Anda di halaman 1dari 158

BLOG-TITLE-HERE

Posts (RSS) Comments (RSS)

Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit

ANGGARAN KAS

Posted on 7:08 PM - by Harik sarfin In: PENGANGGARAN PERUSAHAAN

Pengertian Angaran Kas


Menurut M Nafarin dalam bukunya Penganggaran Perusahaan.
Mendefinisikan anggaran sebagai berikut:
Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun program-program
yang telah disahkan. Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam
satuan uang dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Horgen dalam bukunya Cost Accounting Amanagerial Emphasis,
adalah sebagai berikut:
Anggaran merupakan ciri utama dari kebanyakan sistem pengendalian manajemen
kalau di kelola dengan cermat anggaran akan. (a) Membantu perencanaan, (b)
Menyediakan kriteria prestasi, dan (c) Meninggkatkan komunikasi dan koordinasi
dalam organisasi .
Menurut Munandar, (1985 : hal 1), pengertian anggaran yaitu:
Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Menurut Y. Supriyanto, (1985:227), pengertian anggaran yaitu:
Budgeting menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan
sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan.
Pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut,
sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana.

Pengertian Kas
Menurut Munawir (1983:14), pengertian kas adalah sebagai berikut:
Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk
dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank
dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan
menggunakan cek atau bilyet).
Pendapat lainnya juga hampir sama di kemukakan oleh: Theodarus M. Tuanakotta, AK, (1982:150)
dalam bukunya Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, yaitu:

Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat diuangkan pada
setiap saat tanpa mengurangi nilai simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana
kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek (yang bukan mundur) untuk disetor ke bank
keesokan harinya.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapatlah di tarik kesimpulan bahwa kas adalah seluruh uang tunai dan
bentuk-bentuk lainnya yang dapat diuangkan setiap saat apabila perusahaan membutuhkan.

Pengertian Anggaran Kas


Menurut Lukman Syamsudin, dalam bukunya Manajemen Keuangan Perusahaan menyatakan
bahwa:
Anggaran kas adalah suatu alat yang dapat digunakan manajer keuangan untuk meramalkan atau
memperkirakan kebutuhan-kebutuhan dana jangka pendek dan untuk mengetahui kekurangan atau
kelebihan uang selama periode budget.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa anggaran kas akan memiliki peranan yang penting
dalam mengendalikan kas, dimana kegunaannya terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus memperkirakan saldo kas pada setiap
akhir tahun anggaran yang ditetapkan.

Dalam menjalankan suatu perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan,


dibutuhkan suatu efektivitas pengendalian kas terhadap setiap perusahaan dalam kegiatan
perusahaannya.
Menurut M. Munandar (1985:311), Anggaran kas adalah:
Anggaran kas adalah budget yang merencanakan secara lebih terinci tentang semua jumlah kas beserta
perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode tertentu dimasa yang akan datang, baik
perubahan yang berupa penerimaan kas maupun yang berupa pengeluaran kas.

Hecket, Wilson dan Campbell, (1981:402) dalam bukunya Controllership, tugasnya Akuntan
Manajemen, menyatakan definisi dari anggaran kas adalah:
Anggaran kas adalah merupakan program penjualan dan biaya yang terkoordinasi serta terkorelasikan
dengan perubahan-perubahan neraca, penjualan serta pengeluaran yang diperkirakan.

Menurut Any Agus Kana, (2001: 225) dalam buku Anggaran Perusahaan mengemukakan bahwa :
Anggaran kas adalah perencanaan posisi kas dalam jangka waktu tertentu yang terdiri dari dua bagian
yaitu perencanaan penerimaan kas (aliran kas masuk) dan perencanaan pengeluaran kas (aliran kas
keluar).
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anggaran kas adalah gambaran atas
seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan rencana keuangan
perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi kas atau
menunjukkan aliran kas pada periode tersebut.

Manfaat Angaran Kas


Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa anggaran berperan sebagai alat bantu
manajemen dalam melakukan perencanaan sumber daya yang akan diperoleh dan digunakan, serta
mengendalikan bagaimana sumber tersebut digunakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dalam jangka waktu tertentu.

Anggaran dapat membantu manajemen dalam pengendalian kas, karena anggaran kas
memberikan informasi yang berguna tentang pola penerimaan dan pengeluaran kas setiap periode
operasi perusahaan,

Referensi:
Adisaputro, G. 2007. Anggaran Perusahaan 2. Edisi ke-1. Yogyakarta : BPFE.
Adisaputro, G. dan Marwan, asri. 1979. Anggaran Perusahaan: Prinsip Mekanisme dan Teknik

Penyusunannya. Yogyakarta : bagian penerbitan Universitas Gadjah Mada.


Adisaputro, G. dan Yunita, A. 2007. Anggaran Bisnis Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian Laba.

Yogyakarta : UPP STIM YKPN.


Ahyari, A. 1989. Anggaran Perusahaan: Pendekatan Kuantitatif. Buku 1. Yogyakarta: BPFE.
Munandar, M. 2007. Budgeting: Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi ke-2.
Yogyakarta: BPFE.
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Sasongko, C. dan Parulian, S.R. 2010. Anggaran. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Supriyanto, Y. 1995. Anggaran Perusahaan. Edisi ke-1. Yogyakarta : bagian penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.

Tujuan Penyusunan Anggaran Kas


Dengan menyusun anggaran kas perusahaan akan mampu untuk:

1.

2.

3.

4.

5.

Menentukan posisi kas pada berbagai waktu, yaitu dengan memperbandingkan uang kas
masuk dengan uang kas keluar. Sehingga saldo kas pada akhir suatu periode akan sama dengan
saldo kas awal ditambah penerimaan-penerimaan kas pada suatu periode dan dikurangi
pengeluaran-pengeluaran kas pada waktu yang sama.
Memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit atau surplus. Defisit terjadi bilamana
pemasukan ditambah saldo awal ternyata lebih kecil dari kebutuhan pengeluaran yang harus
dibayar. Sebaliknya surplus akan terjadi bilamana pemasukan melebihi pengeluaran, sehingga
jumlah saldo akhir periode mengalami peningkatan. Terhadap kemungkinan defisit inilah
perusahaan perlu lebih waspada.
Mempersiapkan keputusan pembelanjaan berjangka pendek atau berjangka panjang.
Dengan terjadinya defisit kas perusahaan perlu mencari dana tambahan dari sumber yang paling
menguntungkan. Sebaliknya dengan adanya surplus yang diketahui lama sebelumnya, dapat
dipersiapkan pemilihan alternatif penggunaan yang paling menguntungkan.
Menggunakannya sebagai dasar kebijaksanaan pemberian kredit. Besar kecilnya kas yang
tersedia juga menunjukkan kemampuan perusahaan membelanjai modal kerjanya. Kemampuan
pembelanjaan modal kerja ini pada gilirannya juga merupakan dasar bagi perusahaan untuk
menggunakan kebijakan kredit sebagai upaya meningkatkan volume penjualan.
Menggunakannya sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang disediakan. Sesuatu jenis
biaya yang sudah dianggarkan perlu diatur penggunaannya lewat mekanisme otorisasi
pengeluaran kas. Dengan demikian plafon anggaran tidak akan terlampaui dan sekaligus
disesuaikan dengan keadaan likuiditas perusahaan

6.

Anggaran kas yang sudah ada juga berfungsi sebagai dasar penilaian terhadap realisasi
pengeluaran kas yang sebenarnya. Dengan demikian varian dalam arus kas masuk maupun kas
keluar dapat diketahui yang menjadi penyebabnya.

Dimensi Waktu Perencanaan dan Pengendalian Kas


Biasanya, perencanaan dan pengendalian kas meliputi tiga dimensi waktu, yaitu budget kas jangka
panjang, budget kas jangka pendek, dan budget kas untuk operasional.

1.

2.

3.

Budget kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan
rencana laba strategis jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang
atau jasa dan pinjaman) dan estimasi pengeluaran kas (terutama untuk biaya-biaya, pengeluaran
modal, dan pembayaran utang) merupakan dasar yang sehat untuk keputusan-keputusan yang
menyangkut keuangan, penggunaan kas, dan untuk kredit jangka panjang.
Budget kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka pendek. Budget kas
jangka pendek memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan kas keluar yang rinci
yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan, misalnya estimasi penerimaan kas
dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk membayar pembelian mesin-mesin dan
peralatan yang baru.
Budget kas untuk operasional digunakan oleh perusahaan terutama untuk perencanaan
dan pengendalian aliran kas masuk dan keluar berdasarkan kegiatan sehari-hari (day-to-day
operation). Tujuan utama budget ini adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas
dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan opportunity cost karena kas yang menganggur.

Pendekatan Penyusunan Anggaran Kas


Menurut M. Nafarin (2009:312) terdapat dua pendekatan dalam penyusunan anggaran kas, yaitu :
(1) pendekatan kas masuk dan kas keluar, (2) pendekatan akunting keuangan. Pendekatan kas masuk
dan kas keluar kadang- kadang disebut juga dengan metode langsung. Pendekatan akunting keuangan

kadang-kadang disebut juga dengan metode ikhtisar laba rugi atau metode tak langsung.
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar
Metode ini didasarkan pada analisis naik dan turun kas yang dianggarkan yang mencerminkan semua
arus kas masuk dan kas keluar dari anggaran jualan, anggaran biaya/beban, dan anggaran tambahan
produk modal. Metode ini sering digunakan untuk anggaran kas jangka pendek sebagai bagian dari
rencana laba tahunan. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan pendekatan anggaran kas jangka
pendek. Disebut pendekatan anggaran kas jangka pendek, karena biasanya anggaran dengan metode ini
dibuat paling lama periodenya setahun. Selama setahun tersebut periode anggaran dibagi dalam tiap
triwulan, bulan, minggu, atau hari.

Disebut pendekatan kas masuk dan kas keluar, karena dalam menyusun anggaran kas lebih dahulu
ditaksir sumber kas masuk, kemudian ditaksir kas keluar. Setelah itu ditentukan apakah terjadi
kelebihan kas atau kekurangan kas. Dikatakan metode langsung karena metode ini langsung secara rinci

mengidentifikasi dari transaksi sumber kas atau arus kas masuk dan belanja kas atau arus kas keluar.
Pendekatan Akunting Keuangan
Titik tolak dalam pendekatan ini adalah laba bersih diubah dari dasar akrual menjadi dasar kas, artinya
disesuaikan dengan perubahan rekening penundaan rekening bukan kas, seperti: beban/biaya terutang,
beban/biaya bayar di muka, depresiasi/ penyusutan/ penghapusan/ amortisasi. Pendekatan ini tidak
membutuhkan data yang rinci dan lebih sedikit rinciannya tentang arus kas masuk dan arus kas keluar.
Metode ini lebih cocok untuk anggaran kas jangka panjang. Oleh karena itu metode ini disebut juga

dengan pendekatan anggaran kas jangka panjang. Metode ini dikatakan pendekatan akunting keuangan,
karena cara penyusunan anggaran kas berdasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca yang dihasilkan
akunting keuangan. Oleh karena penyusunan anggaran kas didasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca
maka disebut metode tak langsung.

Menurut Ellen Christina et al (2001:188) ada dua pendekatan dalam menyusun anggaran kas, yaitu :
1. Anggaran Kas Jangka Pendek
Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka waktunya disesuaikan
dengan anggaran tahunan. Anggaran kas jangka pendek sesuai dengan rencana laba taktis jangka
pendek dan memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan keluar yang rinci, yang secara
langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan. Sebagai contoh estimasi penerimaan kas dari
penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk pembelian mesin-mesin dan peralatan baru. Anggaran
kas seperti ini terutama berfungsi sebagai alat pemberian otorisasi kas keluar yang secara terusmenerus disesuaikan dengan arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya.
2. Anggaran Kas Jangka Panjang
Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang disesuaikan dengan perencanaan
perusahaan yang telah disusun. maka jangka waktu anggaran kas jenis ini disesuaikan dengan waktu
yang tercakup di dalam corporate plan tersebut. Kegunaannya yang terutama adalah untuk mengetahui
kemampuan perusahaan menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus memperkirakan
saldo kas pada akhir setiap tahun anggaran

Sumber dan Penggunaan Kas


Sumber kas masuk yang utama adalah:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hasil penjualan produk secara tunai.


Hasil menagih piutang dagang.
Pendapatan lain seperti bunga dari Bank, jasa giro, dividen.
Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti menjual aktiva yang tidak terpakai.
Adanya penerimaan yang bukan penghasilan, seperti kredit dari Bank, penjualan obligasi
dan lain-lain hutang jangka pendek
Penambahan modal sendiri oleh pemilik.
Penggunaan kas keluar yang utama adalah:

1.

2.
3.
4.
5.

Berbagai pembayaran untuk keperluan operasional perusahaan sehari-hari seperti membeli


material/bahan baku, membayar gaji, dan upah tenaga kerja, berbagai biaya yang termasuk
sebagai biaya overhead pabrik (kecuali depresiasi/amortisasi yang tidak membutuhkan kas) biayabiaya penjualan dan biaya administratif.
Pembayaran pada para kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya.
Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap.
Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau pengembalian modal.
Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, meterai, restitusi, Ipeda dan
lain-lain.
Saldo kas pada akhir suatu periode (Bulanan/Triwulan/Tahunan) akan sama dengan saldo kas awal
ditambah seluruh penerimaan dikurangi seluruh pengeluaran yang terjadi pada periode bersangkutan.
Bilamana penerimaan melebihi pengeluarannya, maka saldo kas akhir akan meningkat. Sebaliknya bila
pengeluarannya melebihi penerimaan, maka saldo kas akhir menurun, bahkan mungkin terjadi defisit
kas.

Karena anggaran kas seperti yang diuraikan diatas disusun dengan memperkirakan seluruh
penerimaan dan seluruh pengeluaran yang terjadi pada sesuatu periode, maka metode anggaran kas
seperti ini disebut Metode Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Receipts and Distribursements
Method).

Secara ringkas sumber kas masuk dan penggunaan kas keluar sebagaimana terlihat pada tabel
berikut:

Manfaat Laporan Sumber dan Penggunaan Kas


Laporan sumber dan penggunaan kas ini sangat penting, karena dapat dipergunakan sebagai dasar
dalam merencanakan kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada,
atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa
yang akan datang.

Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan cash flow ini akan dapat menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga.Selain itu kas sangat berperan dalam menentukan
kelancaran kegiatan perusahaan. Karena kas merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi
likuiditasnya, sehingga semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin tinggi
pula tingkat likuiditasnya. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik
penerimaannya maupun penggunaannya.

Anggaran Kas Jangka Pendek


Anggaran kas jangka pendek umumnya disusun dengan cara menulusuri jejak berbagai kegiatan
perusahaan yang mengakibatkan terjadinya arus fisik masuk dan arus fisik keluar. Arus balik dari jejak
arus fisik yang masuk akan mengakibatkan terjadinya arus kas keluar. Demikian pula sebaliknya arus
balik dari jejak berbagai arus fisik keluar akan mengakibatkan terjadinya arus kas masuk.

Skema berikut ini akan memberikan gambaran yang jelas adanya berbagai keluar dan masuknya
arus kas dan arus fisik.
Skema Arus Fisik dan Arus Kas

Dalam skema tersebut terlihat adanya empat pihak yang sekaligus menjadi penyalur dana dan
penerima dana. Mereka itu adalah:

1.

2.

3.

Perusahaan yang melaksanakan proses produksi barang/jasa sebagai pihak pertama dan
pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan sistem
itu
Para rekanan/pemilik faktor produksi; yang bergerak dalam pasaran faktor produksi dan
pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan sistem
itu
Konsumen/pembeli produk perusahaan merupakan pihak yang membutuhkan produk
perusahaan untuk dikonsumsikan sendiri atau dijual kembali

4.

Pemilik dana/pemerintah adalah sebagai pihak yang mempercayakan modalnya untuk


digunakan oleh perusahaan
Di antara keempat pihak yang membentuk sistem itu terjadilah arus fisik maupun arus kas yang
merupakan arus masuk maupun arus keluar di antara mereka satu sama lain. Arus fisik masuk terjadi
pada saat perusahaan membeli berbagai faktor produksi yang dibutuhkannya, dan sebagai gantinya
terjadi arus kas keluar pada saat perusahaan membayar faktor produksi yang digunakannya dalam
proses produksi. Arus fisik keluar terjadi pada saat perusahaan berhasil menjual produknya pada
pembeli/konsumen, sebagai gantinya terjadi arus kas masuk pada saat pembeli membayar harga pokok
yang dibelinya. Arus kas masuk dan arus kas keluar yang terjadi diantara rekanan, perusahaan, dan
konsumen membentuk transaksi rutin atau transaksi operasional yang sifatnya kontinu.

Di antara perusahaan, Pemilik Modal dan Pemerintah hanya terjadi arus kas masuk dan arus kas
keluar. Arus kas masuk terjadi pada saat pemilik dan kreditur menyerahkan modalnya pada perusahaan
sebagai penyertaan atau sebagai kredit, sedangkan arus kas keluar terjadi pada saat perusahaan
membayar kewajiban dalam bentuk pajak,restitusi, bea meterai dan sebagainya pada Pemerintah.
Transaksi ini disebut transaksi keuangan yang sifatnya terputus-putus (internittent).

Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi diantara empat pihak inilah perusahaan akan
mampu memperkirakan baik jumlah maupun waktu terjadinya arus kas masuk dan arus kas keluar, baik
yang bersifat operasional maupun yang berupa transaksi keuangan. Hasil perekaman arus kas masuk
dan arus kas keluar ini kita sebut anggaran kas.

Contoh Kasus Anggaran Kas Jangka Pendek


Berikut ini adalah data yang dimiliki PT LARA yang dikumpulkan untuk melakukan penyusunan

anggaran kas tahunan, pada semester 1 Tahun 20XX:


Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX

Sejak beroperasi, perusahaan selain menjual secara tunai, juga menjual secara kredit. Adapun
komposisi penjualannya adalah:

1.

2.

Sebesar 60% dari total penjualan adalah penjualan tunai dan sisanya adalah penjualan
kredit. Untuk penjualan tunai manajemen menetapkan akan memberikan potongan harga
sebesar 10%.
Untuk penjualan kredit; manajemen memberlakukan term of payment 5/10, n/60. Dari
penjualan kredit diperkirakan sebesar 60% akan memanfaatkan periode potongan,
sedangkan sisanya tidak memanfaatkan periode potongan. Dari pembeli yang tidak

3.

memanfaatkan potongan, 50%-nya kaan membayar pada bulan transaksi dan sisanya akan
membayar pada bulan berikutnya.
Diperkirakan besarnya piutang tak tertagih (bad debt) adalah 5% dari penjualan kredit.

Besarnya Cash Opname awal Tahun 20XX adalah Rp 10.000.000,Perusahaan melakukan pembelian bahan baku yang merencanakan akan dibayar 30% secara
tunai dan 70% dibayar bulan berikutnya. Adapun pembelian yang dilakukan adalah:

Hutang jatuh tempo yang harus dibayarkan adalah januari Rp 2.500.000,- , Maret Rp
1.000.000,- ,dan Juni Rp 3.000.000,Dari data tersebut, diminta:

1.
2.
3.
4.

Menyusun
perhitungannya.
Menyusun
Menyusun
Menyusun

skedul pengumpulan piutang untuk triwulan 1 tahun 20XX. Sertakan persiapan


skedul penerimaan kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
skedul pengeluaran kas untuk triwulan 1 Tahun 20XX.
skedul kas sementara untuk triwulan 1 Tahun 20XX.

Penyelesaian Kasus : Anggaran Kas Tahunan (Jangka Pendek)


a)

Penjualan Menurut Bentuk Pembayaran & Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
PT LARA
Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Total penjualan : dari data Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20XX
Penjualan Tunai (60%): Total Penjualan x 0,6 (penjualan tunai 60%). Misal, pada bulan
Januari (Rp 15.000.000 x 0.6= Rp 9.000.000).
Potongan Penjualan Tunai (10%): Hasil dari penjualan Tunai x 0.1 (Pot. Penj. Tunai ).
Misal, pada bulan Januari (Rp 9.000.000 x 0.1= Rp 900.000).
Penjualan Tunai Neto: Hasil dari penjualan tunai hasil dari pot.penjualan tunai.Misal, pada
bulan Januari (Rp 9.000.000 Rp 9.00.000= Rp 8.100.000).
Penjualan Kredit (40%): Total penjualan x 0.4 (penjualan kredit 40%). Misal, pada bulan
Januari (Rp 15.000.000 x 0.4 = Rp 6.000.000).
Bad Debt (5%): Hasil dari penjualan kredit x 0.05 (bad debt 5%). Misal, pada bulan
Januari (Rp 6.000.000 x 0.05= Rp 300.000).
Piutang Neto: Hasil dari penjualan kredit bad debt. Misal, pada bulan Januari (Rp
6.000.000 Rp 300.000= Rp 5.700.000) .

b)

Skedul Pengumpulan Piutang / Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit


PT LARA
Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Piutang Neto didapat dari data pada Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Piutang yang mendapat hak discount (60%): Piutang Neto x 0,6 (hak discount). Misal,
Pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,6= Rp3.420.000).
Discount 5%: Piutang yang mendapat hak discount x 0.05 (discount). Misal, pada bulan
Januari (Rp 3.420.000 x 0.05 = Rp 171.000).
Piutang tidak mendapat discount (40%): Piutang neto x 0.4 (piutang tidak mendapat
discount). Misal, pada bulan Januari (Rp 5.700.000 x 0,4= Rp 2.280.000).
Piutang yang tidak mendapat discount dilunasi: Hasil dari piutang tidak mendapat discount
x 0,5 (pelunasan 50%).Misal, pada bulan Januari (Rp 2.280.000 x 0.5= Rp 1.140.000).
Total Pengumpulan Piutang: Piutang neto + piutang tidak mendapat discount. Misal, pada
bulan Januari (Rp 3.249.000 + Rp 1.140.000= Rp 4.389.000).
c) Anggaran Penerimaan Kas
PT LARA
Anggaran Penerimaan Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Anggaran Penerimaan Kas:

1.
2.

Penjualan Tunai Neto (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai)
Piutang (dari data Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit)

d) Anggaran Pengeluaran Kas


PT LARA
Anggaran Pengeluaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Anggaran Pengeluaran Kas:

1.

2.

3.

Pembelian bahan baku tunai: Data pembelian bahan baku x 0,3 (dari perencanaan
pembelian bahan baku 30% secara tunai). Misal, pada bulan Januari (Rp 5.000.000 x 0,3 = Rp
1.500.000)
Pembelian bahan baku kredit: Data pembelian bahan baku x 0,7 (dari perencanaan
pembelian bahan baku 70% secara kredit dibayar bulan berikutnya). Misal, pada bulan Februari
(Rp 5.000.000 x 0,7 = Rp 3.500.000)
Pembayaran hutang: Data didapat dari soal bahwa Januari sebesar Rp 2.500.000 , Maret
Rp 1.000.000 , dan Juni Rp 3.000.000.
e) Anggaran Kas
PT LARA
Anggaran Kas
Triwulan 1 Tahun 20XX

Keterangan Anggaran Kas :

1.
2.

Kas tersedia: Saldo kas awal + penerimaan kas. Misal, pada bulan Januari (Rp 10.000.000
+ Rp 12.489.000 =Rp22.489.000)
Saldo kas akhir: Kas tersedia pengeluaran kas. Misal, pada bulan Januari (Rp 22.489.000
Rp 4.000.000 = Rp 18.489.000)

Anggaran Kas Jangka Panjang


Bila anggaran kas tahunan disusun dengan cara menelusuri jejak arus fisik masuk dan arus fisik

keluar, maka anggaran kas jangka panjang disusun dengan cara membandingkan neraca yang disusun
antara dua periode anggaran dan perhitungan rugi laba perusahaan yang terjadi selama periode antara
kedua neraca tersebut.

Untuk anggaran kas jangka panjang ini sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan
rencana laba strategik jangka panjang. Estimasi penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau
jasa dan pinjaman), sedangkan estimasi pengeluaran kas adalah terutama untuk biaya-biaya,
pengeluaran modal dan pembayaran hutang,yang merupakan dasar yang tepat untuk keputusankeputusan yang berkaitan dengan keuangan.

Secara hipotesis neraca suatu perusahaan adalah sabagai berikut;


Neraca

Suatu konsep neraca yang paling awal yang menyatakan bahwa neraca selalu seimbang jumlah
kekayaan perusahaan sama dengan jumlah modal yang dimiliki ditambah hutang-hutangnya

Misalkan Selama satu tahun usaha terjadi transaksi sebagai berikut ini:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perusahaan memperoleh laba dan memakai sebagian dari laba ini


Perusahaan memperoleh hutang lancar baru
Perusahaan menambah hutang jangka panjang
Perusahaan menambah setoran modalnya
Perusahaan mengurangi sebagian dari aktiva lancar non kas (seperti piutang dan
persediaan)
Perusahaan menjual sebagian dari aktiva tetapnya

Dengan transaksi-transaksi diatas maka akibat yang terrjadi adalah:

1.
2.
3.

Meningkatnya jumlah modal dan hutang-hutang perusahaan


Menurunnya jumlah aktiva non kas dan aktiva tetap yang dimiliki
Meningkatnya seluruh kekayaan perusahaan yang tercermin dalam meningkatnya
jumlah uang kas

Pendekatan seperti diatas berdasarkan suatu anggapan bahwa seluruh transaksi yang terjadi
adalah transaksi kas. Berbagai transaksi yang menyebabkan meningkatnya/menurunya jumlah kas yang
dipolakan sebagai berikut:

Contoh Kasus Anggaran Kas Jangka Panjang


MARI manufacturer merencanakan menambah kapasitas produksinya pada tahun 1988. Manajemen
menyusun perencanaan kas jangka lima tahun (2016-2020).

Data yang sudah berhasil dikumpulkan sebagai berikut :


Penjualan pada 2016 sebesar Rp 800 juta ; diharapkan akan meningkat terus sebesar Rp 40
juta setahun sampai 2020.
Perkiraan Biaya Variabel sebesar 40% dari penjualan; sedang Biaya Fixed untuk 2016 sebesar
Rp 380 juta dan akan meningkat dengan 10% pada 2019.
Depresiasi dan Amortisasi merupakan 30% dari Rp 300 juta fixed cost.
Saldo Kas Riil pada awal 2016 sebesar Rp 70 juta. Modal kerja non kas pada waktu tersebut
sebesar 150 juta. Modal kerja non kas ini akan meningkat pada proporsi yang sama dengan
meningkatnya penjualan.
Pajak pendapatan sebesar 30%
Sumber kas lainnya:

1.
2.
3.

Penjualan aktiva tak terpakai: 2016/5 juta ; 2017/5 juta; 2018/50 juta; 2019/5 juta dan
2020/5 juta
Menjual saham portofolio: 2018/100 juta
Utang Bank jangka panjang: 2017/200 juta.
Kebutuhan Kas:

1.
2.
3.
4.
5.

Saldo sinking fund pada awal 2016 sebesar 150 juta dan akan ditambah dengan 50 juta
lagi pada 2016.
Pembayaran kembali hutang obligasi sebesar 600 juta dari sinking fund pada 2017.
Pengeluaran modal: 2016/40 juta; 2017/50 juta; 2018/350.000 (beli mesinnya):
2019/100 juta; dan 2020/150 juta.
Pembayaran deviden: 2016/2017 masing-masing sebesar 20 juta setahun; 2018/2019 dan
2020 sebesar 25 juta setahun.
Pengeluaran lainnya: 2016/5,0 juta; 2017/10 juta; 2018/5,0 juta; 2019/5,0 juta dan
2020/5,0 juta.

Dengan data tersebut diminta untuk:


1.

Menyusun perkiraan rugi/laba 5 tahun yang akan datang.

2.

Menyusun anggaran kas jangka panjang.

Penyelesaian :
Menyusun perkiraan rugi/laba 5 tahun yang akan datang.
MARI Manufacturer
Perkiraan Rugi Laba Tahunan
2016-2020 (jutaan)

Keterangan Perkiraan Rugi Laba Tahunan:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penjualan : Sebesar Rp 800 juta didapat dari data soal, dan pada tahun berikutnya
meningkat Rp 40 juta setahun sampai 2020.
Biaya Variabel (40%) : Penjualan x 0,4 (biaya variabel). Misal pada tahun 2016 (Rp 800 x
0,4 = Rp 320.000).
Fixed : dari data soal.
Keseluruhan : Penjumlahan Variabel dan Fixed.
Laba Sebelum Pajak : Penjualan Keseluruhan. Misal, tahun 2016 (Rp 800 Rp 700 = Rp
100).
Pajak Pendapatan 30% : Laba sebelum pajak x 0,3 (pada setiap tahunnya).
Laba sesudah Pajak : Laba sebelum pajak - pajak pendapatan 30% (pada setiap
tahunnya)
Menyusun anggaran kas jangka panjang
MARI Manufacturer
Perkiraan Kebutuhan Modal Kerja Non Kas
2016-2020 (jutaan)

Keterangan Perkiraan Kebutuhan Modal Kerja Non Kas:

1.
2.
3.
4.

Saldo Kas Awal dari data soal.


Meningkatnya penjualan 2016 ke 2017 = = 5%. Berpengaruh pada Modal Kerja non Kas
pada setiap tahunnya dengan dikalikan 105%.
Keseluruhan Modal Kerja : Saldo kas awal + Modal kerja non kas (pada setiap tahunnya).
Kenaikan Modal Kerja Non Kas : Pengurangan hasil modal kerja non kas dari tahun ke
tahun berikutnya.

MARI Manufacturer
Anggaran Kas Tahunan
2016-2020

Keterangan Anggaran Kas Tahunan :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Saldo Kas Awal tahun : Untuk tahun 2016 didapat dari data soal, Sedangkan untuk tahun
berikutnya didapat dari saldo kas akhir tahun.
Keuntungan untuk Pajak : Dari data laba sesudah pajak (pada perkiraan rugi laba
tahunan).
Depresiasi dan Amortisasi : 30% dari Rp 300 juta fixed cost.
Penjualan aktiva tak terpakai, penjualan saham dan utang bank jangka panjang , sudah
tertera pada soal.
Kas tersedia : Dari penjumlahan saldo kas awal tahun, keuntungan untuk pajak, depresiasi
dan amortisasi, penjualan aktiva tak terpakai, penjualan saham, dan utang bank jangka panjang.
Pengeluaran- pengeluaran : sudah tertera pada data yang terkumpul.
Saldo kas akhir tahun : Kas tersedia penjumlahan (pengeluaran-pengeluaran), pada
setiap tahunnya.

REFERENSI: www.hendrabudget.web.id

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback
from your own site.

2 Response to "ANGGARAN KAS"

1.

tulisanpunberceritaaa**
February 25, 2013 at 6:20 AM

kita juga punya nih jurnal mengenai kas , silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/986/1/21207491.pdf semoga bermanfaat yaa :)

2.

silviana ling
January 13, 2014 at 12:58 AM

itu dpt darimana saldo kas awal dari bulan feb - maret ya?
Post a Comment
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Labels

MANAJEMEN PEMASARAN (5)


MANAJEMEN STRATEGI (2)
PENGANGGARAN PERUSAHAAN (13)

Popular Posts

ANGGARAN KAS
Pengertian Angaran Kas
Menurut M Nafarin dalam bukunya
Penganggaran Perusahaan. Mendefinisikan anggaran sebagai
berikut: Ang...
Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan Tipe, Anggaran
Pengertian Anggaran : Glenn A Welsch mendefenisikan anggaran
sebagai berikut: "Profit planning and control may be bro...

JENIS-JENIS ANGGARAN
A. Anggaran Anggaran (Budget) adalah suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi
(pemasaran...
Cara Menentukan Titik Break Even (BE)
Terdapat tiga carapendekatan yang dapat dipakai dalam
menghitung tingkat Break even Perusahaan untuk suatu periode.
Tiga pendeka...
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Perencanaan biaya yang baik harusnya dipusatkan pada
hubungan antara tingkat pengeluaran dengan manfaat yang
diperoleh dari peng...
Gambaran Umum Penganggaran Perusahaan
Perencanaan dan Penganggaran Perusahaan Perencanaan
merupakan salah satu dari fungsi manajemen dan penganggaran
merupakan salah...
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Break even adalah
suatu keadaan dimana penghasilan dari penjualan hanya cukup
untuk menu...
Pengertian dan Asumsi Break Even (BE)

Dalam dunia bisnis, Informasi merupakan alat yang penting


bagi manajemen untuk membantu menggerakkan dan
mengembangkan kegiatan ...
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PENDAPATAN: PENJUALAN
DAN JASA
Perencanaan Penjualan Proses perencanaan penjualan adalah
bagian penting dari PPL karena (a) menyediakan dasar bagi
keputusan mana...
JENIS-JENIS ANGGARAN
ANGGARAN BIAYA VARIABEL Pengertian : Suatu perencanaan
mengenai skedul biaya yang menunjukkan ba...

About Me

Harik sarfin
View my complete profile

PENGANGGARAN PERUSAHAAN

Blog Archive

2014 (11)
2012 (9)
12/16 - 12/23 (8)
ANGGARAN KAS
Cara Menentukan Titik Break Even (BE)
Kelemahan Analisis Break Even (BE)
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Pengertian dan Asumsi Break Even (BE)
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan
Tipe,...

JENIS-JENIS ANGGARAN
o
12/09 - 12/16 (1)
Powered by Blogger.

