Pengkondisi Sinyal Analog
Pengkondisi Sinyal Analog
2.1
PENDAHULUAN
Linierisasi
Linierisasi bisa dihasilkan oleh sebuah amplifier yang gainnya sebuah
fungsi level tegangan untuk melinierkan semua variasi tegangan input ke tegangan
output. Sebuah contoh sering terjadi pada sebuah transduser dimana outputnya
adalah eksponensial berkenaan dengan variabel dinamik. Pada Gambar 2.1 dapat
dilihat sebuah contoh yang dimaksud dimana tegangan transduser diasumsikan
eksponensial terhadap intensitas cahaya I. Bisa dituliskan sebagai
VI = V0e-t+
Dimana
VI
V0
(2-1)
= intensitas cahaya
(2-2)
(2-3)
Gambar 2.1 Contoh sebuah output transduser nonlinier. Disini, intensitas cahaya diasumsikan
untuk menghasilkan tegangan output.
Gambar 2.2 Pengkondisi sinyal yang bagus menghasilkan tegangan output yang berubah secara
linier terhadap intensitas cahaya.
2.2.3
Konversi
Sering kali, pengkondisi sinyal digunakan untuk mengkonversi suatu tipe
variasi elektrik kepada tipe lainnya. Sehingga, satu kelas besar dari transdusertransduser menyediakan perubahan tahanan dengan perubahan dalam variabe
dinamik. Dalam kasus ini, adalah perlu dibuat sebuah rangkaian untuk
mengkonversi perubahan tahanan ini baik kedalam sinyal tegangan maupun arus.
Secara umum ini dipenuhi oleh jembatan-jembatan bila perubahan sebagian
tahanan adalah kecil dan/atau dengan amplifier-amplifier yang gainnya berubah
terhadap tahanan.
2.2.4
Rangkaian Jembatan
Rangkaian jembatan adalah rangkaian pasif yang digunakan untuk
mengukur impedansi dengan teknik penyesuaian potensial. Dalam rangkaian ini,
seperangkat impedansi yang telah diketahui secara akurat diatur nilaianya dalam
hubungannya terhadap satu yang belum diketahui sampai suatu kondisi yang ada
dimana perbedaan potensial antara dua titik dalam rangkaian adalah nol, yaitu
setimbang. Kondisi ini menetapkan sebuah persamaan yang digunakan untuk
menemukan impedansi yang tidak diketahui berkenaan dengan nilai-nilai yang
diketahui.
JEMBATAN WHEATSTONE
Rangkaian jembatan yang paling sederhana dan paling umum adalah
jembatan d-c Wheatstone seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3. Rangkaian ini
digunakan dalam aplikasi pengkondisi sinyal dimana transduser mengubah
(2-4)
VR3
R1 R3
(2-5)
Dengan cara yang sama Vb adalah tegangan yang terbagi diberikan oleh
Vb
VR4
R2 R4
Dimana
V
= tegangan sumber jembatan
R1,R2,R3,R4 = resistor-resistor jembatan seperti diberikan oleh Gambar 2.3.
(2-6)
Jika sekarang kita kombinasikan Persamaan (2-4), (2-5), (2-6), beda tegangan atau
offset tegangan, dapat ditulis
V
VR3
VR4
R1 R3 R2 R4
(2-7)
R2 R3 R1R4
( R1 R3 ).( R2 R4 )
(2-8)
(2-9)
Rangkaian Potensiometer
Pengukuran tegangan dalam kontrol proses sering kali harus dibuat pada
impedansi sangat tinggi dan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Banyak rangkaian
modern yang menggunakan divais aktif telah dikembangkan pada akhir-akhir ini
untuk melakukan pengukuran-pengukuran seperti ini. Selama bertahu-tahun
metode yang dapat diandalkan untuk pengukuran-pengukuran seperti ini, yang
akurat dan impedansi tinggi, hanya potensiometer. Pada dasarnya, rangkaian ini
adalah sebuah pembagi tegangan yang mengukur tegangan yang tidak diketahui
dengan mengatur yang telah diketahui, yaitu tegangan yang terbagi sampai
sesuai/cocok dengan yang diketahui. Teknik ini dapat difahami dari satu
pemeriksaan Gambar 2.10. Pembagi tegangan dikonstruksi oleh R1, R2 dan R
secara seri yang dihubungkan ke tegangan sumber kerja., Vw. R2 adalah resistor
presisi dan tertentu, sedangkan R1 adalah resistor yang presisi dan variabel linier.
