belum
mengetahui
secara
benar
bagaimana
akidah
Islam
dan
cara
mengamalkannya. Ini bisa dipahami lantaran banyak diantara kita yang memeluk agama
Islam hanya karena supaya mendapat identitas saja, kemudian sebagian yang lain karena
semata-mata lahir dari orangtua dan lingkungan Islam. Cara beragama seperti ini jelas tidak
benar. Karenanya sangat penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar akidah Islam.
PENGERTIAN DAN ISTILAH AKIDAH
Akidah berasal dari bahasa Arab aqidah yang artinya .. Akidah adalah ajaran Islam yang
berkaitan dengan keyakinan, karenanya dalam penggunaannya, akidah sering disebut dengan
keimanan. Mengapa keyakinan? Karena sebagian besar pembahasannya banyak berkaitan
dengan sesuatu yang ghaib yang lebih membutuhkan keyakinan ketimbang penalaran logis.
Lantas apa alasan menerimanya jika tak bisa dinalar secara logis? Alasannya adalah sumber
informasinya. Nabi Muhammad SAW dan al-Quran adalah sumber informasi yang akurat.
Kenabian Muhammad dan kemukjizatan al-Quran bisa diuji bahkan secara ilmiah bahwa
semuanya berasal dari Tuhan. Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci yang sampai sekarang
masih terjaga kemurniannya.
Anda pasti pernah pergi ke dokter kan? Anda didiagnosa, dan Anda diberi resep yang bahkan
Anda tak bisa membaca resep itu. Tapi Anda tetap percaya. Mengapa bisa demikian? Karena
Anda tahu sang dokter adalah dokter resmi, dokter yang punya izin praktik. Seorang dokter
yang sungguh-sungguh dokter. Nah, demikian juga dengan Nabi Muhammad SAW. Kenabian
Muhammad sudah terbukti secara meyakinkan bahwa ia benar-benar Nabi. Dengan demikian,
apa yang ia beritakan, apa ia informasikan kita percaya. Bahkan meskipun tidak rasional.
PENGGUNAAN ISTILAH
Selanjutnya ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menyebut ajaran akidah ini,
yaitu:
1. Akidah
Seperti telah disinggung di atas, akidah berasal dari kata aqidah yang artinya simpul.
Mengapa dikatakan simpul? Karena ajaran-ajaran yang berkenaan dengan akidah
merupakan simpul utama ajaran Islam. Akidah adalah ajaran pokok yang menjadi titik
tolak dan kunci diterima ajaran-ajaran Islam yang lain. Jadi akidahlah simpulnya,
akidahlah pengikatnya.
2. Tauhid
Tauhid bersal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhida yang artinya esa/tunggal. Ini
merujuk pada sifat Allah yang tunggal. Mengapa merujuk pada keesaan Allah?
Karena inti utama dari ajaran ini adalah mengesakan Allah, makanya orang sering
menyebut disiplin ajaran ini dengan ilmu tauhid.
3. Ushuluddin
Ushuluddin merupakan bahasa Arab yang artinya pokok-pokok agama. Ajaran ini
merupakan ajaran pokok agama. Orang yang akan memeluk Islam pertama-tama
harus memahami tentang ajaran ini. Jadi ini adalah ilmu dasar yang harus dipahami
oleh setiap orang yang memeluk Islam. Tanpa memahami dan meyakini ajaran ini,
kebersilaman kita tak ada gunanya.
4. Fikih Akbar
Fiqh akbar artinya pemahaman terbesar, atau pemahaman yang paling penting. Ajaran
ini adalah ajaran yang harus mendapat prioritas, pemahaman yang sangat penting
sehingga disebut fiqh akbar. Namun istilah ini sekarang jarang digunakan.
URGENSI AKIDAH DAN MAKNA LILLAHI TAALA
Akidah atau keimanan merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam. Jika ajaran
Islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah jantung yang memompa
darah kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh
ajaran Islam. Berdasarkan imanlah seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya,
imanlah yang akan mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat,
haji, puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan. Demikian juga
kualitas keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur dengan seberapa besar keimanan
kita kepada Allah. Mungkin kita shalat dan melakukan kebajikan lain, tapi apakah kita benarbenar mengingatnya? Apakah Allah senantiasa hadir dalam kehidupan kita? Apakah kalau
kita sedang shalat kita merasa benar-benar sedang menghadap Allah? Apakah saat kita
mendapat keberuntungan kita sadar bahwa itu datangnya dari Allah?
Karena itulah dalam Islam ada ajaran lillahi taala (semua hal harus didasarkan
karena Allah atau untuk Allah). Lillahi taala artinya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
penyembahan, pemujaan, tempat bergantung, tempat berserah diri, dan tempat memohon
pertolongan. Terkadang orang salah memahami kalimat lillahi taala. Ia menyangka Allah itu
egois. Mengapa? Karena semuanya katanya harus ditujukan untuk Allah.
Pemahaman semacam ini jelas keliru. Beriman, memuja, dan berserah diri pada Allah
sejatinya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Mengapa demikian? Manusia adalah
makhluk yang tak bisa hidup sendiri. Dalam memenuhi hajatnya ia akan bergantung pada
obyek lain. Seandainya Allah tidak memerintahkan agar manusia bergantung pada-Nya, pasti
manusia akan bergantung pada yang lain? Apa yang lain itu? Mungkin teman, atasan, uang
atau mitos-mitos tertentu yang ia percayai.
Jika manusia bergantung pada semua ini apa jadinya? Selama masih ada teman, ada
atasan, ada uang, barangkali ia tenang. Tapi bagaimana kalau temannya berkhianat, atasannya
mati, uangnya habis? Galau, kan? Stress? Karena semua itu sesuatu yang labil, mudah
berubah, mudah datang dan mudah pergi. Jadi berbahaya bergantung pada sesuatu yang labil.
Tapi Allah tetap, tak berubah. Dia adalah Tuhan yang tak pernah meninggalkan hamba-Nya,
bahkan sekalipun hamba-Nya pernah mencaci maki-Nya. Tuhan adalah tempat bersandar
yang stabil. Manusia akan merasa tenteram dan matap dalam hidupnya ketika ia bergantung
pada Allah. Ia akan senantiasa optimis, bahkan saat ia gagal sekali pun.
RUANG LINGKUP AKIDAH
Apa yang akan kita pelajari dalam akidah ini? Ulama telah membagi ruang lingkup
pembahasan akidah ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu:
1. Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah ketuhanan utamanya
pembahasan tentang Allah.
2. Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan Allah, yaitu para
nabi dan para rasul Allah.
3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan makhluk gaib, seperti Jin,
Malaikat, dan Iblis.
4. Samiyyat, yaitu pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib, seperti alam kubur,
akhirat, surge, neraka, dan lain-lain.
Ada seorang badui ditanya tentang bukti adanya Allah. Dia menjawab : kotoran
unta itu menunjukkan adanya unta dan kotoran hewan (teletong : jawa)
menunjukkan adanya hewan keledai dan bekas kaki itu menunjukkan adanya
orang yang berjalan, maka langit itu mempunyai bintang dan bumi mempunyai
jalan yang terbentang dan laut mempunyai ombak yang bergelombang, apakah
semua itu tidak menunjukkan atas adanya pencipta yang bijak, lagi Maha
Berkuasa dan Maha Mengetahui?.
3.SIFAT BAQA'(kekal)
adalah tidak ada pengakhiran pada wujudnya Allah bahwa Allah Ta'ala
senantiasa ada tanpa ada ujung dan senantiasa kekal tanpa ada akhirannya.
Hendaklah meyakini bahwasanya Allah itu Dzat yg kekal abadi dan kekekalanNya
tersebut tanpa batas akhir . Dan hendaklah meyakini bahwasanya Dia tidak
pernah berubah sama sekali serta Dia tidak pernah bersifat tiada pada waktu
tertentu(kekekalanNya tidak terikat ruang dan waktu)
KULLU MAN'ALAIHA FAAN WAYABQO WAJHU ROBBIKA DZULJALALI WAL IKROM
"Semua yang ada dibumi ini akan binasa dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang
mempunyai keagungan dan kemuliaan". (QS. Ar Rohman : 26-27).
yakinilah bahwasanya Dzat Allah itu tidaklah sama dengan makhluk ciptaanNya,
berupa wajah misalnya. Segala hal yang kita lihat atau bayangkan dalam hati
maka Allah tidaklah seperti bayangan tersebut .
yakini juga bhwa sifat allah itu berbeda dengan makhluqnya.. Sifat'ilmu
(pengetahuan) kita tidak sama dengan pengetahuan Allah, Qudrah (Kekuasaan)
kita tidak sama dengan kekuasaan Allah, Iradah (kehendak) kita tidak sama
dengan kehendak Allah, Hayah (sifat hidup) kita tidak sama dengan sifat
hidupnya Allah, sifat mendengar (Sama') kita tidak sama dengan sifat
mendengar Allah, Bashar (sifat melihat) kita tidak sama dengan pendengaran
Allah dan Kalam (sifat berbicara) kita tidak sama dengan sifat kalam Allah
LAW AROODALLAHU AYYAT TAKHIDZA WALADAL LASH TOFA MIMMAA YAKHLUQU
MAA YASAAA',SUBKHANAHU HUWALLAHUL WAKHIDUL QOHHAAAR
Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang
dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya. Maha Suci
Allah. Dia-lah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (QS. Az Zumar : 4 )
MAT TAKHODZALLAHU MIN WALADIN WAMAA KAANA MA'AHU MIN ILAHIN IDZAL
LADZAHABA KULLU ILAHIN BIMAA KHOLAQO WALA'ALAA BA'DLUHUM'ALAA
B'DLIN SUBKHAANALLAHU'AMMAA YUSHIFUUN
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang
lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan
membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan
itu, (QS. Al Mukminun : 91).
