marah.
? Bahasanya yang khas serta mempunyai ciri tertentu seperti bahasanya mirip dengan bahasa
resmi di Malaysia, sebab Malaysia itu Juga berada di Pulau Kalimantan makanya banyak
keturunan orang melayu yang berada di Malaysia. Ataupun banyak orang melayu yang
berketurunan Malaysia.
? Warna kulitnya tidak hitam juga tidak putih tergantung dari keturunannya masing-masing.
Suku Tiong Hoa
Suku Tiong Hoa sebenarnya bukan suku asli yang berada di Indonesia, tapi merupakan suku
keturunan. Suku Tiong Hoa ini kebanyakan berada di Pulau Kalimantan, ciri-ciri yang sangat
menonjol dari suku Tiong Hoa ini ialah :
? Seperti yang kita ketahui kalau orang Tiong Hoa itu kulitnya berwarna putih, tapi ada juga
orang Tiong Hoa yang kulitnya tidak berwarna putih, itu karena pengaruh lingkungan
ataupun factor keturunan seperti ayah Madura dan ibu Tiong Hoa, makanya tidak sedikit
orang Tiong Hoa yang berkulit selain putih.
? Dalam bekerja orang Tiong Hoa itu sangat rajin dan terampil.
? Mempunyai bahasa yang sangat berbeda sekali dengan bahasa suku-suku yang ada di
Indonesia sebab bahasanya ini ialah bahasa yang digunakan orang Tiong Hoa, dinegara
asalnya.
? Ciri-ciri lainnya ialah matanya agak sipit, tapi ada juga yang matanya tidak sipit tergantung
dari factor keturunan.
? Rata-rata orang cina itu kebanyakan mata pencahariannya berdagang, karena berdasarkan
cerita dahulu ada seorang pedagang Cina yang datang ke Indonesia lama-lama ia menetap di
Indonesia, maka dari itu orang Tiong Hoa kebanyakan Pedagang.
Suku Jawa
Suku Jawa ialah suku yang sangat cepat persebarannya di Indonesia, sebab kita lihat dimanamana banyak sekali orang Jawa. Dan orang Jawa ini banyak berasal dari Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Yogyakarta. Ciri-ciri yang dapat dilihat dari suku Jawa ini ialah :
? Cara berbicaranya yang khas dan terkadang dalam pembicaraan sehari-hari bahasanya ini
nampak sekali dan sangat jelas didengar. Bahasanya juga ada yang kasar dan ada yang halus.
? Tingkah laku dari orang Jawa ini sopan dan patut ditiru, tapi ada juga orang jawa yang
tingkah lakunya macam-macam maksudnya tidak sopan.
? Kulitnya tidak terlalu putih dan tidak terlalu hitam tapi sedang-sedang saja.
Di Jawa juga ada upacara-upacara system religi seperti gambar di atas, gambar di atas ialah
upacara sekaten.
Suku Asmat
Suku Asmat di Indonesia sangat sedikit sekali, karena asal suku asmat ini banyak berada jauh
di Pulau Irian Jaya oleh karena itu persebarannya pun sedikit. Ciri-ciri dari suku Asmat ini
ialah :
? Seperti yang kita lihat di televisi kebanyakan suku Asmat ini berkulit hitam dan kebanyakan
berambut keriting.
? Bila berbicara mereka masih menggunakan bahasa daerahnya sendiri.
? Mereka juga suka membuat patung-patung, karena masih menganut paham animisme.
Suku Dayak
Suku Dayak ini banyak berasal dari Pulau Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Ciri-ciri
dari orang Dayak ini ialah :
? Cara berbicaranya yang sangat khas sekali, dan terkadang cara berbicaranya itu sedikit
kasar yang membuat orang bisa marah dan jengkel. Tapi walaupun cara berbicaranya kasar
sebenarnya hatinya itu baik.
? Kebanyakan orang dayak berkulit putih tapi tidak semua orang dayak berkulit putih.
Suku Batak
Suku Batak banyak berasal dari Sumatra utara. Ciri-ciri dari orang Batak ini ialah :
? Bila dia berbicara dengan orang lain sedikit kasar, tapi kadang membuat orang tertawa.
? Sifatnya yang cepat marah dan mau menang sendiri.
Suku Sunda
Suku sunda banyak berasal dari Jawa Barat. Ciri-ciri yang menonjol dari suku Sunda ini ialah
:
? Bahasanya yang cukup menarik karena setiap dia berbicara selalu diikuti kata teh.
? Mempunyai budi pekerti yang baik.
? Mempunyai wajah yang tampan dan rupawan tapi ada juga yang wajahnya biasa-biasa saja.
Suku Betawi
Suku Betawi ini biasanya banyak berada di Jakarta. Ciri-ciri yang menonjol dari suku Betawi
ini ialah :
? Bahasanya yang unik.
? Adat istidatnya yang sopan tapi ada juga yang tidak sopan.
Suku Bali
Banyak sekali ciri-ciri yang menarik dari suku Bali ini tetapi bila kita pergi ke Pulau Bali
pasti kita terpesona akan alamnya yang sangat indah dan kita juga akan menemukan ciri-ciri
orang Bali seperti :
? Orang Bali kebanyakan beragama Hindu.
? Cara berbicaranya pun sangat halus dan khas, tapi ada juga yang bahasanya susah
dimengerti karena menggunakan bahasa asli Bali.
? Mempunyai adat istiadat yang baik.
? Mempunyai kebudayaan tinggi yang unik dan kaya dengan berbagai ekspresinya.
Contohnya seperti tarian Bali.
? Keunikan Bali juga terlihat dari system social masyarakatnya. Salah satunya adalah
kesatuan social yang disebut Banjar. Banjar merupakan bentuk kesatuan-kesatuan social yang
didasarkan atas kesatuan wilayah.
Gambar ini saya ambil dari sebuah buku pelajaran, disitu menyebutkan bahwa Bali adalah
sebagai salah satu surga dunia yang memikat jutaan orang. Baik dari dalam maupun dari luar
negeri mengunjungi Pulau ini.
Tarian
Tari Seudati
Tari Laweut
Tari Pho
Bahasa
Bahasa Aceh termasuk dalam kelompok bahasa Chamic, cabang dari rumpun
bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasabahasa yang memiliki kekerabatan terdekat dengan bahasa Aceh adalah bahasa
Cham, Roglai, Jarai, Rade dan 6 bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Chamic.
Bahasa-bahasa lainnya yang juga berkerabat dengan bahasa Aceh adalah
bahasa Melayu dan bahasa Minangkabau.
Makanan Khas
Masakan
Ayam Tangkap
Nasi Guri
Eungkot Paya
Kuwah Eungkt Y
Kuah Beulangong
Kue/Penganan/Kudapan
Timphan
Keukarah
Meuseukat
Kanji Rumbi
Refrensi
Suku Aceh adalah nama sebuah suku yang mendiami wilayah pesisir dan
sebagian pedalaman Aceh. Orang Aceh mayoritas beragama Islam. Bahasa yang
dituturkan adalah bahasa Aceh yang merupakan bagian dari bahasa MelayuPolinesia Barat, cabang dari keluarga bahasa Austronesia dan berkerabat dengan
bahasa Cham di Vietnam dan Kamboja. Selain di wilayah provinsi Aceh sendiri,
populasi suku Aceh juga terdapat di Kedah, Malaysia.
Suku Aceh dikenal dengan kejayaan kerajaan Islam Aceh hingga perjuangan atas
penaklukan kolonial Hindia Belanda.
Suku Alas
Asal Dari Daerah
Bahasa
Seni Tari
Adapun kesenian dari etnis suku Alas (Musyawarah Adat Alas dan Gayo, 2003) :
1.
2.
3.
4.
5.
Kerajinan
1.
2.
3.
4.
Tari Mesekat
Pelabat
Landok Alun
Vokal Suku Alas
Canang Situ
Makanan Tradisonal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Manuk labakh
Ikan labakh
Puket Megaukh
Lepat bekhas
Gelame
Puket Megaluh
Refrensi
Suku Alas merupakan salah satu suku yang bermukim di Kabupaten Aceh
Tenggara, Provinsi Aceh (yang juga lazim disebut Tanah Alas). Kata "alas" dalam
bahasa Alas berarti "tikar". Hal ini ada kaitannya dengan keadaan daerah itu
yang membentang datar seperti tikar di sela-sela Bukit Barisan. Daerah Tanah
Alas dilalui banyak sungai, salah satu di antaranya adalah Lawe Alas (Sungai
Alas).
Sebagian besar suku Alas tinggal di pedesaan dan hidup dari pertanian dan
peternakan. Tanah Alas merupakan lumbung padi untuk daerah Aceh. Tapi selain
itu mereka juga berkebun karet, kopi,dan kemiri, serta mencari berbagai hasil
hutan, seperti kayu, rotan, damar dan kemenyan. Sedangkan binatang yang
mereka ternakkan adalah kuda, kambing, kerbau, dan sapi.
