Renstra2010 PDF
Renstra2010 PDF
UMUM
Tempat
Perihal :
SURAT EDARAN
Nomor: 03/SE/DC/2010
UMUM
Yang dimaksud dengan Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum yang selanjutnya
Cipta Karya adalah dokumen perencanaan
Kementerian Pekerjaan Umum untuk periode 5
2010 sampai dengan tahun 2014.
--------------------------------------------------------------------------
b.
ii
DASAR HUKUM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Undang-Undang
Persampahan;
11.
12.
13.
14.
15.
Republik
Indonesia
Nomor
18
Tahun
--------------------------------------------------------------------------
2008
tentang
c.
d.
e.
2.
RUANG LINGKUP
1.
2.
--------------------------------------------------------------------------
iii
Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat ditindaklanjuti yang menjadi acuan untuk
menyusun Rencana Kerja Direktorat Jenderal Cipta Karya yang dijabarkan lebih lanjut oleh
setiap Direktorat/Satminkal di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam penyusunan
program 5 (lima) tahun masing-masing Direktorat/Satminkal
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Mei 2010
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM,
BUDI YUWONO P.
Tembusan disampaikan kepada yth:
1.
Menteri Pekerjaan Umum (sebagai laporan);
2.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum;
3.
Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum;
iv
--------------------------------------------------------------------------
Kata Pengantar
Direktur Jenderal Cipta Karya
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014 yang tercantum dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2010 maka perlu disusun Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014. Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 dibuat
dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tanggal 29 Januari 2010.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 ini memuat
arahan mandat Undang-Undang, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Visi, Misi dan Tujuan
Direktorat Jenderal Cipta Karya, serta Rincian Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Cipta
Karya tahun 2010-2014. Selanjutnya Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun
2010-2014 dapat menjadi acuan bagi setiap Satminkal/Direktorat di lingkungan Direktorat
Jenderal Cipta Karya dalam menyusun Program dan Kegiatan setiap tahun mulai tahun 2010
hingga tahun 2014.
Semoga buku ini bermanfaat sebagai acuan dalam Penyusunan Program, Rencana
Kerja serta Anggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya mulai tahun 2010, 2011, 2012, 2013
sampai dengan tahun 2014.
Jakarta,
Mei 2010
Direktur Jenderal Cipta Karya
Budi Yuwono P.
--------------------------------------------------------------------------
Daftar Isi
Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya .......................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................................ v
Daftar Isi .................................................................................................................. vi
Daftar Tabel .............................................................................................................. viii
Daftar Gambar .......................................................................................................... viii
Daftar Lampiran ......................................................................................................... ix
Bab 1
1.2
1.3
Bab 2
Bab 3
Kondisi
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.2
3.3
3.4
--------------------------------------------------------------------------
vi
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
vii
4.2
4.3
4.4
5.2
5.3
5.4
6.2
P E N U T U P ..................................................................................... 7-1
--------------------------------------------------------------------------
Daftar Tabel
Tabel 3.1 : Kondisi Pencapaian Pembangunan Infrastruktur Permukiman 2005 2009 ..... 3-17
Tabel 5.2 : Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010-2016 ....................................... 5-12
Tabel 5.3 : Usulan Kegiatan PHLN 2010-2014 ............................................................... 5-13
Tabel 6.1 : Rekapitulasi Ditjen Cipta Karya ................................................................... 6-10
Tabel 6.2 : Sub Bidang Pengembangan Permukiman ..................................................... 6-10
Tabel 6.3 : Sub Bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan ............................ 6-11
Tabel 6.4 : Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ........................................ 6-12
Tabel 6.5 : Sub Bidang Pengembangan Air Minum ........................................................ 6-12
Tabel 6.6 : Sekretariat Direktorat Jenderal.................................................................... 6-13
Tabel 6.7 : Direktorat Bina Program ............................................................................. 6-13
Tabel 6.8 : Matrik Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014 ............ 6-14
Daftar Gambar
Diagram 5.1 Kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah ......................... 5-17
--------------------------------------------------------------------------
viii
Daftar Lampiran
ix
Lampiran-1 :
Lampiran-2 :
Lampiran-3 :
Lampiran-4:
--------------------------------------------------------------------------
Rencana
Ba b 1
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Sejalan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan juga
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014, maka penyusunan
Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran dari kedua dokumen
tersebut diatas.
Dokumen Renstra Ditjen. Cipta Karya 2010-2014, akan memuat isu strategis,
kondisi pencapaian hingga tahun 2014, pemasalahan dan tantangan infrastruktur
permukiman, visi, misi dan tujuan, kebijakan dan strategi serta program dan
kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai
Satminkal di Kementerian Pekerjaan Umum dalam upaya pencapaian RPJM Nasional.
Susunan Renstra Ditjen. Cipta Karya 2010-2014 dimulai dengan pemaparan
tentang kondisi dan tantangan penyelenggaraan bidang Cipta Karya; visi, misi,
tujuan dan sasaran pembangunan Cipta Karya; strategi penyelenggaraan Cipta
Karya; serta program dan kegiatan.
1-1
1-2
1.
2.
UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun yang bertujuan untuk mengatur:
(i) pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama
golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian
hukum dalam pemanfaatannya; (ii) meningkatkan daya guna dan hasil guna
tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya
alam dan menciptakan lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan
seimbang; (iii) memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna
bagi kehidupan masyarakat.
3.
4.
--------------------------------------------------------------------------
5.
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang bertujuan untuk
mengatur pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup yang bertujuan untuk mewujudkan kemanfaatan
sumber daya air yang berkelanjutan.
6.
7.
PP No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum yang bertujuan
untuk: (i) mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas
dengan harga terjangkau; (ii) tercapainya kepentingan yang seimbang antara
konsumen dan penyedia jasa layanan, dan; (iii) tercapainya peningkatan
efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
8.
9.
1-3
10.
11.
12.
13.
Selain undang-undang tersebut di atas yang mengatur tugas dan fungsi Ditjen.
Cipta Karya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, telah diatur tugas dan kewenangan Ditjen.
Cipta Karya.
Kewenangan dalam aspek pembangunan di bidang Cipta Karya, pada
prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan di bidang ini
1-4
--------------------------------------------------------------------------
1-5
1-6
--------------------------------------------------------------------------
Ba b 2
ISU STRATEGIS
Saat ini arus urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam.
Proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 persen pada tahun
1995 menjadi 48,3 persen pada 2005. Diperkirakan tren yang berkembang akan
terus terjadi sehingga sebelum tahun 2010 jumlah penduduk perkotaan secara
nasional telah melampaui jumlah penduduk perdesaan, dan diperkirakan pada tahun
2025 nanti 68,3 persen penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan.
Fenomena ini bisa kita sikapi melalui dua pendekatan, yaitu sebagai sinyalemen
berkembangnya aktivitas di perkotaan yang tentunya merupakan indikasi bangkitnya
perekonomian negara. Tetapi di sisi lain, hal ini juga mengindikasikan kuatnya
pengaruh kota, sehingga dapat menimbulkan kesenjangan wilayah yang tidak
konstruktif antara kota besar-kota menengah atau antara kota-desa. Proses
2-1
urbanisasi yang terjadi saat ini lebih banyak didorong oleh terbatasnya lapangan
kerja di daerah perdesaan.
b.
2-2
--------------------------------------------------------------------------
penduduk di atas 700 ribu dan kota menengah dengan jumlah penduduk antara 200
ribu dan 700 ribu. Kota-kota besar dan menengah yang berjumlah 37 kota, atau 9%
dari total jumlah daerah, mempunyai sumbangan 40% dari total Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional. Sedangkan bila dipisahkan kota-kota besar saja, yang hanya
berjumlah 14 kota saja, atau hanya 3,4% dari total jumlah daerah, mampu
menyumbang 30% dari total PDB nasional. Berdasarkan data-data di atas sudah
sangat jelas bahwa kota merupakan motor dari pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh
karena itu, ketika terjadi krisis ekonomi, kota sebagai back bone dari kerangka
ekonomi nasional juga mengalami kontraksi yang parah.
2-3
d.
Desentralisasi
Era desentralisasi yang berjalan membawa dampak yang teramat besar bagi
perkembangan perkotaan di Indonesia. Perubahan ini terlihat pada beberapa kota
yang perkembangannya bergerak menjadi lebih besar. Perkembangan ini
dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan internal dan eksternal kota. Persebaran
kota di Indonesia saat ini lebih banyak terpusat di Pulau Jawa, dengan 32 dari 91
kota administratif berada di pulau Jawa. Angka ini bisa bertambah apabila kita
mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan kawasan perkotaan
terletak di wilayah administratif Kabupaten. Pembangunan perkotaan yang pada
awalnya dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah Pusat berubah. Saat ini Pemerintah
Daerah memegang peranan utama dalam mengarahkan pembangunan perkotaan.
Implikasi dari ini, strategi pembangunan perkotaan yang skala nasional tidak bisa
serta merta diimplementasikan ke daerah. Pola pembangunan perkotaan saat ini
tentunya menekankan kepada optimalisasi sumber daya lokal yang kompetitif. Di
satu sisi, Desentralisasi berhasil membawa Pemerintah Daerah dalam nuansa
kompetisi yang kondusif untuk mendorong pembangunan perkotaan di masingmasing daerah. Akan tetapi di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidak
terencana justru membahayakan daya dukung kota, terutama di Kota Besar dan
Metropolitan.
e.
2-4
--------------------------------------------------------------------------
puluhan meter di bawah tanah, hal tersebut terasa sulit terutama di lingkungan
perumahan padat penduduk seperti kawasan perumnas dan BTN, yang kavling
tanahnya kecil-kecil. Demikian pula dengan masalah lalu-lintas di kawasan perkotaan
yang belum dapat tertangani dengan baik, sehingga kemacetan lalu-lintas dan
kecelakaan lalu-lintas sudah menjadi pemandangan umum sehari-hari. Persoalan
tersebut merupakan bagian dari persoalan pemborosan potensi kemampuan
Pemerintah Daerah dalam pembangunan perkotaan. Fakta lain yang cukup menonjol
yang sedang terjadi sekarang ini adalah adanya kota-kota baru dari semula berupa
pusat-pusat permukiman transmigrasi. Kecenderungan ini tentunya akan memakan
anggaran pembangunan, yang mungkin saja tidak sebesar biaya yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kapasitas pelayanan perkotaan yang sudah ada, selain
berpotensi merusak keasrian lingkungan hidup.
f.
Di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus bersaing
dengan kota di dalam negeri semata, persaingan terjadi dengan kota-kota di skala
Asia bahkan dunia. Bentuk persaingan pun bergeser dari yang sebelumnya berkutat
pada comparative advantage menuju ke era competitive advantage. Di masa lalu,
daya saing sebuah kota ditentukan oleh jumlah tenaga kerja (sumber daya manusia)
dan sumber daya alam yang dimiliki. Saat ini variabel bertambah menjadi tingkat
kelayakhunian kota yang direpresentasikan dalam infrastruktur pendukung dan
pelayanan perkotaan.
