Anda di halaman 1dari 185

KEMENTERIAN PEKERJAAN

UMUM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


JL. Pattimura 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110 Telp. 021-72796588, Fax. 021-72796588

Jakarta, 10 Mei 2010


Kepada Yang terhormat :
1. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
2. Sekretaris Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
3. Para Kepala Dinas Pekerjaan Umum Seluruh Indonesia
di

Tempat

Perihal :

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2010-2014

SURAT EDARAN
Nomor: 03/SE/DC/2010

Dalam rangka melaksanakan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014, perlu menetapkan Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2010-2014 dengan Surat Edaran Direktur Jenderal
sebagai berikut:
a.

UMUM
Yang dimaksud dengan Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum yang selanjutnya
Cipta Karya adalah dokumen perencanaan
Kementerian Pekerjaan Umum untuk periode 5
2010 sampai dengan tahun 2014.

Direktorat Jenderal Cipta Karya,


disebut Renstra Direktorat Jenderal
Direktorat Jenderal Cipta Karya,
(lima) tahun terhitung sejak tahun

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

b.

ii

DASAR HUKUM
1.

Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Rumah Negara;

2.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;

3.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;

4.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

5.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara;

6.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber


Daya Air;

7.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional;

8.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

9.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang;

10.

Undang-Undang
Persampahan;

11.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

12.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;

13.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

14.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2008 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

15.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional 2010-2014;

Republik

Indonesia

Nomor

18

Tahun

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

2008

tentang

c.

d.

e.

MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


1.

Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum


meliputi uraian tentang Amanat Undang-Undang, Tugas, Fungsi dan
Kewenangan serta Peran Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kondisi dan
Tantangan serta Isu Strategis, Visi dan Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan, Strategi, Program, Kegiatan dan Target
Capaian yang dilengkapi dengan pendanaan, indikator output, outcome dan
Indikator Kinerja Utama (IKU).

2.

Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum


merupakan acuan untuk menyusun Rencana Kerja Direktorat Jenderal Cipta
Karya yang dijabarkan lebih lanjut oleh setiap Direktorat/Satminkal di
lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam penyusunan program 5
(lima) tahun masing-masing Direktorat/Satminkal.

RUANG LINGKUP
1.

Program, kegiatan, dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di dalam


Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum harus
dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran program per wilayah (kota/
kabupaten/provinsi) sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah-nya dan mengacu
kepada Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) setiap
kota/kabupaten/provinsi.

2.

Perwujudan program, kegiatan, dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di


dalam Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
ini akan dicapai melalui pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah,
dunia usaha, dan masyarakat.

PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN


Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktur Bina Program, Direktur
Pengembangan Permukiman, Direktur Pengembangan Air Minum, Direktur
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktur Penataan Bangunan
dan Lingkungan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Renstra Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

iii

Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat ditindaklanjuti yang menjadi acuan untuk
menyusun Rencana Kerja Direktorat Jenderal Cipta Karya yang dijabarkan lebih lanjut oleh
setiap Direktorat/Satminkal di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam penyusunan
program 5 (lima) tahun masing-masing Direktorat/Satminkal

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Mei 2010
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM,

BUDI YUWONO P.
Tembusan disampaikan kepada yth:
1.
Menteri Pekerjaan Umum (sebagai laporan);
2.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum;
3.
Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum;

iv

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Kata Pengantar
Direktur Jenderal Cipta Karya
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014 yang tercantum dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2010 maka perlu disusun Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014. Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 dibuat
dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tanggal 29 Januari 2010.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 ini memuat
arahan mandat Undang-Undang, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Visi, Misi dan Tujuan
Direktorat Jenderal Cipta Karya, serta Rincian Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Cipta
Karya tahun 2010-2014. Selanjutnya Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun
2010-2014 dapat menjadi acuan bagi setiap Satminkal/Direktorat di lingkungan Direktorat
Jenderal Cipta Karya dalam menyusun Program dan Kegiatan setiap tahun mulai tahun 2010
hingga tahun 2014.
Semoga buku ini bermanfaat sebagai acuan dalam Penyusunan Program, Rencana
Kerja serta Anggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya mulai tahun 2010, 2011, 2012, 2013
sampai dengan tahun 2014.
Jakarta,
Mei 2010
Direktur Jenderal Cipta Karya

Budi Yuwono P.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Daftar Isi
Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya .......................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................................ v
Daftar Isi .................................................................................................................. vi
Daftar Tabel .............................................................................................................. viii
Daftar Gambar .......................................................................................................... viii
Daftar Lampiran ......................................................................................................... ix
Bab 1

PENDAHULUAN ....................................................................................... 1-1


1.1

Umum ................................................................................................... 1-1

1.2

Mandat Tugas, Fungsi dan Kewenangan .................................................. 1-2

1.3

Peran Infrastruktur Permukiman ............................................................. 1-6

Bab 2

ISU STRATEGIS ...................................................................................... 2-1

Bab 3

KONDISI UMUM PENCAPAIAN, PERMASALAHAN


DAN TANTANGAN ................................................................................... 3-1
3.1

Kondisi
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4

Umum Pencapaian ...................................................................... 3-1


Pengembangan Permukiman....................................................... 3-1
Penataan Bangunan dan Lingkungan ........................................... 3-6
Penyehatan Lingkungan Permukiman .......................................... 3-8
Pengembangan Air Minum ........................................................ 3-13

3.2

Permasalahan Umum ........................................................................... 3-21

3.3

Permasalahan Per Sektor ...................................................................... 3-22

3.4

Tantangan ........................................................................................... 3-27

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

vi

Bab 4

Bab 5

Bab 6

Bab 7

vii

VISI, MISI DAN TUJUAN PENGEMBANGAN


INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN............................................................ 4-1
4.1

Visi dan Misi .......................................................................................... 4-1

4.2

Tujuan .................................................................................................. 4-3

4.3

Sasaran ................................................................................................. 4-4

4.4

Indikator Kinerja Utama (IKU) .............................................................. 4-14

ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI ..................................................... 5-1


5.1

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan


Perkotaan .............................................................................................. 5-1

5.2

Kebijakan dan Strategi Sektor ................................................................. 5-3


5.2.1
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum ................................................................ 5-3
5.2.2
Kebijakan dan Strategi Nsional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan .......................................................... 5-5
5.2.3
Kebijakan dan Strategi Nsional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman ........................................... 5-7

5.3

Kebijakan dan Strategi Pembiayaan....................................................... 5-10

5.4

Kebijakan dan Strategi Keterpaduan Penanganan


Infrastruktur Permukiman ..................................................................... 5-15

PROGRAM DAN KEGIATAN ..................................................................... 6-1


6.1

Program dan Kegiatan 2010-2014 ........................................................... 6-1

6.2

Pendanaan Cipta Karya 2010-2014 .......................................................... 6-9

P E N U T U P ..................................................................................... 7-1

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Daftar Tabel
Tabel 3.1 : Kondisi Pencapaian Pembangunan Infrastruktur Permukiman 2005 2009 ..... 3-17
Tabel 5.2 : Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010-2016 ....................................... 5-12
Tabel 5.3 : Usulan Kegiatan PHLN 2010-2014 ............................................................... 5-13
Tabel 6.1 : Rekapitulasi Ditjen Cipta Karya ................................................................... 6-10
Tabel 6.2 : Sub Bidang Pengembangan Permukiman ..................................................... 6-10
Tabel 6.3 : Sub Bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan ............................ 6-11
Tabel 6.4 : Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ........................................ 6-12
Tabel 6.5 : Sub Bidang Pengembangan Air Minum ........................................................ 6-12
Tabel 6.6 : Sekretariat Direktorat Jenderal.................................................................... 6-13
Tabel 6.7 : Direktorat Bina Program ............................................................................. 6-13
Tabel 6.8 : Matrik Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014 ............ 6-14

Daftar Gambar
Diagram 5.1 Kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah ......................... 5-17

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

viii

Daftar Lampiran

ix

Lampiran-1 :

Matrik Arahan RPJP Nasional 2005-2025 Dalam Penyusunan RPJMN


Bidang Cipta Karya 2010-2014

Lampiran-2 :

Matrik Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya

Lampiran-3 :

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang


Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014

Lampiran-4:

Daftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam


Penyediaan Infrastrutkur

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Rencana

Ba b 1
PENDAHULUAN

1.1 UMUM
Sejalan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan juga
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014, maka penyusunan
Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran dari kedua dokumen
tersebut diatas.
Dokumen Renstra Ditjen. Cipta Karya 2010-2014, akan memuat isu strategis,
kondisi pencapaian hingga tahun 2014, pemasalahan dan tantangan infrastruktur
permukiman, visi, misi dan tujuan, kebijakan dan strategi serta program dan
kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai
Satminkal di Kementerian Pekerjaan Umum dalam upaya pencapaian RPJM Nasional.
Susunan Renstra Ditjen. Cipta Karya 2010-2014 dimulai dengan pemaparan
tentang kondisi dan tantangan penyelenggaraan bidang Cipta Karya; visi, misi,
tujuan dan sasaran pembangunan Cipta Karya; strategi penyelenggaraan Cipta
Karya; serta program dan kegiatan.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

1-1

1.2 MANDAT TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN


Pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya dilaksanakan dengan
memperhatikan mandat yang tercantum dalam perangkat peraturan sebagai berikut:

1-2

1.

UU No. 72 Tahun 1957 tentang penjualan rumah-rumah negeri kepada pegawai


negeri yaitu untuk mengatur penjualan rumah-rumah negeri beserta tanahnya.

2.

UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun yang bertujuan untuk mengatur:
(i) pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama
golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian
hukum dalam pemanfaatannya; (ii) meningkatkan daya guna dan hasil guna
tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya
alam dan menciptakan lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan
seimbang; (iii) memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna
bagi kehidupan masyarakat.

3.

UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman yang bertujuan


menata dan mengelola perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan
dan perdesaan agar lebih terpadu dan terkoordinasi.

4.

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang bertujuan untuk


mewujudkan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan,
yang diwujudkan dengan adanya: (i) keharmonisan antara lingkungan alam
dan lingkungan buatan; (ii) keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia serta;
(iii) terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5.

UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang bertujuan untuk
mengatur pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup yang bertujuan untuk mewujudkan kemanfaatan
sumber daya air yang berkelanjutan.

6.

UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang bertujuan untuk


mengatur pengelolaan persampahan agar dapat menjamin peningkatan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
menjadi sumber daya (resources).

7.

PP No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum yang bertujuan
untuk: (i) mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas
dengan harga terjangkau; (ii) tercapainya kepentingan yang seimbang antara
konsumen dan penyedia jasa layanan, dan; (iii) tercapainya peningkatan
efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

8.

PP No 35 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung yang


bertujuan mengatur ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung, penyelenggaran bangunan gedung, peran masyarakat dan
pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

9.

PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional


(RTRWN) bertujuan sebagai pedoman dalam: (i) penyusunan rencana
pembangunan jangka panjang nasional; (ii) penyusunan rencana pembangunan
jangka menengah nasional; (iii) pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah nasional; (iv) perwujudan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta
keserasian antarsektor; (v) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
(vi) penataan ruang kawasan strategis nasional, dan; (vii) penataan ruang
wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

1-3

10.

Permen PU No. 494/PRT/M/2005 tentang KSNP-Kota yang bertujuan sebagai


pedoman untuk penyiapan pengaturan dan rencana pengembangan perkotaan
baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan kondisi dan potensi
setempat.

11.

Permen PU No. 20/PRT/M/2006 tentang KSNP-SPAM yang bertujuan sebagai


pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan pengembangan sistem
penyediaan air minum berkualitas, baik di tingkat pusat, maupun daerah sesuai
dengan kondisi daerah setempat.

12.

Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang KSNP-SPP (Sistem Pengelolaan


Persampahan) yang bertujuan sebagai pedoman untuk pengaturan,
penyelenggaraan, dan pengembangan sistem pengelolaan persampahan
yang ramah lingkungan, baik di tingkat pusat, maupun daerah sesuai
dengan kondisi daerah setempat.

13.

Permen PU No 16//PRT/M/2008 tentang KSNP-SPALP (Sistem Pengelolaan Air


Limbah Permukiman) bertujuan sebagai pedoman dan arahan dalam
penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrograman, pelaksanaan, dan
pengelolaan dalam penyelenggaraan dan pengembangan sistem pengelolaan
air limbah permukiman, baik bagi pemerintah pusat, maupun daerah, dunia
usaha, swasta, dan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.

Selain undang-undang tersebut di atas yang mengatur tugas dan fungsi Ditjen.
Cipta Karya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, telah diatur tugas dan kewenangan Ditjen.
Cipta Karya.
Kewenangan dalam aspek pembangunan di bidang Cipta Karya, pada
prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan di bidang ini

1-4

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

merupakan tanggung-jawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan


juga dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah Pusat melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat
concurrent atas permintaan daerah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan
nasional dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008
tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis bidang Cipta Karya. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan fungsi yaitu:
a) penyusunan kebijakan, program dan anggaran, serta evaluasi kinerja
pembangunan bidang Cipta Karya; b) pembinaan teknis dan penyusunan norma,
standar, pedoman dan manual (NSPM) untuk air minum, air limbah, persampahan,
drainase, terminal, pasar, dan fasos-fasum lainnya; c) fasilitasi pembangunan dan
pengelolaan infrastruktur permukiman perkotaan dan perdesaan; d) pengembangan
sistem pembiayaan dan pola investasi air minum dan sanitasi melalui kerjasama
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, serta standardisasi bidang perumahan, air
minum, penyehatan lingkungan permukiman, dan tata bangunan; e) penyediaan
infrastruktur pekerjaan umum bagi pengembangan kawasan perumahan rakyat;
f) fasilitasi pembangunan rumah susun dalam rangka peremajaan kawasan;
g) penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan kumuh/nelayan, perdesaan,
daerah perbatasan, kawasan terpencil, dan pulau-pulau kecil; h) penyediaan air
minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan air; i) pembinaan teknis dan
pengawasan pembangunan bangunan gedung, dan pengelolaan bangunan gedung
dan rumah negara; j) penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan
infrastruktur permukiman akibat bencana alam dan kerusuhan sosial; dan
k) pelaksanaan urusan administrasi Direktorat Jenderal.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

1-5

1.3 PERAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN


Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman)
mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat
dan kualitas lingkungan, karena semenjak tahap konstruksi telah dapat
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan
sektor riil. Sementara pada masa layanan, berbagai multiplier ekonomi
dapat dibangkitkan melalui kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan
infrastruktur. Infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) yang telah
terbangun tersebut pada akhirnya juga memperbaiki kualitas permukiman.
Dengan demikian, pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
(Permukiman) pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga)
strategic goals yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan
desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi
pertumbuhan ekonomi lokal; b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan
kerja; c) meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk
mengurangi luas kawasan kumuh, meningkatkan kualitas penyelenggaraan
penataan kawasan permukiman dan meningkatkan pelayanan infrastruktur
permukiman.
Untuk mewujudkan tiga strategic goal di atas tugas pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) diwujudkan dengan dua
pendekatan:
i) pendekatan skala kabupaten kota melalui tugas
pengaturan,
pembinaan dan pengawasan bidang
permukiman;
ii) pendekatan skala kawasan melalui tugas pembangunan infrastruktur
bidang permukiman.

1-6

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Ba b 2
ISU STRATEGIS

Isu Strategis Pembangunan Bidang Cipta Karya 2010-2014 meliputi isu-isu


baru dan penting yang diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi
pelayanan prasarana dan sarana permukiman bidang Cipta Karya pada kurun waktu
lima tahun mendatang, yaitu meliputi:
a.

Proporsi penduduk perkotaan yang bertambah

Saat ini arus urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam.
Proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 persen pada tahun
1995 menjadi 48,3 persen pada 2005. Diperkirakan tren yang berkembang akan
terus terjadi sehingga sebelum tahun 2010 jumlah penduduk perkotaan secara
nasional telah melampaui jumlah penduduk perdesaan, dan diperkirakan pada tahun
2025 nanti 68,3 persen penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan.
Fenomena ini bisa kita sikapi melalui dua pendekatan, yaitu sebagai sinyalemen
berkembangnya aktivitas di perkotaan yang tentunya merupakan indikasi bangkitnya
perekonomian negara. Tetapi di sisi lain, hal ini juga mengindikasikan kuatnya
pengaruh kota, sehingga dapat menimbulkan kesenjangan wilayah yang tidak
konstruktif antara kota besar-kota menengah atau antara kota-desa. Proses

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

2-1

urbanisasi yang terjadi saat ini lebih banyak didorong oleh terbatasnya lapangan
kerja di daerah perdesaan.
b.

Angka kemiskinan perkotaan yang masih tinggi.

Urbanisasi yang tinggi seringkali diikuti oleh meningkatnya angka kemiskinan di


Indonesia, akibat ketiadaan lapangan pekerjaan, tingginya standar kehidupan di
perkotaan dan lain sebagainya. Di tahun 2006 angka kemiskinan di kawasan
perkotaan naik menjadi 14,29 juta jiwa dari sebelumnya sebesar 12,4 juta jiwa
penduduk pada tahun 2005. Jumlah penduduk miskin yang besar dapat berakibat
pada meluasnya kawasan kumuh di perkotaan yang berujung pada ketidakmampuan
pemerintah kota menuju kota yang layak huni. Saat ini sekitar 18% atau 21,25 juta
jiwa penduduk Indonesia tinggal di kawasan kumuh yang terletak di kawasan
perkotaan dengan luas mencapai sekitar 42.500 Hektar. Data BPS menunjukkan
bahwa sekitar 14 % dari total perumahan di Indonesia merupakan kawasan kumuh
perkotaan, yang rata-rata terletak di bantaran sungai dan tepi pantai.
Hal ini menjadi perhatian utama dalam rangka pencapaian MDG tujuan ke tujuh
yaitu memastikan keberlanjutan lingkungan hidup dan sasaran ke 11; Mencapai
perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh
pada tahun 2020. Kenyataannya rata-rata kawasan kumuh terletak di perkotaan,
maka oleh karena itu Pemerintah menaruh perhatian besar pada penanganan
kawasan kumuh di kawasan perkotaan.
c.

Kota Sebagai Engine of Growth

Perkembangan ekonomi perkotaan terkait dengan perkembangan ekonomi


nasional dan juga sebaliknya. Dalam studi yang dilakukan Bappenas di tahun 2003
dikemukakan peranan perkotaan yang sangat signifikan sebagai penghela
pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya peranan kota-kota besar dengan jumlah

2-2

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

penduduk di atas 700 ribu dan kota menengah dengan jumlah penduduk antara 200
ribu dan 700 ribu. Kota-kota besar dan menengah yang berjumlah 37 kota, atau 9%
dari total jumlah daerah, mempunyai sumbangan 40% dari total Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional. Sedangkan bila dipisahkan kota-kota besar saja, yang hanya
berjumlah 14 kota saja, atau hanya 3,4% dari total jumlah daerah, mampu
menyumbang 30% dari total PDB nasional. Berdasarkan data-data di atas sudah
sangat jelas bahwa kota merupakan motor dari pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh
karena itu, ketika terjadi krisis ekonomi, kota sebagai back bone dari kerangka
ekonomi nasional juga mengalami kontraksi yang parah.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

2-3

d.

Desentralisasi

Era desentralisasi yang berjalan membawa dampak yang teramat besar bagi
perkembangan perkotaan di Indonesia. Perubahan ini terlihat pada beberapa kota
yang perkembangannya bergerak menjadi lebih besar. Perkembangan ini
dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan internal dan eksternal kota. Persebaran
kota di Indonesia saat ini lebih banyak terpusat di Pulau Jawa, dengan 32 dari 91
kota administratif berada di pulau Jawa. Angka ini bisa bertambah apabila kita
mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan kawasan perkotaan
terletak di wilayah administratif Kabupaten. Pembangunan perkotaan yang pada
awalnya dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah Pusat berubah. Saat ini Pemerintah
Daerah memegang peranan utama dalam mengarahkan pembangunan perkotaan.
Implikasi dari ini, strategi pembangunan perkotaan yang skala nasional tidak bisa
serta merta diimplementasikan ke daerah. Pola pembangunan perkotaan saat ini
tentunya menekankan kepada optimalisasi sumber daya lokal yang kompetitif. Di
satu sisi, Desentralisasi berhasil membawa Pemerintah Daerah dalam nuansa
kompetisi yang kondusif untuk mendorong pembangunan perkotaan di masingmasing daerah. Akan tetapi di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidak
terencana justru membahayakan daya dukung kota, terutama di Kota Besar dan
Metropolitan.
e.

Kerusakan Lingkungan Hidup

Kerusakan lingkungan hidup perkotaan berkaitan dengan meningkatnya


penggunaan ruang dan sumber daya alam di permukaan, di bawah dan di atas tanah
kawasan perkotaan yang tidak terkendali. Misalnya, penggunaan air tanah yang
sudah berlebihan menyebabkan sulitnya masyarakat memperoleh air bersih,
sementara penyediaan air bersih oleh PDAM belum dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat perkotaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh masing-masing rumah
tangga sekarang sudah ini mengharuskan pemasangan pipa penyedot sampai

2-4

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

puluhan meter di bawah tanah, hal tersebut terasa sulit terutama di lingkungan
perumahan padat penduduk seperti kawasan perumnas dan BTN, yang kavling
tanahnya kecil-kecil. Demikian pula dengan masalah lalu-lintas di kawasan perkotaan
yang belum dapat tertangani dengan baik, sehingga kemacetan lalu-lintas dan
kecelakaan lalu-lintas sudah menjadi pemandangan umum sehari-hari. Persoalan
tersebut merupakan bagian dari persoalan pemborosan potensi kemampuan
Pemerintah Daerah dalam pembangunan perkotaan. Fakta lain yang cukup menonjol
yang sedang terjadi sekarang ini adalah adanya kota-kota baru dari semula berupa
pusat-pusat permukiman transmigrasi. Kecenderungan ini tentunya akan memakan
anggaran pembangunan, yang mungkin saja tidak sebesar biaya yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kapasitas pelayanan perkotaan yang sudah ada, selain
berpotensi merusak keasrian lingkungan hidup.
f.

Daya Saing Kota dan Demokratisasi

Di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus bersaing
dengan kota di dalam negeri semata, persaingan terjadi dengan kota-kota di skala
Asia bahkan dunia. Bentuk persaingan pun bergeser dari yang sebelumnya berkutat
pada comparative advantage menuju ke era competitive advantage. Di masa lalu,
daya saing sebuah kota ditentukan oleh jumlah tenaga kerja (sumber daya manusia)
dan sumber daya alam yang dimiliki. Saat ini variabel bertambah menjadi tingkat
kelayakhunian kota yang direpresentasikan dalam infrastruktur pendukung dan
pelayanan perkotaan.
Sebuah kota harus mampu berlomba-lomba menunjukkan tidak hanya sebagai
sebuah kota yang layak huni akan tetapi sebuah kota yang mampu mengedepankan
nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kesehariannya. Nilai-nilai demokrasi harus
mampu diterjemahkan oleh masing-masing kota. Hal-hal inilah yang kemudian
memberikan nilai tambah dan daya saing bagi sebuah kota untuk menarik investasi
dari luar.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

2-5

g.

Konteks Kota Berkelanjutan

Dilihat dari aspek equity dapat dikatakan kondisi


perkotaan di Indonesia masih cenderung pada kondisi
in-equity. Kota-kota baru dengan pelayanan yang luar
biasa, dengan kualitas yang baik, namun di lain pihak
masyarakat miskin harus membayar lebih dalam
memperoleh pelayanan perkotaan. Aspek budaya, dalam
konteks diversity, perlu menjadi pertimbangan dalam
pembangunan. Diversity masyarakat perkotaan yang
tinggi harus dapat diakomodasi oleh pelayanan
perkotaan. Urban heritage saat ini masih dapat
dikategorikan belum concern terhadap bangunan
bersejarah. Ekologi (dalam kualitas lingkungan yang
perlu dipertahankan) dan ekonomi kota diharapkan
dapat bertumbuh dan berkembang, dengan daya beli
masyarakat yang cukup dalam memenuhi kehidupan
yang layak.
h.

Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan tantangan bagi kita,


dan memang tidak hanya sekarang, namun ini perlu
diperhitungkan
secara
cermat
dalam
konteks
pembangunan perkotaan. Dampak perubahan iklim
dengan intensitas hujan yang meningkat, dan
meningkatnya permukaan air laut, dapat menyebabkan
permasalahan tersendiri. Peran infrastruktur menjadi
penting dalam mitigasi perubahan iklim.

2-6

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

i.

Perwujudan RTH 30%

Upaya perwujudan RTH sebesar 30% merupakan tantangan besar, komposisi


30% memang merupakan kebijakan yang kondusif bagi lingkungan, namun di lain
pihak dianggap merupakan permasalahan yang signifikan dalam menyelenggarakan
pembangunan perkotaan. Ini merupakan salah satu tantangan dari perundangan
yang menjadi masalah dalam tataran implementasi.
j.

Modal Sosial

Dalam konteks pembangunan perkotaan saat ini yang menjadi masalah bukan
pada modal finansial, namun perlu dilihat pada tataran modal sosial. Apapun yang
kita lakukan, apabila aspek modal sosial tidak diperhitungkan, maka investasi yang
dilakukan tidak mendorong peningkatan kesejahteraan.

k.

