TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Judul laporan tugas akhir yang dipilih oleh peneliti dapat dijabarkan dan
didefinisikan sebagai berikut:
Sistem pemanenan air hujan atau rainwater harvesting
adalah suatu cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau aliran permukaan
pada saat curah hujan tinggi untuk selanjutnya digunakan pada waktu air hujan
rendah. (Budi Harsoyo, 2010: 33-34).
Rumah Susun
adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah
horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama (UU No 20
Tahun 2011 tentang Rumah Susun).
Berdasarkan terminologi di atas, judul laporan tugas akhir Sistem Pemanenan
Air Hujan pada Rumah Susun di Jelambar Jakarta ini memiliki arti sebagai berikut:
perencanaan penggunaan sistem untuk mengumpulkan atau menampung air hujan
saat curah hujan tinggi untuk selanjutnya digunakan pada waktu air hujan rendah
yang diterapkan pada bangunan gedung bertingkat terutama untuk tempat hunian
yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama, yaitu
rumah susun di Jelambar, Jakarta.
2.2. Tinjauan Umum
Laporan tugas akhir ini menggunakan tinjauan umum untuk mendukung
penelitian. Teori yang digunakan adalah:
1.1. Sistem Pemanenan Air Hujan
Abdulla et al (2006) menyebutkan bahwa rainwater harvesting merupakan
teknologi yang digunakan untuk pengumpulan air hujan yang berasal dari atap.
Memanen air hujan merupakan alternatif sumber air yang sudah dipraktekkan
selama berabad-abad di berbagai negara yang sering mengalami kekurangan air
(Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai, 2004). Air hujan yang dipanen dapat digunakan
untuk multi tujuan seperti menyiram tanaman, mencuci, mandi dan bahkan dapat
1
digunakan untuk memasak jika kualitas air tersebut memenuhi standar kesehatan
(Sharpe, William E., & Swistock, Bryan, 2008; Worm, Janette & van Hattum, Tim,
2006).
Secara ekologis ada empat alasan mengapa memanen air hujan penting untuk
konservasi air (Worm, Janette & Hattum, Tim van, 2006), yaitu:
a. Peningkatan kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan air
bawah tanah sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah. Sistem
pemanenan air hujan merupakan alternatif yang bermanfaat.
b. Keberadaan air dari sumber air seperti danau, sungai, dan air bawah tanah
sangat fluktuatif. Mengumpulkan dan menyimpan air hujan dapat menjadi
solusi saat kualitas air permukaan, seperti air danau atau sungai, menjadi
rendah selama musim hujan.
c. Sumber air lain biasanya terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai.
Mengumpulkan dan menyimpan air di dekat rumah akan meningkatkan akses
terhadap persediaan air dan berdampak positif pada kesehatan serta
memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap sumber air alternatif ini.
d. Persediaan air dapat tercemar oleh kegiatan industri mupun limbah kegiatan
manusia misalnya masuknya mineral seperti arsenic, garam atau fluoride.
Sedangkan kualitas air hujan secara umum relatif baik.
Keuntungan Pemanenan Air Hujan
Berdasarkan UNEP (2001), beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai
salah satu alternatif sumber air bersih adalah sebagai berikut:
a. Meminimalisasi dampak lingkungan
Penggunaan instrumen yang sudah ada, seperti atap rumah, tempat parkir,
taman, dan lain-lain, dapat menghemat pengadaan instrumen baru. Meresapkan
kelebihan air hujan ke tanah dapat mengurangi volume banjir di jalan-jalan
perkotaan.
b. Air lebih bersih
Air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi
persyaratan sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut.
c. Untuk kondisi darurat
Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat
darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat
terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa
membutuhkan sistem penyaluran air
Rumah Susun yang layak dan terjangkau, terutama bagi MBR dalam lingkungan
yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola
perumahan dan permukiman yang terpadu.