-
Marga
Menurut buku (Sanksi dan Denda Tindak Pidana Adat Alas, Dr Thalib Akbar MSC
2004) adapun margamarga etnis Alas yaitu : Bangko, Deski, Keling, Kepale
Dese, Keruas, Pagan, dan Selian kemudian hadir lagi marga Acih, Beruh, Gale,
Kekaro, Mahe, Menalu, Mencawan, Munthe, Pase, Pelis, Pinim, Ramin, Ramud,
Sambo, Sekedang, Sugihen, Sepayung, Sebayang dan marga Teriga
Nama Suku Bangsa
Suku Bali
Asal Dari Daerah
Bali
Hasil Kebudayaan
Kebudayaan
Kebudayaan Bali terkenal dengan tari, drama, dan seni ukirnya. Kebudayaannya
juga kental dengan penggunaan gamelan. Sebagaimana di Jawa, suku Bali juga
mengenal pertunjukan wayang, namun dengan bentuk wayang yang lebih
menyerupai manusia daripada wayang khas Jawa. Suku Bali juga memiliki aspekaspek unik yang terkait dengan tradisi religius mereka. Kehidupan religius
mereka merupakan sinkretisme antara agama Hindu-Buddha dengan tradisi Bali.
Kepercayaan
Mayoritas suku Bali menganut kepercayaan Hindu Siwa-Buddha, salah satu
denominasi agama Hindu. Para pendeta dari India yang berkelana di Nusantara
memperkenalkan sastra Hindu-Buddha kepada suku Bali berabad-abad yang lalu.
Masyarakat menerimanya dan mengkombinasikannya dengan mitologi pra-Hindu
yang diyakini mereka.[2] Suku Bali yang telah ada sebelum gelombang migrasi
ketiga, dikenal sebagai Bali Aga, sebagian besar menganut agama berbeda dari
suku Bali pada umumnya. Mereka mempertahankan tradisi animisme.
Refrensi
Suku Bali adalah suku bangsa yang mendiami pulau Bali, menggunakan
bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali. Sebagian besar suku Bali beragama
Hindu, kurang lebih 90%. Sedangkan sisanya beragama Buddha, Islam dan
Kristen. Ada kurang lebih 5 juta orang Bali. Sebagian besar mereka tinggal di
pulau Bali, namun mereka juga tersebar di seluruh Indonesia dan sedikit orang
ada di Malaysia.[1]
Asal-usul
Asal-usul suku Bali terbagi ke dalam tiga periode atau gelombang migrasi:
gelombang pertama terjadi sebagai akibat dari persebaran penduduk yang
terjadi di Nusantara selama zaman prasejarah; gelombang kedua terjadi secara
Adat Istiadat
Adat istiadat suku Mandailing diatur dalam Surat Tumbaga Holing (Serat
Tembaga Kalinga), yang selalu dibacakan dalam upacara-upacara adat. Orang
Mandailing mengenal tulisan yang dinamakan Aksara Tulak-Tulak, yang
merupakan varian dari aksara Proto-Sumatera, yang berasal dari huruf Pallawa,
bentuknya tak berbeda dengan Aksara Minangkabau, Aksara Rencong dari Aceh,
Aksara Sunda Kuna, dan Aksara Nusantara lainnya. Meskipun Suku Mandailing
mempunyai aksara yang dinamakan urup tulak-tulak dan dipergunakan untuk
menulis kitab-kitab kuno yang disebut pustaha (pustaka). Namun amat sulit
menemukan catatan sejarah mengenai Mandailing sebelum abad ke-19.
Umumnya pustaka-pustaka ini berisi catatan pengobatan tradisional, ilmu-ilmu
gaib, ramalan-ramalan tentang waktu yang baik dan buruk, serta ramalan
mimpi.
Refrensi
Mandailing atau Mandahiling diperkirakan berasal dari kata Mandala dan Holing,
yang berarti sebuah wilayah Kerajaan Kalinga. Kerajaan Kalingga adalah kerajaan
Nusantara yang berdiri sebelum Kerajaan Sriwijaya, dengan raja terakhir Sri
Paduka Maharaja Indrawarman yang mendirikan Kesultanan Dharmasraya
setelah di-Islamkan oleh utusan Khalifah Utsman bin Affan pada abad ke-7 M. Sri
Paduka Maharaja Indrawarman adalah putra dari Ratu Shima. Sri Paduka
Maharaja Indrawarman kemudian dibunuh oleh Syailendra, pendiri Kerajaan
Sriwijaya pada abad ke-7 itu juga. Pada abad ke-10, Kerajaan Chola dari wilayah
Tamil, India Selatan, dengan rajanya Rajendra telah menyerang Kerajaan
Kekerabatan
Kalimantan Selatan
Budaya Dayak Bukit
Suku ini dapat digolongkan sebagai suku Dayak, karena mereka teguh
memegang kepercayaan atau religi suku mereka. Akan tetapi religi suku ini, agak
berbeda dengan suku Dayak di Kalimantan Tengah (Rumpun Dayak Ngaju atau
Rumpun Barito), yang banyak menekankan ritual upacara kematian dalam
agama Kaharingan. Salah satu Suku Dayak di Kalimantan Selatan yang juga
banyak menekankan ritual upacara kematian adalah Suku Dayak Dusun Deyah.
Sedangkan kepercayaan suku Meratus biasanya disebut agama Balian yang lebih
menekankan upacara dalam kehidupan, seperti upacara pada proses penanaman
padi atau panen, sebagaimana halnya dengan suku Kanayatn yang melakukan
upacara pesta panen Naik Dango di Kalimantan Barat. Suku Dayak Bukit juga
tidak mengenal tradisi ngayau yang ada zaman dahulu pada kebanyakan suku
Dayak.
Upacara ritual suku Dayak Bukit, misalnya "Aruh Bawanang" yang disebut juga
Aruh Ganal. Tarian ritual misalnya tari Babangsai untuk wanita dan tari Kanjar
untuk pria. Suku Bukit tinggal di dalam rumah bersama yang dinamakan balai
yang lebih tepat berfungsi sebagai rumah ritual adat. Istilah balai juga masih
dipakai suku Banjar Hulu yang tinggal di pedalaman untuk menyebut
Suku Gayo
Asal Dari Daerah
Seni Budaya
Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat Gayo adalah
kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung
berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari Saman dan
seni bertutur yang disebut Didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentukbentuk kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus
sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial
masyarakat. Di samping itu ada pula bentuk kesenian seperti tari Bines, tari
Guel, tari Munalu, Sebuku /Pepongoten (seni meratap dalam bentuk prosa), guru
didong, dan melengkan (seni berpidato berdasarkan adat).
Didong
Didong Niet
Tari Saman
Tari Bines
Tari Guel
Tari Munalu
Tari Sining
Tuah Kukur
Melengkan
Dabus
Referensi
Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami pegunungan di
tengah Aceh yang populasinya berjumlah kurang lebih 85.000 jiwa. Suku Gayo
secara mayoritas terdapat di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo
Lues. Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya.
Suku Gayo menggunakan bahasa yang disebut bahasa Gayo.
Suku Osing
Asal Dari Daerah
Bahasa
Suku Osing mempunyai Bahasa Osing yang merupakan turunan langsung dari
Bahasa Jawa Kuno seperti halnya Bahasa Bali. Bahasa Osing berbeda dengan
Bahasa Jawa sehingga bahasa Osing bukan merupakan dialek dari bahasa Jawa
seperti anggapan beberapa kalangan[rujukan?]. kamus boso Osing
Kepercayaan
Pada awal terbentuknya masyarakat Osing kepercayaan utama suku Osing
adalah Hindu-Budha seperti halnya Majapahit. Namun berkembangnya kerajaan
Islam di pantura menyebabkan agama Islam dengan cepat menyebar di
kalangan suku Osing. Berkembangnya Islam dan masuknya pengaruh luar lain di
dalam masyarakat Osing juga dipengaruhi oleh usaha VOC dalam menguasai
daerah Blambangan. Masyarakat Osing mempunyai tradisi puputan, seperti
halnya masyarakat Bali. Puputan adalah perang terakhir hingga darah
penghabisan sebagai usaha terakhir mempertahankan diri terhadap serangan
musuh yang lebih besar dan kuat. Tradisi ini pernah menyulut peperangan besar
yang disebut Puputan Bayu pada tahun 1771 M.
Profesi
Profesi utama Suku Osing adalah petani, dengan sebagian kecil lainya adalah
pedagang dan pegawai di bidang formal seperti karyawan, guru dan pegawai
pemda.
