Anda di halaman 1dari 8

ChyntiaBlog

Annyeong haseyo
terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya
semoga bermanfaat dan menghibur :)

Minggu, 04 November 2012


Laporan Kasus IMPETIGO BULOSA

BAB I
PENDAHULUAN
Impetigo merupakan salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat menular, bakteri
yang menyebabkannya adalah streptococcus dan staphylococcus., paling banyak terdapat pada
daerah yang padat penduduk dan berhubungan erat dengan keadaan social ekonomi dan hygiene
yang buruk.1,2
Impetigo merupakan infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak , tetapi dapat juga
menyerang orang dewasa, umumnya mengenai anak-anak umur 2-5 tahun.1,2,3,4
Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo krustosa /kontangiosa/ tillbury (tanpa
gelembung adanya krusta/koreng) dan impetigo bulosa (dengan gelembung berisi cairan).1,2,3,5,6,7
Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan mulut, anggota
gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian.3
Diagnosis impetigo ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang khas.
Diagnosis banding adalah pemfigus, varicela,2,4
Pentalaksanaan dari impetigo ini dapat ini dapat dilakukan baik secara umum dan secara
khusus. Secara umum mencegah dan menghindari faktor predisposisi memperbaiki hygiene diri
dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Secara khusus dengan cara pemberian obat
topikal dan sistemik.1,2,3,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superfisial dan
menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-lupuh berisi cairan
kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Sinonim dari impetigo vesikobulosa, dan cacar monyet. 1,2,3,4,5

EPIDEMIOLOGI
Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai bayi dan anak-anak, sering terdapat
pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak pertahunnya. Mengenai kedua jenis
kelamin, laki-laki dan perempuan sama banyak,. 1,5
Lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim panas dengan debu,
hygiene yang jelek dan malnutrisi.1,5

ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh staphylococcus aureus. Group II strain 77 dan 55 yang
memproduksi toksin epidermolisis. 1,2,3,5

PATOGENESIS
Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak
langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus ini memproduksi toksin (exfoliatin)
menyebabkan kerusakan dibawah stratum korenum sehingga menimbulkan vesikel.1,3,5
Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi bula yang
sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative lebih tebal dari impetigo krustosa. Isinya
berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan
mengendap. 1,5,6,7,8

FAKTOR PREDISPOSISI

1.
2.
3.
4.

Hygiene yang kurang


Malnutrisi
Lingkungan yang kotor
Musim panas dengan banyak debu1,2,5

GAMBARAN KLINIS
Impetigo bulosa biasanya muncul pada bayi baru lahir, dan dikarakteristik dengan
pertumbuhan cepat dari vesikel ke bula yang tegang. Beberapa dekade yang baru impetigo yang
intersif (pemfigus neonatorum)/ ritter disease mengalami epidemic pada tempat-tempat
perawatan bayi lahir.
Bula biasa muncul pada kulit normal, tanda nikolsky (perpindahan dari epidermis
lembaran akibat tekanan) tidak dijumpai. Bula berisi cairan kuning yang menjadi kuning pekat
dan perbatasannya berbatas tegas tanpa adanya halo eritematosa.
Bula bersifat superfisial dan berlangsung dalam 1-2 hari bula, jika bula tersebut pecah
dan kolaps, kemudian membentuk lapisan yang tipis, krusta yang berwarna coklat muda dan
kuning keemasan yang tepinya masih menunjukkan adanya lepuh dan tengahnya menyembuh
sehingga tampak lesi sisner.
Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula sudah pecah sehingga
yang nampak hanya koleret yang dasarnya masih eritematos. Bula yang utuh mengandung
staphylococcus.
Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan mulut, anggota
gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian. 1,2,3,4,5,6,7,8

DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis yang khas berupa
bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang eritem disekitarnya. Pemeriksaan
penunjang yang dapat mendukung diagnosis impetigo bulosa adalah berupa pewarnaan gram,
pemeriksaan histopatologi, dan kultur cairan. 1,5

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu:

1.

Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa ditemukan adanya neutropil

2.

dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok


Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan sub korneum atau daerah
formasi pada lapisan sub korneum atau daerah stratum granulosum, terdapat sel akantolisis,
edema dari papila dermis dan infiltrat yang terdiri dari limfosit dan neutrofil disekitar pembuluh

3.

darah pada plexus superficial


Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau dikombinasi dengan
staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau kadang dapat berdiri sendiri.1,5,6,7

DIAGNOSIS BANDING
1. Impetigo Krustosa
2. Pemfigus
3. Varicela 2,3,5

PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan khusus. Untuk
pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep mupirocin atau krim, penghapusan
kerak, dan kebersihan yang baik adalah cukup untuk menyembuhkan yang paling ringan sampai
kasus moderat.
Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial. Frekuensi isolasi
kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti pendekatan resonable pada kebanyakan
pasien memiliki tingkat signifikan yang tinggi. Desinfektan umum atau bacitracin tidak berperan
dalam terapi ini.
Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi:
1. Umum
Menghindari dan mencegah faktor predisposisi
Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan

Meningkatkan daya tahan tubuh


2. Khusus
a.

Topikal
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya dibersihkan dengan betadine dan

dioleskan dengan salep antibiotic, seperti kloramfenikol 2 % atau eritromisin 3 %


b. Sistemik
Staphylococcus impetigo merespon cukup cepat untuk perawatan yang tepat. Dalam orang
dewasa dengan lesi luas atau bulous, diberikan dicloxacillin (atau penisilin serupa) 250-500 mg
per oral (PO) empat kali sehari, atau erithromycin (pada pasien alergi penisilin) 250-500 PO 4
x/hari.
Perawatan harus dilanjutkan selama 5 sampai 7 hari (10 hari jika streptococci terisolasi) juga.
Khusus single azitromisin oral (pada orang dewasa 500 mg pada hari pertama, 250 mg setiap hari
pada 4 hari berikutnya) telah terbukti menjadi sama seefektif dicloxacillin untuk infeksi kulit
pada orang dewasa dan anak-anak. Untuk impetigo yang disebabkan oleh erythromycin-resistant
Staphylococcus aureus, yang biasanya diisolasi dari lesi impetigo anak-anak, amoxicillin
ditambah clavucanis acid (25 mg / kg / hari) 3 x /hari.cephalexin (40-50 mg / kg / hari) cefaclor
(20 mg / kg / hari).1,2,3,4,5,6,7,8

PROGNOSIS
Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan
mendapat terapi yang tepat.2

LAPORAN KASUS
Telah datang seorang pasien perempuan bernama Sarinun, umur 83 tahun,

suku

minang, agama Islam, ke poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
(RSUPM) pada tanggal 23 September 2012 dengan keluhan utama gelembung-gelembung berisi

nanah yang tidak disertai gatal dan nyeri pada punggung sejak 3 hari yang lalu. Awalnya
gelembung berisi nanah yang tidak disertai gatal dan perih ini berukuran kecil, semakin lama
gelembung ini semakin membesar dan menyebar keseluruh punggung dan lengan kanan atas.
Karena gesekan gelembung ini pecah. Demam tidak dijumpai. Gelembung ini muncul sejak os
pulang dari rawat inap RSUPM karena sesak nafas dan stroke.. Karena gelembung ini semakin
banyak akhirnya keluarga os memutuskan untuk membawa os berobat ke Poliklinik Kulit &
Kelamin RSUPM.
Dari alloanamnesa riwayat penyakit keluarga, tidak ditemukan keluarga yang mengalami
penyakit yang sama seperti os, Riwayat pemakaian obat dijumpai obat darah tinggi yaitu
amlodipin.
Dari pemeriksaan dermatologis dijumpai ruam berupa pustula, bula hipopion,plak
eritema, krusta, koleret pada regio vertebralis, regio scapularis dextra et sinistra, regio infra
scapularis dextra et sinistra, regio lumbalis dextra et sinistra, dan regio brachialis dextra.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnosis banding dari penyakit ini
adalah impetigo bulosa, impetigo krustosa, pemfigus vulgaris, dan varicela.
Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah dengan menyarankan kepada
penderita untuk mengindari faktor predisposisi seperti: menjaga kebersihan pribadi, hindari
garukan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Secara khusus, pada pasien ini diberikan terapi
topikal yaitu bersihkan pustula dan bula dengan kompres NaCl 0,9 % kemudian diberikan salap
antibiotik mertus cream ( Mupirocin 2 % ). Secara sistemik dapat diberikan antibiotik yaitu
eritromisin 4 x 500 mg/hari, dan imunos 1 x /hari.
Prognosa pada pasien ini baik, apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi,
menjaga kebersihan diri dan mendapat terapi yang tepat.