Jenis-Jenis Rumah Susun
Menurut UU No 20 Tahun 2011, Rumah Susun dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
a. Rumah Susun Umum
Rumah Susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Rumah Susun umum inilah yang kemudian
berkembang menjadi Rusunami dan Rusunawa. Rusunami adalah akronim dari
Rumah Susun umum milik, sedangkan Rusunawa adalah akronim dari Rumah Susun
umum sewa.
b. Rumah Susun Khusus
Rumah Susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.
c. Rumah Susun Negara
Rumah Susun yang dimiliki oleh Negara yang menjadi tempat tinggal, sarana
pembinaan dan penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan pegawai negeri.
d. Rumah Susun Komersial
Rumah Susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan. Rumah Susun
komersial oleh pengembang sering disebut apartemen, flat atau kondominium.
Berdasarkan ketinggian lantai, menurut Perda DKI Jakarta No. 7/1991 tentang
bangunan dalam Wilayah DKI Jakarta dan Paul (2001):
a. Bangunan Rendah (Low Rise Building): memiliki ketinggian 2-6 lantai dan
menggunakan tangga sebagai sarana sirkulasi vertikalnya. Jenis ini dikenal
dengan sebutan walk-up flat.
b. Bangunan Sedang (Medium Rise Building): memiliki ketinggian di atas 9 lantai
dan harus menggunakan elevator listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
c. Bangunan Tinggi (High Rise Building): memiliki ketinggian di atas 9 lantai dan
harus menggunakan elevator listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi,
dibuatlah ketentuan sebagai berikut:
a. Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung
lingkungan
yang
baik
untuk
lingkungan/kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat mengatur pembatasanpembatasan ukuran, bahan, motif, dan lokasi dari signage.
f. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung
1. Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan memperhatikan
karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan.
2. Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan
pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari jalan umum.
Pencahayaan yang dihasilkan dengan telah menghindari penerangan ruang luar yang
berlebihan, silau, visual yang tidak menarik, dan telah memperhatikan aspek operasi
dan pemeliharaan.
2.3. Tinjauan Khusus
Laporan tugas akhir ini menggunakan tinjauan umum untuk mendukung
penelitian. Teori yang digunakan adalah:
1.3. Kebutuhan Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologis dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan
efek
samping
No.416/Menkes/PER/IX/1990).
(Ketentuan
Umum
Permenkes
Kebutuhan air dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk
keperluan rumah tangga, industri, pengelolaan kota dan lain-lain. Untuk
memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan
kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan air.
Standar kebutuhan air ada 2 macam (Ditjen Cipta Karya, 2000), yaitu :
a. Kebutuhan Domestik
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada
tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti;
memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya.
Tabel 4. Standar Kebutuhan Air Rumah Tangga Orang/hari
Penggunaan Air
Mandi
Bilas toilet
Cuci Pakaian
Cuci Piring
Kebersihan Rumah Tangga
Cuci Mobil
Siram Taman
Minum dan Masak
Jumlah
Kehilangan (Leak)
Jumlah
Liter
38
10
26
18
32
22
10
9
165
135
300
Galon
10.03
2.64
6.87
4.76
8.45
5.81
2.64
2.38
43.59
35.66
79.25
Persentase
13%
3.5%
8%
6%
11%
7%
3.5%
3%
55%
45%
100%
kegiatan mandi, cuci, kakus, minum, dan irigasi lanskap. Menurut KepMenKes No.
907/MENKES/SK/VII/2002, bahwa diwajibkan melakukan pengelolaan dan
pengawasan sumber mata air, dengan cara sebagai berikut:
Pengurangan Pemakaian Air
c. Sumur Resapan
Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah
yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan
kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur resapan. Untuk membangun
sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum diperlukan metoda
perhitungan berikut (Sunjoto, 1992): 28.
1.5. Komponen Sistem Pemanenan Air Hujan
Sistem PAH umumnya terdiri dari beberapa sistem yaitu: tempat menangkap
hujan (catchment area), saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat
menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, reservoir (storage
tank), saluran pembuangan, dan pompa. Gambar 2 menunjukkan skema ilustrasi
sistem PAH dengan menggunakan atap rumah
10
semakin air dapat mengalir sehingga dapat mengambil air hujan secara maksimal
pada permukaan penangkap air tersebut.