Sebuah kota harus mampu berlomba-lomba menunjukkan tidak hanya sebagai
sebuah kota yang layak huni akan tetapi sebuah kota yang mampu mengedepankan
nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kesehariannya. Nilai-nilai demokrasi harus
mampu diterjemahkan oleh masing-masing kota. Hal-hal inilah yang kemudian
memberikan nilai tambah dan daya saing bagi sebuah kota untuk menarik investasi
dari luar.
2-5
g.
Perubahan Iklim
2-6
--------------------------------------------------------------------------
i.
Modal Sosial
Dalam konteks pembangunan perkotaan saat ini yang menjadi masalah bukan
pada modal finansial, namun perlu dilihat pada tataran modal sosial. Apapun yang
kita lakukan, apabila aspek modal sosial tidak diperhitungkan, maka investasi yang
dilakukan tidak mendorong peningkatan kesejahteraan.
k.
Happiness Index
Direktorat Jenderal Cipta Karya harus mampu mendorong branding dan area
identity dari sebuah kota dan wilayah. Indonesia yang mempunyai multiple culture
2-7
diversity yang perlu dioptimalkan pada tataran ekonomi. Sumberdaya alam, invovasi,
fasionable, local value with modern spirit perlu diintegrasikan dalam ekonomi kreatif
yang mampu mendorong daya saing kota-kota.
m.
Participatory Development
Pengembangan Enterpreneurship
Secara umum ada tiga tipe pemberian pemerintah kepada masyarakat:
Direktorat
Jenderal
Cipta
Karya
diharapkan
mampu
untuk
mengimplementasikan succesfull entrepreneurship yaitu dengan: i) Merubah dengan
cara yang baik (change friendly), dengan mendorong masyarakat untuk berubah
tanpa menimbulkan konflik; ii) Berorientasi pada kesempatan (opportunity oriented);
iii) Inovatif; iv) Banyak Akal; v) Menciptakan nilai baru.
2-8
--------------------------------------------------------------------------
o.
2-9
Ba b 3
KONDISI UMUM PENCAPAIAN,
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
3-1
3-2
--------------------------------------------------------------------------
yang memiliki kawasan agropolitan terbanyak adalah Provinsi Jawa Tengah dengan
jumlah sebanyak 11 kawasan. Sementara itu pembangunan kawasan terpilih pusat
pengembangan desa bertujuan untuk merangsang pertumbuhan usaha-usaha
ekonomi perdesaan melalui penyediaan berbagai fasilitas permukiman, berupa
fasilitas air bersih, persampahan, dan sanitasi di desa-desa yang berpotensi untuk
berkembang. Sampai dengan saat ini jumlah kawasan yang telah difasilitasi
sebanyak 660 kawasan, hal ini telah melebihi target Renstra 2005-2009 yang hanya
berjumlah 584 kawasan, sedangkan dukungan infrastruktur perdesaan hingga saat
ini sudah mencapai 22.647 desa dari 29.274 desa target Renstra 2005-2009.
Selain peningkatan kualitas lingkungan permukiman tersebut diatas, hal lain
yang telah dilaksanakan untuk mendukung pengembangan kawasan permukiman
khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah dengan
memfasilitasi dukungan kawasan perumahan bagi PNS/TNI-Polri/Pekerja sebanyak
600.278 unit dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 567.569 unit. Sementara itu
penyediaan infrastruktur permukiman bagi kawasan terpencil/pulau kecil dan terluar
telah difasilitasi sebanyak 29 Kab/Kota dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 11
Kab/Kota, sedangkan penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan
perbatasan sebanyak 181 kawasan dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 92
kawasan.
Tingkat pemenuhan kebutuhan rumah masih rendah. Diperkirakan sampai
dengan tahun 2020, rata-rata setiap tahun terdapat 1,15 juta unit rumah yang perlu
difasilitasi. Saat ini pembangunan/pengembangan rumah baru mencapai 600.000
unit per tahun. Jumlah kekurangan rumah (backlog) mengalami peningkatan dari 4,3
juta unit pada tahun 2000 menjadi 5,8 juta unit pada tahun 2004 dan 7,4 juta unit
pada akhir tahun 2009. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berakumulasi di
masa yang akan datang akibat adanya pertumbuhan rumah tangga baru rata-rata
3-3
3-4
--------------------------------------------------------------------------
Proporsi rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri di perkotaan
mencapai 32,98 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan yang
sebesar 13,28 persen. Semakin terbatasnya lahan dan harga rumah di perkotaan
menyebabkan
masyarakat cenderung untuk menempati rumah sewa/kontrak.
Proporsi rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri di perkotaan mengalami
penurunan sebesar 2,71 persen dibandingkan kondisi pada tahun 2004 yang sebesar
80,93 persen. Penurunan ini terkait erat dengan peningkatan harga rumah dan
penurunan daya beli masyarakat.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di perkotaan, keterbatasan lahan untuk
pembangunan perumahan dan permukiman serta meningkatnya harga lahan
semakin mempersulit akses masyarakat untuk menempati hunian yang layak dan
terjangkau di perkotaan. Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung menempati
lahan yang bukan miliknya (ilegal) atau menempati hunian di pinggiran kota yang
jauh dari lokasi pekerjaan. Masih tingginya biaya pengurusan serta keterbatasan
informasi terhadap prosedur sertifikasi dan rencana tata ruang mengakibatkan
sebagian masyarakat menempati rumah tanpa memiliki bukti legalitas pemanfaatan
lahan dan bangunan serta tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Ditinjau dari
aspek kepastian jaminan bermukim, rumah tangga yang menempati rumah milik
sendiri dan telah didukung oleh bukti hukum tanah berupa sertifikat dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN), girik, maupun akta jual beli mengalami peningkatan dari
74,49 persen pada tahun 2004 menjadi 77,94 persen pada tahun 2007.
Penyerahan kewenangan pembangunan perumahan yang menjadi urusan wajib
pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam
memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan. Selain
itu, koordinasi antarlembaga masih belum berjalan dengan baik, salah satunya
3-5
3-6
--------------------------------------------------------------------------
3-7
3-8
--------------------------------------------------------------------------
bersih dan sehat (PHBS). Rendahnya kesadaran pelaku akan pengelolaan air limbah
yang layak dan rendahnya utilisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan penyebab utama terjadinya
pencemaran air permukaan.
Proporsi rumah tangga yang terlayani dengan sistem air limbah terpusat skala
kota telah mencapai 1 persen dan prosentase sistem pelayanan air limbah berbasis
masyarakat telah dilakukan di 409 lokasi. Selama periode 2004 hingga 2009
pembangunan sistem air limbah terpusat skala kota telah dilakukan di Kota Denpasar
melalui pendanaan yang bersumber dari pinjaman luar negeri. Selain itu, sistem
pengolahan air limbah terpusat (Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL) komunal
telah dibangun di 217 kota/kabupaten. Proporsi rumah tangga yang terlayani dengan
sistem pengolahan setempat dan sistem terpusat skala komunal adalah sebesar 69,3
persen (daerah perkotaan sebanyak 81,8 persen dan perdesaan sebanyak 60
persen). Tingginya angka cakupan tersebut diantaranya merupakan hasil dari
kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air limbah berbasis masyarakat yang
difasilitasi oleh pemerintah bersama dengan lembaga swadaya masyarakat.
Kepedulian Pemerintah pada pengelolaan air limbah sekarang berada pada titik
tertinggi sejak beberapa tahun terakhir. Namun demikian, peningkatan alokasi
pendanaan masih belum mampu untuk membiayai total kebutuhan yang ada. Di sisi
lain, skema-skema pembiayaan yang bersumber dari non-pemerintah masih belum
dikembangkan, termasuk kerja sama dengan swasta, baik dalam bentuk investasi
swasta maupun dana Corporate Social Responsibility (CSR).
Institusi pengelola air limbah di daerah saat ini masih belum menerapkan
prinsip manajemen yang baik, antara lain pada Perusahaan Daerah ditunjukkan
dengan belum adanya manajemen aset dan penyusunan business plan yang absah,
serta kurangnya dukungan sumber daya manusia yang berkualitas pada non-Perusda
yang mengelola air limbah. Selain itu, masih rendahnya kesediaan membayar
3-9
(willingness to pay) dari masyarakat untuk pelayanan air limbah domestik dan
subsidi pemerintah yang tidak dapat diandalkan menjadikan pengelola tidak dapat
menutup biaya pelayanannya secara penuh (full-cost recovery).
Saat ini payung kebijakan yang mendukung pengelolaan air limbah hanya
berupa salah satu pasal dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air yaitu pasal 21 ayat (2), yang menyatakan bahwa perlindungan dan
pelestarian sumber air salah satunya dilakukan melalui pengaturan sarana dan
prasarana sanitasi. Hampir seluruh kota di Indonesia tidak mempunyai pemetaan
terhadap kebutuhan infrastruktur dan layanan air limbah serta tidak tersedianya
rencana rinci terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini mengakibatkan tidak
adanya prioritas serta pentahapan yang jelas mengenai pembangunan dan
rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah. Dari sisi perencanaan, tengah
dikembangkan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) agar pemerintah daerah
memiliki dasar bagi pembangunan sanitasi bagi daerahnya masing-masing.
Meningkatnya intensitas curah hujan dalam interval waktu yang semakin
pendek yang disebabkan perubahan iklim akibat efek pemanasan global (global
warming) dan semakin berkurangnya bidang resapan menjadi faktor penyebab
semakin tingginya debit limpasan hujan yang harus ditampung oleh saluran drainase.
Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang
mengakibatkan timbulnya genangan, merupakan permasalahan utama yang
dihadapi dalam pembangunan drainase. Kelangkaan lokasi untuk pembuangan
sampah serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya menjadikan saluran drainase sebagai tempat pembuangan sampah.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 sebanyak
11,34% rumah tangga masih membuang sampah ke kali/selokan yang menyebabkan
mampatnya saluran drainase sehingga menurunkan fungsi saluran drainase yang
berimplikasi pada peningkatan luasan kawasan tergenang. Di sisi lain banyak
3-10
--------------------------------------------------------------------------
dijumpai pula bahwa fungsi saluran drainase tidak tegas apakah untuk mengalirkan
kelebihan air permukaan atau juga berfungsi sebagai saluran air limbah.
Pembuangan air limbah domestik dan air limbah industri rumah tangga ke dalam
saluran drainase menyebabkan peningkatan debit air pada saluran drainase.
Perencanaan sistem pengelolaan drainase belum didasari dengan adanya suatu
rencana induk pengelolaan sistem drainase yang absah. Selain itu, perencanaan
sistem drainase saat ini juga belum mengintegrasikan antara sistem drainase
primer, sekunder, dan tersier. Sementara itu, ketidakjelasan pengelola sistem
drainase, menyebabkan pengabaian kondisi saluran drainase dan minimnya alokasi
dana yang dianggarkan untuk operasi dan pemeliharaan sistem. Terbatasnya
anggaran pemerintah baik untuk investasi, operasi dan pemeliharaan sistem drainase
menjadikan pengelolaan drainase belum berjalan secara optimal.
