Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kostruksi jalan raya sebagai sarana transportasi adalah
merupakan unsur yang sangat penting dalam usaha meningkatkan
kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraannya. Dalam
kehidupan kita sehari-hari sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat
hidup tanpa bantuan orang lain, maka dengan adanya prasarana jalan
ini, maka hubungan antara suatu daerah dengan daerah lain dalam
suatu negara akan terjalin dengan baik. Sarana yang dimaksud disini
adalah sarana penghubung yang melalui ndarat, laut dan udarah. Dari
ketiga sarana tersebut, akan ditinjau prasarana yang melalui darat.
Dalam perencanaan geometrik termasuk juga perencanaan tebal
perkerasan jalan, karena dimensi dari perkerasan merupakan bagian
dari perencanaan geometrik sebagai suatu perencanaan jalan
seutuhnya. Bertambahnya jumlah dan kualitas kendaraan dan
berkembangnya pengetahuan tentang kelakukan pengendara serta
meningkatnya jumlah kecelakaan, menuntut perencanaan geometrik
supaya memberikan pelayanan maksimum dengan keadaan bahaya
minimum dan biaya yang wajar.
Perancangan geometrik jalan tentunya akan berdampak terhadap
lingkungan sekitar. Dampak yang ditimbulkan tentunya ada yang baik
tapi juga ada yang buruk. Yang akan dibahas dalam tulisan ini ialah
rencana drainase jalan, dampak pemotongan bukit terhadap
lingkungan, dampak pengurugan lembah terhadap lingkungan,
pembangunan jalan yang melalui jalan terhadap lingkungan, dan
rancangan jalan yang akrab lingkungan dan berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas ialah:
1.2.1.
Apa itu drainase jalan dan bagaimana perancangan
drainase jalan?
1.2.2.
Apa
dampak
pemotongan
bukit/tebing
terhadap
lingkungan?
1.2.3.
Apa dampak pengurugan lembah terhadap lingkungan?
1.2.4.
Apa dampak pembangunan jalan yang melalui hutan
terhadap lingkungan?
1.2.5.
Bagaimana rancangan jalan yang akrab lingkungan dan
berkelanjutan?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar dapat memberikan gambaran
mengenai dampak perancangan geometrik jalan terhadap
lingkungan.

1.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini ialah:
1.4.1.
Dapat mengetahui tentang drainase jalan dan
perancangan drainase jalan
1.4.2.
Dapat mengetahui tentang dampak pemotongan bukit
terhadap lingkungan
1.4.3.
Dapat mengetahui tentang dampak pengurugan lembah
terhadap lingkungan
1.4.4.
Dapat mengetahui tentang dampak pembangunan jalan
yang melalui hutan terhadap lingkungan
1.4.5.
Dapat mengetahui tentang perancangan jalan yang
akrab lingkungan dan berkelanjutan

BAB II
2

PEMBAHASAN

2.1. Drainase Jalan


Drainase
merupakan
salah
satu
fasilitas
dasar
yang
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan
infrastruktur khususnya).
Berdasarkan fungsinya Drainase dapat diklasifikan menjadi 2 yaitu:

2.1.1. Drainase Permukaan


Drainase Permukaan ialah sistem drainase yang berkaitan dengan
pengendalian air permukaan. Sistem drainase permukaan pada
konstruksi jalan raya pada umumnya berfungsi sebagai berikut:
1) Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air
2) Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang
mengalir menuju jalan
3) Membawa air menyebrang alinyemen jalan secara terkendali
Dua fungsi yang pertama dikendalikan oleh komponen drainase
memanjang, sementara fungsi ketiga memerlukan bangunan drainase
melintang, seperti culvert, gorong-gorong, dan jembatan.
Berikut adalah gambar dari sistem drainase permukaan:

Sistem drainase permukaan pada umumnya terdiri dari:


3

1. Kemiringan melintang pada bahu jalan dan perkerasan


jalan
a. Pada daerah jalan yang datar dan lurus
Penanganan pengendalian air untuk daerah ini biasanya
dengan membuat kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai
dari mulai dari tengah perkerasan menurun/melandai ke arah
selokan samping. Besarnya kemiringan bahu jalan biasanya
diambil 2% lebih besar daripada kemiringan permukaan jalan.
Besarnya kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Kemiringan Melintang Normal Perkerasan Jalan