Ada beberapa jenis elemen bangunan yang dapat digunakan sebagai area
tangkapan air hujan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Atap Bangunan
Elemen ini merupakan elemen yang lazim digunakan untuk menangkap air
hujan. Sesuai dengan namanya, teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan
pada prinsipnya dilakukan dengan memanfaatkan atap bangunan (rumah, gedung
perkantoran atau industri) sebagai daerah tangkapan airnya (catchment area) dimana
air hujan yang jatuh di atas atap kemudian disalurkan melalui talang untuk
selanjutnya dikumpulkan dan ditampung ke dalam tangki, seperti terlihat pada
gambar 2.4. Menggunakan atap rumah secara individual memungkinkan air yang
akan terkumpul tidak terlalu signifikan, namun apabila diterapkan secara masal maka
air yang terkumpul akan sangat melimpah.
11
3. Balkon
Pada acara The Rainwater Utilization Idea Contest, ada beberapa ide yang
memikirkan air hujan akan mengalir di dinding bangunan. Kazuo Nagado
12
mengusulkan mengumpulkan air hujan ini dengan membangun atap di lantai pertama
(Rainwater and You,1995).
4. Blooming Flowers
13
Ada anggota lain yang memiliki gagasan rain-blooming flowers, Kaoru Hotta
dan putranya. Mereka mengubah tenda kerai di balkon menjadi tangkapan air hujan.
Yang perlu dilakukan hanya memperbaiki ujung tenda menjadi polyvinyl chloride
selokan, dan bergabung dengan pipa fleksibel (bukan downspout) ke selokan. Barubaru ini, desain tenda yang sangat berwarna-warni, jadi jika banyak jenis rainwatercathchment-flowers mekar pada balkon, akan menyenangkan pandangan (Rainwater
and You,1995).
5. Dinding Bangunan
Mengumpulkan air hujan dari atap dan atap menghadap langit adalah umum,
tetapi air hujan juga dapat dikumpulkan dari permukaan vertikal bangunan karena
14
hujan biasanya tidak jatuh tepat vertikal. dalam banyak kasus, itu jatuh pada miring
dan dalam beberapa kasus, "jatuh bangun".
Jumlah air hujan yang dikumpulkan dari permukaan vertikal bangunan seperti
yang telah dianggap sebagai 50% dari yang dari permukaan horizontal dari daerah
yang sama, tetapi ada laporan bahwa itu benar-benar diukur 7%. Bahkan jika itu
hanya 7% jumlah total air hujan yang dikumpulkan akan menjadi besar karena
bahkan salah satu dinding bangunan beberapa kali lebih besar atap dan ada banyak
gedung-gedung tinggi di daerah perkotaan (Rainwater and You,1995).
15
c. Filter
Filter dibutuhkan untuk menyaring sampah (daun, plastik, ranting, dll) yang
ikut bersama air hujan dalam saluran penampung (Gambar 12) sehingga kualitas air
hujan terjaga. Dalam kondisi tertentu, filter harus bisa dilepas dengan mudah dan
dibersihkan dari sampah.
Gambar 12 Filter
Sumber: Anie, 2011.
16
17
Metode tangki penyimpanan bawah tanah adalah dimana tangki air ditempatkan di
dalam tanah. Air hujan digunakan kembali menggunakan pompa.
18
Sistem pemanenan air hujan di Rumah Susun telah dilaksanakan di flat biaya
rendah Proyek Perumahan Rakyat Sri Stulang, Johor Baru, Malaysia seperti dalam
Gambar 19. Tangki beton dibangun sebagai bagian dari struktur bangunan dan air
hujan digunakan untuk mencuci tangga dan lantai.
19
Tangki pada gambar 20 disebut juga sebagai "tangki air hujan ultra tipis". Tangki
ini terbuat dari blok beton dan tampak seperti hanya sebuah dinding blok beton biasa.
