Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredarandarah resipien
(Latief et al, 2007). (USU.ac.id)
Darah dan berbagai komponen darah dapat ditransfusikan secara terpisah sesuai dengan
kebutuhan. Darah tersusun dari pelbagai komponen iaitu eritrosit (red blood cells), trombosit
pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat, dan plasma segar beku (fresh frozen plasma).
Komponen darah yang ditransfusikan sesuai dengan yang diperlukan akan mengurangi
kemungkinan reaksi transfusi, circulatory overload dan penularan infeksi yang terjadi
dibandingkan dengan transfusi darah lengkap (Bermawi, 2010) (USU.ac.id)
Transfusi darah adalah pemindahan darah dari satu orang (donor) ke dalam
pembuluh darah orang lain (resipien). Hal ini biasanya dilakukan sebagai
manuver penyelamatan nyawa (life-saving) untuk menggantikan darah yang
hilang karena perdarahan hebat, saat operasi ketika terjadi kehilangan darah
atau untuk meningkatkan jumlah darah pada pasien anemia
(http://m.klikdokter.com/detail/read/3/67/mengenal-transfusi-darah)
INDIKASI
1. Kapan transfusi sel darah merah dilakukan? Rekomendasi:
Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar
Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi
dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya
memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah
dapat diterima. (Rekomendasi A)
Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl
apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara
klinis dan laboratorium. (Rekomendasi C)
Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb 10 g/dl, kecuali bila ada
indikasi tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas
transport oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif
kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat). (Rekomendasi A)
Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada
kadar Hb 11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan
hingga 7 g/dL (seperti pada anemia bayi prematur). Jika terdapat
penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan
suplementasi oksigen batas untuk memberi transfusi adalah Hb
13 g/dL. (Rekomendasi C)
2. Kapan transfusi trombosit perlu dilakukan? Rekomendasi:
Transfusi trombosit dapat digunakan untuk: Mengatasi perdarahan
pada pasien dengan trombositopenia bila hitung trombosit
<50.000/uL, bila terdapat perdarahan mikrovaskular difus batasnya
menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF dan DIC supaya merujuk
pada penatalaksanaan masing-masing. (Rekomendasi C)
Kehilangan darah akut, bila 2030% total volume darah hilang dan perdarahan masih
terus terjadi.
Anemia berat
Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan
sebagai tambahan dari pemberian antibiotik)
Golongan darah donor sama dengan golongan darah resipien dan nama anak serta
nomornya tercantum pada label dan formulir (pada kasus gawat darurat, kurangi
risiko terjadinya ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan melakukan uji silang
golongan darah spesifik atau beri darah golongan O bila tersedia)
Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam, warna plasma darah
tidak merah jambu atau bergumpal dan sel darah merah tidak terlihat keunguan atau
hitam
Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal transfusi darah
pada anak yang sirkulasi darahnya normal. Jangan menyuntik ke dalam kantung
darah.
Lakukan pencatatan awal tentang suhu badan, frekuensi napas dan denyut nadi anak.
Jumlah awal darah yang ditransfusikan harus sebanyak 20 ml/kgBB darah utuh, yang
diberikan selama 3-4 jam.
Selama transfusi
Jika tersedia, gunakan alat infus yang dapat mengatur laju transfusi (lihat gambar)
Lihat tanda reaksi transfusi (lihat di bawah), terutama pada 15 menit pertama transfusi
Catat keadaan umum anak, suhu badan, denyut nadi dan frekuensi napas setiap 30
menit
Catat waktu permulaan dan akhir transfusi dan berbagai reaksi yang timbul.
Setelah transfusi
Nilai kembali anak. Jika diperlukan tambahan darah, jumlah yang sama harus
ditransfusikan dan dosis furosemid (jika diberikan) diulangi kembali.
(http://www.ichrc.org/106-transfusi-darah) (International Child Health)
Lambatkan transfusi
Teruskan transfusi dengan kecepatan normal jika tidak terjadi perburukan gejala
setelah 30 menit
Jika gejala menetap, tangani sebagai reaksi hipersensitivitas sedang (lihat bawah).