Resistor kalibrasi R adalah variabel (yang nilai sebenarnya belum pernah
digunakan dalam perhitungan apa pun), dan Vw adalah sumber yang mempunyai
tegangan yang memamadai (seperti yang akan ditetapkan nanti) dan stabil. Supply
VREF adalah sebuah standar kalibrasi yang mempunyai tegangan yang telah
diketahui secara akurat. Unit D1 dan D2 keduanya adalah detektor setimbang dan
bisa berupa galvanometer ataupun detektor tegangan impedansi tinggi. Vx adalah
tegangan yang tidak diketahui yang akan diukur.
R1Va
R1 R2
(2-23)
Vb
CONTOH 2.9
Sebuah rangkaian potensiometer mempunyai R1 = 1 k dengan pembagian 1000,
R2 = 2500 , dan sebuah acuan VREF = 1,00329 V dengan kondisi setimbang
untuk = 225 pembagian. Cari tegangn yang tidak diketahui.
PENYELESAIAN
Dari Gambar 2.10 kita cari Vb, dimana kalibrasi mengeset Va = 1,00329, hingga
R1Va
R1 R2
(1000)(1,00329)
0,28665volt
Vb =
1000 2500
Vb =
(2-23)
225
(0,28665) 0,0645volt
1000
CONTOH 2.10
Rancanglah sebuah potensiometer yang akan mengukur 0-100 mV dengan resistor
variabel 1 k pembagian 1000. Gunakan sebuah batre kerja 6 volt dan sebuah sel
acuan 1,35629 volt.
PENYELESAIAN
Sasaran pertama kita adalah menentukan nilai R2 yang akan memberikan Vb = 100
mV. Ini bisa dicari dari Persamaan (2-23)
0,1 volt =
(1,35629)(1k)
R2 1k
1,35629
1k 12,563k
0,1mA
ID
ID
VREF
R1 R2
OPERASIONAL AMPLIFIER
Seperti dibahas dalam bagian 2.2, ada banyak macam syarat untuk
pengkondisi sinyal dalam kontrol proses. Dalam bagian 2.3 dianggap dua hal
umum, rangkaian pasif yang dapat memberikan operasi sinyal yang diperlukan,
jembatan dan potensiometer. Detektor yang digunakan dalam rangkaian jembatan
dan potensiometer yang digunakan dalam sistem kontrol proses terdiri dari tabung
dan rangkaian transistor. Dalam kasus lain dimana transformasi impedansi,
amplifikasi, dan operasi lain yang diperlukan, rangkaian dirancang bergantung
pada komponen elektronik diskrit. Dengan kemajuan yang luar biasa dalam
bidang elektronik dan integrated circuit (IC), syarat untuk mengimplementasikan
desain dari komponen-komponen diskrit telah memberikan cara menuju metode
yang lebih mudah dan lebih handal untuk pengkondisi sinyal. Banyak rangkaian
khusus dan amplifier untuk tujuan umum sekarang berada dalam paket
Intergrated Circuit (IC) menghasilkan solusi yang cepat untuk masalah-masalah
pengkondisi sinyal bersama dengan ukuran kecil, konsumsi daya rendah, dan
harganya murah.
Secara umum, aplikasi dari IC memerlukan pengetahuan tentang jalur
yang tersedia dari peralatan yang demikian, spesifikasi dan batasannya, sebelum
dapat diaplikasikan untuk masalah khusus. Terpisah dari IC-IC yang dikhususkan
ada juga tipe dari amplifier yang mendapatkan aplikasi yang luas seperti blok
pembentuk dari aplikasi pengkondisi sinyal. Peralatan ini, disebut operasi
amplifier (op amp), telah ada selama bertahun-tahun, awalnya dibuat dari tabung,
kemudian transistor diskrit, dan sekarang integrated circuit. Meski banyak jalur
dari op amp dengan bermacam spesifikasi khusus ada dari beberapa pabrik,
semuanya memiliki karakteristik umum dalam operasi yang dapat dipakai dalam
rancangan dasar berkaitan dengan op amp umum.
