Anda di halaman 1dari 12

AIR CAMPURAN BETON

4.1. Umum

Air pada beton mempunyai fungsi sebagai pengencer. Agar cairan beton dapat
padat dan mengisi ruang-ruang sehingga membentuk cetakan. Ciri-ciri air yang baik
untuk campuran beton adalah tidak berwarna , tidak berbau dan tidak berasa.

Gambar 4.1. Butuh Air

Kita banyak butuh air untuk pekerjaan sehari-hari antara lain adalah untuk kebutuhan
campuran beton, air yang bagaimana dapat digunakan untuk campuran beton, apa syaratsayarat yang harus diperhatikan dalam penggunaannya , karakteristiknya bagaimana ?

Air mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembuatan beton, karena berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton, sifat-sifat yang berpengaruh adalah kemudahan pengerjaan
(workability) dan penyusutan. Selain itu tujuan utama pemakaian air adalah untuk proses
hidrasi, yaitu rekasi antara semen dan air yang mengahasilkan campuran keras setelah
bebrapa waktu tertentu. Setelah pengecoran air juga berguna untuk perawatan (curing) guna
menjamin proses pengerasan yang sempurna.

Gambar 4.2 Prosen Penjernihan Air

6.2 Peran Air

Semen tidak bias menjadi pasta tampa ada air. Air harus selalu ada dalam beton cair, tidak
saja untuk hidrasi semen, tetapi juga untuk mengubahnya menjadi suatu pasta sehingga
betonnya lecak (workable).

Jumlah air yang terikat dalam beton dengan factor air semen 0.65 adalah sekitar 20 % dari
berat semen pada umur 4 minggu. Dihitung dari komposisi mineral semen. Jumlah air yang
diperlukan untuk hidrasi secara teoritis adalah 35- 37 5 dari berat semen.

Dalam praktik, estimasi air terikat secara kimia didapat dengan mengeringkan contoh sampai
100 oC, menghilangkan air bebas yang bias menguap didalam pori kapiler. Kehilangan berat
akibat dekomposisi contoh kering pada 1000 oC dianggap sebagai jumlah non evaporable.
Hidrasi penuh dicapai dengan terjadinya hidrasi slurry semen (dengan rasio air/semen diatas
1.00) terjadi didalam ball mill. Proses ini mengambil lapisan terhidrasi dari permukaan butir
semen. Seluruh proses bias memakan waktu beberapa bulan hinga mencapai hidrasi penuh.

a. Air yang diambil oleh pori gel. Air gel ini tertahan dalam struktur gel dengan tegangan
permukaan . sering disebut air yang diserap. Perilaku sebenarnya masih diselidiki.
Diambilnya air ini menyebabkan perubahan volume yang besar, misalnya selama susut
pengeringan.

b. Air di dalam pori-pori kapiler relative mudah untuk di ambil. Jumlahnya ditentukan oleh
factor air semen (w/c) awal dan dikurangi oleh hidrasi yang menerus. Diambilnya air ini
selama proses pengeringan tidak akan menyebabkan penyusustan. Pori-pori ini terus jenuh
jika perawatan dilakukan dengan penggenangan atau dengan lingkungan yang jenuh. Waktu
air secara bertahap keluar dari kapiler, tekanan uap akan berkurang. Ruang di isi oleh udara
yang difusi kedalam pori. Bila kelengasan relative turun dibawah 80% kecepatan difusi
sempat dikurangi.

c. Pergerakan air keluar masuk struktur gel menyebabkan perubahan volume. Ini bias
disebabkan oleh :

1. Regangan akibat lingkungan yaitu susut pengeringan atau pengembangan

selama perawatan.

2. Regangan akibat beban, yaitu rangkak (creep).

d. Kehilangan air sebelum setting karena hidrasi dan evaporasi dan permukaan terekspose
yang menyebabkan hilangnya kelecakan . Bila kecepatan evaporasi melampaui kecepatan
pengeluaran air sebelum setting maka akan bias terjadi susut plastis.

6.3 Jumlah Air.

Air adalah merupakan zat cair sebagai alat media untuk mendapatkan kelecakan (mudah
untuk dikerjakan) yang diperlukan untuk penuangan beton pada beton segar. Jumlah air yang
diperlukan untuk kelecakan tertentu tergantung pada sifat material penyusun (agregat, semen)
yang digunakan . Hukum kadar air konstan mengatakan bahwa kadar air yang
diperlukan untuk kelecakan tertentu hampir konstan tanpa tergantung pada jumlah semen
untuk kombinasi agregat halus dan kasar tertentu . Hukum ini tidak sepenuhnya berlaku
untuk seluruh kisaran (range), namun cukup praktis untuk penyesuaian perencanaan dan
koreksi.

