Anda di halaman 1dari 9

VISKOSITAS MOONEY KARET ALAM

REFRIZON, S.Si
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Salah satu kelemahan pokok karet alam dibandingkan dengan karet sintetis
adalah nilai viskositas Mooneynya sangat bervariasi sehingga menyulitkan konsumen
dalam membuat kompon barang jadi karet, khususnya ban.
Sehingga perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa setiap
konsumen (pabrik ban) menghendaki nilai viskositas Money dari SIR-20 (Standard
Indonesian Rubber) pada jarak tertentu, misalnya Goodyear antara 65-75, Michelin
80-85, Yokohama 75-85, dan Aliance 62-72 (4). Hal ini menunjukkan bahwa setiap
konsumen menginginkan konsistensi nilai viskositas Mooney dari produsen karet,
atau dengan kata lain setiap konsumen menghendaki kemantapan nilai viskositas
Mooney dari produsen karet.
Beberapa kemungkinan alasan konsumen menghendaki nilai viskositas
Mooney yang mantap adalah pengujian untuk mendapatkan nilai viskositas Mooney
lebih mendekati processability di pabrik ban dibandingkan dengan nilai Po
(plastisitas). Hal ini disebabkan pengujian viskositas Mooney dilakukan dengan
proses shearing (gesekan) yang mirip dengan proses pencampuran karet dan bahanbahan lain dalam pembuatan kompon karet dibandingkan dengan pengujian Po yang
hanya berdasarkan pampatan (tekanan) terhadap sampel karet dan hasilnya
diperoleh dari perbandingan antara keping uji sesudah dan sebelum pemampatan.
Juga dalam pembuatan kompon dikehendaki nilaiviskositas Mooney tertentu supaya
pencampuran antara dua jenis karet atau lebih yang berbeda dapat dilakukan
dengan mudah dan tidak memerlukan energi yang banyak.
Karet viskositas Mooney mantap dikehendaki oleh konsumen sebab dengan
viskositas mantap tidak diperlukan proses premastikasi yang memerlukan energi
sebesar 33-35% dari total energi yang diperlukan untuk pembuatan kompon barang
jadi karet. Dengan adanya proses tanpa premastikasi akan meningkatkan hampir
duB kali hasil kapasitas (output) dalam pencampuran kompon. Disamping itu juga
akan meningkatkan konsistensi dalam pencampuran kompon (masterbatch) dan
viskositas dari karet komponnya. Dampaknya akan mengurangi kegagalan mutu
(scrap) selama pengolahan menjadi barang jadi karet (5).
Dengan adanya kecendrungan permintaan kensumen terhadap hasil
pengujian terhadap nilai viskositas Mooney untuk jenis SIR-20, hal ini
memungkinkan terjadinya peningkatan permintaan konsumen terhadap karet
viskositas mantap. Dalam tulisan ini dikemukakan tinjauan tentang viskositas
Mooney sejak dari pengertian viskositas Mooney sampai pada cara pengukurannya,
terjadinya reaksi storage hardening, kemungkinan-kemungkinan penyebab dan cara
penanggulangan reakasi storage hardening.
II. VISKOSITAS MOONEY
2.1. Pengertian Viskositas Mooney
Viskositas Mooney karet alam (Hevea Brasiliensis) menunjukkan panjangnya
rantai molekul karet atau berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai

2003 Digitized by USU digital library

molekulnya (7). Pada umumnya semakin tinggi berat molekul (BM) hidrokarbon
karet semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran
dengan kata lain karetnya semakin viskous dan keras. Dalam pembuatan ban karet
alam dengan 8 M tinggi cukup menarik karena sifat fisika ban yang dihasilkan seperti
daya kenyal, tegangan tarik, perpanjangan putus dan sebagainya cukup baik.
Tetapi energi yang dibutuhkan untuk melumat karet dengan BM tinggi cukup
besar sehingga kurang menguntungkan. Sebaliknya hidrokarbon karet dengan BM
rendah membutuhkan energi yang lebih sedikit jumlahnya pada proses pembuatan
ban, tetapi sifat fisika yang dihasilkan kurang baik. Oleh karena itu karet alam
dengan BM yang medium dapat memberikan titik temu antara energi yang hemat
dengan sifat fisika yang unggul.
Derajat pengikat silang rantai molekul yang tinggi menyatakan semakin
banyak reaksi ikatan silang (cross linking reaction) yang terjadi, sehingga akan
meningkatkan nilai viskositas Mooney karet alam.
2.2. Cara Pengukuran Viskositas Mooney
Pengukuran viskositas Mooney dilakukan dengan Mooney viscometer, yaitu
berdasarkan pengukuran gesekan (shearing) rotor (torque) pada karet padat yang
berfungsi sebagal tahanan dengan meletakkan sampel karet di atas dan di bawah
rotor yang dapat berputar.
Sebelum motor dijalankan dipanaskan selama 1 menit. Kemudian motor
dijalankan den rotor akan berputar. Tenaga yang digunakan untuk memutar rotor di
dalam sampel karet dapat dibaca pada skala. Pembacaan dilakukan setelah 5 menit.
Bila pada skala tercatat 55 artinya viskositas Mooney adalah 55 dan ditulis viskositas
karet = 55 ML. 1 (100C, 5'), dengan pengertian satuan sebagai berikut:
M
= Mooney
L
= Large rotor (rotor ukuran besar)
1
= pemanasan pendahuluan 1 menit
100C = suhu yang dipakai untuk pengujian
5'
= pembacaan 5 menit setelah rotor dipanaskan dan dijalankan.
Nilai viskositas Mooney yang didapat berlawanan dengan nilai plastisitas,
sebab semakin plastis sampel karet yang diuji maka semakin cepat rotor berputar,
yang berarti tenaga yang dibutuhkan untuk memutar rotor semakin kecil, hal ini
menunjukkan viskositasnya rendah. Jadi pengukuran viskositas Mooney ini sama
dengan pengukuran gesekan antara rotor oleh suatu tenaga dengan karet sebagai
tahanannya. Di lain pihak jika viskositas tinggi berarti karet keras atau kurang plastis
yang menghasilkan tahanan kuat akibatnya rotor berputar lambat dan memerlukan
tenaga yang besar. Sebaliknya jika viskositas rendah berarti karet lunak atau lebih
plastis, sehingga tahanan lemah akibatnya untuk memutar rotor hanya diperlukan
tenaga yang kecil.
Mooney viskomemer pada dasarnya adalah alat untuk mengukur aliran shear
viscocity yang dirancang pada ML (1+4) dengan strain rate : 1,5/detik setelah
pemanasan pendahuluan pada suhu 100C selama 1 menit, kemudian dilanjutkan
periode shear selama 4 menit. Pengukuran aliran dilakukan selama kompresi
sederhana pada suhu 1000C.
Stress adalah intensitas pada suatu titik dalam suatu benda oleh gaya-gaya
internal atau kompnen-konponen suatu gaya yang bekerja pada suatu bidang lewat
titik tersebut. Stress dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Starin adalah
perubahan satuan oteh gaya dalam ukuran atau bentuk dari suatu benda yang
mengacu ke bentuk atau ukuran semula. Strain dinyatakan dalam perpanjangan
dibagi panjangan semula.
Mooney viscometer ini sebenamya mengukur aliran secara kasar berdasarkan
sifat aliran dengan kecepatan strain rendah. Hubungan antara viskositas Mooney dan