Happiness Index

Tujuan pembangunan harus ditambahkan dengan overall human system well


being dengan eco system well being. Hal yang tidak dapat dielakkan adalah
pembangunan terintegrasi yang mampu mengintegrasikan human system,
ekosistem, yang bermuara pada human-eco happiness. Oleh karena itu dibutuhkan
koordinasi yang kuat antar instansi pemerintah, agar mampu meningkatkan
efektivitas pembangunan dalam mendorong peningkatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan masyarakat dalam merasakan dan menikmati hasil pembangunan
yang dilakukan. Pelaksanaan pembangunan harus melihat peningkatan human
system, eco system dan human-eco happiness, yang diukur dengan happiness Index.
l.

Branding dan Area Identity

Direktorat Jenderal Cipta Karya harus mampu mendorong branding dan area
identity dari sebuah kota dan wilayah. Indonesia yang mempunyai multiple culture

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

2-7

diversity yang perlu dioptimalkan pada tataran ekonomi. Sumberdaya alam, invovasi,
fasionable, local value with modern spirit perlu diintegrasikan dalam ekonomi kreatif
yang mampu mendorong daya saing kota-kota.
m.

Participatory Development

Pendekatan participatory development, jangan hanya diartikan dengan self


helped, dan untuk itu perlu didukung dengan adanya tenaga pendamping yang
mendorong dan memberdayakan masyarakat. Proses pembangunan seringkali tidak
mengedepankan local wisdom, sehingga tidak mengakomodasikan budaya lokal.
n.

Pengembangan Enterpreneurship
Secara umum ada tiga tipe pemberian pemerintah kepada masyarakat:

Charity, dengan memberikan one shot giving dan cenderung kurang


mendidik;

Philantropy, dianggarkan tiap tahun dan dilakukan secara terus menerus;

Social entrepreneurship, bagaimana pemerintah membangun, dan


masyarakat kemudian mampu memelihara dan mengembangkan secara
mandiri. Isu keberlanjutan yang menjadi penting, dan mengedepankan
keberlanjutan hasil pembangunan.

Direktorat
Jenderal
Cipta
Karya
diharapkan
mampu
untuk
mengimplementasikan succesfull entrepreneurship yaitu dengan: i) Merubah dengan
cara yang baik (change friendly), dengan mendorong masyarakat untuk berubah
tanpa menimbulkan konflik; ii) Berorientasi pada kesempatan (opportunity oriented);
iii) Inovatif; iv) Banyak Akal; v) Menciptakan nilai baru.

2-8

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

o.

Pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Pengembangan Nilai Tambah

Dalam menjawab tantangan ke depan, kita harus mampu mempertahankan


cultural expression yang mampu mendorong berkembangnya ekonomi kreatif yang
menjadi daya saing bangsa. Oleh karena itu kedepan harus diupayakan mendukung
ekonomi kreatif yang didukung dengan desain yang baik, serta didukung dengan
marketing yang terintegrasi. Kebijakan pemerintah diharapkan harus mampu
menjembatani dalam mengekplorasi pasar pada tataran internasional. Konsep
branding dan packaging menjadi lebih penting dalam mendukung konteks dalam
mendorong daya saing ekonomi kota.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

2-9

Ba b 3
KONDISI UMUM PENCAPAIAN,
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

3.1 KONDISI UMUM PENCAPAIAN


3.1.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Diperkirakan pada akhir tahun 2014 lebih dari separuh penduduk Indonesia
akan tinggal di perkotaan sebagai akibat laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per
tahun dan secara terus menerus telah melahirkan dynamic phenomenon of
urbanization. Proses ini berakibat pada semakin besarnya suatu kawasan perkotaan,
baik dalam hal jumlah penduduk maupun besaran wilayah atau tapak ekologis. Di sisi
lain seiring dengan otonomi daerah (kota) yang semakin menguat membawa
dampak pula pada egoisme kedaerahan yang semakin tinggi dan disertai kekuatankekuatan pasar (swasta) yang terus memperlihatkan dominasinya sehingga
membawa dampak pada kecenderungan perkembangan dan pola penyebaran
permukiman yang semakin sulit diantisipasi. Dengan laju pertumbuhan yang
mencapai 1,37 persen per tahun maka telah terjadi peningkatan luas kawasan
permukiman kumuh dari 54.000 ha pada tahun 2004 menjadi 57.800 ha pada akhir

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-1

tahun 2009. Dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan


permukiman, berbagai upaya telah dilakukan diantaranya
melalui program Neighborhood Upgrading and Shelter Sector
Project (NUSSP) yang sampai dengan saat telah mencapai 802
kelurahan dengan target Renstra 2005-2009 841 kelurahan;
sedangkan untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman
lainnya juga telah dibangun rumah susun sederhana sewa
sebanyak 18.848 unit dari target Renstra 2005-2009 sebanyak
30.000 unit.
Penanganan kawasan tertinggal, pengembangan desa
potensial
melalui
agropolitan,
dan
perencanaan
pengembangan kawasan permukiman baik skala kawasan
maupun perkotaan belum mencapai sasaran yang
diharapkan. Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan
kawasan
berbasis
agribisnis
melalui
pengembangan
sektor/komoditas unggulan pertanian/perikanan, dengan
tujuan untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi lokal berbasis agribisnis sehingga dapat
menjadi lokomotif penggerak perekonomian lokal di kawasan
tersebut dan daerah belakangnya. Perkembangan kawasan
Agropolitan sampai dengan tahun 2008 telah mencapai 193
kawasan, yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Target
pencapaian pembangunan perdesaan potensial melalui
agropolitan pada tahun 2005-2009 adalah 347 kawasan,
namun hingga saat ini baru tercapai pada 331 kawasan. Dari
total kawasan agropolitan, sebanyak 41 kawasan berada di
Pulau Jawa dan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa. Provinsi

3-2

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

yang memiliki kawasan agropolitan terbanyak adalah Provinsi Jawa Tengah dengan
jumlah sebanyak 11 kawasan. Sementara itu pembangunan kawasan terpilih pusat
pengembangan desa bertujuan untuk merangsang pertumbuhan usaha-usaha
ekonomi perdesaan melalui penyediaan berbagai fasilitas permukiman, berupa
fasilitas air bersih, persampahan, dan sanitasi di desa-desa yang berpotensi untuk
berkembang. Sampai dengan saat ini jumlah kawasan yang telah difasilitasi
sebanyak 660 kawasan, hal ini telah melebihi target Renstra 2005-2009 yang hanya
berjumlah 584 kawasan, sedangkan dukungan infrastruktur perdesaan hingga saat
ini sudah mencapai 22.647 desa dari 29.274 desa target Renstra 2005-2009.
Selain peningkatan kualitas lingkungan permukiman tersebut diatas, hal lain
yang telah dilaksanakan untuk mendukung pengembangan kawasan permukiman
khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah dengan
memfasilitasi dukungan kawasan perumahan bagi PNS/TNI-Polri/Pekerja sebanyak
600.278 unit dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 567.569 unit. Sementara itu
penyediaan infrastruktur permukiman bagi kawasan terpencil/pulau kecil dan terluar
telah difasilitasi sebanyak 29 Kab/Kota dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 11
Kab/Kota, sedangkan penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan
perbatasan sebanyak 181 kawasan dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 92
kawasan.
Tingkat pemenuhan kebutuhan rumah masih rendah. Diperkirakan sampai
dengan tahun 2020, rata-rata setiap tahun terdapat 1,15 juta unit rumah yang perlu
difasilitasi. Saat ini pembangunan/pengembangan rumah baru mencapai 600.000
unit per tahun. Jumlah kekurangan rumah (backlog) mengalami peningkatan dari 4,3
juta unit pada tahun 2000 menjadi 5,8 juta unit pada tahun 2004 dan 7,4 juta unit
pada akhir tahun 2009. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berakumulasi di
masa yang akan datang akibat adanya pertumbuhan rumah tangga baru rata-rata

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-3

sebesar 820.000 unit rumah per tahun. Pemerintah telah


melakukan berbagai fasilitasi penyediaan perumahan dan
permukiman bagi masyarakat berpendapatan rendah melalui
penyediaan subsidi kredit pemilikan rumah sederhana sehat (KPRRSH), pengembangan kredit mikro perumahan, pembangunan
rumah susun sederhana sewa (rusunawa), fasilitasi pembangunan
rumah susun sederhana milik (rusunami) melalui peran serta
swasta, fasilitasi pembangunan baru dan peningkatan kualitas
perumahan swadaya.
Berdasar kualitas fisik bangunan, pada tahun 2007 rumah
tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah telah
mencapai 86,29 persen; beratap bukan daun sebanyak 98,8
persen; dan berdinding permanen sebesar 87,6 persen. Selain itu,
berdasar kondisi bangunan tempat tinggal, rumah tangga yang
menempati rumah dengan kondisi baik mencapai 45,94 persen,
kondisi sedang 43,94 persen, kondisi rusak 9,25 persen, dan
kondisi rusak berat 0,87 persen. Sementara itu berdasarkan data
SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta keluarga yang
belum memiliki rumah. Jumlah rumah saat ini hanya 51 juta unit.
Dari jumlah tersebut hanya 17 juta rumah tergolong layak huni
dan 34 juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi
sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan.
Berdasar status penguasaan tempat tinggal, pada tahun
2007 terdapat 78,22 persen rumah tangga yang menempati
rumah milik sendiri, sisanya 21,78 persen menempati rumah
bukan milik sendiri seperti kontrak, sewa dan rumah orang tua.

3-4

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Proporsi rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri di perkotaan
mencapai 32,98 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan yang
sebesar 13,28 persen. Semakin terbatasnya lahan dan harga rumah di perkotaan
menyebabkan
masyarakat cenderung untuk menempati rumah sewa/kontrak.
Proporsi rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri di perkotaan mengalami
penurunan sebesar 2,71 persen dibandingkan kondisi pada tahun 2004 yang sebesar
80,93 persen. Penurunan ini terkait erat dengan peningkatan harga rumah dan
penurunan daya beli masyarakat.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di perkotaan, keterbatasan lahan untuk
pembangunan perumahan dan permukiman serta meningkatnya harga lahan
semakin mempersulit akses masyarakat untuk menempati hunian yang layak dan
terjangkau di perkotaan. Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung menempati
lahan yang bukan miliknya (ilegal) atau menempati hunian di pinggiran kota yang
jauh dari lokasi pekerjaan. Masih tingginya biaya pengurusan serta keterbatasan
informasi terhadap prosedur sertifikasi dan rencana tata ruang mengakibatkan
sebagian masyarakat menempati rumah tanpa memiliki bukti legalitas pemanfaatan
lahan dan bangunan serta tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Ditinjau dari
aspek kepastian jaminan bermukim, rumah tangga yang menempati rumah milik
sendiri dan telah didukung oleh bukti hukum tanah berupa sertifikat dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN), girik, maupun akta jual beli mengalami peningkatan dari
74,49 persen pada tahun 2004 menjadi 77,94 persen pada tahun 2007.
Penyerahan kewenangan pembangunan perumahan yang menjadi urusan wajib
pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam
memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan. Selain
itu, koordinasi antarlembaga masih belum berjalan dengan baik, salah satunya

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-5

ditunjukkan dengan belum efektifnya fungsi Badan Koordinasi Pembangunan dan


Pengembangan Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N).

3.1.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


Penanganan bangunan gedung dan lingkungan telah diupayakan dengan
peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah melalui kegiatan
sosialisasi/diseminasi peraturan bidang bangunan gedung dan lingkungan sebanyak
5 (lima) kali di setiap provinsi dengan target 495 kabupaten/kota; pelatihan tenaga
pendata harga dan keselamatan bangunan sebanyak 3.744 orang di 495
kabupaten/kota; pendataan dan pembinaan kelembagaan terkait bangunan gedung
di 495 kabupaten/kota pada 33 provinsi; pendataan kinerja pemerintah daerah di 43
kabupaten/kota pada 8 (delapan) provinsi; serta pendataan Peraturan Daerah
(Perda) terkait bangunan gedung di 495 kabupaten/kota pada 33 provinsi. Kondisi
saat ini juga mencatat telah tersusunnya perda tentang bangunan gedung di 15
kabupaten/kota dan 1 provinsi (Bali) dari fasilitasi terhadap 221 kabupaten/kota.
Selain itu, telah disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di 203
kawasan pada 148 kabupaten/kota; Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
mencapai 41.988 kelurahan, hal ini telah melebihi target Renstra 2005-2009
sebanyak 40.648 kelurahan; Rencana Induk Sistem Proteksi kebakaran (RISPK) di 59
kabupaten/kota; sistem ruang terbuka hijau telah ditangani di 150 kawasan di 33
kabupaten/kota; revitalisasi kawasan/bangunan bersejarah dan tradisional telah
ditangani pada 297 kawasan di 137 kabupaten/kota; dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh nelayan di 748 kawasan atau melebihi target Renstra 2005-2009
yang menetapkan 733 kawasan.
Selain itu, dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) sejumlah peraturan
mengenai bangunan gedung dan penataan lingkungan telah berhasil diselesaikan,

3-6

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 yang merupakan peraturan


pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Disamping itu telah diterbitkan pula berbagai NSPK untuk Bangunan Gedung yang
meliputi (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; (2) Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; (3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan; (4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung; (5) Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan
Gedung; dan (5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-7

3.1.3 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN


Proporsi penduduk terhadap sanitasi yang layak secara
nasional sampai dengan tahun 2009 mencapai 51,02% atau
melayani sekitar 120 juta jiwa. Sementara itu target Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 62,37% untuk dapat
melayani 154 juta jiwa. Saat ini proporsi penduduk rumah tangga
perkotaan yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi yang layak
sebesar 69,55% atau 84 juta jiwa dari target MDGs 78,30% dengan
jumlah penduduk terlayani 115 juta jiwa pada tahun 2015. Sedangkan
proporsi penduduk rumah tangga di perdesaan yang sudah memiliki
akses terhadap sanitasi yang layak sebesar 34% pada tahun 2009
atau melayani 36 juta jiwa sementara itu target MDGs tahun 2015
sebesar 55,54% untuk melayani 39 juta jiwa.
Namun pencapaian tersebut masih sebatas pada akses ke
jamban dan toilet saja, belum pada akses fasilitas sanitasi yang
berkualitas dengan kriteria fasilitas tersebut masih berfungsi dengan
baik, digunakan sesuai dengan peruntukannya, dan sesuai dengan
standar kesehatan maupun standar teknis yang telah ditetapkan.
Tercatat dari data tahun 2007, banyaknya rumah tangga yang
menggunakan tangki septik (praktek pembuangan tinja aman)
sebesar 49,13%, yaitu 71,06% di perkotaan dan 32,47% di
perdesaan. Sedangkan sisanya 50,86% rumah tangga melakukan
praktek pembuangan tinja tidak aman (di kolam/sawah,
sungai/danau/laut, lubang tanah, pantai/kebun) dengan prosentase di
perkotaan 28,93% dan di perdesaan mencapai 67,54%. Perilaku
praktik buang air besar sembarangan (BABS) tersebut menunjukkan
rendahnya kesadaran pelaku terhadap pentingnya perilaku hidup

3-8

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

bersih dan sehat (PHBS). Rendahnya kesadaran pelaku akan pengelolaan air limbah
yang layak dan rendahnya utilisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan penyebab utama terjadinya
pencemaran air permukaan.
Proporsi rumah tangga yang terlayani dengan sistem air limbah terpusat skala
kota telah mencapai 1 persen dan prosentase sistem pelayanan air limbah berbasis
masyarakat telah dilakukan di 409 lokasi. Selama periode 2004 hingga 2009
pembangunan sistem air limbah terpusat skala kota telah dilakukan di Kota Denpasar
melalui pendanaan yang bersumber dari pinjaman luar negeri. Selain itu, sistem
pengolahan air limbah terpusat (Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL) komunal
telah dibangun di 217 kota/kabupaten. Proporsi rumah tangga yang terlayani dengan
sistem pengolahan setempat dan sistem terpusat skala komunal adalah sebesar 69,3
persen (daerah perkotaan sebanyak 81,8 persen dan perdesaan sebanyak 60
persen). Tingginya angka cakupan tersebut diantaranya merupakan hasil dari
kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air limbah berbasis masyarakat yang
difasilitasi oleh pemerintah bersama dengan lembaga swadaya masyarakat.
Kepedulian Pemerintah pada pengelolaan air limbah sekarang berada pada titik
tertinggi sejak beberapa tahun terakhir. Namun demikian, peningkatan alokasi
pendanaan masih belum mampu untuk membiayai total kebutuhan yang ada. Di sisi
lain, skema-skema pembiayaan yang bersumber dari non-pemerintah masih belum
dikembangkan, termasuk kerja sama dengan swasta, baik dalam bentuk investasi
swasta maupun dana Corporate Social Responsibility (CSR).
Institusi pengelola air limbah di daerah saat ini masih belum menerapkan
prinsip manajemen yang baik, antara lain pada Perusahaan Daerah ditunjukkan
dengan belum adanya manajemen aset dan penyusunan business plan yang absah,
serta kurangnya dukungan sumber daya manusia yang berkualitas pada non-Perusda
yang mengelola air limbah. Selain itu, masih rendahnya kesediaan membayar

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-9

(willingness to pay) dari masyarakat untuk pelayanan air limbah domestik dan
subsidi pemerintah yang tidak dapat diandalkan menjadikan pengelola tidak dapat
menutup biaya pelayanannya secara penuh (full-cost recovery).
Saat ini payung kebijakan yang mendukung pengelolaan air limbah hanya
berupa salah satu pasal dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air yaitu pasal 21 ayat (2), yang menyatakan bahwa perlindungan dan
pelestarian sumber air salah satunya dilakukan melalui pengaturan sarana dan
prasarana sanitasi. Hampir seluruh kota di Indonesia tidak mempunyai pemetaan
terhadap kebutuhan infrastruktur dan layanan air limbah serta tidak tersedianya
rencana rinci terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini mengakibatkan tidak
adanya prioritas serta pentahapan yang jelas mengenai pembangunan dan
rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah. Dari sisi perencanaan, tengah
dikembangkan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) agar pemerintah daerah
memiliki dasar bagi pembangunan sanitasi bagi daerahnya masing-masing.
Meningkatnya intensitas curah hujan dalam interval waktu yang semakin
pendek yang disebabkan perubahan iklim akibat efek pemanasan global (global
warming) dan semakin berkurangnya bidang resapan menjadi faktor penyebab
semakin tingginya debit limpasan hujan yang harus ditampung oleh saluran drainase.
Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang
mengakibatkan timbulnya genangan, merupakan permasalahan utama yang
dihadapi dalam pembangunan drainase. Kelangkaan lokasi untuk pembuangan
sampah serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya menjadikan saluran drainase sebagai tempat pembuangan sampah.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 sebanyak
11,34% rumah tangga masih membuang sampah ke kali/selokan yang menyebabkan
mampatnya saluran drainase sehingga menurunkan fungsi saluran drainase yang
berimplikasi pada peningkatan luasan kawasan tergenang. Di sisi lain banyak

3-10

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

dijumpai pula bahwa fungsi saluran drainase tidak tegas apakah untuk mengalirkan
kelebihan air permukaan atau juga berfungsi sebagai saluran air limbah.
Pembuangan air limbah domestik dan air limbah industri rumah tangga ke dalam
saluran drainase menyebabkan peningkatan debit air pada saluran drainase.
Perencanaan sistem pengelolaan drainase belum didasari dengan adanya suatu
rencana induk pengelolaan sistem drainase yang absah. Selain itu, perencanaan
sistem drainase saat ini juga belum mengintegrasikan antara sistem drainase
primer, sekunder, dan tersier. Sementara itu, ketidakjelasan pengelola sistem
drainase, menyebabkan pengabaian kondisi saluran drainase dan minimnya alokasi
dana yang dianggarkan untuk operasi dan pemeliharaan sistem. Terbatasnya
anggaran pemerintah baik untuk investasi, operasi dan pemeliharaan sistem drainase
menjadikan pengelolaan drainase belum berjalan secara optimal.
Pada sektor persampahan, pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) masih rendah. Rata-rata volume sampah diperkirakan mencapai 74 juta
ton/tahun. Namun dari total timbulan sampah tersebut, proporsi sampah terangkut
hanya mencapai 20,63 persen. Belum adanya rencana induk pengelolaan sampah
menjadikan belum tersedianya profil dan rencana penanganan sampah di tingkat
kabupaten/kota. Ketiadaan rencana induk juga mengakibatkan tidak bersinerginya
sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dengan sistem
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga penanganan sampah
belum terintegrasi utuh mulai penanganan dari sumber hingga ke TPA.
Sementara upaya meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di
kota metro/besar sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Banyak TPA yang tidak didesain sebagai sanitary landfill atau mengalami perubahan
sistem dari sanitary landfill dan/atau controlled landfill menjadi open dumping.
Sementara jumlah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang menerapkan sanitary
landfill mencapai 10 TPA; dan yang menerapkan controlled landfill sebanyak 55 TPA,

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-11

sehingga secara umum belum dikelola menggunakan pendekatan yang ramah


lingkungan. Namun demikian telah dibangun TPA berbasis Clean Development
Mechanism di 2 (dua) lokasi dan sedang dalam tahap persiapan di 11 lokasi. Dari sisi
regulasi, pada tahun 2008 telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah yang mewajibkan seluruh TPA dikelola secara sanitary
landfill sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas layanan pengelolaan
sampah. Akan tetapi, implementasi Undang-Undang tersebut masih terkendala
karena belum tersedianya peraturan-peraturan pendukungnya. Hal ini terlihat dari
jumlah TPA di seluruh Indonesia yang mencapai 378 buah dengan luas 1,886.99 Ha,
sebanyak 80,6% masih menerapkan metode open dumping, 15,5% menggunakan
metode controlled landfill dan hanya 2,8% yang menerapkan metode sanitary

landfill.
Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan timbulan
sampah, dan belum pada pengurangan volume sampah dari sumbernya. Upaya
untuk mengurangi kuantitas sampah sebesar 20% pada periode 20042009 juga
masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga halnya dengan
infrastruktur pengelolaan persampahan yang ada ternyata tidak sebanding dengan
kenaikan timbunan sampah yang meningkat 24% per tahun, diperburuk dengan
semakin sulitnya mendapatkan lahan untuk dimanfaatkan sebagai TPA. Sedangkan di
sisi yang lain percontohan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) saat ini masih
terbatas di 80 kawasan. Rendahnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah
dalam menerapkan prinsip 3R menyebabkan pengurangan volume timbulan sampah
kurang signifikan. Selain itu, upaya pengurangan timbulan sampah melalui
pemanfaatan teknologi pengolahan sampah belum dikembangkan.
Institusi pengelola sampah di daerah saat ini masih belum berfungsi secara
profesional, antara lain ditunjukkan dengan belum adanya manajemen aset dan
penyusunan business plan yang absah pada Perusahaan Daerah, sedangkan

3-12

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

permasalahan yang muncul pada dinas pengelola sampah bahkan lebih menyeluruh
baik berupa alokasi dana yang minim, manajemen yang kurang profesional dan
minimnya kualitas sumber daya manusia. Hingga saat ini, sumber pendanaan bagi
pengelolaan sampah masih bertumpu pada anggaran pemerintah akibat belum
dikembangkannya alternatif sumber pendanaan lainnya, seperti dana masyarakat,
kerjasama swasta, baik investasi swasta maupun dana CSR. Secara keseluruhan
sampai saat ini prosentase sistem pengelolaan persampahan telah mencapai 54%,
masih di bawah target RPJMN (75% pada 2009) dan MDGs (70% pada 2015).

3.1.4 PENGEMBANGAN AIR MINUM


Cakupan pelayanan air minum perpipaan secara nasional sampai dengan
tahun 2009 sebesar 25,61%, sedangkan capaian pelayanan non-perpipaan
terlindungi sebesar 22,02%, sementara itu total akses aman pelayanan air minum
secara nasional mencapai 47,63% 1 atau dapat melayani 59 juta jiwa. Untuk capaian
cakupan pelayanan air minum perpipaan kota pada tahun 2009 sebesar 35.03%
atau telah dapat melayani 44 juta jiwa dari target MDGs 47,38% tahun 2015,
sementara itu capaian pelayanan non-perpipaan terlindungi sebesar 14,76%,
sedangkan total akses aman pelayanan air minum perpipaan kota sebesar 49,79% 2.
Sedangkan capaian pelayanan air minum perpipaan desa sebesar 14,29% atau
telah dapat melayani 15 juta jiwa pada tahun 2009 dari target MDGs sebesar
19,76% tahun 2015, sementara itu capaian pelayanan non-perpipaan terlindungi
sebesar 31,36%, sedangkan total akses aman pelayanan air minum perdesaan
sebesar 45,65% 3.

