Anda di halaman 1dari 8

FISHBONE DIAGRAM PERANGKAT ALTERNATIF ANALISIS AKAR MASALAH

Kini zaman globalisasi dan turbulensi dimana tergambarkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan perilaku manusia dan antara manusia seakan tanpa batas.
Dimana sepanjang zaman hingga sekarang dan masa yang akan datang semakin
cepat berubah. Ungkapan Bung Karno mantan presiden RI dalam salah satu
pidatonya jika kita tidak mengikuti perubahan maka kita adalah sejarah.
Konteks tersebut di atas mengarahkan kita pada pemikiran bahwa adalah subjek dan
objek pada diri manusia. Hal ini bermakna bahwa manusia menciptakan perubahan
dan perubahan itu sendiri mengkreatur manusia itu sendiri. Demikian hal dengan
pendidikan sebagai apresiasi dari setiap perubahan manusia dan hal yang mampu
mengubah manusia. Oleh sebab itu tidak sedikit para ahli yang mengungkapkan
bahwa sekolah sebagai wahana pendidikan merupakan agen perubahan.
Satu hal yang patut dipikirkan adalah bahwa pendidikan pun demikian pada diri
manusia. Yaitu sebagai objek dan subjek dari perubahan manusia bahkan bisa
mempercepat, mengoptimalkan setiap perubahan itu sendiri. Pendidikan mampu
mengubah manusia dan manusia itu sendiri yang mampu mengubah pendidikan.
Oleh sebab itu tidak sedikit kini muncul berbagai paradigma baru dalam sistem
pendidikan sebagai bukti nyata bahwa pendidikan berubah seiring dengan
perubahan manusia. Dan manusia pun berubah seiring dengan perkembangan
sistem pendidikan itu sendiri.
Di pihak lain, tidak bisa diragukan lagi bahwasanya manusia tak akan terlepas untuk
mengeksplorasi segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan cara mencurahkan
segala daya dan kemampuanya untuk selalu berinovasi menemukan sesuatu yang
baru yang dapat membantu hidupnya menjadi lebih baik. Jika manusia tidak
menggali segala kemampuanya maka ia akan tertinggal bahkan tergerus oleh zaman
yang selalu berkembang.
Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa
inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas
pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, sosial dan
lain-lain. Pertanyaan yang terbentuk kini adalah realisasi prinsip dasar inovasi untuk
pemecahan masalah atau kebermaknaan inovasi itu sendiri. Hal ini berangkat dari
bahwa segala macam proses berawal dari perencanaan yang matang if you fail to
plan, you plan to fail sehingga konteks analisis akar masalah lebih kentara pada
proses perencanaan inovasi demi memunculkan solving, perubahan dan
memunculkan inovasi. Meskipun menurut Suud (2010) tidak selamanya inovasi
adalah perubahan namun kita yakin perubahan merupakan bagian dari inovasi.
Implementasi Fishbone Diagram (Prof. Kaoru Ishikawa) dalam Merencanakan Inovasi
Pendidikan
1. Merencanakan Inovasi Pendidikan
Berdasarkan pada 6 prinsip dasar inovasi pendidikan maka setidaknya kita tidak
akan semena-mena dalam merencanakan inovasi. Kembali ketitik awal
bahwasanya proses inovasi dapat bermula dari munculnya kesenjangan (GAP),
ketidaksesuaian sehingga diperlukan pembaharuan, perubahan atau tindakan
korektif atau kebijakan baru yang sifatnya inovatif, meskipun setiap perubahan
belum berarti inovasi namun setiap inovasi meski di dalamnya adalah perubahan.
Singkatnya langkah langkah secara global sebagai berikut di bawah ini:
1. Dokumentasi gap atau kesenjangan dan ketidaksesuaian (proses). Baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Hingga terbentuk prosses flowchart.

