Anda di halaman 1dari 23

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

PEMBANGUNAN PASAR RAYA PADANG


KOTA PADANG

TAHUN ANGGARAN
2023-2024

UNIT / LEMBAGA : DIREKTORAT PRASARANA STRATEGIS,


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

UNIT ORGANISASI : BALAI PRASARANA PERMUKIMAN WILAYAH SUMATERA BARAT

SATUAN KERJA : PELAKSANAAN PRASARANA PERMUKIMAN PROVINSI


SUMATERA BARAT

1
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PEMBANGUNAN PASAR RAYA PADANG KOTA PADANG

1. UMUM

Nama Pekerjaan : Pembangunan Pasar Raya Padang Kota Padang


Lokasi : Kota Padang
Nilai Pagu : Rp 112.312.300.000,00
Nilai HPS : Rp 112.312.300.000,00
Sumber Dana : APBN melalui DIPA Satuan Kerja Pelaksanaan
Prasarana Permukiman Provinsi Sumatera Barat MYC
Tahun Anggaran 2023-2024

2. LATAR BELAKANG
1) Kota Padang sebagai gerbang Sumatera Barat dan Ibukota Provinsi mempunyai peranan penting dan
strategis dalam pengembangan, baik dibidang perekonomian maupun sosial budaya. Untuk itu kota
Padang terus dikembangkan agar dapat setara dengan kota-kota ibu Kota Provinsi lainnya di
Indonesia.
2) Pembangunan fisik dan non fisik harus berorientasi kepada pelayanan nasional dan internasional serta
masyarakat Kota Padang itu sendiri. Harmonisasi dapat diwujudkan apabila infrastruktur dan fasilitas
umum lainnya serta lapangan kerja dan pembangunan ekonomi dapat dikembangkan secara bertahap
dengan arah yang tepat dan sesuai dengan aturan;
3) Fase VII Pasar Raya Padang dahulunya merupakan bangunan dengan struktur 2 (dua) lantai,
sebagaimana lantai 1 ditempati oleh pedagang ritel kebutuhan primer dan lantai 2 merupakan
Departemen Store kerja sama Pemerintah Kota Padang dengan Pihak Swasta. Namun musibah
gempa 2009 lalu merusak beberapa bagian bangunan Fase VII ini, khususnya lantai 2 yang mengalami
rusak berat;
4) Dalam upaya pembangunan/revitalisasi Fase VII Pasar Raya Padang, Pemerintah Kota Padang telah
mengajukan usulan proposal Pembangunan Fase VII kepada Menteri PUPR Republik Indonesia
dengan usulan biaya sebesar Rp 112.312.300.000,00 yang direncanakan terakomodir pada APBN
Tahun Anggaran 2023-2024;
5) Untuk memenuhi persyaratan penerima alokasi Dana APBN perlu adanya Dokumen Teknis
Perencanaan yang disusun secara baik dan menyeluruh sehingga mampu menghasilkan perencanaan
teknis bangunan yang memadai dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku profesional;
6) Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan fisik perlu disiapkan secara matang sehingga memang
mampu mendorong perwujudan karya perencanaan yang sesuai dengan kepentingan kegiatan;
7) Arahan Presiden dalam upaya Percepatan pembangunan prasarana dan sarana infrastruktur pasar ini
dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui koordinasi intensif dengan kementerian sektor terkait, yaitu
Kementerian Perdagangan.
8) Adapun pekerjaan fisik Pembangunan Pasar Raya Padang Kota Padang dengan lingkup pekerjaan
sebagai berikut:
a. Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan SMKK
b. Pekerjaan Struktural
c. Pekerjaan Arsitektural
d. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal dan Plambing
e. Pekerjaan Lanskap

1
3. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan arahan/petunjuk bagi Penyedia Jasa sesuai
dengan persyaratan yang diharapkan Penyedia Jasa (Owner)
b. Dengan Penugasan ini diharapkan Penyedia Jasa dapat melaksanakan tanggung
jawabnya untuk memberikan barang yang memenuhi persyaratan teknis sesuai KAK ini.
c. Paket pekerjaan tersebut akan dihibahkan kepada pemerintah Kab/Kota, pengelolaan sarana
dan prasarana hasil pembangunan tersebut akan dikelola oleh pemerintah Kab/Kota.

4. REFERENSI HUKUM DAN STANDAR TEKNIS


1) Undang-Undang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
3) Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja;
4) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buku III Tentang Perikatan);
5) Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan PemerintahNomor
29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
6) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
7) Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
8) Peraturan Presiden No. 120 Tahun 2022 Tentang Penugasan Khusus dalam Rangka Percepatan
Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur;
9) Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16Tahun
2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
10) Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
11) Peraturan Presiden No. 43 Tahun 2019 tentang Pembangunan, Rehabilitasi, atau Renovasi Pasar
Rakyat, Prasarana Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah;
12) Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah No. 12 Tahun 2021 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia;
13) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung
Negara;
14) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentangPedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2020 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.
16) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2016
tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
17) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 19/PRT/M/2017 tentang Standar
Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi pada Jenjang Jabatan Ahli untuk Layanan Jasa
Konsultansi Konstruksi;
18) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2017 tentangPersyaratan
Kemudahan Bangunan Gedung;
19) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;

2
20) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 9 Tahun 2021 tentangPedoman
Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan;
21) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2014 tentang Pengelolaan Air Hujan pada
Bangunan Gedung dan Persilnya;
22) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21/PRT/M/2019 Tahun 2019
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
23) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
24) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun 2020 tentangPerubahan
atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2018 Tentang
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;
25) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
26) Peraturan Menteri Perdagangan No. 21 Tahun 2021 tentang Pedoman Pembangunan dan
Pengelolaan Sarana Perdagangan;
27) Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 02/IN/M/2020 tentang Protokol
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi;
28) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 66/SE/M/2015 tentang Biaya
Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum;
29) Standar Teknis, Standar Profesi dan Peraturan Terkait lainnya.

5. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA


a. Pengguna Jasa adalah : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sumatera Barat, Satuan Kerja Pelaksanaan
Prasarana Permukiman Provinsi Sumatera Barat
b. Nama PPK : Afifah Kemala Hafsari, S.T., M.T., M.Eng
c. Alamat : Jl. S. Parman No. 127 Padang

6. LOKASI KEGIATAN
Kegiatan Pembangunan Pasar Raya Padang Kota Padang berada di Kota Padang di Provinsi Sumatera
Barat

3
7. SUMBER BIAYA.
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Sumatera Barat MYC dengan total pagu Rp. 112.312.300.000,00 (Seratus Dua Belas Milyar Tiga
Ratus Dua Belas Juta Tiga Ratus Ribu Rupiah) mengikuti pedoman dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 22/PRT/M/2018 perihal tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara. Ada beberapa Ketentuan lainnya terkait kondisi di lapangan sebagai berikut:
a. Apabila alokasi dalam dokumen anggaran DIPA yang disahkan tidak tersedia dan/atau tidak
mencukupi, maka Pengadaan Barang/jasa dibatalkan dan Penyedia Barang/Jasa tidak dapat
menuntut ganti rugi dalam bentuk apa pun. Penerbitan SPPBJ dan penandatanganan kontrak dapat
dilakukan setelah DIPA dan peraturan lainnya terkait dengan kegiatan Pembangunan Pasar Raya
Padang Kota Padang ditetapkan/diterbitkan.
b. Dalam hal pemenuhan (readiness criteria) pada lokasi Pembangunan Pasar Raya Padang Kota
Padang terkait kesiapan lahan dan/ atau pembebasan lahan apabila belum lengkap sampai dengan
penandatanganan kontrak maka Pengadaan Barang/Jasa akan dilakukan pengurangan output
pekerjaan (lokasi pasar) dan Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menuntut ganti rugi dalam bentuk
apa pun.

8. LINGKUP KEGIATAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan, penyedia jasa melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rincian Pekerjaan
Utama dan Pekerjaan Pendukung, meliputi:
a. Pekerjaan Utama
1) Pekerjaan Pondasi Raft/ Rakit
2) Pekerjaan Balok
3) Pekerjaan Plat Lantai
4) Pekerjaan Kolom

b. Pekerjaan Pendukung
1) Pekerjaan Lanskap
2) Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan SMKK

9. SUBKONTRAK
Subkontrak adalah bagian pekerjaan utama atau pekerjaan spesialis yang ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Dokumen Pemilihan, yang pelaksanaannya diserahkan kepada penyedia barang/jasa
dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Pekerjaan Subkontrak dalam pekerjaan konstruksi adalah
penyedia (spesialis) yang mengadakan perjanjian kerja dengan penyedia utama yang sebagai
penanggung jawab kontrak, untuk melaksanakan sebagian pekerjaannya yang khusus atau spesialis
(subkontrak), dengan ketentuan :
a. Sebagian pekerjaan utama kepada penyedia jasa spesialis.
- Pekerjaan Pondasi Raft dengan Kode Sub klasifikasi SP007 (KBLI 2015) atau KK001 (KBLI 2020)
b. Sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama kepada sub penyedia jasa Usaha Kecil.
- Pekerjaan Lanskap

4
10. RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)
RKK adalah dokumen lengkap rencana penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK) Bidang PUPR dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan
konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya
dijadikan sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam
penyelenggaraan SMKK Konstruksi Bidang Teknis. Penjelasan manajemen risiko serta penjelasan
rencana tindakan sesuai tabel jenis pekerjaan dan identifikasi bahayanya di bawah ini

No. Jenis/ Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya


1. Pekerjaan Pasangan bata  Terjadi insiden berupa pekerja terkena alat pengaduk
beton, sehingga terjadi luka ringan dan luka berat.
 Terjadi insiden berupa pekerja terhirup debu material
semen, sehingga terjadi gangguan pernafasan.
 Terjadi gangguan akibat kondisi tempat kerja tidak
memenuhi syarat, sehingga terjadi sakit ringan dan
sakit berat.
2. Bangunan Beton/Baja  Terjadi insiden t erkena percikan las saat melakukan
pengelasan sambungan baja.
 Terjadi insiden tergores potongan baja.
 Terjadi insiden tergelincir atau terkait stek besi saat
pembesian yang belum dipasang bekisting.
Pekerjaan Rangka Kuda-Kuda
3.  Terjatuh dari ketinggian*
Baja IWF 250.125.9.6*
4. Pekerjaan Instalasi listrik  Bahaya akibat adanya arus pendek yang dihasilkan
oleh kegiatan pelaksanaan-luka sedang
 Bahaya akibat bangunan kantor dan fasilitasnya
lainnya, jika ada kebocoran dan adanya kabel atau
instalasi yang terkelupas maka akan tersengat aliran
listrik.
 Bahaya adanya kecerobohan pemasangan instalasi
listrik, misal: kabel yang tidak memenuhi standar dan
pemasangan yang tidak rapi-luka sedang
5. Pengecatan  Terjadi iritasi pada mata dan kulit
 Terjadi luka/gatal/noda pada tangan
 Terganggu saluran pernapasan karena bau cat
 Terluka akibat alat pengecatan/alat tempat kegiatan
pelaksanaan, mekanis pengecatan
6. Pekerjaan Paving  Terjadi Insiden Berupa Pekerja Terkena Peralatan
Kerja Sehingga Terjadi Luka
 Terjadi gangguan kesehatan akibat kondisi lingkungan
tempat kerja yang tidak memenuhi syarat
 Terjadi Insiden Berupa Pekerja Tertimbun Material >
Sehingga Terjadi Luka Ringan dan Luka Berat
 Terjadi insiden berupa Kejatuhan Paving

5
No. Jenis/ Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya
7. Protokol Pencegahan COVID-19  Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan
Dalam Penyelenggaraan Jasa COVID-19
Konstruksi sesuai Instruksi  Identifikasi potensi bahaya COVID-19 di lapangan
Menteri Pekerjaan Umum dan  Penyediaan fasilitas kesehatan di lapangan
Perumahan Rakyat No.  Pelaksanaan Pencegahan COVID-19 di lapangan
02/IN/M/2020 tentang Protokol
Pencegahan Penyebaran
Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dalam
Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
* persyaratan pemilihan penyedia untuk tingkat identifikasi bahaya

Pasar Raya Kota Padang direncanakan merupakan bangunan 4 lantai dengan tingkat risiko keselamatan
konstruksi sedang, yaitu terjatuh dari ketinggian.
Tingkat Risiko Keselamatan Konstruksi untuk paket pekerjaan ini adalah: Sedang

11. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


a. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 360 ( tiga ratus enam puluh ) hari kalender.
b. Masa Pemeliharaan berlaku selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.

12. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kontraktor pelaksana terpilih wajib membuat jadwal pelaksanaan kegiatan pekerjaan dan personil yang
terlibat serta mendokumentasikan timesheet pekerjaan. Pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut
harus memenuhi hal-hal di bawah ini:
a. Sebelum pekerjaan ini dimulai, maka Pelaksana/Penyedia Jasa wajib membuat jadwal pelaksanaan
(Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, bobot pekerjaan, dan grafik hasil pekerjaan, jadwal
pengadaan dan penggunaan bahan serta tenaga kerja secara terperinci.
b. Dalam pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana/Penyedia Jasa harus membuat Rencana Kerja Harian,
Mingguan, dan Bulanan yang diketahui/disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan daftar
yang memuat pemasukan bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Rencana Kerja (Time Schedule) di atas harus mendapat persetujuan dari Pembuat Komitmen dan
Konsultan Manajemen Konstruksi.
d. Rencana Kerja (Time Schedule) harus sudah selesai dibuat oleh Pelaksana/Penyedia Jasa paling
lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) diterima.
e. Pelaksana/Penyedia Jasa harus memberikan Rencana Kerja (Time Schedule) sebanyak 4 (empat)
lembar kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan 1 (satu) lembar harus dipasang pada dinding
direksi keet.
f. Konsultan Manajemen Konstruksi akan menilai prestasi pekerjaan Pelaksana/Penyedia Jasa
berdasarkan Rencana Kerja (Time Schedule) yang ada.

13. KELUARAN
Keluaran yang harus dipenuhi dari Kontraktor Pelaksana pada penugasan ini adalah :
a. Melaksanakan pekerjaan pembangunan yang menyangkut kualitas, biaya dan ketepatan waktu
pelaksanaan pekerjaan, sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya yang sesuai

6
dengan Dokumen Pelaksanaan dan kelancaran penyelesaian administrasi yang berhubungan
dengan pekerjaan di lapangan serta penyelesaian kelengkapan pembangunan.
b. Dokumen yang dihasilkan selama proses pelaksanaan yang terdiri dari :
1. Metode Pelaksanaan Program kerja, alokasi tenaga dan konsepsi pelaksanaan pekerjaan.
2. Melakukan kontrol terhadap kondisi eksisting di lapangan;
3. Mengajukan Shop Drawing pada setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan;
4. Membuat Laporan harian berisikan keterangan tentang Tenaga kerja, bahan bangunan yang
didatangkan, diterima atau tidak, peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan pekerjaan,
kegiatan per-komponen pekerjaan yang diselenggarakan, waktu yang dipergunakan untuk
pelaksanaan, kejadian-kejadian yang berakibat menghambat pelaksanaan.
5. Membuat Laporan mingguan, sebagai resume laporan harian (kemajuan pekerjaan, tenaga dan
hari kerja).
6. Membuat Laporan bulanan, sebagai resume laporan mingguan (kemajuan pekerjaan, tenaga
dan hari kerja).
c. Mengajukan Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran termin;
d. Surat Perintah Perubahan Pekerjaan dan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah dan Kurang
(jika ada tambahan atau perubahan pekerjaan);
e. Membuat Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan;
f. Membuat Berita Acara Pernyataan Selesainya Pekerjaan;
g. Membuat Gambar-gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built drawing);
h. Membuat Time Schedule/S curve untuk pelaksanaan pekerjaan.

14. PELAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Setiap jenis laporan harus disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, untuk dibahas guna
mendapatkan persetujuan. Sesuai dengan lingkup pekerjaan, maka jadwal tahapan pelaksanaan
kegiatan dan jenis laporan yang harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi adalah :
a. Laporan Harian
Laporan Harian ini harus dibuat Kontraktor Pelaksana pekerjaan terhitung setelah SPMK
ditandatangani (dimulainya pekerjaan fisik) sebanyak 5 eksemplar dan berisi antara lain, buku harian
yang memuat semua kejadian, perintah atau petunjuk yang penting dari Konsultan Manajemen
Konstruksi, yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, menimbulkan
konsekuensi keuangan, kelambatan penyelesaian dan tidak terpenuhinya syarat teknis.
Laporan harian berisikan keterangan tentang :
 Tenaga kerja;
 Bahan bangunan yang didatangkan, diterima atau tidak
 Peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan pekerjaan;
 Kegiatan per-komponen pekerjaan yang diselenggarakan;
 Waktu yang dipergunakan untuk pelaksanaan;
 Kejadian-kejadian yang berakibat menghambat pelaksanaan;
b. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan ini harus dibuat Kontraktor Pelaksana pekerjaan terhitung setelah SPMK
ditandatangani (dimulainya pekerjaan fisik) sebanyak 5 eksemplar dan berisi antara lain, buku harian
yang memuat resume laporan harian (kemajuan pekerjaan, tenaga dan hari kerja).
c. Laporan Bulanan

7
Laporan Bulanan ini harus dibuat Kontraktor Pelaksana pekerjaan terhitung setelah SPMK
ditandatangani (dimulainya pekerjaan fisik) sebanyak 5 eksemplar dan berisi antara lain, yang
memuat resume laporan mingguan (kemajuan pekerjaan, tenaga dan hari kerja).
d. Laporan Pelaksanaan
Laporan Pelaksanaan, sebagai resume laporan harian (kemajuan pekerjaan, tenaga dan hari kerja)
terhitung 7 hari setelah dimulainya kerja oleh kontraktor (7 hari setelah SPMK ditandatangani)
sebanyak 5 eksemplar dan berisi antara lain :
1. Review terhadap rencana kerja kontraktor;
2. Resume laporan harian (kemajuan pekerjaan, tenaga dan hari kerja) selama seminggu
tersebut;
3. Gambaran/penjelasan secara garis besar kondisi lokasi proyek;
4. Monitor masalah teknis di lapangan;
5. Permasalahan non teknis yang dihadapi
6. Monitor Kendali Mutu
7. Pemeriksaan Gambar Kerja;
8. Foto-foto Kemajuan Pekerjaan dibuat secara bertahap sesuai kemajuan pekerjaan;
9. Rencana kerja, metode dan jadwal pelaksanaan pekerjaan selanjutnya;

15. PRODUKSI DALAM NEGERI


Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri. Produksi
luarnegeri boleh dipakai atau digunakan selama produksi dalam negeri tidak dapat digunakan atau
diimplementasikan di lapangan.