2.4.1
Karakteristik Op Amp
Untuk menjelaskan respon dari op amp ideal, kita menamai V1 tegangan pada
input (+), V2 tegangan pada terminal input (-), dan V0 tegangan output. Idealnya,
jika V1-V2 adalah positif (V1>V2), maka V0 saturasi positif. Jika V1-V2 adalah
negatif (V2>V1), maka V0 saturasi negatif seperti ditunjukkan dalam Gambar
2.11b. Input (-) disebut input inverting. Jika tegangan dalam input ini adalah lebih
positif dibandingkan pada input (+), output saturasi negatif. Amplifier ideal ini
mempunyai gain tak terbatas karena perbedaan yang sangat kecil antara V1 dan
V2 hasilnya adalah output saturasi.
Karakteristik lain dari op amp adalah (1) impedansi tak terhingga antar
input-inputnya dan (2) impedansi output zero. Pada dasarnya, op amp adalah
peralatan yang mempunyai hanya dua keadaan output, +Vsat dan Vsat. Dalam
praakteknya, peralatan ini selalu digunakan dengan umpanbalik dari output ke
input. Umpanbalik seperti ini menghasilkan implementasi dari berbagai hubungan
khusus antara tegangan input dan output.
Vo
VSAT+
V1 - V2
VSAT(a)
(b)
Gambar 2.11 Op amp. (a) Simbol. (b) Karakteristik ideal dari sebuah op amp
(2-24)
0
R1
R2
(2-25)
R2
Vin
R1
(2-26)
Jadi, rangkaian pada Gambar 2.12 adalah amplifier inverting dengan gain R2/R1
yang digeser 1800 dalam fase (terbalik) dari input. Alat ini juga merupakan
attenuator dengan menjadikan R2 < R1.
Dalam aplikasi modern efek nonideal ini dapat diabaikan dalam desian
rangkaian op amp. Contohnya, anggap rangkaian dari Gambar 2.13b dimana
impedansi berhingga dan gain dari op amp adalah sudah termasuk. Kita dapat
menggunakan analisis rangkaian standar umtuk menemukan hubungan antara
tegangan input dan output untuk rangkaian ini. Penjumlahan arus pada titik
penjumlan diberikan
I1 + I 2 + I s = 0
Kemudian, masing-masing arus dapat diidentifikasi dalam kaitannya dengan
parameter-parameter rangkaian untuk memberikan
Vin Vs Vo Vs Vs
0
R1
R2
Zin
R2 1
Vin
R1 1
(2-27)
Zo
R2
R2 R2
R1 Zin
Zo
A
R2
(2-28)
Jika kita anggap bahwa sangat kecil bila dibandingkan dengan kesatuan, maka
Persamaan (2-27) terduksi ke keadaan ideal yang diberikan oleh Persamaan (226). Tentu, jika nilai khusus untuk IC op amp dipilih untuk satu keadaan dimana
R2/R1 = 100, kita dapat tunjukkan bahwa <<1. Contohnya, biasnya, IC op amp
untuk kegunaan umum menunjukkan
A = 200.000
Z0 = 75
Zin = 2 M
Jika digunakan tahanan umpan balik R2 100k dan mensubstitusikan nilai
diatas kedalam Persamaan (2-28), didapatkan = 0,0005 yang menunjukkan
bahwa gain untuk persamaan (2-27) berbeda dari yang ideal dengan hanya 0,05%.
Tentu saja, cara ini hanya satu contoh dari banyak rangkaian op amp yang
digunakan, tetapi sebetulnya dalam semua kasus analisis yang sama menunjukkan
bahwa karakteristik ideal dapat diasumsikan.
2.4.2
Spesifikasi-Spesifikasi Op Amp
frekuensi. Plot seperti ini sangat penting untuk rancangan rangkaian yang
berhubungan dengan sinyal a-c. Adalah diluar jangkauan dari tulisan ini
untuk menjelaskan detail dari desain seperti ini yang memakai bode plot.
Malahan, kita catat bahwa tingkah laku frekuensi besar dapat dilihat
dengan penentuan frekuensi dimana gain open loop dari op amp menjadi
satuan, sehingga menetapkan bandwith frekuensi gain satuan.