Namun, masing-masing blok berlubang sehingga air hujan dapat disimpan di
dalamnya. Blok seharusnya tidak memiliki partisi dalam, tidak ada ujung
tersembunyi dan juga sebaiknya harus tahan air. Blok harus ditempatkan secara
bergantian di atas pondasi beton bertulang yang berlabuh oleh tulangan di setiap
sudut dinding dan setiap 1,8 m. Blok berlabuh oleh tulangan harus diisi dengan
beton. Pipa untuk bergabung setiap bagian blok harus dimasukkan ke dalam lapisan
terendah.
e. First Flush Device
First flush device: apabila kualitas air hujan merupakan prioritas, saluran
pembuang air hujan yang tertampung pada menit-menit awal harus dibuang. Tujuan
fasilitas ini adalah untuk meminimalkan polutan yang ikut bersama air hujan.
f. Pompa (Pump)
Pompa (Pump) dibutuhkan apabila tangki penampung air hujan berada di bawah
tanah.
1.6. Perancangan Sistem Rainwater harvesting
Berdasarkan Rainwater harvesting for Domestic Use (2006), terdapat 4
langkah sistematis dalam merancang sebuah sistem rainwater harvesting.
Tahap 1. Merancang area penangkap air hujan.
Tahap 2. Merancang sistem pengiriman air hujan.
Tahap 3. Menentukan ukuran penyimpanan air yang diperlukan.
Tahap 4. Memilih desain penyimpanan air yang cocok untuk proyek yang
bersangkutan.
20
Gambar 21 Rainwater Collection System
Sumber: http://www.allthingsrainwater.com/ diakses 20 April 2015.
Rainfall
Area
Run-off Coefficient
>0.9
0.6-0.9
0.8-0.9
0.6-0.7
0.2
21
22
Aluminium memiliki sifat anti karat. Bentuk yang dapat digunakan beragam antara
lain kotak, setengah lingkaran, atau bentuk huruf v.
23
Heryani (2009) dalam tulisannya yang berjudul Teknik Panen Hujan : Salah
Satu Alternatif Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik menjelaskan bahwa
potensi jumlah air yang dapat dipanen (the water harvesting potential) dari suatu
bangunan atap dapat diketahui melalui perhitungan secara sederhana, sebagai
berikut:
(Q) Debit air yang dapat dipanen (m)
= (C) Koefisien Run Off x (I) Intensitas Air Hujan (mm) x (A) Luas area (m)
Sebagai ilustrasi, untuk suatu areal tangkapan hujan dengan luas 200 m, curah
hujan tahunan 500 mm, maka jumlah air yang dapat dipanen ditetapkan sebagai
berikut:
Dengan luas area = 200 m2 dan jumlah curah hujan tahunan = 500 mm, maka
24
25
b.
26
Jenis Peruntukan
Bangunan untuk hunian
Bangunan fasilitas
Ruang Terbuka
Prasarana Lingkungan
Luas Lahan
Maksimum (%)
Minimum (%)
50
10
20
20
Fasilitas niaga
Fasilitas pendidikan
Warung
Toko-toko perusahaan dan dagang
Pusat perbelanjaan
Ruang belajar untuk pra belajar
Ruang belajar untuk sekolah dasar
Ruang belajar untuk sekolah lanjutan tingkat
27
pertama
Ruang belajar untuk sekolah menengah
umum
Fasilitas peribadatan
Ruang terbuka
Tinjauan Sarana
Tinjauan sarana berdasarkan SNI-03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana, yaitu :
a. Fasilitas Niaga (Warung)
Luas lantai minimal adalah sama dengan luas satuan unit Rumah Susun
sederhana dan maksimal 36m2 ( termasuk gudang kecil )
Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 1000 penghuni dimana anak-
tahun.
Berada di tengah-tengah kelompok keluarga/digabung dengan taman-taman
c. Fasilitas Kesehatan.
28
d. Fasilitas Peribadatan.
Fasilitas peribadatan harus disediakan di setiap blok untuk kegiatan
peribadatan harian, dapat disatukan dengan ruang serbaguna atau komunal, dengan
ketentuan:
Siskamling.
Gedung Sebaguna.
Kantor Pengelola.
Tempat Bermain.
Maksimal dapat melayani 12 30 anak.
Berada antara bangunan atau pada ujung-ujung cluster yang mudah diawasi.
Luas area minimal 75 180 m2.
Tempat Parkir
Berfungsi untuk menyimpan kendaraan penghuni (roda 2 dan 4).