2. Identifikasi kebutuhan (demand) pelanggan dalam hal ini pengguna jasa


pendidikan.
3. Menganalisis gap dan kesenjangan dan ketidaksesuaian (analisa proses)
tersebut.
4. Pengembangan tindakan korektif (root causes analysis)
5. Implementasi inovasi.
6. Validasi Tahapan tersebut di atas menunjukkan bahwa root causes analysis
memegang peranan penting dalam menentukan kebijakan selanjutnya
(korektif/pembaharuan/inovasi).
Gejolak, Penomena, Gap, Ketidak sesuian yang terjadi dalam proses
pendidikan atau berbagai permasalahan yang aktual baik teoritis maupun
paraktis, baik dalam tatanan makro maupun mikro, bahkan skup yang lebih
kecil seperti permasalahan di dalam kelas dijadikan sandaran dalam
berinovasi di dunia pendidikan. Namun untuk kebermaknaan suatu inovasi
tetap harus mengusung prinsip-prinsip inovasi itu sendiri. Untuk itu salah
satunya, masalah yang diungkap haruslah terlebih dahulu dinalisis (akar
masalah) sehingga inovasi betul-betul berkenaan dan bermakna (mainfull).
Berikut di bawah ini adalah diagram framework dimana esensi analisis akar masalah
demi mewujudkan inovasi pendidikan yang penuh makna.

Gambar 2.1 Frame Work Implementasi Fishbone Diagram dalam inovasi Pendidikan
2. Fishbone Diagram
Diagram Tulang Ikan atau Fishbone diagram sering pula disebut Ishikawa diagram
sehubungan dengan perangkat diagram sebab akibat ini pertama kali diperkenalkan
oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang. Gasversz (1997: 112) mengungkapkan bahwa
Diagram sebab akibat ini merupakan pendekatan terstruktur yang memungkinkan
dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab
suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada. Selanjutnya
diungkapkan bahwa diagram ini bisa digunakan dalam situasi: 1) terdapat
pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstorming untuk mengidentifikasi
mengapa suatu masalah terjadi, 2) diperlukan analisis lebih terperinci terhadap
suatu masalah, dan 3) terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dan akibat.
Berikut disarikan dari Gasversz (1997, 112:114) tentang langkah-langkah
penggunaan diagram Fishbone.
1) Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan diungkapkan masalah

itu sebagai suatu pertanyaan masalah (problem question).

2) Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik

3)

4)
5)

6)

7)

brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide berkaitan


dengan masalah yang sedang dihadapi.
Gambarkan diagram dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi kanan
(membentuk kepala ikan) dan kategori utama seperti: material, metode, manusia,
mesin, pengukuran dan lingkungan ditempatkan pada cabang-cabang utama
(membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama ini bisa diubah sesuai
dengan kebutuhan.
Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan
menempatkan pada cabang yang sesusai.
Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan mengapa? untuk menemukan
akar penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab masalah itu pada
cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang
kecil dari ikan). Untuk menemukan akar penyebab, kita adapat menggunakan
teknik bertanya mengapa lima kali (Five Why).
Interpretasikan diagram sebab akibat itu dengan melihat penyebab-penyebab
yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui
konsensus tentang penyebab itu. Selanjutnya fokuskan perhatian pada penyebab
yang dipilih melalui konsensus itu.
Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat itu dengan
cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta
memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu
efektif karena telah menghilangkan akar penyebab dari masalah yang dihadapi.

Gambar 2.2 Fishbone Diagram (Gasversz, 1997:113). Pada langkah ketiga 3 tersebut
di atas kategori utama dapat kita ubah menjadi sebab satu (Sb1) atau sebab 2 (Sb2)
dan selanjutnya hingga menjadi cabang-cabang kecil sebab Sb1a, Sb1b dan
seterusnya. Kita sepakati konteks korektif dalam hal ini adalah produk atau proses
perbaikan dalam bidang pendidikan sehingga menghasilkan suatu
pembaharuan/inovasi pendidikan baik dalam bentuk discovery maupun invention
baik dalam tatanan mikro maupun makro.