2.5
Setelah op amp menjadi terkenal pada kerja individu dalam kontrol proses
dan teknologi instrumentasi, banyak macam rangkaian dikembangkan dengan
aplikasi langsung dalam bidang ini. Secara umum, lebih mudah untuk
mengembangkan sebuah rangkaian untuk pelayanan khusus menggunakan op amp
dibandingkan komponen-komponen diskrit; dengan pengembangan biaya rendah,
IC op amp, juga adalah suatu desain yang praktis. Mungkin salah satu kerugian
besar adalah diperlukannya sumber daya bipolar untuk op amp. Bagian ini
menghadirkan sejumlah rangkaian khusus dan karakteristik dasarnya bersama
dengan trurunan dari respons rangkaian dengan asumsi op amp ideal.
2.5.1
Pada Gambar 2.14 kita lihat sebuah rangkaian op amp yang mempunyai
gain satuan dan impedansi input sangat tinggi. Pada dasarnya impedansi input ini
adalah impedansi input dari op amp itu sendiri yang dapt lebih besar dari 100 M.
Output tegangan mengikuti input lebih dari range yang ditentukan dengan output
tegangan saturasi plus dan minus. Output arus dibatasi sampai arus hubung
singkat dari op amp, dan impedansi output khususnya kurang dari 100 . Dalam
banyak hal sebuah pabrik akan memasarkan sebuah pengikut tegangan op amp
yang umpan baliknya disediakan secara internal. Unit seperti ini biasanya secara
khusus didisain untuk impedansi input yang sangat tinggi. Pengikut tegangan
gain satuan pada dasarnya adalah sebuah transformer impedansi dalam indera
pengkonversi sebuah tegangan pada impedansi tinggi ke tegangan yang sama pada
impedansi rendah.
Gambar 2.14 Sebuah pengikut tegangan op amp. Rangkaian ini mempunyai impedansi input yang
sangat tinggi; sekitar 106-1011 , tergantung pada op amp tersebut. Rangkaian ini berguna sebagai
sebuah transformer impedansi.
2.5.2
R
V1 2 V2
R3
R1
Vout = -
(2-29)
Penjumlahan dapat diberi skala dengan pemilihan tahanan yang tepat. Contohnya,
jika kita membuat R1 = R2 = R3, maka outputnya adalah hanya jumlah (terbalik)
dari V1 dan V2. Rata-rata dapat dicari dengan menjadikan R1 = R3 dan R2 = R1/2.
2.5.3
Dimana
I1 = arus melalui R1
I2 = arus melalui R2
Tapi arus-arus ini dapat dicari dari hukum Ohm sedemikian sehingga persamaan
ini menjadi
R
Vout = 1 2 Vin
R1
(2-30)
CONTOH 2.11
Rancangkah sebuah amplifier impedansi tinggi dengan gain tegangan 42.
PENYELASAIAN
Kita gunakan rangkaian noninverting Gambar 2.16 dengan resistor dipilih dari
R
Vout = 1 2 Vin
R1
R
42 = 1 2
R1
(2-30)
R2 = 41R1
sehingga kita dapt memilih R1 = 1 k, yang memrlukan R2 = 41 k.
2.5.4
Amplifier Selisih
R2
V2 V1
R1
(2-31)
Rangkaian ini mempunyai gain atau atenuasi variabel yang diberikan oleh
rasio R2 dan R1 dan merespons diferensial dalam input tegangan sebagaimana
diperlukan. Adalah sangat penting bahwa resistor dalam Gambar 2.17a yang
diindikasikan mempunyai nilai yang sama secara hati-hati disesuaikan dengan
tolakan yang pasti (assure rejetion) dari tegangan bersama ke kedua input.
Kerugian yang signifikan dari rangkaian ini adalah bahwa impedansi input pada
masing-masing terminal input adalah tidak besar, menjadi R1 + R2 pada input V2
dan R1 pada input V1. Untuk memakai rangkaian ini saat diinginkan amplifikasi
diferensial impedansi input yang tinggi, pengikut tegangan bisa dipakai sebelum
masing-masing input seperti diperlihatkan pada Gambar 2.17b. Rangkaian ini
memberikan gain yang sebaguna, amplifier diferensial impedansi input yang
tinggi untuk penggunaan dalam sistem-sistem instrumentasi.
Gambar 2.17 Amplifier diferensial. (a) Amplifier Diferensial (b) Amplifier Instrumentasi.