2003 Digitized by USU digital library

shear stress tergantung dari jenis mutu karet alam. Sampel dari jenis mutu karet
yang berbeda dengan nilai viskositas Mooney yang sama ternyata menunjukkan
perbedaan sifat aliran pada kecepatan shear yang tinggi. Gesekan sampel karet oleh
rotor dalam pengujian viskositas Mooney dapat juga digunakan untuk mengukur
stress relaksasi (1). Dan dalam kejadian ini pengaruh thixotropy (breakdown dalam
struktur) dapat dikurangi dengan lamanya perlakuan shearing. Stress relaksasi
merupakan pengukuran langsunguntuk mengetahui respon sebagian elastisisitas dari
suatu bahan. Stress relaksasi adalah bahan yang diberikan perlakuan shear stress
dan stress tersebut dibiarkan relax pada strain yang konstan. Jadi secara tidak
langsung pengukuran viskositas Mooney merupakan pengukuran respon sebagian
elastisitas karet mentah.
Untuk lebih mengetahui hubungan antara viskositas dan elastisitas perlu
diketahui sifat fisika karet mentah.
2.3. Sifat fisika karet
Sifat fisika karet mentah dapat dihubungkan dengan dua komponen yaitu
viskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak. Viskositas diperlukan untuk
mengukur ketahanan terhadap aliran (deformasi). Terjadinya aliran pada karet yang
disebabkan oleh adanya tekanan/gaya/stress disebabkan oleh dua hal (8), yaitu :
1. Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai poliisoprene, seperti terlepasnya
benang-benang yang telah dirajut. Hal ini terjadi pada stress yang rendah/kecil.
2. Terlepasnya seluruh ikatan rantai poliisoprene dan satu monomer dengan
monomer yang lain saling tindih menindih akan membentuk lingkungan yang
kristal. Hal ini terjadi pada stress yang tinggi, yang disebut dengan stress
crystallisation. Lingkungan/daerah yang menjdi kristal ini akan menghasilkan
tensile strength yang tinggi di dalam karet.
Dengan demikian komponen viskositas adalah irreversibel dan dihitung
sebagai aliran dingin (cold flow) dari karet mentah, sedangkan elastisitas, mengukur
energi yang segera dikembalikan oleh karet setelah diberikan input energi
kepadanya. Elastisitas menunjukkan hubungan jarak diantara ujung-ujung rantai
poliisoprene, lebih tepatnya akar kuadrat dari rata-rata jumlah jarak kuadrat antara
ujung-ujung rantai akhir (8).
Komponen elastisitas adalah reversibel dan dihitung/dinilai sebagai pantulan
(bounche) karet. Sifat elastisitas karet dapat diperlihatkan dengan pegas (spring)
yang mengikuti hukum hooke yaitu deformasi elastis terjadi dalam waktu sebentar
dan tidak tergantung waktu.
2.4. Visko-elastis
Semakin panjang rantai poliisoprene karet dengan sendirinya akan semakin
sulit terjadinya pelepasan rantai monomer sebagian atau seluruh rantai monomer,
jadi secara keseluruhan viskositasnya akan tinggi. Akibatnya hanya akan terjadi
aliran/deformasi yang kecil dan bahan tersebut dikatakan mempunyai elastisitas
tinggi. Sebaliknya jika rantai poliisoprenenya pendek, maka dengan sendirinya akan
mudah terjadi pelepasan rantai monomer sebagian atau seluruhnya, jadi
viskositasnya rendah, sehingga akan mudah terjadi aliran bahan tersebut dan bahan
akan kurang elastis atau lebih plastis.
Sifat viskoelastis ditunjukan oleh keseluruhan deformasi (perubahan bentuk)
baik yang statik maupun dinamik. Deformasi dapat terjadi karena tegangan
(tension), tekanan (compression), atau shear, atau kombinasi dari dua atau tiga
penyebab tersebut. Sifat bahan viskoelastis adalah ketika shear stress dihilangkan,
strain didalam bahan tersebut tidak segera dan tidak dapat kembali kebentuk
semula.

