Anda di halaman 1dari 20

Datum Vertikal

Definisi definisi

Datum Vertikal
bidang referensi untuk sistem tinggi ortometrik yaitu geoid

Geoid
bidang ekipotensial gayaberat bumi yang paling mendekati muka laut rerata

Titik Datum
titik yang mempunyai nilai tinggi terhadap datum vertikal dan dipilih sebagai titik
pangkal (origin) untuk jaring kontrol vertikal

Tanda Tinggi Geodesi (TTG)


titik tetap di lapangan yang berbentuk pilar dengan ukuran tertentu, yang
menandai nilai tinggi, sebagai bagian dari jaring kontrol vertikal, yang berfungsi
sebagai titik kontrol vertikal (TKV)
Keterangan: Tanda tinggi geodesi disebut juga tanda tinggi tetap (bench mark)

Muka Laut Rerata (MLR)


bidang permukaan laut rata-rata selama kurun waktu tertentu

Sumber : Jaring Kontrol Vertikal, SNI 19-6988-2004, Badan Standarasisasi Nasional

Penetapan Datum Vertikal

Pengembangan JKV dimulai dengan pendefinisian datum vertikal yang


realisasinya dilaksanakan dengan penetapan tinggi ortometrik suatu TTG
yang berfungsi sebagai titik datum sistem JKV yang akan dikembangkan.
Penetapan tinggi ortometrik TTG awal ini harus diikatkan dengan stasiun
pasut yang diamati selama kurun waktu sekurang-kurangnya 18,6 tahun
untuk memperoleh tinggi TTG terhadap MLR.
Bidang ekipotensial yang melalui MLR pada stasiun pasut di titik datum
ditetapkan sebagai datum vertikal.
Mengingat sampai saat ini metode maupun teknologi penyatuan datum
vertikal untuk seluruh wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan
belum bisa diwujudkan, jaring kontrol vertikal nasional orde nol belum dapat
dilaksanakan.

Sumber : Jaring Kontrol Vertikal, SNI 19-6988-2004, Badan Standarasisasi Nasional

Penetapan Datum Vertikal


Instansi yang berwenang dalam survei dan pemetaan telah menyelenggarakan JKV di sejumlah
pulau di Indonesia yaitu:
1. Pulau Jawa JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di Tanjung Priok Jakarta dan
Tanjung Perak Surabaya;
2.
Pulau Madura: JKV orde satu dengan datum vertikal pengukuran trigonometri dari TTG.
1751 di Pulau Jawa ke TTG. 1030 di Pulau Madura;
3. Pulau Bali: JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut pelabuhan
Benoa;
4. Pulau Lombok: JKV orde satu dengan datum vertikal MLR di stasiun pasut Lembar Pulau
Lombok;
5. Pulau Sumatera: JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut
Malahayati Nangro Aceh, stasiun pasut Sibolga, stasiun pasut Telukbayur Padang, stasiun
pasut Bengkulu, stasiun pasut Dumai, dan stasiun pasut Panjang;
6. Pulau Sulawesi: Sulawesi Selatan, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR di stasiun
pasut Ujungpandang, Mamuju dan Palopo. Sulawesi Utara, JKV orde dua dengan datum
vertikal rerata MLR stasiun pasut Bitung. Sulawesi Tenggara, JKV orde dua dengan datum
vertikal rerata MLR di stasiun pasut pelabuhan Kendari;
7. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun
pasut Jungkat, Pontianak;
8. Pulau Ambon: JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun pasut pelabuhan Ambon;
9. 9. Pulau Seram: JKV orde dua dengan datum vertikal Tinggi Elipsoid dikurangi Undulasi
dari data gayaberat global.

Sumber : Jaring Kontrol Vertikal, SNI 19-6988-2004, Badan Standarasisasi Nasional

Penetapan Datum Vertikal

Dalam kondisi tidak memungkinkan penetapan datum vertikal dengan metode


ideal, seperti tersebut di atas, maka penetapan datum vertikal dapat ditempuh
melalui pendekatan dengan teknik tertentu sedemikian rupa sehingga diperoleh
tinggi titik datum sedekat mungkin dengan tinggi terhadap geoid. Datum
vertikal pendekatan dapat ditetapkan dengan cara-cara prioritas sebagai
berikut:

1. penetapan datum vertikal dengan data pasut minimal 1


tahun;
2. penggunaan peil pelabuhan laut atau sungai yang memiliki
informasi tentang tinggi terhadap MLR;
3. kombinasi GPS dengan model geoid global;
4. interpolasi tinggi pada peta topografi;
5. penentuan tinggi barometrik.