2.5.5
R2
Vin
R1R2
(2-32)
(2-33)
rangkaian dapat mengirimkan arus ke salah satu arah, sebagimana diperlukan oleh
sebuah aplikasi khusus.
Tahanan beban maksimum dan arus maksimum adalah berhubungan dan
ditentukan oleh kondisi bahwa output amplifier adalah saturasi dalam tegangan.
Analisis rangkaian ini menunjukkan bahwa saat tegangan output op amp
mencapai saturasi tahanan beban maksimum dan arus maksimum dihubungkan
oleh
RML
VSAT
R3
IM
R4 R5
RML
VSAT
IM
(2-34)
R3 R4 R5
= tahanan beban maksimum
= tegangan saturasi op amp
= arus maksimum
2.5.6
Pada ujung penerima dari sistem trasnsmisi sinyal kontrol proses kita sering perlu
untuk mengubah arus kembali ke tegangan. Ini paling mudah dilakukan dengan
rangkaian yang diperlihatkan pada Gambar 2.19. Rangkaian ini menyediakan
suatu tegangan output yang diberikan oleh
Vout = IR
(2-35)
2.5.7
Gambar 2.20 Rangkaian sample and hold. Tutup S1 untuk mengambil sampel dan buka untuk
menahan sampel. Tutup S2 untuk me-reset.
2.5.8
Integrator
(2-36)
1
Vin dt
RC
(2-37)
yang ini menunjukkan bahwa tegangan output berubah-ubah sebagai integral dari
tegangan input dengan faktor skala 1/RC. Rangkaian ini digunakan dalam banyak
kasus dimana dinginkan integrasi dari output transduser.
Fungsi-fungsi lain juga dapat diimplementasikan, seperti sebuah tegangan
ramp linier. Jika tegangan input adalah konstan, Vin = K, maka peersamaan (2-37)
menjadi
Vout
K
t
RC
(2-38)
yang merupakan ramp linier, kemiringan negatif K/RC. Bebrapa mekanisme reset
melalui pengosongan kapasitor harus diberikan karena jika tidak Vout akat naik
sampai nilai saturasi output dan tetap pada keadaan itu.
Gambar 2.21 Rangkaian integrator. Sebuah saklar ditempatkan melewati kapasitor untuk merset
integrator.
CONTOH 2.12
Gunakan sebuah integrator untuk menghasilkan tegangan ramp linier yang naik 10
volt per ms seperti pada Gambar 2.21.
PENYELESAIAN
Rangkaian integrator menghasilkan ramp
Vout
Vin
t
RC
(2-38)
saat tegangan input adalah konstan. Jika kita buat RC = 1 ms dan Vin = -10 V,
maka kita mempunyai
Vout = (10 10+3)t
yang merupakan ramp yang naik 10 volt/ms. Pemilihan R = 1 k dan C = 1 F
akan memberikan hasil RC yang diperlukan.
2.5.9
Linierisasi
Dimana
Vin
= tegangan input
R
= tahanan input
F(Vout) = perubahan nonlinier arus dengan tegangan
(2-39)
F(Vout)
Gambar 2.22 Amplifier nonlinier dibuat dengan menempatkan elemen nonlinier dalam umpan
balik dari op amp.
Vout G
(2-40)
Dimana
Vout
=
Vin
G
=
R
tegangan output
fungsi nonlinier tegangan input, sebenarnya fungsi invers
dari F(Vout).
Jadi, sebagai sebuah contoh, jika sebuah dioda diletakkan dalam umpan balik
seperti diperlihatkan pada Gambar 2.23, maka fungsi F(Vout) adalah eksponensial
F(Vout) = Fo exp (Vout)
(2-41)
Dimana
F0 = konstanta amplitudo
= konstanta eksponensial
Invers dari fungsi ini adalah logaritma dan Persamaan (2-40) demikian menjadi
Vout
1
1
nVin n FoR
(2-42)
Gambar 2.23 Saat sebuah dioda ditempatkan di kaki umpan balik sebuah op amp, sebuah amplifier
nonlinier dibentuk yang outputnya adalah proporsional ke logaritma natural dari input.