DISKUSI
Diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Dimana dari anamnesa dijumpai berupa gelembung berisi nanah yang tidak
disertai rasa gatal dan nyeri di punggung dan lengan tangan atas sejak 3 hari ini. Awalnya

gelembung ini berukuran kecil kemudian semakin lama semakin membesar dan menyebar
keseluruh punggung dan lengan atas kanan. Karena gesekan gelembung ini pecah. Demam tidak
dijumpai. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa gejala klinis dari impetigo
bulosa adalah berupa eritema, vesikel, pustula, dan bula hipopion. Ruam ini dikelilingi bercak
eritem dan berbatas tegas.
Diagnosis banding pada kasus ini adalah impetigo bulosa, impetigo krustosa,dan
pemfigus. Hal ini sesuai dengan kepustakaan menyatakan bahwa diagnosis banding adalah
impetigo bulosa, impetigo krustosa, dan pemfigus.
Penatalaksanaan pada kasus ini secara umum adalah menghindari dan mencegah faktor
predisposisi, memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Penatalaksanaan secara khusus adalah diberikan NaCl 0,9 % , kompres pada pustula/bula
hipopion yang sudah pecah. Kemudian dioleskan antibiotic salep Mertus cream ( Mupirocin 2 %
). Kemudian diberikan obat sistemik yaitu eritomisin 4 x 500 mg/hari dan imunos 1 x/hari. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa penatalaksanaan untuk impetigo secara
umum adalah menghindari dan mencegah faktor predisposisi, memperbaiki hygiene diri dan
lingkungan, meningkatkan daya tahan tubuh dan secara khusus adalah secara topikal dapat
diberikan antibiotic salep seperti kloramfenikol 2 % atau eritromisin 3 %, secara sistemik dapat
diberikan jika timbul gejala konstitusi.
Prognosa dari pasien ini baik, apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan
mendapatkan terapi yang tepat.

FOTO PASIEN
Pada gambar tampak gambaran pustula dengan dasar eritematosa, bula hipopio, krusta, dan
koleret

Pada gambar tampak gambaran pustula dengan dasar eritematosa, bula hipopion, krusta, dan
koleret

Pada gambar tampak gambaran pustula dengan dasar eritematosa, bula hipopio, krusta, dan
koleret

Daftar Pustaka
1. Harahap, M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok-ilmu penyakit kulit. Jakarta.
Hipokrates. Hal 46-49
2. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin, edisi kedua. Fakultas Kedokteran Airlangga. Hal 27-29
3. Djuanda, A Hamzah M. 2007. Pioderma, in Djuanda A, hamzah M, in Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 57-59
4. Siregar Dr. Atlas berwarna saripati Penyakit Kulit, Edisi kedua, Penerbit EGC. Hal 47-50
5. Riesthy R, Diana. Kusharjuni, Budiastuti. Impetigo Bulosa. EGC. Hal 91-93
6. Craft N, et all. Superficial Cutaneus Infection And Pyodermas in Craft, et all (eds) FitzPatricks
Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7 Vol 1 & 2. USA. Mc Graw Hill Companies, 16941698.
7. W. Sterry, R. Paus, Pyoderma in Thieme clinical companious, hal 75-76
8. Jhon SC english, pyoderma in general dermatology, chapter 9, bacterial infection.

Anda mungkin juga menyukai