Berikut ini adalah gambar untuk kemiringan melintang normal


pada daerah yang datar dan lurus

b. Daerah jalan yang lurus pada tanjakan/penurunan


Penanganan pengendalian air pada daerah ini perlu
mempertimbangkan pula besarnya kemiringan alinyemen
vertikal jalan yang berupa tanjakan dan turunan, supaya aliran
air secepatnya bisa mengalir ke selokan samping. Untuk itu
4

maka kemiringan melintang perkerasan jalan disarankan agar


menggunakan nilai-nilai maksimum pada tabel 1.
c. Pada Daerah Tikungan
Kemiringan melintang perkerasan jalan pada daerah ini
biasanya
harus
mempertimbangkan
pula
kebutuhan
kemiringan jalan menurut persyaratan alinyemen horisontal
jalan, karena itu kemiringan perkerasan jalan harus dimulai
dari sisi luar tikungan menurun/melandai ke sisi dalam
tikungan. Besarnya kemiringan pada daerah ini ditentukan oleh
nilai maksimum dari kebutuhan kemiringan alinyemen
horisontal atau kebutuhan kemiringan menurut keperluan
drainase.

2. Selokan samping
Selokan samping adalah selokan yang dibuat disisi kiri dan kanan
badan jalan.
a. Fungsi Selokan Samping
Menampung dan membuang air yang berasal dari
permukaan jalan
Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah
pengaliran sekitar jalan
Dalam hal pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah ,
maka
untuk
itu
harus
dibuat
sistem
drainase
terpisah/tersendiri
b. Bahan Bangunan Selokan Samping

Pemilihan jenis material untuk selokan samping umumnya


ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air yang
akan melewati selokan samping sedemikian sehingga material
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis material

Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat penampang hidrolis


sifat penampang saluran, salah satunya adalah kemiringan
saluran. Pada Tabel 3 dapat dilihat hubungan antara
kemiringan selokan samping dan tipe material yang digunakan.
Tabel 3
Hubungan kemiringan selokan samping (i) dan jenis material

Tabel 4
Hungan kemiringan saluran memanjang (is) berdasarkan jenis
material

c. Pematah Arus/Check Dam


Pada suatu selokan samping yang relatif panjang dan
mempunyai kemiringan cukup besar, kadang-kadangdiperlukan
pematah arus (check dam) untuk mengurangi kecepatan
aliran.
Pemasangan jarak check dam (L) biasanya ditentukan sebagai
berikut:

d. Penampang Melintang Selokan Samping


Pemilihan tipe penampang selokan samping didasarkan atas:
Kondisi tanah dasar
Kedudukan muka air tanah
Kecepatan aliran air
e. Perhitungan Dimensi Selokan Samping
Dalam garis besar, perencanaan selokan samping mencakup
tiga tahap proses sebagai berikut:
Analisis hidrologi
Perhitungan hidrolika
Gambar rencana
Analisis hidrologi dilakukan atas dasar data curah hujan ,
topografi daerah, karateristik daerah pengaliran serta
frekuensi banjir rencana.
Hasil analisi hidrologi adalah:
Besarnya debit air yang harus ditampung oleh selokan
samping. Selanjutnya atas dasar debit yang kita peroleh maka
dimensi selokan samping dapat kita rencanakan atas dasar
analisa/perhitungan hidrolika.
1. Rumus untuk Menghitung Debit (Q)
7

Biasanya rumus yang digunakan adalah Rational Formula


sebagau berikut:

dimana:
Q = Debit (m3/det)
C = Koefisien pengaliran, seperti pada tabel 4 di bawah ini
I = Intensitas hujan (mm/jam) dihitung selama waktu
konsentrasi
(Tc) untuk periode banjir rencana
A = Luas daerah pengaliran (km2)
Koefisien Pengaliran (C) :
Koefisien pengaliran adalah koefisien yang besarnya
tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan
medan, jenis tanah, lamanya hujan di daerah pengaliran.
Tabel 5
Koefisien Pengaliran (C)

Frekuensi Banjir Rencana:


