Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit
ANGGARAN KAS
Pengertian Kas
Menurut Munawir (1983:14), pengertian kas adalah sebagai berikut:
Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk
dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank
dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan
menggunakan cek atau bilyet).
Pendapat lainnya juga hampir sama di kemukakan oleh: Theodarus M. Tuanakotta, AK, (1982:150)
dalam bukunya Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, yaitu:
Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat diuangkan pada
setiap saat tanpa mengurangi nilai simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana
kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek (yang bukan mundur) untuk disetor ke bank
keesokan harinya.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapatlah di tarik kesimpulan bahwa kas adalah seluruh uang tunai dan
bentuk-bentuk lainnya yang dapat diuangkan setiap saat apabila perusahaan membutuhkan.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa anggaran kas akan memiliki peranan yang penting
dalam mengendalikan kas, dimana kegunaannya terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus memperkirakan saldo kas pada setiap
akhir tahun anggaran yang ditetapkan.
Hecket, Wilson dan Campbell, (1981:402) dalam bukunya Controllership, tugasnya Akuntan
Manajemen, menyatakan definisi dari anggaran kas adalah:
Anggaran kas adalah merupakan program penjualan dan biaya yang terkoordinasi serta terkorelasikan
dengan perubahan-perubahan neraca, penjualan serta pengeluaran yang diperkirakan.
Menurut Any Agus Kana, (2001: 225) dalam buku Anggaran Perusahaan mengemukakan bahwa :
Anggaran kas adalah perencanaan posisi kas dalam jangka waktu tertentu yang terdiri dari dua bagian
yaitu perencanaan penerimaan kas (aliran kas masuk) dan perencanaan pengeluaran kas (aliran kas
keluar).
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anggaran kas adalah gambaran atas
seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan rencana keuangan
perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi kas atau
menunjukkan aliran kas pada periode tersebut.
Anggaran dapat membantu manajemen dalam pengendalian kas, karena anggaran kas
memberikan informasi yang berguna tentang pola penerimaan dan pengeluaran kas setiap periode
operasi perusahaan,
Referensi:
Adisaputro, G. 2007. Anggaran Perusahaan 2. Edisi ke-1. Yogyakarta : BPFE.
Adisaputro, G. dan Marwan, asri. 1979. Anggaran Perusahaan: Prinsip Mekanisme dan Teknik
1.
2.
3.
4.
5.
Menentukan posisi kas pada berbagai waktu, yaitu dengan memperbandingkan uang kas
masuk dengan uang kas keluar. Sehingga saldo kas pada akhir suatu periode akan sama dengan
saldo kas awal ditambah penerimaan-penerimaan kas pada suatu periode dan dikurangi
pengeluaran-pengeluaran kas pada waktu yang sama.
Memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surplus. Defisit terjadi bilamana
pemasukan ditambah saldo awal ternyata lebih kecil dari kebutuhan pengeluaran yang harus
dibayar. Sebaliknya surplus akan terjadi bilamana pemasukan melebihi pengeluaran, sehingga
jumlah saldo akhir periode mengalami peningkatan. Terhadap kemungkinan defisit inilah
perusahaan perlu lebih waspada.
Mempersiapkan keputusan pembelanjaan berjangka pendek atau berjangka panjang.
Dengan terjadinya defisit kas perusahaan perlu mencari dana tambahan dari sumber yang paling
menguntungkan. Sebaliknya dengan adanya surplus yang diketahui lama sebelumnya, dapat
dipersiapkan pemilihan alternatif penggunaan yang paling menguntungkan.
Menggunakannya sebagai dasar kebijaksanaan pemberian kredit. Besar kecilnya kas yang
tersedia juga menunjukkan kemampuan perusahaan membelanjai modal kerjanya. Kemampuan
pembelanjaan modal kerja ini pada gilirannya juga merupakan dasar bagi perusahaan untuk
menggunakan kebijakan kredit sebagai upaya meningkatkan volume penjualan.
Menggunakannya sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang disediakan. Sesuatu jenis
biaya yang sudah dianggarkan perlu diatur penggunaannya lewat mekanisme otorisasi
pengeluaran kas. Dengan demikian plafon anggaran tidak akan terlampaui dan sekaligus
disesuaikan dengan keadaan likuiditas perusahaan
6.
Anggaran kas yang sudah ada juga berfungsi sebagai dasar penilaian terhadap realisasi
pengeluaran kas yang sebenarnya. Dengan demikian varian dalam arus kas masuk maupun kas
keluar dapat diketahui yang menjadi penyebabnya.
1.
2.
3.
Budget kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan
rencana laba strategis jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang
atau jasa dan pinjaman) dan estimasi pengeluaran kas (terutama untuk biaya-biaya, pengeluaran
modal, dan pembayaran utang) merupakan dasar yang sehat untuk keputusan-keputusan yang
menyangkut keuangan, penggunaan kas, dan untuk kredit jangka panjang.
Budget kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka pendek. Budget kas
jangka pendek memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan kas keluar yang rinci
yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan, misalnya estimasi penerimaan kas
dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk membayar pembelian mesin-mesin dan
peralatan yang baru.
Budget kas untuk operasional digunakan oleh perusahaan terutama untuk perencanaan
dan pengendalian aliran kas masuk dan keluar berdasarkan kegiatan sehari-hari (day-to-day
operation). Tujuan utama budget ini adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas
dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan opportunity cost karena kas yang menganggur.
kadang-kadang disebut juga dengan metode ikhtisar laba rugi atau metode tak langsung.
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar
Metode ini didasarkan pada analisis naik dan turun kas yang dianggarkan yang mencerminkan semua
arus kas masuk dan kas keluar dari anggaran jualan, anggaran biaya/beban, dan anggaran tambahan
produk modal. Metode ini sering digunakan untuk anggaran kas jangka pendek sebagai bagian dari
rencana laba tahunan. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan pendekatan anggaran kas jangka
pendek. Disebut pendekatan anggaran kas jangka pendek, karena biasanya anggaran dengan metode ini
dibuat paling lama periodenya setahun. Selama setahun tersebut periode anggaran dibagi dalam tiap
triwulan, bulan, minggu, atau hari.
Disebut pendekatan kas masuk dan kas keluar, karena dalam menyusun anggaran kas lebih dahulu
ditaksir sumber kas masuk, kemudian ditaksir kas keluar. Setelah itu ditentukan apakah terjadi
kelebihan kas atau kekurangan kas. Dikatakan metode langsung karena metode ini langsung secara rinci
mengidentifikasi dari transaksi sumber kas atau arus kas masuk dan belanja kas atau arus kas keluar.
Pendekatan Akunting Keuangan
Titik tolak dalam pendekatan ini adalah laba bersih diubah dari dasar akrual menjadi dasar kas, artinya
disesuaikan dengan perubahan rekening penundaan rekening bukan kas, seperti: beban/biaya terutang,
beban/biaya bayar di muka, depresiasi/ penyusutan/ penghapusan/ amortisasi. Pendekatan ini tidak
membutuhkan data yang rinci dan lebih sedikit rinciannya tentang arus kas masuk dan arus kas keluar.
Metode ini lebih cocok untuk anggaran kas jangka panjang. Oleh karena itu metode ini disebut juga
dengan pendekatan anggaran kas jangka panjang. Metode ini dikatakan pendekatan akunting keuangan,
karena cara penyusunan anggaran kas berdasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca yang dihasilkan
akunting keuangan. Oleh karena penyusunan anggaran kas didasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca
maka disebut metode tak langsung.
Menurut Ellen Christina et al (2001:188) ada dua pendekatan dalam menyusun anggaran kas, yaitu :
1. Anggaran Kas Jangka Pendek
Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka waktunya disesuaikan
dengan anggaran tahunan. Anggaran kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka
pendek dan memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan keluar yang rinci, yang secara
langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan. Sebagai contoh estimasi penerimaan kas dari
penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk pembelian mesin-mesin dan peralatan baru. Anggaran
kas seperti ini terutama berfungsi sebagai alat pemberian otorisasi kas keluar yang secara terusmenerus disesuaikan dengan arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya.
2. Anggaran Kas Jangka Panjang
Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang disesuaikan dengan perencanaan
perusahaan yang telah disusun. maka jangka waktu anggaran kas jenis ini disesuaikan dengan waktu
yang tercakup di dalam corporate plan tersebut. Kegunaannya yang terutama adalah untuk mengetahui
kemampuan perusahaan menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus memperkirakan
saldo kas pada akhir setiap tahun anggaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
Karena anggaran kas seperti yang diuraikan diatas disusun dengan memperkirakan seluruh
penerimaan dan seluruh pengeluaran yang terjadi pada sesuatu periode, maka metode anggaran kas
seperti ini disebut Metode Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Receipts and Distribursements
Method).
Secara ringkas sumber kas masuk dan penggunaan kas keluar sebagaimana terlihat pada tabel
berikut:
Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan cash flow ini akan dapat menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga.Selain itu kas sangat berperan dalam menentukan
kelancaran kegiatan perusahaan. Karena kas merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi
likuiditasnya, sehingga semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin tinggi
pula tingkat likuiditasnya. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik
penerimaannya maupun penggunaannya.
Skema berikut ini akan memberikan gambaran yang jelas adanya berbagai keluar dan masuknya
arus kas dan arus fisik.
Skema Arus Fisik dan Arus Kas
Dalam skema tersebut terlihat adanya empat pihak yang sekaligus menjadi penyalur dana dan
penerima dana. Mereka itu adalah:
1.
2.
3.
Perusahaan yang melaksanakan proses produksi barang/jasa sebagai pihak pertama dan
pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan sistem
itu
Para rekanan/pemilik faktor produksi; yang bergerak dalam pasaran faktor produksi dan
pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan sistem
itu
Konsumen/pembeli produk perusahaan merupakan pihak yang membutuhkan produk
perusahaan untuk dikonsumsikan sendiri atau dijual kembali
4.
Di antara perusahaan, Pemilik Modal dan Pemerintah hanya terjadi arus kas masuk dan arus kas
keluar. Arus kas masuk terjadi pada saat pemilik dan kreditur menyerahkan modalnya pada perusahaan
sebagai penyertaan atau sebagai kredit, sedangkan arus kas keluar terjadi pada saat perusahaan
membayar kewajiban dalam bentuk pajak,restitusi, bea meterai dan sebagainya pada Pemerintah.
Transaksi ini disebut transaksi keuangan yang sifatnya terputus-putus (internittent).
Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi diantara empat pihak inilah perusahaan akan
mampu memperkirakan baik jumlah maupun waktu terjadinya arus kas masuk dan arus kas keluar, baik
yang bersifat operasional maupun yang berupa transaksi keuangan. Hasil perekaman arus kas masuk
dan arus kas keluar ini kita sebut anggaran kas.
Sejak beroperasi, perusahaan selain menjual secara tunai, juga menjual secara kredit. Adapun
komposisi penjualannya adalah:
1.
2.
Sebesar 60% dari total penjualan adalah penjualan tunai dan sisanya adalah penjualan
kredit. Untuk penjualan tunai manajemen menetapkan akan memberikan potongan harga
sebesar 10%.
Untuk penjualan kredit; manajemen memberlakukan term of payment 5/10, n/60. Dari
penjualan kredit diperkirakan sebesar 60% akan memanfaatkan periode potongan,
sedangkan sisanya tidak memanfaatkan periode potongan. Dari pembeli yang tidak
3.
memanfaatkan potongan, 50%-nya kaan membayar pada bulan transaksi dan sisanya akan
membayar pada bulan berikutnya.
Diperkirakan besarnya piutang tak tertagih (bad debt) adalah 5% dari penjualan kredit.
Besarnya Cash Opname awal Tahun 20XX adalah Rp 10.000.000,Perusahaan melakukan pembelian bahan baku yang merencanakan akan dibayar 30% secara
tunai dan 70% dibayar bulan berikutnya. Adapun pembelian yang dilakukan adalah:
Hutang jatuh tempo yang harus dibayarkan adalah januari Rp 2.500.000,- , Maret Rp
1.000.000,- ,dan Juni Rp 3.000.000,Dari data tersebut, diminta:
1.
2.
3.
4.
Menyusun
perhitungannya.
Menyusun
Menyusun
Menyusun
Penjualan Menurut Bentuk Pembayaran & Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
PT LARA
Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Triwulan 1 Tahun 20XX
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Total penjualan : dari data Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX
Penjualan Tunai (60%): Total Penjualan x 0,6 (penjualan tunai 60%). Misal, pada bulan
Januari (Rp 15.000.000 x 0.6= Rp 9.000.000).
Potongan Penjualan Tunai (10%): Hasil dari penjualan Tunai x 0.1 (Pot. Penj. Tunai ).
Misal, pada bulan Januari (Rp 9.000.000 x 0.1= Rp 900.000).
Penjualan Tunai Neto: Hasil dari penjualan tunai hasil dari pot.penjualan tunai.Misal, pada
bulan Januari (Rp 9.000.000 Rp 9.00.000= Rp 8.100.000).
Penjualan Kredit (40%): Total penjualan x 0.4 (penjualan kredit 40%). Misal, pada bulan
Januari (Rp 15.000.000 x 0.4 = Rp 6.000.000).
Bad Debt (5%): Hasil dari penjualan kredit x 0.05 (bad debt 5%). Misal, pada bulan
Januari (Rp 6.000.000 x 0.05= Rp 300.000).