ALAM TARO ANNALLAHA YA'LAMU MAA FIS SAMAAWAATI WAL ARDHI MAA
YAKUUNU MIN NAJWA TSALATSATIN ILLA HUWA ROBBUHUM WALAA KHOMSATIN
ILLA HUWA SAADISUHUM WALAA ADNA MIN DZALIKA WALAA AKTSARO ILLA
HUWA MA'AHUM AINAMA KANUU TSUMMA YUNAB BI UHUM BIMAA'AMILUU
YAUMAL QIYAMATI INNALLAHA BIKULLI SYAI IN'ALIM
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga
orang melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima
orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara
(jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama
mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada
mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Mujadilah : 7)
adalah sifat Qodim yang menetap pada Dzat Allah Ta'ala. Sifat berkuasa,
berkehendak, ilmu, mendengar, melihat dan berbicara. Maka jika Allah itu tidak
hidup,maka sifat- sifat tersebut tidak akan tetap (ada). Hendaklah juga kita
meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata'ala Maha Hidup dan bahwa
kehidupan Allah tidak seperti hidup kita Karena sesungguhnya kehidupan kita
membutuhkan perantara seperti mengalirnya darah dan nafas sedangkan
kehidupan Allah tanpa memerlukan apapun . Kehidupan Allah itu bersifat dahulu
(Qodim),kekal (Baqo') dan kehidupanNya tiada pernah hilang maupun berubah
sama sekali.
11.SIFAT SAMA'(mendengar)
Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Mendengar dan
sesungguhnya Allah mendengar segala sesuatu baik nampak atau pun yg
tersembunyi . Namun, pendengaran Allah Subhanaahu Wata'ala tidak seperti
pendengaran kita , karena pendengaran kita sebagai makhluk memerlukan alat
perantara berupa telinga sedangkan pendengaran Allah tanpa memerlukan
perantara apapun.
sifat sama'dan bashor keduanya adalah sifat yang menetap pada Dzat Alloh
Ta'ala yang dapat menyingkap (membuka) sesuatu yang ada. Maka Alloh Ta'ala
QOD SAMI'ALLAHU QOWLAL LATII TUJAA DILUKA FII ZAUJIHA WATASTAKII ILALLAHI
WALLAHU YASMA'U TAHA WIROKUMAA INNALLAHA SAMI'UM BASHIR
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan
gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada
Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al Mujadilah : 1)
Allah berfirman,
IDZHABAA ILA FIR'AWNA INNAHU THOGHO,FAQUULAA LAHU QOWLAL LAYYINAL
LA'ALLAHU YATADZAK KARU AW YAHSYA.,QOLAA ROBBANA INNANA NAKHOFU
AYYAFRUTHO'ALAINAA AW AYYADH GHO,QOLA LAA TAKHOFAA INNANII
MA'AKUMAA ASMA'U WA ARO
Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."Berkatalah mereka berdua:"Ya
Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa segera
menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas Allah
berfirman:"Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu
berdua, Aku mendengar dan melihat (QS. Thaha : 43-46).
WAROSULAN QOD QOSHOSHNAAHUM'ALAIKA MIN QOBLU WA ROSULAL LAM
NAQSHUSH HUM'ALAIKA WAKALLAMALLAHU MUSA TAKLIIMAA
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan
tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan
tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung. (QS. An Nisa :164)
Dan jika Allah Ta'ala mempunyai sifat berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup,
mendengar, melihat, dan berbicara maka secara otomatis Alloh Ta'ala
mempunyai sifat-sifat berikut :
14.Kaunuhu qaadiran Keadaan-Nya yang berkuasa
15.Kaunuhu muriidan Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
16.Kaunuhu'aliman Keadaan-Nya yang mengetahui
17.Kaunuhu hayyan Keadaan-Nya yang hidup
18.Kaunuhu sami'an Keadaan-Nya yang mendengar
19.Kaunuhu bashiiran Keadaan-Nya yang melihat
20.Kaunuhu mutakalliman Keadaan-Nya yang berbicara
(1).SIFAT NAFSIYAH :
Sifat Nafsiyyah adalah Sifat yang menetetapkan adanya Allah dan menunjukkan
kepada ZatNya Allah tanpa ada sesuatu tambahan pada Zat.
Maksud sifat yang tetap adalah : Adanya sifat tersebut pada Zat Allah yang
menunjukkan Allah itu ada, bukan seperti sifat salbiyah, sebab sifat salbiyyah
tidak tetap pada Zat, tetapi hanya menolak sifat-sifat yang tidak patut dan layak
kepada ZatNya Allah s.w.t. Dan maksud tanpa ada sesuatu tambahan pada Zat
adalah : Sifat Nafsiyyah ini bukanlah tambahan pada Zat, Sifat Nafsiyyah tidak
seperti sifat Ma`ani yang mana sifat Ma`ani tambahan dari ZatNya.
Adapun sifat Nafsiyyah adalah sifat WujudNya Allah s.w.t, dengan maksud bahwa
wujudnya Allah itu adalah tetap pada ZatNya Allah dan bukan tambahan dari Zat
Allah. Sifat nafsiyah itu ada satu yaitu sifat wujud Maka wajib Allah bersifat
Wujud,mustahil bersifat bahwa Allah tidak ada
(2).SIFAT SALBIYAH :
Sifat Salabiyyah adalah sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak
dan patut bagi Allah s.w.t, sebab Allah Maha sempurna dan tidak memiliki
kekurangan.
(3).SIFAT MA'ANI :
Sifat Ma`ani adalah sifat yang keberadaannya berdiri pada Zat Allah s.w.t yang
wajib baginya hukum.
3.berilmu
4.hidup
5.mendengar
6.melihat
7.berbicara.
(4)SIFAT MA'NAWIYYAH
Sifat Ma`nawiyah adalah sifat- sifat yang melazimi dari sifat Ma`ani, dengan kata
lain sifat Ma`nawiyah adalah sifat yang wujud disebabkan adanya sifat Ma`ani,
seperti Allah memiliki sifat kuasa, maka lazimlah Allah itu keadaannya Kuasa.
Adapun hikmah menyebut sifat- sifat Ma'nawiyah yang terkandung dalam sifat
ma'ani tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aqidah diterangkan dengan cara terperinci,karena pemikiran bodoh dalam
masalah aqidah adalah masalah benar.
2. Mengcounter (menjawab) orang-orang mu'tazilah yang mengingkari sifat-sifat
ma'nawiyah.
Mereka berpendapat : Kami mensifati Allah Ta'ala dengan sifat-sifat itu baik sifat
itu hadits (baru) atau sifat-sifat itu qodim. Jika sifat-sifat itu hadits maka sifatsifat itu menempati Allah Ta'ala. Atau jika sifat-sifat itu Qodim maka sifat-sifat
qodim itu berbilang (banyak) maka hal itu mentiadakan sifat wahdaniyah (Esa).
Sifat Jaiz bagi Allah Ta'ala adalah boleh bagi Allah mengerjakan atau
meninggalkan sesuatu, maka wajib bagi seorang mukallaf meyakini bahwa Alloh
Ta'ala boleh menciptakan dan memilih hambaNya menurut kehendaknya,dan
tidak sesuatupun (makhluknya) yang mewajibkan Allah. Karena Allah adalah
pengatur secara mutlak,tidak ada seorangpun memilih bersamaNya karena
seluruh urusan (hal) itu berada ditanganNya baik perkara baik atau buruk. Maka
Dialah (Allah) yang memberi,mencegah,memuliakan,menghinakan,memberi
manfaat,memberi madhorot,mengampuni,menyiksa,menetapkan (hukum) dan
memberi sangsi dan begitu seterusnya.
"Kepunyaan Allahlah segala apa yang ada dilangit dan apa yang ada didalam
hatimu atau kamu menyembunyikannya niscaya Allah akan membuat
perhitungan dengan kamu atas perbuatanmu itu. Maka Allah akan mengampuni
siapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"(QS. Al
Baqarah : 284)
Wajib bagi seorang mukallaf meyakini bahwa Alloh Ta'ala mempunyai para Nabi
yang diutus.
Sebagaimana para malaikat, yang selalu patuh kepada perintah Allah, dan tidak
pernah sekalipun melanggar larangan Allah, maka para nabi dan rasul Allah juga
demikian. Mereka adalah orang- orang yang dijaga Allah dari perbuatan yang
dapat mendatangkan dosa. Para nabi dan Rasul adalah orang yang selalu
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Allah telah menjaga
para nabi dan rasul dari terjerumus ke dalam perbuatan dosa, sejak mereka baru
lahir, begitu pula setelah diangkat menjadi nabi dan rasul.
Telah diyakini bahwa para rasul yang diutus Allah, mereka adalah laki laki
merdeka yang telah dipilih dengan sempurna dan dilengkapi dengan
keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk biasa. Begitu pula telah diberikan
kepada mereka sifat-sifat kesempurnaan dengan tujuan untuk menguatkan
risalah yang dibawa. Maka Allah telah menganugerahkan kepada mereka empat
sifat kesempurnaan, yang wajib dimiliki oleh seorang rasul, yaitu Shidiq (Jujur),
Amanah (dipercaya), Tabligh (menyampaikan) dan Fathanah (cerdas).
