortion services, Journal of Advanced Nursing (pp. 849-857).
Setiap aktivitas keperawatan senantiasa diawali dengan komunikasi antara perawat dan
pasien dengan tujuan untuk menjakin hubungan antarpribadi, agar proses keperawatan dapat

berjalan dengan baik dan efektif. Dalam komunikasi terapeutik, hubungan yang dilakukan
bertujuan memberi pertolongan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh pasien. Alat
yang efektif dalam hal ini adalah pribadi perawat. Dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat harus berorientasi pada klien. Oleh karenanya, perawat harus mampu untuk melihat
permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu
melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan
dengan aktif dan penuh perhatian.
Selain itu sebagai perawat harus bisa memberikan pengarahan terhadap klien kita agar
tak melakukan aborsi. Tetapi, jika setelah kita memberikan pengarahan dan lain sebagainya,
tetapi klien kita tetap ingin melakukan aborsi, maka itu semua kembali ke tanggung jawab
klien. Karena tanggung jawab kita sebagai sesama muslim untuk menasehati sesama telah
kita laksanakan.
J.

NEGARA YANG MELEGALKAN ABORSI


Satu dari ibu hamil di seluruh dunia berakhir dengan aborsi (WHO 2007). Angka yang
melakukan aborsi sangat bervariasi dikarenakan perbedaan hukum di setiap negara yang
mengatur tentang legalitas wanita terhadap aborsi (Henshaw et al. 1999). Dan saat ini angka
terendah aborsi berada di Eropa Barat yang memperbolehkan aborsi dengan beberapa
peraturan yang ketat (WHO 2007). Di negara Inggris dan Wales, yang memperbolehkan
aborsi sampai janin berusia 24 minggu, angka aborsi mengalami kenaikan yang stabil di
pertengahan 1990-an dan saat ini dilakukan oleh 18,2 per 1000 penduduk wanita yang
berusia 15-44 tahun (Departement of Health 2009).
International human rights convenants and agreements mengkaji mengenai hak wanita
untuk melakukan kontrasepsi dan aborsi. The International Convenant on Civil and Poilitcal
Rights (ICCPR), The International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
(ICESCR) dan The Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against
Women (CEDAW) membuat kesepakatan bahwa kebebasan berpikir, agama dan conscience
contribute (aborsi dan kontrasepsi) sampai memiliki standar kesehatan yang tinggi.
Pada tahun 2012 di acara Abortion Providers Conference in Rotorua, Christian Fiala,
seorang yang berprofesi sebagai Austrian abortion-providing gynaecologist and advocate for
women/s rights, memberikan pandangan yang kuat mengenai aborsi dan kontrasepsi. Ia

mengatakan bahwa dokter yang gagal untuk memahami kesehatan wanita yang
membutuhkan kontrasepsi dan aborsi.
Di New Zaeland, aborsi diperbolehkan untuk dilakukan oleh seorang wanita, karena
berbagai dasar yang mencegah wanita untuk melakukan aborsi pada trimester manapun
dianggap berbahaya untuk wanita.
Stewart, Rose (2013), Conscience not always a force for good, Kai Tiaki Nursing New
Zealand 19(7).

Berdasarkan riset di atas, beberapa negara yang melegalkan aborsi adalah Inggris, Wales
dan New Zaeland.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/27321062/Definisi-Aborsi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/Chapter%20II.pdf
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/egalita/article/view/2107/pdf Diakses tanggal 19 Juni
2014 pukul 8:46 WIB.
Permana,

Achmad.

2011.

Aborsi

dari

perspektif

moral

dan

kesehatan.

http://www.scribd.com/doc/47409607/ABORSI-DARI-PERSPEKTIF-MORAL-DANKESEHATAN (diakses pada 23 Juni 2014)


Magnis, Franz Dr. Suseno. 1989. Etika Dasar/ Masalah-masalah pokok filsafat moral,
Yogyakarta : Pustaka Filsafat.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan, lambing dan Panji
PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
Sumber Jurnal :
http://Eprints.undip.ac.id
http://hunafa.iainpalu.ac.id

http://www.surya.co.id/web)
Referensi e-jurnal :
1. Zulfahmi Alwi. 2013. ABORTUS DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
UIN Alauddin Jl. Sultan Alauddin No. 63 MakassarVol. 10, No. 2

Anda mungkin juga menyukai