Sumber: Data BPS 2009


Sumber: Data BPS 2009
3
Sumber: Data BPS 2009
2

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-13

Akses air minum perpipaan mengalami stagnasi selama


kurun waktu 1994-2006, hanya bertambah sekitar 2,18 persen.
Pada tahun 2006 yang memiliki akses terhadap sistem
perpipaan (PDAM) telah mencapai 18,38 persen dan akses
terhadap sistem non-perpipaan terlindungi sebesar 43,57
persen. Pada tahun 2007 pelayanan air minum perkotaan baru
mencapai 45% dan perdesaan 10%, sehingga cakupan
pelayanan air minum perpipaan nasional menjadi sebesar 20%.
Di tahun 2009 cakupan pelayanan air minum di perkotaan
meningkat menjadi 47,23% (44,5 juta jiwa) dari 41% di tahun
2004 (34,36 juta jiwa) sementara di perdesaan telah meningkat
dari 8% di tahun 2004 (melayani 10,09 juta jiwa), menjadi
11,55% di tahun 2009 (15,2 juta jiwa). Disisi lain, menurut
laporan regional terakhir mengenai status pencapaian MDGs
untuk kawasan perdesaan, akses masyarakat terhadap sistem
pelayanan air bersih non-perpipaan meningkat dari 38,2%
(1994), menjadi 43,4% (2000) dan 57,2% (2006).
Selain itu, penyediaan air minum berbasis masyarakat
yang berpedoman pada Kebijakan Nasional Pembangunan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat saat ini
telah berkembang dengan pesat. Kegiatan penyediaan air
minum berbasis masyarakat telah dilaksanakan di hampir
seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan pendanaan
yang bersumber dari anggaran pemerintah maupun pihak lain,
seperti lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
swasta (melalui kegiatan Corporate Social Responsibility) dan
masyarakat. Namun dalam implementasinya masih menemui

3-14

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

kendala yakni ketiadaan peraturan yang mengatur pola kerjasama pemerintah dan
masyarakat. Faktor lainnya adalah kualitas sumber daya manusia pada lembaga
pengelolanya juga masih rendah. Demikian pula halnya keterlibatan swasta hingga
tahun 2009 masih tergolong rendah, khususnya pada penyediaan prasarana air
minum di wilayah perdesaan dan pinggiran kota. Skema kerjasama pemerintah
dengan swasta (KPS) hingga saat ini belum banyak dilaksanakan oleh pemda
maupun PDAM. Rendahnya kinerja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM
mengalami kesulitan dalam mendapatkan sumber pendanaan dari pihak lain, seperti
lembaga donor maupun pihak perbankan. Sementara sumber pendanaan dari pihak
swasta seperti dana Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum menjadi
sumber yang signifikan sehingga pendanaan air minum masih bertumpu pada
anggaran Pemerintah.
Pada periode 2005-2009 telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum sebagai turunan dari UndangUndang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dalam pelaksanaannya
telah dirumuskan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat, termasuk diantaranya Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), sehingga sistem
penyediaan air minum yang efektif dan berkesinambungan telah memiliki rujukan
strategis yang jelas. Dalam sektor ini upaya pembinaan terhadap PDAM belum
memperlihatkan hasil yang signifikan. seperti tergambar dari 340 PDAM, sekitar 70%
kondisinya masih tidak sehat. Ini berarti hanya 79 PDAM yang sehat, sehingga pada
tahun 2008, utang non pokok PDAM yang dinyatakan sakit yang mencapai
Rp. 3,3 triliun terpaksa dihapuskan. Demikian halnya dengan utang PDAM yang
dikategorikan sehat juga dihapus melalui skema debt to swap investment yang
mencapai Rp. 1,1 triliun. Dengan demikian, jumlah keseluruhan hutang yang dihapus
mencapai Rp. 4,4 triliun.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-15

Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar PDAM


masih menerapkan tarif dasar di bawah biaya produksi air
minum. Disamping juga kapasitas sumber daya manusia dan
pendanaan yang belum memadai, belum diterapkannya prinsip
full-cost recovery dan manajemen aset sebagai prasyarat
manajemen yang baik, serta belum disusunnya business plan
yang absah. Sementara kinerja pengelola air minum dengan
target penurunan angka kebocoran secara nasional baru pada
kisaran 6-7% sehingga masih diperlukan upaya keras untuk
mencapai angka 20% yang ditargetkan sebagai angka
kebocoran secara nasional oleh RPJMN 2005-2009. Secara total
saat ini belum mampu terpenuhi, termasuk kualitas air minum
PDAM masih belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Tidak terolahnya limbah domestik dan nondomestik menjadi penyebab utama menurunnya kualitas air
baku air minum. Sementara itu, pemanfaatan air yang belum
efisien dan masih minimnya pengelolaan air baku pada wilayah
hulu dan/atau daerah resapan menjadi penyebab semakin
berkurangnya kuantitas air baku air minum. Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang kurang bersinergi
dengan konsep pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
mengakibatkan pemanfaatan ruang cenderung mengabaikan
keberlanjutan ketersediaan air baku bagi daerah hilir. Selain itu,
ekstraksi air tanah secara berlebihan oleh rumah tangga dan
industri turut mempengaruhi kuantitas dan kualitas air baku.
Penerapan teknologi untuk pemanfaatan sumber air alternatif
juga belum dijadikan sebagai suatu upaya alternatif dalam
menjaga kuantitas dan kualitas air baku.

3-16

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Tabel 3.1 :
Kondisi Pencapaian Pembangunan Infrastruktur Permukiman 2005 2009
Hasil Pelaksanaan

Program Utama/Prioritas

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan

a.

Skala kws

b.

Unit

Target
Review
Renstra

No

TA 2005

TA 2006

TA 2007

TA 2008

TA 2009

Pencapaian
TA. 20052009

% Capaian

1. Pengembangan
kws Agropolitan

Kws

347

89

56

48

78

60

331

95.39%

2. Pengembangan
Prasarana Sarana
Perdesaan
(DPP/KTP2D)

Kws

584

119

161

157

225

47

709

121.40%

29,274

12,834

1,840

2,289

2,060

3,624

22,647

77.36%

Skala Lingkungan
Dukungan
Infrastruktur
Perdesaan

Desa

Peningkatan Kualitas Permukiman kws Kumuh dan Nelayan

a.

Penanggulangan
Kemiskinan di
Perkotaan (P2KPPNPM)

Kelurahan

40,648

4,680

7,277

8,991

10,001

11,039

41,988

103.30%

b.

Penataan dan
Perbaikan Lingkungan
Permukiman (NUSSP)

Kelurahan

841

94

348

410

328

164

802

95.36%

2,436

493.97

2,212.58

2,690.48

1,537.99

637.54

6,833.02

280.50%

Jiwa

465,335

28,355

350,240

376,237

332,330

61,529

783,123

168.29%

30,000

2,084

2,200

4,592

4,433

5,539

18,848

62.83%

763

143

155

124

144

255

821

107.60%

Ha

c.

Pembangunan Rumah
Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa)

Unit

d.

Penataan Bangunan
dan Lingkungan (PBL)

Kelurahan

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-17

Pengembangan kws Perumahan dan Permukiman bagi MBR

a.

Dukungan kws
Perumahan PNS/TNIPolri/Pekerja

b.

Penyediaan
Infrastruktur
Permukiman

2. kws Perbatasan

Unit

TA 2005

567,569

Kawasan

TA 2008

Pencapaian
TA. 20052009

TA 2009

108,123

156,400

124,610

140,050

600,278

41

62

53

47

204

% Capaian

105.76%

11

20

28

28

29

29

263.64%

Kawasan

92

10

47

44

36

44

181

196.74%

Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota

a.

PS Air Minum

L/det

Pengelolaan Air
Limbah
- Penduduk terlayani

Kab/Kota

Pengelolaan
Persampahan
- Penduduk terlayani

Kab/Kota
Jiwa

d.

Drainase

Ha

e.

Penataan dan
Revitalisasi kws
Perkotaan

Kawasan

c.

TA 2007

71,095

b.

TA 2006

Propinsi

Jiwa

3-18

Hasil Pelaksanaan

Program Utama/Prioritas

1. kws
Terpencil/Pulau
Kecil/Terluar

Unit

Target
Review
Renstra

No

Jiwa/KK

39,879

5,518

5,597

10,202

6,071

6,320

33,707

84.52%

26,800,000

3,228,071

3,336,160

2,309,920

1,702,130

4,324,690

14,900,972

55.60%

388

46

84

81

92

106

409

105.41%

1,000,000

221,067

615,894

277,261

324,328

281,311

1,719,861

171.99%

480

100

109

82

94

133

518

107.92%

1,704,181

2,415,323

2,608,432

4,750,239

7,543,756

19,021,931

7,282

1,240

2,611

832

75

2,678

7,436

102.12%

266

29

60

63

30

42

224

84.21%

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Hasil Pelaksanaan

Program Utama/Prioritas

Penanggulangan Dampak Konflik Sosial dan Bencana Alam

a.

Penanganan Tsunami
di Aceh

b.

Rehabilitasi dan
Rekonstruksi *)

Unit

Target
Review
Renstra

No

TA 2006

TA 2007

TA 2008

Pencapaian
TA. 20052009

TA 2009

% Capaian

Unit

5,500

3,000

1,500

3,503

8,003

145.51%

Jiwa

27,000

15,000

7,500

17,515

40,015

148.20%

24,800

237,655

375,868

613,523

2473.88%

124,500

950,620

1,503,472

2,454,092

1971.16%

Unit (non
APBN)

6,480

5,243

9,910

21,633

Jiwa

25,920

20,972

39,640

86,532

Unit
(APBN)
Jiwa

TA 2005

Pembinaan Teknis Bangunan Gedung, Penataan Bangunan dan Lingkungan


Pendamping
an

304

31

33

102

66

128

360

118.42%

Pedoman

176

71

27

55

52

209

118.75%

Keterangan :
*) dilaksanakan oleh Pemda DIY dan Jateng dengan dana APBN sebesar Rp 5,4 triliun (sebanyak 613,523 unit)

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa Program


Utama/Prioritas yang tidak mencapai target, yaitu: (i) Program Utama Pembangunan
Infrastruktur Permukiman Perdesaan dengan Kegiatan Pengembangan Kawasan
Agropolitan dan Dukungan Infrastruktur Perdesaan; (ii) Program Utama Peningkatan
Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh dan Nelayan dengan Kegiatan Pembangunan
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa);
(iii) Program Utama Fasilitasi
Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota dengan Kegiatan Prasarana dan
Sarana Air Minum serta Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perkotaan.
Untuk Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan dari target sejumlah 347
kawasan, hanya tercapai 331 kawasan pada tahun 2009, sedangkan Kegiatan

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-19

Dukungan Infrastruktur Perdesaan hanya tercapai 22.647 desa pada tahun 2009 dari
target 29.274 desa.
Kegiatan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dari
target 30.000 unit hanya tercapai 18.848 unit. Kegiatan Prasarana dan Sarana Air
Minum hanya tercapai 33.707 L/detik (14.900.972 jiwa) dari target 39.879 L/detik
(26.800.000 jiwa). Sedangkan Kegiatan Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Perkotaan dari target 266 kawasan hanya tercapai 224 kawasan.
Adapun kendala umum yang dihadapi dalam pencapaian target karena
terbatasnya alokasi dana yang diberikan, kurangnya komitmen pemerintah daerah
untuk memenuhi Dana Daerah Untuk Pembangunan Bersama (DDUPB) yang
dibutuhkan, kurang siapnya ketersediaan lahan serta kurang siapnya pemerintah
daerah untuk memenuhi kriteria kesiapan proyek (readiness criteria) yang telah
ditetapkan.

3-20

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3.2 PERMASALAHAN UMUM


Permasalahan dan kondisi pembangunan prasarana dan sarana bidang Cipta
Karya terdiri dari permasalahan umum serta permasalahan spesifik untuk setiap
sektor bidang Cipta Karya (air minum, sanitasi, pengembangan permukiman,
penataan bangunan dan lingkungan).
Adapun permasalahan umum dalam pembangunan prasarana dan sarana
bidang Cipta Karya yang utama terdiri dari :
a. Tingkat urbanisasi yang relatif tinggi dan belum disertai oleh tingkat
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang diakibatkan
oleh pertumbuhan urbanisasi tersebut maupun oleh backlog yang sudah
ada sebelumnya.
b. Adanya disparitas regional secara ekonomi, dan hal ini sangat terkait
dengan tidak meratanya ketersediaan infrastruktur dan layanan bidang
Cipta-Karya.
c. Demikian pula, ketersediaan infrastruktur dan layanan ke-Cipta-Karya-an
belum merata ke semua golongan masyarakat (umumnya, golongan
masyarakat berpenghasilan rendah belum mendapat layanan yang setara
dengan layanan bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah dan
atas).
d. Degradasi lingkungan perkotaan pada umumnya, dan belum berperannya
secara maksimal pembangunan bidang ke-Cipta-Karya-an dalam turut
menciptakan kota-kota yang asri dan lestari (berkelanjutan).
e. Wajah fisik perkotaan yang semakin semrawut akibat belum maksimalnya
perencanaan dan penerapan tata-bangunan dan lingkungan kawasan
perkotaan.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-21

f.

Keterbatasan kapasitas daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur keCipta-Karya-an padahal bidang ini sudah menjadi salah satu urusan wajib
dari pemerintah daerah.

3.3 PERMASALAHAN PER SEKTOR


a.

Pengembangan Permukiman.
i. Masih luasnya kawasan kumuh.
ii. Masih terbatasnya Prasarana Sarana Dasar pada Daerah Tertinggal, Pulau
Kecil, Daerah Terpencil, dan Kawasan Perbatasan.
iii. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

b.

Penataan Bangunan dan Lingkungan.


i. Penataan Lingkungan Permukiman.

3-22

Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi


kebakaran.
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL
untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan
infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman.
Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage.
Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran
daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

ii. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara.

Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi


efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara.
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metro, besar,
sedang, kecil di seluruh Indonesia.
Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan).

iii. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau.


Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka,
sarana olah raga.
iv. Kapasitas Kelembagaan Daerah.

c.

Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam


pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan.
Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

Penyehatan Lingkungan Permukiman.


i. Sektor Air Limbah.

Belum optimalnya penanganan air limbah.


Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah.
Belum optimalnya manajemen air limbah.
- Belum optimalnya perencanaan.
- belum memadainya penyelenggaraan air limbah.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-23

ii. Sektor Drainase.

Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini.

Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.

iii. Sektor Persampahan.

d.

Pengembangan Air Minum.


i. Kelembagaan dan peraturan perundangan.

3-24

Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi,


jumlah sampah per kapita meningkat).
Belum optimalnya manajemen persampahan.
- belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan
monitoring dan evaluasi).
- belum memadainya pengelolaan layanan persampahan (kapasitas,
pendanaan dan aset manajemen).
- belum memadainya penanganan sampah.

Masih rendahnya kapasitas SDM maupun kelembagaan penyelenggara


air minum di daerah.
Mindset penyelenggaraan, tugas, dan kewenangan dalam pelayanan air
minum masih harus dirubah.
Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan
SPAM sehingga peran pembinaan pengembangan SPAM menjadi sangat
lemah.
Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara
SPAM (PDAM), termasuk rekruitmen SDM belum terpadu dengan
program pengembangan SDM Penyelenggara SPAM.
Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran
badan pengelola SPAM di daerah.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

ii. Terbatasnya pendanaan.

Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan


untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan yang
diantaranya disebabkan oleh masih rendahnya tarif dan masih tingginya
beban utang.
Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari
pinjaman luar negeri daripada mengembangkan alternatif pendanaan
dalam negeri.
Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam
pengembangan SPAM masih rendah.

iii. Menurunnya kuantitas air baku.

Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas


akibat pengelolaan daerah tangkapan air yang kurang baik.
Kualitas sumber air baku semakin menurun akibat meningkatnya
aktivitas dan kegiatan masyarakat dan industri tidak disertai dengan
perlindungan terhadap lingkungan.
Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah
yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi sehingga
pemanfaatan air baku yang lintas wilayah seringkali menimbulkan
konflik.
Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan
konflik kepentingan di tingkat pengguna.

iv. Masih rendahnya cakupan dan kualitas pelayanan.

Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan berkisar antara 10%-50%


dengan kehilangan rata-rata sekitar 37% pada tahun 2004 dan tekanan
air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-25

Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas untuk


masyarakat menengah ke atas di perkotaan, sementara pelayanan air
minum untuk masyarakat miskin selain belum memadai, juga harus
membayar lebih mahal.

v. Masih rendahnya partisipasi


penyelenggaraan air minum.
e.

masyarakat

dan

dunia

usaha

dalam

Pengembangan Kelembagaan.
i. Belum optimalnya perencanaan pengembangan sumber daya manusia.
ii. Belum memadainya struktur organisasi yang responsif terhadap tantangan
pembangunan bidang Cipta Karya.
iii. Belum tersusunnya tata laksana organisasi yang sesuai dengan prinsip good
governance untuk meningkatkan daya saing kota/kabupaten.
iv. Belum
efektifnya
pengembangan
tim
koordinasi
pembangunan
kota/kabupaten/provinsi dalam pengembangan prasarana bidang Cipta
Karya.

3-26

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3.4 TANTANGAN
Berdasarkan permasalahan dan kondisi yang ada, maka tantangan dalam
pembangunan infrastruktur permukiman adalah sebagai berikut :
a.
Meningkatkan keterpaduan pembangunan prasaranan dan sarana bidang
permukiman (Cipta Karya).
b.
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan.
c.
Memperluas akses pelayanan prasarana dan sarana bidang permukiman (Cipta
Karya).
d.
Meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dan masyarakat dalam
pendanaan pembangunan prasarana dan sarana bidang permukiman (Cipta
Karya).

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3-27

Ba b 4
VISI, MISI DAN TUJUAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

4.1 VISI DAN MISI


Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang-undang terhadap
tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta
Karya adalah Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang
layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan. Adapun makna dari visi
tersebut adalah:
-

Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai


persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan
perdesaan.

Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang


menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

dapat

4-1

Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat


menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu
bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.

Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman


dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.

Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun
2010 2014 adalah:
1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan
perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial,
sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka
pengembangan wilayah.

4-2

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah


daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola
investasinya.
3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan
gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan
gedung.
4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah
perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal
termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang
profesional dengan menerapkan prinsip good governance.

4.2 TUJUAN
Sebagai penjabaran atas visi Kementerian Pekerjaan Umum, maka tujuan yang
akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan
meliputi:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian
permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim).
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan
(infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

4-3

3. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan


penanganan kawasan rawan bencana untuk mengurangi kesenjangan antar
wilayah.

4.3 SASARAN
Adapun sasaran berdasarkan 3 (tiga) tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya
yang akan dicapai beserta indikator kinerja outcom e -nya meliputi:
Tujuan 1 :

Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan


pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan
yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim).

Sasaran
1. Penyusunan NSPK bidang pengembangan permukiman.

Indikator kinerja outcome:


a) Tersusunnya NSPK nasional bidang pengembangan permukiman sebanyak 5
produk.
b) Terselenggaranya pendampingan penyusunan
pengembangan permukiman di 205 kab/kota.

NSPK

daerah

bidang

2. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan


(SPPIP) di daerah.

Indikator kinerja outcome:


Tersusunnya Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP) di daerah di 207 kab/kota.
3. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di
perkotaan dan perdesaan.

4-4

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Indikator kinerja outcome:


Tersusunnya Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)
Perkotaan dan Perdesaan di Kab/Kota yang setara dengan 500 kawasan di 207
Kab/Kota.
4. Pendampingan Penyusunan Rencana Tindak Penanganan Kawasan Kumuh di
perkotaan.

Indikator kinerja outcome:


Tersusunnya rencana tindak penanganan kawasan kumuh perkotaan di Kab/Kota
di 207 kawasan.
5. Pembinaan kelembagaan (organisasi dan SDM) serta peningkatan peran
masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukiman.

Indikator kinerja outcome:


Meningkatnya kemampuan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pengembangan permukiman sebanyak 60 produk.
6. Penyusunan NSPK bidang penataan bangunan dan lingkungan.

Indikator kinerja outcome:


Termanfaatkannya produk pengaturan
Lingkungan (PBL) sebanyak 37 Paket.

bidang

Penataan

Bangunan

dan

7. Pendampingan penyusunan NSPK bidang penataan bangunan dan lingkungan


oleh Pemda.

Indikator kinerja outcome:


a) Termanfaatkannya NSPK bidang PBL oleh kab/kota di 226 Kab/Kota.
b) Termanfaatkannya RTBL sebagai basis perencanaan pada kab/kota di 193
Kab/Kota.
c) Tersusunnya Rencana Induk Sistim Proteksi Kebakaran (RISPK) di 125
Kab/Kota pada 155 kawasan.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

4-5

d) Tersusunnya Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH) di 213


Kab/Kota.
e) Tersusunnya Rencana Tindak Pengembangan
Tradisional dan Bersejarah sebanyak 160 kawasan.

Kawasan

Permukiman

8. Pembinaan Kelembagaan Penataan Bangunan dan Lingkungan (Sosialisasi dan


Diklat).

Indikator kinerja outcome:


Meningkatnya kualitas
gedung di 33 provinsi.

kabupaten/kota

dalam

penyelenggaraan

bangunan

9. Penyusunan NSPK dalam pengembangan pengelolaan sanitasi lingkungan.

Indikator kinerja outcome:


a) Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK pengelolaan air limbah, oleh
Pemda di 25 Kab/Kota.
b) Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK pengelolaan drainase, oleh
Pemda di 20 Kab/Kota.
10. Pendampingan penyusunan SSK yang berkaitan dengan pengelolaan sanitasi
lingkungan oleh Pemda.

Indikator kinerja outcome:


a) Termanfaatkannya hasil Bantek, Bintek dan pendampingan oleh Pusat kepada
Pemda untuk pengelolaan air limbah di 226 Kab/Kota.
b) Termanfaatkannya hasil Bantek, Bimtek dan pendampingan oleh Pusat
kepada Pemda untuk pengelolaan drainase di 50 Kab/Kota.
11. Pembinaan Kelembagaan (organisasi, SDM, peran masyarakat) dalam rangka
meningkatkan kemampuan pengelolaan sanitasi lingkungan.

Indikator kinerja outcome:


a) Meningkatnya kompetensi pengelola sanitasi lingkungan sebanyak 50 paket.
b) Meningkatnya kinerja pelayanan air limbah di 226 Kab/Kota.

4-6

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

c) Meningkatnya kinerja pelayanan drainase di 50 Kab/Kota.


12. Penyusunan NSPK dalam pengembangan pengelolaan persampahan.

Indikator kinerja outcome:


Termanfaatkannya produk pengaturan, NSPK, oleh Pemda di 30 Kabupaten/Kota.
13. Pendampingan
persampahan.

penyusunan

SSK

yang

berkaitan

dengan

pengelolaan

Indikator kinerja outcome:


Termanfaatkannya hasil Bantek, Bimtek dan pendampingan oleh pusat kepada
Pemda untuk pengelolaan persampahan di 150 Kab/Kota.
14. Pembinaan Kelembagaan (organisasi, SDM, peran masyarakat) dalam rangka
meningkatkan kemampuan pengelolaan persampahan.

Indikator kinerja outcome:


a) Meningkatnya kompetensi pengelola persampahan sebanyak 15 paket.
b) Meningkatnya keterlibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
persampahan di 150 kegiatan.
c) Meningkatnya kinerja pelayanan persampahan di 15 Kab/Kota.
15. Pengembangan NSPK bidang pengembangan SPAM.

Indikator kinerja outcome:


a) Tersusunnya NSPK Air Minum sebanyak 22 buah.
b) Tersedianya NSPK air minum dalam Peraturan Daerah kabupaten/kota
sebanyak 100 Kab/Kota.
16. Pendampingan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum kabupaten/kota.

Indikator kinerja outcome:


Tersedianya Rencana Induk SPAM kabupaten/kota di 200 Kab/Kota.
17. Peningkatan kapasitas kelembagaan termasuk Sumber Daya Manusia dalam
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

4-7

Indikator kinerja outcome:


a) Adanya dukungan penuh stakeholder di Kab/Kota dalam pengembangan
SPAM di 100 Kab/Kota.
b) Meningkatnya PDAM yang sehat sebanyak 185 PDAM.
c) Termanfaatkannya pengelola air minum non-PDAM yang mendapatkan
manfaat pembinaan sebanyak 225 non-PDAM.
d) Meningkatnya kinerja pelayanan air minum di 299 Kabupaten/Kota.
18. Pembinaan dan pendampingan dalam rangka pembiayaan.

Indikator kinerja outcome:


a) Tersedianya pra studi kelayakan KPS di 23 PDAM Kota.
b) Terfasilitasinya PDAM yang melakukan investasi dari pinjaman Bank di 107
PDAM.
c) Tersedianya alternatif pembiayaan untuk pengembangan SPAM sebanyak 9
laporan.
19. Adaptasi perubahan iklim.

Indikator kinerja outcome:


a) Terlaksananya kampanye hemat air dan perlindungan sumber air baku air
minum di perdesaan dan perkotaan di 32 provinsi.
b) Ketersediaan air baku air minum alternatif di 8 lokasi.
20. Pelayanan manajemen Bidang Permukiman.

Indikator kinerja outcome:


a) Terselenggaranya pelaksanaan administrasi penggajian dan perkantoran
sebanyak 9.500 pegawai.
b) Terselenggaranya administrasi dan pengelolaan pegawai sebanyak 65 paket.
c) Meningkatnya kemampuan dan kehandalan SDM dalam
administrasi keuangan dan akuntansi sebanyak 40 paket.