Frekuensi
banjir
rencana
ditetapkan
berdasarkan
pertimbangan
kemungkinan-kemungkinan
kerusakan
terhadap bangunan-bangunan di sekitar jalan akibat banjir.
Dengan asumsi tingkat kerusakan sedang masih dianggap
wajar, maka frekuensi banjir rencana untuk selokan samping
dipilih 5 tahun.
Luas Daerah Pengaliran (A):

Batas-batas daerah pengaliran ditetapkan berdasarkan peta


topografi, pada umumnya dalam skala 1:50.000 1:25.000.
Jika luas daerah pengaliran relatif kecil diperlukan peta
dalam skala yang lebih besar. Dalam praktek sehari-hari,
sering terjadi tidak tersedianya peta topografi ataupun peta
pengukuran lainnya yang memadai sehingga menetapkan
batas daerah pengaliran merupakan suatu pekerjaan yang
sulit. Jika tidak memungkinkan memperoleh peta topografi
yang memadai, asumsi berikut dapat dipakai sebagai bahan
pembanding.

2. Rumus untuk menghitung dimensi


Rumus umum yang dipakai untuk menghitung dimensi
adalah sebagai berikut:

dimana:
F = Luas penampang basah (m2)
Q = Debit (m3/det)
V = Kecepatan aliran (m/det)
Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan menggunakan
Rumus Manning:

dimana:
V = kecepatan aliran
n = koefisien kekasaran dinding menurut Manning
R = F/p = jari-jari hidrolis (m)
F = luas penampang basah (m2)
p = keliling penampang basah (m)
i = kemiringan selokan samping
Harga koefisien kekasaran dinding menurut Manning bisa
dilihat pada tabel 6, 7, dan tabel 8.

Tabel 6
Harga n untuk Rumus Manning

10

Tabel 7
Harga R untuk Rumus Manning

11

Tabel 8
Harga-harga I1/2 dari Rumus Manning

Berikut merupakan gambar dari contoh-contoh untuk tipe-tipe


penampang selokan sampingyang lainnya.

12

3. Gorong-gorong
a. Fungsi
Fungsi gorong-gorong adalah mengalirkan air dari sisi jalan ke
sisi
lainnya.
Untuk
itu
desainnya
harus
juga
mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur supaya
gorong-gorong
dapat
berfungsi
mengalirkan
air
dan
mempunyai daya dukung terhadap beban lalu lintas dan
timbunan tanah.
b. Tipe/Jenis Kontruksi
Mengingat fungsinya maka gorong-gorong disarankan dibuat
dengan tipe konstruksi yang permanen (pipa/kotak beton,
pasangan batu, armco) dan umur rencana 10 tahun.
c. Komposisi Gorong-gorong
Bagian utama gorong-gorong terdiri atas:
1) Pipa : kanal air utama
2) Tembok kepala : Tembok yang menopang ujung dan lereng
jalan. Tembok penahan yang dipasang bersudut dengan
tembok kepala, untuk menahan bahu dan kemiringan jalan.
3) Apron (dasar) : Lantai dasar dibuat pada tempat masuk
untuk mencegah terjadinya erosi dan dapat berfungsi
sebagai dinding penyekat lumpur.
Bentuk gorong-gorong umumnya tergantung pada tempat
yang ada dan tingginya timbunan.
d. Penempatan Gorong-gorong
Dalam perencanaan jalan, penempatan dan penentuan jumlah
gorong-gorong harus diperhatikan terhadap fungsi dan medan
setempat/ Agar dapat berfungsi dengan baik, maka goronggorong ditempatkan pada:
13

1) Lokasi jalan yang memotong aliran air


2) Daerah cekung, tempat air menggenang
3) Tempat kemiringan jalan yang tajam tempat air dapat
merusak lereng dan badan jalan
4) Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan
jalan minimum 60 cm
Di samping itu juga harus memperhatikan faktor-faktor lain
sebagai bahan pertimbangan, yaitu:
Aliran air alamiah
Tempat air masuk
Sudut yang tajam pada bagian pengeluaran
Dengan memperhatikan faktor tersebut maka penempatan
gorong-gorong disarankan untuk daerah datar. Disarankan
dengan jarak maksimum 300 m.
e. Penentuan Dimensi Gorong-gorong
Untuk menentukan dimensi gorong-gorong dipakai rumus:

dimana:
a = Luas penampang (m2)
Q = Debit (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)