Wajib bagi seorang mukallaf mengetahui sifat wajib, sifat mustahil den sifat jaiz
bagi Rosul. Adapun sifat wajib bagi Rosul ada 4 yaitu :
Sebagai bukti atas kebenaran para rasul, mereka telah dibekali dengan mukjizat
mukjizat yang harus diyakini oleh setiap muslim kebenaranya. Dan tidak
mungkin harus diyakini dan diteladani jika mereka (para rasul) itu tidak benar
dan jujur. Tentu setelah itu apa yang telah diperintahkan Allah melalui
perantaraan para rasul, kita sebagai muslim harus mengikuti dengan ta'at dan
apa yang dilarang Allah kita tinggalkan.
"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Nabi Ismail di dalam Al
Qur'an. Sesungguhnya dia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah
seorang Rosul dan Nabi"(QS.Maryam : 54).
Karena mereka (para Rosul) jika sifat bohong itu boleh pada diri mereka maka
kebohongan itu ada pada kabar (risalah) Alloh Ta'ala dan hal itu tidak mungkin
terjadi.
allah berfirman
"Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu,"(asy-syuara'143)
Maka hal yang muhal atau mustahil jika rasul itu terjerumus ke dalam
perzinahan, pencurian, meminum minutan keras, berdusta, menipu dan lain
sebagainya. Rasul tidak mungkin memiliki sifat hasud, riya', sombong, dusta dan
sebagainya.
allah berfirman :"Sesungguhnya Aku bagimu adalah utusan Alloh yang dapat
dipercaya"(QS.Ad Dukhan : 18).
allah berfirman
"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat."(al-Anfal,
58)
Karena jika mereka berkhianat dengan melakukan perbuatan yang haram atau
makruh maka kita tidak dapat merubah/mengganti perbuatan haram dan
makruh karma takut pada mereka (para Rosul). Alloh Ta'ala memerintahkan kita
untuk mengikuti mereka baik ucapan, perbuatan den keadaan (sikapnya).
allah berfirman
Allah berfirman,"(yaitu) orang- orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah,
mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun)
selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan."(alAhzab, 39).
"Selaku para Rosul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar
supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Alloh sesudah diutusnya para
Rosul itu"(QS.An Nisa : 165).
Kabar gembira dan peringatan itu tidak sempurna kecuali bila disampaikan.
Karena jika mereka tidak menyampaikan syariat kepada manusia maka mereka
berarti menyembunyikan syariat. Dan hal itu tidak mungkin terjadi karena
menyembunyikan syariat merupakan aib/cacat yang besar. Yaitu ketika orang
yang teledor dalam bersyariat memiliki alasan untuk membantah Alloh SWT atas
dasar tidak adanya tabligh.
Maka diharuskan bagi kita untuk meyakinkan bahwa para rasul itu adalah
manusia yang paling sempurna dalam penampilan, akal, kekuatan berfikir,
kecerdasan dan pembawaan wahyu yang diutus pada zamannya. Kalau saja para
rasul itu tidak sesuai dengas sifat sifatnya maka mustahil manusia akan
menerima dan mengakuinya. Sifat sifat itu merupakan satu hujjah bagi mereka
agar apa yang disampaikan bisa diterima dengan baik.
Allah berfirman
Allah berfirman:"Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya."(al-An'am, 83)
jika sifat fathonah itu tidak ada pada diri Rosul maka mereka (para Rosul tidak
mampu berhujjah dalam berargumentasi, dan hal itu tidak mengkin terjadi,
karena Al Qur'an menunjukkan mengenai kemampuan para Rosul
berargumentasi itu banyak sekali.
Dan juga kita diperintahkan mengikuti jejaknya dan orang yang mengikuti
jejaknya tidak akan menjadi orang bodoh.
pada haknya para Nabi dan Rosul Alaihi Sholatu Wassalam adalah adanya sifatsifat (yang bisa terjadi) pada manusia yanag tidak menyebabkan terjadinya
pengurangan pada martabat (kedudukan) mereka yang tinggi.
Maka wajib bagi seorang mukallaf meyakini bahwa mereka Alaihi Sholatu
Wassalam bersifat seperti yang dimiliki oleh manusia yang lainnya seperti
makan, minum, jual beli, masuk pasar, kawin, mati, hidup, merasakan'kelezatan,
merasakan sakit, sehat dan sakit. Namun, sifat-sifat yang ada dalam diri mereka
(para Nabi dan Rosul) tidak menyebabkan orang-orang menjauhinya. Tidurnya
beliau hanya matanya saja tetapi hatinya tidak, dan beliau mengeluarkan mani
hanya memenuhi tempatnya,bukan ihtilam (mengeluarkan mani karena mimpi).
Karena ihtilam adalah permainan syetan,maka syetan tidak dapat menguasai
mereka (para Nabi dan Rosul) dan penguasaan syetan lainnya.
Adapun sifat kekurangan seperti kusta, lepra, tuli, buts, bisu, lumpuh, pincang
dan buta sebelah, maka itu sernua mustahil terjadi pada mereka (para Nabi dan
Rosul). Dan cerita yang mengatakan bahwa Nabi Syuaib alaihissalam buts,maka
cerita tersebut tidak ada dasarnya dan ceritan Nabi Ya'qub alaihissalam tertimpa
kebutaan dan kebutaan tersebut akhirnya hilang (dapat melihat), begitu pula
cerita ulat yang- keluar dari tubuh Nabi Ayub alaihissalam ketika beliau sakit
adalah cerita bohong yang tidak berdasar.
Dalil yang menunjukkan sifat-sifat yang terjadi pada setiap manusia pada diri
Nabi dan Rosul adalah firman AIloh Ta'ala
"Dan mereka berkata, mengapa Rosul ini memakan makanan dan herjalan di
pasar?"(QS.Al Furqan : 7)
"Dan Kami tidak mengutus Rosul- rosul sebelummu, melainkan mereka sungguh
memakan makanan dan berjalan drpasar pasar"(QS.Al Furqan 20).
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beherapa Rosul sebelum kamu dan
Kami memberikan kepada mereka keturunan"(QS.Ar Ra'ad : 38).
"Muhammad itu tak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh telah berlaku
sebelumnya beberapa orang Rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang maka ia tidak dapat mendatangkan madharat kepada Alloh
sedikitpun"(QS. Ali Imran : 144).
Wajib bagi seorang mukallaf meyakini bahwa para Nabi dan Rosul'Alaihi Sholatu
Wassalam terjaga dari dosa-dosa (ma'shum) sebagaimana para malaikat terjaga
dari dosa, mereka terhindar dari perbuatan maksiat, dan mereka meninggalkan
maksiat itu wajib hukumnya dan mereka tidak melakukan perbuatan yang
diharamkan dan mereka tidak mernpunyai sifat kecuali dengan akhlak yang
mulia. Karena mereka (para Nabi dan Rosul) adalah suri tauladan yang baik dan
contoh yang tinggi sebagai kiblat manusia (tempat mengadu/menghadap) dan
Allah mendidik, membina dan mengajarkan mereka sehingga mereka (para Nabi
dan Rosul) menjadi orang yang terdidik dan terpelajar.
"Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu
supaya kamu diasuh dibawah pengawasanKu"(QS.Thaha : 39).
Dan mereka (para Nabi dan Rosul) lebih utama dari para malaikat sebagaimana
pendapat jumhur Al Asyairah.
Dan dalil hal itu adalah firman Allah Ta'ala :"Dan ketika Kami katakan pada para
malaikat sujudlah kalian kepada Adam, makes sujudlah mereka"(QS.AI Baqarah :
34).
Perintah pada para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam adalah sebagai
penghormatan. Jika saja Nabi Adam tidak lebih utama maka mereka tidak
perintahkan sujud kepadanya. Termasuk hal yang wajib diyakini bahwa sebagian
para Nabi dan Rosul itu lebih utama dari sebagian yang lain, berdasarkan firman
Alloh Ta'ala,
"Rosul-rosul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain"(QS. Al
Bagarah : 253 ),
dan firman Allah Ta'ala,"Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian Nabinabi itu"(QS. AL Isra'55).
Karena makna ayat ini tidak membeda-bedakan dalam risalah mereka dan
mengimani mereka. Maka orang-orang yang beriman bukan seperti orang-orang
yahudi dan nasrani yang hanya beriman pada sebagian para Nabi dan Rosul dan
mengkafiri sebagian yang lainnya.
Maka Ulul Azmi (Nabi yang mempunyai kesabaran, ketetapan dan mampu
menahan kesulitan), Alloh Ta'ala berfirman,"Bersabarlah sebagaimana para ulul
azmi bersabar"(QS.Al Qof : 35).
Termasuk ulul azmi adalah: junjungan kita Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, Nabi
Musa, Nabi Isa, Nabi Nuh Alaihi Sholatu Wassalam merupakan paling utama
diantara para Rosul yang lainnya.
Dan paling utama diantara ulul azmi secara mutlak adalah junjungan kita Nabi
Muhammad SAW dan termasuk yang wajib diyakini bahwa sebagian dari para
malaikat lebih utama dari sebagian yang lainnya seperti para Rosul berdasarkan
firman Allah Ta'ala,
"Alloh memilih diantara para malaikat seorang utusan dan paling utama diantara
mereka adalah malaikat Jibril alaihissalam.