Blog Archive

2014 (11)
2012 (9)
12/16 - 12/23 (8)
ANGGARAN KAS
Cara Menentukan Titik Break Even (BE)
Kelemahan Analisis Break Even (BE)
Konsep dan Manfaat Analisis Break Even
Pengertian dan Asumsi Break Even (BE)
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Penganggaran : Definisi, Fungsi, Manfaat dan Tipe,...
JENIS-JENIS ANGGARAN
12/09 - 12/16 (1)

Search

Sponsored

PENGANGGARAN PERUSAHAAN
Wordpress Theme designed by DT Website Templates | Bloggerized by FalconHive

ABOUT

CERITA LUCU

DATA PERSONIL BAND GYFTER

EKONOMI MAKRO

GYFTER

IMPIAN BAND GYFTER

KATA-KATA BIJAK

KEWIRAUSAHAAN

LOGO BAND GYFTER

MANAJEMEN KAS DAN SURAT BERHARGA

MANAJEMEN KINERJA

MANAJEMEN PEMASARAN

MANAJEMEN RANTAI PEMASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT)

MANAJEMEN RESIKO

PENGANTAR AKUNTANSI

PENGANTAR BISNIS

PENGANTAR MANAGEMEN

PEREKONOMIAN INDONESIA

SATU LAGI LAGU ANDALAN GYFTER MASIH KAU INGAT

SEJARAH BAND GYFTER

SOSIOLOGI DAN POLITIK

STRATEGI PEMASARAN

T-SHIRT BAND GYFTER

TENTANG BAND GYFTER

TIPS TIPS JITU DARI AIS GYFTER ( CINTA, KESEHATAN DAN LINGKUNGAN)

aisgyfterdotcom
JUST ANOTHER WORDPRESS.COM SITE

PENGANGGARAN PERUSAHAAAN
PUBLISHED APRIL 27, 2012 BY AISDETECTIFCINTA
BAB 1
ANGGARAN VARIABEL
Pada bab-bab terdahulu ( pada buku I) pembahasan lebih
dititikberatkan pada perencanaan-perencanaan anggaran dalam kaitannya

dengan perkiraan keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini memang penting
untuk kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan. Apabila
perencanaan tidak diperhatikan, atau dengan kata lain, pengeluaranpengeluaran tidak terencana, dapatlah dipastikan bahwa perusahaan akan
menjumpai banyak kesulitan dikelak kemudian hari. Tetapi perencanaan
tanpa pengawasan yang baik tidak akan banyak mendatangkan manfaat.
Konsep anggaran variabel merupakan sebuah pendekatan yang lazim dipakai
dalam perencanaan dan pengawasan biaya, karena di sini ditunjukkan dengan
tegas beban biaya yang seharusnya dikeluarkan pada berbagai tingkat
kegiatan. Dengankata lain anggaran biaya variabel dapat digunakan untuk
pedoman perencanaan dan pengawasan biaya pada berbagai tingkat kegiatan.
Tujuan pendekatan anggaran variabel yang utama adalah untuk menunjukkan
bagaimana dan sampai sejauh mana biaya dipengaruhi oleh volume output.
Pembicaraan tentang anggaran variabel harus diikuti oleh adanya pengertian
yang utuh tentang sifat-sifat biaya. Meskipun secara singkat telah diuraikan
pada bab terdahulu penjelasan tentang sifat-sifat dari ketiga jenis biaya (tetap,
variabel, dan semi variabel) akan diperluas pada bab ini.Sebelum itu perlu
digarisbawahi beberapa hal yang penting dalam rangka penyusunan budget,
variabel, yakni :
1. Jenis biaya dihubungkan dengan tingkat output maupun tingkat
kegiatam perusahaan.
2. Pemilihan satuan dasar kegiatan (activity base) yang tepat, yang
menunjukkan tingkat output atau kegiatan secara jelas.
3. Metoda dalam menganalisa masing-masing elemen biaya, untuk
menetapkan dengan betul berupa unsur tetap dan berapa unsur
variabelnya.
4. Penggunaan dan penerapan konsep anggaran variabel.
Biaya Tetap:
Telah dijelaskan bahwa biaya-biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah
biaya-biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah mengikuti perubahan
tingkat kegiatan maupun output. Dalam konsep anggaran variabel biaya ini
bersifat konstan dalam suatu relevant range tertentu. Pada pokoknya dalam
dunia praktis dikenal dua macam biaya tetap. Pertama, biaya-biaya tetap
yang tidak ditetapkan oleh keputusan-keputusan manajemen, seperti biaya-

biaya penyusutan aktiva tetap, pajak, asuransi. Dalam ketiga contoh tersebut,
besarnya biaya tetap tidaklah ditentukan oleh manajemen perusahaan.
Penyusutan misalnya: lebih banyak dipengaruhi oleh jenis aktiva tetap yang
dipakai (merk, umur ekonomis, nilai sisa, dan lain-lain karakteristik) dan
metoda penyusutan yang dipergunakan.
Dalam hal ini perlu pula dibahas beberapa ciri yang berhubungan dengan
penegertian biaya tetap . Ciri-ciri biaya tetap antara lain:
1. Controllability: Pada umunya semua biaya yang tergolong dalam
kategori biaya tetap dapat dikontrol oleh manajemen perusahaan.
Artinya secara umum manajemen perusahaan dapat mengendalikan
(sebagian besar) biaya tetap. Meskipun biaya penyusutan pada
umumnya dalam jangka pendek tidak dapat dikendalikan (non
controllable), tetapi untuk jangka panjang ia merupakan biaya yang
dapat dikendalikan (controllable). Sedangkan biaya tetap yang lain
(misalnya gaji) betul-betul merupakan biaya yang dapat dikendalikan
oleh manajemen perusahaan seperti apa yang telah diuraikan terdahulu.
2. Hubungannya dengan tingkat kegiatan perusahaan : tentu saja, biaya
tetap timbul akibat adanya kapasitas tertentu dalam perusahaan.
Selama suatu perusahaan memiliki kapasitas tersebut, ia tidak dapat
menghindari adanya unsur biaya tetap. Tetapi, dalam batas tertentu
biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat penggunaan kapasitas
tersebut. Hal ini akan lebih jelas dengan melihat beberapa contoh.
Biaya penyusutan misalnya, akan tetap membebani perusahaan tanpa
memandang berapa bagian dari kapasitas yang (tidak) digunakan.
Begitu pula halnya dengan gaji karyawan, asuransi, dan sebagainya,
selama masih berada dalam relevant range tertentu.
3. Relevant Range: Melengkapi \keterangan di atas, perlu ditegaskan
adanya Relevant range tertentu sebagai batas sampai sejauh mana
biaya-biaya betul-betul bersifat tetap. Hanya sedikit biaya yang betulbetul bersifat konstan dalam berbagai tingkat kapasitas, dari nol sampai
kapasitas penuh. Pada umunya, biaya-biaya tersebut akan bersifat tetap
pada suatu relevant range tertentu dan akan berubah di luar range
tersebut. Karena itu, memperhitungkan dan menetapkan relevant range,
sebagai batas berlakunya anggaran variabel, merupakan suatu
pekerjaan yang sangat penting.
4. Dasar Pengukuran: Biaya tetap pada umumnya diperhitungkan
berdasarkan satuan waktu, umpamanya bulan atau tahun. Kedua satuan

tersebut lebih lazim digunakan. Gaji karyawan misalnya, ditentukan


dengan dasar bulanan.
5. Konstan dalam total dan berubah dalam rata-rata: Artinya biaya-biaya
yang tergolong dalam kategori ini secara total tidak berubah pada
setiap periode waktu tetapi akan bersifat variabel apabila dilihat dari
segi biaya rata-rata persatuan output.
Biaya variabel:
Seperti halnya pada biaya tetap terdahulu, biaya variabel mempunyai
beberapa faktor yang perlu untuk diperhatikan di antaranya:
1. Controllability.
2. Hubungannya dengan tingkat kegiatan perusahaan.
3. Relevant Range.
4. Dasar Pengukuran.
5. Berubah dalam total dan konstan dalam rata-rata.
Biaya Semi Variabel
Sesuai dengan namanya biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini
berubah-ubah juga. Tetapi perubahan tersebut tidak sebanding dengan
perubahan tingkat kegiatan atau output perusahaan atau bagian yang
bersangkutan. Hal ini dapat diartikan bahwa biaya semi variabel mengandung
unsur-unsur biaya yang bersifat tetap maupun yang bersifat variabel.
Pemilihan satuan dasar kegiatan dan Relevant Range
Dalam hal ini perlu dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap pada dasarnya dtentukan berdasarkan satuan waktu, bulan atau tahun.
Hal ini relatif lebih mudah dilakukan, kerana semata-mata berdasarkan pada
pertimbangan manajemen dalam jangka pendek mendatang. Sebaliknya
beberapa masalah akan timbul dalam pemilihan satuan dasar kegiatan dalam
perkiraan biaya variabel.

Sebelum menetapkan satuan dasar kegiatan yang akan dipergunakan pada


satuan bagian, sebaliknya dipertimbangkan beberapa faktor berikut ini:

1. Satuan dasar kegiatan yang dipilih harus betul-betul mencerminkan


dan menjadi ukuran kegiatan (secara keseluruhan) bagian yang
bersangkutan.
2. Satuan dasar kegiatan yang dipilih harus mampu mengukur perubahanperubahan tingkat output yang dapat mengakibatkan perubahanperubahan tingkat biaya.
3. Satuan dasar kegiatan yang dipilih sedapat mungkin hanya dipengaruhi
oleh tingkat output sebagai faktor variabel.
4. Satuan dasar kegiatan yang dipilih harus mudah dipahami, mudah
dihitung dan dapat diaplikasikan dengan mudah dalam proses
penganggaran.
5. Satuan dasar kegiatan yang dipilih tidak mendatangkan biaya
tambahan dalam penghitungan dan penggunaannya.

Metoda-metoda dalam perhitungan variabilitas biaya

Perhitungan variabilitas biaya (secara total) akan menghasilkan dua


kelompok biaya, yakni kelompok biaya tetap per satuan waktu dan kelompok
biaya variabel per satuan dasar kegiatan. Biaya-biaya yang bersifat murni
variabel tentu saja sama sekali tidak memiliki unsur biaya tetap per satuan
waktu (nol). Sebaliknya biaya-biaya tetap tidak mengandung unsur biayabiaya yang betul-betul tetap tidak mengandung unsur biaya variabel per
satuan dasar kegiatan. Apabila biaya-biaya yang murni bersifat variabel
maupun yang bersifat tetap telah ditunjukkan, maka biaya-biaya lain dapat
diperlakukan sebagai biaya semi variabel. Setiap biaya yang bersifat semi
variabel harus dianalisa untuk ditentukan komponen-komponen tetap dan
variabelnya. Pembahasan ini didasarkan pada anggapan bahwa semua biaya
semi variabel dapat dipisahkan unsur-unsur biayanya secara realistis.

Pada buku I telah ditegaskan bahwa bahan mentah langsung dan tenaga kerja
langsung betul-betul merupakan biaya variabel. Keduanya berubah-ubah
sebanding dengan perubahan tingkat output. Sebaliknya gaji karyawan betulbetul merupakan biaya tetap. Sehingga, langkah lanjut yang diperlukan
adalah menganalisa biaya-biaya untuk upah tenaga kerja tak langsung yang
ternyata bersifat semi variabel. Dalam hali ini salah satu di antara ketiga
metoda berikut ini dapat dipergunakan. Metoda-metoda tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Metoda berdasarkan perkiraan langsung.


2. Metoda titik-titik tertinggi dan terendah.
3. Metoda korelasi.

Sebelum membahas satu demi satu ketiga metoda di atas perlu diingat
beberapa hal sebagai berikut:
1. Ketiga metoda di atas dipakai untuk tujuan yang sama, yakni
memisahkan unsur biaya tetap dan biaya variabel suatu biaya.
2. Data tentang biaya di masa lampau dipakai sebgai landasan perkiraan
biaya untuk masa mendatang.
3. Dipakai anggapan bahwa satuan dasar kegiatan telah dipilih dan
diterapkan sebelumnya.
4. Faktor Judgment merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
aplikasi setiap metoda.
5. Tidak satu metoda pun yang dapat dipakai untuk semua keadaan atau
bagian. Artinya semua metoda mempunyai kelebihan dan kekurangan,
sehingga dalam suatu keadaan mungkin diperlukan penggunaan ketiga
metode secara serentak.

Metode berdasarkan Perkiraan Langsung

Metoda ini pada dasarnya hanya dapat dipakai pada keadaan tertentu saja di
mana perhitungan unsur-unsur biaya secara kuantitatip tidak dapat dilakukan
karena sesuatu sebab. Dalam dunia praktis, memang hali ini sering dijupai
dan bahkan lebih sering dipakai oleh para perencana baiaya yang telah
berpengalaman dan ingin menghindari perhitungan-perhitungan yang
matematis. Meskipun demikian tidak dapat dikatakan bahwa metoda ini
dapat digunakan begitu saja tanpa memperhatikan data yang berhubungan.
Karena itu metoda ini dapat dilaksanakan dalam dua bentuk. Pertama,
berdasarkan perkiraan pihak yang terlibat langsung dan bertanggung jawab di
dalam proses produksi, dan kedua dengan berdasarkan pada analisa data
hustoris dsn kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen.

Secara umum dapat disebutkan beberapa keadaan di mana perkiraan


langsung ini layak digunakan, yakni :

1)
Suatu bagian baru saja didirikan, sehingga data historis biaya di bagian
tersebut tidak tersedia atau tidak memadai.
2)
Dilakukannya kegiatan yang tidak rutin, yang dapat menimbulkan
biaya yang cukup besar pada perusahaan umpamanya pengaturan kembali
peralatan-peralatan pabrik.
3)
Mulai dipakainya mesin baru, sehingga perusahaan bekerja dengan
kapasitas baru. Kemungkinan pula akibatnya biaya produksi berubah juga,
dan pola biaya historis tidak cocok lagi untuk estimasi biaya di masa
mendatang.
4)
Terjadi perubahan pada metoda produksi. Akibatnya kemungkinan pola
biaya berubah pula.
5)
Terjadi perubahan-perubahan kebijaksanaan manajemen yang mungkin
dapat mempengaruhi pola biaya.

Metoda titik-titik tertinggi dan terendah

Metoda yang kedua ini cenderung lebih bersifat kuantitatip daripada metoda
pertama. Yang berdasarkan pada perhitungan tingkat biaya (budget) pada dua
macam tingkat kegiatan tertentu. Asumsi garis lurus dipergunakan dalam
perhitungan ini. Komponen biaya tetap dan variabel dihitung dengan
melakukan interpolasi kedua tingkat biaya (pada kedua tingkat kegiatan)
dengan dasar asumsi tersebut.

Cara ini tampak sederhana dengan melihat anggapan hubungan garis lurus
tingkat biaya pada kedua tingkat kegiatan, yang sekaligus merupakan
kelemahan cara ini, karena pada kenyataan tidak semua biaya dapat
memenuhi anggapan tersebut. Kelemahan yang lain adalah, bahwa cara ini
semata-mata berdasarkan pada estimasi biaya di masa mendatang, bukan
pada data biaya yang telah lalu. Karenanya dibutuhkan ketajaman dari
pengalaman si pembuat anggaran agar estimasi yang dibuatnya cukup
realistis.

Secara keseluruhan, metoda titik tertinggi dan terendah ini dilakukan dengan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemilihan satuan dasar kegiatan yang tepat.


2. Penentuan relevant range sebagai titik tertinggi dan terendah.
3. Perkiraan biaya pada titik tertinggi dan terendah
4. Meng-interpolasikan kedua tingkat biaya pada kedua tingkat kegiatan,
dengan cara seperti yang tampak pada contoh diatas.

Metoda Korelasi

Menilik namanya, metode ini menggunakan salah satu alat analisa statistik.
Sebagai kebalikan dari metode titik tertinggi dan titik terendah, metode
korelasi lebih menitikberatkan data historis. Metoda ini dipakai dengan
melihat hubungan antara biaya dan tingkat kegiatan (output) di masa lampau.
Dengan melihat bagaimana niaya berubah-ubah mengikuti naik turunnya
tingkat kegiatan, dapatlah diperkirakan pola hubungan anta keduanya di masa
mendatang. Masalah akan timbul apabila terjadi perubahan-perubahan
metoda produksi, kebijaksanaan manajemen, dan lain-lain. Cara ini akan
lebih berhasil apabila didasarkan pada data bulanan, sehingga estimasi
bulanan dapat diperoleh. Hal ini ditekankan karena dalam hal ini perusahaan
dihadapkan pada estimasi jangka pendek (1 tahun). Seperti cara terdahulu,
cara ini terbatas pada anggapan hubungan garis lurus (linear) antara tingkat
biaya dan kegiatan, meskipun pada kenyataannya hunbungan yang non linear
tidak jarang dijumpai.

BENTUK-BENTUK ANGGARAN VARIABEL


Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan utama penyusunan anggaran
variabel adalah untuk pengawasan biaya-biaya pada bagian tertentu di dalam
perusahaan. Untuk keperluan tersebut anggaran variabel dapat ditampilkan
dalam berbagai bentuk sesuai dengan yang dikehendaki, yakni bentuk
fomula, tabel dan grafik.

Bentuk Formula:
Budget variabel yang disusun dalam bentu ini memberikan gambaran yang
jelas unsur tetap (biaya tetap per bulan) dan unsur variabel (biaya variabel
per output) yang dikandung oleh setiap pos biaya.

Bentuk Tabel:
Pada anggaran variabel yang ditampilkan dalam bentuk ini dapat dilihat
berapa besarnya biaya (total) pada masing-masing pos, pada berbagai tingkat
output.

Bentuk Grafik
Anggaran variabel yang ditampilkan dengan bentuk ini dipakai sebgai
pelengkap kedua bentuk sebelumnya. Secara jelas dapat digambarkan
hubungan antara output dengan biaya yang terjadi pada berbagai tingkat
output.