4. Penyederhanaan Desain Penampang Saluran Samping


Untuk desain penampang saluran samping yang berfungsi lokal
dengan menggunakan Tabel 8 dan Tabel 9 dengan berbagai
panjang saluran dan kemiringan.
a. Penampang saluran samping jalan tanpa pasangan
Ketentuan-ketentuan untuk menentukan dimensi saluran
samping tanpa pasangan:
1) Luas minimum penampang saluran samping tanpa
pasangan adalah 0,50 m2
2) Tinggi minimum saluran (T) adalah 50 cm
Berdasarkan asumsi-asumsi untuk mendapatkan debit air (Q)
dan ketentuan-ketentuan umum untuk menentukan dimensi
saluran samping tanpa pasangan, maka dapat dihitung
penampang saluran samping.
Tabel 8 didapat berdasarkan pada harga lebar dasar saluran
(D) 50 cm dan kemiringan dasar saluran 1:1. Untuk lebar dasar
saluran (D) dan kemiringan saluran yang berbeda, tabel 7
14

dapat digunakan dengan catatan luas penampang yang


didapat dari hasil tabel 9 dan ketentuan-ketentuan umum
untuk menentukan dimensi saluran samping tetap terpenuhi.

Tabel 9
Tinggi Saluran Samping tanpa pasangan (T)
(Dengan lebar dasar saluran (D) 50 cm)

b. Penampang saluran samping jalan dengan pasangan


Ketentuan-ketentuan umum untuk menentukan dimensi
saluran samping jalan dengan pasangan:
1) Luas minimum penampang saluran samping dengan
pasangan adalah 0,50 m2
2) Tinggi minimal saluran (T) adalah 70 cm
Berdasarkan asumsi untuk mendapatkan debit air (Q) dan
ketentuan-ketentuan umum untuk mendapatkan dimensi
saluran samping dengan pasangan, maka dapat dihitung
penampang saluran samping.
Tabel 10 didapat berdasarkan pada lebar dasar saluran (D) 70
cm. Untuk lebar dasar saluran (D) dan kemiringan saluran yang
berbeda, tabel 10 data digunakan dengan catatan, luas
penampang yang didapat dari tabel 9 dan ketentuan-ketentuan
15

umum untuk mendapatkan dimensi saluran samping tetap


terpenuhi.

Tabel 10
Tinggi saluran samping jalan dengan pasangan tegak (T)
(Dengan lebar saluran dasar (D) 70 cm)

c. Penentuan Gorong-gorong
Pendekatan lain untuk menentukan ukuran gorong-gorong dan
saluran kecil atau ukuran jembatan yang mempunyai bentang
< 12 m (bukaan saluran tidak melebihi 30 m2), dapat
menggunakan Rumus Talbot:

16

dimana:
a = luas saluran gorong-gorong (m2)
r = koefisien pengaliran
= 1 untuk daerah pegunungan
= 0,75 untuk daerah perbukitan
= 0,50 untuk daerah gelombang
= 0,25 untuk daerah datar
A = luas daerah pengaliran (Ha)
Dimensi minimum untuk luas saluran/gorong-gorong adalah
1,13 m2 atau 0,60 cm.
Tabel 10 berikut ini akan memberikan luas saluran secara
mudah untuk bermacam-macam keadaan medan dan luas
daerah pengaliran yang didasarkan pada Rumus Talbot.

Tabel 11
Luas Saluran untuk Gorong-gorong (m2)

2.1.2. Drainase Bawah Permukaan


Drainase bawah permukaan berfungsi menurunkan muka air
tanah dan menurunkan muka air tanah dan mencegat serta membuang
air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan permukaan jalan atau air yang
naik dari subgrade jalan.
Sedangkan 2 fungsi utamanya ialah:

17

menurunkan muka air tanah sampai kedalaman min 1.00 m di


bawah permukaan tanah (di dalam base,urugan tanah atau tanah)
mencegat air dari daerah sekitar agar tidak merembes ke dalam
urugan tanah.