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH SWT DAN SIFAT MUSTAHIL PARA NABI DAN ROSUL
"Dan sifat mustahil adalah lawan dari sifat yang wajib maka hafalkanlah 50 sifat
itu sebagai ketentuan yang wajib".
Sifat mustahil bagi Alloh Ta'ala, den rosulNya adalah lawan dari sifat wajib bagi
Alloh Ta'ala den rosulNya, maka jumlah sifat mustahil itu sama seperti sifat wajib
dan setiap mukallaf wajib mengetahuinya.
Sifat mustahil bagi Alloh Ta'ala itu berjumlah 20 sifat yang terperinci sebagai
berikut ini:
1. Sifat Adam (tidak ada) lawan dari sifat wujud
2. Sifat Hudust (baru) lawan dari sifat Qwidam
3. Sifat Fana'(rusak) lawan dari sifat Baqa'
4. Sifat Mumatsilah lilhawaditsi (sama dengan makhluknya) lawan dari sifat
mukholafatuhu lilhawaditsi (berbeda dengan makhiuknya)
5. Sifat A'damu Qiyamuhu binafsihi (tidak berdiri sendiri) lawan dari sifat
Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri)
6. Sifat Ta'dud (berbilang) lawan dari sifat Wahdaniyah (Esa)
7. Sifat A'juzn (lemah) lawan dari sifat Qudrat (berkuasa)
8. Sifat Al Karahah (terpaksa) lawan dari sifat Iradah (berkehendak)
9. Sifat Jahlun (bodoh) lawan dari sifat Ilmun (berilmu)
10. Sifat Mautun (coati) lawan dari sifat Hayat (hidup)
11. Sifat Shomamun (tuli) lawan dari sifat Same'(mendengar)
12. Sifat Umyun (buta) lawan dari sifat Basher (melihat)
13. Sifat Bukmun (bisu) lawan dari sifat kalam (berbicara)
14. Sifat Kaunuhu A'jizan (Dzat yang lernah) lawan dari sifat Kaunuhu Qoadiron
(Dzat yang berkuasa)
15. Sifat Kaunuhu Kaarihan (Dzat yang terpaksa) lawan dari Kaunuhu Muriidan
(Dzat yang berkehendak)
16. Sifat Kaunuhu Jaahilan (Dzat yang bodoh) larvan dari sifat Kaunuhu `Aliman
(Dzat yang berilmu)
17. Sifat Kaunuhu Mayyitan (Dzat yang coati) lawan dari Kaunuhu Hayyan (Dzat
yang hidup)
18. Sifat Kaunuhu Ashomma (Dzat yang tuli) lawan dari Kaunuhu Sami'an (Dzat
yang mendengar)
19. Sifat Kaunuhu A'maa (Dzat yang buts), lawan dari sifat Kaunuhu Bashiran
(Dzat yang melihat)
20. Sifat Kaunuhu Abkamu (Dzat yang bisu) lawan dari sifat Kaunuhu
Mutakalliman (Dzat yang berbicara)
Dan sifat mustahil bagi para Nabi dan Rosul alaihimus Sholatu Wassalam ada 4
sifat yaitu
1.Sifat Kidzib (bohong) lawan dari sifat sidiq (jujur)
2.Sifat Khianat (berkhianat) lawan dari sifat Amanat (dapat dipercaya)
3.Sifat Kitman (menyimpan) lawan dari sifat tabligh (menyampaikan risalah)
4.Sifat Baladah (bodoh) lawan dari sifat Fathonah (cerdas)
Abstraksi: Sejak awal zaman konsep tentang malaikat telah menarik perhatian manusia.
Malaikat muncul dalam agama, mitologi dan sastra-sastra lainnya di semua budaya. Mereka
selalu digambarkan dengan sayap. Banyak orang berdoa kepada para malaikat. Kami
melakukan penelitian spiritual mengenai berbagai aspek dari malaikat dengan bantuan
persepsi ekstrasensori (ESP) atau indra keenam. Melalui temuan kami dengan menggunakan
metodologi penelitian spiritual, artikel ini mengungkap topik tentang malaikat dan
memberikan pemahaman baru terhadapnya.
Copyright 2007 Spiritual Science Research Foundation Inc. All Rights Reserved.
No part of this website may be reproduced in any form.
No picture or text may be duplicated or copied without the express
written permission of the editor of the Spiritual Science Research Foundation.
Malaikat telah ada sejak awal penciptaan. Mereka adalah makhluk dari bagian terendah di
wilayah halus Surga (Swargaloka). Mereka adalah yang terendah dalam hirarki makhlukmakhluk halus yang positif. Tujuan utama mereka adalah untuk bertindak sebagai pengirim
pesan dari dewa-dewi tingkatan rendah di bagian terendah Surga (Swargaloka). Dewa-Dewi
berbicara dalam bahasa cahaya sedangkan manusia berbicara dalam bahasa suara. Dengan
demikian, malaikat-malaikat bertindak sebagai pengubah dari cahaya ke suara, yang
menyampaikan pesan dari Dewa-Dewi tingkat rendah kepada makhluk yang berhak dalam
satu bahasa yang dapat mereka mengerti. Maksud kami dengan makhluk yang berhak adalah
manusia-manusia di Bumi dan tubuh-tubuh rohani/ halus di wilayah Nether (Bhuvaloka) yang
memiliki beberapa latar belakang praktik spiritual atau perbuatan baik. Pesan-pesan tersebut
biasanya berisi tentang bagaimana menyelesaikan suatu masalah duniawi tertentu. Sekitar 5%
dari waktunya malaikat-malaikat sendiri juga memberikan nasihat duniawi. Karena tugas
mereka terutama dilakukan di bumi, kebanyakan dari malaikat terikat pada planet Bumi.
Ketika malaikat tidak mengirimkan pesan, mereka mengabdikan kehidupan mereka untuk
mengalami kenikmatan di wilayah halus Surga (Swargalok) yang lebih rendah.
Alasan dari adanya berbagai jenis malaikat adalah karena setiap jenis beroperasi pada
frekuensi yang berbeda. Hal ini memudahkan malaikat untuk menyampaikan pesan-pesan
kepada pribadi-pribadi manusia yang banyak dan yang sesuai dengan frekuensi mereka yang
paling baik.
3.2 Gambar Malaikat dan penjelasan singkat dari beberapa jenis malaikat
Gambar-gambar non-fisik dari malaikat (gambar malaikat) di bawah ini telah dilukis oleh Ibu
Yoya Vallee, seorang pencari Tuhan YME dari Yayasan Penelitian Ilmu Pengetahuan Spiritual
(SSRF) yang dapat melihat alam spiritual seperti halnya kita melihat alam fisik. Gambargambar malaikat tersebut telah diverifikasi oleh Yang Mulia Dr. Athavale untuk
kebenarannya.
Mohon juga lihat ke artikel tentang Apa yang kami maksud dengan gambar-gambar nonfisik?
Catatan: Semua gambar non-fisik dapat dipengaruhi oleh hantu-hantu (setan, iblis, energienergi negatif, dll). Kami telah menempatkan suatu batas pelindung di sekeliling semua
gambar malaikat untuk melindungi dari pengaruh energi-energi negatif, ketika pencari Tuhan
YME dengan indra keenam merasakan dan menjabarkan gambar malaikat non-fisik tersebut
untuk kita.
3.7 Bagaimana komposisi dari malaikat sesuai dengan komponen dasar nonfisik nya?
4.4 Apakah malaikat memiliki kuasa untuk menjawab doa-doa kita seperti
dalam memenuhi keinginan-keinginan duniawi kita?
Tidak, malaikat tidak memiliki kapasitas untuk menjawab doa-doa, yaitu mereka tidak dapat
memberikan bantuan apapun atau menyelesaikan hal apapun untuk manusia dengan kapasitas
yang mereka miliki. Paling-paling mereka dapat membimbing manusia berkaitan dengan halhal duniawi dengan menempatkan pemikiran-pemikiran di pikiran mereka. Hal ini terjadi
sekitar 5% sepanjang waktu.
4.5 kita berdoa kepada malaikat, andaikata mereka tidak menjawabnya lalu
siapakah yang menjawab doa tersebut?
Doa-doa tersebut dijawab baik oleh leluhur kita atau hantu-hantu. Namun dalam upaya abadi
mereka untuk mendapatkan kendali atas manusia dalam rangka memanfaatkan atau untuk
memenuhi keinginan mereka, hantu-hantu atau leluhur mengambil keuntungan dari doa untuk
mengambil hati orang tersebut dengan memenuhi keinginan kecil mereka. Namun, dalam
proses memenuhi keinginan orang tersebut, mereka menyelimuti orang tersebut dengan
energi hitam mereka. Hal ini kemudian memungkinkan mereka untuk memperoleh kendali
atas orang tersebut dan menyebabkan penderitaan baginya. Lihat artikel tentang, "Mengapa
almarhum yang saya cintai serta leluhur saya lainnya ingin memberikan saya rasa sakit?"
5. Dalam Rangkuman
Fungsi malaikat hanyalah untuk menyampaikan pesan bagi dewa-dewi tingkat rendah
dalam wilayah halus Surga kepada manusia atau tubuh halus di wilayah bawah
(Nether) yang layak menerima pesan tersebut.
Karena malaikat tidak dapat membimbing kita secara spiritual ataupun melindungi
kita dari energi-energi negatif, maka mereka tidak layak untuk disembah.
tersembunyi oleh pohon-pohon rindang; janin artinya jabang bayi, dinamai demikian
karena tersembunyi di dalam perut ibu.