4-8

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

pengelolaan

d) Terselenggaranya pembinaan hukum dan tersedianya perangkat penataan


hukum sebanyak 45 paket.
e) Terselenggaranya pembinaan serta penyediaan prasarana dan sarana
perlengkapan sebanyak 45 paket.
f) Terselenggaranya pembinaan dan pelaksanaan habitat sebanyak 5 paket.
g) Tersedianya sarana dan prasarana kantor yang baik dan layak sebanyak 25
paket.
21. Penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri dan pola
investasi, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman.

Indikator kinerja outcome:


a) Tersusunnya kebijakan dan strategi bidang permukiman sebanyak 30 paket.
b) Tersusunnya program dan anggaran bidang permukiman sebanyak 35 paket.
c) Tersusunnya kerjasama luar negeri dan investasi bidang permukiman
sebanyak 40 paket.
d) Tersusunnya evaluasi dan kinerja bidang permukiman sebanyak 45 paket.
e) Tersusunnya data dan informasi bidang permukiman sebanyak 35 paket.
Tujuan 2 :

Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan


cakupan pelayanan infrastruktur bidang Cipta Karya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran
1. Penataan kawasan permukiman kumuh di perkotaan.

Indikator kinerja outcome:


a) Berkurangnya kawasan-kawasan kumuh di perkotaan setara 414 Ha sebanyak
207 kawasan.
b) Tersedianya hunian vertikal di kawasan-kawasan kumuh berat di perkotaan
sebanyak 26.700 unit.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

4-9

2. Pembangunan infrastruktur kawasan-kawasan permukiman baru.

Indikator kinerja outcome:


Terwujudnya kawasan-kawasan permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) sebanyak 240 kawasan.
3. Penataan tertib pembangunan dan keselamatan bangunan dan lingkungan.

Indikator kinerja outcome:


a) Terpeliharanya gedung negara yang bersejarah di 65 Kab/Kota.
b) Meningkatnya jumlah Kab/Kota yang mendapat manfaat pengembangan
sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
sebanyak 111 Kab/Kota.
c) Meningkatnya jumlah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan
kelengkapan aksesibilitas pada bangunan gedung di 128 Kab/Kota.
4. Penataan bangunan pada kawasan strategis, tradisional, bersejarah, dan ruang
terbuka hijau.

Indikator kinerja outcome:


a) Meningkatnya jumlah kawasan yang meningkat kualitasnya seluas yang
setara dengan 7.380 Ha sebanyak 152 kawasan.
b) Meningkatnya kualitas ruang terbuka hijau pada lingkungan permukiman
yang setara dengan 369 Ha sebanyak 207 kawasan.
c) Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah
yang setara dengan 442 Ha sebanyak 160 kawasan.
5. Pengembangan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan
(PIP2B) yang memenuhi standar bangunan gedung.

Indikator kinerja outcome:


Termanfaatkannya PIP2B untuk melayani masyarakat sebanyak 33 provinsi.

4-10

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6. Pemberdayaan masyarakat mandiri dan sejahtera.

Indikator kinerja outcome:


Termanfaatkannya kelurahan/desa dalam pendampingan
masyarakat PNPM-P2KP sebanyak 21.984 kelurahan/desa.

pemberdayaan

7. Peningkatan pelayanan infrastruktur air limbah.

Indikator kinerja outcome:


a) Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur air limbah dengan sistem off-site di
11 kawasan.
b) Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur air limbah dengan sistem on-site
sebanyak 210 kawasan.
8. Peningkatan pelayanan infrastruktur drainase.

Indikator kinerja outcome:


Berkurangnya jumlah genangan seluas 4.600 ha, di 50 kawasan.
9. Peningkatan pelayanan infrastruktur persampahan.

Indikator kinerja outcome:


Terlayaninya kawasan untuk infrastruktur persampahan sebanyak 210 kawasan.
10. Peningkatan pelayanan air minum terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) Perkotaan.

Indikator kinerja outcome:


a) Terfasilitasinya kawasan yang
577 kawasan.

terlayani air minum perpipaan di perkotaan

b) Terfasilitasinya kapasitas produksi air minum terpasang 820 Ibukota


Kecamatan (IKK) (8.200 liter/detik).
11. Peningkatan pelayanan air minum terhadap MBR Perdesaan.

Indikator kinerja outcome:


a) Terfasilitasinya desa yang terlayani air minum perpipaan di perdesaan 4.650
desa.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

4-11

b) Terfasilitasinya kawasan dalam kapasitas produksi air minum terpasang di


100 kawasan (960 liter/detik) untuk kawasan pemekaran, pulau terluar,
perbatasan, terpencil, KAPET.
c) Terfasilitasinya kawasan dalam kapasitas produksi air minum terpasang di 53
kawasan (310 liter/detik) untuk pelabuhan perikanan.
Tujuan 3 :

Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah


tertinggal dan penanganan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi kesenjangan antar wilayah.

Sasaran
1. Penanganan kawasan permukiman di kawasan rawan bencana (Sumatera Barat,
dll).

Indikator kinerja outcome:


Tertanganinya kawasan-kawasan permukiman pasca bencana (Sumatera Barat,
dll) sebanyak 15 kawasan.
2. Pengembangan kawasan-kawasan potensial di perdesaan.

Indikator kinerja outcome:


a) Tertanganinya kawasan-kawasan pusat pertumbuhan di perdesaan termasuk
agropolitan setara dengan 600 Ha sebanyak 205 kawasan.
b) Terbangunnya infrastuktur sosial ekonomi wilayah di 185 kawasan.
3.

Penataan kawasan di daerah tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil


terluar.

Indikator kinerja outcome:


a) Meningkatnya kualitas lingkungan hunian untuk masyarakat yang tinggal di P.
Kecil, Desa Tertinggal dan terpencil di 8.803 Desa.

4-12

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

b) Meningkatnya kualitas lingkungan hunian untuk masyarakat yang tinggal di


kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar yang setara dengan 500 Ha
sebanyak 102 kawasan.
4. Penyediaan Prasarana dan sarana air minum, air limbah, persampahan dan
drainase pada Lokasi Pasca Bencana/Konflik Sosial.

Indikator kinerja outcome:


a) Tersedianya Penyediaan Prasarana dan sarana Persampahan dan Drainase
pada Lokasi Pasca Bencana/Konflik Sosial sebanyak 31 paket.
b) Tersedianya Penyediaan Prasarana Air Minum dan Air Limbah pada Lokasi
Pasca Bencana/Konflik Sosial sebanyak 65 paket.
c) Terpenuhinya Cadangan Mendesak Bidang Perkim pada Lokasi Pasca
Bencana/Konflik Sosial sebanyak 33 paket.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

4-13

4.4 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)


Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menggambarkan hasil-hasil utama dari
unit-unit kerja Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi:
1. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
bantek permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, pengelolaan air limbah
dan drainase, pengelolaan persampahan dan air minum.
2. Jumlah Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
3. Jumlah kawasan yang tertangani infrastruktur permukiman, terlayani penataan
bangunan gedung dan lingkungannya mendapat akses prasarana dan sarana air
limbah, tertangani pelayanan drainasenya, tertangani sistem persampahannya,
serta mendapatkan pelayanan air minumnya.
4. Jumlah penyelenggara
pelayanannya.

4-14

air

minum

yang

mampu

meningkatkan

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

kinerja

Ba b 5
ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI

5.1 KEBIJAKAN
PERKOTAAN

DAN

STRATEGI

NASIONAL

PENGEMBANGAN

Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005


tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perkotaan (KSNP-Kota) mempunyai
kebijakan dan strategi yaitu:
Kebijakan 1 :

Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional.


Strategi:
Penyiapan prasarana dan sarana perkotaan nasional.
Kota sebagai simpul pelayanan dalam wilayah.
Pengembangan kota-kota berfungsi nasional/internasional.
Pengembangan kota-kota khusus berkembang cepat dan
kawasan tertinggal.
Panduan bagi daerah untuk pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan.

Kebijakan 2:

Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya,


dan berkeadilan sosial.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5-1

Strategi:
Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang memadai dan
berkeadilan.
Perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau.
Pengembangan pendanaan dan penyediaan tanah bagi
pembangunan permukiman secara partisipatif.
Pengembangan ekonomi yang berdaya saing global.
Penciptaan iklim kehidupan sosial budaya yang saling
menghargai, mendukung, serta mengapresiasi budaya dan
warisannya.
Kebijakan 3:

5-2

Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan.


Strategi :
Peningkatan kapasitas SDM & kelembagaan pusat/daerah dalam
pengelolaan pembangunan perkotaan.
Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah.
Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan stakeholders dalam
pembangunan perkotaan.
Sistem informasi perkotaan secara nasional dan daerah.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKTOR


5.2.1 KEBIJAKAN
MINUM

DAN

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR

Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006


tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(KSNP-SPAM) yaitu:
Kebijakan 1:

Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air minum.


Strategi:

Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan


pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan
air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan
rendah yang dilakukan secara bertahap di setiap propinsi.

Mengembangkan aset manajemen SPAM dalam rangka


meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan.

Meningkatkan dan memperluas akses air yang aman melalui


non perpipaan terlindungi bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.

Mengembangkan penyediaan air minum yang terpadu


dengan sistem sanitasi.

Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang


sesuai dengan standar baku mutu.

Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam


rangka monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan air minum.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5-3

Kebijakan 2:

Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari


berbagai sumber secara optimal.
Strategi:

Kebijakan 3:

Mengembangkan sumber alternatif pembiayaan melalui


penciptaan sistem pembiayaan dan pola investasi.

Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dan atau


masyarakat (koperasi) dalam pembiayaan sarana air minum.

Meningkatkan kemampuan finansial PDAM.

Pengembangan
undangan.

kelembagaan,

peraturan

dan

perundang-

Strategi:

Kebijakan 4:

Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat


kabupaten/kota dalam pengembangan SPAM.

Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Good


terutama
untuk
Corporate
Governance
penyelenggara/operator SPAM.

Melengkapi produk-produk peraturan perundangan dalam


penyelenggaraan SPAM.

Peningkatan penyediaan air baku secara berkelanjutan.


Strategi:

5-4

Konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air


baku.

Peningkatan dan penjaminan kuantitas dan kualitas air baku


terutama bagi kota metro dan besar.

Menyediakan air baku bagi daerah-daerah rawan air.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014


Kebijakan 5:

Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber


daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

Peningkatan peran dan kemitraan dunia usaha, swasta dan


masyarakat.
Strategi:

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi


masyarakat berpenghasilan rendah.

Menciptakan iklim investasi dengan pola insentif dan


kepastian hukum.

5.2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI


PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

NSIONAL

PENGEMBANGAN

SISTEM

Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006


tentang Kebijakan dan Strategi Nsional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan (KSNP-SPP) yaitu:
Kebijakan 1:

Pengurangan timbulan sampah semaksimal mungkin dimulai dari


sumbernya.
Strategi:

Kebijakan 2:

Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R.

Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan


disinsentif dalam pelaksanaan 3R.

Mendorong koordinasi lintas sektor (perindustrian dan


perdagangan).

Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta


sebagai mitra pengelolaan.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5-5

Strategi:

Kebijakan 3:

Meningkatkan
pemahaman
tentang
pengelolaan
persampahan sejak dini melalui pendidikan di sekolah.

Menyebarluaskan
pemahaman
tentang
persampahan kepada masyarakat umum.

Membina masyarakat khususnya kaum perempuan dalam


pengelolaan persampahan.

Mendorong peningkatan pengelolaan berbasis masyarakat.

Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi


dunia usaha/swasta.

Peningkatan
pengelolaan.

cakupan

pelayanan

dan

pengelolaan

kualitas

sistem

Strategi:

5-6

Optimalisasi
prasarana
Kota/Kabupaten.

dan

sarana

Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan


berkeadilan.

Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran


pelayanan.

Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan.

Mengembangkan TPA ke arah Sanitary Landfill (SLF)/


Controlled Landfill (CLF).

Meningkatkan TPA regional.

Melaksanakan Litbang dan aplikasi teknologi penanganan


sampah tepat guna dan berwawasan lingkungan.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

persampahan

Kebijakan 4:

Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.


Strategi:

Kebijakan 5:

Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola.

Meningkatkan kinerja institusi pengelola.

Memisahkan fungsi/unit regulator dan operator.

Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar stakeholder.

Meningkatkan kualitas SDM bidang persampahan.

Mendorong pengelolaan kolektif atas prasarana dan sarana


regional.

Meningkatkan
kelengkapan
pengelolaan persampahan.

Mendorong
implementasi/penerapan
persampahan.

produk

hukum/NPSM
hukum

bidang

Pengembangan alternatif sumber pembiayaan.


Strategi:

Menyamakan persepsi para pengambil keputusan dalam


pengelolaan persampahan dan kebutuhan anggaran.

Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

5.2.3 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NSIONAL


PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN

PENGEMBANGAN

SISTEM

Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008


tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Permukiman (KSNP-SPALP) yaitu:

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5-7

Kebijakan 1:

Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem


on site maupun off site di perkotaan dan perdesaan untuk
perbaikan kesehatan masyarakat
Strategi:

Kebijakan 2:

Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan


sarana air limbah sistem setempat (on-site) di perkotaan dan
perdesaan melalui sistem komunal.

Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan


sarana air limbah sistem terpusat (off-site) di kawasan
perkotaan Metropolitan dan Besar.

Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam


penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah
permukiman.
Strategi:

Kebijakan 3:

Merubah
perilaku
dan
meningkatkan
pemahaman
masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah
permukiman.

Mendorong
partisipasi
dunia
usaha/swasta
dalam
penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan air limbah
permukiman.

Pengembangan
perangkat
peraturan
perundangan
penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
Strategi:

5-8

Menyusun perangkat peraturan perundangan yang


mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah
permukiman.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Kebijakan 4:

Menyebarluaskan informasi peraturan perundangan terkait


penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

Menerapkan peraturan perundangan.

Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil


pengelolaan air limbah permukiman.
Strategi:

Kebijakan 5:

Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan


pengelola air limbah permukiman di tingkat masyarakat.

Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola


air limbah permukiman di daerah.

Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.

Mendorong peningkatan kemauan politik (political will) para


pemangku kepentingan untuk memberikan prioritas yang
lebih tinggi terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan


pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman.

Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk


penyelenggaraan air limbah permukiman.

Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam


mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan
proporsi pembagian yang disepakati bersama.

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5-9

5.3 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBIAYAAN


Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta
Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab
Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan,
Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).
Khusus untuk Direktorat Jenderal Cipta Karya, hampir
semua tugas pembangunan sudah diserahkan kepada
pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun
Kabupaten/Kota, oleh karena itu peran pemerintah pusat,
dalam hal ini Ditjen. Cipta Karya lebih terfokus kepada
tugas
pengaturan,
pembinaan
dan
pengawasan
(Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui
penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma,
Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), sdan penyusunan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain
yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan
tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk pemberian
bimbingan dan bantuan teknis, supervisi serta konsultasi.
Untuk Tugas pengawasan, peran pemerintah pusat
dilakukan dalam
bentuk monitoring dan evaluasi.
Keseluruhan
tugas
pengaturan,
pembinaan
dan
pengawasan ini didanai oleh dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN).
Dalam penyelenggaran tugas pembangunan pola
penyelenggaraan terdiri dari kegiatan pembangunan yag
bersifat pulih biaya (cost recovery) serta kegiatan

5-10

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

pembangunan yang bersifat tidak pulih biaya (non cost recovery). Untuk kegiatan
pulih biaya tidak memerlukan bantuan dana pemerintah pusat (APBN) dan dilakukan
dengan pengusahaan dan mandiri oleh swasta dan masyarakat. Untuk kegiatan yang
bersifat tidak pulih biaya, maka diperlukan peran pemerintah pusat dan daerah,
dimana peran pemerintah pusat hanya sebagai stimulan.
Selain pola penyelenggaraan kegiatan pembangunan yag bersifat cost recovery
serta non cost recovery Ditjen. Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan
dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran
serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya.
Untuk tugas pembangunan ini juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)
berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain
itu terdapat pola Hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Kebijakan pembiayaan diarahkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber dana
bagi dukungan pembinaan dan pengembangan permukiman, yaitu sumber dana
nasional (APBN), sumber dana lokal (APBD provinsi, kabupaten, kota), serta sumber
dana intenasional (bantuan luar negeri berupa hibah/grant maupun pinjaman/loan)
dari lembaga multilateral (World Bank, Asian Development Bank, dll) serta lembaga
donor bilateral. Selain itu kebijakan pembiayaan diarahkan untuk dapat
memanfaatkan sumber dana non-pemerintah, yaitu sumber dana swasta dan sumber
dana masyarakat. Khususnya sumber dana swasta ditempuh dengan mengupayakan
pola public private partnership untuk pembiayaan proyek-proyek bidang Cipta Karya,
beberapa kegiatan yang sedang ditawarkan untuk pola kerjasama dengan swasta
adalah sebagai berikut:

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5-11

Tabel 5.2 :
Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010-2016
No

Kota/
KABUPATEN

BENTUK
KERJASAMA

KAPASITAS
(Liter/
det)

Konsesi
BOT

RENCANA DISBURSMENT (MILIAR RUPIAH)


2010

2011

2012

STATUS

2013

2014

2015

2016

TOTAL

300

33.6

89.6

67.2

33.6

224.0

Pra FS

300

47.2

20.2

67.4

Ijin Study Pra FS

POTENSI

1.

Kota Bekasi

2.

Kota
Surakarta

PRIORITAS

3.

Kota dan Kab.


Cirebon

4.
5.
6.

DKI Jakarta,
Bekasi,
Karawang

7.

SPAM
Umbulan

8.

9.

BOT

420

99.4

42.6

142.0

Pra FS

Kab. Bekasi

Konsesi

450

44.7

119.1

89.3

44.7

297.8

Review isi Pra FS

Kota Bandar
Lampung

Konsesi

500

77.6

207.0

155.3

77.6

517.6

Review Pra Fs

BOT

5000

567.0

945.0

378.0

1890.0

Pra FS

BOT/Konsesi

4,000

540.0

900.0

360.0

1800.0

Pra FS

Kab. Bandung

Konsesi

500

25.8

68.7

51.5

25.8

171.7

Kab. Bandung
Barat

Konsesi

500

19.1

50.8

38.1

19.1

127.0

BT

200

Kab. Bandung
dan Bandung
Barat

Kab. Banjar
Baru

19.2

Penyusunan Pra FS

19.2

Penyusunan Pra FS
& DED

35.6

Proses Negosiasi dan


Finalisasi PKS

PROSES TENDER

10.

KotaJambi
(IPA Broni &
IPA Benteng)

ROT WTP

320

24.9

10.7
KPS YANG SEDANG BERJALAN

Kab.
Tangerang

5-12

konsesi

900

75.4

201.1

150.8

75.4

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

502.7

Pemenuhan Persyaratan
Pendahuluan, efektif
mulai konstruksi Januari
2010:
Membangun IPA 900
l/det
Sambungan Rumah
(SR) 60.000 unit
Jaringan pipa 180
km

Tabel 5.3 :
Usulan Kegiatan PHLN 2010-2014
Project Cost (US$ 000)
No

Nama Usulan

PA / TA

PINJAMAN

Southern Bali Water Supply Development


Project
Small Scale Water Treatment Plants for
Emergency Relief

PA

70,000

PA

25,000

3
4

Southern Pekanbaru Water Supply Project


Incentive Grant for Water Supply Sector

PA
PA

35,000
20,000

Greater Surabaya-Umbulan Water Supply


Project (Government Support)

PA

80,000

Development of Jatiluhur Water Supply


Project (Government Support)
Makassar Water Supply Development
Project (Stage II)
Development of Jatigede Water Supply
System
Water Supply System Development for
Banten - Jakarta from Karian Dam

PA

80,000

PA

30,000

PA

30,000

PA

40,000

IKK Water Supply Program and Small


Water Treatment Plant for Water Scarcity
Area
Water Supply Project in Central Lombok
Regency
Development for Water Supply System in
Greater Pontianak (Government Support)

PA

150,000

PA

15,000

13

Neighbourhood Development Project

PA

80,000

14

Greater Bandung Water Supply &


Sanitation Project
Neighborhood Upgrading and Shelter
Sector Project Phase II (NUSSP 2)

PA

200,000

PA

80,000

Metropolitan Sanitation Management and


Health Project
Solid Waste Management Improvement
Project for Urban Climate Change Program

PA

160,000

PA

250,000

Incentive Grant for Wastewater Sector


Kalibanger Polder System

PA
PA

1
2

7
8
9
10

11
12

15
16
17
18
19

PA

HIBAH

Keterangan (Semua nilai


dalam USD 000)
Sudah di appraise oleh JICA
Sudah ada surat deputi
pendanaan Bappenas ke
kedutaan Spanyol, dan telah
mendapat persetujuan dari
Spanyol

100,000

Melanjutkan Grant AusAid


(Hibah)
Mendukung PPP
Mendukung PPP

Mendukung PPP
Mendukung PPP, sudah
disetujui oleh Korea
termasuk kegiatan yang sudah
disetujui oleh Hungaria (USD
50,000)

15,000
Mendukung PPP
Sudah disetujui oleh World
Bank

Sudah diminati oleh ADB


Termasuk kegiatan yang sudah
disetujui ADB (USD 39,000)
Sudah ada persetujuan awal
dari KFW
50,000
4,000

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Sedang dievaluasi Pemerintah


Belanda

5-13

Project Cost (US$ 000)


No

Nama Usulan

PA / TA

20

Banda Aceh Sanitation Development


Project
Community Based Water Supply and
Sanitation Project
Solid Waste management improvement
support project for regional and
Metropoliltan Cities
Drainage Improvement Support Project for
Metropolitan Cities
Capacity Building of Drinking Water
System Provision Management (SPAM)
Project
Sector Survey on PDAM Asset
Management
The Project for Water Service
Improvement in Mamminasata
Metropolitan Area in South Sulawesi
Province
"The Project on Building Administration
and Enforcement Capacity Development
for Seismic Resilience" Phase II
Capacity Building for Urban Settlement
Development

PA

21
22

23
24

HIBAH

PA

264,000

PA

250,000

PA

120,000

Sudah diminati oleh ADB


Sudah diminati oleh JICA

7,000

TA

4,000

TA

5,000

TA

3,000

TA

6,000

Development of 3R and Domestic Solid


Waste Management System Project
Project for Capacity Development of
Wastewater Sector through reviewing the
Wastewater Management Plan in DKI
Jakarta
Surabaya Sanitary Center and
Environmental Education Park
Preparation of FS & DED for Sewerage
Development Project

TA

2,000

TA

2,000

TA

7,800

TA

16,000

33

Master Plan & DED for Drainage in Priority


Areas

TA

4,900

34

Preparation of FS & DED for Solid Waste


Development Project (persiapan
pembangunan TPA Regional)
Improvement of Septage Treatment Plant
Management Program

TA

4,440

TA

10,000

26

27

28
29
30

31
32

35

TOTAL

Keterangan (Semua nilai


dalam USD 000)

18,000

TA

25

5-14

PINJAMAN

1,994,000

244,140

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Sudah diminati oleh Belanda


Sudah disetujui oleh JICA

Sudah disetujui oleh JICA

Sudah disetujui oleh JICA

5.4 KEBIJAKAN DAN STRATEGI


INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

KETERPADUAN

PENANGANAN

Kebijakan keterpaduan penanganan infrastruktur permukiman diarahkan untuk


menyusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota
yang harus disiapkan oleh setiap Kabupaten/Kota. Dokumen ini merupakan
keterpaduan penanganan infrastruktur permukiman secara multi sektor, multi
sumber dana dan multi tahun. Multi sektor dimaksudkan adalah untuk mencakup
keseluruhan keterpaduan Pengembangan Permukiman, Penyehatan Lingkungan
Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan dan Air Minum. Multi sumber
dana dimaksudkan adalah untuk memadukan sumber dana pusat, daerah, swasta,
masyarakat. Multi tahun dimaksudkan adalah untuk memadukan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan penanganan infrastruktur permukiman dalam kurun waktu lima
tahun.
Manfaat penyusunan Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM) bidang Cipta Karya: i) meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pembangunan di Daerah; ii) mewujudkan hasil pembangunan yang
lebih optimal melalui perencanaan pembangunan infrastruktur terpadu, sebagai
dokumen kelayakan dan kerjasama program dan anggaran pembangunan bidang
PU/CK di Daerah antara Pemerintah Pusat, Propinsi, dan Kab/Kota; iii) mendorong
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di daerah dalam rangka memacu
pertumbuhan Kabupaten/Kota dan pemerataan pembangunan; iv) mendukung
pencapaian sasaran pembangunan lima tahun bidang Cipta Karya sebagaimana
dimaksud dalam Renstra Ditjen. Cipta Karya tahun 2010-2014 dan seterusnya
maupun MDG 2015 yang akan datang.
Sedangkan muatan dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Infrastruktur bidang Cipta Karya dibagi menjadi 6 bagian yang meliputi:

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5-15

1. Rencana/Strategi Pembangunan Kota dan Kawasan, pada bagian ini berisi


skenario pengembangan kota dan kawasan, serta skenario pembangunan
infrastruktur.
2. Program Investasi Jangka Menengah Infrastruktur. Pada bagian ini berisi tentang
pendanaan sektor-sektor bidang Cipta Karya yaitu: Pengembangan Permukiman,
Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP),
dan Pengembangan Air Minum.
3. Keuangan Daerah dan Pembiayaan Program Pembangunan.
4. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
5. Rencana Tindak Peningkatan Pendapatan Daerah.
6. Rencana Tindak Pengembangan Kelembagaan Daerah.
Adapun kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
sebagai bagian dari dokumen perencanaan spasial dan sektoral, dapat dilihat pada
diagram di bawah ini.