16. PERSYARATAN PENYEDIA KONSTRUKSI


Memiliki Surat Izin sebagai berikut :
a. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) Kualifikasi Besar
b. SBU
- Klasifikasi : Bangunan Gedung
- Sub Klasifikasi : BG004 (Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Komersial)
c. Memiliki Sertifikat Manajemen Mutu, Sertifikat Manajemen Lingkungan, serta Sertifikat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja; (hanya disyaratkan untuk Pekerjaan Konstruksi yang
bersifat Kompleks/Berisiko Tinggi dan/atau diperuntukkan bagi Kualifikasi Usaha Besar);
d. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) dalam pembangunan atau rehabilitasi pasar/ bangunan
komersial sejenis pada pengalaman kerja 15 tahun terakhir.

17. PERSONIL YANG DIPERSYARATKAN DALAM TENDER


Personil Inti Manajerial Tenaga Ahli (SKA/SKK) Minimal mempunyai kriteria Sebagai Berikut :
Pengalaman
Jabatan dalam
Kerja Sertifikat Kompetensi Kerja
NO pekerjaan Jumlah
Profesional
(Tahun)
SKA Manajemen Konstruksi (601 - Utama) /
Manajer
Manajemen Proyek (602 - Utama) /
1. Pelaksanaan / 1 Orang 8 Tahun
SKK Ahli Utama Bidang Keahlian
Proyek
Manajemen Konstruksi /
SKK Ahli Utama Manajemen Proyek
Konstruksi

8
Pengalaman
Jabatan dalam
Kerja Sertifikat Kompetensi Kerja
NO pekerjaan Jumlah
Profesional
(Tahun)
Ahli Arsitek Madya (101 - Madya) /
2. Manajer Teknik 1 Orang 5 Tahun SKK Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung
Arsitektur
Ahli Teknik Bangunan Gedung (201 -
3. Manajer Teknik Sipil 1 Orang 8 Tahun Madya) /
SKK Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung
Ahli Teknik Mekanikal (301 - Madya) / Ahli
4. Manajer Teknik MEP 1 Orang 5 Tahun Teknik Tenaga Listrik (401 – Madya)/
SKK Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung

5. Manajer Keuangan 1 Orang 5 Tahun -

SKA K3 Konstruksi (603 – Muda) /


3 Tahun
SKK Ahli Muda K3 Konstruksi
6. Ahli K3 Konstruksi 1 Orang
SKA K3 Konstruksi (603 – Madya) /
0 Tahun
SKK Ahli Madya K3 Konstruksi

18. PERSONIL YANG DIPERLUKAN DALAM PELAKSANAAN PROYEK


a. Personil Inti Tenaga Ahli (SKA/ SKK) Minimal mempunyai kriteria Sebagai Berikut :
Pengalama
Jabatan dalam nKerja
pekerjaan yang Pendidikan
NO Jumlah Profesional Sertifikat Kompetensi Kerja
akan dilaksanakan (Tahun)
SKA Manajemen Konstruksi (601 -
Utama) /
Manajer Manajemen Proyek (602 - Utama) /
Pelaksanaan / SKK Ahli Utama Bidang Keahlian
1. 1 Orang 8 Tahun Manajemen Konstruksi /
Proyek
SKK Ahli Utama Manajemen
Proyek Konstruksi
Ahli Teknik Bangunan Gedung
(201 - Madya) /
Manajer Teknik
2. 1 Orang 5 Tahun SKK Ahli Madya Teknik Bangunan
Arsitektur
Gedung
Ahli Teknik Bangunan Gedung
1 Orang 8 Tahun (201 - Madya) /
3.
Manajer Teknik Sipil SKK Ahli Madya Teknik Bangunan
Gedung
Ahli Teknik Mekanikal (301 -
1 Orang 5 Tahun Madya) / Ahli Teknik Tenaga
4. Manajer Teknik MEP Listrik (401 – Madya)/
SKK Ahli Madya Teknik Bangunan
Gedung

9
5. Manajer Keuangan 1 Orang 5 Tahun -

SKA K3 Konstruksi (603 – Muda)


3 Tahun /SKK Ahli Muda K3 Konstruksi
6. Ahli K3 Konstruksi 1 Orang
SKA K3 Konstruksi (603 – Madya)
0 Tahun
/SKK Ahli Madya K3 Konstruksi

SKA Ahli Teknik Bangunan


S1 Teknik Gedung (201 - Madya) /
7. Ahli Sipil Sipil 1 Orang 5 Tahun
SKK Ahli Madya Teknik Bangunan
Gedung
S1 SKA Arsitek (101 - Madya) /
8. Ahli Arsitek 1 Orang 5 Tahun
Arsitektur SKK Arsitek Madya
SKA Teknik Tenaga Listrik (401 -
Madya) /
S1 Teknik
Ahli Teknik Tenaga SKTTK Ahli Madya Instalasi
9. Elektro 1 Orang 5 Tahun
Listrik Pemanfaatan Tenaga
Listrik
SKA Ahli Teknik
Ahli Teknik Mekanikal/
S1 Teknik Mekanikal (301 -Madya) /
10. Teknik Plambing dan 1 Orang 5 Tahun
Mesin
Pompa Mekanik Ahli Madya Bidang Keahlian
Teknik Mekanikal
Sertifikat Penguasaan BIM
(Certified Profesional)
S1 untuk Software Revit dan
11. BIM Engineer Arsitektur 1 Orang 5 Tahun Certificate of Achievement
level Advanced untuk
Software Tekla dan Revit

b. Personil Pendukung Tenaga Terampil (SKT/ SKK) Minimal mempunyai kriteria Sebagai
Berikut :
Jabatan dalam Pengalaman
pekerjaan Kerja Sertifikat Kompetensi Kerja
NO Jumlah
yang akan Profesional
dilaksanakan (Tahun)
SKT Pelaksana Bangunan Gedung (TA –022)/
1. SKK Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Pelaksana 3 Orang 3 Tahun
Muda
SKT Juru Gambar (TS003)/
2. Drafter 3 Orang 3 Tahun
SKK Juru Gambar Bangunan Gedung Jenjang 4
SKT Tukang Pekerjaan Tanah / Earthmoving
3. (TS011)/ SKK Tukang Pekerjaan Tanah /
Tukang Tanah 1 Orang 3 Tahun
Pondasi Level 2
SKT Tukang Plesteran / Plesterer / Solid Plesterer
(TA 006)/
4. Tukang Plester 1 Orang 3 Tahun
SKK Tukang Plester Bangunan Gedung Level 2