2003 Digitized by USU digital library

Dari keterangan-keterangan tersebut diatas dapat diambil generalisasi


sebagai berikut :
1. Semakin tinggi kecepatan deformasi, karet akan semakain elastis; contoh:
terjadinya pantulan bola.
2. Semakin rendah kecepatan deformasi, karet akan semakin plastis; contoh:
terjadinya perubahan bentuk bandela selama penyimpanan karena disusun tindih
menindih ketas.
3. Semakin tinggi suhu karet akan semakin plastis; contoh : mastikasi karet mentah
dalam keadaan panas akan lebih mudah dalam melakukan pencampuran bahan.
4. Semakin rendah suhu karet akan semakin elastis; contoh : mastikasi karet
mentah dalam keadaan dingin akan menyulitkan proses pencampurannya.
III. REAKSI STORAGE HARDENING
Selama pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan dari negara produsen
ke negara konsumen, viskositas Mooney karet alam akan mengalami kenaikan
secara spontan dan irreversibel sehingga karet menjadi lebih keras. Gejala ini
disebut storage hardening yang terjadi karena reaksi ikatan silang antara gugus
aldehida pada rantai poliisoprene (1-6 per-rantai) dengan gugus aldehida
terkondensasi yang ada didalam bahan bukan karet (8). Teori lain mengatakan
bahwa karet alam mengalami pengerasan. selama penyimpanan karena
terbentuknya gel secara periahan-lahan. Terbentuknya gel ini dihasilkan dari ikatan
silang rantai polimer secara alami dan karena adanya gugus aldehida abnormal yang
reaktif.
Reaksi ikatan silang antara gugus aldehida berjalan lamban dan sangat
dipengaruhi oleh tingkat kadar air yang terdapat dalam karet tersebut. Semakin
kering akan semakin dipercepat terjadinya reaksi ikatan silang gugus aldehida
tersebut (2).
3.1. Mekanisme reaksi storage hardenig
Storage hardening (pengerasan karet selama penyimpanan) ditunjukkan
dengan kenaikan nilai viskositas Mooney, sebenarnya merupakan suatu proses yang
kompleks sebab melibatkan beberapa tipe mekanisme yang sampai saat ini belum
jelas dan pasti penyebabnya. Selama puluhan tahun dilakukan penelitian tentang
storage hardening hanya beberapa proses karakteristik yang sudah dapat
diidentifikasi secara jelas yaitu:
1. Proses storage hardening akan dipercepat pada kondisi kelembaban yang rendah.
Hal ini yang mendorong dikembangkan pengujian pengerasan selama
penyimpanan yang dipercepat atau Accelerated Storage Hardening Test (ASHT)
dengan menggunakan bahan kimia P205 yang menyerap air (9). ASHT adalah
mengukur jumlah maksimum karet menjadi keras (hardenig) selama
penyimpanan pada kondisi normal. Jadi apabila suatu sampel karet mempunyai
nilai kenaikan ASHT sebanyak 8 unit atau kurang (setara dengan kenaikan nilai VR
sebanyak 9-12 unit), akan dinyatakan sebagai karet viskositas mantap. Namun
dalam kondisi penyimpanan yang sebenarnya kenaikan nilai VR akan jauh lebih
kecil dari 9-12 unit. Misalkan SMR CV (viskositas mantap) yang telah disimpan
selam 5 tahun hanya mengalami kenaikan nilai VR sebanyak 4-8 unit sedangkan
SMR L (viskositas tidak mantap) mengalami kenaikan sebanyak 15-19 unit (13).
2. Beberapa regensia yang mengandung senyawa amina misalnya hidroksilamin
dapat mencegah proses storage hardening apabila ditambahkan ke dalam lateks
dalam jumlah yang cukup sebelum pemisahan partikel karetnya (pembekuan)
(10).

2003 Digitized by USU digital library

3. Proses storage hardenig dikatalisa oleh adanya asam-asam amino di dalam lateks
(3)
Hipotesis untuk menjelaskan mekanisme terjadinya reaksi storage hardenig
adalah karena ikatan silang antara gugus aldehida pada rantai poliisoprene dengan
gugus aldehida terkondensasi yang ada di dalam bahan bukan karet atau yang
terdapat pada rantai poliisoprene yang lain.
Reaksi yang mungkin adalah sebagai berikut (7):

Kemungkinan lain adalah reaksi antara gugus aldehida dan -metil dari rantai
utama poliisoprene :