5-16

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Diagram 5.1
Kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Kebijakan Spasial

Kebijakan Sektoral/Program

Nasional

RTRWN

RPJMN

Propinsi

RTRW Propinsi

RPJM Propinsi

Kabupaten/
kota

RTRW Kab/Kota

RPJM Kab/Kota

Rencana Induk Sistem


(RIS)

RPIJM

STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN


DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP)

Strategi pembangunan per kawasan


Strategi pembangunan sektoral

Rencana Program Investasi Jangka Menengah

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

5-17

Ba b 6
PROGRAM DAN KEGIATAN

6.1 PROGRAM DAN KEGIATAN 2010-2014


Rincian program dan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya yang akan
dilaksanakan pada periode tahun 2010-2014 beserta target capaian yang ditetapkan
dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan nama program yang akan mewadahinya
adalah sebagai berikut:
PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN dengan indikator kinerja outcome-nya : meningkatnya jumlah
kabupaten kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan
permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi
terwujudnya pembangunan permukiman serta jumlah kawasan yang
mendapat akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman yang
berkelanjutan, yang diukur dari:
1.
2.
3.

Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi


bantek permukiman.
Jumlah Kabupaten/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
bantek bangunan gedung dan lingkungan.
Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan
bantek pengelolaan air limbah dan drainase.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-1

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan


bantek pengelolaan persampahan.
Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasikan
bantek air minum.
Penyusunan Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
Dukungan Manajemen Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Jumlah kawasan yang tertangani infrastruktur permukiman.
Jumlah kawasan yang terlayani penataan bangunan gedung dan lingkungannya.
Jumlah kawasan yang mendapat akses prasarana dan sarana air limbah.
Jumlah kawasan yang terangani pelayanan drainase.
Jumlah kawasan yang tertangani sistem persampahan.
Jumlah kawasan yang mendapat pelayanan air minum kepada penduduk
kota/kabupaten.
Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman.
Sedangkan kegiatan yang ada berjumlah 7 buah dengan dilengkapi indikator

output. Penjelasannya sebagai berikut.


1.

Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan
dan
Penyelenggaraan
dalam
Pengembangan Permukiman dengan outcome-nya: meningkatnya perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan dan standarisasi teknis di bidang
pengembangan permukiman dan meningkatnya jumlah kawasan yang mendapat
akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman, yang diukur melalui indikator:
Jumlah produk NSPK nasional bidang permukiman.
Jumlah produk NSPK daerah bidang permukiman.
Jumlah kab/kota yang memperoleh pendampingan penyusunan Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).
Jumlah Kab/Kota yang memperoleh pendampingan Penyusunan Rencana
Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan dan
Perdesaan yang setara dengan 500 kawasan.

6-2

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Jumlah produk pendampingan penyusunan rencana tindak.


Jumlah produk diseminasi, sosialisasi, diklat, dan lokakarya bagi pemda,
masyarakat dan swasta.
Jumlah kawasan kumuh di perkotaan setara 414 Ha yang tertangani.
Jumlah satuan unit hunian Rumah Susun yang terbangun dan infrastruktur
pendukungnya.
Jumlah kawasan perumahan bagi MBR.
Jumlah kawasan permukiman rawan bencana (Sumatera Barat, dll).
Jumlah kawasan perdesaan potensial/agropolitan setara 600 Ha yang
tertangani.
Jumlah kawasan yang dilayani oleh infrastruktur pendukung kegiatan
ekonomi dan sosial.
Jumlah desa tertinggal yang terbangun prasarana dan sarana lingkungan
permukiman 4.
Jumlah kawasan setara 500 Ha yang terbangun prasarana dan sarana
lingkungan permukiman 5.
2.

Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan Dalam Penataan Bangunan dan


Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, serta
Penyelenggaraan
Pembangunan
Bangunan
Gedung
dan
Penataan
Kawasan/Lingkungan Permukiman dengan outcome-nya: meningkatnya
implementasi produk pengaturan, pelayanan pembinaan dan pengawasan,
kualitas hasil pembangunan dan penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan yang diukur melalui indikator:

4
5

Jumlah NSPK bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.


Jumlah Bantek dan pendampingan penyusunan NSPK Penataan Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
Jumlah Kabupaten/Kota yang mendapatkan fasilitasi penyusunan RTBL.

Telah mengakomodasi isu Pengarusutamaan Gender


Telah mengakomodasi isu Wilayah Perbatasan dan Terpencil

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-3

6-4

Jumlah Kab/Kota yang mendapat fasilitasi penyusunan Rencana Induk Sistim


Proteksi Kebakaran (RISPK).
Jumlah kawasan yang mendapat fasilitasi penyusunan rencana tindak
penataan dan revitalisasi kawasan.
Jumlah Kab/Kota yang mendapat fasilitasi penyusunan Rencana Tindak
Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Jumlah Kab/Kota yang mendapat fasilitasi penyusunan Rencana Tindak
Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional dan Bersejarah.
Jumlah Provinsi yang melaksanakan fasilitasi Penguatan Kelembagaan
Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pelatihan (TOT), Penyelenggaraan
Bangunan Gedung, Penataan Lingkungan dan pendataan serta pengelolaan
Gedung dan Rumah Negara, dengan mengundang seluruh Kab/Kota.
Jumlah Provinsi yang melaksanakan Pemeriksaan keandalan bangunan
gedung termasuk gedung dan rumah negara dengan mengambil beberapa
Kab/Kota terpilih yang ada pada masing-masing wilayahnya.
Jumlah Kabupaten/Kota yang mendapatkan pengembangan bangunan
gedung negara dan bersejarah.
Jumlah Kabupaten/Kota yang mendapatkan pengembangan sarana dan
prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
Jumlah Kab/Kota yang mendapat dukungan pengembangan sarana dan
prasarana aksesibilitas bangunan gedung.
Jumlah Kawasan setara 7.380 Ha yang mendapatkan dukungan sarana dan
prasarana pada kawasan yang direvitalisasi.
Jumlah Kawasan setara 369 Ha yang mendapatkan dukungan sarana dan
prasarana Ruang terbuka Hijau 6.
Jumlah kawasan setara 442 Ha yang mendapatkan dukungan sarana dan
prasarana pada permukiman tradisional dan bersejarah.
Jumlah Provinsi yang mendapat pengembangan PIP2B.
Jumlah Kelurahan/Desa yang mendapatkan pendampingan pemberdayaan
sosial (P2KP/PNPM) 7.

Telah mengakomodasi isu Climate Change

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan


Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi dan
Persampahan, dengan outcome-nya: meningkatnya pelayanan perumusan
kebijakan, perencanaan teknis, pembinaan, dan standarisasi teknis dan
pengelolaan pengembangan infrastruktur bidang sanitasi dan persampahan yang
diukur melalui indikator:

Jumlah NSPK untuk pengelolaan air limbah yang tersusun.


Jumlah NSPK untuk drainase yang tersusun.
Jumlah Bantek, Bimtek dan pendampingan (SSK) pengelolaan air limbah.
Jumlah Bantek, Bimtek dan pendampingan (SSK) pengelolaan drainase.
Jumlah penyelenggaraan pelatihan (Diklat) teknis dan pengelolaan air limbah.
Jumlah penyelenggaraan pelatihan (Diklat) teknis dan pengelolaan drainase.
Jumlah monev kinerja pengembangan air limbah.
Jumlah monev kinerja pengembangan drainase.
Jumlah kawasan yang terlayani infrastruktur air limbah dengan sistem
off-site 8.
Jumlah kawasan yang terlayani infrastruktur air limbah dengan sistem
on-site 9.
Jumlah kawasan yang luas genangannya berkurang 10.
Jumlah NSPK untuk pengelolaan persampahan yang tersusun.
Jumlah Bantek, Bintek, dan pendampingan (SSK) pengelolaan persampahan.
Jumlah penyelenggaraan pelatihan (Diklat) teknis dan pengelolaan
persampahan.
Jumlah fasilitasi pengembangan sumber pembiayaan dan pola investasi
bidang persampahan melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat 11.

Telah mengakomodasi isu Pengarusutamaan Gender


Telah mengakomodasi isu Climate Change
9
Telah mengakomodasi isu Climate Change
10
Telah mengakomodasi isu Climate Change
8

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-5

Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah

monev kinerja pengembangan persampahan.


kawasan yang telayani infrastruktur persampahan
prasarana pengumpulan sampah 13.
prasarana persampahan terpadu 3R 14.

12

4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan


Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan
outcome-nya: meningkatnya pelayanan perumusan kebijakan, perencanaan
teknis, pembinaan, standarisasi teknis dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum minum yang diukur melalui indikator:

11
12
13
14
15
16

6-6

Jumlah NSPK tentang air minum yang tersusun.


Jumlah kab/kota yang menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai NSPK.
Jumlah Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan.
Jumlah penyelenggara air minum yang mendapatkan pembinaan, pendidikan,
dan pelatihan.
Jumlah PDAM yang memperoleh pembinaan.
Jumlah pengelola air minum non-PDAM yang memperoleh pembinaan.
Jumlah Monev kinerja pengembangan pengelolaan air minum.
Jumlah laporan pra studi kelayakan KPS.
Jumlah PDAM terfasilitasi untuk mendapatkan pinjaman bank.
Jumlah studi alternatif pembiayaan.
Jumlah propinsi yang melaksanakan kampanye 15.
Jumlah aktivitas reuse dan daur ulang air 16.
Jumlah kawasan yang terfasilitasi (PS air minum MBR Perkotaan).
Jumlah IKK yang terfasilitasi.

Telah mengakomodasi isu Climate Change


Telah mengakomodasi isu Climate Change
Telah mengakomodasi isu Climate Change
Telah mengakomodasi isu Climate Change
Telah mengakomodasi isu Climate Change
Telah mengakomodasi isu Climate Change

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Jumlah desa yang terfasilitasi (PS air minum perdesaan).


Jumlah kawasan (lt/det) yang terfasilitasi (kawasan pemekaran, pulau terluar,
perbatasan, terpencil, KAPET).
Jumlah kawasan (lt/det) yang terfasilitasi (mendukung pelabuhan perikanan).

5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman dengan output-nya: terselenggaranya


dukungan manajemen dan kawasan yang mendapat penyediaan prasarana dan
sarana air minum, air limbah, persampahan dan drainase pada lokasi pasca
bencana/konflik sosial yang diukur dari indikator kinerja output sebagai berikut:

Jumlah terselenggaranya pelaksanaan administrasi penggajian dan


perkantoran.
Jumlah terselenggaranya administrasi dan pengelolaan pegawai.
Jumlah meningkatnya kemampuan dan kehandalan SDM dalam pengelolaan
administrasi keuangan dan akuntansi.
Jumlah terselenggaranya pembinaan hukum dan tersedianya perangkat
penataan hukum.
Jumlah terselenggaranya pembinaan serta penyediaan prasarana dan sarana
perlengkapan.
Jumlah terselenggaranya pembinaan dan pelaksanaan kegiatan terkait
habitat.
Jumlah terpenuhinya prasarana dan sarana kantor yang baik dan layak.
Jumlah tersedianya prasarana dan sarana persampahan dan drainase pada
lokasi pasca bencana/konflik sosial.
Jumlah prasarana air minum dan air limbah pada lokasi pasca bencana/konflik
sosial.
Jumlah terpenuhinya cadangan mendesak bidang permukiman pada lokasi
pasca bencana/konflik sosial.

6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data


Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman
dengan
outcome-nya: Jumlah penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-7

luar negeri, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman
yang diukur melalui indikator:

Jumlah penyusunan Kebijakan dan Strategi bidang Permukiman.


Jumlah penyusunan Program dan Anggaran bidang Permukiman.
Jumlah penyusunan Kerjasama Luar Negeri dan Pola Investasi bidang
Permukiman.
Jumlah penyusunan Evaluasi dan Kinerja bidang Permukiman.
Jumlah penyusunan Data dan Informasi Bidang Permukiman.

7. Dukungan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber


Pembiayaan dan Pola Investasi serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi dengan outcome-nya: Jumlah PDAM yang meningkat kinerja
pelayanannya yang diukur melalui indikator:

6-8

Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah

PDAM yang dibina.


penyelenggaraan diklat.
monitoring dan evaluasi.
konsep NSPK.
Kab/Kota yang menyelenggarakan SPAM sesuai NSPK.
PDAM yang mendapat fasilitas perbankan / sumber pembiayaan.
PDAM/Kab/Kota yang mendapat pendampingan KPS.
studi alternatif pembiayaan/pola investasi.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6.2 PENDANAAN CIPTA KARYA 2010-2014


Sebagai upaya pencapaian tujuan dan sasaran bidang Cipta Karya yang
dilakukan melalui target-target berupa program dan kegiatan baik yang bersifat
reguler maupun dukungan terhadap prioritas dan fokus prioritas nasional dengan
mempertimbangkan kondisi keuangan negara dan perkembangan situasi ekonomi,
politik, global maka disusun skenario kebutuhan pendanaan. Sebagaimana yang
telah digambarkan pada tabel skenario kebutuhan pendanaan, sasaran bidang Cipta
Karya terdiri dari enam bidang antara lain: Pengembangan Permukiman Perkotaan
dan Perdesaan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan, Penyehatan
Lingkungan Permukiman yang terdiri dari Pengembangan Sanitasi Lingkungan dan
Pengembangan Persampahan, Pengembangan Air Minum, Sekretariat Direktorat
Jenderal dan Direktorat Bina Program.
Untuk Sub Bidang Pengembangan Permukiman, alokasi yang dianggarkan
adalah sebesar Rp. 11,677 triliun, alokasi tersebut terbagi dalam sektor
Pengembangan Permukiman (Non Fisik) sebesar Rp. 0,9632 triliun, Pengembangan
Permukiman Perkotaan sebesar Rp. 5,590 triliun, dan Pengembangan Permukiman
Perdesaan sebesar Rp. 5,124 triliun.
Sub Bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan, alokasi yang
dianggarkan sebesar Rp. 9,569 triliun. Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman
alokasi yang dianggarkan sebesar Rp. 14,074 triliun, alokasi tersebut digunakan
untuk dua sektor, yaitu alokasi untuk Pengembangan Sanitasi Lingkungan sebesar
Rp. 8,32 triliun dan Pengembangan Persampahan sebesar Rp. 5,754 triliun.
Sub Bidang Pengembangan Air Minum alokasi yang dianggarkan sebesar
Rp. 12,421 triliun. Sekretariat Direktorat Jenderal alokasi yang dianggarkan sebesar
Rp. 1,817 triliun, untuk Direktorat Bina Program alokasi yang dianggarkan sebesar
Rp. 0,441 triliun.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-9

Tabel 6.1 :
Rekapitulasi Ditjen Cipta Karya
No
1

URAIAN KEGIATAN
Pembinaan dan
Pengembangan air minum

Alokasi Biaya
(Rp. Trilyun)
12.42

Sasaran Utama
Melayani air minum di perkotaan untuk :
MBR di 577 kawasan
IKK di 820 kawasan (8200 lt/det)
Melayani air minum di kawasan Strategis :
Perbatasan (pemekaran, KAPET) di 100 kawasan (960 lt/det)
Pelabuhan perikanan di 53 kawasan (310 lt/det)
Melayani air minum perdesaan di 4650 desa

(Ket: Total pembinaan dan pengembangan AM termasuk BPPSPAM Rp. 234 M)

Pembinaan dan
Pengembangan
sanitasi dan persampahan

14.07

Pembinaan dan
Pengembangan
permukiman
PNPM Perkotaan
Pembangunan Rusunawa
Pembinaan dan
Pengembangan penataan
bangunan dan lingkungan
Dukungan manajemen
bidang permukiman

8.35

4
5
6
7

TOTAL

Melayani sanitasi dan persampahan :


Pembangunan TPA di 210 kab/kota
Persampahan terpadu 3R di 250 lokasi
Air limbah (off site) di 11 kab/kota
Drainase (genangan) seluas 4.600 Ha
Pengembangan infrastruktur permukiman :
Kumuh di 207 Kawasan (seluas 414 Ha)
PPIP di 8803 desa

5.94
3.33
3.63

Melayani 21.984 Kel/desa

2.26

Penyediaan cadangan mendesak Perkim pada lokasi pasca bencana/konflik


sosial sebanyak 17 paket

Membangun Rusunawa sejumlah 270 TB (26.700 Unit)


Meningkatkan kualitas kawasan/revitalisasi dan RTH di 158 kawasan

50.00

Adapun perincian alokasi tahunan dari masing-masing bidang, terlihat dalam


tabel berikut:
Tabel 6.2 :
Sub Bidang Pengembangan Permukiman
NO
1
1.1
1.2
1.3

6-10

Bidang
Pengembangan Permukiman
Permukiman (Non Fisik)
Pengembangan Permukiman
Perkotaan
Pengembangan Permukiman
Perdesaan

Total
(Trilyun)

Rincian Alokasi Per Tahun


2010

2011

2012

2013

2014

11,677
0,963
5,590

2,337
0,100
0,941

3,382
0,229
2,048

3,097
0,252
1,910

1,651
0,213
0,441

1,210
0,169
0,250

5,124

1,296

1,105

0,935

0,997

0,791

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Dalam upaya pencapaian bidang Pengembangan Permukiman dibutuhkan dana


sebesar Rp. 11,677 triliun, dana tersebut akan dialokasikan pada tahun 2010 sebesar
Rp. 2,337 triliun, tahun 2011 sebesar Rp. 3,382 triliun, tahun 2012 sebesar
Rp. 3,097 triliun, tahun 2013 sebesar Rp. 1,651 triliun, dan tahun 2014 sebesar
Rp. 1,210 triliun. Dari alokasi tersebut terbagi dalam tiga sektor, untuk Permukiman
(Non fisik) alokasi sebesar Rp. 0,963 triliun, dialokasikan pada tahun 2010 sebesar
Rp. 0.100 triliun, tahun 2011 sebesar Rp. 0,229 triliun, tahun 2012 sebesar
Rp. 0,252 triliun, tahun 2013 sebesar Rp. 0,213 triliun, dan tahun 2014 sebesar
Rp. 0,169 triliun. Pengembangan Permukiman Perkotaan dari alokasi sebesar
Rp. 5,590 triliun, dialokasikan pada tahun 2010 sebesar Rp. 0,941 triliun, tahun 2011
sebesar Rp. 2,048 triliun, tahun 2012 sebesar Rp. 1,910 triliun, tahun 2013 sebesar
Rp. 0,441 triliun, dan tahun 2014 sebesar Rp. 0,250 triliun. Pengembangan
Permukiman Perdesaan, dari alokasi sebesar Rp. 5,124 triliun, dialokasikan pada
tahun 2010 sebesar Rp. 1,296 triliun, tahun 2011 sebesar Rp. 1,105 triliun, tahun
2012 sebesar Rp. 0,953 triliun, tahun 2013 sebesar Rp. 0,997 triliun, dan tahun
2014 sebesar Rp. 0,791 triliun.
Tabel 6.3 :
Sub Bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
NO
2

Bidang
Penataan Bangunan Gedung dan
Lingkungan

Total
(Trilyun)
9,569

Rincian Alokasi Per Tahun


2010

2011

2012

2013

2014

2,023

2,367

2,180

1,561

1,439

Dalam upaya pencapaian bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan


dibutuhkan dana sebesar Rp. 9,569 triliun, dana tersebut dialokasikan selama lima
tahun, yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp. 2,023 triliun, tahun 2011 sebesar
Rp. 2,367 triliun, tahun 2012 sebesar Rp. 2,180 triliun, tahun 2013 sebesar
Rp. 1,561 triliun, dan tahun 2014 sebesar Rp. 1,439 triliun.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-11

Tabel 6.4 :
Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman
NO

Total
(Trilyun)

Bidang

Rincian Alokasi Per Tahun


2010

2011

2012

2013

2014

14,074

1,210

2,861

3,294

3,340

3,369

PLP

3.1

Pengembangan Sanitasi lingkungan

8,320

0,931

1,529

1,894

1,859

2,108

3.2

Pengembangan Persampahan

5,754

0,279

1,333

1,400

1,481

1,261

Dalam upaya pencapaian bidang PLP dibutuhkan dana sebesar


Rp. 14,074 triliun, dana tersebut dialokasikan selama lima tahun, yaitu pada tahun
2010 sebesar Rp. 1,210 triliun, tahun 2011 sebesar Rp. 2,861 triliun, tahun 2012
sebesar Rp. 3,294 triliun, tahun 2013 sebesar Rp. 3,340 triliun, dan tahun 2014
sebesar Rp. 3,369 triliun. Alokasi tersebut dibagi dalam dua sub kegiatan, yaitu
Pengembangan Sanitasi Lingkungan dan Pengembangan Persampahan.
Pengembangan Sanitasi Lingkungan dengan alokasi sebesar Rp. 8,320 triliun
dialokasikan pada tahun 2010 sebesar Rp. 0,931 triliun, tahun 2011 sebesar
Rp. 1,529 triliun, tahun 2012 sebesar Rp. 1,894 triliun, tahun 2013 sebesar
Rp. 1,859 triliun, dan tahun 2014 sebesar Rp. 2,108 triliun. Sedangkan
Pengembangan Persampahan dengan alokasi sebesar Rp. 5,754 triliun dialokasikan
pada tahun 2010 sebesar Rp. 0,279 triliun, tahun 2011 sebesar Rp. 1,333 triliun,
tahun 2012 sebesar Rp. 1,400 triliun, tahun 2013 sebesar Rp. 1,481 triliun, tahun
2014 sebesar Rp. 1,261 triliun.
Tabel 6.5 :
Sub Bidang Pengembangan Air Minum
NO
4

6-12

Bidang
Pengembangan Air Minum

Total
(Trilyun)
12,421

Rincian Alokasi Per Tahun


2010
1,775

2011

2012

2,792

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

2,228

2013
2,680

2014
2,946

Dalam upaya pencapaian bidang Pengembangan Air Minum, dibutuhkan dana


sebesar Rp. 12,421 triliun, dana tersebut akan dialokasikan selama lima tahun, yaitu
pada tahun 2010 sebesar Rp. 1,775 triliun, tahun 2011 sebesar Rp. 2,792 triliun,
tahun 2012 sebesar Rp. 2,228 triliun, tahun 2013 sebesar Rp. 2,680 triliun, dan
tahun 2014 sebesar Rp. 2,946 triliun.
Tabel 6.6 :
Sekretariat Direktorat Jenderal
NO
5

Bidang

Rincian Alokasi Per Tahun

Total
(Trilyun)

Sekretariat Direktorat Jenderal

2010

1,817

2011

0,153

2012

0,358

0,420

2013
0,460

2014
0,427

Dalam upaya pencapaian Sekretariat Direktorat Jenderal, dibutuhkan dana


sebesar Rp. 1,817 triliun, dana tersebut akan dialokasikan selama lima tahun, yaitu
pada tahun 2010 sebesar Rp. 0,153 triliun, tahun 2011 sebesar Rp. 0,358 triliun,
tahun 2012 sebesar Rp. 0,420 triliun, tahun 2013 sebesar Rp. 0,460 triliun, dan
tahun 2014 sebesar Rp. 0,427 triliun.
Tabel 6.7 :
Bina Program
NO
6

Total
(Trilyun)

Bidang
Direktorat Bina Program

0,441

Rincian Alokasi Per Tahun


2010
0,131

2011
0,080

2012
0,085

2013
0,075

2014
0,070

Dalam upaya pencapaian bidang Direktorat Bina Program, dibutuhkan dana


sebesar Rp. 0,441 triliun, dana tersebut akan dialokasikan selama lima tahun, yaitu
pada tahun 2010 sebesar Rp. 0,131 triliun, tahun 2011 sebesar Rp. 0,080 triliun,
tahun 2012 sebesar Rp. 0,085 triliun, tahun 2013 sebesar Rp. 0,075 triliun, dan
tahun 2014 sebesar Rp. 0.070 triliun.

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-13

Tabel 6.8 :
Matrik Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014

6-14

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-15

6-16

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-17

6-18

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-19

6-20

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-21

6-22

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-23

6-24

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-25

6-26

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-27

6-28

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-29

6-30

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-31

6-32

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-33

6-34

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-35

6-36

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-37

6-38

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-39

6-40

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

6-41

Ba b 7
P E N U T U P

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 merupakan


acuan bagi setiap Satminkal/Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
dalam menyusun Program dan Kegiatan setiap tahun mulai dari tahun 2010 hingga
tahun 2014.
Selain program dan kegiatan yang tercantum dalam dokumen Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014, sebagai implementasi untuk
koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah dan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah serta masyarakat dan dunia
usaha agar dapat mencapai kinerja yang maksimal dalam rangka meningkatkan
ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur bidang Cipta Karya (bidang
Permukiman) yang lebih merata, maka Ditjen Cipta Karya memfasilitasi pemerintah
provinsi/kabupaten/kota untuk menyusun dokumen perencanaan terpadu yang
disebut dengan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM). Dokumen ini
mencerminkan perencanaan terpadu secara partisipatif oleh kabupaten/kota yang
menggambarkan rencana kegiatan multi tahun (5 tahun), multi sektor, dan multi
sumber dana (pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
serta masyarakat dan dunia usaha). Hingga saat ini telah terdapat sejumlah 427
kabupaten/kota yang telah menyusun dokumen RPIJM. Melalui RPIJM ini, diharapkan

--------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

7-1

pelayanan air minum dan sanitasi di tanah air dapat ditangani secara bersama-sama
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta
Karya (Permukiman) ini bertujuan untuk: (i) meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pembangunan di Daerah; (ii) mewujudkan hasil pembangunan
yang lebih optimal melalui perencanaan pembangunan infrastruktur terpadu; (iii)
sebagai dokumen kelayakan dan kerjasama program dan anggaran pembangunan
Bidang Cipta Karya (Permukiman) di daerah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; (iv) mendorong pembangunan prasarana
dan sarana bidang Cipta Karya (Permukiman) di daerah dalam rangka memacu
pertumbuhan kabupaten/kota dan pemerataan pembangunan; (v) mendukung
pencapaian sasaran pembangunan lima tahun bidang Cipta Karya (Permukiman)
sebagaimana dimaksud dalam Renstra Bidang Cipta Karya (Permukiman) 2010-2014
dan seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang.