Prinsip-prinsip umum perencanaan drainase jalan:


1. Daya Guna dan Hasil Guna (Efektif dan Efisien)
Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi
fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi, dan pembuang
air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna.
2. Ekonomis dan Aman
Pemilihan
dimensi
dari
fasilitas
drainase
haruslah
mempertimbangkan faktor ekonomis dan faktor keamanaan
3. Pemeliharaan
Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi
kemudahan dan nilai ekonomis dari pemeliharaan sistem drainase
tersebut.
Contoh Perencanaan Drainase
1. Data Kondisi

2. Penentuan Daerah Layanan

Trase jalan pada peta rupabumi


Panjang segmen 1 saluran (L)= 200m ditentukan dari rute
jalan yang telah diplot di peta topografi daerah tersebut
18

memungkinkan adanya pembuangan kesungai di ujung


segmen
Dianggap segmen saluran ini adalah awal dari sistem
drainase sehingga tidak ada debit masuk (Q masuk) selain
dari A1,A2,A3
Gorong-gorong menggunakan beton
Direncanakan di ujung segmen aliran air akan dibuang ke
sungai melalui gorong-gorong melintang badan jalan
Perencanaan gorong-gorong, menampung debit air dari
segmen yang ditinjau dan segmen sesudah itu

3. Kondisi eksisting permukaan ja2an


Panjang saluran drainase (L) = 500 meter
L1 : perkerasan jalan (aspal) = 5 meter
L2 : Bahu jalan = 2 meter
L3 : bagian luar jalan (perumahan) = 10 meter
Selanjutnya tentukan besarnya koefisien C (tabel 5)
Aspal : L1 , koefisien C1 = 0,70
Bahu Jalan : L2 , Koefisien C2 = 0,65
Perumahan : L3 , Koefisien C3 = 0,60
Tentuan luas daerah
Aspal A1 = 5,00 m x 200,00 m = 1000 m2
Bahu jalan A2 = 2,00 m x 200,00 m = 400 m2
Perumahan A3 = 10,00 m x 200,00 m = 2000 m2
fk Perumahan padat = 2,0
Koefisian pengaliran rata-rata

4. Waktu Konsentrasi (Tc)


19

Tc = t1 + t2
t1 =

t2 =
Ket : lo : jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
nd : Koefisien hambatan
is : Kemiringan daerah pengairan
V : Kecepatan air rata-rata pada saluran (m/dtk)
Tc : Waktu konsentrasi
L : Panjang saluran (m)

t1 dari badan jalan = 1,00 + 0,86 = 1,86 menit


t1 dari perumahan = 1,04 menit

5. Data Curah Hujan


Data curah hujan dari pos pengamatan BMG sebagai berikut:

20

6. Tentukan Insentitas Curah Hujan Maksimum


Menentukan curah hujan maksimum dengan memplotkan harga
Tc = 4,06 menit, kemudian tarik garis keatas sampai memotong
lengkung intensitas hujan rencana pada periode ulang 5 tahun
didapat : I = 190 mm/jam.

7. Hitung besarnya Debit (Q)


Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut :
Q = 1/3,6 x C x I x A
Keterangan :
21

Q = Debit banjir rencana (m/dt)


C = Koefisien pengaliran (tabel)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Daerah pengaliran (km2)

8. Penentuan Dimensi Saluran


Penentuan dimensi diawali dengan penentuan bahan
Saluran direncanakan dibuat dari beton dengan kecepatan
aliran yang diijinkan 1,50 m/detik ( Tabel 2 )
Bentuk penampang : segi empat
Kemiringan saluran memanjang yang diijinkan : sampai dengan
7,5% (Tabel 6)
Angka kekasaran permukaan saluran Manning (dari Tabel 6)
n = 0,013
9. Tentukan kecepatan saluran (V) < kecepatan ijin dan kemiringan
saluran
V = 1,3 m/detik ( < V ijin = 1,50 m/detik )
iS= 3% (disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan)

Keterangan :
V = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)
Q = Debit banjir rencana (m3/dtk)
n = Koefisien kekasaran
R = Radius hidrolik
S = Kemiringan saluran
A = Luas saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Dengan dimensi : h =0,5m
22

maka R = A/P = (hxb)/(2h+b) = 0,5b/(1+b)


Dari persamaan rumus didapat :

maka lebar saluran (b) = 0,7m


10.