1
Vin
R3
(2-32)
1V
10
10mA
(2-32)
Jika sekarang kita buat R5 = 0, yang dibolehkan, maka R4 = 100 juga. Resistor
muatan maksimum sekarang dicari dari Persamaan (2-34)
RML
100
1000 100
200
(2-34)
yang memberikan
RML = 450
2.6
ELKTRONIKA INDUSTRI
Pengkondisi sinyal yang telah didiskusikan hingga kini dalam bab ini sebagian
besar mengacu kepada modifikasi sinyal pengukuran. Sering juga perlu
menggunakan tipe pengkondisi sinyal pada output kontroler untuk mengaktifkan
elemen kontrol akhir. Contoh, output kontroler 4 sampai 20 mA muingkin
diperlukan untuk mengatur input panas menjadi lebih besar, kerja berat oven
untuk membakar kue kering. Panas seperti ini bisa disediakan oleh pemanas listrik
2-kW. Jelaslah, bebrapa jenis pengkondisi diperlukan untuk memberikan sistem
tenaga tinggi dikendalikan oleh sinyal arus tenaga rendah. Pada sisi ini, kita
menyajikan dua divais yang secara umum digunakan dalam kontrol proses untuk
memberikan suatu mekanisme yang dengannya koversi energi seperti itu dapat
terjadi. Maksud di sini bukan untuk memberi anda semua informasi yang
diperlukan untuk membuat rangkaian praktis untuk menggunakan divais ini, tapi
untuk menjadikan anda akrab dengannya dan spesifikasinya.
2.6.1
SCR telah menjadi bagian yang sangat penting dari pengkondisi sinyal dan
kontrol listrik daya tinggi. Dalam beberapa hal, ini merupakan penggantian
keadaan yang tetap untuk rele, walaupun terdapat beberapa masalah jika analogi
tersebut diambil terlalu jauh. Dioda standar, dalam pengertian yang ideal, adalah
divais yang akan menghantarkan arus hanya dalam satu arah. SCR, juga dalam
pengertian ideal, adalah sejenis dioda yang yang tidak menghantarkan arus dalam
salah satu arah sampai SCR tersebut nyala atau "tersulut". Pada Gambar 2.24 kita
akan melihat simbol skematik dari SCR. Perhatikan kesamaannya dengan dioda
tetapi dengan tambahan terminal, yang disebut gerbang/gate. Jika SCR didibias
maju, yaitu, tegangan positif pada anoda berkenaan dengan katoda, SCR tidak
akan menghantarkan arus. Sekarang anggap suatu tegangan ditempatkan pada
gerbang berkenaan dengan katoda. Akan ada nilai positif dari tegangan ini
tegangan pemicuyang mana SCR akan mulai menghantarkan arus dan berjalan
seperti dioda normal. Walaupun tegangan gerbang dilepas, SCR akan terus
menghantarkan arus seperti dioda; artinya, sekali dinyalakan SCR akan terus
nyala tanpa memperhatikan gerbang. Cara untuk mematikan kembali SCR
hanyalah kondisi bias maju dihentikan. Ini artinya tegangan harus turun dibawah
jatuh tegangan maju dari SCR sehingga arus jatuh di bawah nilai minimum, yang
disebut arus penahan atau holding current, atau polaritas dari anoda ke katoda
harus benar-benar membalik. Fakta bahwa SCR tidak dapat dengan mudah
dimatikan membatasi penggunaannya dalam aplikasi-aplikasi dc sampai pada
kasus-kasus ketika dapat disediakan beberapa metoda pengurangan arus maju
sampai dibawah nilai holding. Dalam rangkaian-rangkaian ac, SCR akan secara
otomatis mati setiap setengah siklus saat tegangan ac diterapkan pada polaritas
kebalikan SCR.
1.
2.
3.
4.
5.
OPERASI AC
Gambar 2.25
mengilustrasikan operasi
sebuah SCR dalam variasi
tegangan dc rms dalam operasi
setengah gelombang. Tegangan
pemicu dibangkitkan oleh
beberapa rangkaian yang
menghasilkan pulsa pada fase
yang dipilih tertentu dari sinyal
ac yang diterapkan. Jadi, SCR
menyala pada mode berulang
sebagaimana ditunjukkan. SCR
kembali mati, tentu, pada
setiap setengah gelombang saat polaritas membalik. Pehatikan bahwa dengan
perubahan bagian setengah gelombang positif saat pemicu diterapkan, nilai
efektif (rms) dari tegangan yang diterapkan pada beban dapat dinaikkan. Tentu,
dengan rangkaian ini tegangan dc rms maksimum yang mungkin adalah yang
dihasilkan oleh penyearah setengah gelombang. Jika diperlukan daya yang lebih,
SCR dapat digunakan dalam tipe rangkaian jembatan setengah gelombang.