Seni
Kesenian Suku Osing sangat unik dan banyak mengandung unsur mistik seperti
kerabatnya suku bali dan suku tengger. Kesenian utamanya antara lain
Gandrung Banyuwangi, Patrol, Seblang, Angklung, Tari Barong, Kuntulan,
Kendang Kempul, Janger, Jaranan, Jaran Kincak, Angklung Caruk dan Jedor.
Referensi
Suku Osing atau biasa diucapkan Suku Using adalah penduduk asli
Banyuwangi atau juga disebut sebagai "wong Blambangan" dan merupakan
penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Suku
Osing merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun
Suku Samin
Asal Dari Daerah
Penyebaran
Tersebar pertama kali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah. Pada 1890
pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Blora,
Jawa Tengah. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya.
Mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng
Utara dan Kendeng Selatan, atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur menurut peta sekarang.
Kebudayaan
Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama,
orang Samin juga memiliki "kitab suci". "Kitab suci"' itu adalah Serat Jamus
Kalimasada yang terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer Kawitan,
Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat Lampahing
Urip, dan merupakan nama-nama kitab yang amat populer dan dimuliakan oleh
orang Samin.
Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati)
ditulis dalam bentuk puisi tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional
kesusasteraan Jawa.
Bahasa
Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalah
bahasa Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang
digunakan tapi sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.
Pernikahan
Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu
merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk
menciptakan Atmaja (U)Tama (anak yang mulia).
Suku Lembak
Asal Dari Daerah
Bahasa
Suku Lembak tidak jauh berbeda dengan masyarakat Melayu pada umumnya,
namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Jika ditinjau dari segi
bahasanya, suku Lembak dengan Melayu Bengkulu (pesisir) terdapat perbedaan
dari segi pengucapan kata-katanya, Melayu Bengkulu kata-katanya banyak
diakhiri dengan huruf 'o' sedangkan suku Lembak banyak menggunakan huruf
'e', selain itu ada kosakata yang berbeda.
Budaya
Suku Lembak adalah pemeluk agama Islam sehingga budayanya banyak
bernuansakan Islam, disamping itu masih ada pengaruh dari kebudayaan
lainnya. Dari sisi adat-istiadat antara Melayu Bengkulu dan suku Lembak ada
terdapat kesamaan dan juga perbedaan, ada hal-hal yang terdapat dalam
Melayu Bengkulu tidak terdapat dalam masyarakat Lembak, dan sebaliknya.
Secara garis besar, kebudayaan Melayu mendominasi kebudayaan suku Lembak.
Referensi
Suku Lembak adalah suku bangsa yang pemukimannya tersebar di kota
Bengkulu, Bengkulu Utara, kabupaten Bengkulu Tengah, kabupaten Rejang
Lebong, dan kabupaten Kepahiang. Suku Lembak di kabupaten Rejang Lebong
bermukim di kecamatan Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi, dan Kota Padang.
Di kabupaten Kepahiang, suku Lembak mendiami desa Suro Lembak di
kecamatan Ujan Mas.suku lembak juga mendiami wilayah daerah Kota
Lubuklinggau dan Kabupaten musi rawas yang berada di Provinsi Sumatera
Selatan
Suku Madura
Asal Dari Daerah
Bahasa
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya
yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat,
disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti
menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang
Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan
ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Sejarah
, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di
bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai
utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso,
serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa
berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara, serta sebagian Malang. ada
jugak yang meneap di Bawean, di negeri jiran Malaysia misalnya juga ada,
bahkan mereka ada yang menjadi penduduk tetap (sudah dapat AiC/ surat
tinggal selamanya.
Nama Suku Bangsa
-
Suku Minang
Asal Dari Daerah
Agama
Masyarakat Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada
masyarakatnya keluar dari agama Islam (murtad), secara langsung yang
bersangkutan juga dianggap keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya
disebut "dibuang sepanjang adat". Agama Islam diperkirakan masuk melalui
kawasan pesisir timur, walaupun ada anggapan dari pesisir barat, terutama pada
kawasan Pariaman, namun kawasan Arcat (Aru dan Rokan) serta Inderagiri yang
berada pada pesisir timur juga telah menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau,
dan Sungai Kampar maupun Batang Kuantan berhulu pada kawasan pedalaman
Minangkabau. Sebagaimana pepatah yang ada di masyarakat, Adat manurun,
Syarak mandaki (Adat diturunkan dari pedalaman ke pesisir, sementara agama
(Islam) datang dari pesisir ke pedalaman),[25] serta hal ini juga dikaitkan dengan
penyebutan Orang Siak merujuk kepada orang-orang yang ahli dan tekun dalam
agama Islam,[26] masih tetap digunakan di dataran tinggi Minangkabau.
Kesenian
Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti
tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Di
Suku Muna
Asal Dari Daerah
Upacara Karia
Pada Masyarakat Muna terdapat upacara lingkaran hidup dalam kehidupan
individunya, yang dimulai dari upacara kelahiran sampai sampai pada upacara
kematian. Untuk melaksanaka upacara tersebut seorang individu harus melalui
tahap-tahap. Salah satu tahap tersebut adalah tahap peralihan masa kanakkanak kemasa dewasa khususnya wanita ada upacara yang mereka sebut
upacara Karia.
Upacara karia merupakan upacara yang sangat penting dalam rangka upacaraupacara adat disepanjang hidup individu pada masyarakat Muna. Upacara karia
merupakan upacara inisiasi yang dilakukan kepada setiap wanita yang memasuki
usia dewasa. Menurut pemahaman Masyarakat Muna, bahwa seorang wanita
tidak boleh menikah jika belum melalui proses upacara Karia. Jika dilanggar,
akan merasa tersisih dan akan dikucilkan dalam masyarakatnya.
Tradisi Kasambu
Tradisi Kasambu merupakan tradisi turun temurun yang diadakan oleh
masyarakat suku Muna, Sulawesi Tenggara. Tradisi ini merupakan bentuk
syukuran terhadap kesalamatan seorang Istri yang akan melahirakan anaknya.
Tradisi ini biasa diadakan menjelang kelahiran, biasanya pada bulan ke-7 atau
bulan ke-8. Prosesi kasambu dimulai dengan kedua pasangan suami -istri saling
menyuapi. Sekali menyuap harus dimakan satu kali atau dihabisi, bila tidak maka
sisanya diberikan kepada anak disekitarnya yang telah dipersiapkan. Anak yang
dipersiapkan ini diambil dari keluarga dekat. Pekerjaan menyuapi kemudian
dilanjutkan oleh anggota keluarga lain kepada pasangan tersebut. Makna
lahiryah prosesi ini, yaitu menyatukan kedua keluarga pihak suami dan istri,
sedangkan makna batinyah merupakan wahana perkenalan bagi si janin
terhadap lingkungan keluarga kelak ia akan dilahirkan. Tradisi ini ditutup dengan
pembacaan doa selamat yang dipimpin oleh seorang pejabat agama
setempat/pemuka agama/imam.
Referensi
Suku Muna atau Wuna adalah suku yang mendiami Pulau Muna, Sulawesi
Tenggara. Dari bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan
rambut (keriting/ikal) terlihat bahwa orang Muna asli lebih dekat ke suku-suku
Polynesia dan Melanesia di Pasifik dan Australia ketimbang ke Melayu. Hal ini
diperkuat dengan kedekatannya dengan tipikal manusianya dan kebudayaan
suku-suku di Nusa Tenggara Timur dan Pulau Timor dan Flores umumnya. Motif
sarung tenunan di NTT dan motif sarung muna sangat mirip yaitu garis-garis
horisontal dengan warna-warna dasar seperti kuning, hijau, merah, dan hitam.
Bentuk ikat kepala juga memiliki kemiripan satu sama lain. Orang Muna juga
memiliki kemiripan fisik dengan suku Aborigin di Australia. Sejak dahulu hingga
sekarang nelayan-nelayan Muna sering mencari ikan atau teripang hingga ke
perairan Darwin. Telah beberapa kali Nelayan Muna ditangkap di perairan ini oleh
pemerintah Australia. Kebiasaan ini boleh jadi menunjukkan adanya hubungan
tradisional antara orang Muna dengan suku asli Australia: Aborigin.
Suku Pamona
Asal Dari Daerah
Contoh asal suku kata yang berubah arti setelah ditambah awalan, akhiran atau
imbuhan dan membentuk beragam arti contoh: asal kata (dasar) ja'a =
jahat;maja'a = rusak, jahat; kaja'a = kejahatan ; ja'andaya = kemarahan;
kakaja'ati = sayang (untuk barang yang rusak)ja'anya =kerugiannya, sayangnya;
ja'asa = alangkah jahatnya; ja'ati=di rusaki ja'a-ja'a=buruk; contoh lain : monco
= benar; kamonconya=sesungguhnya, sebenarnya; monco-monco=sungguhsungguh; moncoro = bersiaga; moncou= terayun;... dan banyak lagi.