7-2

--------------------------------------------------------------------------

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 1

MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL

MATRIK ARAHAN RPJP NASIONAL 2005-2025 DALAM PENYUSUNAN RPJMN BIDANG


CIPTA KARYA 2010-2014
PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN POKOK PEMBANGUNAN


NASIONAL

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


2005-2025

1.

Mewujudkan
masyarakat yang
berakhlak mulia,
bermoral, beretika,
berbudaya dan
beradab.

Memperkuat jati diri dan karakter


bangsa melalui pendidikan yang
bertujuan membentuk manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mematuhi aturan hukum,
memelihara kerukunan internal dan
antar umatberagama, melaksanakan
interaksi
antar
budaya,
mengembangkan
modal
sosial,
menerapkan nilai-nilai luhur budaya
bangsa, dan memiliki kebanggaan
sebagai bangsa Indonseia dalam ragka
memantapkan landasan spiritual,
moral dan etika pembangunan bangsa.

1. Terwujudnya karakter bangsa yang


tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan
bermoral berdasarkan falsafah Pancasila
yang dicirikan dengan watak dan perilaku
manusia dan masyarkat Indonesia yang
beragam, beriman dan betaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
bertoleran, bergotong royong, berjwa
patriotik, berkemang dinamis, dan
berorientasi iptek.
2. Makin mantapnya budaya bangsa yang
tercermin
dalam
meningkatnya
peradaban, hakat, dan martabat manusia
Indonesia, dan menguatnya jati diri dan
kepribadian bangsa.

Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak


mulia, bermoral, dan beretika sangat penting bagi
terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang
penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Di
samping itu kesadaran akan budaya memberikan
arah bagi perwujudan dentitas nasional yang sesuai
dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan
meciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga
nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon
modernisasi secara positif dan prouktf sejalan
dengan nilai-nilai kebangsaan.
1.
Pembangunan Agama;
2.
Pembangunan dan Pemantapan Jati diri
bangsa
3.
Budaya Inovatif yang berorientasi IPTEK

2.

Mewujudkan bangsa
yang berdaya saing.

Mengedepankan
pembangunan
sumber daya manusia berkualitas dan
berdaya
saing;
meningkatkan
penguasaan dan pemanfaatan iptek
melalui penelitian, pengembangan,
dan penerapan menuju inovasi secara
berkelanjutan;
membangun
infrastruktur
yang
maju
serta
reformasi di bidang hukum dan
aparatur negara; dan memperkuat
perekonomian domestik berbasis
keunggulan setiap wilayah menuju
keunggulan
kompetitif
dengan
membangun
keterkaitan
sistem
produksi, distribusi, dan pelayanan
termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

1. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang


berkuaitas
dan
berkesinambungan
sehingga pendapatan perkapita pada
tahun
2025
mencapai
tingkat
kesejahteraan setara dengan negaranegara berpenghasilan menengah, dengan
tingkat pengangguran terbuka yang tidak
lebih dari 5 persen dan jumlah penduduk
miskin tidak lebih dari 5 persen.
2. meningkatnya kualitas sumber daya
manusia, termasuk peran perempuan
dalam pembangunan. Secara umum
peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia ditandai dengan
meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks pembangunan
gender (IPG), serta tercapainya penduduk
tumbuh seimbang.

(a)

(b)

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

mengedepankan pembangunan sumber daya


manusia berkualitas dan berdaya saing;
- Pembangunan SDM
- Pengendalian Penduduk
- Pembangunan Pendidikan & Kesehatan
- Pembangunan Kesehatan
- Pembangunan Pem.Perempuan
- Pembangunan Pemuda
memperkuat perekonomian domestik berbasis
keunggulan
disetiap
wilayah
menuju
keungulan kompetitif dengan membangun
keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan
pelayanan di dalam negeri;
- Perekonmian Domestik
- Demokrasi Ekonomi
- Kelembagaan Ekonomi
- Pemerintah sbg fasilitator, regulator
- Struktur ekonomi;
- Iptek untuk ekonomi
- Kebijakan Pasar Kerja
- Investasi untuk pertumbuhan Ekonomi;

L1-1

Lampiran 1

MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL

PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN POKOK PEMBANGUNAN


NASIONAL
3. Terbangunnya struktur perekonomian
yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di bebagai wilayah Indonesia.
Sektor pertanian, dalam arti luas, dan
pertambangan menjadi basis ativitas
ekonomi yang dikelola secara efisien
sehingga
menghasilkan
komoditi
berkualitas, industri manufaktur yang
berdaya sain global, motor penggerak
perekonomian, serta jasa yang perannya
meningkat dengan kualitas pelayanan
lebih bermutu dan berdaya saing.
4. Tersusunnya
jaringan
infrastruktur
perhubungan yang andal dan terintegrasi
satu sama lain. Terpenuhinya pasokan
tenaga listrik yang andal dan efisien
sesuai kebutuhan, termasuk hampir
sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga
dan elektrifikasi perdesaan dapat
terpenuhi. Terselenggaranya pelayanan
pos dan telematika yang efisien dan
modern guna terciptanya masyarakat
informasi
Indonesia.
Terwujudnya
konservasi sumber daya air yang mampu
menjaga keberlanjutan fungsi sumber
daya air.
5. Meningkatnya profesionalisme aparatur
negara pusat dan daerah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang
baik, bersih, berwibawa, dan bertanggung
jawab, serta professional.

L1-2

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


2005-2025
(c)

(d)

(e)

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan


penciptaan pengetahuan;
- Penguasaan IPTEK
- Pemanfaatan IPTEK
membangun infrastruktur yang maju;
- Kemitraan dengan swasta;
- Prasarana SD Air; Kemitraan dg Dunia
Usaha
dan
penguatan
kelembag
Masyarakat
- Pembangunan Transportasi (Community
Base dan Wilayah)
- Pembangunan Pos
- Sarana
dan
Prasarana
dan
Ketenagalistrikan;
- Air Minum dan sanitasi
melakukan reformasi di bidang hukum dan
aparatur negara
- Pembangunan Hukum
- Pembangunan Aparatur

Lampiran 1

MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL

PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN POKOK PEMBANGUNAN


NASIONAL

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


2005-2025

3.

Mewujudkan
Indonesia yang
demokratis
berlandaskan hukum.

Memantapkan
kelembagaan
demokrasi
yang
lebih
kokoh;
memperkuat peran masyarakat sipil;
memperkuat kualitas desentralisasi
dan otonomi daerah; menjamin
pengembangan media dan kebebasan
media dalam mengomunikasikan
kepentingan
masyarakat;
dan
melakukan pembenahan struktur
hukum dan meningkatkan budaya
hukum dan menegakkan hukum
secara
adil,
konsekuen,
tidak
diskriminatif, dan memihak pada
rakyat kecil.

1. Terciptanya supremasi hukum dan


penegakkan hak-hak asasi manusia yang
bersumber pada Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta tertatanya sistem
hukum nasional yang mencerminkan
kebenaran, keadilan, akomodatif, dan
aspiratif. Terciptanya penegakan hukum
tanpa memandang kedudukan, pangkat,
dan jabatan seorang demi supremasi
hukum dan teciptanya penghormatan
pada hak-hak asasi manusia.
2. Menciptakan landasan konstitusional
untuk
memperkuat
kelembagaan
demokratis.
3. Memperkuat peran masyarakat sipil dan
partai politik dalam kehidupan politik.
4. Memantapkan pelembagaan nilai-nilai
demoratis yang menitikberatkan pada
prinsip-prinsip
toleransi,
non
diskriminasi, dan kemitraan.
5. Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada
berbagai aspek kehidupan politik yang
dapat diukur dengan adanya pemerintah
yang berdasarkan hukum, birokrasi yang
professional dan netral, masyarakat sipil,
masyarakat politik dan masyarakat
ekonomi yang mandiri, serta adanya
kemandirian nasional.

Memantapkan pelembagaan demokrasi yang lebih


kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil sehinga
proses pembangunan partisipatoris yang bersifat
bottom up; menumbuhkan masyarakat tanggap
(responsive community) yang mendorong semangat
sukarela (spirit of voluntarism) yag sejalan dengan
makna gotong royong; memperkuat kualitas
desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin
perkembangan dan kebebasan media dalam
mengomunikasikan
kepentingan
masyarakat;
melakukan pembenahan struktur hukum dan
meningkatkan budaya hukum dan menegakkan
hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif
dan tidak memihak.
1. Penyempurnaan struktur politik.
2. Penataan peran negara dan masyarakat
dititikberatkan pada pembentukan kemandirian
dan kedewasaan masyarakat.
3. Penataan proses politik dititikberatkan pada
pengalokasian/representasi kekuasaan.
4. Pengembangan budaya politik.
5. Peningkatan peranan komunikasi dan informasi.
6. Pembangunan hukum.
7. Pembangunan materi hukum.
8. Pembangunan struktur hukum.
9. Penerapan & penegakan hukum dan HAM.
10. Perwujudan masyarakat yang mempunyai
kesadaran hukum.
11. Penanggulangan penyalahgunaan kewenangan
aparatur Negara.

4.

Mewujudkan
Indonesia yang aman,
damai dan bersatu.

Membangun kekuatan TNI hingga


melampaui kekuaan esensial minimum
serta disegani di kawasn regional dan
internasional;
memantapkan
kemampuan
dan
meningkatkan
profesionalisme Polri agar mampu
melindungi
dan
mengayomi
masyarakat;
mencegah
tindak
kejahatan, dan menuntaskan tindak
kriminalitas; membangun kapabilitas
lembaga intelijen dan konta-intelijen
negara dalam penciptaan keamanan
nasional; serta meningkatkan kesiapan
komponen
cadangan,
komponen
pendukung pertahanan dan kontribusi
industri pertahanan nasional dalam
sistem pertahanan semesta.

Terwujudnya keamanan nasional yang


menjamin martabat kemanusiaan,
keselamatan warga negara, dan keutuhan
wilayah dari ancaman dangangguan
pertahanan dan keamanan, baik dari luar
negeri maupun dari dalam negeri.
TNI yang profesional,komponen cadangan
dan pndukung pertahanan yang kuat
terutama bela negara masyarakat dengan
dukungan industri pertahanan yang
andal.
Polri yang profesional, partisipasi kuat
masyarakat dalam bidang keamanan,
intelijen, dan kontra intelijen yang efektif,
serta mantapnya koordinasi antara
institusi pertahanan dan keamanan.

1.

2.

3.

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Keamanan nasional berdasarkan kondisi


geografi, demografi, sosial, dan budaya serta
berwawasan nusantara.
Pembangunan pertahanan yang mencakup
meliputi wilayah darat yang tersebar dan
beragam termasuk pulau-pulau terluar..
Sistem dan strategi pertahanan nasional
kemampuan manangkal ancaman di wilayah
terluar Indonesia dan kemampuan untuk
mempertahankan wilayah daratan serta
mengawasi dan melindungi wilayah yurisdiksi
laut Indonesia dan ruang udara nasional.

L1-3

Lampiran 1

MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL

PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN POKOK PEMBANGUNAN


NASIONAL

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


2005-2025
4.

5.

6.
7.
5.

Mewujudkan
pembangunan yang
lebih merata dan
berkeadilan.

Meningkatkan pembangunan daerah;


mengurangi kesenjangan sosial secara
menyeluruh, keberpihakan kepada
masyarakat,
kelompok
dan
wilayah/daerah yang masih lemah;
menanggulangi
kemiskian
dan
pengangguran
secara
drastis
menyediakan akses yang sama bagi
masyarakat
terhadap
berbagai
pelayanan sosial serta sarana dan
prasarana
ekonomi;
serta
menghilangkan diskriminasi dalam
berbagai aspek termasuk gender.

1.

2.

3.

4.

L1-4

Tingkat pembangunan yang makin


merata ke seluruh wilayah diwujudkan
dengan peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat, termasuk
berkurangnya kesenjangan antarwilayah
dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kemandirian
pangan
dapat
dipertahankan pada tingkat aman dan
dalam kualitas gizi yang memadai serta
tersedianya instrumen jaminan pangan
untuk tingkat rumah tangga.
Terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat
yang didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang yang
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel
untuk mewujudkan kota tanpa
permukiman kumuh.
Terwujudnya lingkungan perkotaan dan
perdesaan
yang
sesuai
dengan
kehidupan yang baik, berkelanjutan,
serta mampu memberikan nilai tambah
bagi masyarakat.

1.
2.

3.

4.

5.

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Postur dan struktur pertahanan...pergerakan


cepat antar wilayah dan antar pulau dan
mengatasi ancaman dengan efisien.
peningkatan professionalisme Tentara Nasional
Indonesia.
a. Peningkatan kondisi dan jumlah alutsista
b. Pemantapan komponen cadangan dan
pendukung
pertahanan
negara...pembangunan sarana dan prasarana
nasional terhadap kepentingan pertahanan,
partisipasi masyarakat madani.
Perlindungan wlayah yurisdiksi laut Indonesia.
Meningkatkan profesionalisme Polri.
Pengembangan wilayah dan
Percepatan pembangunan dan pertumbuhan
wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh
serta mendorong terwujudnya koordinasi,
sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama
antarsektor, antarpemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat dalam mendukung peluang berusaha
dan investasi di daerah.
Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk
mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan
terpencil...penguatan
keterkaitan
kegiatan
ekonomi dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh
dan strategis dalam satu sistem wilayah
pengembangan ekonomi
Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan
dengan mengubah arah kebijakan pembangunan.
Pendekatan pembangunan yang dilakukan,
selain menggunakan pendekatan yang bersifat
keamanan,
juga diperlukan
pendekatan
kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi
pengembangan pulau-pulau kecil di perbatasan
yang selama ini luput dari perhatian.
Pembangunan kota-kota metropolitan, besar,
menengah,
dan
kecil
diseimbangkan
pertumbuhanya.

Lampiran 1

MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL

PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN POKOK PEMBANGUNAN


NASIONAL

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


2005-2025
6.

7.

8.
9.
10.
11.

12.

13.
14.

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan


dikendalikan dalam suatu sistem wilayah
pebangunan metropolitan yang kompak,
nyaman, efisien;
Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan
menengah ditingkatkan, terutama di luar Pulau
Jawa.
Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di
wilayah perkotaan dengan perdesaan.
Pembangunan perdesaan didorong melalui
pengembangan agroindustri padat pekerja.
Kapasitas
pemerintah
daerah
terus
dikembangkan.
Memberi perhatian yang lebih besar ada
kelompok masyarakat yang kurang beruntung,
termasuk mayarakat miskin dan masyarakat
yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan
wilayah bencana.
Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan
sarana pendukungnya diarahkan pada (1)
penyelenggaraan pembangunan perumahan yang
berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau
serta didukung oleh prasarana dan sarana
permukiman yang mencukupi dan berkualitas ;
(2) penyelengaraan pembangunan perumahan
beserta prasarana dan sarana pendukungnya
yang mandiri mampu membangkitkan potensi
pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan
pasar modal,menciptakan lapangan kerja, serta
meningkatkan pemerataan dan penyebaran
pembangunan;
dan
(3)
pembangunan
pembangunan perumahan beserta prasarana dan
sarana pendukungnya yang memperhatikan
fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.
Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang
berupa air minum dan sanitasi.
Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan
hak-hak dasar rakyat.

L1-5

Lampiran 1

MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL

6.

Mewujudkan
Indonesia yang
asri dan lestari

7. Mewujudkan

Indonesia mejadi
negara kepulauan
yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional.

PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN POKOK PEMBANGUNAN


NASIONAL

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


2005-2025

Memperbaiki
pengelolaan
pelaksanaan pembangunan yang dapat
menjaga
keseimbangan
antara
pemanfaatan,
keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup
dengan tetap menjaga fungsi, daya
dukung, dan kenyamanan dalam
kehidupan pada masa kini dan masa
depan, melalui pemanfaatan ruang
yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi,
dan upaya konservasi; meningkatkan
pemanfaatan ekonomi sumber daya
alam
dan
lingkungan
yang
berkesinambungan;
memperbaiki
pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk mendukung
kualitas kehidupan; memberikan
keindahan
dan
kenyamanan
kehidupan;
serta
meningkatkan
pemeliharaan
dan
pemanfaatan
keanekaragaman hayati sebagai modal
dasar pembangunan.

1. Membaiknya
pengelolaan
dan
pendayagunaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang
dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi,
daya
dukung,
dan
kemampuan
pemulihannya dalam mendukung kualitas
kehidupan sosial dan ekonomi secara
serasi, seimbang, dan lestari.
2. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis
dan kekhasan sumber daya alam untuk
mewujudkan nilai tambah, daya saing
bangsa, serta modal pembangunan
nasional.
3. Meningkatnya kesadaran, sikap mental,
dan
perilaku
masyarakat
dalam
pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup
untuk menjaga kenyamanan dan kualitas
kehidupan.

Mendayagunakan Sumber Daya Alam yang


terbarukan.
2. Mengelola Sumber Daya Alam yang tidak
terbarukan.
3. Menjaga Keamanan Ketersediaan Energi.
4. Menjaga dan Melestarikan Sumber Daya Air.
5. Mengembangkan
Potensi
Sumber
Daya
Kelautan.
6. Meningkatkan Nilai Tambah atas Pemanfaatan
Sumber Daya Alam Tropis yang Unik dan Khas.
7. Memperhatikan dan Mengelola Keragaman Jenis
Sumber Daya Alam yang ada di setiap wilayah.
8. Mitigasi Bencana Alam sesuai dengan Kondisi
Geologi Indonesia.
9. Mengendalikan Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan.
10. Meningkatkan Kapasitas Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
11. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk
Mencintai Lingkungan Hidup.

Menumbuhkan wawasan berhari bagi


masyarakat dan pemerintah agar
pembangunan Indonesia berorientasi
kelautan; meningkatkan kapasitas
sumber
daya
manusia
yang
berwawasan
kelautan
melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kelautan; mengelola wilayah
laut nasional untuk mempertahankan
kedaulatan dan kemakmuran; dan
membangun ekonomi kelautan secara
terpadu dengan mengoptimalkan
pemafaatan sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan.

1. Terbangunnya jaringan sarana dan


prasarana sebagai perekat semua pulau
dan kepulauan Indonesia.
2. Meningkat dan menguatnya sumber daya
manusia di bidang kelautan yang
didukung oleh pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Menetapkan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal
yang terkait dalm kerangka pertahanan
negara.
4. Membangun ekonomi kelautan secara
terpadu
dengan
mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara
berkelanjutan.
5. Mengurangi dampak bencana pesisir dan
pencemaran laut.

1.
2.

1.

3.
4.

5.
6.
7.

L1-6

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Membangkitkan wawasan dan budaya bahari.


Meningkatkan dan menguatkan peranan SDM
bidang kelautan.
Menetapkan wilayah NKRI.
Melakukan upaya pengamanan wilayah
keaulatan yuridiksi dan aset NKRI, yang
meliputi (a) peningkatan kinerja pertahanan dan
keamanan secara terpadu di wilayah perbatasan;
(b) pengembangan sistem monitoring, control,
and survailance (MCS); (c) pengoptimalan
pelaksanaan pengamanan wilayah perbatasan
dan pulau-pulau kcil terdepan; dan (d)
peingkatan
koordinasi
keamanan
dan
penanganan pelanggaran di laut.
Mengembangkan industri kelautan secara
snergi, optial, dan berkelanjutan.
Mengurangi dampak bencana pesisir &
pencemaran laut.
Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di
kawasan pesisir.

Lampiran 1

MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL
8.

Mewujudkan
Indonesia yang
berperan aktif dalam
pergaulan
internasional.

PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL

SASARAN POKOK PEMBANGUNAN


NASIONAL

Memantapkan diplomasi Indonesia


dalam
rangka
memperjuangkan
kepentingan nasional; melanjutkan
komitmen
Indonesia
terhadap
pembentukan
identitas
dan
pemantapan integrasi internasional
dan
regional;
dan
mendorong
kerjasama internasional, regional, dan
bilateral antar masyarakat, antar
kelompok, serta antar lembaga di
berbagai bidang.

1. Memperkuat
dan
mempromosikan
identitas nasional sebagai negara
demokratis dalam tatanan masyarakat
internasional.
2. Memulihkan posisi penting Indonesia
sebagai negara demokratis besar yang
ditandai oleh keberhasilan diplomasi
difora internasional dalam upaya
pemeliharaan
keamanan
nasional,
integritas wilayah, dan pengamanan
kekayaan sumber daya alam nasional.
3. Meningkatnya
kepemimpinan
dan
kontribusi Indonesia dalam brbagai
kerjasama internasional dalam ranka
mewujudkan tatanan dunia yang lebih
adil dan damai.
4. Terwujudnya kemandirian nasional dalam
konsteasi global.
5. Meningkatnya investasi perusahaanperusahaan Indonesia di luar negeri.

ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


2005-2025
1.
2.
3.
4.
5.
6.

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Peranan hubungan luar negeri.


Penguatan kapasitas dan kredibilitas politik luar
negeri.
Peningkatan kualitas diplomasi.
Peningkatan efektivitas dan perluasan fungsi
jaringan kerjasama.
Pemeliharaan perdamaian dunia.
Penguatan jaringan hubungan dan kerja sama
yang produktif.

L1-7

Lampiran 2

Lampiran-2

INDIKATOR KINERJA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

INDIKATOR

(1)

(2)

(3)

Meningkatnya jumlah
kabupaten kota yang
menerapkan NSPK dalam
pengembangan kawasan
permukiman sesuai rencana
tata ruang wilayah/kawasan
bagi terwujudnya
pembangunan permukiman
serta jumlah kawasan yang
mendapat akses pelayanan
infrastruktur bidang
permukiman yang
berkelanjutan

Indikator Outcome:
1.
Jumlah
Kabupaten/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasi bantek
permukiman
2.
Jumlah
Kabupaten/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasi bantek
bangunan gedung dan
lingkungan
3. Jumlah Kab/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasikan bantek
pengelolaan air limbah
dan drainase
4. Jumlah Kab/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasikan bantek
pengelolaan
persampahan
5. Jumlah Kab/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasikan bantek
air minum
6. Penyusunan Kebijakan,
Program Dan
Anggaran, Kerjasama
Luar Negeri, Data
Informasi Serta
Evaluasi Kinerja
Infrastruktur Bidang
Permukiman
7. Dukungan Manajemen
Direktorat Jenderal
Cipta Karya

Program:
PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN

8.

9.

10.

Jumlah kawasan yang


tertangani
infrastruktur
permukiman
Jumlah kawasan yang
terlayani penataan
bangunan gedung dan
lingkungannya
Jumlah kawasan yang
mendapat akses
prasarana dan sarana
air limbah

TARGET
2010

2014

(4)

(5)

KETERANGAN /LOKASI
(6)

Kab/Kota

205

Kab/Kota

32

Kab/Kota

226

Kab/Kota

34

Kab/Kota

226

Kab/Kota

22

Kab/Kota

150

Kab/Kota

Kab/Kota

100

Kab/Kota

496

Kab/Kota

496

Kab/Kota

496

Kab/Kota

496

Kab/Kota

1125

Kawasan

6740

Kawasan

33

Kawasan

209

Kawasan

64

Kawasan

508

Kawasan

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L2-1

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

TARGET

INDIKATOR

11.
12.
13.

14.

(3)
Jumlah kawasan yang
terangani pelayanan
drainase
Jumlah kawasan yang
tertangani sistem
persampahan
Jumlah kawasan yang
mendapat pelayanan
air minum kepada
penduduk
kota/kabupaten
Dukungan
Infrastruktur
Direktorat Jenderal
Cipta Karya

2010

2014

(4)

(6)

(5)

39

Kawasan

106

Kawasan

55

Kawasan

210

Kawasan

103

Kawasan

783

Kawasan

IKU:

L2-2

1.

Jumlah
Kabupaten/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasi bantek
permukiman, bangunan
gedung dan lingkungan,
pengelolaan air limbah
dan drainase,
pengelolaan
persampahan dan air
minum

88

Kab/Kota

969

Kab/Kota

2.

Jumlah Kebijakan,
Program Dan Anggaran,
Kerjasama Luar Negeri,
Data Informasi Serta
Evaluasi Kinerja
Infrastruktur Bidang
Permukiman.

992

Kab/Kota

992

Kab/Kota

3.