Gambar 2.26 menunjukkan tipe rangkaian ini dan grafik tegangan versus waktu
yang dihasilkan. Tegangan pemicu sekarang harus dibangkitkan pada setiap
setengah siklus dan diterapkan pada terminal pemicu (gerbang) SCR yang sesuai.
Dalam aplikasi kontrol proses, sinyal keluaran kontroler digunakan untuk
mengaktifkan sebuah rangkaian yang berubah pada waktu pulsa-pulsa diterapkan
pada gerbang dan sehingga mengubah daya yang diterapkan pada beban.
Perhatikan bahwa tegangan yang diterapkan pada beban adalah dc berdenyut.
Konfigurasi ini tidak dapat digunakan dengan sebuah beban yang diperlukan
tegangan ac untuk operasi.
Gambar 2.26 Rangkaian SCR gelombang penuh. Tegangan dc efektif rms ysng diterspksn pada
beban naik karena digunakan kedua siklus ac.
2.6.2
TRIAC
Perluasan dari SCR yang didiskusikan pada bagian sebelumnya adalah divais
yang dapat dipicu untuk menghantar dalam salah satu arah. TRIAC dapt dianggap
sebagai dua SCR yang dihubungkan dalam paralel dan diputarbalikkan tetapi
dengan gerbang-gerbang yang terhubung. Pemicu positif akan menyebabkannya
menghantar dalam satu arah, dan pemicu negatif akan menyebabkannya
menghantar dalam arah lain. Dengan demikian TRIAC dapat digunakan dalam
aplikasi ac murni. Gambar 2.27 menunjukkan simbol TRIAC dan sebuah
rangkaian untuk aplikasi khusus. Perhatikan bahwa tegangan melalui beban masih
berupa ac. Nilai rms ac efektif dari tegangan yang diterapkan dapat diubah dengan
perubahan waktu dalam fase siklus saat gerbang TRIAC diberi pulsa. Tegangan
pemicu yang dibangkitkan harus bipolar, satu pulsa dalam satu polaritas dan
berikutnya dari polaritas sebaliknya.
Spesifikasi dari TRIAC sama dengan spesifikasi SCR; arus rms
maksimum, tegangan mundur pucak, tegangan pemicu, dan arus pemicu.
Gambar 2.27 TRIAC dapat menghantar dalam dua arahsehingga tegangan beban tetap ac, tetapi
nilai rms ditentukan dengan waktu saat tegangan pemicu ditrepkan
RINGKASAN
Pengkondisi sinyal yang didiskusikan dalam bab ini berhubungan dengan teknik
standar yang dipakai untuk menghasilkan kompatibilitas sinyal dan pengukuran
dalam sistem analog. Pembaca telah dikenalkan kepada konsep-konsep dasar yang
membentuk dasar-dasar dari pengkondisi analog seperti itu.
Untuk menyajikan gambaran lengkap pengkondisi sinyal analog, poinpoin bertikut ini patut dipertimbangkan:
1. Keperluan untuk pengkondisi sinyal analog ditinjau dan ditetapkan
menjadi syarat-syarat dari pengubahan level sinyal, linierisasi, konversi
sinyal, dan penyaringan dan penyesuaian impedansi.
2. Rangkaian-rankaian jembatan adalah contoh umum proses konversi
dimana perubahan resistansi diukur baik menurut sinyal arus maupun
tegangan.
3. Rangkaian potensiometer merupakan standar pengukuran tegangan
impedansi tinggi yang akurat selama bertahun-tahun.
4. Operational amplifier (op amp) adalah sebuah pengkondisi sinyal yang
sangat istimewa yang membentuk blok sekitarnya dimana bebrapa
rangkaian dengan fungsi khusus dapat dikembangkan. Divais ini
diperagakan pada aplikasi-aplikasi yang melibatkan amplifier, konverter,
rangkaian linierisasi, integrator, dan bebrapa fungsi lainnya.