Tentukan tinggi jagaan saluran

Jadi gambar dimensi saluran drainase pemukaan :

2.2.

Dampak Pemotongan
Lingkungan

Bukit

terhadap

Adanya pemotongan bukit/tebing akan berdampak buruk


terhadap lingkungan di sekitar.
Dampak yang ditimbulkan dari pemotongan bukit terhadap lingkungan
ialah:
Jika keadaan tanah atau kondisi tanah tidak keras maka akan
berakibat longsor.
Untuk mengembangkan dan memperluas jalan umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah
timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna
seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila
hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan
retakan tanah. Dari sinilah akan terjadi longsor.
Jika terdapat aliran air tanah maka berakibat tanaman akan mati

23

2.3.

Dampak Pengurugan
Lingkungan

Lembah

terhadap

Dampak yang ditiimbulkan dari pengurugan lembah terhadap


lingkungan ialah:
Tanaman lembah akan mati
Terjadi longsor
Air lembah keruh pada saat hujan
Abiotik : air tercemar
Biotik : ikan akan mati

24

2.4. Pembangunan Jalan yang melalui Hutan


terhadap Lingkungan
Setiap pembangunan yang menggunakan dan memerlukan lahan
maupun merubah bentuk landscap permukaan pasti akan memberikan
dampak bagi lingkungan di sekitar wilayah pembangunan tersebut.
Dampak terhadap manusia, tumbuhan, binatang, tanah, tata air, udara
dan fungsi lingkungan lainnya dalam skala mikro ataupun makro,
tergantung pada skala proyek. Dampak dimaksud dalam bentuk yang
diinginkan (tujuan) ataupun tidak diinginkan (effek).
Oleh karena itu, jika ada pembangunan jalan yang melalui hutan
tentu akan berdampak terhadap lingkungan sekitar. Dampak yang akan
terjadi yakni pada perubahan atau terganggunya bentang alam pada
jalur yang akan dibuka. Diikuti dengan perubahan vegetasi penutupan
lahan dan musnahnya tumbuhan ataupun berbagai aneka ragam hayati
yang terdapat dilahan tersebut. Semakin lebar atau luas lahan tergsur
semakin besar kemungkinan kerusakan yang terjadi. Jika yang digusur
merupakan hutan primer maka resiko lingkungan akan semakin besar.
Sedangkan, apabila yang digusur merupakan hutan sekunder dan bekas
kebakaran, maka jelas resiko lingkungan dan kerugian hayati tidak
sebesar hutan primer.
Dari segi kontruksi akan berdampak pada biotik yaitu tanaman
akan mati dan berdampak pada tanah yaitu cut (pemotongan tanah)
and fill (timbunan tanah), sedangkan dari segi operasional akan
mengakibatkan polusi udara (emisi gas buang) dan polusi suara
(kebisingan).

2.5. Rancangan Jalan yang Akrab Lingkungan


dan Berkelanjutan
Kontruksi berwawasan lingkungan adalah kontruksi yang dapat
mengurangi biaya-biaya yang disebabkan bencana yang ditimbulkan
karena kerusakan alam. Contohnya saat membangun jalan terkadang
membelah aliran sungai agar tidak putus maka harus dibuatkan saluran
gorong-gorong yang memadai agar tidak meluap ke jalan. Kemudian
dalam membangun jalan menggunakan bahan-bahan yang dapat
diperbarui (renewable), bobotnya lebih ringan dan kuat untuk
menghemat biaya angkut, serta panti yang dapat didaur ulang.
Sementara dari segi lingkungan setidaknya untuk jalan karena
merupakan fasilitas umum harus menyediakan 30 persen sebagai ruang
terbuka hijau yang ditempatkan disisi kanan dan disisi kiri jalan.