Air yang diperlukan untuk beton dipengaruhi oleh :

a. Ukuran agregat maksimum, diameter membesar maka kebutuhan air menurun, begitu juga
jumlah mortar yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit.

b. Bentuk butir, bentuk bulat akan menyebabkan kebutuhan air menurun misalkan untuk batu
pecah (split) perlu lebih banyak air.

c. Gradasi agregat, gradasi baik akan menyebabkan kebutuhan air menurun untuk kelecakan
yang sama.

d. Kotoran dalam agregat, Makin banyak silt, tanah liat dan lumpur maka akan meningkatkan
kebutuhan air meningkat.

e. Jumlah agregat halus ( dibandingkan agregat kasar,) Jika agregat halus lebih sedikit maka
kebutuhan air menurun.

6.4 Syarat Kimia Air.

Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan mengganggu proses pengerasan atau
ketahanan beton. Kandungan kurang dari 1000 ppm ( parts per million masih diperbolehkan
meskipun konsentrasi lebih dari 200 ppm sebaiknya dihindari.

Bolehkah memakai air sumur, air sungai, air laut untuk campuran beton ?. Secara umum
( kasar) : YANG BISA DIMINUM BOLEH DIPAKAI dan tidak terdapat yang aneh pada
rasa bau, dan warna. Tentu saja pedoman ini tidak cukup untuk menilai. Misalnya air yang
mengandung laruran gula tentu dapat diminum, tetapi jelas tidak cocok untuk membuat
beton. Untuk lebih teliti, ambil contoh air dan lakukan uji laboratorium. Apa saja dan berapa
kandungan yang terdapat di dalamnya?

Tidak ada ketentuan syarat air dari ASTM. Pada BS 3148 terdapat dua metode untuk menilai
kelayakan air untuk campuran beton, yaitu dengan membandingkan waktu pengikatannya dan
kuat tekan benda uji yang dibuat dengan semen dan air. Yang dipertanyakan dengan air

suling. Air dianggap memenuhi syarat jika tidak berubah waktu pengikatannya lebih dari 30
menit, atau berkurang kekuatannya dengan lebih dari 20 % dibandingkan air suling.

Bila masih diragukan, adakan perbandingan antara mortar yang memakai air tersebut dengan
mortar yang memakai air suling/air tawar. Dipakai kubus mortar ukuran 50 mm, sesuai SII
0013-81 atau ASTM C109. Kekuatan pada umur 7 dan 28 hari minimal 90 % dari kekuatan
mortar dari air tawar. Namun sifat-sifat lain harus diperiksa, misalnya pengaruh jangka
panjang.

Air laut sebenarnya dapat dipakai untuk membuat beton tanpa tulangan. Tetapi untuk beton
bertulang, penggunaan air laut akan menyebabkan korosi pada tulangan bajanya dan
menyebabkan keretakan pada beton. Hal ini akan mengurangi ketahanan beton bertulang
sehingga sebaiknya dihindari pemakaiannya.

6.5 Pengaruh Kotoran pada Air

Sumber kotoran pada air dapat disebabkan oleh sumber zat organic dan unorganik,
(tumbuhan dan hewan dan banda mati lainya) yang sudah melapuk yang tercampur dalam air.

Gambar 6.4 Air Kotor

Banyak akibat yang merugikan pada beton jika airnya sudah tercemar dan kotor digunaka
untuk pencapuran beton. Efeknya baik secara langsung maupun tidak langsung akan terlihat.
Kotoran - kotoran tersebut ada berupa zat yang mengapung atau tersuspensi dalam air akan
ikut terbawa masuk kedalam campuran beton sehingga perlu proses penjernihan sehingga air
tersebut baru dapat digunakan untuk campuran beton.

Kotoran pada air jika terikutkan dalam campuran beton pada umumnya bisa akan
menyebabkan perubahanan secara sifat/karakteristik pada beton, antara lain :

a. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan.

b. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan

c. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan.

d. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton.

e. Bercak-bercak pada permukaan beton.

Batas / limit konsentrasi untuk berbagai kotoran adalah sebagai tertera pada table 6.1 berikut :

Tabel 6.1 Batas Toleransi Kotorasn Pada Air.

Jenis Kotoran

Konsentrasi
Maksimum (ppm)

Keterangan

Suspensi

2000

Silt, tanah liat, bahan


organik

Ganggang

500-1000

Air entrain

Karbonat

1000

Mengurangi setting time

Bikarbonat

400-1000

400 ppm untuk Ca,Mg

Sodium sulfat

10.000

Kekuatan dapat dini dapat


meningkat tapi kekuatan
akhir menurun

Gula

500

Menpengaruhi set

Garam,
Zn,Cu,Mn,Sn

500

Meperlambat set

Asam inorganis

10.000

PH tidak kurang 3.00

Sumber : PBI 1988.

6.6 Air Laut

Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti
garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifatsifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni.