Piutang Neto: Hasil dari penjualan kredit bad debt. Misal, pada bulan Januari (Rp
6.000.000 Rp 300.000= Rp 5.700.000) .
b)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Piutang Neto didapat dari data pada Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Piutang yang mendapat hak discount (60%): Piutang Neto x 0,6 (hak discount). Misal,
Pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,6= Rp3.420.000).
Discount 5%: Piutang yang mendapat hak discount x 0.05 (discount). Misal, pada bulan
Januari (Rp 3.420.000 x 0.05 = Rp 171.000).
Piutang tidak mendapat discount (40%): Piutang neto x 0.4 (piutang tidak mendapat
discount). Misal, pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,4= Rp 2.280.000).
Piutang yang tidak mendapat discount dilunasi: Hasil dari piutang tidak mendapat discount
x 0,5 (pelunasan 50%).Misal, pada bulan Januari (Rp 2.280.000 x 0.5= Rp 1.140.000).
Total Pengumpulan Piutang: Piutang neto + piutang tidak mendapat discount. Misal, pada
bulan Januari (Rp 3.249.000 + Rp 1.140.000= Rp 4.389.000).
c) Anggaran Penerimaan Kas
PT LARA
Anggaran Penerimaan Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX
1.
2.
Penjualan Tunai Neto (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai)
Piutang (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit)
1.
2.
3.
Pembelian bahan baku tunai: Data pembelian bahan baku x 0,3 (dari perencanaan
pembelian bahan baku 30% secara tunai). Misal, pada bulan Januari (Rp 5.000.000 x 0,3 = Rp
1.500.000)
Pembelian bahan baku kredit: Data pembelian bahan baku x 0,7 (dari perencanaan
pembelian bahan baku 70% secara kredit dibayar bulan berikutnya). Misal, pada bulan Februari
(Rp 5.000.000 x 0,7 = Rp 3.500.000)
Pembayaran hutang: Data didapat dari soal bahwa Januari sebesar Rp 2.500.000 , Maret
Rp 1.000.000 , dan Juni Rp 3.000.000.
e) Anggaran Kas
PT LARA
Anggaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX
1.
2.
Kas tersedia: Saldo kas awal + penerimaan kas. Misal, pada bulan Januari (Rp 10.000.000
+ Rp 12.489.000 =Rp22.489.000)
Saldo kas akhir: Kas tersedia pengeluaran kas. Misal, pada bulan Januari (Rp 22.489.000
Rp 4.000.000 = Rp 18.489.000)
keluar, maka anggaran kas jangka panjang disusun dengan cara membandingkan neraca yang disusun
antara dua periode anggaran dan perhitungan rugi laba perusahaan yang terjadi selama periode antara
kedua neraca tersebut.
Untuk anggaran kas jangka panjang ini sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan
rencana laba strategik jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau
jasa dan pinjaman), sedangkan estimasi pengeluaran kas adalah terutama untuk biaya-biaya,
pengeluaran modal dan pembayaran hutang,yang merupakan dasar yang tepat untuk keputusankeputusan yang berkaitan dengan keuangan.
Suatu konsep neraca yang paling awal yang menyatakan bahwa neraca selalu seimbang jumlah
kekayaan perusahaan sama dengan jumlah modal yang dimiliki ditambah hutang-hutangnya
Misalkan Selama satu tahun usaha terjadi transaksi sebagai berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
Pendekatan seperti diatas berdasarkan suatu anggapan bahwa seluruh transaksi yang terjadi
adalah transaksi kas. Berbagai transaksi yang menyebabkan meningkatnya/menurunya jumlah kas yang
dipolakan sebagai berikut:
1.
2.
3.
Penjualan aktiva tak terpakai: 2016/5 juta ; 2017/5 juta; 2018/50 juta; 2019/5 juta dan
2020/5 juta
Menjual saham portofolio: 2018/100 juta
Utang Bank jangka panjang: 2017/200 juta.
Kebutuhan Kas:
1.
2.
3.
4.
5.
Saldo sinking fund pada awal 2016 sebesar 150 juta dan akan ditambah dengan 50 juta
lagi pada 2016.
Pembayaran kembali hutang obligasi sebesar 600 juta dari sinking fund pada 2017.
Pengeluaran modal: 2016/40 juta; 2017/50 juta; 2018/350.000 (beli mesinnya):
2019/100 juta; dan 2020/150 juta.
Pembayaran deviden: 2016/2017 masing-masing sebesar 20 juta setahun; 2018/2019 dan
2020 sebesar 25 juta setahun.
Pengeluaran lainnya: 2016/5,0 juta; 2017/10 juta; 2018/5,0 juta; 2019/5,0 juta dan
2020/5,0 juta.
2.
Penyelesaian :
Menyusun perkiraan rugi/laba 5 tahun yang akan datang.
MARI Manufacturer
Perkiraan Rugi Laba Tahunan
2016-2020 (jutaan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penjualan : Sebesar Rp 800 juta didapat dari data soal, dan pada tahun berikutnya
meningkat Rp 40 juta setahun sampai 2020.
Biaya Variabel (40%) : Penjualan x 0,4 (biaya variabel). Misal pada tahun 2016 (Rp 800 x
0,4 = Rp 320.000).
Fixed : dari data soal.
Keseluruhan : Penjumlahan Variabel dan Fixed.
Laba Sebelum Pajak : Penjualan Keseluruhan. Misal, tahun 2016 (Rp 800 Rp 700 = Rp
100).
Pajak Pendapatan 30% : Laba sebelum pajak x 0,3 (pada setiap tahunnya).
Laba sesudah Pajak : Laba sebelum pajak - pajak pendapatan 30% (pada setiap
tahunnya)
Menyusun anggaran kas jangka panjang
MARI Manufacturer
Perkiraan Kebutuhan Modal Kerja Non Kas
2016-2020 (jutaan)
1.
2.
3.
4.
MARI Manufacturer
Anggaran Kas Tahunan
2016-2020
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Saldo Kas Awal tahun : Untuk tahun 2016 didapat dari data soal, Sedangkan untuk tahun
berikutnya didapat dari saldo kas akhir tahun.
Keuntungan untuk Pajak : Dari data laba sesudah pajak (pada perkiraan rugi laba
tahunan).
Depresiasi dan Amortisasi : 30% dari Rp 300 juta fixed cost.
Penjualan aktiva tak terpakai, penjualan saham dan utang bank jangka panjang , sudah
tertera pada soal.
Kas tersedia : Dari penjumlahan saldo kas awal tahun, keuntungan untuk pajak, depresiasi
dan amortisasi, penjualan aktiva tak terpakai, penjualan saham, dan utang bank jangka panjang.
Pengeluaran- pengeluaran : sudah tertera pada data yang terkumpul.
Saldo kas akhir tahun : Kas tersedia penjumlahan (pengeluaran-pengeluaran), pada
setiap tahunnya.
REFERENSI: www.hendrabudget.web.id
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback
from your own site.
1.
tulisanpunberceritaaa**
February 25, 2013 at 6:20 AM
kita juga punya nih jurnal mengenai kas , silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/986/1/21207491.pdf semoga bermanfaat yaa :)
2.
silviana ling
January 13, 2014 at 12:58 AM
itu dpt darimana saldo kas awal dari bulan feb - maret ya?
Post a Comment
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Labels
Popular Posts
ANGGARAN KAS
Pengertian Angaran Kas
Menurut M Nafarin dalam bukunya
Penganggaran Perusahaan. Mendefinisikan anggaran sebagai
berikut: Ang...
Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan Tipe, Anggaran
Pengertian Anggaran : Glenn A Welsch mendefenisikan anggaran
sebagai berikut: "Profit planning and control may be bro...
JENIS-JENIS ANGGARAN
A. Anggaran Anggaran (Budget) adalah suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi
(pemasaran...
Cara Menentukan Titik Break Even (BE)
Terdapat tiga carapendekatan yang dapat dipakai dalam
menghitung tingkat Break even Perusahaan untuk suatu periode.
Tiga pendeka...
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Perencanaan biaya yang baik harusnya dipusatkan pada
hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang
diperoleh dari peng...
Gambaran Umum Penganggaran Perusahaan
Perencanaan dan Penganggaran Perusahaan Perencanaan
merupakan salah satu dari fungsi manajemen dan penganggaran
merupakan salah...
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Break even adalah
suatu keadaan dimana penghasilan dari penjualan hanya cukup
untuk menu...
Pengertian dan Asumsi Break Even (BE)
About Me
Harik sarfin
View my complete profile
PENGANGGARAN PERUSAHAAN
Blog Archive
2014 (11)
2012 (9)
12/16 - 12/23 (8)
ANGGARAN KAS
Cara Menentukan Titik Break Even (BE)
Kelemahan Analisis Break Even (BE)
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Pengertian dan Asumsi Break Even (BE)
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan
Tipe,...
JENIS-JENIS ANGGARAN
o
12/09 - 12/16 (1)
Powered by Blogger.
Blog Archive
2014 (11)
2012 (9)
12/16 - 12/23 (8)
ANGGARAN KAS
Cara Menentukan Titik Break Even (BE)
Kelemahan Analisis Break Even (BE)
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Pengertian dan Asumsi Break Even (BE)
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan Tipe,...
JENIS-JENIS ANGGARAN
12/09 - 12/16 (1)
Search
Sponsored
PENGANGGARAN PERUSAHAAN
Wordpress Theme designed by DT Website Templates | Bloggerized by FalconHive
ABOUT
CERITA LUCU
EKONOMI MAKRO
GYFTER
KATA-KATA BIJAK
KEWIRAUSAHAAN
MANAJEMEN KINERJA
MANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN RESIKO
PENGANTAR AKUNTANSI
PENGANTAR BISNIS
PENGANTAR MANAGEMEN
PEREKONOMIAN INDONESIA
STRATEGI PEMASARAN
TIPS TIPS JITU DARI AIS GYFTER ( CINTA, KESEHATAN DAN LINGKUNGAN)
aisgyfterdotcom
JUST ANOTHER WORDPRESS.COM SITE
PENGANGGARAN PERUSAHAAAN
PUBLISHED APRIL 27, 2012 BY AISDETECTIFCINTA
BAB 1
ANGGARAN VARIABEL
Pada bab-bab terdahulu ( pada buku I) pembahasan lebih
dititikberatkan pada perencanaan-perencanaan anggaran dalam kaitannya
dengan perkiraan keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini memang penting
untuk kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan. Apabila
perencanaan tidak diperhatikan, atau dengan kata lain, pengeluaranpengeluaran tidak terencana, dapatlah dipastikan bahwa perusahaan akan
menjumpai banyak kesulitan dikelak kemudian hari. Tetapi perencanaan
tanpa pengawasan yang baik tidak akan banyak mendatangkan manfaat.
Konsep anggaran variabel merupakan sebuah pendekatan yang lazim dipakai
dalam perencanaan dan pengawasan biaya, karena di sini ditunjukkan dengan
tegas beban biaya yang seharusnya dikeluarkan pada berbagai tingkat
kegiatan. Dengankata lain anggaran biaya variabel dapat digunakan untuk
pedoman perencanaan dan pengawasan biaya pada berbagai tingkat kegiatan.
Tujuan pendekatan anggaran variabel yang utama adalah untuk menunjukkan
bagaimana dan sampai sejauh mana biaya dipengaruhi oleh volume output.
Pembicaraan tentang anggaran variabel harus diikuti oleh adanya pengertian
yang utuh tentang sifat-sifat biaya. Meskipun secara singkat telah diuraikan
pada bab terdahulu penjelasan tentang sifat-sifat dari ketiga jenis biaya (tetap,
variabel, dan semi variabel) akan diperluas pada bab ini.Sebelum itu perlu
digarisbawahi beberapa hal yang penting dalam rangka penyusunan budget,
variabel, yakni :
1. Jenis biaya dihubungkan dengan tingkat output maupun tingkat
kegiatam perusahaan.
2. Pemilihan satuan dasar kegiatan (activity base) yang tepat, yang
menunjukkan tingkat output atau kegiatan secara jelas.
3. Metoda dalam menganalisa masing-masing elemen biaya, untuk
menetapkan dengan betul berupa unsur tetap dan berapa unsur
variabelnya.
4. Penggunaan dan penerapan konsep anggaran variabel.
Biaya Tetap:
Telah dijelaskan bahwa biaya-biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah
biaya-biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah mengikuti perubahan
tingkat kegiatan maupun output. Dalam konsep anggaran variabel biaya ini
bersifat konstan dalam suatu relevant range tertentu. Pada pokoknya dalam
dunia praktis dikenal dua macam biaya tetap. Pertama, biaya-biaya tetap
yang tidak ditetapkan oleh keputusan-keputusan manajemen, seperti biaya-
biaya penyusutan aktiva tetap, pajak, asuransi. Dalam ketiga contoh tersebut,
besarnya biaya tetap tidaklah ditentukan oleh manajemen perusahaan.
Penyusutan misalnya: lebih banyak dipengaruhi oleh jenis aktiva tetap yang
dipakai (merk, umur ekonomis, nilai sisa, dan lain-lain karakteristik) dan
metoda penyusutan yang dipergunakan.
Dalam hal ini perlu pula dibahas beberapa ciri yang berhubungan dengan
penegertian biaya tetap . Ciri-ciri biaya tetap antara lain:
1. Controllability: Pada umunya semua biaya yang tergolong dalam
kategori biaya tetap dapat dikontrol oleh manajemen perusahaan.