Jumlah kawasan yang


tertangani infrastruktur
permukiman, terlayani
penataan bangunan
gedung dan
lingkungannya
mendapat akses
prasarana dan sarana
air limbah, tertangani
pelayanan drainasenya,
tertangani sistem
persampahannya, serta
mendapatkan
pelayanan air
minumnya.

1419

Kab/Kota

8556

Kab/Kota

4.

Jumlah penyelenggara
air minum yang mampu
meningkatkan kinerja
pelayanannya

30

38

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

KETERANGAN /LOKASI

Lampiran 2

TARGET

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

2014

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

UNIT ORGANISASI PELAKSANA:


DIREKTORAT PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
1.

Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan dan
Penyelenggaraan
dalam
Pengembangan
Permukiman

Anggaran
(Rp.
Triliun)

KETERANGAN
/LOKASI

(6)

(7)

11.6772

Meningkatnya
perumusan dan
pelaksanaan kebijakan,
pembinaan dan
standarisasi teknis di
bidang pengembangan
permukiman dan
meningkatnya jumlah
kawasan yang mendapat
akses pelayanan
infrstruktur bidang
permukiman

1.

Jumlah Produk
NSPK nasional
bidang permukiman

produk

produk

0.007

2. Jumlah Produk
NSPK daerah
bidang permukiman

80

produk

205

produk

0.076

3. Jumlah kab/kota
yang memperoleh
pendampingan
penyusunan
Strategi
Pembangunan
Permukiman dan
Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP)

50

Kota/Kab

207

Kota/Kab

0.292

4. Jumlah Kab/Kota
yang memperoleh
pendampingan
Penyusunan
Rencana
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Prioritas (RPKPP)
Perkotaan dan
Perdesaan yang
setara dengan 500
kawasan

30

Kota/Kab

207

Kota/Kab

0.290

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Pusat

Semua provinsi

Kab. Aceh Timur; Kab. Aceh Tengah; Kab.


Aceh Barat; Kab. Aceh Besar; Kab. Pidie;
Kab. Bireuen; Kab. Aceh Tamiang; Kab.
Pidie Jaya; Kota Banda Aceh; Kota Sabang;
Kota Langsa; Kota Lhokseumawe; Kota
Subulussalam; Kab. Tapanuli Selatan; Kab.
Toba Samosir; Kab. Simalungun; Kab. Deli
Serdang; Kota Sibolga; Kota Pematang
Siantar; Kota Tebing Tinggi; Kab. Labuhan
Batu; Kota Binjai; Kota Padang Sidempuan;
Kota Gunung Sitoli; Kab. Solok; Kab.
Sawahlunto/Sijunjung; Kab. Tanah Datar;
Kab. Dharmas Raya; Kota Padang; Kota
Solok; Kota Sawah Lunto; Kota Padang
Panjang; Kota Bukittinggi; Kota
Payakumbuh; Kota Pariaman; Kab.
Kuantan Singingi; Kab. Indragiri Hilir;
Kab. Pelalawan; Kab. Kampar; Kab. Rokan
Hilir; Kota Pekan Baru; Kota Dumai; Kab.
Natuna; Kab. Lingga; Kota Batam; Kota
Tanjung Pinang; Kab. Merangin; Kab.
Batang Hari; Kab. Muaro Jambi; Kab.
Tanjung Jabung Timur; Kab. Tanjung
Jabung Barat; Kab. Bungo; Kota Jambi;
Kota Sungai Penuh; Kab. Bengkulu Selatan;
Kab. Rejang Lebong; Kab. Bengkulu Utara;
Kab. Seluma; Kab. Kepahiang; Kab.
Bengkulu Tengah; Kota Bengkulu; Kab.
Ogan Komering Ulu; Kab. Ogan Komering
Ilir; dll
Kota Medan Kws. Medan Tembung; Deli
Serdang Kws. Tembung; Kab. Pesisir
Selatan; Kab Solok Selatan; Kota Dumai
Kab. Kampar; Kab. Sarolangun; Kota
Palembang Kws. 3-4 Ulu; Kebon Pedes
Kota Bogor; Majalaya Kab Bandung; Kali
Gawe Kota Semarang; Tegal Panggung
Kota Yogyakarta; Ciptomuyo Kota Malang;
Tambak Sawah Kota Sidoarjo; Kab. Kubu
Raya; Kab. Kayong Utara; Kab. Kapuas;
Kab. Tapin; Sungai Dama Kota Samarinda;
Kab. Minahasa Selatan; Kab. Bole Bolango;
Kab. Donggala; Luwu Timur Kws Towoti;
Kab. Polewali Mandar; Kab. Kolaka;
Tabanan; Kota Bima; Kab. Maluku Tengah;
Kota Ternate Kel Bastiong; Kota
Bajarmasin; Kab. Gowa

L2-3

Lampiran 2

L2-4

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(3)

(4)

5. Jumlah produk
pendampingan
penyusunan rencana
tindak

95

Produk

207

Produk

0.272

6. Jumlah produk
diseminasi,
sosialisasi, diklat,
dan lokakarya bagi
pemda, masyarakat
dan swasta

Produk

60

Produk

0.026

7. Jumlah kawasan
kumuh di
perkotaan setara 414
Ha yang tertangani

95

Kws

Kws

1.358

207

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Sabang (1); Aceh Barat Daya (1); Bireuen(1);
Aceh Singkil(1) ; Kab.Pesisir Selatan
(1);Kab.Solok Selatan (1);Kab.Dharmasraya
(1);Kab.Tanah Datar (1);Kab.Pasaman
(1);Kab.Pasaman Barat (1);Kota Padang
(1);Kota Bukittinggi (1);; Pekanbaru (1);
Kampar (1); Kuantan Singingi (1);
Pelalawan (1); Dumai (1); Kota
Tanjungpinang (1); Kota Batam (1); Kota
Jambi (1); Kab. Sarolangun (1); Kota
Bengkulu (1); Kab. Bengkulu Selatan (1);
Kab. Rejang Lebong (1); Kab. Bengkulu
Utara (1); Kab. Banyuasin (1); Kab. Musi
Banyuasin (1); Kab. OKU (1); Kab. Ogan
Ilir (1); Kota Lubuklinggau (1); Kota
Pangkalpinang (1); Kota Bandar Lampung
(1); Kota Metro (1); Kab. Lampung Selatan
(1); Kota Serang (1); Kab. Tangerang (1);
Kota Pandeglang (1); Kota Depok (1); Kab.
Bandung Barat (1); Kab. Bandung (1); Kab.
Majalnegka (1); Kab. Sumedang (1);
Kabupaten Blora; Kabupaten Kudus;
Kabupaten Jepara; Kabupaten Grobogan;
Kabupaten Semarang;Kabupaten
Pemalang; Kota Salatiga; Kab. Sleman;
Bantul; Kulon Progo; Sumenep; Ngawi;
Bangkalan; Pasuruan; Jember;; Kab. Kubu
Raya (1); Kab. Sambas
(1); Kota Pontianak (1); Kab. Bengkayang
(1); Kab. Kobar (1); Kota Palangkaraya (1);
Banjarmasin; Barito Kuala; Tapin;
Banjarbaru;; Kota Balikpapan; Kab.
Penajam Paser Utara; Kab. Kutai
Kartanegara; Kota Manado; Kota Bitung;
Kota Kotamobagu; Kab. Minut; Kota
Gorontalo (3); Kab. Gorontalo (2); Kab.
Boalemo (2); Kab. Pohuwato (1); Kota Palu;
Kab. Banggai; Kota Makassar; Kota
Takalar; Kab. Wajo;; Kab. Mamuju (1);
Kab. Buton; Kota Kendari; Kab. Kolaka;;
Kab. Klungkung; Kab. Karangasem; Kab.
Lombok Barat (1); Kab. Lombok Timnur;
Kab. Sumbawa; Kab. Sumba Timur; Kota
Kupang; Kab. TTU; Kota Tual (1); Kota
Ambon (1); Kab. Maluku Tengah (1);; Kota
Ternate; Kab. Halteng; Kota Sofifi (1); Kota
Jayapura; Kab. Jayapura; Kota Timika;
Kab.Sorong Aimas; Kab. Sorong.
33 Provinsi

Sabang (1); Aceh Barat Daya (1); Bireuen(1);


Aceh Singkil(1) ; Kab.Pesisir Selatan
(1);Kab.Solok Selatan (1);Kab.Dharmasraya
(1);Kab.Tanah Datar (1);Kab.Pasaman
(1);Kab.Pasaman Barat (1);Kota Padang
(1);Kota Bukittinggi (1); Pekanbaru (1);
Kampar (1); Kuantan Singingi (1);
Pelalawan (1); Dumai (1);; Kota
Tanjungpinang (1); Kota Batam (1); Kota
Jambi (1); Kab. Sarolangun (1); Kota
Bengkulu (1); Kab. Bengkulu Selatan (1);
Kab. Rejang Lebong (1); Kab. Bengkulu
Utara (1); Kab. Banyuasin (1); Kab. Musi
Banyuasin (1); Kab. OKU (1); Kab. Ogan
Ilir (1); Kota Lubuklinggau (1); Kota
Pangkalpinang (1); Kota Bandar Lampung
(1); Kota Metro (1); Kab. Lampung Selatan
(1);; Kota Serang (1); Kab. Tangerang (1);
Kota Pandeglang (1); Kota Depok (1); Kab.
Bandung Barat (1); Kab. Bandung (1); Kab.
Majalnegka (1); Kab. Sumedang

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

8. Jumlah satuan unit


hunian Rumah
Susun yang
terbangun dan
infrastruktur
pendukungnya

9. Jumlah kawasan
perumahan bagi
MBR

TARGET

3,960

104

unit

Kawasan

26,700

240

unit

3.330

Kawasan

0.837

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
(1);; Kabupaten Blora; Kabupaten Kudus;
Kabupaten Jepara; Kabupaten Grobogan;
Kabupaten Semarang;Kabupaten
Pemalang; Kota Salatiga;; Kab. Sleman;
Bantul; Kulon Progo; Sumenep; Ngawi;
Bangkalan; Pasuruan; Jember; Kab. Kubu
Raya (1); Kab. Sambas (1); Kota Pontianak
(1); Kab. Bengkayang (1); Kab. Kobar (1);
Kota Palangkaraya (1); Banjarmasin; Barito
Kuala; Tapin; Banjarbaru;; Kota
Balikpapan; Kab. Penajam Paser Utara;
Kab. Kutai Kartanegara;; Kota Manado;
Kota Bitung; Kota Kotamobagu; Kab.
Minut; Kota Gorontalo (3); Kab. Gorontalo
(2); Kab. Boalemo (2); Kab. Pohuwato (1);;
Kota Palu; Kab. Banggai; Kota Makassar;
Kota Takalar; Kab. Wajo;; Kab. Mamuju
(1);; Kab. Buton; Kota Kendari; Kab.
Kolaka;; Kab. Klungkung; Kab.
Karangasem; Kab. Lombok Barat (1); Kab.
Lombok Timur; Kab. Sumbawa; Kab.
Sumba Timur; Kota Kupang; Kab. TTU;
Kota Tual (1); Kota Ambon (1); Kab.
Maluku Tengah (1);; Kota Ternate; Kab.
Halteng; Kota Sofifi (1); Kota Jayapura;
Kab. Jayapura; Kota Timika; Kab.Sorong
Aimas; Kab. Sorong.
Kota Banda Aceh, Kota Tanjung Balai, Kota
Tebing Tinggi, Kota Binjai,Kota
Sibolga,Kota Medan,Kota Padang, Kota
Bukit Tinggi, Kota Bengkulu, Kota
Pekanbaru,Kota Batam, Kota Tanjung
Pinang, Kota Palembang,Kota Pangkal
Pinang, Kota Bandar Lampung, Kab.
Serang, Kota Tangerang, Provinsi Dki, Kota
Bandung, Kota Bogor, Kab. Sukabumi, Kab.
Cirebon, Kota Depok, Kota Bekasi, Kota
Tasikmalaya, Kota Semarang, Kab.
Cilacapkota Surakarta, Kab Karanganyar,
Kab Sukoharjo, Kota Pekalongan, Kab
Kudus, Kota Salatiga, Kab Purwokerto,
Kota Yogyakarta, Kab Sleman, Kab Bantul,
Kab. Gresik, Kab Lamongan, Kota
Surabaya, Kota Malang, Kab Jember, Kab
Jombang, Kab Sidoarjo, Kab Kediri, Kota
Mataram, Kota Kupang, Kota
Palangkaraya, Kota Banjarmasin, Kota
Samarinda, Kota Balikpapan, Kota
Tarakan, Kota Bontang, Kota Makassar,
Kab Luwu Timur, Kota Bitung, Kota
Manado, Kota Gorontalo, Kota Palu, Kota
Bau-Bau, Kota Kendari, Kab Kolaka, Kota
Ambon,Kota Jayapura
Sabang (1); Aceh Barat Daya (1); Bireuen(1);
Aceh Singkil(1) ; Kab.Pesisir Selatan
(1);Kab.Solok Selatan (1);
Kab.Dharmasraya (1);Kab.Tanah Datar
(1);Kab.Pasaman (1);Kab.Pasaman Barat
(1);Kota Padang (1);Kota Bukittinggi (1);;
Pekanbaru (1); Kampar (1); Kuantan
Singingi (1); Pelalawan (1); Dumai (1);;
Kota Tanjungpinang (1); Kota Batam (1);
Kota Jambi (1); Kab. Sarolangun (1); Kota
Bengkulu (1); Kab. Bengkulu Selatan (1);
Kab. Rejang Lebong (1); Kab. Bengkulu
Utara (1); Kab. Banyuasin (1); Kab. Musi
Banyuasin (1); Kab. OKU (1); Kab. Ogan
Ilir (1); Kota Lubuklinggau (1); Kota
Pangkalpinang (1); Kota Bandar Lampung
(1); Kota Metro (1); Kab. Lampung Selatan
(1); Kota Serang (1); Kab. Tangerang (1);
Kota Pandeglang (1); Kota Depok (1); Kab.
Bandung Barat (1); Kab. Bandung (1); Kab.
Majalnegka (1); Kab. Sumedang (1);
Kabupaten Blora; Kabupaten Kudus;
Kabupaten Jepara; Kabupaten Grobogan;
Kabupaten Semarang;Kabupaten
Pemalang; Kota Salatiga; Kab. Sleman;
Bantul; Kulon Progo; Sumenep; Ngawi;
Bangkalan; Pasuruan; Jember; Kab. Kubu
Raya

L2-5

Lampiran 2

L2-6

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

TARGET

10. Jumlah kawasan


permukiman rawan
bencana (Sumatera
Barat, dll)

Kawasan

15

Kawasan

0.065

11. Jumlah kawasan


perdesaan potensial
/ agropolitan setara
600 Ha yang
tertangani

55

kawasan

205

kawasan

0.780

12. Jumlah kawasan


yang dilayani oleh
infrastruktur
pendukung kegiatan
ekonomi dan sosial

50

kawasan

185

kawasan

1.285

13. Jumlah Desa


Tertinggal yang
terbangun prasarana
dan sarana
lingkungan
permukiman 1

1,500

Desa

2.800

Desa

8803

Telah mengakomodasi isu Pengarusutamaan Gender

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
(1); Kab. Sambas (1); Kota Pontianak (1);
Kab. Bengkayang (1); Kab. Kobar (1); Kota
Palangkaraya (1); Banjarmasin; Barito
Kuala; Tapin; Banjarbaru; Kota Balikpapan;
Kab. Penajam Paser Utara; Kab. Kutai
Kartanegara;; Kota Manado; Kota Bitung;
Kota Kotamobagu; Kab. Minut; Kota
Gorontalo (3); Kab. Gorontalo (2); Kab.
Boalemo (2); Kab. Pohuwato (1); Kota Palu;
Kab. Banggai; Kota Makassar; Kota
Takalar; Kab. Wajo; Kab. Mamuju (1); Kab.
Buton; Kota Kendari; Kab. Kolaka;; Kab.
Klungkung; Kab. Karangasem; Kab.
Lombok Barat (1); Kab. Lombok Timur;
Kab. Sumbawa; Kab. Sumba Timur; Kota
Kupang; Kab. TTU; Kota Tual (1); Kota
Ambon (1); Kab. Maluku Tengah (1); Kota
Ternate; Kab. Halteng; Kota Sofifi (1); Kota
Jayapura; Kab. Jayapura; Kota Timika;
Kab.Sorong Aimas; Kab. Sorong.
Kab. Aceh Besar; Kab. Aceh Barat; Kab.
Tapanuli Tengah; Kab. Tapanuli Selatan;
Kab. Pasaman; Kab. Agam; Kab. Padang
Pariaman; Kota Padang; Kab. Pesisir
Selatan; Kab. Bengkulu Utara , Kab.
Bengkulu Selatan, Kab. Lampung Selatan;
Kab. Pandeglang; Kab. Sukabumi; Kab.
Cianjur; Kab. Garut; Kab. Ciamis; Kab.
Cilacap; Kab. Bantul; Kab. Kulonprogo;
Prop. NTB, Prop. NTB; Prop. Gorontalo,
Prop. Sulawesi Tengah; Prop. Papua ; Prop.
Papua Barat
Kab. Bireun (1); Kab. Serdang Bedagai (2);
Kab. Pesisir Selatan (2); Kab. Kampar (1);
Kab. Bintan (1); Kab. Sarolangun (2); Kab.
Batanghari (2); Kab. Kaur Selatan (1); Kab.
Maje (1); Kab. Ogan ilir (1); Kab.
Musirawas (1); Kab. Bangka Selatan (1);
Kab. Lampung Selatan (2); Kab. Serang (2);
Kab. Ciamis (1); Kab. Karawang (1); Kab.
Magelang (1); Kab. Purworejo (1); Kab.
Boyolali (1); Kab. Gunung Kidul (1); Kab.
Bantul (1); Kab. Malang (2); Kab. Sambas
(1); Kayong Utara (1); Kab. Seruyan Kec.
Seruyan Ilir Ds. Bangun Harja (1); Kab.
Banjar (1); Kab. Malinau (1);; Kab. Bolmut
(1); Kab. Mina Selatan Kws. Tatapaan;
Kab. Gorontalo Utara (1); Kab. Poso Kws.
Wakai; Kab. Bone (1); Kab. Majene (1);
Kab. Kolaka (1); Kab. Klungkung (1); Kab.
Bima (1); Kab. Lombok Barat (1); Kab.
Sikka kws. Pesisir Sikka; Kab. Seram
Bagian Timur (1); Kab. Halmahera Timur
Kws. Wasile; Kota Jayapura; Kab. Raja
Ampat (1).
Kab. labuhanbatu; Kab. Labuhan batu
utara; Kab. labuhanbatu selatan; Kab.
Simalungun; Kab. Dairi; Kab. Karoka; Kab.
Langkat; Kab. Bangka; Kab. Belitung; Kab.
bangka selatan;Kab. Marangin; Kab. muaro
jambi; Kab. rejang lebong; Kab. Kaur; Kab.
muko-muko; Kab. Lebong; Kab. tanah laut;
Kab. hulu sungai selatan; Kab. Tabalong;
Kab. hulu sungai tengah; Kab. Banjar ; Kab.
Sintang; Kab. kapuas hulu; Kab. Landak;
Kab. Mamuju; Kab. mamuju utara; Kab.
Sinjai; Kab. Jeneponto; Kab. Bone; Kab.
Enrekang; Kab.lombok timur; Kab. Bima;
Kab. Sumbawa; Kab. sumbawa barat
Kab. Pesisir Selatan (1); Kab. Solok Selatan (1); ,
Kab. Lingga; Kab. Anambas;, Kab. Banyuasin (1);
Kab. OKU (1); Kab. Ogan Ilir (1);, Kab. Belitung
(1); Kab. Bangka Selatan (1);, P. Pewahang, Kab.
Serang (2) P. Tunda/ P. Panjang, Kabupaten
Jepara;Kabupaten Semarang; kabupaten Kendal;,
Kab. Bengkayang (1); Kab. Kayong Utara (1);,
Kab. Gunung Mas (1); Kab. Pulau Pisang (1);,
HSU, Banggai, Bangkep, Kab. Pangkep; Kab.
Selayar;, Kab. Polman (1); Kab. Mamuju (1), Kab.
Bombana(1); Kab. Buton (1);, Kab. Klungkung (1);
Kab. Karangasem (1), Kab. Lombok Barat; Kab.
Lombok Utara;, Kab. TTU; Kab. Sumba Barat,
Kab. MTB

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2010

(3)

14. Jumlah kawasan


setara 500 Ha yang
terbangun prasarana
dan sarana
lingkungan
permukiman 2

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

(4)
kawasan

39

102

kawasan

UNIT ORGANISASI PENATAAN


BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN
1.

Pengaturan,
Pembinaan, Dan
Pengawasan
Dalam Penataan
Bangunan Dan
Lingkungan
Termasuk
Pengelolaan
Gedung Dan
Rumah Negara,
serta
Penyelenggaraan
Pembangunan
Bangunan
Gedung dan
Penataan
Kawasan/Lingku
ngan
Permukiman

Meningkatnya
implementasi produk
pengaturan, pelayanan
pembinaan dan
pengawasan, kualitas
hasil pembangunan dan
penyelenggaraan
penataan bangunan dan
lingkungan

0.259

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Kab. Aceh Besar (1); Kab. Aceh Jaya (1);
Pulau Rupat; Kws. Pasir Limau Kapas;;
Anambas; Kota Batam; Kab. Natuna; Kab.
Kapuas Hulu (1); Kab. Sambas (1); Kab.
Sanggau (1); Kab. Sintang (1);; Kab.
Nunukan (1); Kab. Kutai Barat (1); Kab.
Kep. Sitaro; Kab. Krp. Sangihe; Kab.
Kupang; Kab. Rote Ndao; Kab. Belu; Kab.
Alor; Kab. MBD; Kab. MTB; Kab. Halut
Kws. P. Morotai; Kab. Boven Digul; Kab
Raja Ampat Kp. Dorekar; P. Fani;

9.569
1.

Jumlah NSPK
bidang Penataan
Bangunan dan
Lingkungan

2. Jumlah Bantek dan


pendampingan
penyusunan NSPK
Penataan Bangunan
Gedung dan
Lingkungan

32

Bantek

3. Jumlah
Kabupaten/Kota
yang mendapatkan
fasilitasi
penyusunan RTBL

32

4. Jumlah kab/kota
yang mendapat
fasilitasi
penyusunan
Rencana Induk
Sistim Proteksi
Kebakaran (RISPK)
5. Jumlah kawasan
yang mendapat
fasilitasi
penyusunan rencana
tindak penataan dan
revitalisasi kawasan

Paket

Paket

0.019

226

Bantek

0.113

kab/kota

193

kab/kota

0.116

41

kab/kota

125

kab/kota

0.066

32

Kawasan

155

Kawasan

0.078

37

Pusat

Kab/Kota yang akan difasilitasi antara lain


Kab Asahan, Kab Solok, Kab Ogan
Komering Ulu, Kota Cilegon, Kota Bekasi,
Kab Bandung, Kab Sukabumi, Kota
Surakarta, Kota Tegal, Kab Magelang, Kota
Malang, Kab Malang, Kota Blitar, Kota
Samarinda, Kota Makasar, Kab Gowa, dll.

Kawasan yang dipilih diutamakan


mengacu pada PP no.26/2007 sesuai PKN,
PKW dan PKSN. Kab/Kota yang akan
difasilitasi antara lain : Kota Banda Aceh,
Kab Aceh Besar, Kota Medan, Kab Asahan,
Kota Padang, Kota Batam, Kab Ogan
Komering Ilir, Kab Lampung Selatan, Kota
Jakarta Timur, Kab Tangerang, Kota Bogor,
Kota Bekasi, Kota Malang, Kota Pontianak,
Kota Makasar, dll.
Kab/Kota yang akan difasilitasi antara
lain : Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Pekanbaru, Kota Jakarta, Kota Bandung,
Kota Yogyakarta, Kota Semarang, Kota
Makasar, Kota Denpasar, Kota Surabaya,
Kab Muara Enim, Kab Tulang Bawang,
Kab Magelang, Kab Madiun, Kab Kutai
Kertanegara, Kab Lombok Timur, dll.

Kawasan yang dipilih diutamakan


mengacu pada PP no.26/2007 sesuai PKN,
PKW dan PKSN. Kab/Kota yang akan
difasilitasi antara lain : Kota Medan, Kota
Palembang, Kota Pekanbaru, Kota Jakarta,
Kota Bandung, Kota Yogyakarta, Kota
Semarang, Kota Makasar, Kota Denpasar,
Kota Surabaya, Kota Batam, Kota
Tasikmalaya, Kota Samarinda, Kab
Bengkalis, Kab Pekalongan, Kab Sidoarjo,
Kab Sumenep, Kab Kutai Kertanegara, dll

Telah mengakomodasi isu Wilayah Perbatasan dan Terpencil

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L2-7

Lampiran 2

L2-8

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(3)

(4)

6. Jumlah kab/kota
yang mendapat
fasilitasi
penyusunan
Rencana Tindak
Sistem Ruang
Terbuka Hijau
(RTH)

33

kab/kota

213

kab/kota

0.062

7. Jumlah kab/kota
yang mendapat
fasilitasi
penyusunan
Rencana Tindak
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Tradisional dan
Bersejarah

33

Kawasan

160

Kawasan

0.061

8. Jumlah Provinsi
yang melaksanakan
fasilitasi Penguatan
Kelembagaan
Penataan Bangunan
dan Lingkungan,
Pelatihan (TOT),
Penyelenggaraan
Bangunan Gedung,
Penataan
Lingkungan dan
pendataan serta
pengelolaan Gedung
dan Rumah Negara,
dengan
mengundang
seluruh Kab/kota

33

Provinsi

33

Provinsi

0.209

9. Jumlah Provinsi
yang melaksanakan
Pemeriksaan
keandalan bangunan
gedung termasuk
gedung dan rumah
negara dengan
mengambil
beberapa Kab/Kota
terpilih yang ada
pada masing-masing
wilayahnya.