Pada sektor persampahan, pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) masih rendah. Rata-rata volume sampah diperkirakan mencapai 74 juta
ton/tahun. Namun dari total timbulan sampah tersebut, proporsi sampah terangkut
hanya mencapai 20,63 persen. Belum adanya rencana induk pengelolaan sampah
menjadikan belum tersedianya profil dan rencana penanganan sampah di tingkat
kabupaten/kota. Ketiadaan rencana induk juga mengakibatkan tidak bersinerginya
sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dengan sistem
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga penanganan sampah
belum terintegrasi utuh mulai penanganan dari sumber hingga ke TPA.
Sementara upaya meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di
kota metro/besar sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Banyak TPA yang tidak didesain sebagai sanitary landfill atau mengalami perubahan
sistem dari sanitary landfill dan/atau controlled landfill menjadi open dumping.
Sementara jumlah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang menerapkan sanitary
landfill mencapai 10 TPA; dan yang menerapkan controlled landfill sebanyak 55 TPA,
3-11
landfill.
Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan timbulan
sampah, dan belum pada pengurangan volume sampah dari sumbernya. Upaya
untuk mengurangi kuantitas sampah sebesar 20% pada periode 20042009 juga
masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga halnya dengan
infrastruktur pengelolaan persampahan yang ada ternyata tidak sebanding dengan
kenaikan timbunan sampah yang meningkat 24% per tahun, diperburuk dengan
semakin sulitnya mendapatkan lahan untuk dimanfaatkan sebagai TPA. Sedangkan di
sisi yang lain percontohan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) saat ini masih
terbatas di 80 kawasan. Rendahnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah
dalam menerapkan prinsip 3R menyebabkan pengurangan volume timbulan sampah
kurang signifikan. Selain itu, upaya pengurangan timbulan sampah melalui
pemanfaatan teknologi pengolahan sampah belum dikembangkan.
Institusi pengelola sampah di daerah saat ini masih belum berfungsi secara
profesional, antara lain ditunjukkan dengan belum adanya manajemen aset dan
penyusunan business plan yang absah pada Perusahaan Daerah, sedangkan
3-12
--------------------------------------------------------------------------
permasalahan yang muncul pada dinas pengelola sampah bahkan lebih menyeluruh
baik berupa alokasi dana yang minim, manajemen yang kurang profesional dan
minimnya kualitas sumber daya manusia. Hingga saat ini, sumber pendanaan bagi
pengelolaan sampah masih bertumpu pada anggaran pemerintah akibat belum
dikembangkannya alternatif sumber pendanaan lainnya, seperti dana masyarakat,
kerjasama swasta, baik investasi swasta maupun dana CSR. Secara keseluruhan
sampai saat ini prosentase sistem pengelolaan persampahan telah mencapai 54%,
masih di bawah target RPJMN (75% pada 2009) dan MDGs (70% pada 2015).
3-13
3-14
--------------------------------------------------------------------------
kendala yakni ketiadaan peraturan yang mengatur pola kerjasama pemerintah dan
masyarakat. Faktor lainnya adalah kualitas sumber daya manusia pada lembaga
pengelolanya juga masih rendah. Demikian pula halnya keterlibatan swasta hingga
tahun 2009 masih tergolong rendah, khususnya pada penyediaan prasarana air
minum di wilayah perdesaan dan pinggiran kota. Skema kerjasama pemerintah
dengan swasta (KPS) hingga saat ini belum banyak dilaksanakan oleh pemda
maupun PDAM. Rendahnya kinerja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM
mengalami kesulitan dalam mendapatkan sumber pendanaan dari pihak lain, seperti
lembaga donor maupun pihak perbankan. Sementara sumber pendanaan dari pihak
swasta seperti dana Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum menjadi
sumber yang signifikan sehingga pendanaan air minum masih bertumpu pada
anggaran Pemerintah.
Pada periode 2005-2009 telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum sebagai turunan dari UndangUndang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dalam pelaksanaannya
telah dirumuskan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat, termasuk diantaranya Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), sehingga sistem
penyediaan air minum yang efektif dan berkesinambungan telah memiliki rujukan
strategis yang jelas. Dalam sektor ini upaya pembinaan terhadap PDAM belum
memperlihatkan hasil yang signifikan. seperti tergambar dari 340 PDAM, sekitar 70%
kondisinya masih tidak sehat. Ini berarti hanya 79 PDAM yang sehat, sehingga pada
tahun 2008, utang non pokok PDAM yang dinyatakan sakit yang mencapai
Rp. 3,3 triliun terpaksa dihapuskan. Demikian halnya dengan utang PDAM yang
dikategorikan sehat juga dihapus melalui skema debt to swap investment yang
mencapai Rp. 1,1 triliun. Dengan demikian, jumlah keseluruhan hutang yang dihapus
mencapai Rp. 4,4 triliun.
3-15
3-16
--------------------------------------------------------------------------
Tabel 3.1 :
Kondisi Pencapaian Pembangunan Infrastruktur Permukiman 2005 2009
Hasil Pelaksanaan
Program Utama/Prioritas
a.
Skala kws
b.
Unit
Target
Review
Renstra
No
TA 2005
TA 2006
TA 2007
TA 2008
TA 2009
Pencapaian
TA. 20052009
% Capaian
1. Pengembangan
kws Agropolitan
Kws
347
89
56
48
78
60
331
95.39%
2. Pengembangan
Prasarana Sarana
Perdesaan
(DPP/KTP2D)
Kws
584
119
161
157
225
47
709
121.40%
29,274
12,834
1,840
2,289
2,060
3,624
22,647
77.36%
Skala Lingkungan
Dukungan
Infrastruktur
Perdesaan
Desa
a.
Penanggulangan
Kemiskinan di
Perkotaan (P2KPPNPM)
Kelurahan
40,648
4,680
7,277
8,991
10,001
11,039
41,988
103.30%
b.
Penataan dan
Perbaikan Lingkungan
Permukiman (NUSSP)
Kelurahan
841
94
348
410
328
164
802
95.36%
2,436
493.97
2,212.58
2,690.48
1,537.99
637.54
6,833.02
280.50%
Jiwa
465,335
28,355
350,240
376,237
332,330
61,529
783,123
168.29%
30,000
2,084
2,200
4,592
4,433
5,539
18,848
62.83%
763
143
155
124
144
255
821
107.60%
Ha
c.
Pembangunan Rumah
Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa)
Unit
d.
Penataan Bangunan
dan Lingkungan (PBL)
Kelurahan
3-17
a.
Dukungan kws
Perumahan PNS/TNIPolri/Pekerja
b.
Penyediaan
Infrastruktur
Permukiman
2. kws Perbatasan
Unit
TA 2005
567,569
Kawasan
TA 2008
Pencapaian
TA. 20052009
TA 2009
108,123
156,400
124,610
140,050
600,278
41
62
53
47
204
% Capaian
105.76%
11
20
28
28
29
29
263.64%
Kawasan
92
10
47
44
36
44
181
196.74%
a.
PS Air Minum
L/det
Pengelolaan Air
Limbah
- Penduduk terlayani
Kab/Kota
Pengelolaan
Persampahan
- Penduduk terlayani
Kab/Kota
Jiwa
d.
Drainase
Ha
e.
Penataan dan
Revitalisasi kws
Perkotaan
Kawasan
c.
TA 2007
71,095
b.
TA 2006
Propinsi
Jiwa
3-18
Hasil Pelaksanaan
Program Utama/Prioritas
1. kws
Terpencil/Pulau
Kecil/Terluar
Unit
Target
Review
Renstra
No
Jiwa/KK
39,879
5,518
5,597
10,202
6,071
6,320
33,707
84.52%
26,800,000
3,228,071
3,336,160
2,309,920
1,702,130
4,324,690
14,900,972
55.60%
388
46
84
81
92
106
409
105.41%
1,000,000
221,067
615,894
277,261
324,328
281,311
1,719,861
171.99%
480
100
109
82
94
133
518
107.92%
1,704,181
2,415,323
2,608,432
4,750,239
7,543,756
19,021,931
7,282
1,240
2,611
832
75
2,678
7,436
102.12%
266
29
60
63
30
42
224
84.21%
--------------------------------------------------------------------------
Hasil Pelaksanaan
Program Utama/Prioritas
a.
Penanganan Tsunami
di Aceh
b.
Rehabilitasi dan
Rekonstruksi *)
Unit
Target
Review
Renstra
No
TA 2006
TA 2007
TA 2008
Pencapaian
TA. 20052009
TA 2009
% Capaian
Unit
5,500
3,000
1,500
3,503
8,003
145.51%
Jiwa
27,000
15,000
7,500
17,515
40,015
148.20%
24,800
237,655
375,868
613,523
2473.88%
124,500
950,620
1,503,472
2,454,092
1971.16%
Unit (non
APBN)
6,480
5,243
9,910
21,633
Jiwa
25,920
20,972
39,640
86,532
Unit
(APBN)
Jiwa
TA 2005
304
31
33
102
66
128
360
118.42%
Pedoman
176
71
27
55
52
209
118.75%
Keterangan :
*) dilaksanakan oleh Pemda DIY dan Jateng dengan dana APBN sebesar Rp 5,4 triliun (sebanyak 613,523 unit)
3-19
Dukungan Infrastruktur Perdesaan hanya tercapai 22.647 desa pada tahun 2009 dari
target 29.274 desa.
Kegiatan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dari
target 30.000 unit hanya tercapai 18.848 unit. Kegiatan Prasarana dan Sarana Air
Minum hanya tercapai 33.707 L/detik (14.900.972 jiwa) dari target 39.879 L/detik
(26.800.000 jiwa). Sedangkan Kegiatan Penataan dan Revitalisasi Kawasan
Perkotaan dari target 266 kawasan hanya tercapai 224 kawasan.
Adapun kendala umum yang dihadapi dalam pencapaian target karena
terbatasnya alokasi dana yang diberikan, kurangnya komitmen pemerintah daerah
untuk memenuhi Dana Daerah Untuk Pembangunan Bersama (DDUPB) yang
dibutuhkan, kurang siapnya ketersediaan lahan serta kurang siapnya pemerintah
daerah untuk memenuhi kriteria kesiapan proyek (readiness criteria) yang telah
ditetapkan.
3-20
--------------------------------------------------------------------------
3-21
f.
Keterbatasan kapasitas daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur keCipta-Karya-an padahal bidang ini sudah menjadi salah satu urusan wajib
dari pemerintah daerah.
Pengembangan Permukiman.
i. Masih luasnya kawasan kumuh.
ii. Masih terbatasnya Prasarana Sarana Dasar pada Daerah Tertinggal, Pulau
Kecil, Daerah Terpencil, dan Kawasan Perbatasan.
iii. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
b.
3-22
--------------------------------------------------------------------------
c.
3-23
d.
3-24
--------------------------------------------------------------------------
3-25
masyarakat
dan
dunia
usaha
dalam
Pengembangan Kelembagaan.
i. Belum optimalnya perencanaan pengembangan sumber daya manusia.
ii. Belum memadainya struktur organisasi yang responsif terhadap tantangan
pembangunan bidang Cipta Karya.
iii. Belum tersusunnya tata laksana organisasi yang sesuai dengan prinsip good
governance untuk meningkatkan daya saing kota/kabupaten.
iv. Belum
efektifnya
pengembangan
tim
koordinasi
pembangunan
kota/kabupaten/provinsi dalam pengembangan prasarana bidang Cipta
Karya.