Secara terminologis, Jin adalah sebangsa makhluk ghaib (makhluk ruhani, makhluk
halus) yang tidak dapat ditangkap oleh indra biasa. Makhluk ini dapat melihat
manusia, tetapi sebaliknya manusia tidak dapat melihat mereka dalam bentuk aslinya
(QS al-Araf (7): 27).
Gambaran mengenai jinn dilukiskan al-quran dalam beberapa ayat, yaitu jin
diciptakan oleh Allah dari api sebelum penciptaan Adam (QS Al-Hijr (15): 26-27, ArRahman (55): 15). Jin memiliki keluarga dan keturunan (QS al-Kahfi (18): 50), dan
tugas jin adalah untuk beribadah kepada Allah (QS al-zariyat (51): 56) dengan
mengerjakan syariat agama sebagaimana halnya manusia, sedangkan rasul yang
mereka ikuti adalah rasul dari manusia (QS. Al-Anam (6): 130, ar-rahman (55): 3134, al-Ahqaf (46): 30). Bangsa jin juga ada yang patuh (muslim) dan ada yang
durhaka (kafir) kepada Allah swt (QS. Al-Jin (72): 11, 14-15). Ringkasnya jin adalah
makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah dari api, mukallaf seperti manusia, diantara
mereka ada yang patuh dan ada yang durhaka. Dan yang durhaka pertama kali adalah
Iblis dan anak cucunya disebut dengan Jin.
2) Iblis: Sementara kata Iblis menurut sebagaian ahli bahasa berasal dari ablasa yang
artinya putus asa. Dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasih sayang
Allah swt. Tatkala Allah swt memerintahkan kepada bangsa Jin untuk sujud kepada
Adam bersama dengan para Malaikat, salah satu dari mereka menentang, yang
kemudian dikenal dengan jin kafir atau juga Iblis (QS. Al-Baqarah (2): 34, Al-kahfi
(18): 50). Namanya disebut sebanyak sebelas kali di dalam al-Quran. Sembilan kali
di sekitar penciptaan Adam (QS al-Baqarah (2): 34, al-Araf(7): 11, Ibrahim (15): 31,
32, al-Isra (17): 61, al-Kahfi (18): 50, Thaha (20): 116, Shad (38): 74, 75. Satu kali
tentang pernyataan Allah bahwa bala tentaranya masuk neraka (QS al-Syura(26): 95),
dan satu lagi tentang banyaknya simpatisan dan pengikut Iblis (QS Saba (34): 20,
21). Iblis inilah nenek moyang seluruh Syetan, yang seluruhnya selalu durhaka
kepada Allah swt dan bertekad untuk menggoda umat manusia (anak cucu adam)
mengikuti langkah mereka menentang Allah swt.
Al-quran menyatakan bahwa syetan adalah tandingan manusia (QS 2: 168, 208; 7:
22; 12: 5 dll), berarti bahwa manusia adalah tujuan syetan, karenanya ada
kemungkinan dapat ditaklukan atau menaklukanya. Manusia bisa bersahabat bahkan
berintegrasi dengan syetan yang terwujud dalam penyimpangan yang dilakukan oleh
manusia tersebut. Tapi juga manusia bisa beraliansi bahkan wajib bertempur dengan
syetan (QS 35: 6).
Dalam pengertian luas, syetan dapat diartikan dengan setiap makhluk yang durhaka
dan tidak mau taat kepada Allah, baik dari golongan jin maupun manusia. Syetan juga
berarti kekuatan-kekuatan jahat baik yang datang dari jin sebagai makhluk halus,
maupun yang datang dari kelemahan manusia (QS 6: 112, 41: 29, 114: 6), yang
senantiasa menggoda seluruh bidang kehidupan manusia. Syetan pada hakekatnya
tidaklah kuat selama manusia sebagai obyek godaan punya keberanian moral dan
kewaspadaan dalam menandinginya.
B. Mengenal Langkah-Langkah Dan Golongan Syetan
Percaya akan adanya syetan merupakan bagian dari keyakinan akan adanya makhluk
ghaib, yang tidak bisa dilihat secara nyata. Namun, sesuai dengan keberadaan mereka,
seperti juga malaikat, harus juga dipercayai adanya. Berbeda dengan malaikat yang
dipercayai dan diikuti, syetan dipercayai untuk dihindari, karena mereka merupakan
musuh utama manusia. Permusuhan manusia dengan syetan bermula ketika terjadi
dialog Tuhan, Adam dan Jin, seperti yang digambarkan dalam QS al-baqarah: 30.
Dalam dialog ini Jin tidak mau mengikuti perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam,
sebagai awal dari pembangkangan jin (yang kemudian menjadi syetan). Sebagai
resiko pembangkangan ini syetan memperoleh kutukan Tuhan dan akan kekal di
dalam api neraka. Sebagai kemudahan dari Tuhan, syetan diberi kuasa menggoda
manusia selama di dunia, sebagai upaya syetan memperoleh teman di dalam neraka,
dan sejak inilah permusuhan berkepanjangan dimulai. Di dalam upaya menggoda
manusia, syetan bertindak secara langsung dengan memasuki jasad manusia, dan bisa
juga secara tidak langsung, dengan menggunakan manusia lain untuk menggoda
sesama manusia.
Beroposisi dengan syetan berarti manusia harus senantiasa waspada akan bujuk
rayunya yang licin dan menggelincirkan, dengan jalan berlindung kepada Allah,
dengan mengenal dan menghindar sekuat tenaga dari langkah-langkah syetan.
Sungguh syetan lemah di hadapan orang yang konsisten (istiqamah) di jalan Allah
swt. Berikut ini adalah penjelasan tentang langkah-langkah syetan yang perlu
diwaspadai, yaitu:
1) Penyesatan
Bisikan (Waswasah). Syaitan membisikan keraguan, kebimbangan dan keinginan
untuk melakukan kejahatan ke dalam hati manusia. Bisikan itu dilakukan dengan cara
yang sangat halus sehingga manusia tidak menyadarinya. Oleh sebab itu Allah swt
memerintahkan kita untuk meminta perlindungan kepada-Nya dari bisikan syaitan
tersebut (QS An-Nas (114): 1-6).
Lupa (Nisyan). Lupa memang sesuatu yang manusiawi. Tetapi syaitan berusaha
membuat manusia lupa dengan Allah swt, atau paling kurang membuat manusia
menjadikan lupa sebagai alasan untuk menutupi kesalahan atau menghindari tanggung
jawab (QS Al-Anam (6): 68).
Janji Palsu (Wadun): Syaitan berusaha membujuk umat manusia supaya mau
mengikutinya dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan yaitu keuntungan
yang akan mereka peroleh jika mau menuruti ajakanya. Di akhirat nanti syaitan
mengakui bahwa janji-janji yang diberikanya kepada manusia dahulu di dunia adalah
janji-janji palsu yang dia pasti tidak mampu menepatinya (QS Ibrahim (14): 22).
Tipu daya (Kaidun): Syaitan berusaha dengan segala macam tipu daya untuk
menyesatkan umat manusia. Akan tetapi sebenarnya tipu daya syaitan itu tidak akan
ada pengaruhnya bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah swt (QS
an-Nisa(4): 76).
Nabi sulaiman tentang Ratu Saba dan rakyatnya yang telah dihalangi oleh syaitan dari
jalan Allah sehingga mereka tidak mendapat petunjuk: Aku mendapati dia dan
kaumnya menyebah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka
memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan
(Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk. (QS An-Naml (27): 24)
Permusuhan (Adawah): Syaitan berusaha menimbulkan permusuhan dan rasa saling
membenci di antara sesama manusia, karena dengan permusuhan itu manusia akan
lupa diri dan melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh allah untuk
membinasakan musuh-musuhnya. Salah satu sebab allah swt melarang minum khamar
dan judi adalah karena dengan dua perbuatan itu syaitan akan menimbulkan
permusuhan dan saling membenci (QS al-Maidah (5): 91).
2)Menakut-Nakuti
Upaya syetan untuk menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran tidak saja dengan
tadhlil (penyesatan) seperti di atas, akan tetapi juga dengan cara takhwif (menakutnakuti). Takut yang dimaksud di sini bukanlah takut tabiI (alami) seperti takutnya
seseorang diterkam binatang buas di hutan belantara. Tetapi takut yang dihadirkan
syetan ini adalah takut menyatakan kebenaran, takut mengakan hukum Allah, takut
melakukan amar maruf nahi munkar karena khawatir dengan segala resiko dan
kosekuensinya. Mislanya, resiko jatuh miskin, kehilangan jabatan, masuk penjara dan
lain sebagainya. Allah menyatakan bahwa syetan akan selalu menakut-nakuti manusia
pengikutnya:
(175)
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti pengikutpengikutnya, oleh sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS ali Imron (3): 175)
bagi orang-orang yang imannya kuat justru semakin ditakut-takuti semakin bertambah
semangatnya, makin bertambah imannya. Bagi mereka cukuplah allah yang menjadi
jaminan dan menjadi penolong.