Jarak maksimal dari tempat parkir roda 2 ke blok hunian terjauh 100 m,
29
: KAMJZ Architects
Lokasi
: Taichung, Taiwan
Klien
: Taichung City
Project Leader
Partner in Charge
: Marek Kuryowicz
Collaboration
: Buro Happold
Tim
Ukuran
: 63,000 sqm
Proposal desain Pusat Kesenian Kota Taichung oleh KAMJZ Arcihtects ini
bertujuan untuk memberikan peluang untuk menggunakan fitur lokal untuk
melindungi lokasi itu sendiri, mengubah faktor-faktor pembatas yang ada menjadi
sebuah fitur proyek yang menarik. Dengan curah hujan tahunan rata-rata 2500 mm
dan iklim sangat dipengaruhi oleh musim hujan, Taiwan merupakan negara yang
menerimabanyak air hujan. Oleh karena itu, para arsitek berfokus pada agenda
pengendalian air lokal, Water Damper Towers, dengan bangunan sebagai
perwujudannya.
Taiwan secara resmi diklasifikasikan oleh PBB sebagai negara defisit air
dengan jumlah air hujan per orang hanya 1/6 dari rata-rata dunia dan kekurangan air
30
biasanya muncul setiap tahun antara bulan Maret dan Mei. Dikarenakan populasi
yang tinggi, dan juga topografi dengan bukit yang terjal menyebabkan air mengalir
ke laut dan distribusi hujan terdistribusi tidak merata, dan hanya 20% dari air yang
tersisa untuk konsumsi air, hal ini membuat air hujan sebagai sumber daya yang
sangat penting dan berharga di pulau itu. Jika sumber daya air tidak dapat
dialokasikan dengan baik, masalah-masalah lain yang terkait akan terus bertambah.
Gempa Bumi Permasalahan Besar Negara Taiwan
Taiwan merupakan zona seismik aktif, pada Pacific Ring of Fire di tepi barat
dari piringan pantai Filipina. Para geologis telah mengidentifikasi 42 kejanggalan
aktif pada pulau ini. Gempa bumi paling sering terjadi di pantai timur dan
menyebabkan kerusakan kecil namun gempa yang lebih kecil di bawah pulau itu
sendiri secara historis ternyata terbukti lebih merusak. Diantara tahun 1901 dan tahun
2000, telah terjadi 91 gempa bumi besar di Negara Taiwan, 48 diantaranya
mengakibatkan korban jiwa. Gempa bumi yang paling terakhir terjadi adalah berupa
921 gempa bumi, yang menyerang pada tanggal 21 September 1999, dan memakan
2415 korban jiwa. Pemantauan potensi bencana saja tidak cukup. Standar konstruksi
yang buruk telah disalahkan atas korban-korban yang disebabkan oleh gempa bumi
besar ini. Banyak bangunan dan fasilitas modern di Taiwan yang telah dibangun
dengan pemikiran konstruksi yang aman dari gempa bumi tetapi kesluruhan strategi
diterapkan dari bawah ke atas yang dapat membantu untuk meningkatkan ketahanan
gempa dari seluruh kepentingan kota untuk bangkit.
Untuk mencapai standar Zero Carbon and Energi Plus dan mengamankan
keselamatan bangunan, banyak perangkat teknologi yang digunakan. Biaya produksi
mereka mahal dan terkadang tidak berkelanjutan. Di Taichung City Cultural Center
31
32
dan trotoar dan area lantai dasar dengan sistem pengumpulan multi-layer memiliki
desain berpori permeable untuk menyimpan air.
Teras Air Sebuah Tipologi Bangunan Baru
Bangunan ini akan dibangun dengan kompilasi bertulang antara kolam
bertingkat beton membentuk sistem pengumpulan air hujan, rantai kolektor akan
bermula pada plaza yang diangkat. Area lantai dasar akan bebas dan terbuka yang
dimana akan memaksimalkan keuntungan dari air sebanyak mungkin. Plaza ini akan
menampilkan serangkaian bukaan yang akan diperlukan untuk menurunkan air
terhadap lapisan lantai dasar.
Konsep bentuk Pragmatic Formless Pergerakan Air sebagai Inspirasi Utama.