Usulan lain mekanisme storage hardenig menyatakan bahwa storage hardenig


adalah ikatan silang ion (ionic crosslinks) yang sangat dipengaruhi oleh uap air di
dalamnya. Pengeringan karet yang bertujuan untuk menghilangkan air akan
menyebabkan bertambahnya intensitas interaksi ion sehinggaeningkatkan densitas
ikatan silang (2). Selama penyimpanan dalam keadaan kering, reaksi ikatan silang
yang terjadi akan semakin dipercepat sampai jenuh (maksimum). Hal inilah yang
menyebabkan disebut dengan storage hardenig.
3.2. Pengertian Mikrogel dan Makrogel
Perbedaan kekerasan dan viskositas Mooney dari klon karet pada okoknya
disebabkan adanya pembentukan gel (8). Gel biasanya didefinisikan ebagai dispersi
cairan di dalam zat padat, tetapi di daiam industri karet gel apat diartikan sebagai
storage hardening. Gel terjadi karena adanya ikatan silang secara spontan di dalam
polimer karet alam mentah. Ikatan silang tersebut erbentuk secara alami karena
adanya gugus aldehida abnormal di dalam karet.
Mula-mula ikatan silang terjadi di dalam individu partikel karet pada waktu
ateks masih di dalam pohon (intra particle crosslinks) yang disebut dengan nikrogel
(8). Ikatan silang berikutnya terjadi di dalam keseluruhan struktur karet selama
pengeringan dan penyimpanan, yang disebut dengan makrogel yaitu antara gugus
aldehida dengan gugus aldehida yang terkondensasi.
Nilai Po (Plastisitas awal) dipengaruhi oleh sebagian besar mikrogel dan
sebagian kecil makrogel, sedangkan kenaikan nilai VR (viskositas Mooney) yang tidak
terkendalikan selama pengangkutan karet ke negara konsumen disebabkan oleh
pembentukan makrogel. Mikrogel melarut dalam pelarut dan tidak tampak dengan
mata telanjang. Mikrogel tersebar merata seperti cahaya dan larutan yang
mengandung mikrogel dalam konsentrasi tinggi akan kelihatan keruh (opacity),