(173)
(Yaitu) orang-orang (yang menta`ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan
itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi
Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS Ali Imron: 173)
Tadhlil dan takhwif tidak hanya dilakukan oleh syetan, tetapi juga oleh manusia para
pengikut syetan (sayatinul-insi). Bahkan syayatinul insi lebih berbahaya dari syetan
yang sebenarnya, karena manusia pengikut syetan memiliki sarana dan prasarana
untuk mewujudkan keinginan, cita-cita syetan secara konkrit. Allah swt berfirman:
(112)
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS Al-Anam(6): 112)
Pengetahuan tentang hari Kiamat adalah perkara ghaib yang hanya diketahui oleh
Allah Taala, sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh banyak ayat di dalam al-Qur-an
dan hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam karena pengetahuan tentang hari
Kiamat adalah perkara yang hanya diketahui oleh Allah Azza wa Jalla. Dia tidak
menampakkannya kepada seorang Malaikat yang didekatkan tidak juga kepada
seorang Nabi yang diutus[1]. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan
terjadinya Kiamat kecuali Allah Taala.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sering sekali membicarakan keadaan Kiamat dan
kedahsyatannya, sehingga orang-orang waktu itu bertanya kepada beliau kapan
terjadinya Kiamat. Beliau mengabarkan bahwa itu adalah masalah ghaib yang hanya
diketahui oleh Allah, demikian pula ayat al-Qur-an menjelaskan bahwa pengetahuan
tentang kapan terjadinya Kiamat adalah sesuatu yang dikhususkan Allah untuk diriNya.
Di antaranya adalah firman-Nya:
amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak
akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu
seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. [Al-Araaf: 187]
Allah Taala memerintahkan Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam agar
mengabarkan kepada manusia bahwa pengetahuan tentang terjadinya Kiamat hanya
ada di sisi Allah semata, hanya Dia-lah yang mengetahui masalahnya dengan jelas dan
kapan terjadinya, tidak seorang pun dari penduduk langit dan bumi mengetahuinya.
Sebagaimana difirmankan oleh Allah:
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah. Dan tahukah kamu (hai
Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya. [Al-Ahzaab: 63]
Juga sebagaimana difirmankan oleh Allah:
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit,
kapankah terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)?
Kepada Rabb-mulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). [AnNaaziaat: 42-44]
Maka puncak dari pengetahuan tentang hari Kiamat kembali kepada Allah semata.
Karena itulah, ketika Jibril Alaihissallam bertanya kepada Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam tentang hari Kiamat -sebagaimana dijelaskan dalam hadits Jibril
yang panjang- Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
.
Orang yang ditanya tentangnya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.[2]
Jibril tidak mengetahui kapan hari Kiamat itu terjadi, begitu pun Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Demikian pula Nabi Isa Alaihissallam, beliau tidak mengetahui kapan Kiamat itu
terjadi, padahal beliau akan turun ketika Kiamat sudah dekat. Bahkan (turunnya Nabi
Isa) termasuk tanda-tanda besar Kiamat, sebagaimana akan dijelaskan.
Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan, demikian pula Ibnu Majah dan alHakim dari Abdullah bin Masud Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
:
:
.
:
.
Pada malam aku di-Isra'kan ke langit, aku bertemu dengan Ibrahim, Musa, dan Isa.
Beliau bersabda, Lalu mereka saling menyebutkan tentang perkara Kiamat,
selanjutnya mereka mengembalikan perkara mereka kepada Ibrahim, maka beliau
berkata, Aku tidak memiliki ilmu tentangnya, kembalikanlah perkaranya kepada
Musa. Lalu beliau berkata, Aku tidak memiliki ilmu tentangnya, kembalikanlah
perkaranya kepada Isa. Akhirnya beliau berkata, Adapun kapan terjadinya, maka
tidak ada seorang pun yang mengetahui kecuali Allah. Di antara wahyu yang
diberikan oleh Rabb-ku Azza wa Jalla kepadaku, Sesungguhnya Dajjal akan keluar.
Beliau berkata, Dan aku membawa dua pedang. Jika dia melihatku, maka dia akan
meleleh sebagaimana timah yang meleleh. Beliau berkata, Lalu Allah
membinasakannya. [3]
Mereka adalah para Ulul Azmi dari kalangan para Rasul, dan mereka tidak
mengetahui kapan terjadinya Kiamat.
Dan Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu
anhuma, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
yang bersabda sebulan sebelum beliau wafat:
.
Kalian bertanya kepadaku tentang hari Kiamat? Sedangkan ilmunya hanyalah ada di
sisi Allah, dan aku bersumpah dengan Nama Allah, tidak ada satu makhluk hidup pun
yang lahir di atas bumi ini yang berumur seratus tahun. [4][5]
Hadits ini menafikan kemungkinan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
mengetahuinya setelah pertanyaan Jibril kepadanya.
Ibnu Katsir rahimahullah menuturkan, Nabi yang ummi ini adalah pemimpin para
Rasul, dan penutup mereka -shalawat dan salam dari Allah semoga dilimpahkan
kepadanya- Nabi pembawa rahmat, penyeru taubat, pemimpin perang, pemberi
keputusan, yang menghormati tamu, penghimpun, di mana semua manusia berkumpul
padanya (untuk memperoleh syafaat), di mana beliau pun bersabda dalam hadits
yang shahih dari hadits Anas dan Sahl bin Saad Radhiyallahu anhuma:
.
Diutusnya aku dan hari Kiamat bagaikan dua (jari) ini. [6]
Beliau mendekatkan jari telunjuk dan yang ada setelahnya (jari tengah). Walaupun
demikian keadaan beliau, Allah telah memerintahkannya agar mengembalikan ilmu
tentang Kiamat kepada-Nya jika ditanya tentangnya, Allah berfirman:
... Katakanlah, Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi
Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Al-Araaf: 187][7]
Siapa saja yang beranggapan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui
kapan terjadinya Kiamat, maka dia adalah orang bodoh, karena ayat-ayat al-Qur-an
dan hadits-hadits Nabi yang telah disebutkan menolak anggapan tersebut.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Dan orang yang mengaku-aku sebagai ahli ilmu
pada zaman kita ini telah menampakkan kebohongan. Dia berpura-pura kenyang
(dengan ilmu) padahal ilmu itu tidak diberikan kepadanya bahwasanya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat. (Sangat
pantas jika) dikatakan kepadanya, Nabi Shallallahu 'alaihi wa salla pernah bersabda
di dalam hadits Jibril:
.
Orang yang ditanya tentangnya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.
Lalu mereka menyelewengkan makna yang sebenarnya, seraya berkata, Maknanya
adalah, Aku dan engkau mengetahuinya.
Ini merupakan kebodohan yang paling besar, dan penyelewengan makna yang paling
buruk. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih mengenal Allah, (maka tidak pantas)
dia mengatakan kepada seseorang yang dianggapnya sebagai seorang badui, Aku dan
engkau mengetahui kapan Kiamat itu terjadi, hanya saja orang bodoh itu berkata,
Sebelumnya beliau tahu bahwa dia adalah Jibril, padahal Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam jujur dalam perkataannya, beliau bersabda:
.
Tidaklah dia datang dengan satu rupa kecuali aku mengenalnya selain rupa yang ini.
[8]
Dalam lafazh yang lain:
.
Dia (Jibril) tidak pernah disamarkan kepadaku selain pada kesempatan ini.
Sementara dalam lafazh yang lain:
...
Bawa kepadaku orang badui itu...
Lalu mereka pergi untuk mencarinya, akan tetapi mereka tidak mendapatkannya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui bahwa dia adalah Jibril setelah
beberapa saat, sebagaimana dikatakan oleh Umar Radhiyallahu anhuma, Lalu aku
terdiam dalam waktu yang lama, kemudian beliau bersabda, Wahai Umar! Tahukah
engkau siapa yang bertanya? [9]
Orang yang menyelewengkan makna tersebut berkata, Beliau mengetahui bahwa dia
adalah Jibril sejak dia bertanya kepada beliau, sementara beliau tidak memberitakan
Sahabat akan hal itu kecuali setelah selang waktu berlalu!
Kemudian ungkapan dalam hadits: (
) mencakup
setiap orang yang bertanya dan ditanya, maka setiap orang yang bertanya dan ditanya
tentang Kiamat ini keadaannya adalah seperti itu (sama-sama tidak tahu). [10]
Demikian pula, tidak ada gunanya menyebutkan tanda-tanda dan mengabarkannya
kepada penanya yang sudah mengetahuinya, lebih-lebih ketika ia tidak bertanya
tentang tanda-tandanya.
Dan lebih aneh lagi dari pendapat ini adalah apa yang diungkapkan oleh as-Suyuthi
dalam al-Haawi setelah mengungkapkan jawaban atas pertanyaan tentang hadits yang
masyhur di kalangan manusia, Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
tidak akan berdiam di dalam kuburnya selama seribu tahun? Dia (as-Suyuthi)
berkata, Saya jawab bahwa hal ini adalah bathil tidak ada landasannya sama sekali.
Lalu diungkapkan bahwa beliau menulis sebuah buku dalam masalah ini dengan judul
al-Kasyfu an Mujaawazati Haadzihil Ummah al-Alf, di dalamnya beliau berkata:
Pertama, hadits-hadits yang ada menunjukkan bahwasanya masa umat ini lebih dari
seribu tahun dan tambahannya tidak mencapai lima ratus tahun; karena diriwayatkan
dari berbagai jalan bahwa umur dunia adalah tujuh ribu tahun, dan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam diutus di akhir tahun keenam ribuan.[11]
Kemudian beliau menyebutkan beberapa perhitungan yang kesimpulannya sama
sekali tidak mungkin jika masanya itu seribu lima ratus tahun. Kemudian beliau
menyebutkan hadits-hadits dan atsar-atsar yang dijadikan landasan oleh beliau:
Di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Kabiir dari adhDhahhak bin Zummal az-Zuhani, dia berkata, Aku bermimpi, kemudian aku
ceritakan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, selanjutnya beliau
menuturkan hadits yang di dalamnya diungkapkan:
.