Fasad dirancang untuk estetis yang menarik namun praktis, menempatkan
fokus yang kuat pada pengumpulan air hujan dan perbaikan terhadap kualitasnya
pula. Terdiri dari serangkaian patung dengan bentuk cair, yang mendorong gerakan
alami dari air dengan menyalurkan ke teras, dimana hal ini akan berperan sebagai
satu set talang besar hujan di bagian atas dan kolam di bagian bawah dari bangunan
mengumpulkan limpasan air yang akan bergerak terus menerus.
33
yang ditampung terlalu banyak oleh kolam tunggal, air limpasan akan tumpah keluar
dan kaskade akan turun menuju teras selanjutnya atau ke plaza utama yang berlubang
yang nantinya akan mengarah ke lantai dasar.
Gambar 30 Section
Sumber: archdaily.com, diakses pada 20 April 2015.
34
Air yang telah dipanen oleh bangunan akan memasok 85 litres air hujan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk (masing-masing rata-rata penggunaan air
harian 150 liter/hari)
35
Di bawah permukaan atap, penampungan air dalam bentuk corong besar dan
bidang buluh, berfungsi sebagai unit pengolahan air hydro botanic. Unit memproses
air menjadi air yang dapat digunakan yang selanjutnya ditransmisikan ke apartemen
(Archdaily.com, 2014).
36
Kesimpulan :
Dari 2 proyek diatas yang menggunakan sistem pemanenan air hujan, dapat
disimpulkan bahwa air hujan mampu ditangkap oleh berbagai macam elemen-elemen
bangunan dari mulai atap, fasad, plat lantai dan sebagainya, serta perletakan
penyimpanan air hujan tersebut yang fleksibel seperti yang terdapat pada Pusat
Kesenian Kota di Taiwan yang meletakkannya pada core bangunan sekaligus sebagai
elemen yang mempercantik ruangan.
1.11. Studi Banding Rumah Susun
Tabel 8 Studi Banding Rumah Susun
37
Analisa
Penampilan
Bangunan
Alamat
Luas Lahan
Jumlah
Lapis
Gubahan
Massa
Unit Hunian
Utilitas
Penghawaan
Jaringan Listrik
Aliran listrik yang digunakan bersumber dari
PLN. Instalasi listrik melalui saluran bawah
tanah.
Penghawaan alami dan AC split.
38
Analisa
Pencahayaan
Material
Fasilitas
Penunjang
Kelemahan
Material Interior
Dinding Luar
Plester + Aci + Cat
Dinding Dalam
Plester + Aci + Cat
Lantai Hunian
Keramik
Plafond
Beton Ekspose
Material Eksterior
Pondasi
Tiang pancang
Dinding
Batako + Plester + Aci + Cat
Lantai Selasar
Keramik
Tangga
Beton finishing keramik
Kantor Pengelola
Masjid
Warung Makan
Parkir Motor dan Mobil
Taman Kanak-Kanak
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil survey, penulis melihat bahwa di kedua sampel rusun ini tidak ada
yang menggunakan air hujan sebagai sumber air alternatif untuk keperluan penghuni
rusun. Air hujan dialirkan langsung menuju riol kota tanpa adanya pemanfaatan.
Selain itu, Adanya penerangan di sekitar area rusun juga sangat diperlukan untuk
keamanan dan kenyamanan penghuni dalam melakukan kegiatan di luar bangunan
pada malam hari. Tempat pengumpulan sampah yang menggunakan shaft sampah
39
Community
Organization
(penguatan
kelembagaan)
termasuk
40
ruang dan besaran luas ruang yang dapat mempengaruhi kenyamanan penghuni
didalamnya.
Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba merancang sistem pemanenan air
hujan yang akan diterapkan pada Rumah Susun yang terletak di Kelurahan Jelambar
Baru. Kemudian diprediksikan jumlah air yang dihasilkan oleh sistem pemanenan air
hujan pada Rumah Susun Jelambar Baru yang mampu memenuhi kebutuhan bilas
toilet para penghuni Rumah Susun Jelambar Baru, Jakarta Barat sepanjang tahun,
baik saat musim penghujan maupun musim kemarau. Serta akan merancang
bangunan Rumah Susun yang fungsi ruang dan sirkulasi didalamnya dapat tertata
dengan baik dan berkelanjutan.
2.7. Kerangka Berpikir