2003 Digitized by USU digital library

sedangkan makrogel tidak melarut dalam pelarut dan terlihat sebagai bentuk karet
yang menggembung serta mengambang, jika karet kering dilarutkan dalam pelarut.
Untuk jenis klon yang mempunyai nilai VR mula-mula rendah akan mengalami
kenaikan nilai VR yang lebih banyak dibandingkan dengan yang mula-mula
mempunyai nilai VR tinggi, karena lebih banyak mengandung gugus aldehida (12).
3.3. Cara pengujian pengerasan selama penyimpanan yang dipercepat
Untuk mengetahui tingkat pertambahan ikatan silang selama penyimpanan
dilakukan uji pengerasan selama penyimpanan yang dipercepat, Accelerated Storage
Hardening Test (ASHT), yaitu dengan mengukur selisih plastisitas mula-mula dengan
plastisitas karet setelah disimpan pada kondisi yang diatur memiliki kelembaban
yang sangat rendah dengan menggunakan bahan kimia P205 yang bersifat menyerap
air.
Pengukuran plastisitas dilakukan dengan Plastimeter Wallace, yaitu mengukur
kemampuan karet untuk menahan pembebanan tetap selama waktu dan suhu
tertentu. Plastisitas awal (Po) adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji
tanpa perlakuan khusus sebelumnya.
Plastisitas akhir (Pa) adalah plastisitas karet alam yang telah disimpan di
dalam botol yang didalamnya diisi 6 gram P2O5 dan berpenyekat aluminium. Karet
diletakkan diatas aluminium itu dan botol ditutup rapat. Botol dipanaskan didalam
oven pada suhu 601C selama 241 jam, setelah itu karet dikeluarkan dari oven
dan dibiarkan selama 15 menit pada suhu kamar sebagai pendinginan sebelum diuji
plastisitasnya dengan Plastimeter Wallace seperti pengujian Po. Hasil inilah yang
dibaca sebagai plastisitas akhfr (Pa). Hasil pengukuran ASHT adalah :
ASHT (P) = Pa Po
IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI STORAGE HARDENING
DAN CARA MENANGGULANGINYA
Terjadinya kenaikan nilai viskositas Mooney sebenarnya sudah dimulai sejak
lateks keluar dari pohon karena adanya aktifitas mikroorganisme yang menguraikan
protein dan karbohidrat. Dengan teruarainya protein menjadi asam-asam amino
akan mengkatalisa terjadinya reaksi ikatan silang antara gugus aldehida pada rantai
poliisoprene dengan gugus aldehida terkondensasi yang ada di dalam bahan bukan
karet atau yang ada pada rantai poliisoprene yang lain, yang berakibat nilai
viskositas Mooney mengalami kenaikan.
Pada koagulum kebun dimana aktivitas mikroorganisme berlangsung terus,
reaksi ikatan silang tersebut berjalan terus walaupun tidak cepat karena terhalang
oleh adanya air. Kemudian selama pengeringan (setelah diremahkan) kecepatan
reaksi ikatan silang gugus aldehida akan dipercepat karena berkurangnya kadar air.
4.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi storage hardening
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi storage hardening
sehingga juga mempengaruhi viskositas Mooney karet alam adalah jenis klon, cara
pembekuan, lama penyimpanan koagulum, suhu penegeringan dan suhu bandela.
Jenis klon
Setiap klon mepunyai gugus aldehida yang berbeda-beda jumlahnya.
Semakin banyak jumlah gugus aldehida yang terdapat pada setiap rantai
poliisoprene maka kenaikan nilai viskositas Mooney akan dipercepat (12). Jarak
viskositas Mooney dari tiap-tiap klon karet juga berbeda-beda dan tidak tetap,
tergantung pada jenis klon dan juga keadaan cuaca pada saat lateks disadap.
Misalkan klon GT 1 termasuk jenis klon yang direkomendasikan untuk