3-26
--------------------------------------------------------------------------
3.4 TANTANGAN
Berdasarkan permasalahan dan kondisi yang ada, maka tantangan dalam
pembangunan infrastruktur permukiman adalah sebagai berikut :
a.
Meningkatkan keterpaduan pembangunan prasaranan dan sarana bidang
permukiman (Cipta Karya).
b.
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan.
c.
Memperluas akses pelayanan prasarana dan sarana bidang permukiman (Cipta
Karya).
d.
Meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dan masyarakat dalam
pendanaan pembangunan prasarana dan sarana bidang permukiman (Cipta
Karya).
3-27
Ba b 4
VISI, MISI DAN TUJUAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
--------------------------------------------------------------------------
dapat
4-1
Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun
2010 2014 adalah:
1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan
perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial,
sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka
pengembangan wilayah.
4-2
--------------------------------------------------------------------------
4.2 TUJUAN
Sebagai penjabaran atas visi Kementerian Pekerjaan Umum, maka tujuan yang
akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan
meliputi:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian
permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim).
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan
(infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
--------------------------------------------------------------------------
4-3
4.3 SASARAN
Adapun sasaran berdasarkan 3 (tiga) tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya
yang akan dicapai beserta indikator kinerja outcom e -nya meliputi:
Tujuan 1 :
Sasaran
1. Penyusunan NSPK bidang pengembangan permukiman.
NSPK
daerah
bidang
4-4
--------------------------------------------------------------------------
bidang
Penataan
Bangunan
dan
--------------------------------------------------------------------------
4-5
Kawasan
Permukiman
kabupaten/kota
dalam
penyelenggaraan
bangunan
4-6
--------------------------------------------------------------------------
penyusunan
SSK
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
--------------------------------------------------------------------------
4-7
4-8
--------------------------------------------------------------------------
pengelolaan
Sasaran
1. Penataan kawasan permukiman kumuh di perkotaan.
--------------------------------------------------------------------------
4-9
4-10
--------------------------------------------------------------------------
pemberdayaan
--------------------------------------------------------------------------
4-11
Sasaran
1. Penanganan kawasan permukiman di kawasan rawan bencana (Sumatera Barat,
dll).
4-12
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
4-13
4-14
air
minum
yang
mampu
meningkatkan
--------------------------------------------------------------------------
kinerja
Ba b 5
ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI
5.1 KEBIJAKAN
PERKOTAAN
DAN
STRATEGI
NASIONAL
PENGEMBANGAN
Kebijakan 2:
5-1
Strategi:
Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang memadai dan
berkeadilan.
Perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau.
Pengembangan pendanaan dan penyediaan tanah bagi
pembangunan permukiman secara partisipatif.
Pengembangan ekonomi yang berdaya saing global.
Penciptaan iklim kehidupan sosial budaya yang saling
menghargai, mendukung, serta mengapresiasi budaya dan
warisannya.
Kebijakan 3:
5-2
--------------------------------------------------------------------------
DAN
5-3
Kebijakan 2:
Kebijakan 3:
Pengembangan
undangan.
kelembagaan,
peraturan
dan
perundang-
Strategi:
Kebijakan 4:
5-4
--------------------------------------------------------------------------
Kebijakan 5:
NSIONAL
PENGEMBANGAN
SISTEM
Kebijakan 2:
5-5
Strategi:
Kebijakan 3:
Meningkatkan
pemahaman
tentang
pengelolaan
persampahan sejak dini melalui pendidikan di sekolah.
Menyebarluaskan
pemahaman
tentang
persampahan kepada masyarakat umum.
Peningkatan
pengelolaan.
cakupan
pelayanan
dan
pengelolaan
kualitas
sistem
Strategi:
5-6
Optimalisasi
prasarana
Kota/Kabupaten.
dan
sarana
--------------------------------------------------------------------------
persampahan
Kebijakan 4:
Kebijakan 5:
Meningkatkan
kelengkapan
pengelolaan persampahan.
Mendorong
implementasi/penerapan
persampahan.
produk
hukum/NPSM
hukum
bidang
PENGEMBANGAN
SISTEM
5-7
Kebijakan 1:
Kebijakan 2:
Kebijakan 3:
Merubah
perilaku
dan
meningkatkan
pemahaman
masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah
permukiman.
Mendorong
partisipasi
dunia
usaha/swasta
dalam
penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan air limbah
permukiman.
Pengembangan
perangkat
peraturan
perundangan
penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
Strategi:
5-8
--------------------------------------------------------------------------
Kebijakan 4:
Kebijakan 5:
5-9
5-10
--------------------------------------------------------------------------
pembangunan yang bersifat tidak pulih biaya (non cost recovery). Untuk kegiatan
pulih biaya tidak memerlukan bantuan dana pemerintah pusat (APBN) dan dilakukan
dengan pengusahaan dan mandiri oleh swasta dan masyarakat. Untuk kegiatan yang
bersifat tidak pulih biaya, maka diperlukan peran pemerintah pusat dan daerah,
dimana peran pemerintah pusat hanya sebagai stimulan.
Selain pola penyelenggaraan kegiatan pembangunan yag bersifat cost recovery
serta non cost recovery Ditjen. Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan
dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran
serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya.
Untuk tugas pembangunan ini juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)
berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain
itu terdapat pola Hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.
Kebijakan pembiayaan diarahkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber dana
bagi dukungan pembinaan dan pengembangan permukiman, yaitu sumber dana
nasional (APBN), sumber dana lokal (APBD provinsi, kabupaten, kota), serta sumber
dana intenasional (bantuan luar negeri berupa hibah/grant maupun pinjaman/loan)
dari lembaga multilateral (World Bank, Asian Development Bank, dll) serta lembaga
donor bilateral. Selain itu kebijakan pembiayaan diarahkan untuk dapat
memanfaatkan sumber dana non-pemerintah, yaitu sumber dana swasta dan sumber
dana masyarakat. Khususnya sumber dana swasta ditempuh dengan mengupayakan
pola public private partnership untuk pembiayaan proyek-proyek bidang Cipta Karya,
beberapa kegiatan yang sedang ditawarkan untuk pola kerjasama dengan swasta
adalah sebagai berikut:
5-11
Tabel 5.2 :
Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010-2016
No
Kota/
KABUPATEN
BENTUK
KERJASAMA
KAPASITAS
(Liter/
det)
Konsesi
BOT
2011
2012
STATUS
2013
2014
2015
2016
TOTAL
300
33.6
89.6
67.2
33.6
224.0
Pra FS
300
47.2
20.2
67.4
POTENSI
1.
Kota Bekasi
2.
Kota
Surakarta
PRIORITAS
3.
4.
5.
6.
DKI Jakarta,
Bekasi,
Karawang
7.
SPAM
Umbulan
8.
9.
BOT
420
99.4
42.6
142.0
Pra FS
Kab. Bekasi
Konsesi
450
44.7
119.1
89.3
44.7
297.8
Kota Bandar
Lampung
Konsesi
500
77.6
207.0
155.3
77.6
517.6
Review Pra Fs
BOT
5000
567.0
945.0
378.0
1890.0
Pra FS
BOT/Konsesi
4,000
540.0
900.0
360.0
1800.0
Pra FS
Kab. Bandung
Konsesi
500
25.8
68.7
51.5
25.8
171.7
Kab. Bandung
Barat
Konsesi
500
19.1
50.8
38.1
19.1
127.0
BT
200
Kab. Bandung
dan Bandung
Barat
Kab. Banjar
Baru
19.2
Penyusunan Pra FS
19.2
Penyusunan Pra FS
& DED
35.6
PROSES TENDER
10.
KotaJambi
(IPA Broni &
IPA Benteng)
ROT WTP
320
24.9
10.7
KPS YANG SEDANG BERJALAN
Kab.
Tangerang
5-12
konsesi
900
75.4
201.1
150.8
75.4
--------------------------------------------------------------------------
502.7
Pemenuhan Persyaratan
Pendahuluan, efektif
mulai konstruksi Januari
2010:
Membangun IPA 900
l/det
Sambungan Rumah
(SR) 60.000 unit
Jaringan pipa 180
km
Tabel 5.3 :
Usulan Kegiatan PHLN 2010-2014
Project Cost (US$ 000)
No
Nama Usulan
PA / TA
PINJAMAN
PA
70,000
PA
25,000
3
4
PA
PA
35,000
20,000
PA
80,000
PA
80,000
PA
30,000
PA
30,000
PA
40,000
PA
150,000
PA
15,000
13
PA
80,000
14
PA
200,000
PA
80,000
PA
160,000
PA
250,000
PA
PA
1
2
7
8
9
10
11
12
15
16
17
18
19
PA
HIBAH
100,000
Mendukung PPP
Mendukung PPP, sudah
disetujui oleh Korea
termasuk kegiatan yang sudah
disetujui oleh Hungaria (USD
50,000)
15,000
Mendukung PPP
Sudah disetujui oleh World
Bank
5-13
Nama Usulan
PA / TA
20
PA
21
22
23
24
HIBAH
PA
264,000
PA
250,000
PA
120,000
7,000
TA
4,000
TA
5,000
TA
3,000
TA
6,000
TA
2,000
TA
2,000
TA
7,800
TA
16,000
33
TA
4,900
34
TA
4,440
TA
10,000
26
27
28
29
30
31
32
35
TOTAL
18,000
TA
25
5-14
PINJAMAN
1,994,000
244,140
--------------------------------------------------------------------------
KETERPADUAN
PENANGANAN
5-15
5-16
--------------------------------------------------------------------------
Diagram 5.1
Kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah
Kebijakan Spasial
Kebijakan Sektoral/Program
Nasional
RTRWN
RPJMN
Propinsi
RTRW Propinsi
RPJM Propinsi
Kabupaten/
kota
RTRW Kab/Kota
RPJM Kab/Kota
RPIJM
5-17
Ba b 6
PROGRAM DAN KEGIATAN
--------------------------------------------------------------------------
6-1
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan
dan
Penyelenggaraan
dalam
Pengembangan Permukiman dengan outcome-nya: meningkatnya perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan dan standarisasi teknis di bidang
pengembangan permukiman dan meningkatnya jumlah kawasan yang mendapat
akses pelayanan infrastruktur bidang permukiman, yang diukur melalui indikator:
Jumlah produk NSPK nasional bidang permukiman.
Jumlah produk NSPK daerah bidang permukiman.
Jumlah kab/kota yang memperoleh pendampingan penyusunan Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).
Jumlah Kab/Kota yang memperoleh pendampingan Penyusunan Rencana
Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Perkotaan dan
Perdesaan yang setara dengan 500 kawasan.
6-2
--------------------------------------------------------------------------
4
5
--------------------------------------------------------------------------
6-3
6-4
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-5
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
12
11
12
13
14
15
16
6-6
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-7
luar negeri, data informasi serta evaluasi kinerja infrastruktur bidang permukiman
yang diukur melalui indikator:
6-8
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-9
Tabel 6.1 :
Rekapitulasi Ditjen Cipta Karya
No
1
URAIAN KEGIATAN
Pembinaan dan
Pengembangan air minum
Alokasi Biaya
(Rp. Trilyun)
12.42
Sasaran Utama
Melayani air minum di perkotaan untuk :
MBR di 577 kawasan
IKK di 820 kawasan (8200 lt/det)
Melayani air minum di kawasan Strategis :
Perbatasan (pemekaran, KAPET) di 100 kawasan (960 lt/det)
Pelabuhan perikanan di 53 kawasan (310 lt/det)
Melayani air minum perdesaan di 4650 desa
Pembinaan dan
Pengembangan
sanitasi dan persampahan
14.07
Pembinaan dan
Pengembangan
permukiman
PNPM Perkotaan
Pembangunan Rusunawa
Pembinaan dan
Pengembangan penataan
bangunan dan lingkungan
Dukungan manajemen
bidang permukiman
8.35
4
5
6
7
TOTAL
5.94
3.33
3.63
2.26
50.00
6-10
Bidang
Pengembangan Permukiman
Permukiman (Non Fisik)
Pengembangan Permukiman
Perkotaan
Pengembangan Permukiman
Perdesaan
Total
(Trilyun)
2011
2012
2013
2014
11,677
0,963
5,590
2,337
0,100
0,941
3,382
0,229
2,048
3,097
0,252
1,910
1,651
0,213
0,441
1,210
0,169
0,250
5,124
1,296
1,105
0,935
0,997
0,791
--------------------------------------------------------------------------
Bidang
Penataan Bangunan Gedung dan
Lingkungan
Total
(Trilyun)
9,569
2011
2012
2013
2014
2,023
2,367
2,180
1,561
1,439
--------------------------------------------------------------------------
6-11
Tabel 6.4 :
Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman
NO
Total
(Trilyun)
Bidang
2011
2012
2013
2014
14,074
1,210
2,861
3,294
3,340
3,369
PLP
3.1
8,320
0,931
1,529
1,894
1,859
2,108
3.2
Pengembangan Persampahan
5,754
0,279
1,333
1,400
1,481
1,261
6-12
Bidang
Pengembangan Air Minum
Total
(Trilyun)
12,421
2011
2012
2,792
--------------------------------------------------------------------------
2,228
2013
2,680
2014
2,946
Bidang
Total
(Trilyun)
2010
1,817
2011
0,153
2012
0,358
0,420
2013
0,460
2014
0,427
Total
(Trilyun)
Bidang
Direktorat Bina Program
0,441
2011
0,080
2012
0,085
2013
0,075
2014
0,070
--------------------------------------------------------------------------
6-13
Tabel 6.8 :
Matrik Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
6-14
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-15
6-16
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-17
6-18
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-19
6-20
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-21
6-22
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-23
6-24
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-25
6-26
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-27
6-28
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-29
6-30
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-31
6-32
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-33
6-34
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-35
6-36
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-37
6-38
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-39
6-40
--------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------
6-41
Ba b 7
P E N U T U P
7-1
pelayanan air minum dan sanitasi di tanah air dapat ditangani secara bersama-sama
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta
Karya (Permukiman) ini bertujuan untuk: (i) meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pembangunan di Daerah; (ii) mewujudkan hasil pembangunan
yang lebih optimal melalui perencanaan pembangunan infrastruktur terpadu; (iii)
sebagai dokumen kelayakan dan kerjasama program dan anggaran pembangunan
Bidang Cipta Karya (Permukiman) di daerah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; (iv) mendorong pembangunan prasarana
dan sarana bidang Cipta Karya (Permukiman) di daerah dalam rangka memacu
pertumbuhan kabupaten/kota dan pemerataan pembangunan; (v) mendukung
pencapaian sasaran pembangunan lima tahun bidang Cipta Karya (Permukiman)
sebagaimana dimaksud dalam Renstra Bidang Cipta Karya (Permukiman) 2010-2014
dan seterusnya maupun MDG 2015 yang akan datang.
7-2
--------------------------------------------------------------------------
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 1
MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL
1.
Mewujudkan
masyarakat yang
berakhlak mulia,
bermoral, beretika,
berbudaya dan
beradab.
2.
Mewujudkan bangsa
yang berdaya saing.
Mengedepankan
pembangunan
sumber daya manusia berkualitas dan
berdaya
saing;
meningkatkan
penguasaan dan pemanfaatan iptek
melalui penelitian, pengembangan,
dan penerapan menuju inovasi secara
berkelanjutan;
membangun
infrastruktur
yang
maju
serta
reformasi di bidang hukum dan
aparatur negara; dan memperkuat
perekonomian domestik berbasis
keunggulan setiap wilayah menuju
keunggulan
kompetitif
dengan
membangun
keterkaitan
sistem
produksi, distribusi, dan pelayanan
termasuk pelayanan jasa dalam negeri.
(a)
(b)
L1-1
Lampiran 1
MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL
PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL
L1-2
(d)
(e)
Lampiran 1
MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL
PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL
3.
Mewujudkan
Indonesia yang
demokratis
berlandaskan hukum.
Memantapkan
kelembagaan
demokrasi
yang
lebih
kokoh;
memperkuat peran masyarakat sipil;
memperkuat kualitas desentralisasi
dan otonomi daerah; menjamin
pengembangan media dan kebebasan
media dalam mengomunikasikan
kepentingan
masyarakat;
dan
melakukan pembenahan struktur
hukum dan meningkatkan budaya
hukum dan menegakkan hukum
secara
adil,
konsekuen,
tidak
diskriminatif, dan memihak pada
rakyat kecil.
4.
Mewujudkan
Indonesia yang aman,
damai dan bersatu.
1.
2.
3.
L1-3
Lampiran 1
MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL
PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL
5.
6.
7.
5.
Mewujudkan
pembangunan yang
lebih merata dan
berkeadilan.
1.
2.
3.
4.
L1-4
1.
2.
3.
4.
5.
Lampiran 1
MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL
PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
L1-5
Lampiran 1
MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL
6.
Mewujudkan
Indonesia yang
asri dan lestari
7. Mewujudkan
Indonesia mejadi
negara kepulauan
yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional.
PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL
Memperbaiki
pengelolaan
pelaksanaan pembangunan yang dapat
menjaga
keseimbangan
antara
pemanfaatan,
keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup
dengan tetap menjaga fungsi, daya
dukung, dan kenyamanan dalam
kehidupan pada masa kini dan masa
depan, melalui pemanfaatan ruang
yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi,
dan upaya konservasi; meningkatkan
pemanfaatan ekonomi sumber daya
alam
dan
lingkungan
yang
berkesinambungan;
memperbaiki
pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk mendukung
kualitas kehidupan; memberikan
keindahan
dan
kenyamanan
kehidupan;
serta
meningkatkan
pemeliharaan
dan
pemanfaatan
keanekaragaman hayati sebagai modal
dasar pembangunan.
1. Membaiknya
pengelolaan
dan
pendayagunaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang
dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi,
daya
dukung,
dan
kemampuan
pemulihannya dalam mendukung kualitas
kehidupan sosial dan ekonomi secara
serasi, seimbang, dan lestari.
2. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis
dan kekhasan sumber daya alam untuk
mewujudkan nilai tambah, daya saing
bangsa, serta modal pembangunan
nasional.
3. Meningkatnya kesadaran, sikap mental,
dan
perilaku
masyarakat
dalam
pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup
untuk menjaga kenyamanan dan kualitas
kehidupan.
1.
2.
1.
3.
4.
5.
6.
7.
L1-6
Lampiran 1
MISI PEMBANGUNAN
NASIONAL
8.
Mewujudkan
Indonesia yang
berperan aktif dalam
pergaulan
internasional.
PENJELASAN MISI
PEMBANGUNAN NASIONAL
1. Memperkuat
dan
mempromosikan
identitas nasional sebagai negara
demokratis dalam tatanan masyarakat
internasional.
2. Memulihkan posisi penting Indonesia
sebagai negara demokratis besar yang
ditandai oleh keberhasilan diplomasi
difora internasional dalam upaya
pemeliharaan
keamanan
nasional,
integritas wilayah, dan pengamanan
kekayaan sumber daya alam nasional.
3. Meningkatnya
kepemimpinan
dan
kontribusi Indonesia dalam brbagai
kerjasama internasional dalam ranka
mewujudkan tatanan dunia yang lebih
adil dan damai.
4. Terwujudnya kemandirian nasional dalam
konsteasi global.
5. Meningkatnya investasi perusahaanperusahaan Indonesia di luar negeri.
L1-7
Lampiran 2
Lampiran-2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
INDIKATOR
(1)
(2)
(3)
Meningkatnya jumlah
kabupaten kota yang
menerapkan NSPK dalam
pengembangan kawasan
permukiman sesuai rencana
tata ruang wilayah/kawasan
bagi terwujudnya
pembangunan permukiman
serta jumlah kawasan yang
mendapat akses pelayanan
infrastruktur bidang
permukiman yang
berkelanjutan
Indikator Outcome:
1.
Jumlah
Kabupaten/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasi bantek
permukiman
2.
Jumlah
Kabupaten/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasi bantek
bangunan gedung dan
lingkungan
3. Jumlah Kab/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasikan bantek
pengelolaan air limbah
dan drainase
4. Jumlah Kab/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasikan bantek
pengelolaan
persampahan
5. Jumlah Kab/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasikan bantek
air minum
6. Penyusunan Kebijakan,
Program Dan
Anggaran, Kerjasama
Luar Negeri, Data
Informasi Serta
Evaluasi Kinerja
Infrastruktur Bidang
Permukiman
7. Dukungan Manajemen
Direktorat Jenderal
Cipta Karya
Program:
PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN
8.
9.
10.
TARGET
2010
2014
(4)
(5)
KETERANGAN /LOKASI
(6)
Kab/Kota
205
Kab/Kota
32
Kab/Kota
226
Kab/Kota
34
Kab/Kota
226
Kab/Kota
22
Kab/Kota
150
Kab/Kota
Kab/Kota
100
Kab/Kota
496
Kab/Kota
496
Kab/Kota
496
Kab/Kota
496
Kab/Kota
1125
Kawasan
6740
Kawasan
33
Kawasan
209
Kawasan
64
Kawasan
508
Kawasan
L2-1
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
TARGET
INDIKATOR
11.
12.
13.
14.
(3)
Jumlah kawasan yang
terangani pelayanan
drainase
Jumlah kawasan yang
tertangani sistem
persampahan
Jumlah kawasan yang
mendapat pelayanan
air minum kepada
penduduk
kota/kabupaten
Dukungan
Infrastruktur
Direktorat Jenderal
Cipta Karya
2010
2014
(4)
(6)
(5)
39
Kawasan
106
Kawasan
55
Kawasan
210
Kawasan
103
Kawasan
783
Kawasan
IKU:
L2-2
1.
Jumlah
Kabupaten/Kota yang
menerbitkan produk
pengaturan dan
mereplikasi bantek
permukiman, bangunan
gedung dan lingkungan,
pengelolaan air limbah
dan drainase,
pengelolaan
persampahan dan air
minum
88
Kab/Kota
969
Kab/Kota
2.
Jumlah Kebijakan,
Program Dan Anggaran,
Kerjasama Luar Negeri,
Data Informasi Serta
Evaluasi Kinerja
Infrastruktur Bidang
Permukiman.
992
Kab/Kota
992
Kab/Kota
3.
1419
Kab/Kota
8556
Kab/Kota
4.
Jumlah penyelenggara
air minum yang mampu
meningkatkan kinerja
pelayanannya
30
38
KETERANGAN /LOKASI
Lampiran 2
TARGET
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan dan
Penyelenggaraan
dalam
Pengembangan
Permukiman
Anggaran
(Rp.
Triliun)
KETERANGAN
/LOKASI
(6)
(7)
11.6772
Meningkatnya
perumusan dan
pelaksanaan kebijakan,
pembinaan dan
standarisasi teknis di
bidang pengembangan
permukiman dan
meningkatnya jumlah
kawasan yang mendapat
akses pelayanan
infrstruktur bidang
permukiman
1.
Jumlah Produk
NSPK nasional
bidang permukiman
produk
produk
0.007
2. Jumlah Produk
NSPK daerah
bidang permukiman
80
produk
205
produk
0.076
3. Jumlah kab/kota
yang memperoleh
pendampingan
penyusunan
Strategi
Pembangunan
Permukiman dan
Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP)
50
Kota/Kab
207
Kota/Kab
0.292
4. Jumlah Kab/Kota
yang memperoleh
pendampingan
Penyusunan
Rencana
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Prioritas (RPKPP)
Perkotaan dan
Perdesaan yang
setara dengan 500
kawasan
30
Kota/Kab
207
Kota/Kab
0.290
Pusat
Semua provinsi
L2-3
Lampiran 2
L2-4
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(3)
(4)
5. Jumlah produk
pendampingan
penyusunan rencana
tindak
95
Produk
207
Produk
0.272
6. Jumlah produk
diseminasi,
sosialisasi, diklat,
dan lokakarya bagi
pemda, masyarakat
dan swasta
Produk
60
Produk
0.026
7. Jumlah kawasan
kumuh di
perkotaan setara 414
Ha yang tertangani
95
Kws
Kws
1.358
207
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Sabang (1); Aceh Barat Daya (1); Bireuen(1);
Aceh Singkil(1) ; Kab.Pesisir Selatan
(1);Kab.Solok Selatan (1);Kab.Dharmasraya
(1);Kab.Tanah Datar (1);Kab.Pasaman
(1);Kab.Pasaman Barat (1);Kota Padang
(1);Kota Bukittinggi (1);; Pekanbaru (1);
Kampar (1); Kuantan Singingi (1);
Pelalawan (1); Dumai (1); Kota
Tanjungpinang (1); Kota Batam (1); Kota
Jambi (1); Kab. Sarolangun (1); Kota
Bengkulu (1); Kab. Bengkulu Selatan (1);
Kab. Rejang Lebong (1); Kab. Bengkulu
Utara (1); Kab. Banyuasin (1); Kab. Musi
Banyuasin (1); Kab. OKU (1); Kab. Ogan
Ilir (1); Kota Lubuklinggau (1); Kota
Pangkalpinang (1); Kota Bandar Lampung
(1); Kota Metro (1); Kab. Lampung Selatan
(1); Kota Serang (1); Kab. Tangerang (1);
Kota Pandeglang (1); Kota Depok (1); Kab.
Bandung Barat (1); Kab. Bandung (1); Kab.
Majalnegka (1); Kab. Sumedang (1);
Kabupaten Blora; Kabupaten Kudus;
Kabupaten Jepara; Kabupaten Grobogan;
Kabupaten Semarang;Kabupaten
Pemalang; Kota Salatiga; Kab. Sleman;
Bantul; Kulon Progo; Sumenep; Ngawi;
Bangkalan; Pasuruan; Jember;; Kab. Kubu
Raya (1); Kab. Sambas
(1); Kota Pontianak (1); Kab. Bengkayang
(1); Kab. Kobar (1); Kota Palangkaraya (1);
Banjarmasin; Barito Kuala; Tapin;
Banjarbaru;; Kota Balikpapan; Kab.
Penajam Paser Utara; Kab. Kutai
Kartanegara; Kota Manado; Kota Bitung;
Kota Kotamobagu; Kab. Minut; Kota
Gorontalo (3); Kab. Gorontalo (2); Kab.
Boalemo (2); Kab. Pohuwato (1); Kota Palu;
Kab. Banggai; Kota Makassar; Kota
Takalar; Kab. Wajo;; Kab. Mamuju (1);
Kab. Buton; Kota Kendari; Kab. Kolaka;;
Kab. Klungkung; Kab. Karangasem; Kab.
Lombok Barat (1); Kab. Lombok Timnur;
Kab. Sumbawa; Kab. Sumba Timur; Kota
Kupang; Kab. TTU; Kota Tual (1); Kota
Ambon (1); Kab. Maluku Tengah (1);; Kota
Ternate; Kab. Halteng; Kota Sofifi (1); Kota
Jayapura; Kab. Jayapura; Kota Timika;
Kab.Sorong Aimas; Kab. Sorong.
33 Provinsi
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
9. Jumlah kawasan
perumahan bagi
MBR
TARGET
3,960
104
unit
Kawasan
26,700
240
unit
3.330
Kawasan
0.837
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
(1);; Kabupaten Blora; Kabupaten Kudus;
Kabupaten Jepara; Kabupaten Grobogan;
Kabupaten Semarang;Kabupaten
Pemalang; Kota Salatiga;; Kab. Sleman;
Bantul; Kulon Progo; Sumenep; Ngawi;
Bangkalan; Pasuruan; Jember; Kab. Kubu
Raya (1); Kab. Sambas (1); Kota Pontianak
(1); Kab. Bengkayang (1); Kab. Kobar (1);
Kota Palangkaraya (1); Banjarmasin; Barito
Kuala; Tapin; Banjarbaru;; Kota
Balikpapan; Kab. Penajam Paser Utara;
Kab. Kutai Kartanegara;; Kota Manado;
Kota Bitung; Kota Kotamobagu; Kab.
Minut; Kota Gorontalo (3); Kab. Gorontalo
(2); Kab. Boalemo (2); Kab. Pohuwato (1);;
Kota Palu; Kab. Banggai; Kota Makassar;
Kota Takalar; Kab. Wajo;; Kab. Mamuju
(1);; Kab. Buton; Kota Kendari; Kab.
Kolaka;; Kab. Klungkung; Kab.
Karangasem; Kab. Lombok Barat (1); Kab.
Lombok Timur; Kab. Sumbawa; Kab.
Sumba Timur; Kota Kupang; Kab. TTU;
Kota Tual (1); Kota Ambon (1); Kab.
Maluku Tengah (1);; Kota Ternate; Kab.
Halteng; Kota Sofifi (1); Kota Jayapura;
Kab. Jayapura; Kota Timika; Kab.Sorong
Aimas; Kab. Sorong.
Kota Banda Aceh, Kota Tanjung Balai, Kota
Tebing Tinggi, Kota Binjai,Kota
Sibolga,Kota Medan,Kota Padang, Kota
Bukit Tinggi, Kota Bengkulu, Kota
Pekanbaru,Kota Batam, Kota Tanjung
Pinang, Kota Palembang,Kota Pangkal
Pinang, Kota Bandar Lampung, Kab.
Serang, Kota Tangerang, Provinsi Dki, Kota
Bandung, Kota Bogor, Kab. Sukabumi, Kab.
Cirebon, Kota Depok, Kota Bekasi, Kota
Tasikmalaya, Kota Semarang, Kab.
Cilacapkota Surakarta, Kab Karanganyar,
Kab Sukoharjo, Kota Pekalongan, Kab
Kudus, Kota Salatiga, Kab Purwokerto,
Kota Yogyakarta, Kab Sleman, Kab Bantul,
Kab. Gresik, Kab Lamongan, Kota
Surabaya, Kota Malang, Kab Jember, Kab
Jombang, Kab Sidoarjo, Kab Kediri, Kota
Mataram, Kota Kupang, Kota
Palangkaraya, Kota Banjarmasin, Kota
Samarinda, Kota Balikpapan, Kota
Tarakan, Kota Bontang, Kota Makassar,
Kab Luwu Timur, Kota Bitung, Kota
Manado, Kota Gorontalo, Kota Palu, Kota
Bau-Bau, Kota Kendari, Kab Kolaka, Kota
Ambon,Kota Jayapura
Sabang (1); Aceh Barat Daya (1); Bireuen(1);
Aceh Singkil(1) ; Kab.Pesisir Selatan
(1);Kab.Solok Selatan (1);
Kab.Dharmasraya (1);Kab.Tanah Datar
(1);Kab.Pasaman (1);Kab.Pasaman Barat
(1);Kota Padang (1);Kota Bukittinggi (1);;
Pekanbaru (1); Kampar (1); Kuantan
Singingi (1); Pelalawan (1); Dumai (1);;
Kota Tanjungpinang (1); Kota Batam (1);
Kota Jambi (1); Kab. Sarolangun (1); Kota
Bengkulu (1); Kab. Bengkulu Selatan (1);
Kab. Rejang Lebong (1); Kab. Bengkulu
Utara (1); Kab. Banyuasin (1); Kab. Musi
Banyuasin (1); Kab. OKU (1); Kab. Ogan
Ilir (1); Kota Lubuklinggau (1); Kota
Pangkalpinang (1); Kota Bandar Lampung
(1); Kota Metro (1); Kab. Lampung Selatan
(1); Kota Serang (1); Kab. Tangerang (1);
Kota Pandeglang (1); Kota Depok (1); Kab.
Bandung Barat (1); Kab. Bandung (1); Kab.
Majalnegka (1); Kab. Sumedang (1);
Kabupaten Blora; Kabupaten Kudus;
Kabupaten Jepara; Kabupaten Grobogan;
Kabupaten Semarang;Kabupaten
Pemalang; Kota Salatiga; Kab. Sleman;
Bantul; Kulon Progo; Sumenep; Ngawi;
Bangkalan; Pasuruan; Jember; Kab. Kubu
Raya
L2-5
Lampiran 2
L2-6
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
TARGET
Kawasan
15
Kawasan
0.065
55
kawasan
205
kawasan
0.780
50
kawasan
185
kawasan
1.285
1,500
Desa
2.800
Desa
8803
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
(1); Kab. Sambas (1); Kota Pontianak (1);
Kab. Bengkayang (1); Kab. Kobar (1); Kota
Palangkaraya (1); Banjarmasin; Barito
Kuala; Tapin; Banjarbaru; Kota Balikpapan;
Kab. Penajam Paser Utara; Kab. Kutai
Kartanegara;; Kota Manado; Kota Bitung;
Kota Kotamobagu; Kab. Minut; Kota
Gorontalo (3); Kab. Gorontalo (2); Kab.
Boalemo (2); Kab. Pohuwato (1); Kota Palu;
Kab. Banggai; Kota Makassar; Kota
Takalar; Kab. Wajo; Kab. Mamuju (1); Kab.
Buton; Kota Kendari; Kab. Kolaka;; Kab.
Klungkung; Kab. Karangasem; Kab.
Lombok Barat (1); Kab. Lombok Timur;
Kab. Sumbawa; Kab. Sumba Timur; Kota
Kupang; Kab. TTU; Kota Tual (1); Kota
Ambon (1); Kab. Maluku Tengah (1); Kota
Ternate; Kab. Halteng; Kota Sofifi (1); Kota
Jayapura; Kab. Jayapura; Kota Timika;
Kab.Sorong Aimas; Kab. Sorong.
Kab. Aceh Besar; Kab. Aceh Barat; Kab.
Tapanuli Tengah; Kab. Tapanuli Selatan;
Kab. Pasaman; Kab. Agam; Kab. Padang
Pariaman; Kota Padang; Kab. Pesisir
Selatan; Kab. Bengkulu Utara , Kab.
Bengkulu Selatan, Kab. Lampung Selatan;
Kab. Pandeglang; Kab. Sukabumi; Kab.
Cianjur; Kab. Garut; Kab. Ciamis; Kab.
Cilacap; Kab. Bantul; Kab. Kulonprogo;
Prop. NTB, Prop. NTB; Prop. Gorontalo,
Prop. Sulawesi Tengah; Prop. Papua ; Prop.
Papua Barat
Kab. Bireun (1); Kab. Serdang Bedagai (2);
Kab. Pesisir Selatan (2); Kab. Kampar (1);
Kab. Bintan (1); Kab. Sarolangun (2); Kab.
Batanghari (2); Kab. Kaur Selatan (1); Kab.
Maje (1); Kab. Ogan ilir (1); Kab.
Musirawas (1); Kab. Bangka Selatan (1);
Kab. Lampung Selatan (2); Kab. Serang (2);
Kab. Ciamis (1); Kab. Karawang (1); Kab.
Magelang (1); Kab. Purworejo (1); Kab.
Boyolali (1); Kab. Gunung Kidul (1); Kab.
Bantul (1); Kab. Malang (2); Kab. Sambas
(1); Kayong Utara (1); Kab. Seruyan Kec.
Seruyan Ilir Ds. Bangun Harja (1); Kab.
Banjar (1); Kab. Malinau (1);; Kab. Bolmut
(1); Kab. Mina Selatan Kws. Tatapaan;
Kab. Gorontalo Utara (1); Kab. Poso Kws.
Wakai; Kab. Bone (1); Kab. Majene (1);
Kab. Kolaka (1); Kab. Klungkung (1); Kab.
Bima (1); Kab. Lombok Barat (1); Kab.
Sikka kws. Pesisir Sikka; Kab. Seram
Bagian Timur (1); Kab. Halmahera Timur
Kws. Wasile; Kota Jayapura; Kab. Raja
Ampat (1).
Kab. labuhanbatu; Kab. Labuhan batu
utara; Kab. labuhanbatu selatan; Kab.
Simalungun; Kab. Dairi; Kab. Karoka; Kab.
Langkat; Kab. Bangka; Kab. Belitung; Kab.
bangka selatan;Kab. Marangin; Kab. muaro
jambi; Kab. rejang lebong; Kab. Kaur; Kab.
muko-muko; Kab. Lebong; Kab. tanah laut;
Kab. hulu sungai selatan; Kab. Tabalong;
Kab. hulu sungai tengah; Kab. Banjar ; Kab.
Sintang; Kab. kapuas hulu; Kab. Landak;
Kab. Mamuju; Kab. mamuju utara; Kab.
Sinjai; Kab. Jeneponto; Kab. Bone; Kab.
Enrekang; Kab.lombok timur; Kab. Bima;
Kab. Sumbawa; Kab. sumbawa barat
Kab. Pesisir Selatan (1); Kab. Solok Selatan (1); ,
Kab. Lingga; Kab. Anambas;, Kab. Banyuasin (1);
Kab. OKU (1); Kab. Ogan Ilir (1);, Kab. Belitung
(1); Kab. Bangka Selatan (1);, P. Pewahang, Kab.
Serang (2) P. Tunda/ P. Panjang, Kabupaten
Jepara;Kabupaten Semarang; kabupaten Kendal;,
Kab. Bengkayang (1); Kab. Kayong Utara (1);,
Kab. Gunung Mas (1); Kab. Pulau Pisang (1);,
HSU, Banggai, Bangkep, Kab. Pangkep; Kab.
Selayar;, Kab. Polman (1); Kab. Mamuju (1), Kab.
Bombana(1); Kab. Buton (1);, Kab. Klungkung (1);
Kab. Karangasem (1), Kab. Lombok Barat; Kab.
Lombok Utara;, Kab. TTU; Kab. Sumba Barat,
Kab. MTB
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2010
(3)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
(4)
kawasan
39
102
kawasan
Pengaturan,
Pembinaan, Dan
Pengawasan
Dalam Penataan
Bangunan Dan
Lingkungan
Termasuk
Pengelolaan
Gedung Dan
Rumah Negara,
serta
Penyelenggaraan
Pembangunan
Bangunan
Gedung dan
Penataan
Kawasan/Lingku
ngan
Permukiman
Meningkatnya
implementasi produk
pengaturan, pelayanan
pembinaan dan
pengawasan, kualitas
hasil pembangunan dan
penyelenggaraan
penataan bangunan dan
lingkungan
0.259
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Kab. Aceh Besar (1); Kab. Aceh Jaya (1);
Pulau Rupat; Kws. Pasir Limau Kapas;;
Anambas; Kota Batam; Kab. Natuna; Kab.
Kapuas Hulu (1); Kab. Sambas (1); Kab.
Sanggau (1); Kab. Sintang (1);; Kab.
Nunukan (1); Kab. Kutai Barat (1); Kab.
Kep. Sitaro; Kab. Krp. Sangihe; Kab.
Kupang; Kab. Rote Ndao; Kab. Belu; Kab.
Alor; Kab. MBD; Kab. MTB; Kab. Halut
Kws. P. Morotai; Kab. Boven Digul; Kab
Raja Ampat Kp. Dorekar; P. Fani;
9.569
1.
Jumlah NSPK
bidang Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
32
Bantek
3. Jumlah
Kabupaten/Kota
yang mendapatkan
fasilitasi
penyusunan RTBL
32
4. Jumlah kab/kota
yang mendapat
fasilitasi
penyusunan
Rencana Induk
Sistim Proteksi
Kebakaran (RISPK)
5. Jumlah kawasan
yang mendapat
fasilitasi
penyusunan rencana
tindak penataan dan
revitalisasi kawasan
Paket
Paket
0.019
226
Bantek
0.113
kab/kota
193
kab/kota
0.116
41
kab/kota
125
kab/kota
0.066
32
Kawasan
155
Kawasan
0.078
37
Pusat
L2-7
Lampiran 2
L2-8
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(3)
(4)
6. Jumlah kab/kota
yang mendapat
fasilitasi
penyusunan
Rencana Tindak
Sistem Ruang
Terbuka Hijau
(RTH)
33
kab/kota
213
kab/kota
0.062
7. Jumlah kab/kota
yang mendapat
fasilitasi
penyusunan
Rencana Tindak
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Tradisional dan
Bersejarah
33
Kawasan
160
Kawasan
0.061
8. Jumlah Provinsi
yang melaksanakan
fasilitasi Penguatan
Kelembagaan
Penataan Bangunan
dan Lingkungan,
Pelatihan (TOT),
Penyelenggaraan
Bangunan Gedung,
Penataan
Lingkungan dan
pendataan serta
pengelolaan Gedung
dan Rumah Negara,
dengan
mengundang
seluruh Kab/kota
33
Provinsi
33
Provinsi
0.209
9. Jumlah Provinsi
yang melaksanakan
Pemeriksaan
keandalan bangunan
gedung termasuk
gedung dan rumah
negara dengan
mengambil
beberapa Kab/Kota
terpilih yang ada
pada masing-masing
wilayahnya.
33
Provinsi
33
Provinsi
0.032
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Kab/Kota yang akan difasilitasi antara
lain : Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Pekanbaru, Kota Jakarta, Kota Bandung,
Kota Yogyakarta, Kota Semarang, Kota
Makasar, Kota Denpasar, Kota Surabaya,
Kota Dumai, Kota Cirebon, Kota
Surakarta, Kota Palangkaraya, Kota
Samarinda, Kab Bintan, Kab Banyuasin,
Kab Bone, dll.
Seluruh Propinsi
Seluruh Propinsi
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(3)
(4)
10. Jumlah
Kabupaten/Kota
yang mendapatkan
pengembangan
bangunan gedung
negara dan
bersejarah
kab/kota
65
kab/kota
0.240
11. Jumlah
Kabupaten/Kota
yang mendapatkan
pengembangan
sarana dan
prasarana
pencegahan dan
penanggulangan
bahaya kebakaran
kab/kota
111
kab/kota
0.329
10
kab/kota
128
kab/kota
0.043
32
Kawasan
152
Kawasan
1.137
39
kawasan
207
kawasan
0.562
65
kawasan
160
kawasan
0.400
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Sasaran adalah kota metro/ kota besar,
diantaranya Kota Medan, Kota Padang,
Kota Pekanbaru, Kota Batam, Kota
Palembang, Kota Jakarta, Kota Bandung,
Kota Bogor, Kota Semarang, Kota
Surabaya, Kota Pontianak, Kota
Banjarmasin, Kota Samarinda, Kota
Makasar, dll
L2-9
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2010
(3)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
(4)
22
Provinsi
9,556
kel/desa
33
21,984
Provinsi
0.160
kel/desa
5.943
L2-10
Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan,
Pengembangan
Sumber
Pembiayaan Dan
Pola Investasi,
serta Pengelolaan
Pengembangan
Infrastruktur
Sanitasi dan
Persampahan
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Semua Provinsi
Semua Provinsi
8.320
Meningkatnya
pelayanan perumusan
kebijakan, perencanaan
teknis, pembinaan, dan
standarisasi teknis dan
Pengelolaan
Pengembangan
Infrastruktur bidang
sanitasi dan
persampahan
1.
Pusat
buah
25
buah
0.019
buah
20
buah
0.020
3. Jumlah Bantek,
Bimtek dan
pendampingan
(SSK) pengelolaan
air limbah
4. Jumlah Bantek,
Bimtek dan
pendampingan
(SSK) pengelolaan
drainase
5. Jumlah
penyelenggaraan
pelatihan (Diklat)
teknis dan
pengelolaan air
limbah
34
keg
226
keg
0.423
keg
50
keg
0.068
Semua provinsi
Paket
35
Paket
0.056
Semua provinsi
Pusat
Semua provinsi
Lampiran 2
5
6
7
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(3)
(4)
6. Jumlah
penyelenggaraan
pelatihan (Diklat)
teknis dan
pengelolaan
drainase
Paket
7. Jumlah monev
kinerja
pengembangan air
limbah
34
keg
8. Jumlah monev
kinerja
pengembangan
drainase
9. Jumlah kawasan
yang terlayani
infrastruktur air
limbah dengan
sistem off-site 5
10. Jumlah kawasan
yang terlayani
infrastruktur air
limbah dengan
sistem on-site 6
11. Jumlah kawasan
yang luas
genangannya
berkurang 7
12. Jumlah NSPK untuk
pengelolaan
persampahan yang
tersusun
13. Jumlah Bantek,
Bintek, dan
pendampingan
(SSK) pengelolaan
persampahan
14. Jumlah
penyelenggaraan
pelatihan (Diklat)
teknis dan
pengelolaan
persampahan
Keg
11
kawasan
30
26
22
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Semua provinsi
Paket
0.037
226
keg
0.029
50
Keg
0.007
11
kawasan
4.127
kawasan
210
kawasan
0.331
Semua provinsi
kawasan
50
kawasan
(4600
Ha)
3.204
Semua provinsi
buah
30
buah
0.029
Pusat
Bantek,
Bintek, dan
pendampin
gan SSK
0.154
Semua provinsi
paket
0.037
Semua provinsi
Bantek, Bintek,
dan
pendampingan
SSK
paket
15
150
15
Semua provinsi
Semua provinsi
L2-11
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(3)
(4)
kab/kota
21
keg
55
kab/kota
0.015
150
keg
0.019
kawasan
210
kawasan
5.212
unit
250
unit
0.107
50
lokasi
250
lokasi
0.181
15
Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan,
Pengembangan
Sumber
Pembiayaan dan
Pola Investasi,
serta
Pengembangan
Sistem
Penyediaan Air
Minum
(7)
Semua provinsi
Semua provinsi
Semua provinsi
12.421
Meningkatnya
pelayanan perumusan
kebijakan, perencanaan
teknis, pembinaan,
standarisasi teknis dan
Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
minum
1.
Jumlah NSPK
tentang air minum
yang tersusun
buah
2. Jumlah kab/kota
yang
menyelenggarakan
pengembangan
SPAM sesuai NSPK
Kab/Kota
3. Jumlah Rencana
Induk SPAM yang
telah ditetapkan
30
Kab/Kota
buah
0.044
100
Kab/Kota
0.060
200
Kab/Kota
22
10
L2-12
KETERANGAN
/LOKASI
0.209
Pusat
32 Propinsi
(termasuk Renstra BPPSPAM Rp. 10
Milyar)
32 Propinsi
Lampiran 2
12
13
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(3)
(4)
4. Jumlah
penyelenggara air
minum yang
mendapatkan
pembinaan,
pendidikan, dan
pelatihan
18
Kab/Kota
100
Kab/Kota
0.025
35
PDAM
185
PDAM
0.927
30
Non PDAM
225
Non
PDAM
0.069
7. Jumlah Monev
kinerja
pengembangan
pengelolaan air
minum
50
Kab/Kota
299
Kab/Kota
0.058
PDAM
23
PDAM
0.042
9. Jumlah PDAM
terfasilitasi untuk
mendapatkan
pinjaman bank
20
PDAM
107
PDAM
0.020
laporan
laporan
0.009
32
propinsi
propinsi
0.050
lokasi
lokasi
0.024
74
kawasan
kawasan
1.254
160
577
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
32 Propinsi
32 Propinsi
(termasuk Renstra BPPSPAM Rp. 171.1
Milyar)
32 Propinsi
32 Propinsi
(termasuk Renstra BPPSPAM Rp. 6.4
Milyar)
Pusat
32 propinsi
32 Propinsi
L2-13
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2010
(3)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
(4)
144
IKK
820
IKK
1440
lt/det
8200
lt/det
1472
desa
4650
desa
4.223
18
kawasan
100
kawasan
0.292
170
lt/det
960
lt/det
13
l/dt
65
lt/det
53
310
kawasan
L2-14
Pelayanan
Manajemen
Bidang
Permukiman
Jumlah dukungan
manajemen dan jumlah
kawasan yang mendapat
penyediaan prasarana
dan sarana air minum,
air limbah persamahan
dan drainase pada lokais
pasca bencana/konflik
sosial
0.186
(7)
32 Propinsi
32 Propinsi
21 Propinsi
lt/det
4.929
KETERANGAN
/LOKASI
1.817
1.
Jumlah
terselenggaranya
Pelaksanaan
Administrasi
Penggajian dan
Perkantoran
1900
Pegawai
9500
Pegawai
0.660
2. Jumlah
terselenggaranya
Administrasi dan
Pengelolaan
Pegawai
13
paket
65
paket
0.096
3. Jumlah
meningkatnya
Kemampuan dan
Kehandalan SDM
dalam Pengelolaan
Administrasi
Keuangan dan
Akuntansi
paket
40
paket
0.095
4. Jumlah
terselenggaranya
Pembinaan Hukum
dan Tersedianya
Perangkat Penataan
Hukum
paket
45
paket
0.039
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
(1)
(2)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(3)
(4)
5. Jumlah
terselenggaranya
Pembinaan serta
Penyediaan
Prasarana dan
Sarana
Perlengkapan
paket
45
paket
0.059
6. Jumlah
terselenggaranya
Pembinaan dan
Pelaksanaan habitat
paket
paket
0.025
7. Jumlah
terpenuhinya Sarana
dan Prasarana
kantor yang baik
dan layak
Paket
25
Paket
0.19
8. Jumlah tersedianya
Penyediaan
Prasarana dan
sarana Persampahan
dan Drainase pada
Lokasi Pasca
Bencana/Konflik
Sosial
Paket
31
Paket
0.13
9. Jumlah tersedianya
Penyediaan
Prasarana Air
Minum dan Air
Limbah pada Lokasi
Pasca Bencana /
Konflik Sosial
13
Paket
65
Paket
0.28
10. Jumlah
terpenuhinya
Cadangan
Mendesak Bidang
Perkim pada Lokasi
Pasca Bencana /
Konflik Sosial
Paket
33
Paket
0.24
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
L2-15
Lampiran 2
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
KETERANGAN
/LOKASI
(5)
(6)
(7)
TARGET
PROGRAM/
KEGIATAN
OUTCOME/ OUTPUT
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(1)
(2)
(3)
(4)
Meningkatnya
penyusunan kebijakan,
program dan anggaran,
kerjasama luar negeri,
data informasi serta
evaluasi kinerja
infrastruktur bidang
permukiman yang
dimanfaatkan oleh
kabupaten/kota
1.
Jumlah penyusunan
Kebijakan dan
Strategi bidang
Permukiman
paket
30
paket
0.09
2. Jumlah penyusunan
Program dan
Anggaran bidang
Permukiman
paket
35
paket
0.09
3. Jumlah penyusunan
Kerjasama Luar
Negeri dan Pola
Investasi bidang
permukiman
paket
40
paket
0.09
4. Jumlah penyusunan
Evaluasi dan Kinerja
bidang Permukiman
paket
30
paket
0.09
5. Jumlah penyusunan
Data dan Informasi
Bidang Permukiman
paket
35
paket
0.09
JUMLAH TOTAL
50.00
0.234
1.
L2-16
Penyusunan
Kebijakan,
Program dan
Anggaran,
Kerjasama Luar
Negeri, Data
Informasi Serta
Evaluasi Kinerja
Infrastruktur
Bidang
Permukiman
0.441
Dukungan
Pengaturan,
Pembinaan,
Pengawasan,
Pengembangan
Sumber
Pembiayaan dan
Pola Investasi
serta
Pengembangan
Sistem
Penyediaan Air
Minum dan
Sanitasi
Terselenggaranya
pembinaan kepada
PDAM
1.
Terselenggaranya Diklat
air minum
2. Jumlah
penyelenggaraan
diklat
Terselenggaranya
Monev
3. Jumlah monev
PDAM
62
PDAM
0.159
Kab/Kota
24
Kab/Kota
0.006
38
Kab/Kota
299
Kab/Kota
0.014
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Pusat
Tersebar di 33 Provinsi
Tersebar di 33 Provinsi
Lampiran 2
PROGRAM/
KEGIATAN
(1)
OUTCOME/ OUTPUT
(2)
2014
Anggaran
(Rp.
Triliun)
(5)
(6)
TARGET
INDIKATOR/
OUTPUT
2010
(3)
(4)
Tersedianya konsep
NSPK air minum
4. Jumlah konsep
NSPK
NSPK
Terlaksananya
penyelenggaraan SPAM
sesuai NSPK
5. Jumlah Kab/Kota
yang
menyelenggarakan
SPAM sesuai NSPK
Kab/Kota
Terfasilitasinya
pinjaman perbankan
Terselenggaranya
pendampingan KPS
Tersedianya alternatif
pembiayaan/pola
investasi SPAM
8. Jumlah studi
alternatif
pembiayaan / pola
investasi
NSPK
0.004
19
Kab/Kota
0.016
PDAM
66
PDAM
0.015
PDAM / Kab
/Kota
14
PDAM /
Kab /Kota
0.014
Studi
Studi
0.007
KETERANGAN
/LOKASI
(7)
Pusat
L2-17
Lampiran 2
L2-8
Lampiran 3
Lampiran-3
L3-1
Lampiran 3
L3-2
Lampiran 3
L3-3
Lampiran 3
L3-4
Lampiran 3
L3-5
Lampiran 3
L3-6
Lampiran 3
L3-7
Lampiran 3
L3-8
Lampiran 3
L3-9
Lampiran 3
L3-10
Lampiran 3
L3-11
Lampiran 3
L3-12
Lampiran 3
L3-13
Lampiran 3
L3-14
Lampiran 3
L3-15
Lampiran 3
L3-16
Lampiran 3
L3-17
Lampiran 3
L3-18
Lampiran 3
L3-19
Lampiran 3
L3-20
Lampiran 3
L3-21
Lampiran 4
Lampiran-4
NO
1.
SASARAN (Hasil
Outcome yang
diharapkan)
Kementerian/
Lembaga terkait
Nama Proyek
Penanggung jawab
2010
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Bandung
Jawa Bali
2.
Peningkatan dan
Pembangunan IPAM
Kota Medan
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Medan
3.
4.
5.
Lokasi
2011
2012
2013
2014
TOTAL
270,00
270,0
540,00
Sumatera
60,00
60,00
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Bandar
Lampung
Sumatera
260,00
260,00
520,00
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemprov DKI
Jawa Bali
1.300,00
1.300,00
1.170
3.770,00
Pemkot Bekasi,
Pemkab Bekasi,
Pemkab Karawang
6.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Bekasi
Jawa Bali
100,00
100,00
80,00
280,00
7.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Bandung
Jawa Bali
60,00
60,00
50,00
170,00
8.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Sumedang
Jawa Bali
25,00
25,00
50,00
9.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Indramayu
Jawa Bali
5,00
5,00
10,00
10.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Kuningan,
Pemkab Cirebon,
Pemkot Cirebon
Jawa Bali
70,00
70,00
140,00
L4-1
Lampiran 4
NO
SASARAN (Hasil
Outcome yang
diharapkan)
Nama Proyek
L4-2
Kementerian/
Lembaga terkait
Lokasi
Penanggung jawab
2010
2011
2012
2013
2014
TOTAL
11.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Bekasi
Jawa Bali
110,00
110,00
220,00
12.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkot Surakarta
Jawa Bali
35,00
35,00
70,00
13.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Klungkung
Jawa Bali
125,00
125,00
250,00
14.
Kementerian
Pekerjaan Umum,
Pemkab Maros
Sulawesi
60,00
55,00
115,00
15.
Pembangunan Tempat
Pengelolaan Sampah
Terpadu Bogor dan
Depok
Kementerian
Pekerjaan
Umum/Pemprov
Jabar
Jawa Bali
240,00
160,00
400,00
16.
Pembangunan Tempat
Pengelolaan Sampah
Terpadu Bandung dan
Sekitarnya
Kementerian
Pekerjaan
Umum/Pemprov
Jabar
Jawa Bali
480,00
320,00
800
Lampiran 4
L4-3