10
Tukang Cor Beton / Concretor / Concrete
Operations (TS 013)/ SKK Tukang Bangunan
5. Tukang Beton 2 Orang 3 Tahun
Gedung Jenjang 2
Tukang Besi-beton / Barbender / Bar bending
(TS 012)/
6. Tukang Besi 1 Orang 5 Tahun
SKK Tukang Besi-Beton Level 2
SKT Tukang Plambing(TT 016)/
7. Tukang Plambing 1 Orang 3 Tahun
SKK Tukang Plambing Level 3
SKT Instalasi Penerangan (TE 021 /TE 022)/
SKTTK Pelaksana Muda Instalasi
8. Tukang Listrik 1 Orang 5 Tahun
Pemanfaatan Tenaga Listrik
SKT Tukang Pekerjaan
9. Tukang Baja 1 Orang 5 Tahun Baja (TS 020)/
SKK Tukang Pekerjaan Baja Level 2
Tukang Pas. SKT Tukang Pasang Plafon Gypsum (TA 013)/ /
10. 1 Orang 5 Tahun
Plafon SKK Tukang Bangunan Gedung Jenjang 2
SKT Juru Ukur Teknisi Survey Pemetaan
(TS004)/
11. Juru Ukur 2 Orang 5 Tahun
SKK Juru Ukur Jenjang 3
Administrasi
12. 2 Orang 3 Tahun -
Teknik

Administrasi
13. 1 Orang 2 Tahun -
Keuangan

19. PERALATAN YANG DIPERSYARATKAN DALAM TENDER


 Peralatan Utama
NO Jenis Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan
Load Lifting Min 3
1. Tower Crane 1 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Ton
2. Excavator Min Bucket 1 m³ 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli

3. Genset Min 250 KVA 1 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli

Dump Truk Kapasitas Bak


4. 3 unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Minimal 6 m³
Berat Operasi
5. Vibro Roller Minimal 8 Ton 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
6. Concrete Pump Jangkauan Min 16 m 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
7. Concrete Vibrator Tenaga Min 5 HP 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
8. Bar Bender Dia. Minimal 10mm 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
9. Bar Cutter Dia. Minimal 10mm 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Minimal Daya Output
10. Pompa Air 125 Watt 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli

11
20. PERALATAN MINIMAL YANG DIPERLUKAN DALAM PELAKSANAAN PROYEK
 Peralatan Utama
NO Jenis Alat Kapasitas Jumlah Keterangan
Minimal
Load Lifting Min 3
1. Tower Crane 1 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Ton
2. Excavator Min Bucket 1 m³ 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli

3. Genset Min 250 KVA 1 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli

Kapasitas Bak
4. Dump Truk 3 unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Minimal 6 m³
Berat Operasi
5. Vibro Roller 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Minimal 8 Ton
6. Concrete Pump Jangkauan Min 16 m 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
7. Concrete Vibrator Tenaga Min 5 HP 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
8. Bar Bender Dia. Minimal 10mm 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
9. Bar Cutter Dia. Minimal 10mm 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Minimal Daya Output
10. Pompa Air 3 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
125 Watt

 Peralatan Pendukung
NO Jenis Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan
Minimal
1. Scaffolding - 1000 set Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli

2. ARC Welding
Minimal 250 A 2 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Generator
Air Minimal 175
3. 1 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Compressor CFM

4. Theodolite Semua Type 1 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli


5. Waterpass Level Semua Type 1 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Kapasitas Min
6. Pick Up 2 m³ 1 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli

Concrete Mixer Kapasitas


7. Minimal 425 9 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
/ Beton Molen liter

8. Kapasitas
Stamper 2 Unit Milik Sendiri / Sewa / Sewa Beli
Minimal 5,5 Hp

12
21. PERSYARATAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan Utama
1) Pekerjaan Pondasi Raft/ Rakit
2) Pekerjaan Balok
3) Pekerjaan Plat Lantai
4) Pekerjaan Kolom

 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI RAFT/ RAKIT


1. LINGKUP PERKERJAAN
Pondasi rakit dapat dipakai pada tanah dengan kapasitas dukung rendah atau jika jarak kolom atau
beban lain sangat dekat dalam kedua arah sehinggan seluruh telapak bersentuhan satu sama
lain sehingga jika menggunakan pondasi telapak luasan besar (tidak ekonomis). Pondasi rakit
sangat bermanfaat untuk mengurangi perbedaan penurunan dalam berbagai tanah. Pondasi
rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar
bangunan.
2. PERSYARATAN
Standar yang digunakan untuk pondasi rakit :
1. Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan (SNI 1727-2020)
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur (SNI 1726-2019)
3. Baja Tulangan Beton (SNI 2052-2017)
4. Persyaratan Perencanaan Geoteknik (SNI 8460:2017)
5. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2019)
Berikut alat dan bahan yang digunakan untuk pondasi raft :
1. Beton ready mix fc’=30 Mpa
2. Pagar pembatas= dia. 2”, tinggi 1100 mm
3. Truk Mixer sesuai dengan volume beton
4. Concrete Pump
5. Tower Crane
6. Converter 2-3 sockets
7. Perlengkapan curing
8. Dumper
9. Theodolite dan perlengkapan leveling
10. Penyemprot air
11. Compressor
12. Bucket beton
13. Vibrator

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a. Persiapan
1) Kontraktor menyiapkan peralatan apa saja yang akan digunakan dalam pekerjaan
pengecoran. Peralatan tersebut harus memadai serta telah mendapatkan persetujuan dari
Konsultan MK untuk masuk ke tahap selanjutnya.
2) Semua peralatan harus diperiksa dan diinspeksi secara oleh kontraktor dan Konsultan MK
3) Pipa penghubung harus dipasang dengan jarak 2 meter dengan spesi 1 meter terhadap
tumpuan
4) Menyediakan penerangan yang baik di lokasi pengecoran apabila pekerjaan dilakukan di
malam hari
5) Menyiapkan terpal penutup untuk mengantisipasi apabila terjadi hujan dan mengarahkan air
hujan ke luar lokasi pengecoran
6) Concrete Pump harus berada dekat dengan lokasi pengecoran untuk menghindari terlalu