2003 Digitized by USU digital library

pembuatan/produksi karet viskositas mantap karena mempunyai nilai viskositas


Mooney VR sedang yaitu antara 55-65.
Untuk memproduksi SIR-3CV yang hasilnya konsisten diperlukan pengecekan
secara periodik terhadap nilai VR dari setiap klon yang digunakan sebagai sumber
lateks terutama pad a saat terjadi pergantian musim dan mencampur (blending)
berdasarkan kepada berat karet kering serta nilai VR dari setiap klon/afdeling sampai
tercapai nilai VR antara 55-65.
Cara pembekuan
Proses dan pH pembekuan dapat mempcngaruhi kenaikan nilai VR.
Pembekuan dengan asam akan mempunyai nilai VR yang paling rendah dan
pembekuan secara alami mepunyai nilai VR yang paling tinggi bila dibandingkan
dengan pembekuan dengan menggunakan panas dan penambahan mikroba luar.
Nilai VR yang tinngi pada koagulum kebun ini diduga karena proses
pembekuannya tidak serentak dan tidak merata, serta telah terjadi reaksi ikatan
silang antara gugus aldehida. Maka dalam pengolahan karet viskositas mantap
dianjurkan untuk menggunakan pH pembekuan antara 4,5-5,5 sebab pada pH ini
hanya akan terjadi kenaikan nilai VR sebanyak 0-3 unit.
Lama penyimpanan koagulum dan remah karet
Lama penyimpanan koagulum dan remah karet sebelum diproses dapat
menaikkan nilai VR. Dalam bentuk remah karet akan lebih cepat mengalami kenaikan
nilai VR dibandingkan dalam bentuk koagulum karena kadar airnya lebih sedikit
(2;8).
Perbedaan lama penyimpanan koagulum di tempat/kebun petani akan
menyebabkan bervariasinya nilai VR koagulum kebun. Nilai VR dari karet SIR-20
tinggi dan bervariasi yaitu antara 75-90 karena diolah dari koagulum kebun yang
telah mengalami penyimpanan yang lama dan dengan waktu yang bervariasi pula di
tempat petani karet. SIR-20 juga diolah dari lembaran (blanket) krep mengalami
proses penggantungan di udara terbuka sebelum diremahkan.
Pengantungan lembaran krep (pre drying) biasanya bertujuan untuk
mencegah terjadinya noda/bintik-bintik putih (white spot) pada karet keringnya,
mempercepat proses pengeringan di alat pengering (dryer), menaikkan nilai Po dan
VR, dan mempertahankan nilai PRI tetap tinggi. Proses penggantungan tersebut dapat
manaikkan Po dan VR diduga karena prosesnya mirip dengan proses storage
hardening. Oleh karena itu dalam pengolahan karet viskositas mantap dianjurkan
untuk segera mengolah koagulum dan remah karet, penggantungan blanket krep
harus berdasarkan percobaan pendahuluan dengan memperhatikan kenaikan nilai Po
dan VR dibandingkan dengan nilai PRI yang diperoleh.
Suhu pengeringan
Pada waktu remah karet dipanaskan, akan terjadi dua rekasi yaitu reaksi
ikatan silang gugus aldehida dan reaksi oksidasi yang memutuskan rantai molekul
karet. Suhu pengeringan yang tinggi dapat menaikkan atau menurunkan nilai VR
karet tergantung dari kecepatan reaksi antara kedua reaksi tersebut. Biasanya
pengeringan pada suhu tinggi dan waktu lama selalu akan menurunkan nilai VR,
karena pada suhu tinggi dan waktu lama terjadinya pemutusan molekul karet akan
lebih cepat dibandingkan dengan reaksi ikatan silang gugus aldehida (8).
Dampak dari pengeringan pada suhu tinggi dan waktu yang lama adalah PRI
akan turun jatuh yang ditandai dengan karet mejadi lunak dan lembut. Jadi perlu
dicari suhu yang optimal (biasanya antara 110-120C) supaya didapat nilai VR yang
sedang (55-65) dan PRI yang memenuhi spesifikasi mutu teknis.