Sumber : Jaring Kontrol Vertikal, SNI 19-6988-2004, Badan Standarasisasi Nasional

Datum Referensi / Datum Vertikal


Duduk Tengah (DT) / Mean Sea Level (MSL) / Muka Laut Rata-rata (MLR)
adalah permukaan laut rata-rata yang merupakan suatu kedudukan yang
ditentukan melalui pengamatan air laut (pengamatan pasut) untuk setiap
jam, hari, bulan atau tahun.
Dalam survey hidrografi dikenal dua istilah DT, yaitu :
DT Harian pada umumnya ditentukan melalui pengamatan permukaan
laut setiap jam selama satu hari (dari jam 00.00 sampai dengan jam
23.00), sehingga diperoleh 24 harga hasil pengamatan.
DT Bulanan ditentukan melalui nilai rata-rata dari DT Harian untuk waktu
satu bulan. DT Bulanan ini tidak memiliki masa perubahan yang pendek
seperti DT Harian di mana hampir memperlihatkan perubahan yang
merata.
DT Tahunan ditentukan melalui nilai rata-rata dari DT Bulanan untuk waktu
satu tahun (12 bulan).
DT Sejati, merupakan muka laut rata-rata ideal yang tidak lagi dipengaruhi
oleh keadaan pasang surut, di mana pengamatan kedudukan permukaan
laut haruslah dilakukan paling sedikit selama 18,6 tahun. (Djaja, 1979)

DT/MSL Harian dengan Perhitungan Jangka Pendek

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Grafik Tin ggi


Air (cm)

18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00

Tinggi Muka Air (cm)

Grafik Pasang Surut Perairan Tanjung Bayam,


Kec. Tamalate, Kota Makassar

Jam Pengamatan

Nilai DT /Mean Sea Level (MSL) : 69.76 = 70 cm


Malik, Slide Kuliah Pasang Surut, Slideshare, www.slideshare.net

DT/MSL Harian dengan Perhitungan Jangka Pendek

Nilai DT /Mean Sea Level (MSL) : 0.891 m

Perhitungan DT dapat dihitung dengan beberapa cara sesuai


dengan periode :
- Perhitungan periode jangka pendek selama satu hari
- Perhitungan periode satu bulan
- Perhitungan periode berbulan-bulan untuk mencari
(mendapatkan) Z0 yang tepat
- Perhitungan periode bertahun-tahun untuk mengetahui
perubahan dari tahun ke tahun dan perubahan periode
jangka panjang. (Sitepu dalam Teknologi Survei Laut, 1996)
Selain itu nilai DT dapat diperoleh dari hasil analisa harmonik
dengan metode admiralty (konstanta S0).

http://3.bp.blogspot.com/-9VGcUxvRsAQ/TahY5YnusQI/AAAAAAAAANo/oij_gtudsms/s640/ship+on+side.jpg

Muka Surutan atau Chart Datum

Muka Surutan atau Chart Datum (Zo)


Bidang yang terletak di bawah air rendah terendah ratarata surut, diukur sebesar nilai muka surutan dari DT
selama penelitian atau nilai muka surutan yang telah
mengalami koreksi musim dari DT sejati.
Suatu permukaan tetap yang ditentukan dan menjadi
bidang Referensi bagi semua pengukuran kedalaman air.

Suatu permukaan khayalan dimana kedalaman laut diukur.


Setiap dalam laut yang tercatat di peta dihitung sampai
permukaan ini. Untuk menetapkan muka surutan ini, tidak
terdapat keseragaman di antara negaranegara maritim di
dunia, sehingga dalam menggunakan peta kita harus
memperhatikan muka surutan apa yang dipakai.