25

Konsep strategi desain berkelanjutan menurut UIA (Union International


des Architect) dijabarkan dalam 9 point:
1. Dimulai dengan tahap awal pekerjaan proyek yang melibatkan
seluruh pihak: klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor,
pemilik, pengguna, dan komunitas.
2. Analisa dan Manajemen seluruhnya dari Daur Hidup Bangunan,
yaitu mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan
penggunaan di masa depan.
3. Optimalisasi desain yang efisien, energi terbarukan, teknologi
modern dan ramah lingkungan harus menjadi satu kesatuan.
4. Kesadaran bahwa proyek arsitektur dan konstruksi tersebut
merupakan sistem interaktif yang kompleks dan terkait pada
lingkungan sekitar yang lebih luas yang bisa mencakup warisan
sejarah, kebudayaan, dan sosial masyarakat.
5. Penerapan material bangunan yang sehat, yaitu untuk
menciptakan bangunan yang sehat, tata guna lahan yang
seimbang, kesan estetik dan inspiratif, serta memberikan
keyakinan ke masyarakat.
6. Upaya untuk mengurangi carbon imprint , mengurangi material
yang berbahaya yang berdampak terhadap aktivitas pengguna.
7. Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kesetaraan baik
lokal maupun global, memajukan kesejahteraan ekonomi, serta
menyediakan
kesempatan-kesempatan
untuk
kegiatan
bersama masyarakat.
8. Populasi urban tergantung pada sistem desa-kota yang
terintegrasi, saling terkait untuk keberlangsungan hidup seperti
fasilitas publik (air, udara, rumah, pendidikan, kesehatan,
kebudayaan, dll).
9. Mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman
budaya umat manusia sebagai sumber pertukaran, penemuan,
kreativitas yang sangat diperlukan oleh manusia.

26

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang


dirancang
sebagai
sistem
guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya).
Drainase jalan dapat dibedakan menjadi drainase permukaan
dan drainase bawah permukaan. Drainase permukaan
dibedakan menjadi 2 yaitu drainase memanjang dan
melintang.
Pemotongan bukit pada lingkungan akan berdampak buruk
salah satunya akan terjadi longsor jika keadaan tanah tidak
keras dan jika terdapat aliran air maka tanaman akan mati.
Pengurugan lembah pada lingkungan berdampak tanaman
lembah akan mati, terjadi longsor, dan air keruh saat hujan.
Pembangunan jalan melalui hutan akan berdampak terhadap
kondisi hutan yang dilalui seperti tanaman akan mati dan
berdampak juga pada tanah.
Rancangan jalan yang akrab terhadap lingkungan dimaksudkan
untuk membuat kontruksi jalan yang berwawasan lingkungan
dengan tujuan untuk mengurang biaya-biaya yang disebabkan
bencana yang ditimbulkan karena kerusakan alam.

3.2. Saran
Mudah mudahan dengan makalah kami ini khalayak umum dapat
mengetahui rencana drainase jalan dan dampak-dampak
geometrik jalan terhadap lingkungan

27

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga, " Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan ", No.
008/T/BNKT/1990.
Direktorat Jenderal Bina Marga, " Perencanaan Sistem Drainase Jalan ".
Direktorat Jenderal Bina Marga, " Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan ", No.08/BM/2005.
Departemen Pekerjaan Umum, " Perencanaan Sistem Drainase Jalan ", No. 02/B/2006.
www.meizahra27.files.wordpress.com/2011/11/drainase-khusus.
www.aryapersada.com/sistem-drainase-jalan.html
www.id.scribd.com/doc/85168909/GEOJAL-9
www.ilmusipil.com/konstruksi-berkelanjutan

28

KATA KUNCI
Drainase Permukaan: sistem drainase
pengendalian aliran air permukaan.

yang

berkaitan

dengan

Drainase Bawah Permukaan: sistem drainase yang berkaitan dengan


pengendalian aliran air dibawah permukaan tanah.
Intensitas Hujan (I): besarnya curah hujan maksimum yang akan
diperhitungkan dalam desain drainase.
Waktu Konsentrasei (TO): waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk
bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik
pembuangan. Dalam perencanaan, waktu konsentrasi minimum
biasanya diambil 5 menit.
Debit (Q): volume air yang mengalir melewati suatu penampang
melintang saluran atau jalur air per satuan waktu.
Koefisien Pengaliran (C): suatu koefisien yang menunjukkan
perbandingan antara besarnya jumlah air yang mungkin dialirkan oleh
suatu jenis permukaan terhadap jumlah air yang ada.
Desain: perencanaan teknis.
Perencanaan: kegiatan yang meneakup survai, penyelidikan dan desain.
Japat: Jalan agregat padat tahan cuaca

29

Anda mungkin juga menyukai