13
banyaknya sambungan pipa
b. Pembuatan lantai kerja adalah sebagai berikut :
1) Memastikan elevasi yang diperlukan untuk lantai kerja (leveling lantai) sesuai dengan gambar
kerja.
2) Melakukan uji CBR pada tanah dasar dengan menggunakan alat DCP (Dynamic Conen
Penetration).
3) Bila kondisi tanah buruk (CBR < 25%) harus dilakukan pemadatan dengan menggunakan
stamper.
4) Bila kondisi tanah baik (CBR > 25%) dapat dilakukan Pengecoran
5) Pembesian pada lantai mengikuti syarat pembesian.
6) Pembesian dapat dilakukan setelah umur lantai kerja minimal 3 hari
c. Pelaksanaan Pengecoran Pondasi Rakit adalah sebagai berikut :
1) Tidak boleh ada penambahan air pada beton
2) Memastikan semua platform dan jalan pekerja telah terpasang di sekitar lokasi pengecoran
3) Pengecoran harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pengecoran tidak rata,
segregasi, terbuangnya material, serta rusaknya formwork.
4) Beton haruslah terbentuk sedekat mungkin dengan hasil akhir sehingga tidak membutuhkan
pekerjaan lain setelahnya.
5) Beton haruslah dicor secara berlapis sesuai ukuran vibrator, kecuali untuk area basemen
yang dicor langsung hingga level final.
6) Beton tidak boleh digerakkan secara lateral oleh vibrator.
7) Beton harus digetarkan sesuai pola yang ditentukan untuk memastikan kepadatan beton.
8) Ketukan ataupun getaran lain dari luar tidak diperbolehkan.
9) Beton tidak boleh jatuh bebas, lebih dari 1,5m untuk pekerjaan tertutup dan 0,9m untuk
pekerjaan terbuka.

 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK


1. PERSYARATAN MUTU
a. Mutu Beton.
Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik atau syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan
beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini. Dalam segala hal yang
menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard yang berlaku
yaitu:
1) Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung (SNI 1726-2019)
2) Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2019)
3) Baja Tulangan Beton (SNI 2052-2017)
b. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan den presisi tinggi, sebagaimana
tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar rencana dan atau instruksi-instruksi
yang dikeluarkan oleh Konsultan MK
c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material yang
kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di dalam pekerjaan ini.
e. Seluruh material yang oleh Manajemen Konstruksi dinyatakan tidak memenuhi syarat harus
segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan menggunakan kembali.

2. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan beton/
struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana:
a. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di dalamnya
pengadaan bahan, upah pengujian dan peralatan bantu yang berhubungan dengan pekerjaan
tersebut

14
b. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforecement) dan bagian-
bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton
c. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan perawatan
beton dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan beton
d. Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan haruslah seperti
yang ditunjukkan dalam gambar atau seksi lain yang berhubungan dengan spesifiikasi ini, atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Beton yang digunakan adalah mutu beton
berikut ini :
fc’ 30 Mpa : digunakan untuk pondasi raft atau struktur bawah
fc’ 25 Mpa : digunakan untuk pondasi setempat, balok, kolom, atap beton, ramp.
fc’ 14,53 Mpa : digunakan untuk kolom praktis, struktur beton tanpa tulangan.
fc’ 8,3 Mpa : digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton.

3. TOLERANSI
a) Toleransi Dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m +15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding -0 dan +10mm
b) Toleransi Bentuk :
Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud)
untuk panjang s/d 3m 12 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m – 6 m 15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m 20 m
c) Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :
Kedudukan kolom dari rencana ± 10 mm
Kedudukan ppermukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
Kedudukan permukaan vertical dari rencana ± 20 mm
d) Toleransi Alinyemen Vertikal :
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm
e) Toleransi Ketinggian (elevasi) :
Puncak lantai kerja di bawah pondasi ± 10 mm
Puncak lantai kerja di bawah ppelat injak ± 10 mm
Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang ± 10 mm
f) Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar
g) Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan :
Selimut beton sampai 3 cm 0 dan + 5 mm
Selimut beton 3 cm – 5 cm 0 dan +10mm
Selimut beton 5 cm – 10 cm ± 10 mm

4. PERSYARATAN BAHAN
a. Semen
1) Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland cement PC Tipe II. Sesuai dengan
spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran dengan bahan dasar semen
(SNI-2847-2019)
2) Kontraktor pelaksana harus menempatkan semen dalam gudang untuk mencegah terjadinya
kerusakan dan tidak boleh ditaruh langsung diatas tanah tanpa alas kayu
3) Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur kotoran atau terkena air / lembab tidak diijinkan
digunakan dan harus segera dikelurkan dari proyek dalam batas 3 x 24 jam
4) Pada pemakaian semen yang dibungkus, penimbunan semen yang baru datang, tidak boleh
dilakukan diatas tumpukan yang telah ada, dan pemakaian semen yang dilakukan menurut

15
urutan pengirimannya. Bila diperlukan dapat dilakukan penomoran semen dalam gudang yang
didahulukan untuk dibuat campuran pasangan yang sesuai nomor urut datangnya oleh logistic
gudang.

b. Agregat Pasir, Batu Pecah dan Kerikil


1) Bahan agregat pasir dan kerikil harus didatangkan dari tempat-tempat yang telah disetujui
secara tertulis mutunya olek Konsultan Pengawas Lapangan dan harus memenuhi syarat-
syarat dan SNI 2847:2019
2) Bahan agregat pasir dan kerikil ditempatkan sedemikan rupa sehingga tidak tercampur dengan
bahan-bahan yang merusak mutu beton dan ditempatkan terpisah hingga terhindar dari
bercampurnya antara kedua jenis agregat tersebut, sebelum pemakaian
3) Besar butiran agregat kerikil yang dipakai untuk bahan beton, harus berada diantara ayakan 4
mm – 3,15 mm
4) Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 persen. Apabila kadar lumpur
tersebut lebih dari 1 persen, maka agregat kerikil harus di cuci
5) Besar butiran agregat pasir yang dipakai untuk bahan beton, harus berada diantara ayakan
0,063 – 4 mm
6) Agregat kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 persen. Apabila kadar lumpur
tersebut lebih dari 5 persen, maka agregat kerikil harus di cuci
7) Untuk membuktikan banyaknya kadar lumpur di lapangan, maka dapat dilaksanakan dengan
menggunakan gelas ukur. Gelas ukur diisi dengan pasir atau kerikil sampai garis angka 100.

c. Air
1) Air yang digunakan harus bersih dan jernih, tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat
yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih
yang dapat diminum. (SNI 2847:2019)
2) Bila terdapat keragu-raguan terhadap air yang dipakai menurut penilaian direksi pekerjaan,
maka contoh air tersebut harus diperiksakan di laboratorium dibawah tanggungjawab
kontraktor.
3) Bila pemeriksaan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk bahan campuran beton, maka air
tersebut tidak boleh dipakai.

d. Bahan Pencampur :
1) Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari
Konsultan MK dan Konsultan Perencana
2) Apabila digunakan bahan pencampur, Kontraktor Pelaksana harus mengadakan percobaan-
percobaan perbandingan berat dan W/C rasio dari penambahan pencampur (admixture)
tersebut.