Beberapa contoh dari muka surutan yang dipakai oleh badanbadan hidrografi di dunia adalah :
1. Inggris : air rendah purnama rata-rata (mean Low Water
spring).
2. Amerika Serikat : di Atlantik, air rendah rata-rata (mean low
water).Di Pasifik, air rendah terendah rata-rata (mean lower
low water).
3. Australia : air rendah purnama Indian (Indian Spring Low
water).
4. Belanda : air rendah terendah purnama rata-rata (mean lower
low water spring).
5. Bulgaria : permukaan laut rata-rata (mean sea level).
6. Norwegia : air rendah purnama equator (equatorial spring low
water).

Standar Chart datum yang sering dipakai adalah :


1.

2.
3.
4.
5.

Defenisi dari Prancis (Lowest Predicted Low Water),

Z0 = 1,2 (M2 + S2 + K2)

Defenisi Admiralty Inggris,

Z0 = 1,1 (M2 + S2)

Defenisi dari Pantai Timur Amerika (Mean Low Water),

Z0 = M2

Defenisi dari Australia (Indian Low Water Spring),

Z0 = AM2 + AS2 + AK1 + AO1

International Hydrographic Organization (IHO)

( Mihardja, 1987 dalam Ongkosongo dan Suyarso, 1989 dan Sitepu dalam Teknologi Survei Laut,
1996).

Hitungan air laut tertinggi saat pasang surut purnama (Mean High
Water Spring), air laut tertinggi pada saat pasang surut mati (Mean
High Water Neap), air laut terendah saat pasang surut purnama
(Mean Low Water Spring) dan air laut terendah pada saat pasang
surut mati (Mean Low Water Neap) mengacu pada perhitungan
berikut ini:

MHWS = Z0 + M2 + S2
MHWN = Z0 + M2 S2
MLWN = Z0 M2 + S2
MLWS = Z0 M2 S2
LWS = S0 Z0 - digunakan di indonesia
Dimana: LWS : Low Water Spring
S0 : Mean Sea Level (MSL)
Z0 : Chart Datum

Dalam standar penentuan Z0 yang digunakan oleh


beberapa negara di dunia yang berbeda. Saat ini
cenderung direkomendasikan penggunaan LAT sebagai
muka surutan. (Poerbandono, 2005)
LAT

= Lowest Astronomical Tide

Kedudukan permukaan laut terendah yang ditentukan oleh pengamatan


pasang surut secara kontinyu selama 1(satu) tahun untuk dapat
memperkirakan secara cukup andal pasut terendah bagi suatu periode 19
tahun (satu periode pasut astronomis yg mengacu adanya pengaruh matahari
dan bulan)
SNI 7646-2010, survei hidrografi menggunakan single beam echosounder,
BSN 2010

http://wegc203116.uni-graz.at/meted/oceans/tides_intro/media/graphics/lowdatums.jpg

Contoh Aplikasi datum untuk Bangunan air


http://vannstand.no/images/articles/fakta/reference_level.png

Beberapa persyaratan untuk penempatan lokasi stasiun pasut yang


harus dipenuhi antara lain adalah (Poerbandono, 2005) :

1. Lokasi stasiun pasut harus menggambarkan karakteristik pasang


surut di daerah sekitarnya.
2. Tanah di daerah lokasi stasiun pasut harus keras (tidak berlumpur).
3. Lokasi stasiun pasut sebaiknya jauh dari muara sungai, untuk
menghindari pengaruh aliran serta endapan dan sampah yang
terbawa menuju ke laut.
4. Perairan di lokasi stasiun pasut diupayakan bersih dan jernih serta
tidak terganggu oleh tetumbuhan laut yang ada di sekitarnya.
5. Lokasi dicari sedemikian rupa agar memudahkan pengawasan dan
pemeliharaan stasiun pasut.
6. Terlindung dari pengaruh ombak dan gelombang serta pengaruh
lainnya.

Palem Pasut

Bak Ukur
Autolevel
BTB

BTP

MSL

BM / TTG

Z0 = (BTP-BTB) - MSL
MSL bisa digantikan dengan Chart Datum

Malik, Slide Kuliah Pasang Surut, Slideshare, www.slideshare.net


Mihardja, 1987 dalam Ongkosongo dan Suyarso, 1989 Sitepu dalam Teknologi Survei
Laut, 1996
Poerbandono, 2005, Survei Hidrografi, Refika Aditama 2005
SNI 19-6988-2004, Jaring kontrol vertikal dengan metode sipatdatar, BSN 2004

Anda mungkin juga menyukai