Urtikaria berat
Demam > 38C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
Menggigil
Gelisah
Tatalaksana:
Stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
Beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfenamin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
Kirim ke bank darah: perlengkapan bekas transfusi darah, sampel darah dari
tempat tusukan lain dan sampel urin yang terkumpul dalam waktu 24 jam
Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15 menit, tangani sebagai reaksi
yang mengancam jiwa (lihat bagian bawah) dan laporkan ke dokter jaga
Reaksi yang mengancam jiwa (karena hemolisis, kontaminasi bakteri dan syok septik,
kelebihan cairan atau anafilaksis)
Tanda dan gejala:
demam > 380 C (demam mungkin sudah timbul sebelum transfusi diberikan)
menggigil
gelisah
napas cepat
bingung
gangguan kesadaran.
Catatan: pada anak yang tidak sadar, perdarahan yang tidak terkontrol atau syok mungkin
merupakan tanda satu-satunya reaksi yang mengancan jiwa.
Tatalaksana
stop transfusi, tetapi biarkan jalur infus dengan memberikan garam normal
jaga jalan napas anak dan beri oksigen (lihat bagan 2.1 dan bagan 2.2)
beri epinefrin 0.01 mg/kgBB (setara dengan 0.1 ml dari 1 dalam larutan 10 000)
beri hidrokortison 200 mg IV, atau klorfeniramin 0.25 mg/kgBB IM, jika tersedia
TERAPI DISFERAL
Definisi
Desferan merupakan terapi standar kelasi besi pilihan pertama untuk penimbunan besi karena
transfuse berulang. Secara klinis dapat mengurangi gejala sisa akibat penimbunan besi, termasuk
kematian dini.
(eprints.undip.ac.id)
Indikasi & Kontraindikasi :
Indikasi :
Dilakukan pada klien dengan thalasemia yang mendapatkan transfusi darah
secara rutin (berulang)
Kadar Ferritin 1000 mg/ml
Dilakukan 4 - 7 kali dalam seminggu post transfuse
Kontraindikasi :
Tidak dilakukan pada klien dengan gagal ginjal
Standar Operasional Prosedur
1. PENGKAJIAN
1.1. Menyampaikan salam kepada klien/keluarganya
1.2. Melakukan pengkajian kondisi klien meliputi : usia, tingkat
hemocromatosis & hemosiderosis (kadar Fe)
PERSIAPAN
2.1. Mencuci tangan
2.2. Menyusun alat-alat yang diperlukan dengan memperhatikan teknik
aseptic dan antiseptik
Steril :
Syringe 10 cc
Wing needle
Tidak Steril :
Alas
Bengkok
Kapas alkohol pada tempat tertutup
Infusa pump
Obat yang diperlukan (desferal)
Pengencer (aquadest steril) dalam botol
Perban gulung/kantong infusa pump
Plester
Gunting plester
2.3. Mempersiapkan obat desferal sesuai kebutuhan
bc
3.6. Mencuci tangan
4. EVALUASI
4.1. Melihat kondisi klien
4.2. Memperhatikan respon klien selama tindakan dilakukan
4.3. Menanyakan perasaan klien setelah tindakan dilakukan
5. MENDOKUMENTASIKAN TINDAKAN
5.1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan respon klien selama
tindakan dan kondisi setelah tindakan
5.2. Mencatat dengan jelas, mudah dibaca, ditandatangani disertai nama
jelas
5.3. Tulisan yang salah tidak dihapus tetapi dicoret dengan disertai paraf
5.4. Catatan dibuat dengan menggunak ballpoint atau tinta.
(Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pemasangan Desferal.
Padjajaran: FIK UP)
KOMPLIKASI
Komplikasi langka, Tapi itu tidak berarti tidak mutlak adanya risiko. Jika Anda akan
melakukan transplantasi sel induk, dokter akan memeriksa kemungkinan komplikasi, yang
mungkin termasuk:
Reaksi berlebihan Graft versus host (Ketika the immune sel dari sumsum tulang
donor menyerang jaringan dari pasien tersebut).
Pendarahan;
Infeksi.
Diabetes.
(http://omedicine.info/id/transplantatsiya-kostnogo-mozga-transplantatsiyagemopoeticheskikh-stvolovykh-kletok.html)
INDIKASI
Prosedur ini dilakukan, Jika sel-sel induk di sumsum tulang tidak melakukan fungsi mereka
atau normal. Ini dapat disebabkan oleh hal berikut::
Infeksi;
(http://omedicine.info/id/transplantatsiya-kostnogo-mozga-transplantatsiyagemopoeticheskikh-stvolovykh-kletok.html)