Artinya secara umum manajemen perusahaan dapat mengendalikan
(sebagian besar) biaya tetap. Meskipun biaya penyusutan pada
umumnya dalam jangka pendek tidak dapat dikendalikan (non
controllable), tetapi untuk jangka panjang ia merupakan biaya yang
dapat dikendalikan (controllable). Sedangkan biaya tetap yang lain
(misalnya gaji) betul-betul merupakan biaya yang dapat dikendalikan
oleh manajemen perusahaan seperti apa yang telah diuraikan terdahulu.
2. Hubungannya dengan tingkat kegiatan perusahaan : tentu saja, biaya
tetap timbul akibat adanya kapasitas tertentu dalam perusahaan.
Selama suatu perusahaan memiliki kapasitas tersebut, ia tidak dapat
menghindari adanya unsur biaya tetap. Tetapi, dalam batas tertentu
biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat penggunaan kapasitas
tersebut. Hal ini akan lebih jelas dengan melihat beberapa contoh.
Biaya penyusutan misalnya, akan tetap membebani perusahaan tanpa
memandang berapa bagian dari kapasitas yang (tidak) digunakan.
Begitu pula halnya dengan gaji karyawan, asuransi, dan sebagainya,
selama masih berada dalam relevant range tertentu.
3. Relevant Range: Melengkapi \keterangan di atas, perlu ditegaskan
adanya Relevant range tertentu sebagai batas sampai sejauh mana
biaya-biaya betul-betul bersifat tetap. Hanya sedikit biaya yang betulbetul bersifat konstan dalam berbagai tingkat kapasitas, dari nol sampai
kapasitas penuh. Pada umunya, biaya-biaya tersebut akan bersifat tetap
pada suatu relevant range tertentu dan akan berubah di luar range
tersebut. Karena itu, memperhitungkan dan menetapkan relevant range,
sebagai batas berlakunya anggaran variabel, merupakan suatu
pekerjaan yang sangat penting.
4. Dasar Pengukuran: Biaya tetap pada umumnya diperhitungkan
berdasarkan satuan waktu, umpamanya bulan atau tahun. Kedua satuan
Pada buku I telah ditegaskan bahwa bahan mentah langsung dan tenaga kerja
langsung betul-betul merupakan biaya variabel. Keduanya berubah-ubah
sebanding dengan perubahan tingkat output. Sebaliknya gaji karyawan betulbetul merupakan biaya tetap. Sehingga, langkah lanjut yang diperlukan
adalah menganalisa biaya-biaya untuk upah tenaga kerja tak langsung yang
ternyata bersifat semi variabel. Dalam hali ini salah satu di antara ketiga
metoda berikut ini dapat dipergunakan. Metoda-metoda tersebut adalah
sebagai berikut:
Sebelum membahas satu demi satu ketiga metoda di atas perlu diingat
beberapa hal sebagai berikut:
1. Ketiga metoda di atas dipakai untuk tujuan yang sama, yakni
memisahkan unsur biaya tetap dan biaya variabel suatu biaya.
2. Data tentang biaya di masa lampau dipakai sebgai landasan perkiraan
biaya untuk masa mendatang.
3. Dipakai anggapan bahwa satuan dasar kegiatan telah dipilih dan
diterapkan sebelumnya.
4. Faktor Judgment merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
aplikasi setiap metoda.
5. Tidak satu metoda pun yang dapat dipakai untuk semua keadaan atau
bagian. Artinya semua metoda mempunyai kelebihan dan kekurangan,
sehingga dalam suatu keadaan mungkin diperlukan penggunaan ketiga
metode secara serentak.
Metoda ini pada dasarnya hanya dapat dipakai pada keadaan tertentu saja di
mana perhitungan unsur-unsur biaya secara kuantitatip tidak dapat dilakukan
karena sesuatu sebab. Dalam dunia praktis, memang hali ini sering dijupai
dan bahkan lebih sering dipakai oleh para perencana baiaya yang telah
berpengalaman dan ingin menghindari perhitungan-perhitungan yang
matematis. Meskipun demikian tidak dapat dikatakan bahwa metoda ini
dapat digunakan begitu saja tanpa memperhatikan data yang berhubungan.
Karena itu metoda ini dapat dilaksanakan dalam dua bentuk. Pertama,
berdasarkan perkiraan pihak yang terlibat langsung dan bertanggung jawab di
dalam proses produksi, dan kedua dengan berdasarkan pada analisa data
hustoris dsn kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen.
1)
Suatu bagian baru saja didirikan, sehingga data historis biaya di bagian
tersebut tidak tersedia atau tidak memadai.
2)
Dilakukannya kegiatan yang tidak rutin, yang dapat menimbulkan
biaya yang cukup besar pada perusahaan umpamanya pengaturan kembali
peralatan-peralatan pabrik.
3)
Mulai dipakainya mesin baru, sehingga perusahaan bekerja dengan
kapasitas baru. Kemungkinan pula akibatnya biaya produksi berubah juga,
dan pola biaya historis tidak cocok lagi untuk estimasi biaya di masa
mendatang.
4)
Terjadi perubahan pada metoda produksi. Akibatnya kemungkinan pola
biaya berubah pula.
5)
Terjadi perubahan-perubahan kebijaksanaan manajemen yang mungkin
dapat mempengaruhi pola biaya.
Metoda yang kedua ini cenderung lebih bersifat kuantitatip daripada metoda
pertama. Yang berdasarkan pada perhitungan tingkat biaya (budget) pada dua
macam tingkat kegiatan tertentu. Asumsi garis lurus dipergunakan dalam
perhitungan ini. Komponen biaya tetap dan variabel dihitung dengan
melakukan interpolasi kedua tingkat biaya (pada kedua tingkat kegiatan)
dengan dasar asumsi tersebut.
Cara ini tampak sederhana dengan melihat anggapan hubungan garis lurus
tingkat biaya pada kedua tingkat kegiatan, yang sekaligus merupakan
kelemahan cara ini, karena pada kenyataan tidak semua biaya dapat
memenuhi anggapan tersebut. Kelemahan yang lain adalah, bahwa cara ini
semata-mata berdasarkan pada estimasi biaya di masa mendatang, bukan
pada data biaya yang telah lalu. Karenanya dibutuhkan ketajaman dari
pengalaman si pembuat anggaran agar estimasi yang dibuatnya cukup
realistis.
Secara keseluruhan, metoda titik tertinggi dan terendah ini dilakukan dengan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Metoda Korelasi
Menilik namanya, metode ini menggunakan salah satu alat analisa statistik.
Sebagai kebalikan dari metode titik tertinggi dan titik terendah, metode
korelasi lebih menitikberatkan data historis. Metoda ini dipakai dengan
melihat hubungan antara biaya dan tingkat kegiatan (output) di masa lampau.
Dengan melihat bagaimana niaya berubah-ubah mengikuti naik turunnya
tingkat kegiatan, dapatlah diperkirakan pola hubungan anta keduanya di masa
mendatang. Masalah akan timbul apabila terjadi perubahan-perubahan
metoda produksi, kebijaksanaan manajemen, dan lain-lain. Cara ini akan
lebih berhasil apabila didasarkan pada data bulanan, sehingga estimasi
bulanan dapat diperoleh. Hal ini ditekankan karena dalam hal ini perusahaan
dihadapkan pada estimasi jangka pendek (1 tahun). Seperti cara terdahulu,
cara ini terbatas pada anggapan hubungan garis lurus (linear) antara tingkat
biaya dan kegiatan, meskipun pada kenyataannya hunbungan yang non linear
tidak jarang dijumpai.
Bentuk Formula:
Budget variabel yang disusun dalam bentu ini memberikan gambaran yang
jelas unsur tetap (biaya tetap per bulan) dan unsur variabel (biaya variabel
per output) yang dikandung oleh setiap pos biaya.
Bentuk Tabel:
Pada anggaran variabel yang ditampilkan dalam bentuk ini dapat dilihat
berapa besarnya biaya (total) pada masing-masing pos, pada berbagai tingkat
output.
Bentuk Grafik
Anggaran variabel yang ditampilkan dengan bentuk ini dipakai sebgai
pelengkap kedua bentuk sebelumnya. Secara jelas dapat digambarkan
hubungan antara output dengan biaya yang terjadi pada berbagai tingkat
output.
1)
2)
Sistem akuntansi keangan dan akutansi biaya yang digunakan (ekstra
atau intra komtabel).
3)
Sikap manajemen di dalam menanggapi adanya pengubahan biaya dan
harga-harga.
4)
Tingkat kewenangan yang diberikan pimpinan pada bawahannya
(sentralisasi atau desentralisasi wewenang) untuk mengubah anggaran.
Oleh karena itu manajemen perlu menentukan terlebih dahulu pilihan sasaran
dan manfaat apa yang ingin diperolehnya dari penggunaan anggaran sebagai
alat manajemen.
1. 1.
Ciri Akuntansi
Ciri-ciri Anggaran
Ekstra komtabel
3.1 Anggaran
1. Anggaran sebagai
alat penaksir
selisih biaya.
3.3 Analisa
penyimpangan biaya
dilakukan diluar sistem
akuntansi.
2.a.1 Anggaran bersifat
statis(fixed).
2.a.2 Diberi peluang
kemungkinan
pengalihan pos biaya.
2.a.3 Perlu alat monitor
untuk mengetahui
pengeluaran dana yang
sudah terjadi.
1. Ekstra Komtabel
1. Anggaran sebagai
plafon dan sekaligus
alat pengatur
otorisasipengeluaran
dana/kas
2.a.4 Analisis
penyimpanan biaya
dilakukan di luar sistem
akuntansi.
2.b.1 Anggaran bersifat
dinamis
(flexible/continous).
2.b.2 Biaya perlu
berkorelasi dengan
penghasilan penjualan
atau tingkat produksi.
2.b.3 Adanya rekening
selisih biaya sebagai
dasar analisa variance.
2.b.4 Perlu adanya
monitoring pengeluaran
dana/kas.
3.1 Anggaran bersifat
dinamis.
3.2 Perhitungan
anggaran atas dasar
angka standar.
1. Intra Komtabel
1. Anggaran sebagai
Pengukur efisiensi
Intra komtabel
Anggaran sebagai alat penaksir: dari segi manfaat yang dapat diperoleh ini
merupakan perkembangan yang paling awal dari anggaran sebagai alat
perencanaan. Aspek anggaran sebagai alat pengendali sedikit sekali dapat
diperoleh dari tahap ini. Sekali anggaran disusun dan disyahkan pada awal
tahun umumnya tidak lagi dilakukan pengubahan-pengubahan. Bilamana
terjadi pengubahan dalam kondisi, maka realisasi seakan-akan berjalan
terpisah dari anggarannya. Dengan demikian anggaran disusun hanya sebagai
formalitas.
Anggaran dengan manfaat yang minimal itu ternyata cukup banyak dijumpai
dalam praktek karena alasan-alasam berikut ini:
1)
Keadaan data yang minimal dan kurang akurat menyebabkan sulitnya
dilakukan proyeksi secara tepat.
2)
Dengan demikian anggaran hanya berfungsi sebagai alat penentu arah. (Alat
perencanaan).
Anggaran sebagai plafon dan sekaligus alat pengatur otoritasi: Tahapan ini
sudah setingkat lebih maju. Bilamana sistem akuntansi biaya yang dipakai
bersifat ekstra komtabel, maka anggarannya bersifat statis. Akuntansi
keuangan mencatat apa yang sebenarnya terjadi dan melaporkannya.
Pada tahapan berikutnya anggaran boleh diubah, asal pengubahan itu punya
dasar alasan tertentu yang dapat diterima. Harus ada cara tertentu yang
diterima yang menjelaskan bagaimana biaya/anggaran dapat diubah dalam
hubungannya dengan pengubahan tingkat penjualan atau tingkat produksi.
Pengubahan tingkat biaya terutama terjadi pada jenis biaya yang bersifat
variabel. Otorita dari pejabat yang mempunyai wewenang untuk menyetujui
adanya pengubahan diatur secara tersendiri.
yang sebenarnya. Dengan demikian selisih biaya (analisa variance) benarbenar dapat dinilai sebagai penyimpangan dari yang seharusnya.
3)
Sifat proses produksinya, untuk perusahaan yang berproduksi selama
24jam sehari terus menerus selama tahun, seperti pada perusahaan tekstil
perusahaan semen, perusahaan botol, perusahaan kaca dan sebagainya, akan
sangat sulit untuk mengubah rencana produksinya dalam jangka waktu
pendek. Sehingga rencana penjualan yang digunakan sebgai dasar
penyusunan rencana produksi betul-betul harus disusun secara cermat dengan
pengubahan yang sekecil mungkin. Sebaliknya untuk perusahaan yang proses
produksinya bersifat intermittent, akan lebih mudah untuk menyesuaikan
kegiatan produksinya dengan adanya pengubahan pada rencana
penjualannya.
4)
Tingkat pemanfaatan kapasitas yang ada. Perusahaan yang sudah
menggunakan kapasitas produksi yang dimilikinya secara penuh mempunyai
tingkat peluang yang berbeda untuk mengunah anggarannya dibanding
perusahaan yang belum berproduksi secara penuh.
7)
Persaingan cukup kuat, terutama karena perbedaan mutu produksi dan
kecepatan pelayanan.
8)
Pilihan manfaat anggaran: anggaran sebagai plafon biaya dan alat pengatur
otorisasi
dengan prosedur anggaran fleksibel/continous.
2)
3)
Dipilih prosedur anggaran kontiunes yang direvisi setiap bulan untuk
disesuaikan dengan pesanan yang masuk dan minat pembeli yang dimonitor
dari waktu ke waktu.
4) Anggaran penjualan yang disusun oleh bagian penjualan diserahkan
kepada bagian produksi untuk biaya-biayanya.
5)
Ditentukan plafon biaya untuk setiap bulan sesuai dengan rencana
produksinya.
3)
Bahan baku lempengan besi dibeli dari luar kota, sehingga pembelian
harus dilakukan secara cermat agar kelancaran proses produksi tidak
terganggu.
Pembelian bahan secara kredit untk jangka tiga bulan.
4)
Mengingat jumlah mesin (mesin press dan mesin roil) masing-masing
hanya sebuah, maka bagian maintenance harus selalu menjaga agar mesin
dalam kondisi baik dan siap dipergunakan.
5)
Salah satu faktor penentu untuk hasil produksi adalah untuk verchcome
yang belum mampu dikerjakan sendiri. Oleh karena itu pemilihan perusahaan
verchome yang diserahi tugas ini harus dilakukan secara cermat dan diawasi
dari waktu ke waktu.
6)
Sistem akuntansinya bersifat ekstra konstabel, sudah menggunakan
kode rekening dan sudah ada pengelompokan biaya.
7)
Besarnya persediaan komponen-komponen bumper ditentukan untuk
jangka kebutuhan satu bulan.
8)
Manfaat anggaran yang dipilih : anggaran sebagai plafon biaya yang sifatnya
fixed
dan alat pengukur otorisasi uang keluar.
5)
Kegiatan produksi yang dijalankan setahun penuh 24 jam sehari. Hal
itu menghendaki perencanaan produksi secara cermat tanpa pengubahanpengubahan secara mendadak.
6)
Kapasitas produksi dan kemampuan pembelanjaan yang terbatas dan
diharapkan dan permintaan pasar yang terus berkembang, di samping
semakin meningkatnya kapasitas produksi yang dimiliki pesaing, hal itu
menuntut perusahaan untuk dapat memanfaatkan kapasitas produksinya yang
ada sebaik mungkin.
7)
Telah dimilikinya beberapa angka standar dalam penentuan harga
pokok produksi masing-masing jenis botol, dan angka standar ini masih akan
dikembangkan lebih lanjut.
8)
Telah dilaksanakannya sistem akuntansi keuangan secara mapan dan
baik, meskipun masih bersifat ekstra komtabel. Sudah dimulai proses
komputerisasi untuk menyusun laporan rugi/laba dan neraca secara bulanan.
9)
Telah melaksanakan sistem anggaran sebagai anggaran sebagai alat
pengatur otorisasi dan plafon biaya selama beberapa tahun.
10) Perusahaan sedang dalam proses untuk:
1. Menyempurnakan sistem akuntansi keuangan yang betul-betul
mencerminkan responsibility accounting (akuntansi
pertanggungjawab) yang bersifat intra komtabel.
2. Sedang menyusun sistem akuntansi biaya, sehingga mampu
menghitung harga pokok produksi masing-masing jenis botol secara
tepat.
3. Sedang menyusun pedoman cara penganggaran yang lebih baik dan
disesuaikan dengan struktur organisasinya yang baru saja dirombak.\
4. Lebih menyempurnakan lagi perhitungan biaya standar untuk berbagai
ilmu biaya.
mana yang paling cocok untuk dipilih dan dipakai sebagai dasar tindakan
selanjutnya.
BAB 3
ANGGARAN PIUTANG
1. I.
Pengantar
Piutang adalah salah satu bentuk investasi. Dia tidak berbeda dengan
investasi lain seperti investasi yang berujud dana Kas dan Bank. Persediaan
berbagai macam ( bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi ) dan
sebagainya. Sebagai salah satu bentuk investasi maka piutang dagang :
(a)
Sebagai salah satu bentuk kekayaan piutang dagang masuk sebagai salah satu
unsur aktiva lancar. Dengan demikian piutang dianggap memiliki waktu
perputaran yang cepat yang kurang dari satu tahun. Meskipun piutang dagang
adalah aktiva lancar, namun sekali dibuat keputusan oleh pimpinan untuk
melaksanakan penjualan dengan kredit, maka kebutuhan dana untuk
membelanjai piutang akan berlaku terus-menerus, sehingga sumber
pembelanjaan dana piutang paling tidak sebagian harus berjangka panjang.
Piutang dagang sebagai investasi akan memberikan manfaat tertentu bagi
perusahaan, di samping menimbulkan berbagai beban biaya. Sehingga
masalah yang harus dipecahkan adalah apakah nilai manfaat yang diperoleh
melebihi beban biaya yang ditimbulkannya.
1) Beban biaya modal. Piutang sebgai salah satu bentuk investasi akan
menyerap sebgaian dari modal perusahaan yang tersedia. Bila perusahaan
menggunakan modal sendiri seluruhnya, maka dengan adanya piutang modal
yang tersedia untuk investasi bentuk lain (persediaan, aktiva tetap dan
sebagainya) akan berkurang. Dengan demikian biaya modal besarnya sama
dengan biaya modal sendiri. Bilamana modal sendiri tidak mencukupi
sehingga perusahaan terpaksa menggunakan pinjaman Bank, maka akan
timbul beban biaya yang eksplisit yaitu dalam bentuk bunga modal pinjaman.
Oleh karena itu piutang sebagai investasi, dibelanjai dengan modal sendiri
atau modal dari luar, selalu menambah beban tetap berujud biaya modal.
Dengan adanya piutang dagang kebutuhan modal kerja akan meningkat.
2) Selain beban biaya modal maka piutang juga menimbulkan jenis biaya
lain yaitu biaya administrasi piutang. Biaya administrasi piutang terdiri dari :
1. Biaya organisasi atau unit kerja yang diserahi tugas mengelola piutang,
yaitu gaji dan jaminan sosial lain bagi petugas penagihan dan
pengadministrasian piutang. Agar piutang dibukukan secara tertib dan
ditagih pada waktunya maka perlu dibentuk seksi atau urusan khusus
yang mengurusi hal itu.
2. Biaya penagihan piutang. Piutang agar dibayar pada waktunya, perlu
dilakukan usaha khusus untuk menagihnya. Mungkin berupa biaya
telpon, surat menyurat, telgram, ataupun Biaya Perjalanan bagi se
penagih piutang.
4. Kebijaksanaan Piutang
Karena piutang dapat memberikan tambahan keuntungan tetapi juga
dapat mengakibatkan timbulnya kerugian, maka perlu dibuat suatu
kebijaksanaan yang jelas yang mengatur tentang masalah itu.
Berbagai langkah yang perlu dipersiapkan antara lain meliputi :
1)
Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus ditugaskan mengurusi
piutang. Tugas pokok dari unit kerja ini meliputi :
1. Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit.
2. Menseleksi para calon debitur.
3. Membukukan transaksi kredit yang terjadi.
4. Melakukan penagihan piutang.
5. Membukukan mutasi kredit/piutang.
6. Menyusun dan mengklasifikasikan piutang outstanding menurut
usianya masing-masing.
7. Membuat analisa dan evaluasi piutang sebgai salah satu bentuk
investasi.
8. Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang.
9. Membuat laporan tentang pengelolaan piutang bagi para pengambil
kebijakan tentang piutang.
2)
Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk dapat digunakan
sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang.
Kebijakan ini meliputi :
1. Penentuan Plafon kredit untuk berbagai jenis atau tingkatan
debitur/langganan.
2. Penentuan jangka waktu kredit.
3. Pedoman melakukan seleksi calon debitur (berdasarkan 5C atau 3R
4. Penentan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat dibenarkan
sebagai dasar penentuan besarnya cadangan piutang ragu-ragu.
5. Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk
mengadministrasikan piutang.
3)
Biaya modal.
2)
3)
Berbagai biaya piutang ini ada yang bersifat fixed seperti gaji personil
penagih piutang, ada yang bersifat variabel seperti biaya
2)
3)
Perbedaan fungsi piutang atau penjualan dengan kredit dari waktu ke
waktu berhubung dengan adanya perbedaan kondisi persaingan dan situasi
ekonomi secara umum.
4)
Struktur Kekayaan
Struktur Modal
Aktiva lancar
6.000.000,-
Modal Asing
Rp 16.000.000,-
Rp
Aktiva Tetap
14.000.000,-
Rp 4.000.000,-
Modal Sendiri
Rp
Rp 20.000.000,-
Rp
20.000.000,-
Modal asing berupa pinjaman jangka panjang dengan harga bunga 20%
setahun.
Laporan Rugi Laba Usaha, setahun
Penjualan tunai
50.000.000,-
Rp
=
=
Rp
Rp 10.000.000,-
Biaya usaha:
Biaya Penjualan
= Rp 2.500.000,-
= Rp 2.500.000,-
Rp
Rp
Rp
Pajak 15%
570.000,-
Rp
Catatan :
Rp
2)
3)
Seandainya seperti pada (a) harus dicapai pada tingkat Bad Debts 2%.
Semula Alternatif 1
Alternatif2
Alternatif 3
Penjualan (ribuan)
60.000
50.000
60.000
48.000
60.000
48.000
10.000
12.000
12.000
2.500
2.750
2.750
500
500
2.500
2.500
600
600
Niaya Usaha:
Biaya Penjualan
2.750
500
Bad Debts
1.200
5.000
6.350
2.500
6.350
6.350
5.000
5.650
Bunga
1800
1.200
1.800 1)
2.400 2)
Laba Sub.pajak
3.250
3.800
3.850
3.250
Pajak 15%
487,5
Laba Bruto
2.762,5
570
577,5
3.230
3.272,5
5.650
487,5
2.762,5
Rent.Ekonomis
21,9%
25%
24,5%
21,7%
Rent. MS
18,7%
23%
23,3%
19,7%
= 1.800.000
= 3.000.000
= 6.000.000
= 2.400.000
a)
Keputusan yang benar hanyalah Alternatif 1, yaitu dengan memberikan
kredit selama 2 minggu dan terjadi peningkatan penjualan keseluruhan
sebanyak 20% . Sehingga meskipun rentabilitas ekonomis menurun dengan
0,5% ( dari 25% menjadi 24,5%) namun rentabilitas modal sendiri meningkat
dengan 0,3% (dari 23% menjadi 23,3%). Hal itu terjadi karena pada satu
pihak jumlah modal sendiri yang digunakan tidak berubah (yakni Rp 14 juta),
sedang di lain pihak keuntungan sesudah pajak meningkat dengan Rp
42.500,- (dari Rp 3.230.000,- menjadi Rp 3,272.500,-).
b) Alternatif keputusan yang lain harus ditolak atau dihindari, karena
keduanya akan menurunkan baik jumlah laba bersih absolut dengan Rp
467.500,- ( dari Rp 3.230.000,- menjadi Rp 2.762.500,-), rentabilitas
ekonomis dengan 3,3% untuk alternatif 2 dan 3,1 % untuk alternatif 3, dan
rentabilitas modal sendiri dengan 3,3%.
Alt.1
Tambahan penjualan
10.000
Alt.2
Alt.3
10.000
10.000
8.000
8.000
2.000
2.000
250
250
500
500
600
600
Tambahan EBIT
50
650
650
Tambahan bunga
600
600
1.200
Tambahan Biaya:
1.350
1.350
1.350
Tambahan EBT
550
50
Tambahan pajak
82,5
Tambahan EAT
467,5
550
7,5
82,5
42,5
467,5
Kesimpulan yang kita peroleh akan sama seperti pendekatan total yang kita
lakukan sebelumnya, yaitu :
(a) Alternatif yang paling baik untuk dipilih adalah alternatif 1 yang
menghasilkan tambahan keuntungan setelah pajak sebesar Rp 42.500,(b) Alternatif 2 dan 3 harus dihindari karena keduanya mengakibatkan
berkurangnya bersih setelah pajak dengan Rp 467.500,-
Arus kas masuk dari penjualan kredit akan sangat tergantung kepada :
1)
Jangka waktu kredit itu diberikan. Semakin panjang jangka kredit,
semakin panjang jarak antara terjadinya transaksi penjualan dengan
penerimaan uang kas dari penjualan itu.
2)
Kerajinan dari petugas penagih piutang, dalam arti semakin aktif
petugas melakukan tugasnya menagih piutang pada waktunya semakin tepat
arus kas masuk ke dalam kas perusahaan.
3)
Mutu ataupun bonafiditas dari para debitur yang dipercaya membeli
barang perusahaan dengan kredit. Semakin tepat perusahaan memilih caloncalon debiturnya, semakin bonafid para debitur tersebut, semakin kecil
kemungkinan mereka menunda pembayaran atas hutang-hutang dagang
mereka.
4)
Situasi usaha pada umumnya. Dalam arti bila keadaan situasi usaha
yang normal likuiditas perusahaan dapa umumnya baik, maka kemungkinan
penundaan pembayaran adalah kecil. Sebaliknya bilamana pasaran lesu, sulit
memperoleh uang tunai, maka kemungkinan terjadinya penundaan menjadi
semakin besar.
2)
Dapat diketahuinya jumlah piutang yang sudah waktunya untuk
ditagih.
3)
Dapat diperkirakannya arus kas masuk yang berasal dari penjualan
dengan kredit.
(a)
Rencana Penjualan:
Bulan
Penjualan
Januari
Rp 2.000.000,-
Februari
Rp 2.250.000,-
Maret
Rp 2.500.000,-
April
Rp 2.750.000,-
Mei
Rp 3.000.000,-
Juni
Rp 3.250.000,-
(b) 20% dari padanya adalah penjualan tunai, dan sisanya penjualan kredit
dengan waktu 1 bulan. Untuk penjualan tunai diberikan potongan 5%. Pola
penerimaan piutang menurut pengalaman yang lalu para debitur membayar
75% tepat pada waktunya, dan sisanya dibayar pada bulan berikutnya.
(c) Penjualan bulan November dan Desember 1985 masing-masing sebesar
Rp 1.500.000,-dan Rp 2.000.000,(d) Jumlah Bad Debts diperkirakan sebesar 0,5% dibulatkab puluhan rupiah
Pertanyaan :
(a)
Bulan
Rp
Penjualan kredit(80%)
400.000,-
Rp
1.600.000,-
Pebruari
Rp
450,000,-
Rp
1.800.000,-
Maret
Rp
500.000,-
Rp
2.000.000,-
April
Rp
550.000,-
Rp
2.200.000,-
Mei
Rp
600.000,-
Rp
2.400.000,-
Juni
Rp
650.000,-
Rp
2.600.000,-
Bulan
Penjualan Kotor
Januari
Rp
Potongan
400.000,-
Kas Diterima
Rp 20.000,-
Rp 380.000,-
Pebruari
Rp
450,000,-
Rp 22.500,-
Rp 427.000,-
Maret
Rp
500.000,-
Rp 25.000,-
Rp 475.000,-
April
Rp
550.000,-
Rp 27.500,-
Rp 522.500,-
Mei
Rp
600.000,-
Rp 30.000,-
Rp 570.000,-
Juni
Rp
650.000,-
Rp 32.500,-
Rp 617.500,-
Bulan
Piutang Kotor
Bad Debts
Piutang Netto
Penjualan Nop.1985
300.000,-
1.500
298.500
1.600.000,-
8.000
1.592.000
Januari
1.592.000
Pebruari
1.600.000,1.800.000,-
8.000
9.000
1.791.000
Maret
2.000.000,-
10.000
1.990.000
April
2.200.000,-
11.000
2.189.000
Mei
2.400.000,-
12.000
2.388.000
Juni
2.600.000,-
13.000
2.587.000
Jumlah
14.500.000
72.500
14.427.500
Januari
Sisa
298.500
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
1.194.000
398.000
1.194.000 398.000
1.343.000
447.750
1.492.500
497.500
547.250
597.000
2.587.000
1.641.750
1.940.250
1.791.000
2.139.250 2.338.250
Sumber
Mei
Januari
Juni
Pebruari
Maret
427.000 Rp 475.000
April
Rp 522.500
Rp
(2)Piutang
Rp1.492.500 Rp 1.592.000 Rp 1.741.250 Rp 1.940.250 Rp
2.139.250 Rp 2.338.250
Jumlah
Rp 1.872.500 Rp 2.019.500 Rp 2.216.250 Rp 2.462.750 Rp
2.709.250 Rp 2.955.750
BAB 4
Ekonomis finansial
1. Konsumen
Bahwa produk yang dihasilkan harus dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen, memelihara hubungan baik dengan konsumen.
1. Pemilik modal
Menjalin hubungan yang sebaik mungkin dengan kaum pemilik modal, agar
mereka tetap bersedia memberikan modalnya.
Produk.
1. 1.
1. Manajer Pemasaran
Seorang manajer pemasaran bertugas menyusun anggaran penjualan dan
anggaran biaya distribusi, termasuk biaya iklan dan promosi.
1. Manajer Produksi
Seorang manajer produksi bertugas menyusun anggaran-anggaran yang
berhubungan dengan seluruh kegiatan produksi seperi:
1. Jumlah yang akan dihasilkan
2. Tenaga kerja
3. Bahan mentah
4. Pembelian
5. Biaya Overhead.
1. Manajer Keuangan
Di samping itu dapat juga diminta bantuannya para petugas dari bagian
statistik dan analisa ekonomi untuk membantu menyusun perkiraan tentang
kondisi ekonomi tahun-tahun yang akan datang. Demikian pula petugas
bagian akuntansi dibutuhkan keahliannya untuk menyusun berbagai biaya
standar yang sangat mempermudah penyusunan berbagai jenis anggaran.
Yang terakhir tetapi memiliki peranan yang cukup menentukan adalah kepala
perencanaan atau kepala bagian anggaran sendiri. Peranannya dibutuhkan
untuk berbagai tugas. Di antaranya sebgai penghubung dan sumber informasi
antarbagian, sebagai koordinator dan sekaligus penengah dalam hal terjadi
pertikaian antarbagian. Adalah menjadi tugasnya juga untuk meyakinkan
bahwa anggaran yang disusun ole masing-masing bagian bukan saja tidak
bertentangan satu sama lain tetapi saling menunjang ke arah tercapainya
sasaran terakhir yakni keuntungan yang diharapkan.
1. 2.
Apabila pada suatu kesempatan hal ini ditanyakan kepada seorang General
Manager yang sukses, maka sering didapatkan jawaban bahwa ide-ide untuk
kegiatan pada waktu mendatang pada umumnya didasarkan pada jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Pada perusahaan manufaktur (pabrik)
kegiatan akan dilakukan dengan lebih efisien dan tingkat keuntungan akan
lebih besar apabila manajemen memperhatikan rencana untuk aktivitasaktivitasnya di masa depan.
Karena itu Heckerts dan Wilson mengatakan bahwa relevansi utama dari
business budgeting adalah dapat ditentukannya kegiatan-kegiatan yang paling
profitable yang akan dilakukan.
Untuk mengawasi kegiatan-kegiatan dan pengeluaranpengeluaran. Dimuka telah dikatakan bahwa tujuan utama perencanaan
adalah memilih kegiatan yang paling menguntungkan. Kegiatan
tersebut tidak hanya direncanakan saja, tetapi di dalam pelaksanaannya
harus diadakan pengawasan agar betul-betul seperti yang
direncanakan. Beberapa kegiatan dan pengeluaran sangat perlu
diawasi.
Umpamanya:
1. 3.
KELEMAHAN-KELEMAHAN ANGGARAN
1. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang
diramalkan sebelumnya, karena itu anggaran perlu memiliki sifat yang
luwes.
BAB 6
PENGANGGARAN PENDEKATAN COMMON SIZE
1. Pengantar
Apa yang kita bicarakan sampai sekarang ini adalah sistem penganggaran
dengan prosedur yang umum dilakukan, yaitu bergerak dari penganngaran
penghasilan (dari penjualan) ke arah penganggaran biaya ( untuk menunjang
kegiatan produksi dan pemasaran hasil produksi).
kenal dalam Analisa Laporan Keuangan bila kita terapkan di sini akan
menghasilkan proses Penganggaran Common- Size atau Common Size
Budgeting. Penganggaran dengan cara ini beranggapan bahwa:
1. Perusahaan telah memiliki pengalaman dalam kegiatan penganggaran,
maupun merelisasikan anggaran.
2. Pengalaman masih dianggap sebagai pencerminan dari apa yang
senyatanya ada dan berlaku.
Untuk melaksanakan langkah yang ketiga ini perlu dilakukan langkahlangkah sampingan secara berturutan seperti berikut:
1)
Direksi perlu menentukan terlebih dahulu jumlah keuntungan yang
dikehendaki untuk tahun yang sedang dilanggarkan (budgeted profit),
misalnya saja dinyatakan dalm bentuk persentase terhadap nilai penjualan.
2)
Menentukan jumlah biaya produksi dan biaya usaha, yakni sama
dengan nilai penjualan dikurangi keuntungan yang diharapkan. Bilamana
nilai penjualan dinyatakan sebagai 100% dan keuntungan yang dikehendaki
adalah 10% dari nilai penjualan, maka jumlah maksimal biaya yang
dianggarkan sama dengan 90% dari nilai penjualan. Jumlah biaya ini
merupakan plafon biaya pada tingkat penjualan/produksi yang dianggarkan.
3)
Untuk mengalokasikan anggaran yang tersedia ke dalam masingmasing tempat biaya (Departemen/Dinas/seksi yang ada) dan kedalam
masing-masing jenis/item biaya (material, tenaga kerja, biaya overhead
pabrik dan lain-lain) maka kita perlu mempelajari terlebih dahulu jumlahnya
masing-masing menurut pengalaman pada waktu yang lalu, setidaknya untuk
tahun anggaran terdekat yang sudah dilaksanakan. Jumlah biaya masingmasing menurut pengalaman ini dinyatakan dalam % terhadap nilai penjualan
untuk waktu yang sama.
4)
Untuk menentukan berapa besarnya anggaran yang tersediauntuk
Departemen X untuk tahun yang sedang disusun anggarannya kita tinggal
mengalihkan : % biaya tahun yang sedang dianggarkan. Atau untuk
menghitung anggaran biaya bahan mentah = % biaya bahan mentah waktu
yang lalu kali plafon biaya tahun yang sedang dianggarkan. Dengan cara ini
semua biaya untuk setiap Departemen/Dinas/Seksi maupun setiap jenis biaya
dapat ditentukan plafonnya.
5)
Dengan cara menentukan biaya seperti pada (4) maka seluruh biaya
yang dianggarkan terbagi habis dan bilamana dijumlahkan maka nilainya
tidak akan melebihi 90% dari nilai penjualan. Dengan cara ini pula maka
seluruh biaya akan berkorelasi dengan nilai penjualan, artinya bilamana
volume penjualan naik maka anggaran yang tersedia bagi masing-masing
tempat biaya dan masing-masing item biaya juga mengalami kenaikan,
sebaliknya bila volume penjualan mengalami penurunan maka biaya yang
tersedia juga akan menurun.
1)
Biaya direncanakan, dikeluarkan, dan dikendalikan oleh orang-orang
yang menduduki jabatan tertentu pada struktur organisasi yang ada. Karena
itu pada tahap permulaan perlu ditentukan terlebih dahulu siapa saja yang
menjadi penanggung jawab biaya. Dengan kata lain perlu ditentukan dahulu
berbagai tempat biaya yang ada.
2)
Untuk masing-masing tempat biaya juga perlu ditentukan untuk
jenis/item biaya yang mana mereka itu bertanggung jawab. Hendaknya
diketahui bahwa untuk item biaya yang sama dapat dikeluarkan oleh lebih
dari satu tempat biaya.
3)
Masing-masing biaya memiliki pola perubahan yang tidak sama satu
sama lain. Ada biaya yang berubah karena terpengaruh oleh faktor waktu
( biaya tetap), ada yang perubahannya karena perbedaan tingkat kegiatan
(biaya variable), dan ada biaya yang memiliki ciri keduanya (semi fixed).
Karena itu perlu dilakukan pengelompokan biaya menurut pola
perubahannya masing-masing.
Ketiga tahap ini dicerminkan pada diagram berikut ini:
1. Tentukan
penanggung
jawab biaya
5.c. Penentuan
biaya menurut
anggaran variabel.
3. Kelompokkan
sifat masingmasing item biaya
2. Tentukan macam
biaya yang menjadi
tanggung jawabnya
6. Anggaran Biaya
5.b. Penentuan
biaya menurut
standard
5.a. Penentuan
biaya secara
terpusat
4.c. Kelompok
biaya semi fixed
4.b. Kelompok
biaya variabel
4.a. Kelompok
biaya tetap
1)
2)
Kelompok biaya fixed misalnya biaya kesejahteraan karyawan,
asuransi, penyusunan dan lain-lain.
3)
Kelompok biaya semi-fixed seperti insentip karyawan, reparasi dan
pemeliharaan, biaya umum dan administrasi, biaya penjualan/pemasaran dan
lain-lain.
a) Atas dasar satuan fisik produk : untuk bahan baku digunakan satuan
fisik produk yang dibuat, misalnya 3 gram tembakau untuk setiap batang
rokok kretek, 0,5 ons semen untuk setiap biji tegel yang dibuat.
b) Atas dasar satuan jam mesin, misalnya setiap jam operasi mesin pintal
digunakan 1 bal kapas dan sebagainya.
Kelompok biaya tetap: ada empat macam biaya tetap yang dapat
menggunakan cara perhitungan berbeda, diantaranya adalah.
a)
Biaya tetap dengan dasar satuanwaktu, misalnya usia ekonomis aktiva
bersangkutan untuk biaya penyusutan aktiva tetap.
b)
Biaya tetap dengan dasar satuan jumlah dikalikan tarif tertentu,
misalnya untuk biaya gaji sama dengan jumlah karyawan yang digaji kali
tingkat gajinya masing-masing.
c)
Biaya tetap atas dasar tarip yang telah diketahui atau ditentukan
sebelumnya, misalnya biaya asuransi (tarip polis asuransi) dan biaya bunga
modal pinjaman (tingkat bunga modal pinjaman).
d) Biaya tetap yang dianggarkan yakni biaya yang jumlahnya untuk
periode tertentu dianggarkan pada sesuatu jumlah, misalnya biaya penelitian,
biaya pendidikan dan lain-lain.
Nilai penjualan
penjualan)
= 100 (rencana
90 = Y
1)
= Y1
2)
= Y2
3)
= Y3
4)
= Y4
5)
Keseluruhan biaya
= Ys
= Y
= 90
Seperti yang telah diuraikan di muka dalam penentuan biaya perlu adanya
pedoman yang jelas dari Direksi bagi Seksi/Dinas/Departemen sebagai dasar
penyusunan usulan rancangan anggaran Seksi/Dinas/Departemen masingmasing. Sehingga proses penyusutan rancangan anggaran:
a)
b)
Tidak perlu banyak diperlukan pemotongan-pemotongan drastis oleh
pihak atasan terhadap usulan yang diajukan.
c)
Rupiah
1. Penghasilan penjualan.
1.000.000,00
100%
Rp
Rp
800.000,00
Rp
300.000,00
150.000,00
Rp
30%
15%
350.000,00
35%
80%
3. Operating margin..
200.000,00
20%
Rp
4. Biaya Usaha :
Biaya Penjualan.
5%
Biaya Umum & Administrasi
Rp
100.000,00
Rp
Rp
50.000,00
50.000,00
5%
10%
Rp
100.000,00
Tabel : Matriks biaya untuk perhitungan ratio, menurut tempat biaya dan
jenis biaya, Tahun X.
Kode
Tempat Biaya
Jumlah
Biaya
Produksi
Biaya
Penjuala
n
Biaya
Umum
dan
Adm.
Rupiah
000
Penghasilan
Penjualan
1.000.00
0
100%
100
300
305
30,5%
200
100
10
115
11,5%
300
Kesejahteraan
50
60
6,0%
400
100
105
10,5%
500
Asuransi
50
60
6,0%
600
Penyusutan
150
10
165
16,5%
700
25
25
2,5%
800
Biaya Pemasaran
15
15
1,5%
900
Biaya Lain-lain
50
50
5,0%
Jumlah biaya
800
50
50
900
90,0%
Keuntungan sebelum
bunga & pajak
100
10,0%
Atas dasar matriks biaya yang telah disusun, kemudian dihitung ratio
keuangan dengan memakai nilai Penghasilan Penjualan sebagai denominasi
(=100). Perhitungan yang dimaksud hasilnya dapat diperiksa pada tabel
berikut ini.
Kode
Tempat Biaya
Produksi
Penjualan
Umum &
Adm.
Keseluruha
n
100
30,0%
0,5%
30,5%
200
10,0%
1,0%
0,5%
11,5%
300
Kesejahteraan
5,0%
0,5%
0,5%
6,0%
400
Reparasi &
pemeliharaan
10,0%
0,5%
10,5%
500
Asuransi
5,0%
0,5%
0,5%
6,0%
600
Penyusutan
15,0%
1,0%
0,5%
16,5%
700
2,5%
2,5%
800
Pemasaran
1,5%
1,5%
900
Lain-lain
5,0%
5,0%
80,0%
5,0%
5,0%
90,0%
Jumlah Keseluruhan
Dengan ratio keuangan di atas diperoleh gambaran yang jelas dan nyata
tentang proporsi penggunaan biaya yang sesungguhnya. Serupa dengan
pengalaman yang lalu ratio keuangan dapat digunakan untuk menentukan
plafon biaya dan masing-masing tempat biaya maupun masing-masing
kelompok biaya. Dengan kata lain ratio keuangan dapat dipakai sebagai dasar
penganggaran biaya untuk masa yang akan datang.
Rp 10.000.000.000,00
Rp 1.000.000.000,00
Penganggaran:
1. Plafon biaya bahan baku dan bahan penolong : 30,5%
milyard.
x Rp 10
30%
x Rp 10 milyard.
Dalam hal Direksi memutuskan bahwa profit margin yang dikehendaki untuk
tahun 1985 adalah 20%, maka diperlukan penyesuaian ratio keuangan
sebagai berikut :
80 x 30,5% = 27,11 %.
90
1. Ratio keuangan untuk Gaji/upah/insentip =
80 x 11,5% = 10,22%.
90
1. Ratio keuangan untuk reparasi dan pemeliharaan pada tempat biaya
produksi =
80 x 10,0% = 8,89 %.
90
Dengan penyesuaian ini jumlah kumulatip seluruh item biaya akan sama
dengan 80% dari penghasilan.
2)
Konsisten, karena berdasarkan pengalaman nyata yang tidak dibuatbuat.
3)
Mudah perhitungnya.
4)
Cukup, fleksibel, dalam arti Direksi dapat memilih untuk memberikan
petunjuk plafon biaya dalam garis besar saja (ratio keuangan untuk kelompok
biaya dalam garis besar) atau plafon biaya yang terperinci (ratio keuangan
untuk masing-masing jenis biaya pada masing=masing tempat(biaya).
Cara perhitungan ini juga berlaku, bilamana tingkat kegiatan yang akan
dianggarkan tidak jauh berbeda dengan tingkat kegiatan yang digunakan
sebagai dasar perhitungan ratio keuangan. Hal yang terakhir ini sangat perlu
ditekankan, berhubung adanya perbedaan proporsi biaya (terhadap biaya
1)
2)
Biaya memiliki tingkat kemungkinan pengendalian (control lability)
yang berbeda.
Berdasarkan ciri di atas biaya dapat digolongkab menjadi 5 (lima) kelompok
besar sesuai dengan urutan dari biaya dengan tingkat pengendalian yang
paling rendah ke jenis biaya dengan tingkat pengendalian yang relatif tinggi
seperti yang telah diuraikan di muka.
Kelompok
biaya
1.
Ciri biaya
Dasar Penganggaran
Biaya variabel.
2.
3.
Contoh :
1. Biaya asuransi : berbeda karena
perbedaan luas converage dan jumlah
4.
Yang diansuransikan.
2. Computer : berbeda karena luas dan
frekuensi pesanan
3. % penghapusan piutang : tergantung
cara memilih langganan.
dianggarkan.
5.
BAB 11
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN BIAYA OPERASI
Perencanaan biaya yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat
pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut.
Kadang-kadang, untuk mendapatkan manfaat tertentu perusahaan harus
mengeluarkan biaya yang cukup besar. Umpamanya sebuah perusahaan
akhir-akhir ini merasakan perlu diadakan usaha-usaha untuk meningkatkan
volume penjualan. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini tentu saja berupa
peningkatan volume penjualan. Untuk itu perusahaan harus mengeluarkan
biaya promosi dan distribusi yang besar. Sebuah perusahaan lain melakukan
penelitian pasar untuk mengetahui tingkat laku konsumen (consumers
behaviour). Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini antara lain:
Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang
dijual, dan lain-lain.
Tenaga (power).
Tabel
Biaya Overhead Pabrik
Perusahaan Tekstil, Suatu Ilustrasi
BOP Langsung
Item
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Bagian
Biaya
Pemintalan
Pertemuan
Finishing
Diesel
Bengkel
Gudang &
Pembelian
1. 1.
Tempat
kerja
2. Tak
langsung
Manajer
pemintalan
Manajer
pertemuan
Manajer
Finishing
Manajer
kamar
Mandor
mesin pintal
Mandor
mesin
temuan
Mandor
mesin
Finishing
diesel
Operator
mesin
temuan.
Operator
mesin
Finishing.
Pembantupembantu
Pembantupembantu
Operator
mesin
pintal.
Pembantupembantu
Operator
mesin diesel.
Manajer
Benkel.
Mekanik
Pembantupembantu
Kepala gud
pembelian
Administra
gudang. Pen
gudang petu
pembelian
Pembantupembantu
Office supp
Zat-zat
kimia
Berbagai
bahan
penolong
Berbagai
bahan
penolong
Zat-zat
warna pati
kanji dan
lain-lain.
Bahan bakar
diesel. Bahan
pelumas
Berbagai
sumber
cadang
Material
pembungkus
Penyusutan
gudang
2 2. Material
Penyusutan
inventaris g
tak langsung
Penyusutan
gudang
pabrik.
Penyusutan
mesin pintal
3
3. 3.Penyusutan
4
Penyusutan
aktiva tetap
lainya
Penyusutan
gudang.
Penyusutan
mesin tenun
Penyusutan
aktiva tetap
lainya
Penyusutan
gedung
pabrik.
Penyusutan
mesin
finishing
inventaris
lainnya
Penyusutan
aktiva tetap
lainya
Penyusutan
truk/forklift
Penyusutan
gd. diesel.
Penyusutan
gudang.
Penyusutan
generator
listrik.
Penyusutan
alat
perbengkela
n
Penyusutan
perlengkapan
Penyusutan
aktiva
lainnya
tetap lainya
Alat
tulis
4.Biaya Lainnya
Alat
habis pakai
tulis
Air
Alat
Alat
habis pakai.
tulis
tulis
Air
habis pakai.
habis pakai.
Air
Air
dan listrik.
dan listrik.
Polis
asuransi.
Polis
asuransi.
Pajak
kekayaan.
Alat
dan listrik.
Alat
tulis
Polis asuran
dan listrik.
tulis
habis pakai.
Pajak kekay
Polis
asuransi.
habis pakai.
Air
Air
dan listrik.
dan listrik.
Polis
asuransi.
Pajak
kekayaan.
Pajak
kekayaan.
Polis
asuransi.
Pajak
kekayaan.
Pajak
kekayaan.
(a). Berdasarkan sifatnya biaya di bagi menjadi tiga macam, yakni jenis biaya
fixed, jesis biaya variabel dan jenis biaya semi variabel. Sehingga ada biaya
yang jumlahnya sudah jelas, seperti misalnya penyusutan, jumlahnya dapat
dikatakan sama dari waktu ke waktu, demikian juga gaji pegawai kecuali bila
manajemen mengubah kebijaksanaannya. Lain halnya dengan biaya yang
Dasar Pertimbangan
Jenis Biaya
Wewenang
Penganggaran
Penyusutan AT
Pusat (*)
Pajak kekayaan
Pusat
1. Fixed
Polis asuransi
1.3 Ketentuan
Perusahaan
1.4 Kebijaksanaan
sendiri
Gaji pegawai
Pusat
Biaya
administrasi
Bagian
Suku cadang
2.1 Volume x harga/tarif
Bahan bakar
Vol.: bagian
Material
pembungkus
2. Variabel
3.1Kebijaksanaan
Harga = pusat
Menganggarkan
Biaya perjalanan
Biaya
pemeliharaan
3. Semi variabel
Bagian
Biaya overhead adalah salah satu unsur utama biaya-biaya produksi, selain
biaya bahan mentah dan biaya tenaga kerja langsung. Sehingga terlalu
besarnya biaya overhead tentu saja secara langsung mempengaruhi harga
pokok produksi dan akhirnya akan memperkecil tingkay keuntungan yang
diperoleh atau terpaksa mempertinggi harga jual.
Dalam rangka pengawasan biaya overhead, salah satu masalah yang dihadapi
adalah pengalokasian biaya bagian jasa/pembantu (service) kepada bagian
produksi. Hal ini timbul karena, seperti yang telah dikatakan dalam
pengertian tentang bagian jasa, biaya yang timbul pada bagian jasa selain
untuk keperluan bagian produksi. Dalam pengalokasian biaya bagian
jasa/pembantu diperlakukan satu cara pendekatan yang disebut: Clean cost
concept. Cara ini merupakan salah satu cara alokasi biaya, di mana biaya
overhead pada bagian produksi, dengan berdasarkan proporsi pemakaian jasa
oleh masing-masing bagian produksi.
Contoh:
Selama proses produksi dalam tahun 1984, pada bagian jasa/pembantu akan
timbul biaya overhead sebesar Rp 1.000.000,00. Jasa yang disediakan,
dipakai oleh berbagai bagian dengan proporsi:
Bagian Produksi I
40% x Rp 1.000.000,00
Rp 400.000,00
Bagian Produksi II
30% x Rp 1.000.000,00
Rp 300.000,00
Bagian
30% x Rp 1.000.000,00
Rp 300.000,00
Contoh:
Pada PT GERONMO, selama tahun 1984 diperkirakan akan timbul biaya
overhead sebesar sebagai berikut:
Bagian Produksi :
Bagian jasa/Pembantu:
Bagian Jasa/Pembantu I Rp 2.500.000,00
Bagian Jasa/Pembantu II Rp 5.000.000,00
Bagaian Produksi
II
50%
45%
II
30%
30%
III
20%
25%
Keterangan
Bagian Produksi
Bagian Pembantu
II
III
II
12.000.000,00
20.000.000,00
10.000.000,00
2.500.000,00
5.000.000,00
1.250.000,00
750.000,00
500.000,00
(2.500.000,00)
(5.000.000,00)
2.250.000,00
1.500.000,00
1.250.000,00
(5.000.000,00)
Biaya overhead
1984
Alokasi biaya
Overhead
bagian
Jasa:
Bagian Jasa I
Bagian Jasa II
Jumlah Biaya
15.500.00
22.250.000,00
11.750.000,00
0,00
Overhead
Misalnya:
Bagian Jasa/pembantu terdiri dari bagian Pembangkit tenaga listrik dan
bagian Reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian
jasa bagian reparasi untuk perbaikan mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian
reparasi menggunakan pula sebagian jasa bagian Pembangkit tenaga listrik
untuk menggerakan beberapa peralatannya. Di antara kedua bagian ini terjadi
tukar menukar jasa. Ada satu cara yang mudah untuk mengalokasikan biaya
overhead bagian jasa/pembantu apabila terjadi hal yang demikian adalah
dengan metode Aljabar (Algebraic method). Dalam metode ini biaya
overhead yang timbul pada masing-masing bagian jasa/pembantu dinyatakan
dalam bentuk persamaan Aljabar:
X = a1 + B1 Y
Dan
Y = a2 + b2 X
0,00
Di mana :
Contoh :
Pada PT GENIT, selama tahun 1984 akan timbul biaya overhead sebesar
sebagai berikut:
Bagian
Biaya Overhead
Bagian Produksi :
Bagian I
Rp 10.000.000,00
Bagian II
Rp 15.000.000,00
Bagian Jasa/Pembantu:
Bagian I (x)
5.000.000,00
Bagian II (y)
4.000.000,00
Jasa bagian Jasa/pembantu selain dipakai oleh bagian produksi juga dipakai
oleh bagian itu sendiri, di mana terjadi tukar menukar jasa antara bagian Jasa
I dan bagian Jasa II. Proporsi pemakaiannya adalah sebagai berikut :
Pemakai Jasa
Pemberian Jasa
Bagian Produksi
II
I(x)
II(Y)
50%
40%
10%
Bagian Jasa II
(y)
55%
30%
15%
X-0,015 X = 5.600.000
0,985 X = 5.600.000
X = 5.685.279 (dibulatkan)
Y = 4.000 + 0,10 X
Y = 4.000.000 + 0,10 (5.685.279)
Y = 4.000.000 + 568.527
Y = 4.568.528 (Dibulatkan).
Artinya :
1. Biaya Overhead Bagian Jasa I setelah mendapat alokasi biaya overhead
dari bagian Jasa II. Adalah sebesar Rp 5.685.279,00.
2. Biaya overhead Bagian Jasa II setelah mendapat alokasi biaya
overhead dari bagian Jasa I, adalah sebesar Rp 4.568.528,00.
Bagian Jasa:
Bagian I(X)
Bagian II (Y)
BOP Asli
Menerima
Memberi
BOP Neto
5.000.000
685.279
568.528
5.116.751,00
4.000.000
568.528
685.279
3.883.249,00
Kedua niaya BOP neto dari Departemen Jasa I dan II ini kemudian
dibebankan kepada Departemen Produksi I dan II dengan proporsi sebagai
berikut:
Bagian Produksi I
(1) BOP Langsung
15.000.000,00
Bagian Produksi II
Rp 10.000.000,00
Rp
1. Dep. Jasa I (X) : 50/90 x BOP neto = 2.842.639,00 40/90 x BOP neto
= 2.274.112,00
2. Dep. Jasa II (Y) :55/85 x BOP neto = 2.512.691,00 30/85 x BOP
neto = 1.370.558,00
Jumlah biaya
18.644.670,00
=Rp 15.355.330,00
=Rp
Dasar Pembagian
Biaya Listrik
Biaya pembelian
1. Bagian Produksi:
1. Unit barang yang dihasilkan.
2. Jam buruh langsung (direct labor hours).
3. Jam mesin langsung (direct machine hours).
4. Biaya bahan mentah.
5. Biaya tenaga kerja langsung.
2. Bagian Jasa/pembantu:
1. Jam reparasi alngsung (direct repair hours).
2. Kilowatt hours, untuk bagian pembangkit tenaga listrik.
3. Nilai penjualan bahan mentah, untuk bagian pembelian.
4. Jam buruh langsung dan jam tenaga kerja, untuk bagian umum dan
administrasi Pabrik.
Contoh:
PT KOTA BARU memprodusir 2 (dua) macam barang yakni barang A dan B
Dari Budget Produksi, diperoleh data tentang rencana produksi sebagai
berikut:
Barang
Unit Produksi
7.000
4.000
Terdapat 2(dua) bagian produksi, yakni bagian Produksi I, dan II, serta
I(satu) bagian Jasa /Pembantu, yakki bagian Reparasi. Bagian Produksi I
hanya dilalui oleh barang A, sedangkan bagian produksi II dilalui oleh kedua
macam barang (A dan B). Satuan kegiatan masing-masing bagian adalah
sebagai berikut:
Bagian
Satuan Kegiatan
Produksi I
Unit barang A
Produksi II
Reparasi
Barang
DMH
DRH
Produksi I
Produksi II
Bagian
Biaya Overhead
Produksi I
Rp 26.000,00
Produksi II
16.000,00
Reparasi
6.000,00
Dari anggaran bahan mentah diperoleh data tentang rencana biaya bahan
mentah untuk masing-masing jenis barang sebgai berikut:
Barang
Rp 70.000,00
60.000,00
Sedangkan dari Anggaran biaya tenaga kerja diperoleh data tentang rencana
biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing jenis barang sebagai
berikut:
Barang
Rp 35.000,00
14.000,00
Dengan data-data yang tersedia di atas hitunglah harga pokok produksi (cost
of goods manufactured) masing-masing barang !
Bagian
Perhitungan
Produksi I
Produksi II
Satuan
Kegiatan
Tingkat
kegiatan
Unit A
7.000
DMH
40.000
= 28.000
Barang B = 4.000 X 3 DMH
= 12.000
Reparasi
= 1.400
Bagian II = 40.000 x 0,07
= 2.800
DRH
4.200
Bagian Produksi
Keterangan
II
45%
30%
30%
Bagian Produksi I
20%
25%
2.000,00
4.000,00
= 1.400 x Rp 6.000,00
28.000,00
20.000,00
4.200
7.000 unit
40.000 DMH
Rp 4,00 1)
Rp 0,50 2)
Bagian Produksi II
= 2.800 x Rp 6.000,00
4.200
1)
Rp 28.000,00
7.000 unit
2)
Rp 20.000,00
40,000 DMH
Keterangan
Total
Per unit
Total
Per init
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya bahan mentah langsung
70.000,00
10,00
60.000,00
15,00
35.000,00
5,00
14.000,00
3,50
42.000,00
6,00
6.000,00
1,50
80.000,00
20,00
Bagian II
= 7.00 x 4
DMH x Rp 0,50
= 14.000
Barang B
Bagian II
= 4.000 x 3 DMH x Rp 50,00
Jumlah
147.000,0
0
21,00
Contoh:
PT GITA BAHARI memprodusir dua macam barang yang diberi nama jenis
X dan Y. Pada pabrik terdapat tiga bagian produksi dan tiga bagian
jasa/pembantu, yakni:
Bagian Produksi:
Bagian Produksi I
Bagian Produksi II
Bagian Produksi III
Bagian Jasa/Pembantu:
Bagian Umum dan Administrasi Pabrik
Bagian Pembangkit Tenaga Listrik
Bagian Reparasi.
Bagian
Satuan kegiatan
Produksi (I,II,III)
Reparasi
Dari anggaran Produksi, didapat data tentang rencana produksi tahun 1984
sebagai berikut :
Barang
II
Januari
70.000
34.000
Februari
80.000
36.000
Maret
80.000
38.000
Kuartal II
240.000
140.000
Kuartal III
230.000
127.000
Kuartal IV
260.000
145.000
Jumlah
960.000
520.000
Dari Anggaran Tenaga Kerja, diperoleh data tentang rencana jam buruh
langsung (DLH) untuk bagian Produksi sebagai berikut:
Bagian
Bulan
dan
kuartal
Produksi I
X
Bagian
Bagian
Produksi II
Produksi III
Jumlah
DLH
Jumlah
DLH
Jumlah
DLH
Januari
28.000
6.800
34.800
14.000
14.000
28.000
6.800
34.800
Pebruari
32.000
7.200
39.200
16.000
16.000
32.000
7.200
39.200
Maret
32.000
7.600
39.600
16.000
16.000
32.000
7.600
39.600
Kuartal
II
96.000
28.000
124.000
48.000
48.000
96.000
28.000
124.000
92.000
25.400
117.400
46.000
46.000
92.000
25.400
117.400
104.00
29.000
133.000
52.000
52.000
104.00
29.000
133.000
384.00
0
104.000
488.000
192.00
0
192.00
0
384.000
104.00
0
488.000
Kuartal
III
Kuartal
IV
Jumlah
Catatan :
Barang X diproses melalui bagian Produksi I,II, dan III. Sedangkann barang
Y hanya melalaui bagian produksi I dan III.
1. Biaya gedung:60% dari biaya gedung dibebankan kepada bagianbagian dalam Pabrik, dengan proporsi sebagai berikut:
Bagian
Persentase
Bagian Jasa/pembantu
10%
5%
Bagian Produksi
Bagian Produksi I
36,89%
Bagian Produsi II
18,312%
29,798%
Jumlah
100%
Bagian
Persentase
Bagian Jasa/pembantu
Bagian Pembangkit Tenaga Listrik
10%
Bagian Reparasi
10%
Bagian Produksi
Bagian Produksi I
50%
Bagian Produsi II
10%
20%
Jumlah
100%
Bagian
Persentase
Bagian Jasa/pembantu
Bagian Reparasi
500.000
Bagian Produksi:
Bagian Produksi I
10.000.000
Bagian Produsi II
5.000.000
4.500.000
Jumlah
20.000.000
Bagian
Persentase
Bagian Produksi I
1.600
Bagian Produsi II
800
1.600
4.000
Jumlah
Biaya Gedung yang akan terjadi selama tahun 1984 diperkirakan sebagai
berikut:
Biaya Gedung
Rp 13.200,00
Januari
12.300,00
Februari
12.220,00
Maret
36.380,00
Kuartal II
37.000,00
Kuartal III
38.000,00
Kuartal IV
Rp 150.000,00
Jumlah
PT GITA BAHARI
Anggaran Biaya Pabrik Bagian Jasa/Pembantu
1984
Keterangan
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal
III
Kuartal
IV
Jmh
(1 tahun)
Bagian
umum dan
Administras
i Pabrik:
Tingkat
kegiatan
83.600
DLH
94.000
DLH
95.200
DLH
296.000
DLH
280.000
DLH
318.000
DLH
1.168.000DLH
Gaji
Biaya
Perjalanan
Rp
8.000,00
Rp
8.000,00
Rp
8.000,00
Rp
24.000,00
Rp
24.000,00
Rp
24.000,00
518,00
572,00
576,00
1.780,00
1.704,00
1.890,00
Biaya
Telepon
Rp 96.000,00
7.040,00
Penyusutan
7.586,00
627,00
649,00
650,00
1.972,00
1.942,00
2.016,00
Asuransi
1.560,00
130,00
130,00
130,00
390,00
390,00
390,00
Pajak
240,00
20,00
20,00
20,00
60,00
60,00
60,00
Alat
tulis kantor
360,00
30,00
30,00
30,00
90,00
90,00
90,00
306,00
948,00
902,00
1.014,00
Rp
9.712,00
Rp29.240,00
Rp
29.088,00
Rp
29.460,00
3.744,00
271,00
Jumlah
Rp
9.596,00
303,00
Rp
9.704,00
Rp 116.800,00
Keterangan
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal
III
Kuartal IV
Jml.
( 1 tahun)
Bagian
Pembangkit
tenaga
listrik:
Tingkat
kegiatan
(ribuan)
1.450
KWH
1.600
KWH
1.450
KWH
5.100 KWH
4.800
KWH
5.450KWH
2.000
KWH
Gaji
Rp 9.000,00
Rp
3.000,00
Rp
3.000,00
Rp
3.000,00
Rp
9.000,00
Rp
9.000,00
Rp
36.000,00
Perawatan
1.728,00
Bahan
bakar
1.826,00
506,00
548,00
506,00
Penyusutan
1.644,00
6.800,00
6.120,00
6.540,00
1.740,00
1.920,00
1.740,00
Asuransi
5.760,00
24.000,00
1.350,00
1.350,00
450,00
450,00
450,00
Pajak
1.350,00
5.400,00
210,00
210,00
70,00
Alat tak
70,00
70,00
210,00
240,00
840,00
Langsung
80,00
80,00
80,00
240,00
240,00
960,00
9.000,00
9.000,00
36.000,00
Rp
27.204,00
Rp
28.166,00
Rp
110.000,00
9.000,00
3.000,00
3.000,00
3.000,00
Jumlah
Rp
8.846,00
Rp
9.068,00
Rp
9.068,00
Rp29.648,00
Keterangan
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal
III
Kuartal IV
Jml.
(1 tahun)
Bagian
Reparasi:
Tingkat
kegiatan
290 DRH
330 DRH
Rp
300,00
Rp
300,00
320
DRH
1.000 DRH
970 DRH
1.090 DRH
290 DRH
Rp 900,00
Rp 900,00
Rp 900,00
Rp 300,00
340,00
330,00
370,00
99,00
Gaji
Bahan
Pembantu
Rp
300,00
Penyusutan
99,00
112,00
109,00
Asuransi
Pajak
10,00
10,00
7,00
Jumlah
3,00
7,00
30,00
30,00
10,00
9,00
9,00
9,00
3,00
21,00
21,00
21,00
7,00
1.200,00
1.200,00
1.200,00
400,00
Rp
2.500,00
Rp
2.490,00
Rp
2.530,00
Rp
10.000,00
10,00
Upah tak
langsung
3,00
30,00
3,00
7,00
400,00
400,00
400,00
Rp
819,00
Rp
832,00
Rp
829,00
Sedangkan kepala bagian produksi juga membuat rencana tentang biayabiaya overhead pada bagian produksi selama tahun 1984 adalah berikut :
PT GITA BAHARI
Anggaran Biaya Pabrik Bagian Produksi 1984
Keterangan
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Jml
(1 tahun)
Bagian
Produksi I:
Tingkat
kegiatan
(DLH)
34.800
39.200
39.600
124.000
117.000
124.000
488.000
Rp
10.000,00
Rp
10.000,00
Rp
10.000,00
Rp
30.000,00
Rp
30.000,00
Rp
30.000,00
Rp
120.000,00
10.830,00
11.820,00
11.910,00
36.900,00
35.415,00
38.925,00
145.800,00
822,00
888,00
894,00
2.760,00
2.661,00
2.895,00
10.920,00
2.304,00
2.606,00
2.628,00
8.170,00
7.807,00
8.665,00
32.240,00
Gaji
Pengawas
Buruh tak
Langsung
Suku
cadang
Bahan
pembantu
Penyusutan
Asuransi
Pajak
522,00
100,00
150,00
Jumlah
Rp
24.788,00
588,00
100,00
150,00
Rp
26.152,00
594,00
100,00
1.860,00
300,00
1.995,00
7.320,00
300,00
1200,00
450,00
1.800,00
Rp
83.230,00
Rp
319.280,00
1.761,00
300,00
150,00
450,00
450,00
Rp
26.296,00
Rp
80.440,00
Rp
78.394,00
Keterangan
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal
III
Kuartal IV
Jml
(1 tahun)
Bagian
Produksi II:
Tingkat
kegiatan
(DLH)
14.000
16.000
16.000
48.000
46.000
48.000
192.000
Rp
1.870,00
Rp
1.870,00
Rp
1.870,00
Rp
5.610,00
Rp
5.610,00
Rp
5.610,00
Rp
22.440,00
Gaji
Pengawas
Buruh tak
Langsung
Suku
cadang
266,00
304,00
304,00
912,00
874,00
988,00
3.648,00
Penyusutan
48,00
52,00
52,00
156,00
152,00
164,00
624,00
Asuransi
110,00
120,00
120,00
360,00
350,00
380,00
1.440,00
Pajak
56,00
64,00
64,00
192,00
184,00
208,00
768,00
10,00
10,00
10,00
30,00
30,00
30,00
120,00
20,00
60,00
60,00
60,00
240,00
Rp
2.440,00
Rp
7.320,00
Rp
7.260,00
Rp
7.440,00
Rp
29.280,00
Bahan
pembantu
20,00
20,00
Jumlah
Rp
2.300,00
Rp
2.440,00
Keterangan
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Jml
( 1 tahun)
Bagian
Produksi
III:
Tingkat
kegiatan
(DLH)
34.800
39.200
39.600
124.000
117.000
133.000
488.000
Rp
2.920,00
Rp
2.920,00
Rp
2.920,00
Rp
8.760,00
Rp
8.760,00
Rp
8.760,00
Rp
35.040,00
3.271,00
3.583,00
3.612,00
11.204,00
10.735,00
11.204,00
44.248,00
324,00
346,00
348,00
1.070,00
1.037,00
1.070,00
4.240,00
1.070,00
1.180,00
1.190,00
3.700,00
3.535,00
3.700,00
14.600,00
313,00
353,00
356,00
1.116,00
1.057,00
1.116,00
4.392,00
50,00
50,00
50,00
150,00
150,00
150,00
600,00
Gaji
Pengawas
Buruh tak
Langsung
Suku
cadang
Bahan
pembantu
Penyusutan
Asuransi
Pajak
720,00
60,00
Jumlah
60,00
Rp
8.008,00
Rp
8.492,00
60,00
180,00
180,00
180,00
Rp
8.536,00
Rp
26.180,00
Rp
25.454,00
Rp
27.170,00
PT GITA BAHARI
Anggaran Biaya Gedung
Bagian Pabrik
1984
Biaya Gedung
Rp 7.920,00
Januari
7.380,00
Februari
7.332,00
Maret
21.828,00
Kuartal II
22.200,00
Rp
103.840,00
Kuartal III
23.340,00
Kuartal IV
Rp 90.000,00
Jumlah
Keterangan
Januari
Februari
Maret
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Biaya Gedung
7.920
BiayaProduks
i
x)
35.176
Bagian
jasa/pembantu
19.261
Jumlah
62.357
Kuartil
II
Kuartil
III
Kuartil
IV
Jumlah
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
7.380
7.332
21.828
22.200
23.340
90.000
37.084
37.252
113.940
111.108
117.840
452.400
19.604
19.609
59.388
58.782
60.156
236.800
64.068
64.193
195.156
192.090
201.336
779.200
Jumlah
(Rp)
Bagian Jasa/pembantu
Umum
Tenaga
Listrik
Bagian Produksi
Reparasi
dan
Administasi
Keterangan
(Rp)
II
II
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(R
(Rp)
Biaya Overhead
masing-masing bagian
689.200
116.800
110.000
10.000
319.280
29.280
10
90.000
1)
9.000
4.500
33.201
16.481
26
(116.800)
11.680
58.400
11.680
23
3.267
65.340
32.670
29
2) 11.680
Tenaga Listrik
1. Reparasi
3) 130.680
11.779
5.889
11
488.000
96.000
19
488.000
DLH
192.000
48
DLH
0,50
0,
Jumlah DLH
779.000
1
( per DLH)
Keterangan :
1)
2)
11.680 = 10% x Rp 116.800 (proporsi pembebanan biaya overhead
bagian umum dan administrasi) dan seterusnya, sesuai dengan data tentang
pembebanan biaya overhead yang tersedia.
3)
130.680 = biaya overhead bagian pembangkit tenaga + alokasi dari
biaya gedung dan bagian umum/administrasi.
Bagian Reparasi :
Rp 29.447,00
4.000
Catatan:
1. Tingkat kegiatan bagian Pembangkit tenaga dalam tahun 1984 adalah
20.000.000 KWH dan bagian Reparasi adalah 4.000 DRH.
2. Angka-angka pembilang di atas adalah jumlah biaya overhead masingmasing bagian setelah mendapat alokasi biaya overhead bagian lain.
PT GITA BAHARI
Biaya Overhead 1984
(Menurut Jenis Barang)
Februari
Keterangan
Barang X:
Januari
Maret
Kuartil II
Kuartil III
Kuartil IV
Jum
Bagian Produksi I
DLH
28.000
32.000
32.000
96.000
92.000
104.000
384
Tarif
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,0
Jumlah
28.000,00
32.000,00
32.000,00
96.000,00
92.000,00
104.000,00
384
DLH
14.000
16.000
16.000
48.000
46.000
52.000
192
Tarif
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
0,5
Jumlah
7.000,00
8.000,00
8.000,00
24.000,00
23.000,00
26.000,00
96.
DLH
28.000
32.000
32.000
96.000
92.000
104.000
384
Tarif
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,40
0,4
Jumlah
11.200,00
12.800,00
12.800,00
38.400,00
36.800,00
41.600,00
153
633.600,0
0
46.200,00
52.800,00
151.800,0
0
158.800,00
151.800,00
171
7.200
7.600
25.400
29.000
104
1,00
1,00
1,0
25.400,00
29.000,00
104
Bagian Produksi II
Jumlah Biaya
Overhead
Unt. Barang X
Barang Y:
Bagian Produksi I
DLH
6.800,00
Tarif
1,00
28.000
1,00
1,00
1,00
7.200,00
7.600,00
Jumlah
6.800,00
6.800
Tarif
0,40
28.000,00
7.200
7.600
0,40
0,40
29.000
104
0,40
0,40
0,4
10.160,00
11.600,00
41.
187.360,00
212.200,00
145
0,40
2.880,00
Jumlah
28.000
25.400
3.040,00
2.720,00
11.200,00
Jumlah Biaya
Overhead unt.
Barang Y
62.880,00
63.440,00
55.720,00
197.600,0
0
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Biaya asuransi.
9.
Pajak.
10.
PT MERCUSUAR
Anggaran Biaya Advertensi dan Promosi
1984
(dalam ratusan rupiah)
Daerah Penjualan
Kantor Pusat
Rp 60.000,00
24.000,00
Jawa Tengah
36.000,00
Jawa Timur
12.000,00
Rp 132.000,00
Jumlah
1. Perencanaan
2. Koordinasi
3. Pengawasan.
Umpamanya:
Harga barang X di kota A sangat tinggi karena biaya pengangkutan dari
pabrik ke kota a yang tinggi.
Kantor Penjualan:
Gaji Pengawas
Telepon
Penyusutan alat kantor
Januari
Februari
Maret
Kuartal
II
Kuartal
III
12.000
12.000
12.000
36.000
36.000
1.314
1.353
1.387
4.035
4.165
50
50
50
150
150
Kuartal
IV
Jum
909
968
1.019
2.868
3.064
Biaya kendaraan
2.132
2.275
2.397
6.734
5.165
Advertensi
5.000
5.000
5.000
15.000
15.000
Jumlah
21.405
21.646
21.853
64.787
62.143
65.589
257
Gaji Pengawas
6.000
6.000
6.000
18.000
18.000
18.000
72.0
Biaya Perjalanan
2.129
2.314
2.184
6.525
5.466
6.661
25.2
Biaya Telepon
789
847
806
2.410
2.075
2.452
9.37
Komisi penjualan
7.200
8.280
7.520
22.400
16.200
23.200
84.8
Ongkos angkut
1.628
1.857
1.096
6.054
3.738
5.225
19.1
Advertensi
2.000
2.000
2.000
6.000
6.000
6.000
24.0
Jumlah
19.746
21.298
20.266
60.389
51.479
61.538
234
Gaji Pengawas
8.000
8.000
8.000
24.000
24.000
24.000
96.0
Biaya Perjalanan
2.470
2.675
2.852
8.065
6.454
8.296
30.8
Biaya Telepon
1.198
1.277
1.346
3.848
3.221
3.938
14.8
Komisi penjualan
9.084
10.356
11.460
31.320
21.300
32.760
116
Ongkos angkut
1.530
1.724
1.893
5.213
3.679
5.432
19.4
Advertensi
3.000
3.000
3000
9.000
9.000
9.000
36.0
Jumlah
25.282
27.032
28.551
81.446
67.654
83.426
313
Gaji Pengawas
3.000
3.000
3.000
9.000
9.000
9.000
36.0
Biaya Perjalanan
1.001
865
1.045
2.804
2.580
3.346
11.6
Jawa Tengah:
Jawa Timur:
Biaya Telepon
421
371
437
1.190
1.109
1.387
4.91
Komisi penjualan
3.732
2.964
3.984
10.080
8.820
13.140
42.7
Ongkos angkut
674
583
704
1.890
1.740
2.253
7.84
Advertensi
1.000
1.000
1.000
3.000
3.000
3.000
12.0
Jumlah
9.828
8.783
10.170
27..969
26.249
32.126
115
Jumlah Keseluruhan
79.469
82.148
84.325
244.639
215.577
253.339
959
1) Biaya untuk Direksi dan stafnya, termasuk gaji, bonus tahunan, biaya
perjalanan, biaya representasi, dan administrasi kantor direksi.
2) Biaya Departemen Keuangan yang meliputi Keuangan yang meliputi
gaji dan dana kesejahteraan, biaya perjalanan dan biaya administrasi
departemen, biaya penyusutan aktiva tetap.
3) Biaya Departemen Umum dan Administrasi yang meliputi gaji dan dana
kesejahteraan, biaya perjalanan, biaya komunikasi(telepon, telegram, telex),
asuransi pegawai, penyusutan macam-macam aktiva tetap, listrik dan air.
Contoh :
Pada PT KENCANA MURNI terdapat 2 bagian yang diperhitungkan dalam
penyusunan anggaran biaya administrasi, yakni bagian administrasi, dan
bagian pembukuan. Anggaran Biaya Administrasi secara total adalah sebagai
beriku:
PT KENCANA MURNI
Amggaran Biaya Umum dan Administrasi
Tahun 1984
Keterangan
Bagian Administarsi
Gaji
Biaya perjalanan
Telepon
Penyusutan
Asuransi
Pajak
Januari
Februari
Maret
Kuartal
II
Kuartal
III
Kuartal
IV
Jum
500.000
500.000
500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
6.00
75.000
75.000
75.000
225.000
225.000
225.000
900
75.000
79.000
83.900
236.400
184.000
252.000
911
5.000
5.000
5.000
15.000
15.000
15.000
60.0
2.000
2.000
2.000
6.000
6.000
6.000
24.0
2.000
2.000
2.000
6.000
6.000
6.000
24.0
1.000
1.100
1.200
3.200
2.300
3.400
12.2
660.000
664.000
669.100
1.991.600
1.938.300
2.007.700
7.93
Peralatan Kantor
Jumlah
Bagian Administarsi
Gaji
400.000
400.000
400.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
4.80
Biaya perjalanan
10.000
10.000
10.000
30.000
30.000
30.000
120
Telepon
10.000
10.400
10.700
31.000
26.600
32.300
121
Penyusutan
20.000
20.000
20.000
66.000
60.000
60.000
240
Asuransi
2.000
2.000
2.000
6.000
6.000
6.000
24.0
Pajak
3.000
3.000
3.000
9.000
9.000
9.000
36.0
Peralatan Kantor
5.000
5.400
5.700
16.000
11.600
17.300
61.0
Jumlah
450.000
450.800
451.400
1.352.000
1.343.200
1.354.600
5.40
Jumlah (1 tahun)
1.110.000
1.115.700
1.120.500
3.343.600
3.281.500
3.362.300
13.3
Share this:
Terkait
MENINGGALKAN KOMENTAR
POSTED IN: KATA BIJAK
NAVIGASI POS
MANAJEMEN SDM LANJUTAN
FISIKA
BERIKAN BALASAN
Pos-pos Terakhir
NEW T-SHIRT BAND GYFTER
DESAIN BAND GYFTER
T-SHIRT BAND GYFTER
E-BUSSINESS
PENGANTAR AKUNTANSI
Arsip
Oktober 2012
September 2012
April 2012
Kategori
KATA BIJAK
Meta
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Blog di WordPress.com. The Strange Little Town Theme.
Ikuti
Follow aisgyfterdotcom
Get every new post delivered to your Inbox.
Sign me up