MANFAAT PENYUSUNAN ANGGARAN VARIABEL


Secara umum, seperti halnya anggaran-anggaran yang telah dibicarakan pada
bab-bab sebelumnya, manfaat penyusunan anggaran variabel adalah untuk
memudahkan pengawasan terhadap biaya-biaya yang terjadi (terutama di
bagian produksi yang merupakan tempat terjadinya beraneka ragam biaya).
Manfaat umum tersebut tentunya dapat diperinci menjadi beberapa butir yang
lebih tajam, yakni:

1. Untuk memudahkan penyusunan anggaran biaya-biaya yang terjadi di


semua bagian yang ada pada perusahaan.
2. Untuk memudahkan manajer menegtahui tingkat biaya yang akan
ditanggung oleh perusahaan pada suatu tingkat kegiatan tertentu.
3. Sebagai alat yang dapat dipakai dalam persiapan penyusunan
performance report.

Telah dikatakan semula bhawa anggaran variabel dapat disusun di semua


bagian pada perusahaan bagian produksi, penjualan, administrasi, dan lainlain meskipun ia lebih banyak dipakai di bagian-bagian yang berperanan
dalam proses produksi.Hal ini berkenaan dengan beberapa persyaratan umum
untuk dapat diterapkannya anggaran variabel seperti:

1. Kegiatan bagian yang bersangkutan lebih banyak bersifat pengulangan


(repetitive). Artinya, untuk jangka waktu yang relatif panjang kegiatan
bagaian tersebut tidak berubah ditinjau dari jenis output yang
dihasilkan. Pada umumnya bagian produksi tidak merubah jenis barang

yang dihasilkan, mesin-mesin yang digunakan, maupun metoda


produksi yang dipakai setiap tahun.
2. Terdapat bermacam-macam biaya yang bersifat heterogen. Pada bagian
produksi yang sederhana sekalipun, paling tidak terdapat biaya-biaya
untuk bahan mentah langsung dan tidak langsung, tenaga keja
langsung dan tak langsung, gaji mandor dan karyawan yang bekerja di
bagian tersebut, biaya bahan-bahan pembantu, listrik, air, dan lain
sebagainya. Masing-masing jenis biaya semakin bervariasi dengan
semakin sibuknya bagian ini.
3. Tingkat kegiatan maupun output dapat diukur secara realistis dengan
menggunakan satuan-satuan tertentu. Dalam hal ini bagian produksi
dapat dengan diukur tingkat kegiatannya, baik dengan satuan output,
jam mesin langsung maupun jam buruh langsung.

Penyusunan anggaran variabelini dilakukan pada tahap awal perencanaan.


Karena anggaran variabel tidak dikaitkan dengan tingkat output atau tingkat
kegiatan tertentu, maka ia dapat dipakai dalam mempersiapkan penyusunan
anggaran-anggaran biaya yang merupakan dasar perkiraan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Untuk lebih memperjelas, dapat
diambil sebuah contoh sebagai berikut (seperti pada awal bab).
BAB 2
MANFAAT ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN

Anggaran sebagai alat manajemen untuk keperluan perencanaan dan


pengawasan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan
ini diukur dari segi manfaat yang ingin diperoleh dari penggunaan sistem itu
di dalam pelaksanaannya. Semakin banyak dan rumit manfaat yang dituju,
semakin banyak persyaratan yang dituntut di dalam persiapan dan
penyusunannya. Demikian pula sebaliknya.

Persyaratan yang dimaksud meliputi:

1)

Jenis dan mutu data yang dapat disediakan.

2)
Sistem akuntansi keangan dan akutansi biaya yang digunakan (ekstra
atau intra komtabel).
3)
Sikap manajemen di dalam menanggapi adanya pengubahan biaya dan
harga-harga.
4)
Tingkat kewenangan yang diberikan pimpinan pada bawahannya
(sentralisasi atau desentralisasi wewenang) untuk mengubah anggaran.

Oleh karena itu manajemen perlu menentukan terlebih dahulu pilihan sasaran
dan manfaat apa yang ingin diperolehnya dari penggunaan anggaran sebagai
alat manajemen.

1. 1.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN ANGGARAN

Perkembangan anggaran dipandang dari segi manfaat yang ingin diperoleh


pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga tahapan. Ketiga tahapan beserta ciricirinya dapat diperiksa dari tabel berikut ini.

MANFAAT DAN CIRI-CIRI ANGGARAN

Ciri Akuntansi

Ciri-ciri Anggaran

Ekstra komtabel

3.1 Anggaran

Manfaat yang ingin


Diperoleh

1. Anggaran sebagai
alat penaksir

Bersifat statis (anggaran


fixed).
3.2 Tidak ada rekening

selisih biaya.
3.3 Analisa
penyimpangan biaya
dilakukan diluar sistem
akuntansi.
2.a.1 Anggaran bersifat
statis(fixed).
2.a.2 Diberi peluang
kemungkinan
pengalihan pos biaya.
2.a.3 Perlu alat monitor
untuk mengetahui
pengeluaran dana yang
sudah terjadi.
1. Ekstra Komtabel
1. Anggaran sebagai
plafon dan sekaligus
alat pengatur
otorisasipengeluaran
dana/kas

2.a.4 Analisis
penyimpanan biaya
dilakukan di luar sistem
akuntansi.
2.b.1 Anggaran bersifat
dinamis
(flexible/continous).
2.b.2 Biaya perlu
berkorelasi dengan
penghasilan penjualan
atau tingkat produksi.
2.b.3 Adanya rekening
selisih biaya sebagai
dasar analisa variance.
2.b.4 Perlu adanya
monitoring pengeluaran
dana/kas.
3.1 Anggaran bersifat
dinamis.
3.2 Perhitungan
anggaran atas dasar
angka standar.

1. Intra Komtabel

3.3 Biaya berkorelasi


dengan penghasilan
penjualan/produksi.
3.4 Adanya rekening
selisih biaya sebagai
dasar analisa variance.
3.5 Perlunya monitoring
pengeluaran kas/dana.
3.6 Dapat dilakukan
analisa variance secara
valid.

1. Anggaran sebagai
Pengukur efisiensi

Intra komtabel

Anggaran sebagai alat penaksir: dari segi manfaat yang dapat diperoleh ini
merupakan perkembangan yang paling awal dari anggaran sebagai alat
perencanaan. Aspek anggaran sebagai alat pengendali sedikit sekali dapat
diperoleh dari tahap ini. Sekali anggaran disusun dan disyahkan pada awal
tahun umumnya tidak lagi dilakukan pengubahan-pengubahan. Bilamana
terjadi pengubahan dalam kondisi, maka realisasi seakan-akan berjalan
terpisah dari anggarannya. Dengan demikian anggaran disusun hanya sebagai
formalitas.

Anggaran dengan manfaat yang minimal itu ternyata cukup banyak dijumpai
dalam praktek karena alasan-alasam berikut ini:
1)
Keadaan data yang minimal dan kurang akurat menyebabkan sulitnya
dilakukan proyeksi secara tepat.
2)

Tingginya kadar ketidakpastian yang dihadapi perusahaan.

Dengan demikian anggaran hanya berfungsi sebagai alat penentu arah. (Alat
perencanaan).

Anggaran sebagai plafon dan sekaligus alat pengatur otoritasi: Tahapan ini
sudah setingkat lebih maju. Bilamana sistem akuntansi biaya yang dipakai
bersifat ekstra komtabel, maka anggarannya bersifat statis. Akuntansi
keuangan mencatat apa yang sebenarnya terjadi dan melaporkannya.

Frekuensi pelaporan realisasi tidak perlu terlalu sering dilakukan. Bahkan


pelaporan yang lengkap sekali dalam setahun pun dapat dianggap cukup.
Meskipun monitoring terhadap pengeluaran anggaran harus dilakukan terus
menerus yang gunanya untuk mengetahui sampai seberapa jauh dana, yang
disediakan telah digunakan. Dengan demikian fungsi anggaran sebagai alat
pengendali dirasakan lebih menonjol dibandingkan dengan aspek
perencanaanya. Anggaran sebagai plafon biaya lebih dikaitkan dengan
jumlah biaya keseluruhannya dan bukan pada masing-masing jenis biaya,
oleh karena itu dimungkinan adanya pengalihan pos-pos biaya selama plafon
biaya keseluruhannya belum terlampaui. Tahapan ini terutama dipakai
mengingat:
1)
Data cukup tersedia sehingga memungkinkan dilakukannya estimasi
dengan cukup akurat.
2)
Manajemen tidak menghendaki diubahnya anggaran yang telah
disyahkan.

Pada tahapan berikutnya anggaran boleh diubah, asal pengubahan itu punya
dasar alasan tertentu yang dapat diterima. Harus ada cara tertentu yang
diterima yang menjelaskan bagaimana biaya/anggaran dapat diubah dalam
hubungannya dengan pengubahan tingkat penjualan atau tingkat produksi.
Pengubahan tingkat biaya terutama terjadi pada jenis biaya yang bersifat
variabel. Otorita dari pejabat yang mempunyai wewenang untuk menyetujui
adanya pengubahan diatur secara tersendiri.

Anggaran sebagai alatpenilai efisiensi: Tahapan ini merupakan tingkat


perkembangan yang paling akhir. Baik fungsi perencanaan maupun fungsi
pengendalian keduanya sama menonjolnya. Dari segi perencanaan angka
standar berfungsi sebagai multiplier yang akurat.
Karena itu anggaran dengan mudah dapat disesuaikan dengan tingkat
kegiatan yang sebenarnya tanpa perlu khawatir bahwa pengubahannya akan
bersifat berlebihan ataupun terlalu minim. Dari segi pengendalian jumlah
anggaran yang didasarkan atas angka standar yang benar juga berfungsi
sebagai alat penilai efisiensi, karena angka standar yang dipakai memang
efektif dan feasible. Sehingga realisasi biaya yang melebii atau kurang dari
jumlah uang dianggarkan dianggap merupakan pemborosan/penghematan

yang sebenarnya. Dengan demikian selisih biaya (analisa variance) benarbenar dapat dinilai sebagai penyimpangan dari yang seharusnya.

Anggaran pada tahap perkembangan yang terakhir ini membutuhkan


persyaratan yang paling lengkap, antara lain:
1)
Sudah tersedianya perhitungan standar untuk semua jenis biaya yang
bersifat variabel.
2)
Perlunya frekuensi pelaporan rigi/laba yang lebih sering, sehingga
penyimpangan yang terjadi dapat segera diketahui akibatnya terhadap
keuntungan, dan dicegah terulangnya kembali bila tidak diinginkan.

2. PEMILIHAN MANFAAT ANGGARAN YANG COCOK BAGI


SUATU PERUSAHAAN

Dengan adanya tiga tingkat perkembangan manfaat anggaran yang berbeda,


perlu dilakukan pemilihan manfaat anggaran yang mana yang cocok bagi
suatu perusahaan. Pemilihan manfaat yang cocok ini harus
mempertimbangkan ciri-ciri industri dan persaingan yang dihadapi
perusahaan serta pengaruh ciri-ciri tersebut terhadap sifat anggarannya. Ciriciri yang dimaksud antara lain:
1)
Sifat persaingan yang dihadapi. Persaingan yang hebat menuntut sifat
anggaran yang lebih luwes (fleksibel) dibanding dengan perusahaan yang
menghadapi persaingan yang tidak terlalu ketat.
2)
Sifat penjualan produk perusahaan. Perusahaan yang menjual sebagian
besar hasil produksinya untuk pemesan-pemesan tertentu akan mempunyai
peluang untuk mengubah anggarannya yang berbeda dengan perusahaan
yang berproduksi untuk pasar semata-mata. Bagi perusahaan yang sangat
tergantung pada pemesan akan menentukan rencana penjualannya pada jenis
pesanan yang diterima, sehingga pada akhir sesuatu tahun perusahaan perlu
memperoleh kepastian tentang jenis produk yang dipesan untuk taun
anggaran berikutnya. Sedangkan bagi perusahaan yang berproduksi untuk
pasar akan dapat melakukan analisa tentang barang yang banyak diminta
pasar dari data penjualan yang lalu.

3)
Sifat proses produksinya, untuk perusahaan yang berproduksi selama
24jam sehari terus menerus selama tahun, seperti pada perusahaan tekstil
perusahaan semen, perusahaan botol, perusahaan kaca dan sebagainya, akan
sangat sulit untuk mengubah rencana produksinya dalam jangka waktu
pendek. Sehingga rencana penjualan yang digunakan sebgai dasar
penyusunan rencana produksi betul-betul harus disusun secara cermat dengan
pengubahan yang sekecil mungkin. Sebaliknya untuk perusahaan yang proses
produksinya bersifat intermittent, akan lebih mudah untuk menyesuaikan
kegiatan produksinya dengan adanya pengubahan pada rencana
penjualannya.

4)
Tingkat pemanfaatan kapasitas yang ada. Perusahaan yang sudah
menggunakan kapasitas produksi yang dimilikinya secara penuh mempunyai
tingkat peluang yang berbeda untuk mengunah anggarannya dibanding
perusahaan yang belum berproduksi secara penuh.

Ciri-ciri industri serta persaingan di atas akan sangat berpengaruh terhadap:


1) Pemilihan segmen pasar dan jenis pembeli yang menjadi sasaran
pemasaran hasil produksi.
2) Kebijaksanaan tentang mutu produk, harga serta pelayanan pada pembeli.
3) Pilihan kebijaksanaan product-mix.
4) Pemeliharaan kondisi mesin sehingga selalu siap berproduksi sepanjang
tahun.
5) Program-program penelitian dan pengembangan yang diperlukan untuk
memelihara kemampuan bersaing.
Kondisi-kondisi serta batasan-batasan di atas pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap anggaran sebagai suatu sistem, khsusunya yang
bersangkutan dengan isi atau materi anggaran mekanisme cara
penyusunannya, penyediaan dana yang diperlukan, serta fleksibilitas yang
dimiliki oleh anggaran ini sebagai alat manajemen.

Beberapa contoh yang dipetik dari beberapa pengalaman beberapaperusahaan


dapat dijelaskan sebagai berikut:

3. ILUSTRASI CARA PEMILIHAN MANFAAT ANGGARAN


Contoh 1: Perusahaan Tegel Diamond (produsen tegel berbagai jenis)

Dibawa ini akan diberikan ilustrasi bagaimana perusahaan dengan berbagai


kondisi yang dihadapinya akhirnya memilih manfaat anggaran yang
dianggapnya tepat.
Faktor relevan yang perlu dipertimbangkan adalah:
1)
Perusahaan ini menghasilkan beberapa jenis tegel dengan warna abuabu, tegel berwarna dan tegel teraso, dengan ukuran 20 x 20 cm; 30 x 30 cm
dan 40 x 40 cm.
2)
Produksinya 50% atas dasar pesanan dan 50% untuk pasar (dalam
bentuk persediaan siap dijual).
3)
Memiliki data pemakaian standar untuk bahan baku dan bahan
penolong bagi masing-masing jenis tegel yang dibuat.
4)
Harga jual tertentu untuk setiap jenis produk dengan kemungkinan
pemberian potongan karena perbedaan jumlah pembelian ataupun cara
pembayaran.
5)
Tingkat penjualan terpengaruh oleh musim (panas-penghujan) dari
termin anggaran proyek-proyek Pemerintah.
6)

Jumlah modal kerja yang terbatas.

7)
Persaingan cukup kuat, terutama karena perbedaan mutu produksi dan
kecepatan pelayanan.
8)

Sistem akuntansi masih sangat sederhana, mencatat data apa adanya.

Pilihan manfaat anggaran: anggaran sebagai plafon biaya dan alat pengatur
otorisasi
dengan prosedur anggaran fleksibel/continous.

Anggaran ini disusun dengan mekanisme sebagai berikut:


1)

Ditentukan sasaran penjualan untuk setahun Neraca garis besar saja.

2)

Anggaran tahunan diperinci dalam anggaran bulanan.

3)
Dipilih prosedur anggaran kontiunes yang direvisi setiap bulan untuk
disesuaikan dengan pesanan yang masuk dan minat pembeli yang dimonitor
dari waktu ke waktu.
4) Anggaran penjualan yang disusun oleh bagian penjualan diserahkan
kepada bagian produksi untuk biaya-biayanya.
5)
Ditentukan plafon biaya untuk setiap bulan sesuai dengan rencana
produksinya.

Contoh 2 : Perusahaan Bumper Mega Steel, (produsen bumper mobil)

Faktor relevan yang perlu dipertimbangkan:


1)
Penjualan 100% berdasarkan pesanan yang datang dari beberapa
perusahaan karoseri langganannya. Setiap bulan disusun rencana penjualan
berdasarkan pesanan yang masuk.
2)

Penjualan dilakukan secara kredit dengan jangka waktu satu bulan.

3)
Bahan baku lempengan besi dibeli dari luar kota, sehingga pembelian
harus dilakukan secara cermat agar kelancaran proses produksi tidak
terganggu.
Pembelian bahan secara kredit untk jangka tiga bulan.