:
.
Tiba-tiba saja aku di (dekat)mu wahai Rasulullah, di atas mimbar yang memiliki
tujuh tangga, dan engkau berada di tangga yang paling tinggi, kemudian beliau
bersabda, Adapun mimbar yang engkau lihat memiliki tujuh tangga dan aku berada
di tangga paling tinggi, itu berarti bahwa (umur) dunia tujuh ribu tahun, dan aku
berada di ribuan tahun yang terakhir. [12]
Beliau (as-Suyuthi) mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Baihaqi
dalam ad-Dalaa-il, dan as-Suhail mengatakan bahwa hadits ini dhaif sanadnya, akan
tetapi hadits tersebut diriwayatkan secara mauquf kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu
anhuma melalui jalan-jalan yang shahih, dan ath-Thabrani [13] menshahihkan
landasan ini dan menguatkannya dengan beberapa atsar.
Kemudian as-Suyuthi menjelaskan bahwa makna sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam: ... dan aku berada di ribuan tahun yang terakhir. Maksudnya adalah
kebanyakan umat Islam berada pada tahun ketujuh ribu, agar sesuai dengan riwayat
se-lanjutnya bahwa beliau diutus di akhir tahun keenam ribu. Seandainya beliau
diutus di awal tahun ketujuh ribu, niscaya tanda-tanda Kiamat besar seperti Dajjal,
turunnya Nabi Isa, dan terbitnya matahari dari barat telah di jumpai lebih dari seratus
tahun sebelum masa kita ini, karena Kiamat terjadi tepat pada tahun ketujuh ribu,
sementara tidak terjadi apa pun pada saat itu, maka hal ini menunjukkan bahwa sisa
dari tahun ketujuh ribu lebih dari tiga ratus tahun. [14]
Ini adalah ringkasan perkataan as-Suyuthi rahimahullah, dan (perkataannya ini)
berbenturan dengan ungkapan yang jelas di dalam al-Qur-an juga hadits-hadits yang
shahih; bahwasanya umur dunia tidak diketahui oleh seorang pun kecuali Allah
Taala. Karena jika kita mengetahui umur dunia, niscaya kita akan tahu kapan
terjadinya Kiamat. Anda telah mengetahui sebelumnya dari ayat-ayat al-Qur-an dan
hadits-hadits Nabawi bahwa Kiamat tidak diketahui kapan terjadinya kecuali oleh
Allah Taala.
Demikian pula, bahwa kenyataan yang ada menolak hal itu (pendapat as-Suyuthi).
Karena kita berada di awal abad kelima belas Hijriyyah, sementara Dajjal belum
keluar, dan Nabi Isa belum turun. As-Suyuthi menyatakan bahwa ada riwayat yang
menyebutkan Dajjal keluar di awal seratus tahunan dan Isa Alaihissallam turun, lalu
membunuhnya. Kemudian beliau berdiam di bumi selama empat puluh tahun,
manusia berdiam di bumi setelah matahari terbit dari barat selama seratus dua puluh
tahun, dan jarak di antara dua tiupan (Sangkakala) adalah empat puluh tahun, ini
semua mesti terjadi dalam masa dua ratus tahun [15]. Lalu berdasarkan perkataannya,
seandainya Dajjal keluar sekarang maka mesti dua ratus tahun, sehingga terjadinya
Kiamat setelah tahun seribu enam ratus.
Dengan ini jelaslah kebathilah setiap hadits yang membatasi umur dunia.
Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan dalam kitab al-Manaarul Muniif beberapa hal
yang diketahui dengannya kepalsuan sebuah hadits. Beliau berkata, Di antaranya
adalah hadits yang menyelisihi nash al-Qur-an yang jelas, seperti hadits batasan umur
dunia, yang mengatakan bahwa umur dunia hanya tujuh ribu tahun, sementara kita
berada di masa ketujuh ribu tahun. Ini merupakan kebohongan paling jelas, karena
seandainya hadits ini shahih, niscaya setiap orang tahu bahwa Kiamat akan terjadi dua
ratus lima puluh satu tahun dari waktu kita sekarang ini. [16]
Ibnul Qayyim hidup di abad kedelapan Hijriyyah, maka dia mengatakan perkataan
seperti ini, dan telah berlalu dari perkataannya lebih dari enam ratus lima puluh dua
tahun, akan tetapi dunia belum juga berakhir.
Ibnu Katsir berkata, Adapun yang terdapat dalam kitab-kitab Israiliyyat (kisah-kisah
yang bersumber dari bani Israil/Yahudi-ed.) dan Ahlul Kitab berupa pembatasan masa
yang telah lalu dengan ribuan dan ratusan tahun, maka lebih dari satu orang ulama
.
Dunia itu adalah satu pekan dari beberapa pekan di akhirat.
Hadits ini sanadnya tidak shahih, demikian pula tidak shahih sanad setiap hadits yang
menentukan waktu terjadinya hari Kiamat secara tepat.[17]
Sebagaimana tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat,
maka tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan muncul-nya tanda-tanda Kiamat.
Riwayat yang menjelaskan bahwa pada tahun ini akan seperti ini, dan pada tahun ini
akan terjadi hal ini, maka hal itu tidak benar, karena penanggalan belum dilakukan
pada masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi Umar bin al-Khaththablah
yang menetapkannya sebagai sebuah ijtihad dari beliau, dan awal perhitungannya
dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ke Madinah.
Al-Qurthubi berkata, Sesungguhnya apa yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam tentang fitnah dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, dengan
penentuan waktunya pada tahun tertentu membutuhkan cara yang benar (dalam
menentukan keshahihan riwayat tersebut) yang bisa mematahkan segala ar-gumentasi,
hal itu sebagaimana (menentukan) waktu terjadinya hari Kiamat, tidak seorang pun
mengetahui pada tahun manakah ia akan terjadi, tidak juga pada bulan apakah? (Yang
diketahui) bahwa ia akan terjadi pada hari Jumat di akhir waktunya. Waktu di mana
Allah menciptakan Adam Alaihissallam, akan tetapi Jumat yang mana? Tidak
seorang pun mengetahui tepatnya hari tersebut kecuali Allah semata yang tidak ada
sekutu bagi-Nya, demikian pula masalah tanda-tanda Kiamat, tidak seorang pun
mengetahui waktunya yang pasti, wallahu alam.[18]
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil,
Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah
Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Al-Barzanji berpendapat bahwasanya Nabi Shallallahu 'laihi wa sallam
mengetahui kapan terjadinya Kiamat, akan tetapi dilarang mengabarkannya. Ini
adalah kesalahan yang sangat fatal.
[2]. Shahiih al-Bukhari, kitab al-Iimaan, bab Su-aalul Jibriil an-Nabiyya Shallallahu
'laihi wa sallam anil Iimaan wal Islaam wal Ihsaan wa Ilmis Saaah wa Bayaanin
Nabiyyi Shallallahu 'laihi wa sallam lahu (I/114, al-Fat-h).
[3]. Musnad Ahmad (V/189, no. 3556), tahqiq Ahmad Syakir, dan beliau berkata,
Isnadnya shahih.
Sunan Ibni Majah (II/1365), tahqiq Muhammad Fu-ad Abdul Baqi, al-Bushairi
berkata dalam kitab az-Zawaa-id, Ini adalah sanad yang shahih, rijalnya tsiqah.
Dan Mustadrak al-Hakim (IV/488-489), beliau berkata, Ini adalah hadits yang
isnadnya shahih, akan tetapi keduanya (al-Bukhari dan Muslim) tidak
meriwayatkannya. Dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Akan tetapi Syaikh al-Albani
melemahkannya dalam kitab Dhaiif al-Jaamiish Shaghiir (V/20-21, no. 4712).
[4]. Maksudnya adalah tidak ada makhluk hidup yang hidup pada malam itu hidup
selama seratus tahun, hal ini tidak menafikan adanya makhluk hidup lahir setelah
malam itu yang mengalami hidup selama seratus tahun sebagaimana diungkapkan
oleh an-Nawawi.-pent.
[5]. Shahiih Muslim, kitab Fadhaa-ilush Shahaabah Radhiyallahu anhum, bab Bayaan
Mana Qaulihi Shallallahu 'laihi wa sallam alaa Ra'-si Mi-atis Sanah la Yabqa Nafsun
Manfuusah (XVI/90-91, Syarh an-Nawawi).
[6]. Shahiih al-Bukhari, kitab ar-Riqaaq, bab Qaulun Nabiyyi Shallallahu 'laihi wa
sallam Buitstu Ana was Saaah ka Haataini, (XI/347, al-Fat-h).
[7]. Tafsiir Ibni Katsir (III/526).
[8]. Musnad Ahmad (I/314-315, no. 374), tahqiq Ahmad Syakir, dan beliau berkata,
Isnadnya shahih. Sementara lafazh Muslim adalah:
.
Tidaklah dia datang dengan satu rupa pun kecuali aku mengenalnya selain rupa yang
ini.
[9]. Shahiih Muslim kitab al-Iimaan, bab Imaaraatus Saaah (I/159, Syarah anNawawi).