Kesenian
Seni tari
Tarian Dero, atau madero merupakan tarian populer di kalangan Suku Pamona.
Tarian ini diadakan pada pesta-pesta rakyat. Biasanya dilakukan oleh orangorang muda. Tarian melingkar dilakukan dengan saling bergandengan tangan,
sambil berbalas pantun diringi musik ceria. Beberapa daerah di Palu melarang
kegiatan tarian dero atau madero karena sering menjadi pemicu perkelahian
antar pemuda yang saling berebut perhatian gadis-gadis.
Referensi
Suku Pamona, atau sering juga disebut suku Poso atau orang poso ,
mendiami hampir seluruh wilayah kabupaten Poso, sebagian wilayah Kabupaten
Tojo Una-Una, sebagian wilayah Kabupaten Morowali,bahkan provinsi Sulawesi
Selatan yakni di wilayah Luwu Timur, sedangkan sebagian kecil hidup merantau
di berbagai daerah di Indonesia. Nenek Moyang Suku Pamona Itu sendiri berasal
dari dataran SaluMoge (luwu Timur) yang karena berada di atas gunung yang
jauh dari pusat pemerintahan sehingga mereka di turunkan oleh Macoa Bawalipu
mendekati pusat pemerintahan yaitu di sekitaran wilayah Mangkutana (luwu
Timur). hingga terjadinya pemberontakan DI/TII mereka menyebar smapai ke
sulawesi tengah dan daerah lainnya. Jika di suatu daerah terdapat suku Pamona,
biasanya selalu ada Rukun Poso, yaitu wadah perkumpulan orang-orang sesuku
untuk melakukan sesuatu kegiatan di daerah tersebut. Agama yang dianut
hampir seluruh anggota suku ini adalah Kristen.
Nama Suku Bangsa
-
Suku Rejang
Asal Dari Daerah
Bengkulu
Hasil Kebudayaan
Budaya
suku ini tidak adaptif terhadap perkembangan di luar daerah. Ini dikarenakan
kultur masyarakat Rejang yang sulit untuk menerima pendapat di luar dari
pendapat kelaziman menurut pendapat mereka, dan ini menjadi bukti keyakinan
dan ketaatan mereka terhadap adat-istiadat yang berlaku sejak dahulu kala. Hal
ini menggambarkan bahwa sejak zaman dahulu suku Rejang telah memiliki adatistiadat. Karena mayoritas suku Rejang masih mempertahankan kebudayaan
mereka, tidak heran jika hukum adat yang berupa denda dan cuci kampung
masih dipertahankan hingga sekarang. Suku Rejang sangat memuliakan harga
Bahasa
penutur asli bahasa Rejang dapat memahami perbedaan kosakata pada saat
komunikasi berlangsung. Karena perbedaan tersebut seperti perbedaan dialek
pada bahasa Inggris Amerika, bahasa Inggris Britania, dan bahasa Inggris
Australia. Secara filosofis, perbedaan dialek bahasa Rejang terjadi karena faktor
jarak, faktor sosial, dan faktor psikologis dari suku Rejang itu sendiri. Hal ini juga
membuktikan bahwa tingkat persatuan dan kesatuan suku Rejang masih sangat
rendah jika dibandingkan dengan suku bangsa terdekat lainnya suku Lembak,
Referensi
Suku Rejang adalah salah satu suku bangsa tertua di Sumatera. Suku Rejang
mendominasi wilayah kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, dan kabupaten Lebong.
Berdasarkan perbendaharaan kata dan dialek yang dimiliki bahasa Rejang, suku
bangsa ini dikategorikan Melayu Proto.
Peradaban
Setelah Inggris secara resmi menyerahkan pemerintahan di Bengkulu kepada
Belanda pada 6 April 1825, nasib masyarakat Bengkulu dan daerah pesisir tetap
menderita di bawah belenggu kolonial. Kondisi itu berbeda dengan masyarakat
Rejang di daerah pedalaman atau pegunungan yang tidak pernah mengalami
penjajahan hingga tahun 1860. Keberuntungan itu dikarenakan letak daerah
Rejang yang jauh di pedalaman dan dikelilingi bukit barisan serta hutan rimba
yang masih sangat belantara. Sebelum Belanda menyambangi Tanah Pat Petulai,
peradaban masyarakat Rejang sudah lebih maju dibandingkan dengan
masyarakat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam masyarakat Rejang telah memiliki
pemerintahan masyarakatnya sendiri yang terdiri dari 5 orang tui kutei. Kutei
merupakan suatu masyarakat hukum adat asli yang berdiri dan geneologis terdiri
dari sekurang-kurangnya 10 hingga 15 keluarga atau rumah, sedangkan tui kutei
merupakan kepala kutei yang dipilih berdasarkan garis keturunan pendiri petulai
(kesatuan kekeluargaan masyarakat Rejang yang asli).
Talang Mamak
Hasil Kebudayaan
Bahasa
Masyarakat Talang Mamak dalam percakapan sehari-hari menggunakan bahasa
yang disebut dengan Bahasa Talang Mamak, walaupun dalam percakapan
dengan pihak di luar komunitas, mereka biasa menggunakan Bahasa Melayu.
Dalam kosakata Bahasa Talang Mamak ini terdapat pengaruh Bahasa Minang dan
Bahasa Melayu.[4]
Penduduk
Saat ini, total penduduk Talang Mamak dari Lubuk Tebrau hingga Melenai
berjumlah 265 jiwa. Lima puluh persen jiwa diantaranya, sudah dapat
menggunakan suaranya pada pemilihan Presiden dan pemilihan Bupati kemarin.
-
Agama
Mata Pencaharian
Budaya
Tradisi
Namun begitu, mereka masih kental dengan tradisi adat. Sebut saja Gawai
(Pesta Pernikahan), Kemantan (Pengobatan Penyakit), Tambat Kubur (Acara 100
hari kematian), serta Khitanan untuk anak lelaki berumur 12 tahun ke atas yang
dianggap mendekati usia dewasa. Begitu juga dengan rumah yang masih
berbentuk panggung, sebagai ciri khas mereka, misalnya. Bangunan kayu tanpa
ruangan khusus serta sekat pembatas -mulai dari dapur hingga ruang tidursehingga, segala barang tergeletak menjadi satu masih kokoh berdiri.
Suku Ternate
Hasil Kebudayaan
Bahasa Ternate
Orang Ternate mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Ternate. Para ahli
berpendapat bahwa bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Halmahera
Utara, yang merupakan kelompok bahasa non-Austronesia. Bahasa Ternate
banyak mempengaruhi bahasa Melayu Maluku Utara, bahasa Melayu di Tidore
dan bahasa Melayu di Tanah Minahasa (Manado). Kata-kata dalam bahasa
Melayu Maluku Utara seperti: ngoni,ngana dll diambil dari bahasa Ternate
Mata Pencaharian
Mata pencaharian orang Ternate bertani dan nelayan. Dalam bidang pertanian
mereka menanam padi, sayur mayur, kacang-kacangan, ubi kayu, dan ubi jalar.
Tanaman keras yang mereka usahakan adalah cengkeh, kelapa dan pala.
Cengkeh merupakan tanaman rempah-rempah yang sudah mempunyai sejarah
panjang di Ternate. Cengkeh merupakan daya tarik yang mengundang
kedatangan bangsa Eropa ke daerah ini. Selain itu, orang-orang Ternate juga
dikenal sebagai pelaut-pelaut yang ulung.
Pola Pemukiman
Agama
Sebelum agama Islam masuk ke P. Ternate, suku ini terbagi dalam kelompokkelompok masyarakat. Masing-masing kelompok kerabat suku Ternate dipimpin
oleh mamole. Seiring dengan masuknya Islam. mamole ini bergabung menjadi
satu konfederasi yang dipimpin oleh kolano. Kemudian, setelah Islam menjadi
lebih mantap, struktur kepemimpinan kolano berubah menjadi kesultanan.
Dalam struktur kolano, ikatan genealogis dan teritorial berperan sebagai faktor
pemersatu, sedangkan dalam kesultanan agama Islamlah yang menjadi faktor
pemersatu. Dalam struktur kesultanan, selain lembaga tradisional yang sudah
ada, dibentuk pula lembaga keagamaan. Kesultanan Ternate masih ada sampai
saat ini meskipun hanya dalam arti simbolik. Namun belakangan ini kesultanan
Ternate tampak bangkit kembali.