5. KELAS DAN MUTU BETON


a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standart Nasional Indonesia SNI 2847- 2019
Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, Standart Nasional Indonesia SNI 1726-
2019 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI tentang Standar Pembesian/
Penulangan Standar Nasional Indonesia. Jika tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah
selalu kekuatan tekan hancur dari contoh silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. diuji pada
umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda
uji harus memberikan hasil σ’bk (kekuatan tekan beton karakteristik) yang lebih besar dari yang
ditentukan di dalam SNI 2847-2019
c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28 hari sesuai
dengan kesepakatan dengan Konsultan Manajemen Konstruksi yang tertuang dalam risalah

16
rapat.

6. KOMPOSISI CAMPURAN BETON


a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir, kerikil dan air seperti
yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang tertentu / serasi
dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik / tepat.
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini,
harus dipakai “campuran yang direncanakan (job mix design)“. Campuran yang direncanakan
ini dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang
disyaratkan dan dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah
terbukti akreditasinya.
c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak
boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana
ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.
d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu, harus
ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan
terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang
dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan dan kekuatan yang
dikehendaki.
f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton harus disesuaikan
dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton dan cara
pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air semen.
g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka
faktor air semen ditentukan sebagai berikut:
1) Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.
2) Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan listplank / parapet
maksimum 0,60.
3) Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnnya, maksimum
0,55.
h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang
dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak
berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian.

7. PENGUJIAN KONSISTENSI BETON DAN BENDA-BENDA UJI BETON


a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton
dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau
gradasi (perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer). Penambahan air
untuk mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi
kering sebelum dipasang adalah sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi
beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.
b. Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm. dan tidak
melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua pengujian harus sesuai
dengan SNI 2847:2019 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat tekan beton. Badan
Standarisasi Nasional BSN. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk menuntut nilai
slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton
berkualitas lebih tinggi atau alasan penghemat.
c. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi melalui
pengujian biasa dengan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. dibuat dan SNI 2847:2019,
Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh

17
pemeriksaan yang representative.

8. BETON READY MIX


Untuk pekerjaan struktur utama, yang termasuk diantaranya Kolom, Balok, Plat Lantai, Pondasi
serta sruktur lainnya yang diperlukan, Kontraktor diwajibkan menggunakan beton siap pakai
(ready mix concrete) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Volume penggunaan ready mix concrete harus disetujui secara tertulis oleh Manajemen
Konstruksi dengan senantiasa berpedoman pada ketentuan teknis yang diberlakukan bagi
pekerjaan beton.
b. Apabila di dalam ready mix concrete tersebut diberikan zat tambah (additive) maka selain harus
mengikuti ketentuan di dalam Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton SK SNI 2847:2019,
pabrik pembuatnya harus menyertakan sertifikat/surat keterangan yang menyatakan jenis dan
konsentrasi bahan tambah tersebut per m3 adukan beton. Selain itu, di dalam hal penggunaan
bahan tambah ini, harus disebutkan pula di dalam sertifikat tersebut batas waktu toleransi beton
tersebut masih dapat digunakan, dan ketentuan ini mengikat bagi Kontraktor dan Manajemen
Konstruksi, khususnya di dalam penentuan boleh atau tidaknya ready mix concrete tersebut
digunakan.
c. Kecuali jika disebutkan secara khusus di dalam RKS ini, maka terhadap ready mix concrete
harus selalu diadakan pengujian kualitas, yaitu: Pengujian kekentalan adukan (slump), yang
dilakukan 3 kali setiap 5 m³ adukan, yaitu: di awal kedatangan, di tengah-tengah, dan di akhir
penuangan. Nilai slump yang digunakan untuk evaluasi adalah nilai slump rata-ratanya. Jika
nilai slump yang diperoleh tidak sesuai dengan ketentuan, maka adukan yang digunakan
dianggap tidak memenuhi syarat, dan tidak boleh digunakan. Pengujian kuat tekan beton, yang
dilakukan secara acak dengan ketentuan sebagai berikut:
I. Untuk setiap 10 m³ adukan beton, minimal harus dibuat dua buah benda uji berupa silinder
beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, pembuatan benda uji ini harus dilakukan
dengan sepengetahuan Manajemen Konstruksi
II. Terhadap kedua benda uji tersebut harus dilakukan pengujian kuat tekan. Jadi, untuk setiap
10m³ adukan beton harus diwakili oleh satu nilai kuat tekan beton yang diperoleh dari kuat
tekan rata-rata kedua benda uji tersebut di dalam butir. setelah dikonversikan kekuatannya
ke kuat tekan beton umur 28 hari.
III. Manajemen Konstruksi harus selalu melakukan evaluasi statistik secara periodik terhadap
kuat tekan beton ini, berdasarkan ketentuan yang berlaku di dalam Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SNI 2847:2019)
IV. Jika hasil evaluasi statistik tersebut di dalam pasal iii. memperlihatkan kuat tekan beton yang
lebih rendah dari yang disyaratkan, maka Manajemen Konstruksi harus menghentikan
pekerjaan beton yang sedang dilaksanakan. Di dalam hal ini Manajemen Konstruksi harus
segera melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait.
d. Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi site mix concrete seperti: tata cara evaluasi kuat tekan
beton, pengangkutan adukan, perawatan beton, cetakan beton, pencoran, pemadatan beton,
dan sambungan konstruksi, tetap berlaku untuk penggunaan ready mix concrete.

9. BETON READY MIX


a. Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan
serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai
dengan gambar rencana.
b. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi
pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut:
1) Pondasi = 5,0 cm
2) Balok sloof=5,0 cm.
3) Kolom=5,0 cm.