Gambar 2.3 Fishbone Diagram (Gasversz, 1997:113)


Pertanyaan Why? Bercabang hingga mencapai lima yang menggambarkan sub
tulang ikan itu sendiri. Dimana kategori utama Manusia, Pengukuran, Metode,
Materia, Mesin dan Lingkungan dapat diganti sesuai kebutuhan misalkan, dalam
konteks permasalahan penurunan kualitas lulusan bisa diganti dengan: Sarana
Belajar, Orang tua, Teman Sekolah, Kurikulum, Guru, Kepala Sekolah, Lingkungan
Belajar, dll.

3. Implementasi Root Cause Analysis menggunakan Fishbone Diagram dalam


Perencanaan Inovasi Pendidikan
Penerapan atau implementasi Fishbone Diagram dalam analisis akar masalah
dalam berinovasi di bidang pendidikan, berikut di bawah ini langsung disajikan
dalam bentuk contoh root cause analysis dalam bidang pendidikan.
Contoh :
Masalah: Mengapa Kualitas Lulusan SDM Rendah?
Kategori Utama
Sebab
Sebab
Sebab
Sebab

1
2
3
4

(Sb1): Guru/Dosen
(Sb2): Siswa
(Sb3): Masyarakat
(Sb4): Kurikulum

Five Why :
Why
Guru

Sebab1
Siswa

Sebab2
Masyarakat Kurikulum

Sebab3

Sebab4

Why 1 : Guru/Dosen kurang kompeten/tidak banyak belajar Siswa input (lulusan


sekolah sebelumnya) kurang berkualitas Masyarakat kurang peduli kualitas
lulusan siswa Kurikulum kurang tepat atau salah arah.
Why 2 : Guru/Dosen mengajar ditempat lain atau sibuk mencari uang tambahan
Unit pemroses lembaga pendidikan sebelumnya berkualitas rendah (guru,
fasilitas, dll) Masyarakat sudah menganggap biasa atau terbiasa dengan KKN Ada
kepentingan tidak etis dalam penyusunannya
Why 3 : Kesejahteraan kurang Anggaran APBN Rendah (BOS tidak normal)
Rekruitmen siswa dan SDM tidak bersih atau transaparan
Tidak ada akses kontrol untuk masyarakat atau pemerhati pendidikan
Why 4 : APBN tidak mencukupi Pajak negara terserap sedikit Ada ketidak
sesuaian penerapan kebijakan Sistem demokrasi anomali yang sarat akan KKN.
Why 5 : Pajak banyak hilang korupsi merajalela (temuan...) Korupsi dan sadar
pendidikan moral rendah Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah. Korupsi dan
sadar pendidikan moral rendah
Atau tampilan deskripsi dapat berupa catatan demikian yang jika diterapkan
dalam fishbone diagram memunculkan gambaran tulang besar dan tulang kecil
ikan. Sebagai berikut:
Sb1-1:
Sb1-2:
Sb1-3:
Sb1-4:
Sb1-5:

Guru/Dosen kurang kompeten/tidak banyak belajar


Guru/Dosen mengajar ditempat lain atau sibuk mencari uang tambahan
Kesejahteraan kurang
APBN tidak mencukupi
Pajak banyak hilang korupsi merajalela (temuan...)

Sb2-1: Siswa input (lulusan sekolah sebelumnya) kurang berkualitas


Sb2-2: Unit pemroses rendah (guru, fasilitas, dll)
Sb2-3: Anggaran APBN Rendah (BOS tidak normal)

Sb2-4: Pajak negara terserap sedikit


Sb2-5: Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah
Sb3-1:
Sb3-2:
Sb3-3:
Sb3-4:
Sb3-5:

Masyarakat kurang peduli kualitas lulusan siswa


Masyarakat sudah menganggap biasa atau terbiasa dengan KKN
Rekruitmen siswa dan SDM tidak bersih atau transaparan
Ada ketidak sesuaian penerapan kebijakan
Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah

Sb4-1:
Sb4-2:
Sb4-3:
Sb4-4:
Sb4-5:

Kurikulum kurang tepat atau salah arah


Ada kepentingan tidak etis dalam penyusunannya
Tidak ada akses kontrol untuk masyarakat atau pemerhati pendidikan
Sistem demokrasi anomali yang sarat akan KKN
Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah

Gambar 2.4 Fishbone Diagram Rendahnya Kualitas SDM Indonesia


Pertimbangkan tentang kejujuran, konseptual yang kuat untuk mewujudkan
jawaban-jawaban, Mengapa? sebanyak lima kali. Oleh sebab itu dianjurkan
untuk melaksanakan Brainstorming dengan kekuatan Tim, jadi lebih dari satu
orang pemikir. Dari contoh tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bahwa akar
masalah adalah masalah perilaku negatif KKN terutama korupsi dan pendidikan
moral yang rendah sehingga untuk meningkatkan kualitas SDM kita adalah
memberantas perilaku KKN terutama korupsi melalui perbaikan pendidikan moral
atau penegakan positif moral apapun caranya (jalur pendidikan maupun
supremasi hukum).
Contoh 2 :
Masalah: Mengapa Siswa SMA Kesulitan Menyerap Pelajaran Kimia ?
Kategori Utama
Sebab 1 (Sb1): Guru

Sebab
Sebab
Sebab
Sebab

2
3
4
5

(Sb2):
(Sb3):
(Sb4):
(Sb5):

Siswa
Masyarakat
Kurikulum
Sarana

Five Why
Why
Guru

Sebab 1
Siswa

Sebab2
Sebab 3
Masyarakat Kurikulum

Sebab 4
Sarana

Sebab 5

Why 1 : Guru kurang kompeten Siswa kuarang antuasias belajar Masyarakat


kurang peduli kualitas jasa pendidikan Membutuhkan banyak praktek dan
referensi Referensi dan praktek kurang memadai.
Why 2 : Fasilitas pendidikan dan pelatihan kurang Teacher center dan
pembelajaran sering konvensional Masyarakat hanya sekedar berpifikir tentang
lulus dan tidak lulus Tujuan kurikulum banyak Buku, Alat dan bahan kurang
memadai.
Why 3 : Tidak ada waktu dana pendukung Kurangnya referensi atau buku sumber
dan praktek Terlalu percaya pada sekolah Materi yang harus disampaikan banyak
Keterbatasan Dana
Why 4 : Pendanaan dari pribadi, pemerintah dan komite sekolah kurang lancar
Kurangnya fasilitas Membatasi diri hanya berpikir tentang kelangsungan
pendidikan siswa (ekonomi) Tuntutan kelulusan untuk melanjutkan kuliah
Keterbatasan bantuan dari pemerintah maupun komite sekolah
Why 5 : Alokasi dana pemerintah dan siswa terbatas. Alokasi dana pemerintah
dan siswa terbatas. Angapan ekonomi lebih utama untuk kehidupan dibanding
lainnya.
Perbaikan pendidikan untuk perbaikan ekonomi. Alokasi dana pemerintah dan
siswa terbatas
Atau tampilan deskripsi dapat berupa catatan demikian yang jika diterapkan
dalam fishbone diagram memunculkan gambaran tulang besar dan tulang kecil
ikan. Sebagai berikut:
Sb1-1: Guru kurang kompeten
Sb1-2: Fasilitas pendidikan dan pelatihan kurang
Sb1-3: Tidak ada waktu dan cana dukungan
Sb1-4: Pendanaan pribadi, pemerintah dan komite sekolah kurang
Sb1-5: Alokasi dana pemerintah dan siswa terbatas
Sb2-1: Siswa kurang antusias belajar
Sb2-2: Teacher center
Sb2-3: Kurangnya referensi atau buku sumber dan praktek
Sb2-4: Kurangnya fasilitas

Sb2-5: Alokasi dana pemerintah dan siswa terbatas


Sb3-1: Masyarakat kurang peduli kualitas jasa pendidikan
Sb3-2: Masyarakat hanya berpikir tentang lulus dan tidak lulus
Sb3-3: Terlalu percaya pada sekolah
Sb3-4: Membatasi diri berpikir tentang kelangsungan perekonomian
Sb3-5: Ekonomi lebih untuk kehidupan (sekolah pun untuk perbaikan ekonomi)
Sb4-1: Membutuhkan banyak praktek dan referensi
Sb4-2: Indikator atau tujuan terlalu luas dan banyak
Sb4-3: Materi yang harus disampaikan banyak
Sb4-4: Tuntutan lulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi
Sb4-5: Perbaikan pendidikan untuk jenjang yang lebih tinggi.
Sb5-1: Referensi dan praktek kurang memadai
Sb5-2: Alat dan bahan serta buku sumber kurang memadai
Sb5-3: Keterbatasan dana
Sb5-4: Keterbatasan bantuan dana dari pemerintah dan komite sekolah
Sb5-5: Alokasi dana dari pemerintah dan siswa terbatas

Gambar 2.5 Fishbone Diagram Rendahnya Daya Serap Siswa SMA Terhadap
Pelajaran Kimia
Dari contoh tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bahwa akar masalah adalah
keterbatasan pendanaan baik dari pemerintah maupun komite sekolah untuk
menunjang proses belajar baik tingkat profesional/komptensi guru maupun siswa.
Sehingga solusinya adalah penggalangan dana atau
pengalokasian/pendistribusian dana yang diterima sekolah untuk menutupi
kekurangan tersebut. Konteks tersebut di atas tidak mutlak, artinya hasil analisis
akar maasalah bergantung pada individu/Tim melaksanakan Brainstorming.
Bahkan kajian seperti di atas (kesulitan belajar) bisa dipersempit skupnya dalam

konteks materi, metode mengajar, media, guru, siswa, dll, bergantung pada
sudut pandang Tim analisis akar masalah.
Dari contoh 1 dan 2 nampak sekali bagaimana analisis akar masalah sangat
membantu dalam merencanakan tindak lanjut atau tindakan pemecahan
masalah. Dimana outcome-nya adalah dapat dalam bentuk perubahan atau
perbaikan bahkan inovasi baik discovery maupun invention. Setidaknya hal ini
membantu mahasiswa dalam upaya membuat inovasi melalui jalur skripsi atau
thesis, untuk guru membantu dalam memperlancar penilitian tindakan kelas.
Selain itu lembaga pendidikan baik pusat maupun daerah serta sekolah itu sendiri
sebagai wujud organisasi dimana di dalamnya terjadi proses manajemen sudah
selayaknya berinovasi yang berbasis pada 6 prinsip inovasi untuk lebih bermakna
setidaknya dapat menjauhi untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan pendidikan
yang tidak bijaksana.
Perubahan zaman sekarang menjadikan perubahan dunia pendidikan yang semakin
kompleks permasalahannya dimana pendidikan sebagai sebuah sistem
mangghasilkan permasalahan dari subsistem-subsistem pendukungnya dari mulai
tatanan kebijakan hingga empris praktis, baik dari level makro hingga mikro. Hal ini
mampu mengaburkan inti permasalahan sehingga diperlukan analisis akar masalah
untuk menghasilkan tindakan korektif, pembaharuan bahkan inovasi baik discovery
maupun invention.
Root Causes Analysis melalui perangkat Fishbone Diagram (Diagram Ishikawa).
Membantu inovator untuk menginventarisir, menghindari keragaman masalah dan
menemukan akar masalah untuk berinovasi, sehingga inovasi itu sendiri manifull
(sangat bermakna).
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2010. Manajemen dan Kepemimpinan Ytransformasional Kekepala
Sekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.
,. 2010. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas Penerapan Konsep-Konsep Kualitas
Dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Harsono, Ari. 2008. Metode Analisis Akar Masalah dan Solusi. MAKARA, SOSIAL
HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81
Kusmana, Suherli. 2010. Manajemen Inovasi Pendidikan, Ciamis: PascasarjanaUnigal
Press.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosda.
Suud, Udin Syaefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai