Anda di halaman 1dari 5

Nama

NIM
Jurusan
M. Kuliah

: Mochammad Riza Hari M


: F1314060
: Akuntansi Non-reguler
: Pengauditan Manaj. Sekt. Publik
TEMUAN AUDIT

A. PENDAHULUAN
Temuan audit adalah masalah-masalah penting (material) yang ditemukan selama audit
berlangsung dan masalah tersebut pantas dikemukakan dan dikomunikasikan dengan
entitas yang diaudit karena mempunyai dampak terhadap perbaikan dan peningkatan
kinerja entitas yang diaudit.
Tujuan pemeriksaan mengungkapkan apa yang ingin dicapai dari pemeriksaan tersebut.
Tujuan pemeriksaan mengidentifikasi obyek pemeriksaan dan aspek kinerja yang harus
dipertimbangkan, termasuk temuan pemeriksaan yang potensial dan unsure pelaporan
yang diharapkan dapat dikembangkan oleh pemeriksa. (Lampiran V Peraturan BPK RI
Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 07 Maret 2007 Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor
04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraph 04)
Dalam merencanakan suatu pemeriksaan kinerja, pemeriksa harus mengidentifikasi
temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang signifikan dari pemeriksaan terdahulu yang
dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus menentukan apakah
manajemen sudah memperbaiki kondisi yang yang menyebabkan temuan tersebut dan
sudah melaksanakan rekomendasinya.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh pemeriksa agar dapat menilai apakah temuan
pemeriksaan signifikan bagi pengguna laporan hasil pemeriksaan tersebut?
Jawab: Pemeriksa harus memahami kepentingan dan pengaruh dari pengguna laporan
hasil pemeriksaan tersebut.
Temuan audit merupakan hasil dari pelaksanaan program pengujian bukti-bukti audit di
lapangan, dimana temuan audit kemungkinan dapat bersifat positif (sesuai dengan
criteria yang telah ditetapkan) atau negative (tidak sesuai dengan criteria yang telah
ditetapkan). Memuat temuan audit yang negative maupun positif ke dalam laporan akan
membuat laporan menjadi seimbang dan objektif. Materi temuan audit yang seimbang
cenderung akan meningkatkan profesionalisme auditor yang bersangkutan dan
hubungan kerja yang sehat antara auditor dan pihak yang diaudit.
Selain itu, temuan audit dapat berfungsi sebagai media antara auditor dan auditee
dalam pemutakhiran informasi dan penjelasan yang diperoleh selama kegiatan audit
berlangsung. Temuan tersebut kemudian dikomunikasikan dan didiskusikan sehingga

terjadi pemutakhiran dan perbaikan data serta informasi yang akan dimasukkan ke
dalam laporan akhir audit. Temuan audit dapat pula digunakan sebagai sarana untuk
mengadakan check and balance antara temuan audit yang diperoleh selama audit dan
tujuan audit yang ditetapkan pada saat perencanaan audit.
B. CIRI-CIRI TEMUAN AUDIT YANG BAIK
Terdapat 3 (tiga) ciri temuan audit yang dikategorikan baik, antara lain:
1. Temuan Audit Harus Didukung oleh Bukti yang Memadai
Lampiran V Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 07 Maret 2007
Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Kinerja paragraf 48 dan 53, bahwa temuan pemeriksaan dan rekomendasi harus
didukung oleh bukti audit yang cukup, kompeten, dan relevan.
2. Temuan Audit harus Penting (Material)
Lampiran V Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 07 Maret 2007
Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Kinerja paragraf 29 dan 30, bahwa Perhatian secara terus-menerus terhadap
temuan-temuan signifikan atau material beserta rekomendasinya dapat membantu
pemeriksa untuk menjamin terwujudnya manfaat pekerjaan pemeriksaan yang
dilakukan dan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan pemeriksaan telah memberikan
manfaat. Pada akhirnya, manfaat yang didapat dari adanya pemeriksaan terlihat
apabila entitas yang diperiksa mengambil langkah-langkah yang berarti dan efektif
sebagai respon terhadap hasil pemeriksaan. Namun, besarnya manfaat yang
diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada temuan pemeriksaan yang
dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada efektivitas
penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa.
Auditor judgement, yang merupakan pertimbangan professional auditor, juga
merupakan faktor yang dominan dalam menetapkan tingkat materialitas atau tingkat
pentingnya suatu permasalahan.
3. Temuan Audit harus Mengandung Unsur Temuan (Kondisi, Kriteria, dan SebabAkibat)
Lampiran V Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 tanggal 07 Maret 2007
Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Kinerja:
a. Paragraf 64, Temuan pemeriksaan biasanya terdiri dari unsur kondisi, kriteria,
akibat, dan sebab. Namun demikian, unsur yang dibutuhkan untuk sebuah
temuan pemeriksaan tergantung seluruhnya pada tujuan pemeriksaannya. Jadi,
sebuah temuan atau sekelompok temuan pemeriksaan disebut lengkap
Page 2 of 5

sepanjang tujuan pemeriksaannya telah dipenuhi dan laporannya secara jelas


mengaitkan tujuan tersebut dengan unsur temuan pemeriksaan, misalnya
apabila tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan maka unsur yang harus ada adalah
kondisi, kriteria, dan akibat sedangkan unsur sebab bersifat optional.
b. Paragraf 65, Kondisi adalah gambaran tentang situasi yang ada. Hal tersebut
sudah ditentukan dan didokumentasikan selama pemeriksaan berlangsung.
Sehingga, Kondisi (what is) adalah gambaran situasi yang sebenarnya terjadi di
lembaga atau organisasi yang diaudit seperti yang diperoleh pada tahap
pemahaman terhadap entitas yang diaudit.
c. Paragraf 27, Kriteria adalah standar ukuran harapan mengenai apa yang
seharusnya terjadi, praktik terbaik, dan benchmarks. Kinerja dibandingkan atau
dievaluasi dengan kriteria ini. Kriteria, sebagai salah satu unsur temuan
pemeriksaan,

memberikan

suatu

hubungan

dalam

memahami

hasil

pemeriksaan. Rencana pemeriksaan harus menyatakan kriteria yang akan


digunakan. Dalam menentukan kriteria, pemeriksa harus menggunakan kriteria
yang masuk akal, dapat dicapai, dan relevan dengan tujuan pemeriksaan.
Pemeriksa harus mengkomunikasikan kriteria tersebut kepada entitas yang
diperiksa sebelum atau pada saat dimulainya pemeriksaan. Berikut ini adalah
beberapa contoh kriteria:
- Maksud dan tujuan yang ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan atau yang ditetapkan oleh entitas yang diperiksa.


Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh entitas yang diperiksa.
Pendapat ahli.
Target kinerja tahun berjalan.
Kinerja tahun-tahun sebelumnya.
Kinerja entitas yang sejenis.
Kinerja sektor swasta di bidang yang sama.
Praktik terbaik organisasi terkemuka.

Sehingga, criteria (what should be) pada umumnya berupa standar masukan
(input) serta standar proses kerja, dan standar hasil (output), baik yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif.
d. Paragraf 66, Akibat mempunyai dua arti, yang tergantung pada tujuan
pemeriksaan, yaitu:
- Apabila tujuan pemeriksaan adalah untuk mengidentifikasi konsekuensi yang
telah atau akan terjadi karena adanya kondisi yang berbeda dari kriteria
yang telah ditetapkan, akibat merupakan ukuran dari konsekuensi tersebut.
Pemeriksa sering menggunakan akibat dalam pengertian ini untuk
menekankan perlunya perbaikan.
Page 3 of 5

Apabila tujuan pemeriksaan adalah untuk memperkirakan seberapa luas


suatu program telah menimbulkan perubahan fisik, sosial, atau ekonomi,
maka akibat merupakan ukuran mengenai dampak yang telah dicapai oleh
program tersebut. Dalam hal ini, akibat adalah seberapa jauh perubahan
fisik, sosial, atau ekonomi dapat diidentifikasi dan dikaitkan dengan program
tersebut.
Akibat dalam suatu temuan harus dapat menunjukkan bahwa suatu tindakan

perbaikan harus dilakukan. Akibat dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif.


Selain itu, Akibat dapat terjadi di masa lampau, di masa kini, atau di masa yang
akan datang.
e. Paragraf 67, Seperti halnya akibat, sebab juga mempunyai dua arti, yang
tergantung pada tujuan pemeriksaan, yaitu:
- Apabila tujuan pemeriksaan adalah untuk menjelaskan mengapa terjadi
kinerja yang buruk (atau baik), maka alasan kinerja yang buruk ini disebut
dengan sebab. Dengan mengetahui sebab suatu masalah dapat membantu
pemeriksa membuat rekomendasi yang bersifat membangun, untuk
perbaikan. Oleh karena suatu masalah dapat merupakan akibat dari
sejumlah faktor tertentu, maka rekomendasi dapat lebih mengena jika
pemeriksa secara jelas dapat menunjukkan dan menjelaskan dengan bukti,
kaitan antara masalah dan faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai
-

penyebab.
Apabila tujuan pemeriksaan adalah untuk memperkirakan pengaruh program
terhadap perubahan fisik, sosial, atau ekonomi, maka pemeriksa harus
mencari bukti seberapa jauh program itu menjadi penyebab perubahan
tersebut.

Dengan mengetahui sebab suatu masalah secara jelas, auditor akan lebih
mudah membuat rekomendasi yang tepat untuk mengadakan perbaikan kinerja
entitas yang diaudit. Sehingga, rekomendasi dapat lebih tepat jika auditor dapat
dengan jelas menunjukkan bukti dan alasan tentang kaitan antara masalah yang
ada dengan faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab.
C. PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN TEMUAN AUDIT
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun temuan audit adalah sebagai
berikut:
1. Kenali fakta atau kondisi secermat mungkin;
2. Tetapkan criteria yang sesuai bagi entitas, mengingat criteria tersebut merupakan
parameter pengukuran kinerja entitas;
3. Tentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara kondisi dan criteria yang
akan menghasilkan temuan audit;
Page 4 of 5

4. Identifikasi dampak yang ditimbulkan oleh temuan audit tersebut;


5. Adakan suatu analisis hubungan antara penyebab, kondisi, dan akibat.
Dalam pengembangan dan penyusunan temuan audit, kuncinya adalah mengubah
kondisi yang berkaitan dan menempatkannya secara tepat dalam suatu lingkaran
sebab-akibat yang cukup tegas. Berikut beberapa hal dalam mengembangkan dan
menyusun temuan audit:
-

Menentukan penyebab dengan cara menelusuri beberapa langkah ke belakang;


Menentukan akibat dengan cara menelusuri beberapa langkah ke depan; dan
Pengorganisasian temuan audit secara tepat akan mempermudah pembuatan
rekomendasi yang efektif dan penyusunan laporan hasil audit. Penyajian temuan
audit dalam laporan hasil audit harus dapat menjawab tujuan audit.

Page 5 of 5

Anda mungkin juga menyukai