18
4) Balok=5,0 cm.
5) Pelat beton=5,0 cm.
c. Pekerjaan Sambungan Baja Tulangan
Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukkan
pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi . Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali
diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi .

10. PEKERJAAN PENCAMPURAN


a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup
untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton. Perlengkapan-
perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi .
b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton
(“batch mixer/beton Mollen “). Konsultan Manajemen Konstruksi berwenang untuk menambah
waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan
hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata / seragam dalam komposisi
atau konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
1) Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki dan atau
diganti.
2) Mesin pengaduk yang disentralisir (batching mixing plant) harus diatur sedemikian rupa,
sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator.
3) Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Setiap
mesin pengaduk haru diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan
menghitung jumlah adukan.

11. SUHU
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32⁰C dan tidak kurang dari 4,5⁰C. Bila suhu dari
beton yang dituang berada antara 27⁰C- 32⁰C, beton harus diaduk di tempat pekerjaan untuk
kemudian langsung dicor. Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu
dari beton melebihi 32⁰C sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, maka
Kontraktor harus mengambil langlah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat,
mencampur denga es dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, untuk
mempertahankan suhu beton waktu dicor pada suhu dibawah 32⁰ C.

12. PEKERJAAN PENGANGKUTAN BETON


Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat
pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai
slump.

13. PEKERJAAN PENGECORAN


a. Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur yang
diusulkan dan disetujui secara tertulis oleh MK (Manajemen Konstruksi)harus menyetujui lokasi
Pengecoran pada jadwal tersebut.
b. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan beton
sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong,
pengikatan dan lain- lainnya telah selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-

19
permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui secara tertulis oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi .
c. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton
(cetakan/bekisting) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas.
Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan
dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban / air dari beton yang baru dicor -
tidak akan diserap.
d. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dicor beton baru, harus
bersih dan lembab/basah ketika dicor dengan beton baru. Pembersihan harus berupa
pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau
bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan
beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
e. Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai bahan perekat beton yang disetujui secara
tertulis oleh Konsultan Manajemen Konstruksi .
f. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang masih akan
berlanjut terhadap sistem struktur / penulangan yang ada.
g. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Manajemen Konstruksi atau wakilnya yang ditunjuk
serta Staf Kontraktor ada ditempat / lokasi pekerjaan, dan persiapannya betul-betul telah
memadai.
h. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ke tempat posisi
terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan
antara kerikil dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang
disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau
bertumpuk dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang
demikian itu mungkin akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang
cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
i. Pengecoran beton tidak bole dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penuangan beton
harus selalu lapis - perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Konsultan
Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan
tebal lapisan 50 cm. tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.
j. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau turun hujan yang lama,
sedemikian rupa sehingga spesi/ mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen
atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint, dan air semen atau spesi yang
hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
k. Ember-ember/gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat dalam
slump yang rendah dan memenuhi syarat- syarat campuran.
l. Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter.Juga harus tersedia
peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran dimana diperlukan terutama bagi
lokasi-lokasi yang sulit/ terbatas.
m. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari
kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material
yang diletakan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator)
harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang
terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton
dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar yang beroperasi dengan
kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan ke dalam beton.

14. WAKTU DAN CARA-CARA PEMBUKAAN CETAKAN


a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi . Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan
kerusakan pada beton. Beton yang masih muda/ lunak tidak diijinkan untuk dibebani.

20
b. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan
permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui secara
tertulis Konsultan Manajemen Konstruksi
c. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh dibuka, yaitu minimum:
1) Tiga hari untuk cetakan - cetakan samping pada pondasi dan sloof
2) Tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan kolom.
3) 14 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap dan tangga.

15.PERAWATAN (CURING)
a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau disemprot
dengan Curing Agent CONCUREP yang berupa bahan cair / liquid material dimana setelah
mengering berbentuk membrane clear dan berfungsi sebagai pelindung (curing compound)
untuk menahan/ mencegah penguapan air dari dalam beton, dengan takaran pemakaian untuk
1liter adalah 5 – 6 m2. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menentukan cara perawatan
bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung minimal
selama Tiga hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi
permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan
segera setelah pengecoran dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah Tiga hari, adalah dengan melakukan penggenangan dengan air pada
permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa
dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau
dengan cara lain yang disetujui secara tertulis Konsultan Manajemen Konstruksi sehingga
selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan
dalam perawatan (curing) harus memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

16.PEKERJAAN PERBAIKAN PERMUKAAN BETON


a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata
ada permukaan yang cacat/rusak, semua hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan
spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila
Konsultan Manajemen Konstruksi memberikan ijinnya untuk memperbaiki/menambal tempat
yang rusak, dalam hal mana perbaikan harus dikerjakan dengan sesuai standard SNI
2847:2019.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil,
kerusakan-kerusakan karena cetakan-cetakan, lubang-lubang karena keropos, ketidak-rataan
dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan
beton lainnya harus dipahat, lubang-lubang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor
sedemikian sehingga pengisian akan terikat (terkunci) di tempatnya. Semua lubang harus terus
menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.
c. Jika menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi hal-hal tidak sempurna pada bagian
bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang
dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh
dinding (dengan spesi plesteran 1pc: 3ps) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm, demikian
juga pada dinding yang berbatasan (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari
Konsultan Manajemen Konstruksi. Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar, batas
toleransi kelurusan (pencekungan atau Pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari L /
1000 untuk semua komponen.

21
22. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan konstruksi harus memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam Spesifikasi Teknis yang terlampir pada Dokumen Lelang dan Ketentuan lainnya akan diatur dalam
Surat Perjanjian Pekerjaan (Kontrak).
23. PENUTUP
Demikianlah Kerangka Acuan Kerja (KAK) dalam pelaksanaan Pembangunan Pasar Raya Padang Kota
Padang ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Padang, ….. Maret 2023

Pejabat Pembuat Komitmen Kepala Satuan Kerja


Prasarana Strategis Provinsi Sumatera Barat Pelaksanaan Prasarana Permukiman
Provinsi Sumatera Barat

Afifah Kemala Hafsari, ST, MT, M.Eng Rocky Adam, ST, MT


NIP. 19880921 201012 2 003 NIP 19801228 201012 1 003

Kepala Balai Prasarana Permukiman


Wilayah Sumatera Barat

Kusworo Darpito, ST, MDM


NIP. 19740516 200502 1 001

22

Anda mungkin juga menyukai