Ibnu Hajar t berkata, Adapun yang disebutkan di dalam riwayat an-Nasa-i dari jalan
Abu Farwah di akhir hadits:
.
Ia adalah Jibril yang turun dengan rupa Dihyah al-Kalbi.
Sesungguhnya ungkapan turun dengan rupa Dihyah al-Kalbi adalah Wahm, karena
Dihyah adalah orang yang dikenal di kalangan mereka, sementara Umar berkata,
Tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Dan Muhammad bin Nashr alMarwazi telah meriwayatkan dalam kitabnya al-Iimaan dengan bentuk (jalan) yang
diriwayatkan oleh an-Nasa-i, di akhir ungkapannya beliau hanya bersabda, Dia
adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan masalah agama kepada
kalian. Inilah riwayat al-Mahfuuzhah (yang terjaga) karena kesesuaiannya dengan
riwayat yang lainnya, (Fat-hul Baari I/125).
[10]. Al-Manaarul Muniif (hal. 81-82), tahqiq Syaikh Abdul Fattah Abu Guddah, dan
lihat taliq Syaikh terhadap ungkapan Ibnul Qayyim, lihat pula Majmu al-Fataawaa',
karya Ibnu Taimiyyah (IV/341-342).
[11]. Al-Haawi lil Fataawaa (II/86), karya as-Suyuthi, cet. II (1395 H), Darul Kutub
al-Ilmiyyah, Beirut.
[12]. Al-Haawi lil Fataawaa (II/88).
[13]. Lihat kitab Taariikhul Umam wal Muluuk, karya Abu Jafar ath-Thabari (I/ 510) cet. Darul Fikr, Beirut.
[14]. Al-Haawi (II/88).
[15]. Al-Haawi (II/87).
[16]. Al-Manaarul Muniif (hal. 80) tahqiq Syaikh Abdul Fattah Abu Guddah, dan
lihat kitab Majmu al-Fataawaa (IV/342), karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
[17]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/15) tahqiq Dr. Thaha Zaini.
[18]. At-Tadzkirah fii Ahwaalil Mautaa wa Umuuril Aakhirah (hal. 628), karya
Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad Ahmad al-Qurthubi, disebarluaskan oleh alMaktabah as-Salafiyyah, al-Madinah al-Munawwarah.
Home Hari Akhir Kehidupan Alam Barzah
Hari Akhir
Alam Barzah Untuk memahami tentang alam barzah, terlebih dahulu dikemukakan
tentang macam-macam kehidupan yang dijalani oleh manusia, mulai dari dunia
sampai akhirat. Ada tiga macam kehidupan yang merupakan tahapan yang dilalui
manusia, yaitu:
Tahapan pertama, kehidupan di dunia, yaitu kehidupan sebagaimana yang kita sedang
alami sekarang. Pada kehidupan di dunia ini, kita manusia pasti mengalami apa yang
disebut bahagia atau sengsara, senang atau susah, jasmani dan rohani.
Tahapan kedua, kehidupan di alam barzah, yaitu kehidupan di mana ruh manusia telah
terpisah dari jasad-nya. Ruh manusia ini akan mengalami siksaan atau kenikmatan di
alam penantian di kubur sampai menjelang datangnya hari akhir. Tahapan ketiga,
adalah kehidupan di akhirat, yakni suatu kehidupan di mana ruh-ruh yang telah
dipisahkan dari jasadnya di alam barzah itu akan disatukan kembali.
Seorang insan Muslim hendaknya meyakini pula akan adanya alam gaib yang
berhubungan dengan hari akhir, seperti: alam barzah, ba'ats, mahsyar, hisab, mizan,
surga dan neraka, karena jelaslah bahwa kehidupan di alam barzah adalah kehidupan
antara hidup di dunia dan hidup di akhirat. Alam barzah disebut juga alam kubur.
Kehidupan di alam barzah adalah ibarat masa atau periodetransit dan penantian yang
panjang. Di alam barzah ini semua ruh berkumpul menanti untuk memasuki
kehidupan akhirat. Di tempat ini pula berlaku kenikmatan dan siksaan terhadap
jasmani dan rohani. Akan tetapi kemudian rohani akan terputus dari jasmaninya.
Orang-orang yang selama hidupnya di dunia banyak mengerjakan amal shaleh, yang
bertaqwa kepada Allah akan mendapat perlakuan yang menyenangkan dari malaikat.
Sebaliknya orang-orang kafir, orang-orang yang hidupnya di dunia banyak melakukan
kejahatan dan kemaksiatan akan mendapat perlakuan yang kasar dan siksaan dari
malaikat. Tiada hari tanpa kenikmatan, atau sebaliknya tiada hari tanpa siksaan di
alam transisi itu.
Sehubungan dengan hal tersebut, Rasulullah saw. pernah bersabda yang artinya
sebagai berikut.
"Adapun hamba yang mukmin, apabila telah putus dari dunia untuk mendatangi
akhirat, maka akan turun malaikat dari langit, berwajah putih bagaikan matahari,
membawa kafan dari kafan surga, dan wewangian, pengawet kerusakan. Kemudian
mereka akan duduk dan datanglah malaikat maut mendatanginya. Malaikat duduk di
dekat kepalanya seraya berkata: "Wahai ruh yang baik, keluarlah menuju ampunan
Allah dan keridhaan-Nya". Maka ruh itu akan keluar bagaikan mengalirnya air dari
tempat minum. Adapun orang kafir, ketika mereka akan meninggal, datanglah
malaikat yang berwujud hitam, seraya berkata: "Hai jiwa yang jahat keluarlah engkau
ke arah murka Allah". Kemudian dicabut ruh mereka dengan kasar.
"Berkaitan dengan nikmat dan siksa kubur, Rasulullah bersabda yang artinya:
Jika seorang (mayit) dikubur dan ia ditinggalkan oleh teman-temannya, maka ia akan
mendengar bunyi sandal mereka, maka saat itu ia didatangi oleh dua malaikat yang
kemudian mendudukkannya dan bertanya, "Bagaimana pendapatmu dulu tentang
orang ini - yakni, Muhammad saw.?" Adapun orang mukmin akan menjawab, "Aku
bersaksi bahwa ia adalah hamba dan Rasul Allah". (Sebagai imbalannya), malaikat itu
berkata, "Lihatlah tempatmu di neraka sana telah diganti oleh Allah dengan tempat
duduk dan surga, kemudian ia melihat kedudukannya, lalu di kubur ia merasa lapang.
Adapun seorang munafik atau kafir, ketika ditanya, "Bagaimana pendapatmu dahulu
tentang orang ini?" Maka ia menjawab, "Saya tidak tahu dan tidak pernah membaca
(namanya). Lalu ia dipukul dengan palu dan besi sehingga ia menjerit kesakitan, yang
suaranya terdengar oleh makhluk di sekitarnya, kecuali manusia dan jin."
Mengenai kebenaran adanya nikmat dan siksa kubur ini dapat diterima oleh akal sehat
atas dasar iman yang mantap.
Roh orang yang beriman akan diangkat ke langit. Maka Allah akan berkata: "Tulislah
hamba-hamba-Ku ini pada derajat tertinggi di surga dan kembalikan jasadnya ke
dalam bumi', Maka berkatalah malaikat kepadanya, "Siapakah yang memberitahu
kepadamu?" Saya membaca kitab Allah dan saya beriman kepadanya, jawabnya.
Kemudian terdengarlah panggilan dari langit. "Benar sekali hamba- Ku. Maka
bukalah sebuah pintu surga dan masukkanlah. Kemudian luaskanlah dia di dalam
surga itu".
Ketika pintu surga terbuka, maka terasalah baunya yang harum semerbak. Lalu
datanglah seorang laki-laki yang berwajah tampan, berpakaian indah, berbau wangi,
seraya berkata, "Bergembiralah Anda dengan segala yang menyenangkan. Hari ini
adalah hari yang dijanjikan kepada Anda". Maka orang itu pun bertanya, "Siapakah
Anda?" Laki-laki yang berwujud tampan menjawab. "Saya adalah amalmu yang
shaleh".
Roh orang yang kafir itu dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat kemudian
mendatanginya, dan bertanya kepadanya:
"Apa agamamu?" "Saya tidak tahu", jawab orang kafir tersebut. Maka malaikat pun
bertanya lagi: "Siapakah orang yang diutus kepadamu?" Orang kafir itu masih
menjawab seperti semula, tidak tahu". Maka terdengarlah suara dari langit: ia
berdusta, maka hamparkanlah api di atasnya dan bukalah pintu neraka untuknya".
Terbukalah pintu neraka dan tersebarlah panas apinya. Datanglah seorang yang buruk
muka dan buruk pakaiannya, serta busuk baunya, seraya berkata: "Bergembiralah
Anda dengan perbuatan buruk Anda. Inilah harimu yang dijanjikan: orang kafir itu
bertanya: "Siapakah Anda? Wajahmu buruk membawa celaka". Orang buruk itu
menjawab: "Aku adalah amalmu yang jahat."
Dua cerita di atas menunjukkan bahwa manusia itu akan mendapat kenikmatan atau
siksaan di alam kubur. Amal-amal shaleh yang telah diamalkannya selama di dunia
akan menampakkan diri kepadanya. Begitu pula amal perbuatannya yang jelek dan
roh manusia pun tergantung pada amal perbuatannya. Maka bagi ruh yang jahat,
langit tidak akan menerima kecuali ada unta yang mampu memasuki lubang sebuah
jarum, namun ini mustahil terjadi.
Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf (7) ayat 40: