SKENARIO 1 (Mengunyah) Blok 10
SKENARIO 1 (Mengunyah) Blok 10
SKENARIO 1 (Mengunyah) Blok 10
SKENARIO 1 BLOK 10
Disusun Oleh
Tutorial 2
Tutor
Ketua
: Khaleda Shafiratunnisa
J2A013003
J2A013008
J2A013009
J2A013016
J2A013018
J2A013020
J2A013028
J2A013032
J2A013033
J2A013038
J2A013043
J2A013045
J2A013050
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mastikasi atau istilah umum disebut dengan pengunyahan merupakan suatu
proses yang terjadi kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya mengunyah didukung oleh beberapa struktur
anatomi agar dapat menjalankan fungsi dengan semestinya. Struktur anatomi
pendukung yang baik akan mendukung terlaksananya proses mastikasi yang
diharapkan.
Proses mastikasi juga dipengaruhi oleh kebiasaan yang melekat pada diri
individu. Seseorang yang terbiasa mengunyah hanya dengan satu sisi saja akan
berpengaruh pada struktur anatomi yang mendukungnya. Bila proses mastikasi
dapat berjalan dengan semestinya, yaitu mengunyah dengan kedua sisi dan tidak
terlihat ada masalah pada sendi rahangnya maka proses mastikasi akan berjalan
dengan baik. Dalam skenario ini kan dibahas lebih lanjut mengenai sistem
mastikasi.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian stomatognatik.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi sistem stomatognatik.
sistem
stomatognatik.
3. Mahasiswa menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Pengunyahan (aktivitas otot,
persentian temporomandibula (anatomi temporomandibulae joint, otot-otot
yang
berperan
di
Temporomandibulae
mensarafitemporomandibulae
joint,
dan
joint,
fisiologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
nervus
pergerakan
yang
sendi
oklusi
BAB III
PEMBAHASAN
fungi.
Foliata,
mempermudah
dan
sirkumvalata),
pengosongan
usus
mempercepat
halus,
pencernaan
mempermudah
makanan,
pengabsorbsian,
9. Syarat oklusi : Hub. Molar klas 1, angulasi gigi tepat, inklinasi gigi tepat, no
rotation, no space, curve of spee mendatar atau sedikit melengkung.
10. Dapat mengganggu pencernaan, TMD dapat menekan basis cranii -> mengalami
gangguan pendengaran, mengganggu fungsi otot-otot mastikasi.
11. Macam-macam refleks pengunyahan: sederhana dan kompleks
Sederhana : terjadi secara cepat yang disebut mono yang hanya memiliki 1 sinaps.
Refleks kompleks : melaksanankan fungsi pengunyahan.
12. Macam-macam gerakan sendi pada rahang : gerakan dalam ruang rahang sendi RA
(gerakan translasi: gerakan setelah engsel) dan RB (gerakan antara caput kondilus
mandibula berupa gerakan engsel/rotasi.
13. Cara menilai TMJ yang normal : visual, palpasi, auskultasi.
Stomatogna
tik
Pengertian
Stomatognatik
Matikasi
Definisi
Fungsi
Anatomi
Fisiologi
Mastikas
i
Ganggua
n dan
Etiologi
Pemeriksaan,
perawatan,
dan
pencegahan
Syarat
Oklusi
mandibula. (Anggi)
Pengunyahan : proses menghancurkan makanan di dalam mulut dibantu dengan
saliva yang dihasilkan oleh kelenjar saliva sehingga merubah ukuran dan
konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang mudah ditelan. (Ririn)
Mastikasi : merupakan langkah pertama dalam proses pencernaan dimana terdapat
motilitas mulut yang melibatkan irisan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan oleh gigi. (Tri Utari)
Menggiling dan memecah makan menjadi potongan yang lebih kecil untuk
memudahkan proses penelanan.
Menggiling dan memecah makanan menjadi potongan yang lebih kecil untuk
mempermudah proses menelan.
Fungsi pengunyahan
Tulang
Tulang
Mandibula
Tulang
Temporalis
Tulang
Maksilaris
1) Tulang Mandibula
Tulang mandibula atau rahang bawah merupakan tulang wajah yang
terbesar dan terkuat, bersendi dengan 2 tulang temporal serta menampung
gigi bawah. Tulang mandibula berbentuk seperti tapal kuda yang terdiri dari
korpus mandibula yang horizontal dan 2 ramus mandibula.
Pada orang dewasa korpus mandibula mempunyai processus alveolaris
yang mengelilingi akar gigi geligi bawah serta menyaggah gigi ini. Juga
terdapat linea oblique dimana melekat m. Depressor labii dan m. Depressor
anguli oris. Dan foramen mentalis (tempat keluar n. Mentalis) serta
protuberantia mentalis (ujung dagu).
Berikut merupakan beberapa processus yang dimiliki ramus mandibula
pada tepi superiornya, yaitu :
2) Tulang Temporalis
Tulang temporal termasuk bagian neurokranium dari tulang tengkorak,
tulang ini lebih tampak pada sisi lateral. Dua garis menonjol terbentuk pada
permukaan lateral tulang frontal dan tulang parietal garis-garis ini adalah
linea temporalis superior dan linea temporalis inferior. Garis-garis ini
menandai batas superior fosa temporalis pada permukaan lateral tengkorak.
Linea tempporalis superior adalah tempat lekat bagian tulang bagi fasia
temporalis dan linea tamporalis inferior adalah tempat insersio m.
temporalis. Pterion adalah tempat persendian yang berbentuk huruf H untuk
keempat tulang yang membentuk bagian anterolateral fosa temporalis.
Tulang-tulang parietal, frontal, ala magna tulang sfenoid dan bagian
skuamosa tulang temporal membentuk tepi-tepi pterion ini adalah tanda
permukaan luar bagi letak intrakranial arteri meningea medial. Bagian
skuamosa tulang temporal membentuk daerah tengah fosa temporalis. Tepi
inferior bagian skuamosa tulang temporal berisi fosa mandibularis sendi
temporomandibular dan inferiornya terdapat tuberkulum artikulare. Meatus
akustikus
(auditorius)
eksternus
terletak
posterior
terhadap
fosa
arah inferior, liang telinga luar pada tulang temporal disempurnakan oleh
lempeng timpani. Meatus akustikus eksternus terproyeksi kearah medial,
kedalam bagian petrosal tulang temporal. Meatus akustikus eksternus ini
terpisah dari telinga tengah oleh membrane timpani (gendang telinga).
3) Tulang Maksilaris
Terdiri dari beberapa processus :
Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa
artikularis dan eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah anteroposterior medio-lateral. Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa
mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus
eksternus.
Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang
terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang
temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus.
Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang
beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan bentuk
permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus 1. Prosesus
kondiloideus 2. Ligamen Sendi Temporomandibula 3. Suplai Darah pada Sendi
Temporomandibula 4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula mandibula. Di
bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua penebalan ini.
Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon muskulus
pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis melekat ke
pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular.
Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk
menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal. Fungsi
lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk
memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini
mengandung pleksus vena sehingga didapati jaringan lunak yang fleksibel.
Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari
jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa
artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula. Kapsul
ini diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral sedangkan bagian
depan diperkuat oleh muskulus pterigoideus. (Bagus)
Secara fungsional TMJ merupakan gabungan 2 sendi, yaitu sendi antara
diskus artikularis dan kaput mandibula serta diskus articularis dan fossa
mandibularis. Waktu membuka mulut secara aktif selalu melibatkan gerak putar
(rotary movement) pada bagian bawah sendi dan gerak geser (sliding movement) ke
anterior pada bagian ataa sendi. Gerak geser tersebut terutama dilakukan oleh m.
Kondilus mandibulae
Ujung yang membulat dari kondilus mandibulae terpasang dalam
cekungan pada basis cranii yang disebut fossa artikularis.
Discus articularis
Diskus adalah bantalan jaringan ikat fibrous yang berperan sebagai
shock absorber antara kondilus mandibulae, fossa artikularis, dan eminensia
artikularis. Ia menstabilkan kondilus dengan mengisi ruangan antara kontur
kondilus yang berbeda, fossa artikularis, dan eminensia artikularis. Discus
juga berperan sebagai bantalan antara tulang pada titik kontak (absorber).
Diskus artikularis membagi ruangan antara caput kondilus dengan fossa
artikularis menjadi ruang sendi atas dan bawah.
Capsula fibrus
Capsula fibrus mengitari sendi dan membatasi gerakannya.
Permukaan internal capsula fibrus dilapisi membran sinovial yang
mensekresi cairan sinovial yang licin, yang melumasi dan membasahi
jaringan fibrus yang menutupi facies articularis dan bagian tengah diskus
yang tidak mempunyai suplai darah. (Tri Utari)
Ligamen-Ligamen TMJ
Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian atasnya dari pada di bagian
bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke
tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolum
mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah
lateral, sedangkan di sebelah medial dengan ligamen kapsular. (Bagus)
Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina
angularis os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah
lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus
pterigoideus eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena
alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula. Di sebelah medial
berhubungan dengan muskulus pterigoideus internus. (Bagus)
Ligamen sfenomandibularis, ligamen asesori, berasal dari spina sfenoid
melekat pada lingula mandibula pada foramen mandibula, ligamen ini fungsinya
sebagai suspensi waktu membuka mulut lebar setelah membuka mulut, sedang
ligamen temporo mandibular lemas dan ligamen sfenomandibular menjadi tegang.
Otot pterigoideus medial berhubungan dengan permukaan dari ligamen
sfenomandibular media yang terbentang dari spina os sfenoidalis menuju lingula
mandibula berfungsi sama seperti ligamen stilomandibularis. (Tri Utari)
Ligamen stylomandibula bentuknya bulat dan panjang. Ligamen ini melekat
ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah melekat ke
angulus mandibula dan margo posterior dari ramus mandibula. Ligamen ini
berhubungan dengan muskulus maseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral. Di
bagian
medial
dengan
muskulus
pterigoideus
internus
dan
kelenjar
submandibularis. (Bagus)
Ligamen stilomandibular juga dianggap ligamen asesori, ligamen ini
berjalan dari prosesus stiloid tulang temporal ke bagian atas dari ramus mandibula
dan memisahkan otot maseter dan pterigoideus lateral yang fungsinya untuk
menghentikan gerak mandibula waktu membuka mulut secara berlebih. (Tri Utari)
Ligamen kapsular (articular capsular), terikat pada sekeliling fosa
mandibula dan tuberkula artikularis superior dari leher kondilus mandibula inferior,
adalah jaringan konektif berserat, longgar dan tipis. Kapsul bagian anterior,
superior, longgar pada rongga bagian inferior antara kepala dan diskus sangat
tegang, jika kondilus bergerak maju diskus mengikuti. (Tri Utari)
Ligamen temporo mandibular lateral merupakan penebalan dari kapsul
sendi, terbentang dari arkus zigomatikus sampai ke prosesus kondilaris ke arah
bawah kaput mandibular. Ligamen ini menahan gerakan rahang bawah dan
mencegah terjadinya kompresi jaringan di belakang prosesus kondilaris.
2) Nervus trigeminus (N. V) ini adalah saraf otak yang terbesar, merupakan saraf
sensorik yang melayani sebagian besar kulit kepala dan wajah juga melayani
selaput lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi dengan perantaraan sebuah
cabang motorik kecil, mensarafi otot-otot pengunyah. N. trigeminus terbagi
menjadi tiga cabang utama yaitu: n. oftalmikus, maksilaris dan mandibularis yang
berfungsi menampung sensibilitas dari berbagai daerah wajah, mulut, gigi dan
sebagian tengkorak juga menyediakan serabut-serabut sensorik pengecap. Cabang
yang ke mandibula bercabang menjadi nervus aurikulotemporalis yang berjalan
disisi medial kaput kondilus mandibula dan mengirimkan cabang sensoriknya ke
sendi temporomandibularis. Nervus aurikulotemporalis adalah sensorik untuk nyeri
dan sensasi umum pada bagian atas wajah.
3) Nervus fasialis (N. VII), saraf ini terutama untuk otot-otot mimik (wajah) dan kulit
kepala. Saraf fasialis juga merupakan saraf sensorik yang menghantarkan saraf
pengecap dari lidah.
4) Nervus hipoglosus (N. XII), saraf ini memberikan cabang motorik ke m.
geniohioideus
5) Nervus glosopharingeus (N IX), saraf ini mengandung serabut motorik dan
sensorik, serabut motorik menuju salah satu otot faring sementara sekreto motorik
menuju kelenjar parotis dan saraf sensorik menuju ke otot lidah. (Tri Utari)
Sistem saraf tepi baik yang bersifat sensoris maupun motoris tergabung
dalam Nervus Cranialis dan Nervus spinalis.
Nervus
olfactorius
olfactorius
pada
(I) : merupakan
saraf
sensoris
dan epitel
olfactorius).
Nervus opticus (II) : merupakan saraf pembawa impuls dan reseptor
menginervasi otot
Nervus abdusceus (VI) mata.
Nervus trigeminus (V): merupakan saraf bercabang 3 yaitu dan bola
mata, mandibula dan maxilla.
saraf
yang
Nervus
fascialis
(VII): merupakan
saraf somato
sensoris
yang
dan jantung.
Nervus hypoglossus (XII): merupakan saraf menuju otot
lidah.
terutama daerah
M. Masseter
M. Mylohyoid
M. Temporalis
M. Geniohyoid
Fungsi semua otot servikal bagian atas perlu dipahami karena dampaknya
pada fungsi dan disfungsi dari TMJ. Gerakan mandibula adalah akibat gerakan dari
otot servikal dan rahang, otot servikal menstabilkan kepala sehingga meningkatkan
efisiensi gerakan mandibular. Tiga otot utama yang menutup mandibula termasuk
bagian dari otot-otot pengunyah adalah m.maseter, m.temporalis, m.pterigoideus
medial dan lateral pterigoideus.
1) M. Masseter
Berasal dari arkus zigomatikus dan berinsertio pada tuberositas masseterica
pada angulus mandibula. Otot ini dibagi atas pars superfisialis dengan serabutserabut ototnya berjalan serong dan pars profunda yang serabut-serabut ototnya
berjalan vertikal berasal dari permukaan dalam processus zigomatikus os
temporalis dan dari fasia temporalis. M. masseter merupakan otot yang kuat,
berfungsi untuk menutup rahang dengan cara mengangkat mandibula. Otot ini
mendapat persarafan dari n. masseterikus. (Tri Utari)
Origin: medial surface of lateral pterygoid plate, pyramidal process of palatine bone
& Mx tuberosity
Insertion: medial surface of ramus & angle of mandible
Function: elevation of the mandible, protrusion of the mandible and lateral movement
of the mandible with unilateral activation. (Desta)
5) Otot digastrik
Terdiri dari otot anterior, posterior belly dan tendon yang kuat, anterior belly
muncul dari batas bawah mandibula. Posterior belly muncul dari prosesus
mastoideus tulang temporal, keduanya turun kearah tulang hioid dan bersatu
dengan tendon. Fungsi otot digastrik adalah menarik mandibula kebelakang dan
turun yang dibantu otot suprahioid memainkan gerakan penting dalam membuka
mandibula. (Tri Utari)
6) Otot stiloid
Berasal dari prosesus stiloid tulang temporal menyisip pada tulang hioid.
Fungsi otot ini membantu membuka rahang dan menarik tulang hioid keatas dan
ke belakang. (Tri Utari)
7) Otot geniohioid
Otot ini sempit, melebar kearah posterior dari pada anterior terletak
bersebelahan dengan garis dasar mulut dan diatas otot milohioid, ia berasal dari
simphisis mandibula masuk kepermukaan depan tulang hioid. Fungsi otot ini
menarik mandibula keatas dan kebelakang. (Tri Utari)
8) Otot milohioid
Otot milohyoid adalah otot yang muncul dari seluruh permukaan mandibula
dari simfisis keakhir gigi molar yang merupakan dasar mulut juga membantu
menekan mandibula. (Tri Utari)
9) Otot infrahioid (sternohioid,tirohioid dan omohioid)
Otot ini bertugas memastikan tulang hioid menekan, jadi memungkinkan otot
suprahioid bergerak pada mandibula. Dari otot ekstrinsik mastikasi hanya otot
digastrik dan geniohioid menekan tarikan langsung pada mandibula, menariknya
kearah posterior dan inferior. (Tri utari)
f. Lidah
Lidah secara umum dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Corpus linguae
Merupakan lidah bagian depan atau 2/3 anterior. Bagian ini merupakan
bagian yang selalu terlihat ketika dilakukan pemeriksaan intraoral pada lidah.
2) Radix linguae
1/3 posterior adalah basis lidah/radix linguae, sulit terlihat ketika dilakukan
pemeriksaan karena sangat di belakang.
Berikut ini merupakan struktur anatomis lidah (lingua) :
1) Dorsum linguae
Papilla filiformis
Papilla yang berbentuk seperti rambut halus yang jumlahnya banyak,
menutupi 2/3 anterior permukaan dorsal lidah.
Papilla fungiformis
Papilla yang lebih jarang menyebar, pendek, bentuk bulat, dan
berwarna merah. Papilla fungiformis disebut demikian karena berbentuk
jamur. Papilla fungiformis terkonsentrasi di dekat ujung lidah.
Papilla circumvallata
Papilla yang terletak pada tempat pertemuan 2/3 anterior dan 1/3
posterior. Papilla berbentuk jamur pipih, menonjol, berjumlah 8-12 buah,
berderet-deret membentuk huruf V pada dorsum linguae di dekat 1/3 posterior
lidah dan berisi indera pengecap.
Papilla Foliata
Papilla yang terletak pada permukaan lateral lidah. Bentuknya seperti
daun.
Pada dorsum lidah ini juga terdapat beberapa struktur anatomis lain, yaitu:
Sulcus terminalis
Merupakan alur yang dangkal terletak posterior dari papilla
circumvallata dan ia memisahkan corpus linguae dan radix linguae.
Foramen caecum
Merupakan muara berbentuk bulat kecil di pusat sulcus terminalis tepat
posterior dari papilla circumvallata.
2) Ventral linguae
Ventral atau permukaan bawah lidah yang mengkilat dan pembuluh darahnya
terlihat. Berikut ini merupakan struktur anatomis dari permukaan ventral lidah :
Frenulum lingualis, lembaran tipis jaringan pada garis tengah yang melekatkan
permukaan bawah lidah ke lantai dasar mulut.
Plica fimbriata, membran mukosa yang haluspada setiap sisi frenulum lingalis
di permukaan ventral lidah.
3) Otot-otot lidah
Dibagi menjadi :
Otot intrinsik
a) Grup Superior Longitudinal : fungsinya melengkungkan ujung lidah ke
atas
b) Grup Inferior Longitudinal : fungsi membengkokan ujung lidah ke
bawah
c) Grup Transverse : fungsi mempersempit dan memperpanjang lidah
d) Grup Vertical : fungsi Mendatarkan dan melebarkan lidah
Otot ekstrinsik
a) M.Hyoglossus : untuk depresi lidah
b) M.Styloglossus : untuk menarik lidah ke belakang dan ke atas
lainnya.
Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga
terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar
inimeluas
ke
lengkung
zygomatikum
di
depan
telinga
dan
denganduktus Stensen
Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris
pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.
Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan
memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena
retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui
b) Kelenjar Submandibularis
Anatomi:
dengankelenjar ini.
Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan
meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan
c) Kelenjar Sublingual
Anatomi:
Kelenjar
ini
terletak
antara
dasar
mulut
dan
muskulus
mayorlainnya.b.
Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolinyang
terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus
Utari)
Kelenjar Sublingua adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah
lidah di dekat kelenjar submandibula. Sekitar 5% air liur yang masuk
Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kavum oral
di dalam lamina propria mukosa oral. Diameternya 1-2mm. Kelenjar ini
biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam lobulus kecil.
Kelenjar liur minor mungkin mempunyai saluran ekskresi bersama dengan
kelenjar minor yang lain, atau mungkin juga mempunyai saluran sendiri.
Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali Kelenjar Von Ebner)
dan mempunyai banyak fungsi, seperti membasahi kavum oral dengan saliva.
Masalah gigi biasanya berhubungan dengan kelenjar liur minor.
Kelenjar Von Ebner terletak di papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini
mensekresikan cairan serous yang memulai hidrolisis lipid. Kelenjar ini adalah
komponen esensial indra perasa. (Desta)
h. Gigi
Berikut ini merupakan jenis gigi :
1) Incisivus: memotong makanan
2) Kaninus : menyobek makanan
3) Permolar menggiling makanan
4) Molar : menghaluskan makanan
Gigi terdiri dari jaringan periodontal yang berfungsi menahan dampak tekanan
oklusal ( shock absorption) :
1) Gusi
2) Ligamen periodontal
3) Sementum
4) Tulang alveolar (Ririn)
4. Fisiologi Pengunyahan
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah :
a. Adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan
penghambatan refleks otot untuk mengunyah.
b. Menyebabkan rahang bawah turun ke bawah.
c. Penurunan ini kemudian menimbulkan rebound kontraksi.
komponen yang terlibat yaitu TMJ dan otot-otot pengunyahan, serta dapat di
lakukan terapi efektif dalam gerakan pasif pada kedua komponen yaitu TMJ dan
otot-otot pengunyahan. (Agguna & Zulfa)
d. Myofascial Pain dysfunction syndrome
Adalah kumpulan gejala yang timbul karena kelainan hubungan bidang oklusi
dengan sendi rahang.
Etiologi
Spasme otot pengunyahan karena ekstensi berlebihan, kontraksi berlebihan, atau
kelelahan. Penyebab tersering adalah kelelahan otot pengunyahan yang dapat
disebabkan kebiasaan menggeretakkan gigi (grinding atau clenching)
Manifestasi Klinis
Nyeri, trismus, gerakan kondilus dapat dirasakan (clicking) dan gerakan rahang
unilateral atau bilateral terbatas. Bila 2 dari 4 manifestasi tadi ditemukan, maka
MPDS dapat ditegakkan.
Komplikasi
Deviasi mandibula, sindrome contens
Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen dari sendi rahang
Penatalaksanaan
Diterapi secara konservatif, seperti pemberian analgesik, antiinflamasi
nonsteroid, dizepam 3-4 x 2-10 mg sebagai terapi simptomatis, terapi psikis,
dan latihan untuk merubah kebiasaan. Kelainan dapat dilihat dengan
pemeriksaan radiologi, bila tidak ditemukan di bawa ke neurologi atau
psikiatri, bila ditemukan kelainan organik, maka diterapi secara bedah atau
disfungsi.Rasa nyeri adalah gejala yang bersifat subjektif dan sulit dievaluasi.Dan
setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda dan penerimaan yang berbeda
terhadap rasa nyeri, dan mungkin juga terdapat faktor psikogenik.Beberapa istilah
yang digunakan untuk menunjukkan sifat rasa nyeri, berdenyut-denyut, terbakar,
dan samar-samar.Daerah penyebaran rasa nyeri yang paling sering dari sendi
adalah telinga, pipi, dan daerah temporal.Bunyi keletuk sendi terdengar sewaktu
pasien membuka dan menutup mulut. Ketidakmampuan untuk mengoklusikan
gigigigi dengan normal.Kekakuan sendi merupakan keluhan yang paling sering
terjadi.Kadangkala terdapat keterbatasan membuka dan gerakan mandibula yang
terbatas, saat mengunyah tidak terdapat koordinasi rahang sehingga dirasakan
tidak nyaman waktu mengunyah. Dan keluhan lain adalah sakit kepala.
Pada kasus dengan pasien yang menggunakan satu sisi untuk mengunyah
gejala yang jelas terlihat bila dilakukan pemeriksaan rongga mulut.Dengan
terbentuknya kalkulus, adanya karies pada satu sisi yang tidak digunakan untuk
mengunyah karena aliran saliva yang berkurang pada sisi tersebut, dan adanya
bunyi yang timbul dari pasien selama pergerakan mandibula. Bunyi tersebut dapat
berupa:
Bunyi click : bunyi yang keras dan singkat terdengar klik, seperti saat
mengunci pintu.
Bunyi pop : bunyi yang terdengar pop, seperti letupan singkat saat membuka
tutup botol.
Bunyi krepitasi : suara gesekan (kresek-kresek) yang terdengar saat membuka
mulut, dihasilkan oleh gerakan diskus artikularis melewati permukaan yang
tidak rata.
Kelainan Struktural
Kelainan structural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur
persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi, atau
neoplasma, dan umumnya jarang dijumpai.Kelainan structural pada STM dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan, kondilus, ataupun keduanya.Konsekuensi
yang mungkin terjadi adalah dislokasi, hemarthrosis, atau fraktur kondilus.Pasien
yang mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terdapat kelainan open
bite anterior, serta dapat tekanan pada satu atau kedua saluran pendengaran. Kelainan
struktural akibat traumapada STM dapat menyebabkan suatu edema, atau hemorrhage
didalam sendi. Kelainan struktural akibat penyakit infeksi dapat mempengaruhi sistem
musculoskeletal yang banyak melibatkan STM, penyakit penyakit tersebut antara
lain osteoarthtritis / osteoarthrosis dan rheumatoid arthritis.
Gangguan Fungsional
merupakan gangguan sendi yang dapat berasal dari struktur jaringan lunak
intrakapsular sendi atau struktur jaringan tulang itu sendiri. Rasa nyeri berasal dari
struktur tulang biasanya hanya muncul setelah hilangnya jaringan fibrosa permukaan
artikularis sendi. Bilamana hal ini terjadi kondisi yang diakibatkan disebut arthritis.6
Trauma pada TMJ dapat tejadi karena faktor internal (seperti otot kunyah)
ataupun karena faktor eksternal (seperti pukulan) menyebabkan kerusakan pada
jaringan dan kondilus sehingga terjadi dislokasi, hemarthrosis, atau fraktur kondilus.
Myofacial pain dysfunction syndrome merupakan kelainan TMJ yang dapat
mengakibatkan kegoyangan gigi yang hebat (hypermobility), keausan permukaan
oklusal dan rasa nyeri pada otot-otot wajah. Pemicu dari sindroma tersebut adalah
spasme otot kunyah sebagai dampak gangguan psikologis.
Nyeri pada otot adalah suatu bentuk penyakit yang ada didalam tubuh dapat
terjadi karena stimulus seperti panas, tekanan, atau bahan kimia. Penyakit ini
mempunyai efek yang berhubungan dengan sensoris, motoris, atau autonom. Nyeri
yang berasal dari otot adalah penyebab nyeri yang sering terjadi pada kepala dan
leher.Rasa nyeri pada otot adalah suatu penyakit yang dirasakan menyebar seperti
adanya tekanan yang bervariasi, dapat dirasa sebagai berbagai perubahan intensitas
tekanan.Rasa nyeri tersebut tidak mudah dilokalisir, dan sulit diidentifikasi oleh
pasien. Dengan kata lain, sumber dan lokasi dari nyeri dapat berbeda. Nyeri pada otot
di daerah orofasial dipengaruhi oleh kerja fungsional otot selama pengunyahan.
Dari faktor oklusi yang mana bila terjadi ketidakseimbangan oklusi dapat
terjadi disfungsi pada sendi temporomandibula.Pada hal ini gigi-geligi memegang
peranan penting untuk menjaga agar oklusi dapat berkontak dengan baik antara gigigigi antagonisnya. Gigi gigi tetangga yang hilang secara bertahap akan mengalami
yang buruk. Dimana tanpa disadari sistem pengunyahan yang dilakukan itu dapat
mengakibatkan pengaruh yang buruk pada kesehatan rongga mulut. 1 Pada kasus
dengan mengunyah satu sisi, pasien sering tidak memperhatikan bahwa pada di sisi
lain timbul beberapa gejala yang memang terkadang tidak menimbulkan rasa sakit.
Kebiasaan mengunyah satu sisi pada pasien yang sering ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari ini memiliki beberapa faktor pendukung yang menjadikan kebiasaan
mengunyah satu sisi.
Berdasarkan sebuah penelitian, didapatkan hasil bahwa pada orang yang
mengunyah di satu sisi, TMD tidak hanya dirasakan pada sisi yang biasa dipakai
untuk mengunyah, tetapi juga pada sisi yang berlawanan. Rasiosakit pada sisi yang
berlawanan dari sisi yang biasa digunakan mengunyah dengan sakit pada sisi yang
biasa digunakan mengunyah adalah 1:2, jadi bukan merupakan hal yang mengejutkan
apabila ada pasien yang mengalami sakit pada sisi yang berlawanan dari sisi yang
biasa digunakan mengunyah.
Faktor Pendukung Kebiasaan Mengunyah Unilateral
Faktor kehilangan gigi
Pasien yang telah hilang satu atau lebih gigi memiliki kecenderungan untuk
mengunyah unilateral.Pada gigi yang hilang secara otomatis gigi yang berperan
sebagai gigi antagonisnya tidak begitu berfungsi secara normal.Pada pasien dengan
kehilangan gigi lebih dari satu, dapat menimbulkan resiko untuk terjadi nya karies
bahkan lebih parah lagi adalah kalkulus.Dikarenakan pada sisi yang tidak ada gigi
pada salah satu sisi biasanya tidak enak digunakan untuk mengunyah sehingga
memunculkan kebiasaan untuk mengunyah satu sisi yang masih lengkap.Secara
alamiah, gerakan pengunyahan mempunyai efek untuk timbulnya karang gigi atau
kalkulus. Karena itu, gigi-gigi yang tidak dipakai untuk mengunyah akan mudah
terjadi kalkulus yang merupakan faktor etiologi dari penyakit periodontal. Selain itu,
otot otot pipi yang kurang bergerak karena tidak mengunyah, lama kelamaan akan
menjadi lisut dan wajah terlihat kempot.
Faktor Trauma
Kebiasaan mengunyah satu sisi juga dapat disebabkan oleh trauma.Trauma
dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Macrotrauma : trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan
struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.
b) Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama,
seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan
microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.
Faktor Otot Kunyah
Kelainan otot dari STM menjadi keluhan yang paling umum terjadi pada
pasien.Kelainan otot dapat disebabkan karena infeksi/peradangan, dan trauma yang
menyebabkan terbentuknya fibrosis pada otot sehingga otot tidak bebas bergerak dan
menyebabkan rasa sakit.
Faktor Psikologis
Adanya faktor psikologis yang berupa tingkah laku,emosi, dan kepribadian
dapat menjadi faktor pendukung dalam gangguan sendi rahang dan menjadi penyebab
utama dari sindrom rasa sakit disfungsi.Psikolog Freud klasik menunjukkan bahwa
kelainan sendi mungkin merupakan reaksi perubahan mulut dan otot, karena sifatnya
yang ekspresif, bekerja sebagai focus tegangan emosi. Jadi, konflik ini dikeluarkan
dalam bentuk parafungsional seperti bruxizm dan aktivitas otot lain yang tidak
normal.
Emosi sering terlihat dari wajah dimana ekspresi wajah tersebut berhubungan
erat dengan otot kunyah.Hal ini dapat berupa ketegangan otot yang besar atau
aktivitas parafungsional oromuskular. (Desta)
Etiologi TMD
Gangguan sendi Temporomandibula merupakan permasalahan yang sering
dibicarakan dalam terbitaan yang membahas masalah kesehatan. Hal tersebut kadang
kurang
ditekankan
bahwa
penyakit
atau
gangguan
fungsi
dari
sendi
temporomandibula bukan merupakan suatu gejala yang tunggal tetapi lebih terdiri dari
sejumlah keadaan yang merupakan kumpulan dari beberapa gejala, sehingga disebut
sebagai suatu sindrom.
Temporomandibular disorders (TMD) atau gangguan sendi temporomandibula
terjadi sebagai akibat dari masalah yang berhubungan dengan sendi rahang dan otototot di sekitar wajah yang mengontrol proses pengunyahan dan gerakan rahang.
Cedera pada sendi temporomandibular, atau otot kepala dan leher dapat menyebabkan
TMD. Penyebab lainnya adalah, bruksisme, dislokasi tulang, osteoarthritis atau
rheumatoid arthritis dan stres yang dapat menyebabkan otot-otot wajah dan rahang
menjadi tegang.
Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul akan
disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau
peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas
otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching yang merupakan salah satu
etiologi TMD. Diagnosis dari penyakit atau gangguan sendi temporo mandibula
tergantung pada permeriksaan klinis dan riwayat penyakit yang menyeluruh serta
evaluasi gambaran radiografis. Evaluasi struktur ekstra-artikular yang terkait
(Nanik).
e. Dislokasi
rheumatid.
Neoplasia (Ririn)
i. Trauma :
Hemartrosis : disebabkan karena benturan pada regio anterior dari mandibula
dapat menyebabkan cedera tidak langsung pada TMJ. Pergeseran traumatik ke
posterior dari proc. Condylaris mandibulae dapat menyebabkan cedera
pembuluh darah sehingga timbul perdarahan intrakapsular. Keadaan ini secara
klinis dapat tampak sebagai nyeri sendi bila di raba, sakit pada pergerakan
satu atau sekelompok otot yang terjadi secara tiba-tiba. (Tri Utari)
Miositis : keradangan pada otot pengunyahan menyebabkan timbulnya
nyeri dan gangguan pengunyahan yang hampir menyerupai pada kejang
otot. Perbedaannya adalah adanya keradangan dan pembengkakan lokal.
(Tri Utari)
Sindroma gangguan fungsi oklusal : kehilangan gigi dalam jumlah banyak
akan meningkatkan kerentanan terhadap perubahan beban fungsional
sendi. (Tri Utari)
Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan
posterior.
Masseter muscle
Digastric muscle
Sternocleidomastoid muscle
Cervical spine
Coronoid process
Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter menilai
apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher.
Lateral movement
Protrusio movement
Pemeriksaan penunjang
a. Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai kelainan,
yang harus diperhatikan antara lain:
Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara
berkeretak), maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut
telinga, dll.
Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat,
Pemeriksaan Klinis
a. Oklusi
Pemeriksaan gigi secara menyeluruh dengan meperhatikan khususnya faktor oklusi.
Gangguan oklusi secara umum yang diperiksa: crossbite, deep overebite
b. Pemeriksaan antat insisal
Lebarnya biasanya pada orang dewasa sekitar 40-50 m. Diukur dengan penggaris
milimeter atau jangka. Pada keaadaan closed lock luas pergerakan berkurang dan
pembukaan sering terbatas hanya sekitar 25-30 mm. Spasme otot juga meneybabkan
keterbatasan pembukaan antar insisal yang nyata
c. Palpasi : dilakukan perkutan maupun peroral dan melibatkan jaringan lunak dan keras.
Palpasi otot: kombinasi palpasi bidigital perkutan dan peroral pada
lain.
d. Auskultasi stetoskop pada sendi memungkinkan penetuan sifat dan waktu timbulnya
bunyi abnormal secara lebih tepat. Penentuan kliking dan besar pembukaan insisal
dipermudah dengan auskultasi. (Ririn)
8. Pencegahan dalam TMD salah satunya adalah mengunyah satu sisi dapat dicegah
dengan memperbaiki kontak oklusi, menghindari faktor stress terutama stress
emosional dan menghindari aktivitas parafungsional dari TMJ.
9. Perawatan TMD :
Perawatan
Fisik
Penatalaksanaan
Konservatif
Penatalaksanaan
Bedah
Mekanik
Obat-obatan
Penatalaksanaan konservatif :
1) Fisik
a. Hindari makanan yang membutuhkan pembukaan mulut yang lebar atau pengunyahan
yang berat.
b. Memotong-motong makanan menjadi potongan kecil-kecil sebelum memakannya
dapat mengurangi beratnya pengunyahan. Juga menghindarkan mengunyah permen
karet, menggigit kuku, memecah es atau kacang dengan gigi.
c. Istirahat dan pembatasan luas gerakan mandibula juga mengurangi nyeri otot dan rasa
tidak enak.
d. Pasien diinstruksikan untuk membatasi jarak antar insisal pada saat membukamulut,
untuk menghindari kliking.
e. Pemijatan otot yang nyeri dapat membantu dan menghilangkan gejalan nyeri kronis.
2) Mekanik
Biasanya menggunakan splint untuk menjauhkan dan memeperbaiki oklusi yang
ditujukan untuk menormalkan rangsangan sensoris yang timbul dari adanya gangguan
fungsi oklusal.
3) Obat-obatan
Karena keradangan merupakan bagian dari penyakit sendi maka diindikasikan
penggunaan anti-radan non-steroid. Aspirin ,ibuprofen dan naproxen merupakan obat
yang efektif yang digunakan secara luas . Bila terjadi spasme otot dapat diberikan
relaksan otot yaitu chlorzokazon, metaxalone, dan diazepam.
Perawatan Bedah
1) Kondilektomi
Yaitu pemotongan kondilus. Prosedur yang banyak menyebabkan kerugian ini jarang
digunakan lagi kecuali pada kasus-kasus langka, misalnya hiperplasia pros.
Condylaris yang aktif.
2) Eminektomi
Yaitu dilakukan pemotongan eminensia (tonjolan). Eminektomi untuk dislokasi
kronis, indikasi utama untuk eminektomi adalah dislokasi kronis kambuhan dari pros.
Condylaris mandibulae yang tidak bisa ditangani dengan cara konservatif.
3) Menisektomi
Yaitu pemotongan meniscus. Indikasi untuk perforasi dickus yang tidak dapat
diperbaiki, deformasi discus yang menggangu fungsi dan kerusakan artrotik yang
meluas. (Tri Utari dan Ririn)
Penatalaksanaan konserfatif :
a. Terapi fisik : kompres panas kadang juga dingin pada oto yang kaku seringkali dapat
menghilangkan nyeri otot dan kaku. Pembatasan luas pergerakan mandibula. Hindari
pengunyahan permen karet, menggigit kuku, memecah es/kacang.
b. Manipulasi : mengurangi dislokasi mandibular dan pergerakan discus ke
anterior/keadaan closed-lock. Perbaikan dilakukan dengan tekanan ke bawah.
Manipulasi juga digunakan untuk mengurangi discus yang bergeser ke anterior.
c. Obat-obatan : karna radang merupakan bagian dari gangguan fungsi/ penyakit sendi
baik intra maupun ekstra artikular, maka diindikasikan penggunahan bahan anti
radang non-steroid.
Penatalaksanaan bedah : dipilih setelah penanganan secara konservatif gagal mencapai
hasil yang dikehendaki. Kasus yang membutuhkan bedah adalah ankilosis tulang, eksisi
neoplasia, hiperplasia processus condylaris, rekontruksi processus condylaris, dana penangan
beberapa fraktur subcondylaris secara pembedahan. (Anggi)
10. Hubungan olkusi menurut andrew (1972) :
a. Hubungan tepat antar gigi M1 terhadapbidang sagital.
b. Angulasi mahkota gigi incisivus yang tepat terhadap bidang transversal.
c. Inklinasi mahkota gigi incisivus yang tepat terhadap bidang sagital.
d. Tak ada rotasi gigi.
e. kontak yg akurat dari gigi-gigi individual dalam masing masing lengkung gigi,
tanpa celah dan berjejal.
f. bidang oklusal datar atau sedikit melengkung.
11. Maloklusi yang berdampak pada mastikasi :
a. Permasalahan dalam proses makan
Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya
asupan nutrisi penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan makanan
dalam porsi yang biasa. Penderita biasanya akan mengalami penurunan berat
badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu diperhatikan bila penderita
tersebut membutuhkan suatu proses penyembuhan setelah menjalani proses
pembedahan, khemoterapi, atau radiasi. Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari
berat badan awal memiliki indikasi terjadi intake gizi dan kalori yang kurang pada
penderita.
Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita
trismus, hal tersebut berhubungan dengan pembentukan bolus makanan yang
terganggu akibat proses salivasi dan pergerakan lidah yang tidak sempurna. Selain
itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang tidak seluruhnya ditelan.
Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi, pembentukan bolus yang tidak
sempurna dan peningkatan dari sisa makanan akan menyebabkan aspirasi dari sisa
makanan tersebut.
b. Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut
Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan
pada kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat
menimbulkan karies yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang
lebih
lanjut
terutama
pada
mandibula
akan
menyebabkan
terjadinya
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Sistem stomatognatik : adalah suatu sistem atau unit fungsional yang terdiri dari
beberapa jaringan dengan asal dan struktur yang bervariasi, akan tetapi bekerja
dalam suatu kesesuaian untuk melaksanakan tugas masing-masing berdasaran
fungsinya.
Pengunyahan : adalah proses penghancuran partikel makanan didalam mulut
dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga merubah
ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentk bolus yang mudah
ditelan.
2. Fungsi mastikasi : Fungsi pengunyahan memotong dan menggiling makanan,
membantu mencerna sellulosa, memperluas permukaan, merangsang sekresi
saliva,
mencampur
makanan
dengan
saliva, melindungi
mukosa,
dan
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Alasan Masyarakat Kelurahan Satrio Tumpaan tidak Menggunakan Gigi Tiruan
oleh Hermina Ponsibidang FKG Sam Ratulangi Manado.
Jurnal Peran Stress terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula oleh Rony Utomo
& Erna Kurnikasari dalam www.pustaka.unpad.ac.id.
Jurnal Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi
Ultrasonik terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibular
Joint (TMJ) oleh J. Handjono UI (2008).
Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno.
Jakarta: ECG, 1996:29-100.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Scanlon, Valerie C. Dan Tina Sanders. 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi
3. Jakarta : EGC.
Scheid, Ricne C. 2014. Woelfel Anatomi Gigi Edisi 8. Jakarta : EGC.