Air laut banyak mengandung garam , kadarnya sekitar 35.000 ppm ( 3.5 %). Dan umumnya
hanya dapat dipakai untuk beton tanpa tulangan. Meskipun kekuatan awalnya lebih tinggi
dari beton biasa, setelah 28 hari kekuatannya akan lebih rendah. Pengur angan kekuatan ini
dapat dihindari dengan mengurangi factor air semen(water cement ratio).

Bila air bersih tidak tersebia, air laut sebenarnya dapat digunakan (meskipun sangat tidak
diajurkan). Ada resiko korosi pada tulangan. Tetapi resiko tapat dikurangi bila tulangan
mempunyai penutup beton yang cukup kuat atau baja tulangannya di coating, dan juga jika

betonnya kedap air laut dan terekspose pada lingkungan maritime harus mempunyai factor air
semen lebih kecil dari 0.45 dan tebal selimut beton sedikitnya 75 mm.

Gambar 6.2 Air laut banyak mengandung garam mineral

6.7 Air Limbah Sanitasi

Air sanitasi dapat mengandung 400 ppm bahan organis, stelah limbah diencerkan dalam
system disposal yang baik, konsentrasi dikurangi menjadi 20 ppm atau lebih sedikit, Jumlah
ini terlalu rendah untuk mempengaruhi kekuatan beton.

Gambar 6.1. Air limbah Sanitasi

6.8 Air Limbah Industri

Kebanyakan air yang mengandung limbah industru lebih kecil dari 4000 ppm. Dari totoal
benda padat. Pengurangan kekuatan tekan umumnya tidak lebih dari 10 %. Air limbah dari
penyamakan , pabrik kertas, pabrik cat, pabrik limun, pabrik kimia dan galvanis dapat
mengandung kotoran yang berbahaya. Cara yang paling baik adalah menguji air limbah yang
akan dipakai, bahkan apabila hanya mengandung beberapa ratus ppm dari solid yang tidak
umum.

6.9 Air Gula

Air yang mengandung 0.3 - 0.15 % gula terhadap berat semen, umumnya memperlambat
pengikatan semen. Batas atas bervariasi dengan jenis semen. Kekuatan 7 hari dapat dikurangi
sementara kekuatan 28 hari dapat dinaikan. Ketika jumlah gula bertambah samapai 0.20 %
berat semen. Pengikatan umumnya bertambah cepat.

Gula dalam kadar 0.25 % atau lebih berat semen dapat menyebabkan pengikatan yang cepat
dan pengurangan kekuatan 28 hari.

Bila kadar kurang dari 500 ppm gula dalam air umumnya tidak memberikan pengaruh pada
kekuatan tetapi bila lebih harus dites.

6.10 Silt atau Butir-butir Tersuspensi

Sekitar 2000 ppm tanah liat tersuspensi atau butiran halus batua dalam air yang digunakan
dapat ditoleransi. Jumlah besar tidak mempengaruhi kekuatan tetapi dapat mempengaruhi
sifat-sifat yang lain dari campuran beton. Air yang mengandung lumut harus tetap di dalam
setting basin sebelum dipakai. Untuk mengurangi jumlah silt dan tanah liat yang
tertambahkan ke dalam campuran beton.

6.11 Minyak

Macam-macam jenis minyak terkadang ada dialam air. Minyak mineral (petroleum), tidak
tercampur dengan minyak hewan atau tumbuhan , mungkin berpengaruh sedikit pada
kekuatan dari pada jenis minyak yang lain. Namun minyak mineral dalam konsentrasi yang
lebih tinggi dari 2 % berat semen dapat mengurangi kekuatan sampai 20 % kekuatan
tekannya.

6.12 Persyaratan Air untuk campuran beton.

Syarat-syarat air yang dapat digunakan untuk pencampuran beton menurut PB 1971 adalah :

a. Air tidak boleh mengandung minyak asam-alkali, garam-garam, bahan organis atau bahanbahan lainnya yang dapat merusak beton atau baja tulangan pada beton bertulang.

b. Apabila ada keraguan tentang air , dianjurkan membawa contoh air tersebut ke
lembaga/laboratorium pemeriksaan bahan-bahan untuk di tes.

c. Apabila pemeriksaan ke lembaga tersebut tidak dapat dilakukan maka air dapat dipakai
asalkan campuran semen yang memakai air tersebut harus mempunyai kekuatan paling
sedikit 90 % dari kekuatan tekan semen dengan air yang memakai air suling pada umur 7 hari
dan 28 hari.

6.13 Sumber Pustaka

1. Teknologi Beton , dari Material , Pembuatan ke Beton Mutu Tinggi, Oleh Paul
Nugraha, dan Antoni , Penerbit Andi Ofset. (2007)

2. Modul Panduan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi, Laboratorium Teknik Sipil


Universitas Mercu Buana ( 2001)

3. Spesifikasi Bahan Pembuat Beton Menurut Konsep PBI 1988, Seminar Teknologi
Beton dalam Rangka Menyambut PBI 1988. (1986).

Anda mungkin juga menyukai