33

Provinsi

33

Provinsi

0.032

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Kab/Kota yang akan difasilitasi antara
lain : Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Pekanbaru, Kota Jakarta, Kota Bandung,
Kota Yogyakarta, Kota Semarang, Kota
Makasar, Kota Denpasar, Kota Surabaya,
Kota Dumai, Kota Cirebon, Kota
Surakarta, Kota Palangkaraya, Kota
Samarinda, Kab Bintan, Kab Banyuasin,
Kab Bone, dll.

Jumlah kawasan hasil identifikasi yang


akan difasilitasi adalah Kab Bireun, Kab
Madiun, Kab Padang Pariaman, Kab
Karimun, Kab Bungo, Kota Pagar Alam,
Kab Lampung Timur Kab Ngawi, Kab
Banjar, Kota Kediri, Kab Singkawang, Kab
Barito Timur, Kota Manado, Kab Lombok
Utara, Kab Ende, dll

Seluruh Propinsi

Seluruh Propinsi

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(3)

(4)

10. Jumlah
Kabupaten/Kota
yang mendapatkan
pengembangan
bangunan gedung
negara dan
bersejarah

kab/kota

65

kab/kota

0.240

11. Jumlah
Kabupaten/Kota
yang mendapatkan
pengembangan
sarana dan
prasarana
pencegahan dan
penanggulangan
bahaya kebakaran

kab/kota

111

kab/kota

0.329

12. Jumlah Kab/Kota


yang mendapat
dukungan
pengembangan
sarana dan
prasarana
aksesibilitas
bangunan gedung

10

kab/kota

128

kab/kota

0.043

13. Jumlah Kawasan


setara 7.380 Ha yang
mendapatkan
dukungan sarana
dan prasarana pada
kawasan yang
direvitalisasi

32

Kawasan

152

Kawasan

1.137

14. Jumlah Kawasan


setara 369 Ha yang
mendapatkan
dukungan sarana
dan prasarana
Ruang terbuka
Hijau 3

39

kawasan

207

kawasan

0.562

15. Jumlah kawasan


setara 442 Ha yang
mendapatkan
dukungan sarana
dan prasarana pada
pemukiman
tradisional dan
bersejarah

65

kawasan

160

kawasan

0.400

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Sasaran adalah kota metro/ kota besar,
diantaranya Kota Medan, Kota Padang,
Kota Pekanbaru, Kota Batam, Kota
Palembang, Kota Jakarta, Kota Bandung,
Kota Bogor, Kota Semarang, Kota
Surabaya, Kota Pontianak, Kota
Banjarmasin, Kota Samarinda, Kota
Makasar, dll

Kab/Kota yang akan difasilitasi antara


lain : Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Pekanbaru, Kota Jakarta, Kota Bandung,
Kota Yogyakarta, Kota Semarang, Kota
Makasar, Kota Denpasar, Kota Surabaya,
Kab Muara Enim, Kab Tulang Bawang,
Kab Magelang, Kab Madiun, Kab Kutai
Kertanegara, Kab Lombok Timur, dll.

Kab/Kota yang difasilitasi antara lain :


Kota Sabang, Kab Nias, Kota Solok, Kab
Lampung Tengah, Jakarta
Utara/Barat/Timur, Kota Tangerang, Kota
Bogor, Kota Surakarta, Kota Madiun, Kota
Magelang, Kota Balikpapan, dll.

Kawasan yang dipilih diutamakan


mengacu pada PP no.26/2007 sesuai PKN,
PKW dan PKSN. Kab/Kota yang akan
difasilitasi antara lain : Kota Medan, Kota
Palembang, Kota Pekanbaru, Kota Jakarta,
Kota Bandung, Kota Yogyakarta, Kota
Semarang, Kota Makasar, Kota Denpasar,
Kota Surabaya, Kota Batam, Kota
Tasikmalaya, Kota Samarinda, Kab
Bengkalis, Kab Pekalongan, Kab Sidoarjo,
Kab Sumenep, Kab Kutai Kertanegara, dll
Kab/Kota yang akan difasilitasi antara
lain : Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Pekanbaru, Kota Jakarta, Kota Bandung,
Kota Yogyakarta, Kota Semarang, Kota
Makasar, Kota Denpasar, Kota Surabaya,
Kota Dumai, Kota Cirebon, Kota
Surakarta, Kota Palangkaraya, Kota
Samarinda, Kab Bintan, Kab Banyuasin,
Kab Bone, dll.

Jumlah kawasan hasil identifikasi yang


akan difasilitasi adalah Kab Bireun, Kab
Madiun, Kab Padang Pariaman, Kab
Karimun, Kab Bungo, Kota Pagar Alam,
Kab Lampung Timur Kab Ngawi, Kab
Banjar, Kota Kediri, Kab Singkawang, Kab
Barito Timur, Kota Manado, Kab Lombok
Utara, Kab Ende, dll

Telah mengakomodasi isu Climate Change

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L2-9

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2010

(3)

16. Jumlah Provinsi


yang mendapat
pengembangan
PIP2B
17. Jumlah
Kelurahan/Desa
yang mendapatkan
pendampingan
pemberdayaan sosial
(P2KP/PNPM) 4

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

(4)

22

Provinsi

9,556

kel/desa

33

21,984

Provinsi

0.160

kel/desa

5.943

UNIT ORGANISASI PELAKSANA:


DIREKTORAT PENGEMBANGAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
1.

L2-10

Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan,
Pengembangan
Sumber
Pembiayaan Dan
Pola Investasi,
serta Pengelolaan
Pengembangan
Infrastruktur
Sanitasi dan
Persampahan

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Semua Provinsi

Semua Provinsi

8.320

Meningkatnya
pelayanan perumusan
kebijakan, perencanaan
teknis, pembinaan, dan
standarisasi teknis dan
Pengelolaan
Pengembangan
Infrastruktur bidang
sanitasi dan
persampahan

1.

Pusat

Jumlah NSPK untuk


pengelolaan air
limbah yang
tersusun

buah

25

buah

0.019

2. Jumlah NSPK untuk


drainase yang
tersusun

buah

20

buah

0.020

3. Jumlah Bantek,
Bimtek dan
pendampingan
(SSK) pengelolaan
air limbah
4. Jumlah Bantek,
Bimtek dan
pendampingan
(SSK) pengelolaan
drainase
5. Jumlah
penyelenggaraan
pelatihan (Diklat)
teknis dan
pengelolaan air
limbah

34

keg

226

keg

0.423

keg

50

keg

0.068

Semua provinsi

Paket

35

Paket

0.056

Semua provinsi

Telah mengakomodasi isu Pengarusutamaan Gender

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Pusat

Semua provinsi

Lampiran 2

5
6
7

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(3)

(4)

6. Jumlah
penyelenggaraan
pelatihan (Diklat)
teknis dan
pengelolaan
drainase

Paket

7. Jumlah monev
kinerja
pengembangan air
limbah

34

keg

8. Jumlah monev
kinerja
pengembangan
drainase
9. Jumlah kawasan
yang terlayani
infrastruktur air
limbah dengan
sistem off-site 5
10. Jumlah kawasan
yang terlayani
infrastruktur air
limbah dengan
sistem on-site 6
11. Jumlah kawasan
yang luas
genangannya
berkurang 7
12. Jumlah NSPK untuk
pengelolaan
persampahan yang
tersusun
13. Jumlah Bantek,
Bintek, dan
pendampingan
(SSK) pengelolaan
persampahan
14. Jumlah
penyelenggaraan
pelatihan (Diklat)
teknis dan
pengelolaan
persampahan

Keg

11

kawasan

30

26

22

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Semua provinsi

Paket

0.037

226

keg

0.029

50

Keg

0.007

11

kawasan

4.127

Kota Medan, Kota Batam, Kota


Palembang, Kota Tangerang, Kota Jakarta,
Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota
Semarang, Kota Surakarta, Kota
Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang,
Kota Banjarmasin, Kota Balikpapan, Kota
Makassar dan Kota Denpasar

kawasan

210

kawasan

0.331

Semua provinsi

kawasan

50

kawasan
(4600
Ha)

3.204

Semua provinsi

buah

30

buah

0.029

Pusat

Bantek,
Bintek, dan
pendampin
gan SSK

0.154

Semua provinsi

paket

0.037

Semua provinsi

Bantek, Bintek,
dan
pendampingan
SSK

paket

15

150

15

Semua provinsi

Semua provinsi

Telah mengakomodasi isu Climate Change


Telah mengakomodasi isu Climate Change
Telah mengakomodasi isu Climate Change

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L2-11

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(3)

(4)

15. Jumlah fasilitasi


pengembangan
sumber pembiayaan
dan pola investasi
bidang
persampahan
melalui kerjasama
pemerintah, dunia
usaha, dan
masyarakat 8

kab/kota

16. Jumlah monev


kinerja
pengembangan
persampahan

21

keg

17. Jumlah kawasan


yang telayani
infrastruktur
persampahan 9

55

18. Jumlah prasarana


pengumpulan
sampah 10
19. Jumlah prasarana
persampahan
terpadu 3R 11

kab/kota

0.015

150

keg

0.019

kawasan

210

kawasan

5.212

unit

250

unit

0.107

50

lokasi

250

lokasi

0.181

15

UNIT ORGANISASI PELAKSANA:


DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR
MINUM
1.

Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan,
Pengembangan
Sumber
Pembiayaan dan
Pola Investasi,
serta
Pengembangan
Sistem
Penyediaan Air
Minum

(7)
Semua provinsi

Kota Surabaya, Kota Semarang, Kota


Surakarta, Kota Malang, Kota Pekalongan,
Kota Palembang, Kota Mataram, Kota
Bukittinggi, Kab. Serdang Bedagai, Kota
Bitung, Kota Amuntai, Kota Yogyakarta,
Kota Bandar Lampung, Kota Tangerang
dan Kota Medan
Semua provinsi

Semua provinsi

Semua provinsi

12.421

Meningkatnya
pelayanan perumusan
kebijakan, perencanaan
teknis, pembinaan,
standarisasi teknis dan
Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
minum

1.

Jumlah NSPK
tentang air minum
yang tersusun

buah

2. Jumlah kab/kota
yang
menyelenggarakan
pengembangan
SPAM sesuai NSPK

Kab/Kota

3. Jumlah Rencana
Induk SPAM yang
telah ditetapkan

30

Kab/Kota

buah

0.044

100

Kab/Kota

0.060

200

Kab/Kota

22

Telah mengakomodasi isu Climate Change


Telah mengakomodasi isu Climate Change
Telah mengakomodasi isu Climate Change
11
Telah mengakomodasi isu Climate Change
9

10

L2-12

KETERANGAN
/LOKASI

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

0.209

Pusat

32 Propinsi
(termasuk Renstra BPPSPAM Rp. 10
Milyar)

32 Propinsi

Lampiran 2

12
13

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(3)

(4)

4. Jumlah
penyelenggara air
minum yang
mendapatkan
pembinaan,
pendidikan, dan
pelatihan

18

Kab/Kota

100

Kab/Kota

0.025

5. Jumlah PDAM yang


memperoleh
pembinaan

35

PDAM

185

PDAM

0.927

6. Jumlah pengelola air


minum non-PDAM
yang memperoleh
pembinaan

30

Non PDAM

225

Non
PDAM

0.069

7. Jumlah Monev
kinerja
pengembangan
pengelolaan air
minum

50

Kab/Kota

299

Kab/Kota

0.058

8. Jumlah laporan pra


studi kelayakan KPS

PDAM

23

PDAM

0.042

9. Jumlah PDAM
terfasilitasi untuk
mendapatkan
pinjaman bank

20

PDAM

107

PDAM

0.020

10. Jumlah studi


alternatif
pembiayaan

laporan

laporan

0.009

11. Jumlah propinsi


yang melaksanakan
kampanye 12

32

propinsi

propinsi

0.050

12. Jumlah aktivitas


reuse dan daur ulang
air 13

lokasi

lokasi

0.024

13. Jumlah kawasan


yang terfasilitasi (PS
air minum MBR
Perkotaan)

74

kawasan

kawasan

1.254

160

577

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
32 Propinsi

32 Propinsi
(termasuk Renstra BPPSPAM Rp. 171.1
Milyar)

32 Propinsi

32 Propinsi
(termasuk Renstra BPPSPAM Rp. 6.4
Milyar)

Semarang, Kab/Kota Sukabumi,


Banjarmasin, (Banjar), Kendari,
Palangkaraya, Singkawang, Pontianak,
Mataram, Lombok Tengah, Bitung, Solo
Raya (Solo dan Wonogiri, Magelang),
Balikpapan, Gowa, Tasikmalaya, Ciamis,
Lampung Selatan, Bogor, Lahat, Tangerang
Selatan, Bengkulu, Inhil, Padang, Jambi,
Banda Aceh, Subang (termasuk Renstra
BPPSPAM Rp. 12.5 Milyar)
32 propinsi

Pusat

32 propinsi

Banjarm asin, Tangerang, Medan,


Surakarta, Surabaya, Cirebon, Yogyakarta,
Sem arang

32 Propinsi

Telah mengakomodasi isu Climate Change


Telah mengakomodasi isu Climate Change

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L2-13

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2010

(3)

14. Jumlah IKK yang


terfasilitasi

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

(4)

144

IKK

820

IKK

1440

lt/det

8200

lt/det

15. Jumlah desa yang


terfasilitasi (PS air
minum perdesaan)

1472

desa

4650

desa

4.223

16. Jumlah kawasan


(lt/det) yang
terfasilitasi
(kawasan
pemekaran, pulau
terluar, perbatasan,
terpencil, KAPET)

18

kawasan

100

kawasan

0.292

170

lt/det

960

lt/det

13

l/dt

65

lt/det

17. Jumlah kawasan


(lt/det) yang
terfasilitasi
(mendukung
pelabuhan
perikanan)

53
310

kawasan

L2-14

Pelayanan
Manajemen
Bidang
Permukiman

Jumlah dukungan
manajemen dan jumlah
kawasan yang mendapat
penyediaan prasarana
dan sarana air minum,
air limbah persamahan
dan drainase pada lokais
pasca bencana/konflik
sosial

0.186

(7)
32 Propinsi

32 Propinsi

Kep. Riau, Kaltim, Kalbar, Sulut, NTT,


Malut, Maluku, Papua, Sumut, Kalteng,
Kalsel, Babel

21 Propinsi

lt/det

UNIT ORGANISASI PELAKSANA:


SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
1.

4.929

KETERANGAN
/LOKASI

1.817
1.

Jumlah
terselenggaranya
Pelaksanaan
Administrasi
Penggajian dan
Perkantoran

1900

Pegawai

9500

Pegawai

0.660

2. Jumlah
terselenggaranya
Administrasi dan
Pengelolaan
Pegawai

13

paket

65

paket

0.096

3. Jumlah
meningkatnya
Kemampuan dan
Kehandalan SDM
dalam Pengelolaan
Administrasi
Keuangan dan
Akuntansi

paket

40

paket

0.095

4. Jumlah
terselenggaranya
Pembinaan Hukum
dan Tersedianya
Perangkat Penataan
Hukum

paket

45

paket

0.039

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Pusat

Pusat

Pusat

Pusat

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

(1)

(2)

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(3)

(4)

5. Jumlah
terselenggaranya
Pembinaan serta
Penyediaan
Prasarana dan
Sarana
Perlengkapan

paket

45

paket

0.059

6. Jumlah
terselenggaranya
Pembinaan dan
Pelaksanaan habitat

paket

paket

0.025

7. Jumlah
terpenuhinya Sarana
dan Prasarana
kantor yang baik
dan layak

Paket

25

Paket

0.19

8. Jumlah tersedianya
Penyediaan
Prasarana dan
sarana Persampahan
dan Drainase pada
Lokasi Pasca
Bencana/Konflik
Sosial

Paket

31

Paket

0.13

9. Jumlah tersedianya
Penyediaan
Prasarana Air
Minum dan Air
Limbah pada Lokasi
Pasca Bencana /
Konflik Sosial

13

Paket

65

Paket

0.28

10. Jumlah
terpenuhinya
Cadangan
Mendesak Bidang
Perkim pada Lokasi
Pasca Bencana /
Konflik Sosial

Paket

33

Paket

0.24

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Pusat

Pusat

Pusat

Pusat

Pusat

Pusat

L2-15

Lampiran 2

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

KETERANGAN
/LOKASI

(5)

(6)

(7)

TARGET

PROGRAM/
KEGIATAN

OUTCOME/ OUTPUT

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(1)

(2)

(3)

(4)

UNIT ORGANISASI PELAKSANA:


DIREKTORAT BINA PROGRAM
1.

Meningkatnya
penyusunan kebijakan,
program dan anggaran,
kerjasama luar negeri,
data informasi serta
evaluasi kinerja
infrastruktur bidang
permukiman yang
dimanfaatkan oleh
kabupaten/kota

1.

Jumlah penyusunan
Kebijakan dan
Strategi bidang
Permukiman

paket

30

paket

0.09

2. Jumlah penyusunan
Program dan
Anggaran bidang
Permukiman

paket

35

paket

0.09

3. Jumlah penyusunan
Kerjasama Luar
Negeri dan Pola
Investasi bidang
permukiman

paket

40

paket

0.09

4. Jumlah penyusunan
Evaluasi dan Kinerja
bidang Permukiman

paket

30

paket

0.09

5. Jumlah penyusunan
Data dan Informasi
Bidang Permukiman

paket

35

paket

0.09

JUMLAH TOTAL

50.00

UNIT ORGANISASI PELAKSANA: BADAN


PENDUKUNG PENGEMBANGAN SISTEM
PENYEDIAAN AIR MINUM

0.234

1.

L2-16

Penyusunan
Kebijakan,
Program dan
Anggaran,
Kerjasama Luar
Negeri, Data
Informasi Serta
Evaluasi Kinerja
Infrastruktur
Bidang
Permukiman

0.441

Dukungan
Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan,
Pengembangan
Sumber
Pembiayaan dan
Pola Investasi
serta
Pengembangan
Sistem
Penyediaan Air
Minum dan
Sanitasi

Terselenggaranya
pembinaan kepada
PDAM

1.

Jumlah PDAM yang


dibina

Terselenggaranya Diklat
air minum

2. Jumlah
penyelenggaraan
diklat

Terselenggaranya
Monev

3. Jumlah monev

PDAM

62

PDAM

0.159

Kab/Kota

24

Kab/Kota

0.006

38

Kab/Kota

299

Kab/Kota

0.014

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Pusat

Pusat

Pusat

Pusat

Pusat

Tersebar di 33 Provinsi

Medan, Palembang, Jakarta, Surabaya,


Banjarmasin, Makassar, Menado,
Denpasar, Ambon

Tersebar di 33 Provinsi

Lampiran 2

PROGRAM/
KEGIATAN
(1)

OUTCOME/ OUTPUT
(2)

2014

Anggaran
(Rp.
Triliun)

(5)

(6)

TARGET

INDIKATOR/
OUTPUT

2010

(3)

(4)

Tersedianya konsep
NSPK air minum

4. Jumlah konsep
NSPK

NSPK

Terlaksananya
penyelenggaraan SPAM
sesuai NSPK

5. Jumlah Kab/Kota
yang
menyelenggarakan
SPAM sesuai NSPK

Kab/Kota

Terfasilitasinya
pinjaman perbankan

6. Jumlah PDAM yang


mendapat fasilitas
perbankan / sumber
pembiayaan

Terselenggaranya
pendampingan KPS

7. Jumlah PDAM / Kab


/ Kota yang
mendapat
pendampingan KPS

Tersedianya alternatif
pembiayaan/pola
investasi SPAM

8. Jumlah studi
alternatif
pembiayaan / pola
investasi

NSPK

0.004

19

Kab/Kota

0.016

PDAM

66

PDAM

0.015

PDAM / Kab
/Kota

14

PDAM /
Kab /Kota

0.014

Studi

Studi

0.007

---------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Pusat

Kab.Tasikmalaya, Kab.Kudus, Kab.


Lombok Timur, Kab.Wonosobo,
Kab.Cilacap, Kab. Klaten, Kab.Kuningan,
Kab.Sukoharjo, Kota Tegal,
Kab.Pekalongan, Kota Pekalongan,
Banyumas, Kab. Pasuruan, Kota Pasuruan,
Gresik, Sidoarjo, Kota Surabaya,
Kab.Karawang, Kab.Bekasi, Kota Bekasi
Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kota Jambi,
Kota Bandar Lampung, Kota Medan, Kab.
Tangerang, Kota Tangerang, Kota Serang,
Kab. Bandung, Kab. Subang, Kota Cirebon,
Kab. Kuningan, Kab. Cilacap, Kab.
Kebumen, Kota Semarang, Kota
Yogyakarta.(Kab. Pasuruan, Kota
Pasuruan, Kab. Sidoarjo, Kab. Gresik,
Kota Surabaya)**(DKI Jaya, Kab. Bogor,
Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Kab.
Karawang)***
Pusat

L2-17

Lampiran 2

L2-8

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

Lampiran-3

PERATURAN PRESIDEN NOMOR 5 TAHUN 2010 RENCANA TINDAK


PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 PER KEMENTERIAN/LEMBAGA

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-1

Lampiran 3

L3-2

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-3

Lampiran 3

L3-4

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-5

Lampiran 3

L3-6

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-7

Lampiran 3

L3-8

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-9

Lampiran 3

L3-10

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-11

Lampiran 3

L3-12

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-13

Lampiran 3

L3-14

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-15

Lampiran 3

L3-16

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-17

Lampiran 3

L3-18

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-19

Lampiran 3

L3-20

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 3

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L3-21

Lampiran 4

Lampiran-4

NO

1.

DAFTAR RENCANA PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA


DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUTKUR

SASARAN (Hasil
Outcome yang
diharapkan)

Kementerian/
Lembaga terkait

Nama Proyek

Penanggung jawab

2010

Penyediaan Air Minum


Kota Bandung

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Bandung

Jawa Bali

2.

Peningkatan dan
Pembangunan IPAM
Kota Medan

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Medan

3.

Penyediaan Air Minum


Kota Bandar Lampung

4.

Penyediaan Air Minum


DKI Jakarta-BekasiKarawang

5.

Rencana Disbursement (Miliar Rupiah)

Lokasi
2011

2012

2013

2014

TOTAL

270,00

270,0

540,00

Sumatera

60,00

60,00

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Bandar
Lampung

Sumatera

260,00

260,00

520,00

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemprov DKI

Jawa Bali

1.300,00

1.300,00

1.170

3.770,00

Pemkot Bekasi,
Pemkab Bekasi,
Pemkab Karawang

6.

Penyediaan Air Minum


Kabupaten Bekasi
(Cikarang Barat &
Cibitung)

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Bekasi

Jawa Bali

100,00

100,00

80,00

280,00

7.

Penyediaan Air Minum


Kabupaten Bandung

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Bandung

Jawa Bali

60,00

60,00

50,00

170,00

8.

Penyediaan Air Minum


Kabupaten Sumedang

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Sumedang

Jawa Bali

25,00

25,00

50,00

9.

Penyediaan Air Minum


Kabupaten Indramayu

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Indramayu

Jawa Bali

5,00

5,00

10,00

10.

Penyediaan Air Minum


Kabupaten dan Kota
Cirebon

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Kuningan,
Pemkab Cirebon,
Pemkot Cirebon

Jawa Bali

70,00

70,00

140,00

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L4-1

Lampiran 4

NO

SASARAN (Hasil
Outcome yang
diharapkan)
Nama Proyek

L4-2

Kementerian/
Lembaga terkait

Rencana Disbursement (Miliar Rupiah)

Lokasi

Penanggung jawab

2010

2011

2012

2013

2014

TOTAL

11.

Penyediaan Air Minum


Kota Bekasi (Pondok
Gede)

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Bekasi

Jawa Bali

110,00

110,00

220,00

12.

Penyediaan Air Minum


Kota Surakarta

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Surakarta

Jawa Bali

35,00

35,00

70,00

13.

Penyediaan Air Minum


Kabupaten Klungkung

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Klungkung

Jawa Bali

125,00

125,00

250,00

14.

Penyediaan Air Minum


Kabupaten Maros

Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Maros

Sulawesi

60,00

55,00

115,00

15.

Pembangunan Tempat
Pengelolaan Sampah
Terpadu Bogor dan
Depok

Kementerian
Pekerjaan
Umum/Pemprov
Jabar

Jawa Bali

240,00

160,00

400,00

16.

Pembangunan Tempat
Pengelolaan Sampah
Terpadu Bandung dan
Sekitarnya

Kementerian
Pekerjaan
Umum/Pemprov
Jabar

Jawa Bali

480,00

320,00

800

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

Lampiran 4

------------------------------------------------------------------------RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014

L4-3

Anda mungkin juga menyukai