Referensi
Suku Ternate dengan populasi 50.000 jiwa bertempat tinggal di Pulau
Ternate. Pulau ini termasuk di dalam wilayah provinsi Maluku Utara dengan
ibukotanya Kota Ternate. Selain berdiam di pulau asalnya, orang Ternate juga
berdiam di daerah lain, misalnya di pulau Bacan dan pulau Obi yang termasuk
wilayah kabupaten Halmahera Tengah, serta wilayah lain di dalam dan di luar
Provinsi Maluku Utara.
Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi
provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah
(Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia.
Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Jika
Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8% penduduk
Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam,
akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda
Wiwitan/Jati Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa
komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku
Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai
suku Sunda.
Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya.
Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. [2] Orang
Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan
pemberani. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan
diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja
Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik
dengan Bangsa lain pada abad ke 15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari
diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa
tokoh Sunda juga menjabat Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada
kabinet RI.
Disamping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa
kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan
adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris
dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun
internasional.[3]
Pandangan Hidup
Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang Sunda juga mempunyai
pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Pandangan hidup
tersebut tidak bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara
tersurat dan tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran
agama Islam. Pandangan hidup orang Sunda yang diwariskan dari nenek
moyangnya dapat diamati pada ungkapan tradisional, juga dari naskah kuno. [4]
Kawas gula jeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling
menyayangi, tidak pernah berselisih.
Bahasa
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda.
Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan
tidak lagi menggunakan bahasa Sunda dalam bertutur kata. [5] Seperti yang
terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak
masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, mulai dari dialek Sunda-Banten,
hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para
Dialek Utara
Dialek Tenggara
hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara
kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Cerita wayang yang
populer saat ini banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana
atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari
tanah India.Dalam Wayang Golek, ada tokoh yang sangat dinantikan
pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala
dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang
selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak
tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut
dengan variasi yang sangat menarik.
Seni musik
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam
memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagulagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang
wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan
lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru
dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda :
Bubuy Bulan Es Lilin Manuk Dadali Tokecang Warung Pojok
1. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung.
Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara
menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas
(tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (dami-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung
(bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang
berwarna putih).
2. Angklung
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu
khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika
awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal.
Peninggalan Sejarah :
1.Kherkoff, Kuburan Belanda yang membuktikan perlawanan
rakyat Aceh terhadap penjajahan Belanda.
2. Makam Sultan Iskandar Muda, yang merupakan simbol kejayaan dari
Kerajaan Aceh pada masa lalu.
Tarian Tradisional : Tari Seudati, Tari Saman, Tari Ranup Lam Puan, Tari
Meuseukat, Tari Kipah Sikarang Aceh, Tari Aceh Gempar, Tari Mulia Ratep Aceh,
Tari Rapai Geleng Aceh, Tari Turun Kuaih Aunen Aceh, Tari Bungong Seulanga
Aceh, Tari Seudati Ratoh Aceh, Tari Nayak Padi Aceh, Tari Saman Jaton Aceh,
Tari Kipah Sitangke Aceh, Tari Dodaidi Aceh, Tari Likok Puloe Aceh, Tari Didong
Gayo Aceh, Tari Tarek Pukat Aceh, Tari Aceh Ek U Gle, Tari Aceh Dara Meukipah
Tari Aceh Top Pade.
Rumah Adat : Rumoh Aceh, Rumah Krong Pade atau Berandang
Senjata Tradisional : Rencong, Sikin Panyang, Klewang dan Peudeung oon
Teubee.
Lagu Daerah :Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit, Sepakat Segenap.
Suku : Aceh, Gayo, Alas, Kluet, Melayu Tamiang, Haloban, Devayan, Sigulai,
Julu, Singkil, Aneuk Jamee, Simelue, dan Pulau
Bahasa Daerah : Aceh Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Tamiang, Devayan, Simeulue.
Pakaian Adat : Pidie
Identitas Daerah : Flora : Bungong Jeumpa (Michelia Champaca), Fauna :
Cicimpala Kuning (copsychus pyrropygus)
Makanan Khas Daerah : Lalamak, Sagsang, Bika Ambon, Tasak Telu, Anyang,
Gulai Tumbuk Daun Singkong, Mie Keling, Palai Bada Sibolga,dll
Obyek Wisata : Istana Maimun, Mesjid Raya Medan, Danau Toba, Pulau Nias,
Taman Wisata Sikundur, Museum Perjuangan Bukit Barisan, Museum Daerah
Sumatera Utara, Pantai Cermin, Kebun Binatang.
Peninggalan Sejarah :
1. Biaro Bahal, ditemukan di Padang Sidempuan.
2. Istana Maimun atau Istana Deli.
3. Candi Portibi peninggalan dari Kerajaan Hindu Panai yang memerintah sekitar
tahun 1039.
4. Benteng yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit di tahun 1365.
5.Makam Batu Raja-Raja Batak.
Peninggalan Sejarah :
1. Batu Nisan Raja Adityawarman di Limokaum Batusangkar, bertuliskan tahun
1356.
2. Patung Adityawarman ditemukan oleh pemerntah Hindia Belanda di
Padangrocok dekat sungai Lansek, yang saat ini disimpan di Museum Nasional
Jakarta.
3. Prasasti Besar Pagaruyung, di dapatkan di bukit Gombak bertahun 1356.
4. Prasasti Adityawarman dari Suroaso ( Batusangkar ).
Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta : Universitas Riau ( UNRI ), IAIN Sultan
Syarif Kasim
Makanan Khas Daerah :
Obyek Wisata : Candi Muara Takus, Batu Pantai Nongsa, Komplek Istana
Kerajaan Siak, , Pantai Pasir Panjang (Pantai Trikora), Suaka Alam Kerumutan,
Pantai Tanjung Pesona, Semenanjung Senggarai, Taman Laut, Bekas Istana
Gunung Sahilang.
Peninggalan Sejarah :
1. Komplek Istana Sultan Sri Siak Indapura yang dibangun 1898.
Industri dan Pertambangan : Minyak Bumi, Emas, Perak, Bauksit dan Kertas,
Cumb rubber, plastik, Plywood.
Tarian Tradisional : Tari Joged Lambak, Pedang Jenawi, Tari Pembubung, Tari
Sinar, Tari Lenggang Melayu, Tari Zapin Sekampung, Tari Zapin, Tari Zapin
Kampung Melayu Pekan Baru, Tari RiuhTambourine.
Rumah Adat : Rumah Melayu Selaso Jatuh Kembar.
Senjata Tradisional : PedangJenawi, Badik Tumbuk Lada.
Lagu Daerah :Soleram, Kebangkitan Melayu, Tanjung Katung, Bungo Cempako,
Lancang kuning, Ayam Putih Pungguk, Makan Sirih, Uyang Bagan Tak Ondak
Belaya, Mak Long, Tuanku Tambusai, Pak Ngah Balek, Puteri Tujuh, Dedap
Durhaka, Kutang Barendo.
Suku : Melayu, Akit, Talang Mamak, Hutan, Sakai, Laut, Bunoi,
Bahasa Daerah : Melayu
Pakaian Adat : Teluk Belanga dan Kebaya Labuh
Identitas Daerah : Flora : Nibung (Oncosperma Tigilarium ), Fauna : Srindit
(Loriculus Pusillus)
Alat Musik Tradisional : GAMBUS (sumber bunyi : Kordofon, DIPETIK
DENGAN MENGGUNAKAN JARI, SERTA MEMAINKAN NADA DENGAN
MENGGUNAKAN JARI), Rebana, Saluang dan Talempong.
Peninggalan Sejarah :
1. Flakes Obsidian, benda purbakala berasal dari Kerinci.
2. Bejana Perunggu, Danau Kerinci
3. Prasasti Karang Birahi,di Merangin Jambi.
Peninggalan Sejarah :
1. Piagam Talang Tuwo.
2. Prasasti Telaga Batu ( Prasasti Persumpahan ) yang berisikan kutukan.
3. Taman Purbakala Gede Ing Symo, Komplek kuburan Islam abad pertengahan.
4. Prasasti Kedukan Bukit bertahun 683 masehi, ditemukan di Palembang tahun
1920
Industri dan Pertambangan : Minyak bumi, Batubara, Pupuk, Polipropilen,
Karet.
Tarian Tradisional : Tari Tanggai, Tari Putri Bekhusek, Tari Kelindan Sumbay,
Tari Kipas Linggau Tarian Pagar Pengantin Palembang, Tari Gending Sriwijaya
Rumah Adat : Rumah Limas
Senjata Tradisional : Keris, tombak, pedang, badik
Lagu Daerah : Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, Tari
Tanggai
Suku : Melayu, Kikim, Semenda, Komering, Pasemah, Lintang, Pegagah, Rawas,
Sekak Rambang, Lembak, Kubu, Ogan, Penesek Gumay, Panukal, Bilida, Musi,
Rejang, dan Ranau
Bahasa Daerah : Palembang
Pakaian Adat : Aisan Gede
Identitas Daerah : Flora : Duku (Lansium Domesticun), Fauna : Belida
(Notoptenuschitala)
Alat Musik Tradisional : ACCORDION (sumber bunyi : Aerofon, DENGAN
MENGGUNAKAN KEDUA TANGAN, TANGAN YANG SATU SEBAGAI
PENGATUR ALUNAN SUARA SEDANGKAN TANGAN YANG SATU LAGI
SEBAGAI PENGATUR NADA)
Air Anyer, Pemandian air panas Pemali, Gunung Maras, Hutan Wisata Sungailiat,
Pantai Matras, Pantai Tanjung Pesona, Pantai Parai Tenggiri, Pantai Batu Bedaun,
Pantai Rebo, Pantai Tikus, Pantai Layang,dll.
Peninggalan Sejarah : Industri dan Pertambangan : Timah, pengolahan kayu dan perikanan.
Tarian Tradisional : Tari Puteri Bekhusek, Tari Tincak Gambus Bangka
Belitung, Tari Taluput Bangka Belitung
Rumah Adat : Rumah Rakit, Rumah Limas
Senjata Tradisional : Siwarpanjang, Parang Bangka, Kedik
Suku : Suku Melayu (suku bangsa asli), Jawa, Sunda , Bugis, Banten, Banjar,
Madura, Palembang, Minang, Aceh, Flores,Maluku, Manado dan Tionghoa (30%)
Bahasa Daerah : Melayu Bangka
Pakaian Adat : Aisan Gede
Identitas Daerah : Flora : Nagasari (Palaquium Rostratum), Fauna : Rusa,
Babi, Kancil, Elang, ayam
Alat Musik Tradisional : GENDANG MELAYU (sumber bunyi :
Membranofon ,DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN ),
Gambus, Suling
Peninggalan Sejarah :
1. Makam Sentot Alibasa.
2. Benteng Marlborough.
3. Monumen Parr Dan Monumen Hamilton.
Peninggalan Sejarah :
1. Guci Purbakala Pugung Raharjo Lampung.
2. Komplek Megalitik Pugung Raharjo.
3. Makan Radin Intan II.
4. Prasasti Palas Paembah.
5. Prasasti Batu Bedil.
Industri dan Pertambangan : Emas, Pakaian Jadi, Sapi Potong, dan Pupuk,
Marmer, Biji besi, Mangan.
Tarian Tradisional : Tari Jangget, Tari Melinting, Tari Ngelajau, Tari Sembah
Lampung, Tari Bedana Lampung.
Rumah Adat : Nuwou Sesat
Senjata Tradisional :Payan, Golok/Candung, Keris/Kekhis, Badik (dan
biasanya mekhanai/khagah lampung bila bepergian selalu membawa badik
untuk melindungi dirinya dari serangan lawan), Pisau/Lading, Terapang, Beladu
Suku : Pesisir, Pubian, Sungkai, Semenda, Seputih, Tulang Bawang, Krui Abung,
Pasemah, Jawa, Sunda, Batak, Melayu, Lampung (Sebatin dan Pepadun)
Bahasa Daerah : Melayu
Pakaian Adat : Tulang Bawang
Identitas Daerah : Flora : Kembang Ashar (Mirabilis Jalapa), Fauna : Gajah
(elephas Maximus Sumatranus)
Alat Musik Tradisional : BENDE (sumber bunyi :Ideofon , DIPUKUL
DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PEMUKUL KHUSUS )
-------------------------------------------------------
Peninggalan Sejarah :
1. Prasasti Tugu.
2. Si Jagur,meriam Portugis.
3. Bekas Balaikota Belanda, kini menjadi Museum Kota Jakarta.
Peninggalan Sejarah :
01. Candi Cangkuang (Garut).
02. Prasasti Kebon Kopi (Bogor).
03. Prasasti Muara Ciaruteun (Bogor).
04. Prasasti Pasir Alwi (Bogor).
05. Keraton Kasepuhan (Cirebon).
06. Keraton Kanoman (Cirebon).
07. Keraton Kacirebonan( Cirebon).
08. Makam Sunan Gunung Jati (Cirebon).
09. Prasasti Batu Telapak Kaki Raja Tarumanegara, Purnawarman (Prasasti
Cinten).
Industri dan Pertambangan :Minyak, Tekstil, Pabrik Teh, Susu, Sutra Alam,
Baterai, Kertas, Pupuk, Semen, Senjata, Alat Telekomunikasi, Pesawat
Terbang ,Batik, Tenun,dll.
Tarian Tradisional : Tari Topeng Kuncaran, Tari Merak, Tari Jaipong
Rumah Adat : Rumah Kasepuhan Cirebon
Senjata Tradisional : Kujang
Lagu Daerah :Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan,
Manuk Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang
Suku : 3 suku besar yaitu Sunda (mayoritas), Betawi (wilayah Kota/kab Bekasi,
Depok, dan wilayah Utara kabupaten Bogor), Jawa Cirebon, Indramayu dsk.Juga
Untuk banten Disana Ada suku Betawi yaitu berapa daerah di Tanggerang.
Bahasa Daerah : Sunda
Pakaian Adat : Jawa Barat
Identitas Daerah : Flora : Gandaria (Boea Macrophylla), Fauna : Macan Tutul
(Panthera Pardus Sondaicus)
Makanan Khas Daerah : Bubur Ayam Banten, Angeun Lada, nasi sumsum,
balok menes, gemblong, emping,dll.
Obyek Wisata : Taman Nasional Ujung Kulon, Panter Anyer, Gunung Krakatau,
Pulau Shangyang, Pulau Sabesi, Tanjung Lesung, Situs Arkeologi Banten lama,
Pantai Carita, pantai Karang Bolong, pantai Sawarna, pantai Karang Taraje, Rawa
Dano dll.
Peninggalan Sejarah :
1. Prasasti Lebak (Banten Selatan).
2. Benteng Inong Bale (Benten).
3. Benteng Surasoan (Banten).
Industri dan Pertambangan : Minyak, Baja, Pipa Asbes, Semen, Sentra Aneka
Industri (Tangerang).
Tarian Tradisional : Tari Topeng
Rumah Adat : Rumah Badui
Senjata Tradisional : Kujang dan Golok
Lagu Daerah : Dayung Sampan
Suku : Baduy, Sunda, dan Banten
Bahasa Daerah : Sunda, Banyumasan, Jawa
Pakaian Adat : Pakaian Pengantin
Identitas Daerah : Flora : Kokoleceran (Vatica Bantamensis), Fauna : Badak
Jawa (Rhinocerus Sondaicus)
Alat Musik Tradisional : GENDANG (sumber bunyi : Membranofon ,
DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN),Terbang gede,
angklung buhun.
Makanan Khas Daerah : Lumpia, Ampyang, Nasi Kuning Banjar, Nasi Gandul,
Buntil, Tempe Mendoan, Soto Kudus, Nasi Angkringan, Pecel lele, dll.
Obyek Wisata : Candi Borobudur, Gunung Dieng, Mesjid Demak, Batu Raden,
Curug Bekawah,Air terjun Grojogan Sewu, Museum Sangiran, Museum Kereta
Api Ambarawa,Museum Batik, Telogo Warno, Makam Sunan Kudus, Waguk Gajah
Mungkur, Pantai Logending, Monumen Palagan Ambarawa, Makam R.A.Kartini,
Menara Kudus, Makam Sunan Kudus, Goa Jatijajar, Pantai Pedaten,
Pantai karang Bolong, Tawang Mangu,Waduk Sempor,dll.
Peninggalan Sejarah :
1. Prasasti Canggal (Magelang)
2. Candi Gedongsongo (Semarang)
3. Candi Ngawen, Candi Borobudur, Candi Sari, Candi Pawon, Candi Mendut,
Candi Sewu (Magelang)
4. Candi Dieng ( Dieng)
Industri dan Pertambangan : Semen, Pupuk, Kertas, Tekstil, Batik, Tenun,
Pemintalan Benang, Karung Goni, Kayu Lapis, Perkapalan,dll.
Tarian Tradisional :Tari Bambangan Cakil, Tari Gandrung, Tari Sintren.
Rumah Adat : Padepokan Jawa Tengah.
Senjata Tradisional : Keris.
Lagu Daerah : Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran,
Bapak Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan.
Suku : Jawa, Karimun, dan Samin.
Bahasa Daerah : Jawa
Pakaian Adat : Jawa
Identitas Daerah : Flora : Bunga Kantil (Michelia Alba), Fauna : Burung
Kepodang (Oriolus Chinensis)
Alat Musik Tradisional : GAMELAN (sumber bunyi : Ideofon , DIPUKUL
DENGAN MENGGUNAKAN PEMUKUL KHUSUS), Rebab, Celempung atau
Sitar, dan Suling
Obyek Wisata : Keraton Jogjakarta, Pantai Parang Tritis, Istana Air Taman Sari,
Pantai Baron, Pantai Krakal, Pantai Kukup,Goa Kiskendo, Kota Gede, Kali Urang,
Peninggalan Sejarah :
1. Candi Kalasan.
2. Candi Prambanan.
3. Candi Parwa.
4. Petilasan Ratu Boko.
5. Prasasti Kalasan.
6. Keraton Jogjakarta.
7. Keraton Paku Alam.
8. Tempat tinggal Pangeran Diponegoro yang dijadikan Sasana Wiratama.
Pecel Tumpang Kediri, Japit Udang Madura, Kue Lapis Surabaya ,Soto Madura,
Sate Ayam Madura,dll.
Peninggalan Sejarah : Candi Kidal, Candi Jago, Candi tikus, Candi Jawi, Candi
Brahu, Candi Jabung, Candi Singosari, Makam Sunan Giri, Makam Sunan
Ampel,dll.
Industri dan Pertambangan : Semen, Perkapalan, Kertas, Pupuk, Baterai,
Gelas Kaca, Alkohol, Kayu Lapis, Kereta Api, Garam, Percetakan, Rokok,dll.
Tarian Tradisional : Tari Remong, Tari Reog Ponorogo.
Rumah Adat : Rumah Situbondo.
Senjata Tradisional : Clurit.
Lagu Daerah : Keraban Sape, Tanduk Majeng.
Suku : Jawa, Madura, Tengger, dan Osing.
Bahasa Daerah : Jawa dan Madura
Pakaian Adat : Madura
Identitas Daerah : Flora : Bunga Sedap Malam (Polyanthes Tuberusa),
Fauna : Ayam Bekisar (Gallus Varius Gallus)
Alat Musik Tradisional : BONANG (sumber bunyi : Ideofon , DIPUKUL
DENGAN MENGGUNAKAN PEMUKUL KHUSUS), Sitar, Gamelan Jawa
-------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------
Peninggalan Sejarah :
1. Pura Meru, peninggalan Kerajaan Singosari dibangun oleh Anak Agung Gede
Karang pada tahun 1720 masehi.
2. Dalam Loka, bekas Keraton Sumbawa.
3. Istana Sultan Bima, peninggalan dari Kesultanan Bima.
-------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------
Peninggalan Sejarah:
1. Guci Berhias Naga, kurang lebih abad ke V, menunjukkan adanya pengaruh
Cina di Kalimantan Barat.
2. Keraton Mempawah, peninggalan Kerajaan Mempawah.
3. Keraton Sambas, Peningalan Kerajaan Sambas.
Tarian Tradisional : Tari Balean Dadas, Tari Tambun & Bungai, Tari Giringgiring, Tari Kumbang Padang, Tari Kenyak, Tari Baksa Kambang, Tari TAndik
Balian
Rumah Adat : Rumah Betang
Senjata Tradisional : Mandau, Lunduk Sumpit, Talawang, Randu(sejenis
tombak), Perisai.
Lagu Daerah: Kalayar, Nuluya, Palu Lempong Pupoi, Tumpi Wayu, Saluang
Kitik-kitik, Manasai
Suku : Dayak,Kapuas, Ot Danum, Ngaju, Lawangan, Dusun, Maanyan, dan
Katingan, Taboyan, Bukumpai
Bahasa Daerah : Melayu, Dayak, Mandarin
Pakaian Adat : Sinjang ( Barito )
Identitas Daerah : Flora : Tenggaring (Nephelium Lepaceum), Fauna : Kuau
Melayu (Poliplectromalacense)
Alat Musik Tradisional : JAPEN (sumber bunyi : Kordofon , DIPETIK
PADA BAGIAN SENARNYA), Sampek (sejenis gitar), Gerdek (Seruling
Tempurung), Kledi (Kaldei)
Peninggalan Sejarah :
1. Mesjid Sultan Sriansyah, Mesjid pertama di Kalimantan Timur.
2. Candi Ijo.
3. Makam Sultan Sriansyah (Pangeran Samudra) pendiri kota Banjarmasin.
Peninggalan Sejarah :
Industri dan Pertambangan : Kayu Lapis, Gas Alam Cair, Minyak Bumi,
Tenun, Kristal, Timah.
Tarian Tradisional : Tari Perang, Tari Gong, TAri Belian Senteyu, Tari Gantar,
Tari Hudog.
Rumah Adat : Rumah Lamin.
Senjata Tradisional : Mandau, Bujak, Anak Mandau, Beliung dan Sumpitan
Lagu Daerah : Indung-Indung, Burung Enggang, Meharit, Sabar'ai, Anjat
Manik, Bebilin, Andang Sigurandang
Suku : Ngaju, Otdanum, Apokayan,Punan, Murut, Dayak, Kutai, Kayan, Punan,
dan Bugis, Abal, Bulungan, Tidung, Kenyah, Berusau.
Bahasa Daerah : Melayu, Dayak, Kutai, Banjar
Pakaian Adat : Urang Besunung
Identitas Daerah : Flora : Anggrek Hitam (Ceologyna Pandurata), Fauna :
Pesut Mahakam (Orcaelia Brevirostris)
Alat Musik Tradisional : SAMPE (sumber bunyi : Kordofon , DIPETIK
PADA BAGIAN SENARNYA)
Obyek Wisata : Bunaken, Taman Laut Teluk Liang, Pantai Indah Gorontalo,
Taman Wisata remboken, Kelenteng Ban Hiang Kiong, Tasik Ria, Museum
Provinsi Sulawesi Utara, Pantai Kema, Manado Tua, Siladen, Watu Pinabetengan,
Waruga, Benteng Otanaha, Karumenga, Kayuwatu, Museum Dr sam Ratulangi,
Kasinggolan, Dumoga Bone, Pulau Lembeh, Danau Limbote, dll.
Peninggalan Sejarah :
1. Makam Kyai Maja.
2. Makam Pahlawan Nasional Imam Bonjol.
Peninggalan Sejarah : Industri dan Pertambangan : Emas, Bijih Besi, Nikel, Mika, kayu olahan,
Pengalengan ikan, Udang beku, dll.
Tarian Tradisional : Tari Lumense, Tari Peule Cinde, Tari Torompio,Tari Dero
Poso, Tari Mamosa, Tari Kalanda.
Rumah Adat : Rumah Tambi
Senjata Tradisional : Pasatimpo, Tombak Kanjae / Surampa (ujungnya
berbentuk trisula), Parang, Tombak, Pisau, Perisai dan Sumpitan
Lagu Daerah : Tondok Kadadingku, Tope Gugu, Tumpiwanyu.
Suku : Buol, Toli-toli, Tomini, Dompelas, Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Suluan,
Mori, Bungku, Balantak, Banggai, dan Balatar
Bahasa Daerah : Balantak, Banggai, Bungku, Buol, Kailli, Pamona, Lore, Moli,
Toli-toli, Tomini.
Pakaian Adat : Kulavi ( Donggala )
Identitas Daerah : Flora : Pohon Ebony (Diospyros Celebia) ,Fauna : Burung
Maleo ( Macrolephalon Maleo)
Alat Musik Tradisional : GANDA (sumber bunyi : Membranofon ,
DITEPUK DENGAN MENGGUNAKAN TELAPAK TANGAN)
Peninggalan Sejarah :
1. Keraton Raja Gowa.
2. Mesjid Katangka.
3. Makam Raja-Raja Bugis Watang Lamuru.
4. Benteng Sombaupu.
-------------------------------------------------------
Obyek Wisata : Bekas Istana VOC, Bangunan Kesultanan Ternate dan Tidore,
Gereja Kuno, Belkas Rumah Sutan Syahrir dan Dr, Cipto Mangunkusumo,
Peninggalan Sejarah :
1. Bangunan Kesultanan Ternate dan Tidore.
2. Benteng-Benteng Peninggalan Belanda, Portugis, dan Spanyol.
3.
4.
5.
6.
Industri dan Pertambangan : Emas, Minyak Bumi, Minyak Kayu Putih, dll.
Tarian Tradisional : Tari Lenso, Tari Cakalele, Tari Perisai
Rumah Adat : Rumah Baileo
Senjata Tradisional : Parang Salawaku
Lagu Daerah :Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina,
Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande,
Tanase, Sayang Kene.
Suku : Buru, Banda, Seram, Kei, Ambon, Rana, Alifru, Togitil, Furu-furu
Bahasa Daerah : Banda, Buru, Furu, Aru, Kei, Kaisar, Larat, Leti, Moa,
Tanimbar, Seram dan Roma
Pakaian Adat : Maluku
Identitas Daerah : Flora : Anggrek Larat (Dendrobium Phalaenopsis), Fauna :
Nuri Raja (Alisterus Amboinensis)
-------------------------------------------------------
Peninggalan Sejarah : Industri dan Pertambangan : Minyak Bumi, Nikel, Minyak Kayu Putih, Asbes.
Tarian Tradisional : Tari Lenso, Tari Dana-Dana, Tari Nabar Ilaa, Tari Perang,
Tari Ronggeng
Rumah Adat : Rumah Baileo.
Senjata Tradisional : Parang Salawaku dan tombak.
Lagu Daerah : Barero, Sarinande.
Suku : Halmahera, Obi, Morotai, Ternate, Bacan, Module, Pagu, Makian Barat,
Kao, Buli, Patani
Bahasa Daerah : Bacan, Damar, Balela, Fayo, Loda, Moba, Morotai, Obi, Sula,
Taliabu, Ternate, Tobelo
Pakaian Adat : Maluku
Identitas Daerah : Flora : Cengkeh (Syzygium Aromaticum), Fauna : Burung
Bidadari (Bidadari Bird)
Alat Musik Tradisional : FU (sumber bunyi : Aerofon , DITIUP SERTA
DIKENDALIKAN OLEH TELAPAK TANGAN SEBAGAI PENGATUR SUARA)
-------------------------------------------------------
Obyek Wisata : Pantai Bonsik, Danau Sentani, Pantai Jendi, Tanjung Kasuari,
Pantai Korem, Hutan Wisata Pulau Supriori, Pulau Balanta, Pantai Tanjung Ria,
Museum Jayapura, Pantai Klimpang, Gua Binsar/Gua Jepang, Sky Line, Ria, dll.
Peninggalan Sejarah : -
Obyek Wisata :Pantai Amal, terdiri dari 2 buah pantai, yaitu pantai amal baru
dan pantai amal lama, Museum Rumah Bundar, Museum Baloy Adat Tidung,
Hutan Mangrove, Penangkaran Buaya Juwata,Taman Kebun Anggrek, Taman
Oval Ladang, Taman Oval Markoni, Taman Oval Malundung, Taman Monumen
Penghargaan Kota Tarakan di Bandara Juwata, Bungker Peninggalan Jepang di
Bandara Juwata, Makam Tentara Jepang , Tugu Makam Tentara Australia, Air
Terjun Karungan, Pulau Sadau (SEMUA DI WILAYAH KOTA TARAKAN)
Peninggalan Sejarah : -
2. Aerofon
Aerofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran udara yang diatur
oleh lubang-lubang atau lidah yang ada pada alat musik tersebut.
Contoh : seruling bambu. serunai , recorder dan lain sebagsinya.
3. Ideofon
Ideofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran alat musik itu
sendiri.
Contoh : gong, angklung,gambang dan lain sebagainya.
4. Kordofon
Kordofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai/tali/senar/corda
yang bergetar karena dipetik,digesek,atau dipukul.
Contoh : Rebab, kecapi , siter dan lain sebagainya.
5. elektrofon
Elektrofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari aliran arus listrik
Contoh : gitar listrik dan lain sebagainya.
langsung
aja
kita
MACAM-MACAM
1.
simak
macam-macam
TARIAN
Tari-tarian
tarian
DAERAH
daerah
DI
Daerah
Istimewa
indonesia
INDONESIA
Aceh
Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis
penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di
daerah Aceh.Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama
yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam
2.
Tari-tarian
Daerah
Bali
Tari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diberikan
secara dinamis dan memikat hati.Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab
Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa
3.Tarian-tarian
daerah
Jawa
Barat
Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang
raja
karena
cintanya
ditolak.
Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan
memukau.
4.
Tari-tarian
Daerah
Bengkulu
Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu
yang
dihormati.
Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian
adat
ini
berasal
dari
Rejang
Lebong.
5.
Tari-tarian
Daerah
DKI
Jakarta
Tart Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung.
Tari
6.
Yopong,
adalah
tari
persembahan
untuk
Tari-tarian
menghormati
Daerah
tamu
negara.
Jambi
Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya
dengan
tari
Melayu.
Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah
Jambi.
7.
Tari-tarian
Daerah
Jawa
Tengah
Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan
menawan.
Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa).
Sebuah
perlambang
penumpasan
angkara
murka.
8.
Tari-tarian
Daerah
JawaTimur
Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan.
Ditarikan
pada
waktu
menyambut
para
tamu.
Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan,
kejantanan
dan
kegagahan.
9.
Tari-tarian
Daerah
kalimantan
Barat
Tarri Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali
penari
berlaku
seperti
dukun
dengan
jampi-jampi
Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat
10.
Tari-tarian
Daerah
Katimantan
Selatan
Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan
menyampaikan
untaian
bunga.
Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan
wanita
di
persandingkan.
11.
Tari-tarian
Daerah
Kalimantan
tengah
Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan
Bungai
Dalam
mengusir
musuh
yang
akan
merampas
panen
rakyat.
Tari Balean Dadas, Merupakan tarian guna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit.
12.
Tari-tarian
Daerah
Kalimantan
Timur
Tari Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tatmu agung. Dapat pula di
pertunjukan
sewaktu
lahir
seorang
bayi
kepala
suku.
Tari perang, Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang
gadis.
13.
Tari-tarian
Daerah
Lampung.
Tari Jangget, adalah tarian untuk upacar-upacara peradatan. Tarian ini melambangkan
keluhuran
budi
dan
susila
rakyat
Lampung.
Tari Malinting, merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat Lampung.
Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung Jati ke Keraton Pulung.
14.
Tari-tarian
Daerah
Maluku
Tari Lenso. merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku.
Tari Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.
15.
Tari-Tarian
Daerah
Maluku
Utara
Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pualng dari medan juang.
Tari Nahar Ilaa, tarian pengikat persahabatan pada waktu panas Pela kesepakatan kampung
untuk
membangun.
16.
Tari-tarian
Daerah
Nusa
Tenggara
Barat
Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian
ini juga scring dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan
keluarga
raja.
Tari Batunganga, sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat. Mengisahkan tentang kecintaan
rakyat terhadap putri raja yang masuk ke dalam batu. Mereka memohon agar sang putri dapat
keluar
dari
dalam
batu
itu.
17.
Tari-tarian
Daerah
Nusa
Tenggara
Timur
Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan
senjata.
Senjata
yang
dipakai
berupa
cambuk
dan
perisai.
Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan. Tari ini berupa ucapan selamat
serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam
hidupnya.
18.
Tari-tarian
Daerah
Papua
Barat
danTengah
Tari Suanggi, tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi
korban
angi-angi
(jejadian).
Tari Perang, tari yang melambangkan kepahlawana, dan kegagahan rakyat Papua.
19.
Tari-tarian
Daerah
Riau
Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat di gemari di daerah Riau.
Tori Joged Lambak, adalah tari pergaulan muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi
20
Tari-tarian
Daerah
Sulawesi
Selatan
Kipas, tari yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas samhil
mengikuti
alunan
lagu.
Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya
sangat
luwes.
21.
Tari-tarian
Daerah
Sulawesi
Tengah
Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat dating untuk menyambut tamu
agung.
Tari Peule Cinde, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya
adalah
dengan
menaburkan
bunga
bagi
para
tamu.
22.
Tari-tarian
Daerah
Sulawesi
Tenggara
Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalarn menyambut tamu agung. Tari rakyat ini
berasal
dari
Buton.
Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotong royongan dalam kerja bersama sewaktu
menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung merupakan irama tersendiri yang menyentuh hati.
23.
Tari-tarian
Daerah
Sulawesi
Utara
Polopalo,
adalah
Tari-tarian
tari
pergaulan
bagi
Daerah
muda-mudi
daerah
Sumatra
Gorontalo.
Barat
Tari Piring : Sebuah tari tradisional yang melambangkan suasana kegotong royongan rakyat
dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya
bersukaria
bersama-sam.
Tari Payung : Ditarikan oleh sepasang muda-mudi dengan payung di tangan, sang pria
melindungi kepala sang wanita, sebuah perlamban perlindungan lelaki terhadap wanita.
25.
Tari-tarian
Daerah
Sumatra
Selatan
Tari Tanggal, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara
kebesaran
adat.
Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat populer di
Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamhangka kemakmuran daerah Sumatra Selatan
26.
Tari-tarian
Daerah
Sumatra
Utara
Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged diiringi musik dengan
pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari pergaulan.
Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan
ditarikan
dalam
suasana
khusuk.
27.
Tari-tarian
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan
gerak
tari
yang
lembut.
Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah
gemulai
28.
Tari-tarian
Daerah
Papua
Timur
Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam
menyambut
para
tamu
yang
dihormati.
Tari Musyoh, merupakan tari sakral dalam upaya mengusir arwah orang meninggal karena
kecelakaan.