2003 Digitized by USU digital library

Suhu bandela
Suhu tinggi pada waktu membuat bandela dari karet remah yang baru keluar
dari alat pengering akan meningkatkan nilai VR karet. Semakin tinggi suhu bandela
akan semakin tinggi pula nilai akhir VR (8). Hal ini diduga karena kecepatan reaksi
kondensasi ikatan silang aldehida lebih cepat dibandingkan kecepatan pemutusan
ikatan rantai oleh reaksi oksidasi sebab jumlah oksigen di dalam bandela sedikit.
Untuk mengatasi hal ini, begitu remah karet akan keluar dari alat pengering, maka
pad a bagian paling ujung (akhir) langsung didinginkan dengan kipas angin (cooling).
4.2. Cara-cara penanggulangan reaksi storage hardening
Karena reaksi storage hardenig dipengaruhi oleh jenis klon dan telah terjadi
sejak lateks keluar dari pembuluh lateks, selama pengolahan, penyimpanan, sampai
pengangkuatan, maka cara penaggulangan yang dapat dilakukan adalah:
1. Memilih atau melakukan seleksi klon-klon yang cocok untuk karet viskositas
mantap dengan melihat jarak viskositas Mooney dari karet yang dihasilkan selama
setahun. Apabila menggunakan klon campuran harus diperhatikan berat karet
kering dari setiap klon dan masing-masing nilai VR nya untuk memperkirakan
viskositas Mooney di tangki pabrik.
2. Menggunakan bahan.bahan kimia yang dapat mencegah terjadinya reaksi ikatan
silang antara gugus atdehida misalkan hidroksilamin netral sulfat (HNS), hidroksil
amonium sulfat (HAS), dll.
3. Lateks dibekukan dengan asam semut pada pH 4,5-5.
4. Segera mengolah koagulum dan remah karet.
5. Menggunakan suhu pengeringan yang optimal, antara 110-120C.
6. Begitu karet remah kering keluar dari alat pengering segera dilakukan
pendinginan dengan kipas sampai suhunya sarna dengan udara tuar.
7. Mencegah terjadinya pengenceran lateks dan kontaminasi oleh ion logam Cu++,
Mn++ dan Fe++, misalkan karena dengan menggunakan wadah yang dibuat dari
besi dan tembaga.
Dari ketujuh cara penanggulangan reaksi storage hardening yang paling
efektif adalah dengan penggunaan bahan kimia karena ikatan silang gugus aldehida
dapat dicegah sejak dini dan secara total. Bahan kimia yang paling banyak
digunakan untuk memantapakan viskositas Mooney adalah hidroksilamin netral
sulfat (HNS). Reaksi pencegahan ikatan silang gugus aldehida oleh HNS adalah
sebagai berikut:
CH = N
OH + H2O
CHO + NH2OH
gugus
aldehida hidroksilamin
aldoksim
air
Kelemahan dari HNS adalah warna karetnya lebih gelap dibandingkan dengan
karet tidak mantap dan menyebabkan gatal-gatal bagi pekerja yang tidak tahan
alergi. Maka untuk membuat SIR-3GV L (warna cerah) dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan pemantap semikarbazida hidroklorida konsentrasi 0,4% b/bkk
dan ditambah sodium metabisulfit konsentrasi 0,04% b/bkk, masing-masing dalam
bentuk larutan 10% dan 5% (6).
DAFTAR PUSTAKA
Bristow, G.M. dan Sears, A.G., 1987, "The use of novel parameters in the assesment
of natural rubber processability", J .nat. Rubb. Ress. 2,15.
Burfield, D.R., 1986, "Storage hardening of natural rubber : an examination of
current mechanistic proposals", J.nat. Rubb. Ress. 1 (3), 202-208.

2003 Digitized by USU digital library

Gregory, M.J. dan Tan, A.S., 1976, "Some observations on storage hardening of
natural rubber", Proc. Int. Rubb. Conf. Kuala Lumpur 1975, 4, 28.
Honggokusumo, S. dan Suharto, R., 1994, "Permintaan konsumen mengenai
spesifikasi SIR", Warta Perkaretan, 13 (3), 25-32.
Lim, H.S., 1989, "Processing of viscosity stabilised natural rubber", 136th Meet Rubb.
Div. American Chern. Soc., Oct. 17-20, 1989. Detroid, Michigan USA, 12.
Ong, C.O. dan Lim, H.S., 1978, "Produstion of SMR 5CV from hight viscocity by
chemical peptisation", J. Rubb. Ress. Inst. Malaysia, 24 (3), 160-168.
Roberts, A.D., 1988, "Rheology of raw rubber, In: Natural Rubber Science and
Technology", Oxford, New York, Kuala Lumpur, 141-176.
Sin, S.W., 1969, "Storage hardening in natural rubber", Chern. Div. Rep. no. 76,
Rubb. Ress., Inst. of Malaysia.
Sekhar, B.C., 1960, "Degradation and crosslinking of polyisiprene in Revea
brasiliensis latex during processing and storage, J. Polym. Sci., 48, 133.
Sekhar, B.C. 1962, "Abnormal groups in rubber and microgel", Proto Fourth Rubb.
Technol. Conf. London 162,460.
Subramaniam, A., 1977, "Estimation of aldehyd groups in natural rubber with 2,4
dinitrophenylhydrazine", .T. Rubb. Ress. Inst. Malaysia, 25 (2), 61-68.
Subramaniam, A., 1.984, "Mooney viscocity of raw natural rubber", Plrs' Bull. Rubb.
Ress. Inst. Malaysia, no. 180, 104-112.
Subramaniam, A. dan Sui, W. W., 1986, "Storage hardening of natural rubber. I.
Effect ofepoxide groups", .T. nat. Rubb. Ress, 1 (1),58-63.

2003 Digitized by USU digital library

Anda mungkin juga menyukai