Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UJIAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

BEDAH MULUT

Disusun Oleh :
ERDANANDA HARYOSUWANDITO
14/373979/PKG/0941

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Analisa akar masalah dengan Why Why Analysis

Why why analysis (analisa kenapa kenapa) adalah suatu metode yang digunakan
dalam root cause analysis dalam rangka untuk problem solving yaitu mencari akar suatu
masalah atau penyebab dari defect supaya sampai ke akar penyebab masalah. Istilah lain dari
why why analysis adalah 5 whys analysis. Metode yang digunakan oleh why why analysis
adalah dengan menggunakan iterasi yaitu pertanyaan MENGAPA yang diulang beberapa kali
sampai menemukan akar masalahnya.
Terkadang untuk sampai pada akar masalah bisa pada pertanyaan kelima atau bahkan
bisa lebih atau juga bisa bahkan kurang tergantung dari tipe masalahnya. Metoda root cause
analysis ini cukup mudah dan bisa sampai pada akar masalahnya, bukan hanya di permukaan
saja. Dan mencegah masalah tersebut terulang lagi.
Tahapan umum saat melakukan root cause analysis dengan why why analysis:
1. Menentukan masalahnya dan area masalahnya
2. Mengumpulkan team untuk brainstorming sehingga kita bisa memiliki berbagai
pandangan, pengetahuan, pengalaman, dan pendekatan yang berbeda terhadap
masalah
3. Melakukan gemba (turun ke lapangan) untuk melihat actual tempat, actual object, dan
actual data
4. Mulai bertanya menggunakan why why
5. Setelah sampai pada akar masalah, ujilah setiap jawaban dari yang terbawah apakah
jawaban tersebut akan berdampak pada akibat di level atasnya. Contoh: apakah kalau
ada jadwal rutin maintenance maka akan mudah buat maintenance untuk melakukan
penggantian komponen secara rutin. Apakah hal tersebut paling masuk akal dalam
menyebabkan dampak di level atasnya. Apakah ada alternatif kemungkinan penyebab
lainnya?
6. Pada umumnya solusi tidak mengarah pada menyalahkan ke orang tapi bagaimana
cara melakukan perbaikan sistem atau prosedur

7. Jika akar penyebab sudah diketahui maka segera implementasikan solusinya

Analisa akar masalah dengan Fishbone Diagram


Diagram Tulang Ikan atau Fishbone diagram sering pula disebut Ishikawa diagram
sehubungan dengan perangkat diagram sebab akibat ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof.
Kaoru Ishikawa dari Jepang.Diagram sebab akibat ini merupakan pendekatan terstruktur
yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebabpenyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada. Selanjutnya
diungkapkan bahwa diagram ini bisa digunakan dalam situasi: 1) terdapat pertemuan diskusi
dengan menggunakan brainstorming untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi,
2) diperlukan analisis lebih terperinci terhadap suatu masalah, dan 3) terdapat kesulitan untuk
memisahkan penyebab dan akibat.
Berikut langkah-langkah penggunaan diagramFishbone.
1. Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan diungkapkan masalah itu sebagai
suatu pertanyaan masalah (problem question).
2. Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik
brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide berkaitan dengan
masalah yang sedang dihadapi.
3. Gambarkan diagram dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi kanan (membentuk
kepala ikan) dan kategori utama seperti: material, metode, manusia, mesin, pengukuran
dan lingkungan ditempatkan pada cabang-cabang utama (membentuk tulang-tulang besar
dari ikan). Kategori utama ini bisa diubah sesuai dengan kebutuhan.
4. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan menempatkan pada
cabang yang sesusai.
5. Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan mengapa? untuk menemukan akar
penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab masalah itu pada cabang-cabang yang
sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan). Untuk

menemukan akar penyebab, kita adapat menggunakan teknik bertanya mengapa lima kali
(Five Why).
6. Interpretasikan diagram sebab akibat itu dengan melihat penyebab-penyebab yang muncul
secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab itu.
Selanjutnya fokuskan perhatian pada penyebab yang dipilih melalui konsensus itu.
7. Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat itu dengan cara
mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta memonitor hasil-hasil
untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu efektif karena telah
menghilangkan akar penyebab dari masalah yang dihadapi.

Gambar 1. Fishbone Diagram (Gasversz, 1997:113)


Pertanyaan Why? Bercabang hingga mencapai lima yang menggambarkan sub tulang
ikan itu sendiri. Dimana kategori utama Manusia, Pengukuran, Metode, Materia, Mesin dan
Lingkungan dapat diganti sesuai kebutuhan misalkan, dalam konteks permasalahan
penurunan kualitas lulusan bisa diganti dengan: Sarana Belajar, Orang tua, Teman Sekolah,

Kurikulum, Guru, Kepala Sekolah, Lingkungan Belajar, dll.


Implementasi Fishbone Diagram dalam Merencanakan Inovasi Pendidikan
1. Merencanakan Inovasi Pendidikan
Berdasarkan pada 6 prinsip dasar inovasi pendidikan maka setidaknya kita tidak akan
semena-mena dalam merencanakan inovasi. Kembali ketitik awal bahwasanya proses inovasi
dapat bermula dari munculnya kesenjangan (GAP), ketidaksesuaian sehingga diperlukan
pembaharuan, perubahan atau tindakan korektif atau kebijakan baru yang sifatnya inovatif,
meskipun setiap perubahan belum berarti inovasi namun setiap inovasi meski di dalamnya
adalah perubahan. Singkatnya langkah langkah secara global sebagai berikut di bawah ini:
2. Dokumentasi gap atau kesenjangan dan ketidaksesuaian (proses).
Baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hingga terbentuk prosses flowchart.
3. Identifikasi kebutuhan (demand) pelanggan dalam hal ini pengguna jasa pendidikan.
4. Menganalisis gap dan kesenjangan dan ketidaksesuaian (analisa proses) tersebut.
5. Pengembangan tindakan korektif (root causes analysis)
6. Implementasi inovasi.
7. Validasi
Tahapan tersebut di atas menunjukkan bahwa root causes analysis memegang peranan
penting dalam menentukan kebijakan selanjutnya (korektif/pembaharuan/inovasi).
Gejolak, Penomena, Gap, Ketidak sesuian yang terjadi dalam proses pendidikan atau
berbagai permasalahan yang aktual baik teoritis maupun paraktis, baik dalam tatanan makro
maupun mikro, bahkan skup yang lebih kecil seperti permasalahan di dalam kelas dijadikan
sandaran dalam berinovasi di dunia pendidikan. Namun untuk kebermaknaan suatu inovasi
tetap harus mengusung prinsip-prinsip inovasi itu sendiri. Untuk itu salah satunya, masalah
yang diungkap haruslah terlebih dahulu dinalisis (akar masalah) sehingga inovasi betul-betul
berkenaan dan bermakna (mainfull).
Berikut di bawah ini adalah diagram framework dimana esensi analisis akar masalah
demi mewujudkan inovasi pendidikan yang penuh makna.

Gambar 2. Frame Work Implementasi Fishbone Diagram dalam inovasi Pendidikan

Contoh Analisis Akar Masalah Menggunakan Why Why Analysis dan FishBone
Diagram.
Masalah: Mengapa Residen Bedah Mulut Kesulitan Mengeluarkan Impaksi Caninus?
Five Why
Why

Sebab 1
Konsulen

Sebab 2
Residen

Sebab 3
Fakultas

Sebab 4
Kurikulum

Why 1
Konsulen kurang kompeten mengajari teknik yang benar
Residen kurang antuasias belajar teknik mengeluarkan impaksi caninus
Fakultas kurang peduli kualitas jasa pendidikan
Membutuhkan banyak praktek dan referensi
Referensi dan praktek (sarana) kurang memadai

Why 2
Fasilitas pendidikan dan pelatihan kurang
Teacher center dan pembelajaran sering konvensional
Residen hanya sekedar berfifikir tentang lulus dan tidak lulus
Tujuan kurikulum banyak
Alat dan bahan( sarana) kurang memadai

Why 3
Tidak ada waktu dana pendukung
Kurangnya referensi atau buku sumber dan praktek
Terlalu percaya pada fakultas

Sebab 5
Sarana

Materi yang harus disampaikan banyak


Keterbatasan Dana

Why 4
Pendanaan dari pribadi, pemerintah dan komite fakultas kurang lancar
Kurangnya fasilitas
Membatasi diri hanya berpikir tentang kelangsungan pendidikan residen (ekonomi)
Tuntutan kelulusan
Keterbatasan bantuan dari pemerintah maupun komite fakultas

Why 5
Alokasi dana pemerintah dan residen terbatas.
Angapan ekonomi lebih utama untuk kehidupan dibanding lainnya
Perbaikan pendidikan untuk perbaikan ekonomi.
Alokasi

dana

pemerintah

dan

residen

terbatas

Atau tampilan deskripsi dapat berupa catatan demikian yang jika diterapkan dalam fishbone
diagram memunculkan gambaran tulang besar dan tulang kecil ikan. Sebagai berikut:

Sb1-1: Konsulen kurang kompeten mengajari teknik mengeluarkan impaksi caninus yang
benar
Sb1-2: Fasilitas pendidikan dan pelatihan kurang
Sb1-3: Tidak ada waktu dan dana dukungan
Sb1-4: Pendanaan pribadi, pemerintah dan komite fakultas kurang
Sb1-5: Alokasi dana pemerintah dan residen terbatas
Sb2-1: Residen kurang antusias belajar
Sb2-2: Teacher center

Sb2-3: Kurangnya referensi atau buku sumber dan praktek


Sb2-4: Kurangnya fasilitas
Sb2-5: Alokasi dana pemerintah dan residen terbatas
Sb3-1: Fakultas kurang peduli kualitas jasa pendidikan
Sb3-2: Fakultas hanya berpikir tentang lulus dan tidak lulus
Sb3-3: Terlalu percaya pada fakultas
Sb3-4: Membatasi diri berpikir tentang kelangsungan perekonomian
Sb3-5: Ekonomi lebih untuk kehidupan
Sb4-1: Membutuhkan banyak praktek dan referensi
Sb4-2: Indikator atau tujuan terlalu luas dan banyak
Sb4-3: Materi yang harus disampaikan banyak
Sb4-4: Tuntutan lulusan
Sb4-5: Perbaikan pendidikan untuk jenjang yang lebih tinggi.
Sb5-1: Referensi dan praktek kurang memadai
Sb5-2: Alat dan bahan kurang memadai
Sb5-3: Keterbatasan dana
Sb5-4: Keterbatasan bantuan dana dari pemerintah dan fakultas
Sb5-5: Alokasi dana dari pemerintah dan residen terbatas

Dari contoh kasus di atas, dapat diinterpretasikan bahwa akar masalah adalah keterbatasan
pendanaan baik dari pemerintah maupun fakultas untuk menunjang proses belajar baik
tingkat profesional/komptensi konsulen maupun residen. Sehingga solusinya adalah
penggalangan dana atau pengalokasian/pendistribusian dana yang diterima fakultas untuk
menutupi kekurangan tersebut. Konteks tersebut di atas tidak mutlak, artinya hasil analisis
akar masalah bergantung pada individu/Tim melaksanakan Brainstorming. Bahkan kajian
seperti di atas (kesulitan belajar) bisa dipersempit dalam konteks materi, metode mengajar,
media, konsulen, residen, dll, bergantung pada sudut pandang Tim analisis akar masalah.

Anda mungkin juga menyukai