4)
Mengingat jumlah mesin (mesin press dan mesin roil) masing-masing
hanya sebuah, maka bagian maintenance harus selalu menjaga agar mesin
dalam kondisi baik dan siap dipergunakan.
5)
Salah satu faktor penentu untuk hasil produksi adalah untuk verchcome
yang belum mampu dikerjakan sendiri. Oleh karena itu pemilihan perusahaan
verchome yang diserahi tugas ini harus dilakukan secara cermat dan diawasi
dari waktu ke waktu.
6)
Sistem akuntansinya bersifat ekstra konstabel, sudah menggunakan
kode rekening dan sudah ada pengelompokan biaya.
7)
Besarnya persediaan komponen-komponen bumper ditentukan untuk
jangka kebutuhan satu bulan.
8)

Penentuan harga jual didasarkan atas metode cost-plus.

Manfaat anggaran yang dipilih : anggaran sebagai plafon biaya yang sifatnya
fixed
dan alat pengukur otorisasi uang keluar.

Dengan ciri-ciri anggaran sebagai berikut:


1)
Bagian pemasaran memberikan informasi tentang order penjualan yang
masuk setiap bulan kepada bagian produksi.
2)

Bagian produksi menyusun anggaran secara fisik.

3) Anggaran secara fisik diserahkan pada bagian akuntansi dan keuangan


untuk dihitung biaya-biayanya dan keuangan yang dapat diharapkan.
4)

Anggaran ini kemudian diserahkan pada pimpinan untuk disyahkan.

Contoh 3: Perusahaan kopi bubuk Loji Rejo (produsenkopi bubuk).

Faktor relevan yang perlu dipertimbangkan:


1)
Pembelian biji kopi berasal dari luar daerah yang hanya tersedia pada
saat-saat panen kopi. Karena itu persediaan kopi biji harus memadai agar
proses produksi tidak terganggu.
2)
Harga jual ditentukan atas dasar metode cost-plus, dalam hal ini
perusahaan lebih mengutamakan ongkos hasil produksinya, dan tidak terlalu
tergantung pada harga jual produk pesaing.
3)
Cara penjualan dilakukan sebagian tunai, sebagian lagi kredit,
tergantung pada besar kecilnya pembelian serta langganan bukan langganan.
Harga penjualan sama untuk setiap agen untuk menjaga terjadinya perang
harga antaragen. Berproduksi untuk pasar.
4)

Saluran distribusi yang digunakan:

Untuk luar kota: Produsen-agen-pengecer-konsumen.


Untuk dalam kota : produsen-pengecer-konsumen.
5)
Strategi pemasaran menekankan pada mutu kopi yang baik, harga
wajar, pelayanan yang cepat.
6)
Melakukan promosi penjualan secara teratur,lewat iklan bioskop dan
surat kabar, kalender, stiker, spanduk, pemberian macam-macam hadiah.
7)
Untuk menjamin kontinyuitas produksi serta mutu produksi perusahaan
menjaga persediaan biji kopi dalam jumlah yang memadai.
8)
Perusahaan menjual kopi dengan berbagai merek untuk membedakan
mutu masing-masing. Setiap merek mempunyai komposisi kopi yang
berbeda sesuai mutu yang telah ditentukansebelumnya.

Manfaat anggaran yang dipilih : anggaran hanya sebagai alat penaksir


besarnya penghasilan, biaya dan keuntungan.

Anggaran yang disusun mempunyai ciri:

1) Anggaran tahunan yang diperinci ke dalam kegiatan triwulanan dan


bulanan untuk triwulan yang berjalan.
2) Anggaran ini merupakan anggaran fixed, yang tidak akan diuba selama
setaun.
3)
Penyimpangan-penyimpangan hanya akan dianalisa pada akhir tahun
dengan membandingkan antara data akuntansi dengan data anggaran.

Contoh 4 : Perusahaan Botol Gelas Indonesia (produsen botol dari gelas


untuk
berbagai perusahaan.

Faktor relevan yang dihadapi perusahaan:


1)
Menghasilkan botol berbagai ukuran, warna botol dan bentuk botol,
kususnya untuk industri makanan dan minuman (seperti minuman ringan,
bier, kecap, dan sirup), industri farmasi, industri kosmetika dan industri
festisida. Dengan demikian pembeli botol ini adalah pembeli industri.
2)
Sifat penjualan dan produksinya hampir seluruhnya dari kontrak
pembelian/ pesanan jangka panjang dengan persyaratan-persyaratan yang
telah disepakati sebelumnya.
3)
Menghadapi persaingan yang bersifat oligopolistie, yaitu adanya
beberapa perusahaan botol gelas besar yang dominan, di samping beberapa
pengusaha lain yang relatif kecil. Perusahaan-perusahaan besar saling
mengamati kebijaksanaan yang diambil perusahaan pesaingnya secara ketat.
Hal itu mengakibatkan tidak mudahnya mengubah kebijaksanaan tertentu
tanpa menimbulkan reaksi yang sepadan dari perusahaan yang menjadi
pesaingnya.
4)
Rencana produksi yang didominir oleh pemesan-pemesan botol dalam
jumlah besar dengan persyaratan teknis yang ketat, di samping adanya
pembeli-pembeli kecil dengan persyaratan yang lemak. Hal itu berakibat
perlunya menjaga mutu hasil produksi secara terus menerus untuk dapat
memelihara hubunngan baik dengan segmen pasar yang dominan.

5)
Kegiatan produksi yang dijalankan setahun penuh 24 jam sehari. Hal
itu menghendaki perencanaan produksi secara cermat tanpa pengubahanpengubahan secara mendadak.
6)
Kapasitas produksi dan kemampuan pembelanjaan yang terbatas dan
diharapkan dan permintaan pasar yang terus berkembang, di samping
semakin meningkatnya kapasitas produksi yang dimiliki pesaing, hal itu
menuntut perusahaan untuk dapat memanfaatkan kapasitas produksinya yang
ada sebaik mungkin.
7)
Telah dimilikinya beberapa angka standar dalam penentuan harga
pokok produksi masing-masing jenis botol, dan angka standar ini masih akan
dikembangkan lebih lanjut.
8)
Telah dilaksanakannya sistem akuntansi keuangan secara mapan dan
baik, meskipun masih bersifat ekstra komtabel. Sudah dimulai proses
komputerisasi untuk menyusun laporan rugi/laba dan neraca secara bulanan.
9)
Telah melaksanakan sistem anggaran sebagai anggaran sebagai alat
pengatur otorisasi dan plafon biaya selama beberapa tahun.
10) Perusahaan sedang dalam proses untuk:
1. Menyempurnakan sistem akuntansi keuangan yang betul-betul
mencerminkan responsibility accounting (akuntansi
pertanggungjawab) yang bersifat intra komtabel.
2. Sedang menyusun sistem akuntansi biaya, sehingga mampu
menghitung harga pokok produksi masing-masing jenis botol secara
tepat.
3. Sedang menyusun pedoman cara penganggaran yang lebih baik dan
disesuaikan dengan struktur organisasinya yang baru saja dirombak.\
4. Lebih menyempurnakan lagi perhitungan biaya standar untuk berbagai
ilmu biaya.

Manfaat anggaran yang dipilih : Anggaran sebagai alat penilaian efisiensi.

Dengan ciri-ciri anggaran sebagai berikut :


1) Anggaran disusun untuk jangka satu tahun, dibagi dalam triwulanan
dan bulanan untuk triwulan berjalan.
2)
Dimungkinkan untuk mengubah anggaran bilamana perhitungan
standar memang diubah.
3)
Dilakukan koordinasi yang sangat erat, bilamana perlu dilakukan
kontrak harian, antara departemen pemasaran dengan departemen produksi
untuk memungkinkan pemanfaatan kapasitas yang ada semaksimal mungkin
sesuai dengan tuntutan para pemesan botol dengan kerugian-kerugian teknis
sekecil mungkin.
4)
Dilakukannya evaluasi pelaksanaan anggaran secara bulanan dengan
cara membandingkannya dengan laporan akuntansi yang juga disusun secara
bulanan.

Dengan berbagai ilustrasi di atas, dapat kita amati bahwa:


1) Anggaran tidak selalu mengambil jangka waktu tahunan, hal itu
tergantung pada derajat ketidakpastian yang dihadapi perusahaan.
2) Manfaat yang maksimal yang dapat diperoleh dari anggaran sebagai alat
manajemen ternyata membutukan persyaratan yang berat yang tidak selalu
dapat dipenuhi oleh setiap perusahaan. Perusahaan dengan jumlah dan mutu
informasi
yang kurang memadai harus cukup puas dengan anggaran
sebagai alat penaksir saja.
3) Pemilihan prosedur anggaran fixed ataupun continues ternyata tidak
hanya dipengaruhi oleh ketetpatan informasi yang dapat diperoleh, tetapi
juga oleh cara- cara penjualan yang dipergunakan.

Dengan berbagai contoh tentang pemilihan manfaat permasalahann menjadi


jelas bagi kita bahwa sebelum perusahaan mulai menyusun dan
menggunakan sistem anggaran sebagai alat manajemen untuk kepentingan
perencanaan dan pengawasan, maka perusahaan harus melakukan pemikiran
secara sungguh-sungguh berdasarkan fakta yang ada manfaat anggaran yang

mana yang paling cocok untuk dipilih dan dipakai sebagai dasar tindakan
selanjutnya.

BAB 3
ANGGARAN PIUTANG

1. I.

Pengantar

Piutang adalah salah satu bentuk investasi. Dia tidak berbeda dengan
investasi lain seperti investasi yang berujud dana Kas dan Bank. Persediaan
berbagai macam ( bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi ) dan
sebagainya. Sebagai salah satu bentuk investasi maka piutang dagang :
(a)

Menyerap sejumlah dana modal kerja.

(b) Mempunyai usia tertentu sesuai dengan waktu keterikatannya.


(c)

Mempengaruhi tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan.

(d) Perlu dimonitor tingkat efisiensi pengelolaannya dari waktu ke waktu.

Sebagai salah satu bentuk kekayaan piutang dagang masuk sebagai salah satu
unsur aktiva lancar. Dengan demikian piutang dianggap memiliki waktu
perputaran yang cepat yang kurang dari satu tahun. Meskipun piutang dagang
adalah aktiva lancar, namun sekali dibuat keputusan oleh pimpinan untuk
melaksanakan penjualan dengan kredit, maka kebutuhan dana untuk
membelanjai piutang akan berlaku terus-menerus, sehingga sumber
pembelanjaan dana piutang paling tidak sebagian harus berjangka panjang.
Piutang dagang sebagai investasi akan memberikan manfaat tertentu bagi
perusahaan, di samping menimbulkan berbagai beban biaya. Sehingga
masalah yang harus dipecahkan adalah apakah nilai manfaat yang diperoleh
melebihi beban biaya yang ditimbulkannya.

2. Manfaat yang diperoleh :


Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan penjualan
kredit antara lain :
1)
Merupakan upaya untuk meningkatkan omset penjualan. Pembeli yang
tidak memiliki likuiditas tinggi mungkin sekali akan terdorong untuk
melakukan pembelian, ataupun pembelian biasa yang jumlahnya kecil akan
terdorong untuk membeli lebih banyak dengan ditawarkannya kredit pada
mereka. Dengan demikian kebijakan kredit dapat meningkatkan daya saing
perusahaan itu. Apalagi bilamana pesaing telah melakukan hal itu terlebih
dahulu, maka tiada jalan lain bagi perusahaan untuk tidak melaksanakan hal
serupa bilamana kita tidak ingin kehilangan langganan.
2)
Dengan meningkatnya volume penjualan maka keuntungan pun
diharapkan akan meningkat. Dengan demikian kredit akan mempunyai akibat
yang positif dari segi penilaian investasi secara keseluruhan.
3)
Dengan adanya hubungan hutang piutang maka hubungan dagang
antara perusahaan dengan para pembelinya menjadi lebih erat, sehingga
kredit menjamin kontinyuitas hubungan.
4)
Pada jenis usaha tertentu, seperti produsen rumah murah dan
perdagangan kendaraan bermotor, di mana hubungan kredit berjangka lama
maka kredit menciptakan keuntungan tambahan bagi penjual. Keuntungan
yang diperoleh bukan saja dari hasil menjual lebih banyak, melainkan juga
dari selisih bunga modal yang diperhitungkan terhadap pembeli dengan
bunga modal pinjaman yang sebenarnya harus dibayarkan pada Bank sebagai
sumber dana pembelanjaan piutang. Praktek yang berlaku dalam usaha
perdagangan kendaraan bermotor: Dealer memperhitungkan bunga 2%
sebulan terhadap pembeli kendaraan, sedangkan Bank sebagai supplier dana
sebenarnya hanya memperhitungkan 1% sebulan bagi kreditnya pada Dealer
kendaraan. Dengan demikian Dealer memperoleh laba bunga netto sebesar
1% dari kredit yang diberikannya pada pembeli kendaraan bermotor.

Meskipun kredit mempunyai akibat positif bagi pengusaha, tetapi juga


bukannya tanpa beban ataupun resiko yang harus ditanggung.

3. Berbagai beban yang timbul sebagai akibat pemberian kredit

Berbagai jenis beban dan biaya yang timbul karena perusahaan


menjual dengan kredit antara lain berupa :

1) Beban biaya modal. Piutang sebgai salah satu bentuk investasi akan
menyerap sebgaian dari modal perusahaan yang tersedia. Bila perusahaan
menggunakan modal sendiri seluruhnya, maka dengan adanya piutang modal
yang tersedia untuk investasi bentuk lain (persediaan, aktiva tetap dan
sebagainya) akan berkurang. Dengan demikian biaya modal besarnya sama
dengan biaya modal sendiri. Bilamana modal sendiri tidak mencukupi
sehingga perusahaan terpaksa menggunakan pinjaman Bank, maka akan
timbul beban biaya yang eksplisit yaitu dalam bentuk bunga modal pinjaman.
Oleh karena itu piutang sebagai investasi, dibelanjai dengan modal sendiri
atau modal dari luar, selalu menambah beban tetap berujud biaya modal.
Dengan adanya piutang dagang kebutuhan modal kerja akan meningkat.

2) Selain beban biaya modal maka piutang juga menimbulkan jenis biaya
lain yaitu biaya administrasi piutang. Biaya administrasi piutang terdiri dari :
1. Biaya organisasi atau unit kerja yang diserahi tugas mengelola piutang,
yaitu gaji dan jaminan sosial lain bagi petugas penagihan dan
pengadministrasian piutang. Agar piutang dibukukan secara tertib dan
ditagih pada waktunya maka perlu dibentuk seksi atau urusan khusus
yang mengurusi hal itu.
2. Biaya penagihan piutang. Piutang agar dibayar pada waktunya, perlu
dilakukan usaha khusus untuk menagihnya. Mungkin berupa biaya
telpon, surat menyurat, telgram, ataupun Biaya Perjalanan bagi se
penagih piutang.

3) Piutang mungkin tidak seluruhnya dapat ditagih, karena debitur lari


ataupun bangkrut. Dapat saja timbul piutang macet atau tak tertagih sama
sekali, sehingga mengakibatkan adanya piutang tak tertagih (Bad debts)
sehingga perlu dibentuk cadangan piutang ragu-ragu yang dibentuk lewat
penyisihan
sebagian dari keuntungan penjualan.
Pembentukan cadangan inilah merupakan salah satu bentuk biaya piutang.

4. Kebijaksanaan Piutang
Karena piutang dapat memberikan tambahan keuntungan tetapi juga
dapat mengakibatkan timbulnya kerugian, maka perlu dibuat suatu
kebijaksanaan yang jelas yang mengatur tentang masalah itu.
Berbagai langkah yang perlu dipersiapkan antara lain meliputi :
1)
Dibentuknya unit kerja atau seksi yang khusus ditugaskan mengurusi
piutang. Tugas pokok dari unit kerja ini meliputi :
1. Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit.
2. Menseleksi para calon debitur.
3. Membukukan transaksi kredit yang terjadi.
4. Melakukan penagihan piutang.
5. Membukukan mutasi kredit/piutang.
6. Menyusun dan mengklasifikasikan piutang outstanding menurut
usianya masing-masing.
7. Membuat analisa dan evaluasi piutang sebgai salah satu bentuk
investasi.
8. Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang.
9. Membuat laporan tentang pengelolaan piutang bagi para pengambil
kebijakan tentang piutang.

2)
Digariskannya kebijakan piutang yang jelas untuk dapat digunakan
sebagai pedoman bagi unit kerja yang mengurusi piutang.
Kebijakan ini meliputi :
1. Penentuan Plafon kredit untuk berbagai jenis atau tingkatan
debitur/langganan.
2. Penentuan jangka waktu kredit.
3. Pedoman melakukan seleksi calon debitur (berdasarkan 5C atau 3R
4. Penentan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat dibenarkan
sebagai dasar penentuan besarnya cadangan piutang ragu-ragu.
5. Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk
mengadministrasikan piutang.

3)

Penentuan kriteria untuk mengukur efisiensi pengelolaan piutang.

Berbagai kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator efisiensi


pengelolaan piutang adalah:
1. Tingkat perputaran piutang, yang rumusnya adalah :

Penjualan Kredit Netto (setahun)


Piutang rata-rata (awal dan akhir tahun)

1. Persentase piutang tak tertagih yang sebenarnya. Tingkat persentase ini


perlu dibandingkan dengan rata-rata piutang tak tertagih untuk industri
ataupun usaha lain yang sejenis. Selama tingkat persentase ini relatif
sebanding, maka efisiensi pengelolaan piutang oleh perusahaan masih
dapat dianggap dalam batas kewajaran. Bilamana persentase ini
melebihi industri atau usaha lain sejenis, mak perlu dilakukan
penganalisaan khusus untuk mengetahui sebab-sebabnya secara jelas.

1. Usia piutang rata-rata. Dari daftar piutang yang ada dapat


dikelompokkan berapa % dari piutang masih berada dalam batas waktu
piutang yang seharusnya, berapa % satu bulan terlambat/dua buan
terlambat/ tiga bulan terlambat dan sebagainya. Dengan cara ini kita
akan dapat memperkirakan berapa dari piutang outstanding sebenarnya
masih memiliki nilai ekonomis sebagai kekayaan dan berapa yang
seharusnya perlu diragukan atau bahkan perlu dihapuskan. Dari
pengelompokkan ini kemudian dapat dipisahkan kelompok debitur
yang masih bonafid, kelompok yang perlu memperoleh perhatian
secara lebih seksama, kelompok yang memerlukan penanganan secara
khusus, dan kelompok yang seharusnya dihapuskan dari daftar debitur.

Dengan cara seperti ini perusahaan akan memperoleh gambaran secara


seksama tentang nilai ekonomis yang nyata dari piutang-piutangnya.

1. Biaya pengelolaan setiap Rp 1,- juta piutang. Seperti telah diuraikan di


muka, piutang sebagai salah satu bnetuk investasi menimbulkan biaya
yang berupa:
1)

Biaya modal.

2)

Biaya administrasi piutang.

3)

Biaya yang berupa piutang tak tertagih.

Berbagai biaya piutang ini ada yang bersifat fixed seperti gaji personil
penagih piutang, ada yang bersifat variabel seperti biaya

perjalanan/penagihan piutang. Keseluruhan biaya inilah yang kita namakan


biaya pengelolaan piutang. Jumlah biaya ini berubah dari waktu ke waktu,
antara lain karena :
1)

Perbedaan jumlah nasabah yang harus dilayani.

2)

Perbedaan nilai piutang keseluruhan yang harus dikelola.

3)
Perbedaan fungsi piutang atau penjualan dengan kredit dari waktu ke
waktu berhubung dengan adanya perbedaan kondisi persaingan dan situasi
ekonomi secara umum.
4)

Perbedaan jangka waktu kredit yang diberikan.

Oleh karena adanya perbedaan jumlah biaya dari waktu ke waktu,


maka dapat dilakukan analisa trend tentang
biaya pengelolaan piutang
per Rp 1,- juta piutang
yang diberikan. Dengan demikian akan
diperoleh gambaran tentang semakin efisien atau kurang efisiennya
pengelolaan piutang.

5. Ilustrasi Kasus Keputusan tentang Piutang


Kasus hipotesis sebagai berikut : perusahaan dagang berikut selama
ini melaksanakan transaksi tunai seluruhnya. Pada saat terakhir perusahaan
merasa terancam karena perusahaan pesaingnya menawarkan fasilitas kredit
pada para langganan mereka. Sehingga para langganan yang biasa membayar
tunai mulai menanyakan kemungkinan pembelian kredit seperti yang
dilakukan perusahaan pesaing.

Data keuangan setahun terakhir menunjukkan angka-angka seperti berikut:

Struktur Kekayaan

Struktur Modal

Aktiva lancar
6.000.000,-

Modal Asing

Rp 16.000.000,-

Rp

Aktiva Tetap
14.000.000,-

Rp 4.000.000,-

Modal Sendiri

Rp

Rp 20.000.000,-

Rp

20.000.000,-

Modal asing berupa pinjaman jangka panjang dengan harga bunga 20%
setahun.
Laporan Rugi Laba Usaha, setahun
Penjualan tunai
50.000.000,-

Rp

Harga Pokok Penjualan (80%)


40.000.000,Laba Kotor

=
=

Rp

Rp 10.000.000,-

Biaya usaha:

Biaya Penjualan

= Rp 2.500.000,-

Biaya Umum & Administrasi

= Rp 2.500.000,-

Rp 5.000.000,Laba Usaha (No. 1/EBIT)


5.000.000,-

Rp

Bunga 20% x Rp 6.000.000,1.200.000,-

Rp

Laba sebelum pajak (EBT)


3.800.000,-

Rp

Pajak 15%
570.000,-

Rp

Laba setelah pajak (EAT)


3.230.000,-

Catatan :

Rp

Biaya Penjualan 50%fixed.

Biaya Umum & Administrasi 100% fixed.


Keputusan yang sedang dipertimbangkan perusahaan :
1)
Perusahaan akan menawarkan penjualan kredit dengan jangka 2
minggu atau 15 hari kerja kepada semua pembelinya. Akibat yang
diperkirakan adalah:
1. Penjualan keseluruhan akan meningkat 20% yang akan diikuti dengan
kenaikan harga pokok penjualan yang seimbang.
1. Kebutuhan dana modal kerja akan meningkat sesuai jangka waktu
kredit yang diberikan. Tambaan dana ini akan dibelanjai dengan kredit
Bank pada tingkat bunga yang sama seperti sebelumnya.
2. Akan ada biaya administrasi kredit sebesar Rp 500.000,- seluruhnya
fixed.
3. Jumlah Bad Debts diperkirakan sebesar 1% dari penjualan kredit
keseluruhan.

2)

Bilamana hal diatas harus diperoleh dengan kredit 30 hari kerja.

3)

Seandainya seperti pada (a) harus dicapai pada tingkat Bad Debts 2%.

Apakah keputusan pemberian piutang ini harus diterima?

Semula Alternatif 1

Alternatif2

Alternatif 3

Penjualan (ribuan)
60.000

50.000

Harga Pokok Penjualan


(80%) 40.000
48.000
Laba Kotor
12.000

60.000

48.000

60.000

48.000

10.000

12.000

12.000

2.500

2.750

2.750

500

500

2.500

2.500

600

600

Niaya Usaha:

Biaya Penjualan
2.750

Biaya Adm. Piutang

500

Biaya Umum &Adm.


2.500

Bad Debts
1.200
5.000

6.350

2.500

6.350

6.350

Laba Usaha (EBIT)


5.050

5.000

5.650

Bunga
1800

1.200

1.800 1)

2.400 2)

Laba Sub.pajak
3.250

3.800

3.850

3.250

Pajak 15%
487,5
Laba Bruto
2.762,5

570

577,5

3.230

3.272,5

5.650

487,5
2.762,5

Rent.Ekonomis
21,9%

25%

24,5%

21,7%

Rent. MS
18,7%

23%

23,3%

19,7%

Tambahan pinjaman/modal yang dibutuhkan :


Alternatif 1

= (60.000.000 : 300 Hk) x 15 Hk

Bunga = 20% x (6.000.000 + 3.000.000


Alternatif 2

= 1.800.000

=(60.000.000 : 300 Hk) x 30Hk

Bunga = 20% x (6.000.000 +6.000.000

= 3.000.000

= 6.000.000

= 2.400.000

Dengan memperbandingkan akibat yang terjadi atas ketiga alternatif


keputusan di atas dapat kita simpulkan bahwa:

a)
Keputusan yang benar hanyalah Alternatif 1, yaitu dengan memberikan
kredit selama 2 minggu dan terjadi peningkatan penjualan keseluruhan
sebanyak 20% . Sehingga meskipun rentabilitas ekonomis menurun dengan
0,5% ( dari 25% menjadi 24,5%) namun rentabilitas modal sendiri meningkat
dengan 0,3% (dari 23% menjadi 23,3%). Hal itu terjadi karena pada satu
pihak jumlah modal sendiri yang digunakan tidak berubah (yakni Rp 14 juta),
sedang di lain pihak keuntungan sesudah pajak meningkat dengan Rp
42.500,- (dari Rp 3.230.000,- menjadi Rp 3,272.500,-).
b) Alternatif keputusan yang lain harus ditolak atau dihindari, karena
keduanya akan menurunkan baik jumlah laba bersih absolut dengan Rp
467.500,- ( dari Rp 3.230.000,- menjadi Rp 2.762.500,-), rentabilitas
ekonomis dengan 3,3% untuk alternatif 2 dan 3,1 % untuk alternatif 3, dan
rentabilitas modal sendiri dengan 3,3%.

Perhitungan di atas dapat juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan


marginal, yaitu pendekatan yang memperhitungkan berbagai tambahan yang
terjadi sebagai akibat berbagai alternatif keputusan itu sebgai berikut :

Analisa Marginal (tambahan):

Alt.1

Tambahan penjualan
10.000

Alt.2

Alt.3

10.000

10.000

8.000

8.000

2.000

2.000

(a) Administrasi Penjualan


250

250

250

(b) Administrasi Kredit


500

500

500

(c) Bad Debts


600

600

600

Tambahan EBIT
50

650

650

Tambahan bunga
600

600

1.200

Tambahan Harga Pokok Penjualan


8.000
Tambahan Laba Kotor
2.000

Tambahan Biaya:

1.350

1.350

1.350

Tambahan EBT
550

50

Tambahan pajak
82,5
Tambahan EAT
467,5

550

7,5

82,5

42,5

467,5

Kesimpulan yang kita peroleh akan sama seperti pendekatan total yang kita
lakukan sebelumnya, yaitu :
(a) Alternatif yang paling baik untuk dipilih adalah alternatif 1 yang
menghasilkan tambahan keuntungan setelah pajak sebesar Rp 42.500,(b) Alternatif 2 dan 3 harus dihindari karena keduanya mengakibatkan
berkurangnya bersih setelah pajak dengan Rp 467.500,-

6. Pengaruh Penjualan Kredit Terhadap Arus Khas


Penjualan tunai berakibat arus kas masuk terjadi bersamaan dengan
terjadinya transaksi penjualan. Tidak demikian halnya dengan penjualan
kredit.

Arus kas masuk dari penjualan kredit akan sangat tergantung kepada :
1)
Jangka waktu kredit itu diberikan. Semakin panjang jangka kredit,
semakin panjang jarak antara terjadinya transaksi penjualan dengan
penerimaan uang kas dari penjualan itu.
2)
Kerajinan dari petugas penagih piutang, dalam arti semakin aktif
petugas melakukan tugasnya menagih piutang pada waktunya semakin tepat
arus kas masuk ke dalam kas perusahaan.
3)
Mutu ataupun bonafiditas dari para debitur yang dipercaya membeli
barang perusahaan dengan kredit. Semakin tepat perusahaan memilih caloncalon debiturnya, semakin bonafid para debitur tersebut, semakin kecil
kemungkinan mereka menunda pembayaran atas hutang-hutang dagang
mereka.

4)
Situasi usaha pada umumnya. Dalam arti bila keadaan situasi usaha
yang normal likuiditas perusahaan dapa umumnya baik, maka kemungkinan
penundaan pembayaran adalah kecil. Sebaliknya bilamana pasaran lesu, sulit
memperoleh uang tunai, maka kemungkinan terjadinya penundaan menjadi
semakin besar.

Oleh karena pertimbangan yang bermacam-macam tadi, perusahaan perlu


membuat perkiraan tentang pola pembayaran piutang oleh para debitur
perusahaan. Perkiraan ini kita namakan Anggaran Piutang.

Manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menyusun Anggaran Piutang


antara lain :
1)

Dapat diperkirakannya posisi piutang pada berbagai waktu.

2)
Dapat diketahuinya jumlah piutang yang sudah waktunya untuk
ditagih.
3)
Dapat diperkirakannya arus kas masuk yang berasal dari penjualan
dengan kredit.

Contoh pengaruh penjualan kredit terhadap arus kas masuk.


Rencana penjualan atas dasar perkiraan akhir bulan untuk masa 6 bulan
pertama 1986 dari Perusahaan Makanan Ternak Subur adalah sebagai
berikut :

(a)

Rencana Penjualan:

Bulan

Penjualan

Januari

Rp 2.000.000,-

Februari

Rp 2.250.000,-

Maret

Rp 2.500.000,-

April

Rp 2.750.000,-

Mei

Rp 3.000.000,-

Juni

Rp 3.250.000,-

(b) 20% dari padanya adalah penjualan tunai, dan sisanya penjualan kredit
dengan waktu 1 bulan. Untuk penjualan tunai diberikan potongan 5%. Pola
penerimaan piutang menurut pengalaman yang lalu para debitur membayar
75% tepat pada waktunya, dan sisanya dibayar pada bulan berikutnya.
(c) Penjualan bulan November dan Desember 1985 masing-masing sebesar
Rp 1.500.000,-dan Rp 2.000.000,(d) Jumlah Bad Debts diperkirakan sebesar 0,5% dibulatkab puluhan rupiah

Pertanyaan :
(a)

Buatlah skedul penagihan piutang.

(b) Buatlah skedul penerimaan arus kas masuk.

Penjualan menurut bentuk pembayaran:

Bulan

Penjualan tunai (20%)


Januari

Rp

Penjualan kredit(80%)

400.000,-

Rp

1.600.000,-

Pebruari

Rp

450,000,-

Rp

1.800.000,-

Maret

Rp

500.000,-

Rp

2.000.000,-

April

Rp

550.000,-

Rp

2.200.000,-

Mei

Rp

600.000,-

Rp

2.400.000,-

Juni

Rp

650.000,-

Rp

2.600.000,-

Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai

Bulan

Penjualan Kotor
Januari

Rp

Potongan

400.000,-

Kas Diterima

Rp 20.000,-

Rp 380.000,-

Pebruari

Rp

450,000,-

Rp 22.500,-

Rp 427.000,-

Maret

Rp

500.000,-

Rp 25.000,-

Rp 475.000,-

April

Rp

550.000,-

Rp 27.500,-

Rp 522.500,-

Mei

Rp

600.000,-

Rp 30.000,-

Rp 570.000,-

Juni

Rp

650.000,-

Rp 32.500,-

Rp 617.500,-

Bulan

Piutang Kotor

Bad Debts

Piutang Netto

Penjualan Nop.1985

300.000,-

1.500

298.500

Penjualan Des. 1985

1.600.000,-

8.000

1.592.000

Januari
1.592.000
Pebruari

1.600.000,1.800.000,-

8.000
9.000

1.791.000

Maret

2.000.000,-

10.000

1.990.000

April

2.200.000,-

11.000

2.189.000

Mei

2.400.000,-

12.000

2.388.000

Juni

2.600.000,-

13.000

2.587.000

Jumlah

14.500.000

72.500

14.427.500

Skedul Penerimaan Kas dari penjualan Kredit (Anggaran Piutang)


Penagihan

Januari
Sisa
298.500

Pebruari

Maret

April

Mei

Juni

1.194.000

398.000

1.194.000 398.000

1.343.000

447.750

1.492.500

497.500

547.250

597.000

2.587.000

1.641.750

1.492.500 1.592.000 1.741.250


3.184.000

1.940.250

1.791.000

2.139.250 2.338.250

Skedul Penerimaan Kas Keseluruhan

Sumber
Mei

Januari
Juni

Pebruari

(1)Penj Tunai Rp 380.000 Rp


570.000 Rp 617.000

Maret

427.000 Rp 475.000

April
Rp 522.500

Rp

(2)Piutang
Rp1.492.500 Rp 1.592.000 Rp 1.741.250 Rp 1.940.250 Rp
2.139.250 Rp 2.338.250
Jumlah
Rp 1.872.500 Rp 2.019.500 Rp 2.216.250 Rp 2.462.750 Rp
2.709.250 Rp 2.955.750

BAB 4

MEKANISME PENYUSUNAN DAN RELEVANSI ANGGARAN

Salah satu sasaran dilaksanakannya fungsi perencanaan adalah untuk


menjamin tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Tujuan ataupun sasaran
yang ingin dicapai ole perusahaan dapat digolongkan ke dalam tujuan yang
sifatnya umum dan tujuan yang khusus. Masing-masing tujuan ini kemudian
dapat diperinci lebih lanjut sebagai berikut ini.

1. Tujuan-tujuan yang umum, yang menyangkut hal-hal seperti:


1.

Ekonomis finansial

Ekonomis, berupa peranan yang diinginkan oleh perusahaan sebagai lembaga


yang bergerak di bidang ekonomi. Finansial, berupa mencari keuntungan
sebagai persyaratan agar perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.

1. Konsumen
Bahwa produk yang dihasilkan harus dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen, memelihara hubungan baik dengan konsumen.

1. Pemilik modal
Menjalin hubungan yang sebaik mungkin dengan kaum pemilik modal, agar
mereka tetap bersedia memberikan modalnya.

1. Tujuan-tujuan yang khusus, yang menyangkut hal-hal seperti:


1.

Produk.

Misalnya perusahaan ingin dikenal sebagai produsen produk-produk bermutu


1. Luas daerah pemasaran yang ingin dicapai, nasional atau regional.

2. Market share yang ingin dimiliki.


3. Return on Investment tertentu.

1. 1.

MEKANISME PENYUSUNAN ANGGARAN

Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas perusahaan seharusnya menyusun


anggaran yang merupakan penjabaran secara lebih terperinci dari masingmasing tujuan menjadi program-program kerja akan dilaksanakan. Karena
luasnya aktivitas adalah mustahil bilamana program-program kerja ini harus
dipikirkan dan disusun oleh seorang petugas saja. Demikian pula karena
pelaksanaannya nanti akan melibatkan seluruh bagian dengan personalia dari
berbagai jenjang organisasi dan dengan berbagai keahlian yang berbeda,
maka penyusunan anggaran pun perlu melibatkan berbagai personalia inti
dari berbagai fungsi operasional perusahaan.

Di dalam garis besarnya mekanisme penyusunan anggaran berjalan paralel


dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab operasional yang
tercermin dalam bagian organisasi perusahaan yang skemanya ditunjukkan
dibawah ini.

Komisi Anggaran umumnya berada langsung di bawah Direksi. Sebabnya


yang utama ialah karena baik dalam penyusunannya maupun dalam
pelaksanaannya anggaran perlu melibatkan personalia dari berbagai bagian.
Dengan menempatkan komisi anggaran ini secara langsung dibawahnya,
maka diharapkan anggaran yang tersusun nantinya akan memperoleh
dukungan secara penuh dari semua bagian yang ada dalam perusahaan.
Sehingga anggaran benar-benar akan merupakan alat bagi manajemen untuk
menggerakan serta mengarahkan kegiatan-kegiatan seluruh bagian.
Bagan Organisasi Perusahaan

Keanggotaan dari komisi Anggaran ini akan meliputi :


1. Salah Seorang Anggota bertugas memberikan pedoman umum yang
akan dipakai dalam penyusunan anggaran, baik anggaran jangka
panjang maupun anggaran tahunan. Direktur juga menentukan tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan, baik tujuan umum maupun tujuan
khusus, dan strategi yang seharusnya ditempuh untuk mencapai tujuantujuan itu.

1. Manajer Pemasaran
Seorang manajer pemasaran bertugas menyusun anggaran penjualan dan
anggaran biaya distribusi, termasuk biaya iklan dan promosi.

1. Manajer Produksi
Seorang manajer produksi bertugas menyusun anggaran-anggaran yang
berhubungan dengan seluruh kegiatan produksi seperi:
1. Jumlah yang akan dihasilkan
2. Tenaga kerja
3. Bahan mentah
4. Pembelian
5. Biaya Overhead.

1. Manajer Keuangan

Seorang Manajer Keuangan bertugas menyusun anggaran-anggaran yang


berhubungan dengan posisi keuangan perusahaan seperti anggaran kas,
anggaran rugi/laba dan neraca.

1. Manajer Bagian Umum, Administrasi dan Personalia, bertugas


menyusun anggaran-anggaran yang berhubungan dengan biaya umum,
administrasi dan personalia.

Di samping itu dapat juga diminta bantuannya para petugas dari bagian
statistik dan analisa ekonomi untuk membantu menyusun perkiraan tentang
kondisi ekonomi tahun-tahun yang akan datang. Demikian pula petugas
bagian akuntansi dibutuhkan keahliannya untuk menyusun berbagai biaya
standar yang sangat mempermudah penyusunan berbagai jenis anggaran.
Yang terakhir tetapi memiliki peranan yang cukup menentukan adalah kepala
perencanaan atau kepala bagian anggaran sendiri. Peranannya dibutuhkan
untuk berbagai tugas. Di antaranya sebgai penghubung dan sumber informasi
antarbagian, sebagai koordinator dan sekaligus penengah dalam hal terjadi
pertikaian antarbagian. Adalah menjadi tugasnya juga untuk meyakinkan
bahwa anggaran yang disusun ole masing-masing bagian bukan saja tidak
bertentangan satu sama lain tetapi saling menunjang ke arah tercapainya
sasaran terakhir yakni keuntungan yang diharapkan.

Kondisi anggaran umumnya bukan merupakan organ yang tetap, melainkan


hanya dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu saja, yakni setiap akhir tahun
dalam rangka menyusun anggaran untuk taun berikutnya. Dan sesungguhnya
pekerjaan yang sebenarnya di dalam menyusun anggaran biasanya dilakukan
di masing-masing bagian. Rapat-rapat komisi anggaran lebih banyak bersifat
rapat koordinatif yang berfungsi membentuk kesrasian pendapat.

1. 2.

FUNGSI ANGGARAN BAGI PERUSAHAAN

Seperti telah diuraikan sebelumnya, Business Budget adalah financial plan


Kata utama adalah plan. Usaha-usaha manusia akan lebih banyak berhasil
apabila ditunjang oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan yang terarah dan dibantu
oleh perencanaan-perencanaan yang matang. Begitu pula halnya dengan
perusahaan, perusahaan yang berkecendurungan memandang ke depan, akan
selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukannya pada masa yang akan
datang. Sehingga dalam pelaksanaannya, perusahaan-perusahaan ini tinggal
berpegangan pada semua rencana yang telah disusun sebelumnya. Di mana,
bagaimana, mengapa, kapan, adalah pertanyaan-pertanyaan yang selalu
mereka kembangkan dalam kegiatan sehari-hari.

Apabila pada suatu kesempatan hal ini ditanyakan kepada seorang General
Manager yang sukses, maka sering didapatkan jawaban bahwa ide-ide untuk
kegiatan pada waktu mendatang pada umumnya didasarkan pada jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Pada perusahaan manufaktur (pabrik)
kegiatan akan dilakukan dengan lebih efisien dan tingkat keuntungan akan
lebih besar apabila manajemen memperhatikan rencana untuk aktivitasaktivitasnya di masa depan.

Karena itu Heckerts dan Wilson mengatakan bahwa relevansi utama dari
business budgeting adalah dapat ditentukannya kegiatan-kegiatan yang paling
profitable yang akan dilakukan.

Relevansinya yang lain adalah membantu manajemen dalam mengelola


perusahaan. Manajemen harus mengambil keputusan-keputusan yang paling
menguntungkan perusahaan, seperti memilih barang-barang atau jasa yang
akan diprodusir dan dijual, memili/menseleksi langganan, menentukan
tingkat arga, metode-metode produksi, metode-metode distribusi, termin
penjualan (credit terms, dan lain-lain).

Di muka telah dikemukakan tentang fungsi business manager yang terdiri


dari planning, organizing, staffing, directing dan control. Anggaran
mempunyai fungsi yang pada dasarnya sama, yakni dalam hal planning,
coordinating dan control.

1. Dalam Bidang Perencanaan


1.

Mendasarkan kegiatan-kegiatan pada penyelidikan-penyelidikan


studi dan penelitian-penelitian, Mungkin budgeting bermanfaat untuk
membantu manjemen meneliti, mempelajari masalah-masalah yang
berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan kata lain,
sebelum merencanakan kegiatan, manajer mengadakan penelitian dan
pengamatn-pengamatan terlebih dahulu. The habit of making plans
will benefit every activity. Kebiasaan membuat rencana-rencana akan
menguntungkan semua kegiatan. Terutama kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kebutuhan finansial, tingkat persediaan, fasilitasfasilitas produksi, pembelian, pengiklanan, penjualan, sales promotion,
pengembangan produk, expansi dan lain-lain.

1. Mengerahkan seluruh tenaga dalam perusahaan dalam menentukan


arah/kegiatan yang paling menguntungkan. Anggaran yang disusun
untuk waktu panjang dan schedule yang teratur, akan sangat membantu
dalam mengarahkan secara tepat tenaga-tenaga kepala bagian,
salesman, kepala cabang dan semua tenaga operasional.

1. Untuk membantu atau menunjang kebijaksanaan-kebijaksanaan


(policies) perusahaan.

1. Menentukan tujuan-tujuan perusahaan.


Manajemen yang dapat menentukan tujuannya secara jelas dan logis (dapat
dilaksanakan) adalah manajemen yang akan berhasil. Penentuan tujuan ini
dibatasi oleh beberapa faktor. Anggaran dapat membantu manajemen dalam
memeilih: mana tujuan yang dapat dilaksanakan dan mana yang tidak.

1. Mmebantu menstbilkan kesempatan kerja yang tersedia. Seorang


majikan yang baik tidak akan pernah mengabaikan atau tidak
memperdulikan kesejahteraan pegawainya. Perencanaan kebutuhan

tenaga kerja yang baik akan mengakibatkan dapat dihindarkannya


kelebihan dan kekurangan tenaga kerja. Tanpa rencana tentang
kebutuhan tenaga kerja, mengakibatkan terpaksa diberhentikannya
sebagian buruh yang berlebihan. Bila terus menerus berlangsung hal
ini akan mengakibatkan tidak stabilnya tingkat employment dan
meningkatnya biaya pengelolaan tenaga kerja.

1. Mengakibatkan pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif. Dengan


disusunnya perencanaan yang terperinci, dapat dihindarkan biaya-biaya
yang timbul karena kapasitas yang berlebihan. Pemakaian alat-alat
fisik yang efektif dan ekonomis akan membantu/menyokong tujuan
akhir perusahaan yaitu keuntungan yang maksimum.

1. Dalam Bidang Koordiansi


1.

Membantu mengkoordinasikan faktor manusia dengan


perusahaan. Dalam beberapa situasi mungkin faktor hubungan manusia
dengan perusahaan inio adalah yang terpenting, Seringkali terjadi
kasus dimana manajer tidak tahu apa yang akan dilakukannya di tahuntahun mendatang. Akibatnya kadang-kadang manajer frustasi dan
merasa makin lama semakin tidak mampu mengatasinya. Penyusunan
rencana yang terperinci (berupa anggaran) membantu manajer
mengatasi masalah itu, sehingga ia kembali merasa adanya hubungan
antara kemampuannya dengan perusahaan yang dipimpinnya.

1. Menghubungkan aktivitas perusahaan dengan trend dalam dunia usaha.


Dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan tampak bahwa trend
keuntungan yang didapat oleh perusahaan tergantung juga kepada
keadaan dunia usaha pada umumnya. Karena itu dengan disusunnya
anggaran, dapat dinilai apakah rencana tersebut sesuai dengan keadaan
dunia usaha yang akan dihadapi.

1. Menempatkan penggunaan modal pada saluran-saluran yang


menguntungkan, dalam arti seimbang dengan program-program
perusahaan. Sebelum membelanjakan uangnya, perusahaan harus

mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran mana yang paling


menguntungkan atau paling sesuai dengan program perusahaan.
Sebagian dana digunakan untuk peralatan dan persediaan barang,
sedangkan bagian yang lain dipergunakan untuk promosi dan biaya
penjualan lain kedua bagian tersebut harus seimbang. Tanpa
perencanaan yang baik mungkin saja terjadi persediaan barang terlalu
jauh di atas kemampuan penjualan atau produksi.

1. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam organisasi. Setelah


rencana yang baik disusun dan kemudian dijalankan, kelemahankelemahan dapat dilihat untuk kemudian diperbaiki.

1. Dalam Bidang Pengawasan


1.

Untuk mengawasi kegiatan-kegiatan dan pengeluaranpengeluaran. Dimuka telah dikatakan bahwa tujuan utama perencanaan
adalah memilih kegiatan yang paling menguntungkan. Kegiatan
tersebut tidak hanya direncanakan saja, tetapi di dalam pelaksanaannya
harus diadakan pengawasan agar betul-betul seperti yang
direncanakan. Beberapa kegiatan dan pengeluaran sangat perlu
diawasi.

Umpamanya:

Kegiatan promosi penjualan, kadang-kadang mengeluarkan terlalu


banyak biaya tanpa menghasilan kenaikan penjualan yang sepadan.

Kegiatan produksi yang terlalu jauh menyimpang dari rencana


sehingga harga pokok per unit produk demikian tinggi.

1. Untuk pencegahan secara umum pemborosan-pemborosan, sebetulnya


ini adalah tujuan yang paling umum daripada penyusunan anggaran.
Kontrol terhadap pelaksanaan diharapkan dapat mengurangi
pemborosan-pemborosan.

Jadi dengan melihat uraian-uraian di atas secara tegas dapat ditarik


kesimpulan, bahwa dengan penyusunan anggaran secara cermat dan baik
akan mendatangkan manfaat-manfaat bagi perusahaan, yang ada pokoknya:

1. Mendorong setiap individu di dalam perusahaan untuk berfikir ke


depan.
2. Mendorong terjadinya kerja sama antara masing-masing bagian, karena
masing-masing menyadari bahwa mereka tidak dapat berdiri sendiri.
3. Mendorong adanya pelaksanaan asas partisipasi, karena setiap bagian
terlibat untuk ikut serta memikirkan rencana kerjanya.

1. 3.

KELEMAHAN-KELEMAHAN ANGGARAN

Meskipun begitu banyak manfaat yang diperoleh dengan menyusun


anggaran, tetapi masih terdapat beberapa kelemahan yang membatasi
anggaran. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:

1. Karena anggaram disusun berdasarkan estimasi (potensi penjualan,


kapasitas produksi dan lain-lain) maka terlaksananya dengan baik
kegiatan-kegiatan tergantung pada ketepatan estimasi tersebut.

1. Anggaran hanya merupakan rencana, dan rencana tersebut baru


berhasil apabila dilaksanakan sungguh-sungguh.

1. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk


membantu manajer dalam melaksanakan tugasnya, bukan
menggantikannya.

1. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang
diramalkan sebelumnya, karena itu anggaran perlu memiliki sifat yang
luwes.

BAB 6
PENGANGGARAN PENDEKATAN COMMON SIZE

1. Pengantar
Apa yang kita bicarakan sampai sekarang ini adalah sistem penganggaran
dengan prosedur yang umum dilakukan, yaitu bergerak dari penganngaran
penghasilan (dari penjualan) ke arah penganggaran biaya ( untuk menunjang
kegiatan produksi dan pemasaran hasil produksi).

Secara garis besar prosedur ini ditempuh meurut langkah-langkah seperti


berikut ini :
1. Direksi menyusun pedoman umum penganggaran dalm bentuk
Rencana Substantiv.
2. Departemen Pemasaran menyusun rencana penjualan selama periode
anggaran.
3. Departemen Produksi berdasarkan rencana penjualan yang ada
menyusun rencana produksi.
4. Masing-masing departemen/dinas/seksi menyusun rancangan anggaran
dari departemen/dinas/seksinya sendiri pada tingkat kegiatan yang
perlu untuk mendukung rencana penjualan/produksi.

Anggaran dengan pendekatan Common- Size. Pengetrapan analisa


Common Size yang kita

kenal dalam Analisa Laporan Keuangan bila kita terapkan di sini akan
menghasilkan proses Penganggaran Common- Size atau Common Size
Budgeting. Penganggaran dengan cara ini beranggapan bahwa:
1. Perusahaan telah memiliki pengalaman dalam kegiatan penganggaran,
maupun merelisasikan anggaran.
2. Pengalaman masih dianggap sebagai pencerminan dari apa yang
senyatanya ada dan berlaku.

2. Proses penganggaran dengan Pendekatan Common Size


menurut tempat-tempat biaya.
Mekanisme penyusunan anggaran dengan pendekatan common size ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Langkah pertama : menyusun peramalan penjualan untuk menentukan jumlah


penjualan yang dianggarkan ( budgeted sales). Jumlah penjualan yang
dianggarkan ini menjadi dasar untuk menyusun rancangan anggaran
penjualan, dalam satuan fisik maupun nilai rupiah.

Langkah kedua : Menentikan jumlah produk yang harus dihasilkan untuk


mendukung rencana penjualan, khususnya dalam satuan fisik.

Langkah ketiga : menyusun rancangan biaya yang dianggarkan (budgeted


cost) yang meliputi biaya produksi yang dianggarkan (budgeted operating
expenses).

Untuk melaksanakan langkah yang ketiga ini perlu dilakukan langkahlangkah sampingan secara berturutan seperti berikut:

1)
Direksi perlu menentukan terlebih dahulu jumlah keuntungan yang
dikehendaki untuk tahun yang sedang dilanggarkan (budgeted profit),
misalnya saja dinyatakan dalm bentuk persentase terhadap nilai penjualan.
2)
Menentukan jumlah biaya produksi dan biaya usaha, yakni sama
dengan nilai penjualan dikurangi keuntungan yang diharapkan. Bilamana
nilai penjualan dinyatakan sebagai 100% dan keuntungan yang dikehendaki
adalah 10% dari nilai penjualan, maka jumlah maksimal biaya yang
dianggarkan sama dengan 90% dari nilai penjualan. Jumlah biaya ini
merupakan plafon biaya pada tingkat penjualan/produksi yang dianggarkan.

3)
Untuk mengalokasikan anggaran yang tersedia ke dalam masingmasing tempat biaya (Departemen/Dinas/seksi yang ada) dan kedalam
masing-masing jenis/item biaya (material, tenaga kerja, biaya overhead
pabrik dan lain-lain) maka kita perlu mempelajari terlebih dahulu jumlahnya
masing-masing menurut pengalaman pada waktu yang lalu, setidaknya untuk
tahun anggaran terdekat yang sudah dilaksanakan. Jumlah biaya masingmasing menurut pengalaman ini dinyatakan dalam % terhadap nilai penjualan
untuk waktu yang sama.

4)
Untuk menentukan berapa besarnya anggaran yang tersediauntuk
Departemen X untuk tahun yang sedang disusun anggarannya kita tinggal
mengalihkan : % biaya tahun yang sedang dianggarkan. Atau untuk
menghitung anggaran biaya bahan mentah = % biaya bahan mentah waktu
yang lalu kali plafon biaya tahun yang sedang dianggarkan. Dengan cara ini
semua biaya untuk setiap Departemen/Dinas/Seksi maupun setiap jenis biaya
dapat ditentukan plafonnya.

5)
Dengan cara menentukan biaya seperti pada (4) maka seluruh biaya
yang dianggarkan terbagi habis dan bilamana dijumlahkan maka nilainya
tidak akan melebihi 90% dari nilai penjualan. Dengan cara ini pula maka
seluruh biaya akan berkorelasi dengan nilai penjualan, artinya bilamana
volume penjualan naik maka anggaran yang tersedia bagi masing-masing
tempat biaya dan masing-masing item biaya juga mengalami kenaikan,
sebaliknya bila volume penjualan mengalami penurunan maka biaya yang
tersedia juga akan menurun.

Demikianlah secara garis besar cara penganggaran dengan pendekatan


common size. Sudah barang tentu perlu disadari bahwa tidak semua biaya
berubah secara sebanding dengan berubahnya volume atau nilai penjualan.
Perlakuan secara terperinci terhadap masing-masing jenis biaya akan
dijelaskan secara terperinci pula pada halaman-halaman berikutnya.

3. Pelaksanaan penganggaran dengan pendekatan common size


menurut jenis-jenis biaya:
Untuk keperluan penyusunan dan perkiraan anggaran masing-masing jenis
biaya diperlukan tahap penyusunan seperti berikut :

1)
Biaya direncanakan, dikeluarkan, dan dikendalikan oleh orang-orang
yang menduduki jabatan tertentu pada struktur organisasi yang ada. Karena
itu pada tahap permulaan perlu ditentukan terlebih dahulu siapa saja yang
menjadi penanggung jawab biaya. Dengan kata lain perlu ditentukan dahulu
berbagai tempat biaya yang ada.
2)
Untuk masing-masing tempat biaya juga perlu ditentukan untuk
jenis/item biaya yang mana mereka itu bertanggung jawab. Hendaknya
diketahui bahwa untuk item biaya yang sama dapat dikeluarkan oleh lebih
dari satu tempat biaya.
3)
Masing-masing biaya memiliki pola perubahan yang tidak sama satu
sama lain. Ada biaya yang berubah karena terpengaruh oleh faktor waktu
( biaya tetap), ada yang perubahannya karena perbedaan tingkat kegiatan
(biaya variable), dan ada biaya yang memiliki ciri keduanya (semi fixed).
Karena itu perlu dilakukan pengelompokan biaya menurut pola
perubahannya masing-masing.
Ketiga tahap ini dicerminkan pada diagram berikut ini:

Diagram pendekatan untuk menentukan biaya yang diperlukan (anggaran


biaya).

1. Tentukan
penanggung
jawab biaya

5.c. Penentuan
biaya menurut
anggaran variabel.

3. Kelompokkan
sifat masingmasing item biaya

2. Tentukan macam
biaya yang menjadi
tanggung jawabnya

6. Anggaran Biaya

5.b. Penentuan
biaya menurut
standard

5.a. Penentuan
biaya secara
terpusat

4.c. Kelompok
biaya semi fixed

4.b. Kelompok
biaya variabel

4.a. Kelompok
biaya tetap

Pengelompokkan biaya sesuai sifatnya masing-masing dapat dilakukan


sebagai berikut:

1)

Kelompok biaya variabel misalnya biaya bahan bakar.

2)
Kelompok biaya fixed misalnya biaya kesejahteraan karyawan,
asuransi, penyusunan dan lain-lain.
3)
Kelompok biaya semi-fixed seperti insentip karyawan, reparasi dan
pemeliharaan, biaya umum dan administrasi, biaya penjualan/pemasaran dan
lain-lain.

Untuk keperluan penganggaran masing-masing kelompok biaya memerlukan


cara yang berlainan karena sifat biaya yang juga berlainan. Cara penentuan
untuk masing-masing kelompok biaya adalah sebagai berikut:

Kelompok biaya variabel digunakan angka standar atas dasar satuan


perhitungan tertentu:

a) Atas dasar satuan fisik produk : untuk bahan baku digunakan satuan
fisik produk yang dibuat, misalnya 3 gram tembakau untuk setiap batang
rokok kretek, 0,5 ons semen untuk setiap biji tegel yang dibuat.
b) Atas dasar satuan jam mesin, misalnya setiap jam operasi mesin pintal
digunakan 1 bal kapas dan sebagainya.

Kelompok biaya tetap: ada empat macam biaya tetap yang dapat
menggunakan cara perhitungan berbeda, diantaranya adalah.

a)
Biaya tetap dengan dasar satuanwaktu, misalnya usia ekonomis aktiva
bersangkutan untuk biaya penyusutan aktiva tetap.
b)
Biaya tetap dengan dasar satuan jumlah dikalikan tarif tertentu,
misalnya untuk biaya gaji sama dengan jumlah karyawan yang digaji kali
tingkat gajinya masing-masing.
c)
Biaya tetap atas dasar tarip yang telah diketahui atau ditentukan
sebelumnya, misalnya biaya asuransi (tarip polis asuransi) dan biaya bunga
modal pinjaman (tingkat bunga modal pinjaman).
d) Biaya tetap yang dianggarkan yakni biaya yang jumlahnya untuk
periode tertentu dianggarkan pada sesuatu jumlah, misalnya biaya penelitian,
biaya pendidikan dan lain-lain.

Setelah biaya dikelompokkan menurut sifatnya masing-masing, tahap


berikutnya adalah menentukan jumlah biaya yang dianggarkan untuk masingmasing kelompok biaya sesuai dengan plafon anggaran yang disediakan.

Dalam garis besarnya dialokasikan dengan cara seperti berikut:

Nilai penjualan
penjualan)

= 100 (rencana

Keuntungan yang diharapkan


= 10 ( ketepatan Direksi)
Plafon biaya

90 = Y

Plafon biaya (Y) dialoksikan menjadi:

1)

Biaya tetap, atas dasr satuan waktu

= Y1

2)

Biaya tetap, atas dasar kuantum X rate

= Y2

3)

Biaya variabel, atas dasar angka standard

= Y3

4)

Biaya tetap, atas dasar ketepatan Direksi

= Y4

5)

Biaya tetap yang dianggarkan

Keseluruhan biaya

= Ys
= Y

= 90

Urutan biaya dari Y1 sampai dengan Ys juga dimaksudkan sebagai urutan


prioritas di dalam penganggarannya. Sehingga Ys (biaya fixed yang
dianggarkan) besar kecilnya akan tergantung apakah biaya Y1 sampai Y4
sudah tercukupi secara memadai.

Dengan proses penganggarannya seperti diatas, maka plafon anggaran juga


akan terbagi habis menurut jenis biaya, yang bilamana dijumlahkan akan
mencapai 90% dari nilai penjualan, seperti halnya yang dilakukan dalam
pengalokasian biaya menurut tempat-tempat biaya.

4. Contoh penyusunan rencana biaya


Yang dimaksud dengan biaya di sini meliputi biaya produksi barang, biaya
penjualan barang, dan biaya umum dan administrasi untuk mendukung
kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran.

Seperti yang telah diuraikan di muka dalam penentuan biaya perlu adanya
pedoman yang jelas dari Direksi bagi Seksi/Dinas/Departemen sebagai dasar
penyusunan usulan rancangan anggaran Seksi/Dinas/Departemen masingmasing. Sehingga proses penyusutan rancangan anggaran:
a)

Menjadi lebih mudah dan cepat.

b)
Tidak perlu banyak diperlukan pemotongan-pemotongan drastis oleh
pihak atasan terhadap usulan yang diajukan.
c)

Tidak terjadi proses tawar-menawar dalam penganggaran.

d) Masih tersedia cukup peluang bagi Seksi/Dinas/Departemen untuk


berpasrtisipasi dalam proses penganggaran.
e)
Hasil penganggaran secra keseluruhan berkorelasi dengan penghasilan
penjualan.

Atas dasar pertimbangan di atas, perlu dibuat pedoman penganggaran bioaya


diatas dasar perhitungan ratio keuangan dengan menggunakan data empiris
tertentu. Sebagai ilustrasi dapat digambarkan seperti berikut.

Data ilustrasi : realisasi Penghasilan dan Biaya pada tahun X (data


empiris)

Rupiah

1. Penghasilan penjualan.
1.000.000,00
100%

Rp

2. Harga pokok penjualan :


Bahan baku & bahan penolong
Tenaga kerja langsung

Rp

Biaya Overhead Pabrik


Rp

800.000,00

Rp

300.000,00

150.000,00
Rp

30%
15%

350.000,00

35%

80%

3. Operating margin..
200.000,00
20%

Rp

4. Biaya Usaha :
Biaya Penjualan.
5%
Biaya Umum & Administrasi
Rp

100.000,00

Rp
Rp

50.000,00

50.000,00

5%

10%

5. Keuntungan sebelum beban bunga dan pajak


(Profit Margin)
10%

Rp

100.000,00

4.1.Pendekatan 1 : Penggunaan ratio keuangan secara langsung


Sumber informasi : data empiris dari perusahaan yang merupakan realisasi
biaya pada tahun terakhir atau tahun lain yang dianggap representativ.

Proses penentuan ratio keuangan : data empiris dikembangkan serta diperinci


sehingga memungkinkan disusun menjadi matriks biaya seperti berikut ini.

Tabel : Matriks biaya untuk perhitungan ratio, menurut tempat biaya dan
jenis biaya, Tahun X.

Kode

Jenis biaya menurut


pengelompokkan
tertentu

Tempat Biaya

Jumlah

Biaya
Produksi

Biaya
Penjuala
n

Biaya
Umum
dan
Adm.

Rupiah

000

Penghasilan
Penjualan

1.000.00
0

100%

100

Bahan Baku dan


Bahan Penolong

300

305

30,5%

200

Gaji, insentip dan


upah

100

10

115

11,5%

300

Kesejahteraan

50

60

6,0%

400

Biaya reparasi dan


pemeliharaan

100

105

10,5%

500

Asuransi

50

60

6,0%

600

Penyusutan

150

10

165

16,5%

700

Biaya Umum &


Administrasi

25

25

2,5%

800

Biaya Pemasaran

15

15

1,5%

900

Biaya Lain-lain

50

50

5,0%

Jumlah biaya

800

50

50

900

90,0%

Keuntungan sebelum
bunga & pajak

100

10,0%

Atas dasar matriks biaya yang telah disusun, kemudian dihitung ratio
keuangan dengan memakai nilai Penghasilan Penjualan sebagai denominasi
(=100). Perhitungan yang dimaksud hasilnya dapat diperiksa pada tabel
berikut ini.

Tabel: Ratio biaya menurut tempat dan jenis biaya, Tahun X.

Kode

Jenis biaya menurut


kelompok

Tempat Biaya

Produksi

Penjualan

Umum &
Adm.

Keseluruha
n

100

Bahan Baku & penolong

30,0%

0,5%

30,5%

200

Gaji, upah, & insentip

10,0%

1,0%

0,5%

11,5%

300

Kesejahteraan

5,0%

0,5%

0,5%

6,0%

400

Reparasi &
pemeliharaan

10,0%

0,5%

10,5%

500

Asuransi

5,0%

0,5%

0,5%

6,0%

600

Penyusutan

15,0%

1,0%

0,5%

16,5%

700

Umum & Administrasi

2,5%

2,5%

800

Pemasaran

1,5%

1,5%

900

Lain-lain

5,0%

5,0%

80,0%

5,0%

5,0%

90,0%

Jumlah Keseluruhan

Dengan ratio keuangan di atas diperoleh gambaran yang jelas dan nyata
tentang proporsi penggunaan biaya yang sesungguhnya. Serupa dengan
pengalaman yang lalu ratio keuangan dapat digunakan untuk menentukan
plafon biaya dan masing-masing tempat biaya maupun masing-masing
kelompok biaya. Dengan kata lain ratio keuangan dapat dipakai sebagai dasar
penganggaran biaya untuk masa yang akan datang.

Ilustrasi penggunaan ratio keuangan sebagai dasar penganggaran biaya dapar


diberikan sebgai berikut:

Rencana Penghasilan tahun 1985

Rp 10.000.000.000,00

Profit margin yang dikehendaki 10%

Rp 1.000.000.000,00

Batas plafon seluruh biaya dan penngeluaran = Rp 9.000.000.000,00

Penganggaran:
1. Plafon biaya bahan baku dan bahan penolong : 30,5%
milyard.

x Rp 10

2. Plafon biaya bahan baku dan bahan penolong


Untuk Departemen Produksi

30%

x Rp 10 milyard.

Dalam hal Direksi memutuskan bahwa profit margin yang dikehendaki untuk
tahun 1985 adalah 20%, maka diperlukan penyesuaian ratio keuangan
sebagai berikut :

1. Ratio keuangan untuk bahan baku dan bahan penolong =

80 x 30,5% = 27,11 %.
90
1. Ratio keuangan untuk Gaji/upah/insentip =
80 x 11,5% = 10,22%.
90
1. Ratio keuangan untuk reparasi dan pemeliharaan pada tempat biaya
produksi =
80 x 10,0% = 8,89 %.
90
Dengan penyesuaian ini jumlah kumulatip seluruh item biaya akan sama
dengan 80% dari penghasilan.

Cara perhitungan seperti yang telah diuraikan ini dapat dipertimbangkan


pemakaiannya sebgai dasar penganggaran biaya karena:
1)

Sederhana, sehingga mudah dimengerti.

2)
Konsisten, karena berdasarkan pengalaman nyata yang tidak dibuatbuat.
3)

Mudah perhitungnya.

4)
Cukup, fleksibel, dalam arti Direksi dapat memilih untuk memberikan
petunjuk plafon biaya dalam garis besar saja (ratio keuangan untuk kelompok
biaya dalam garis besar) atau plafon biaya yang terperinci (ratio keuangan
untuk masing-masing jenis biaya pada masing=masing tempat(biaya).

Cara perhitungan ini juga berlaku, bilamana tingkat kegiatan yang akan
dianggarkan tidak jauh berbeda dengan tingkat kegiatan yang digunakan
sebagai dasar perhitungan ratio keuangan. Hal yang terakhir ini sangat perlu
ditekankan, berhubung adanya perbedaan proporsi biaya (terhadap biaya

keseluruhan) yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan pola perubahan biaya


antara biaya tetap dan biaya variabel.

4.2.Pendekatan 2 : penentuan anggaran secara bertahap (tidak


langsung)
Sumber informasi : data empiris dari perusahaan (sama seperti pendekatan 1).
Dasar penentuan anggaran : dilakukan secara bertaap, yakni penganggaran
dari jenis biaya yang tidak mungkin dihindari atau dirubah jumlahnya
berturut-turut kepada biaya yang paling mudah dilakukan penyesuaian.

Pentahapan dalam penganggaran ini dilakukan dengan pertimbangan:

1)

Biaya berkorelasi dengan kegiatan dalam pola yang berbeda.

2)
Biaya memiliki tingkat kemungkinan pengendalian (control lability)
yang berbeda.
Berdasarkan ciri di atas biaya dapat digolongkab menjadi 5 (lima) kelompok
besar sesuai dengan urutan dari biaya dengan tingkat pengendalian yang
paling rendah ke jenis biaya dengan tingkat pengendalian yang relatif tinggi
seperti yang telah diuraikan di muka.

Tabel : cara penentuan anggran

Kelompok
biaya

1.

Ciri biaya

Dasar Penganggaran

Biaya tetap dengan dasar


satuan waktu.

Biaya dengan jumlah yang tak dapat ditawar,


harus dicukupi secara memadai.

Biaya tetap atas dasar


jumlah dikaitkan tarip.

Juga biaya ini perlu dicukupi secara


maksimal

Biaya variabel.

Untuk jenis biaya ini besarnya anggaran


harus dihitung secara khusus satu per satu
sesuai dengan cara yang cocok untuk
masing-masing.

2.

3.

Manajemen memiliki kebebasan sampai


batas tertentu untuk mempengaruhinya.
Biaya tetap atas dasar tarip
yang diketahui.

Contoh :
1. Biaya asuransi : berbeda karena
perbedaan luas converage dan jumlah

4.

Yang diansuransikan.
2. Computer : berbeda karena luas dan
frekuensi pesanan
3. % penghapusan piutang : tergantung
cara memilih langganan.

Untuk jenis biaya ini Direksi perlu


menentukan kebijaksanaan tertentu sesuai
dengan kondisi yang dihadapu perusahaan.
Untuk jenis biaya ini manajemen memiliki
kebebasan yang relatip paling besar.
Sehingga besarnya anggaran yang tersedia
untuk kelompok biaya ini sama dengan
plafon biaya dikurangi besar anggaran untuk
kelompok (1), (2), (3) dan (4).

Biaya fixed yang

dianggarkan.
5.

BAB 11
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN BIAYA OPERASI

Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan pada umumnya


adalah keuntungan yang maksimal. Dalam usahanya untuk mencapai tingkat
keuntungan yang maksimal, tingkat biaya perlu direncanakan secara sangat
hati-hati, terutama dalam hubungannya dengan:

1. Proyeksi arus kas keluar


2. Pengawasan biaya.

Perencanaan biaya yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat
pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut.
Kadang-kadang, untuk mendapatkan manfaat tertentu perusahaan harus
mengeluarkan biaya yang cukup besar. Umpamanya sebuah perusahaan
akhir-akhir ini merasakan perlu diadakan usaha-usaha untuk meningkatkan
volume penjualan. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini tentu saja berupa
peningkatan volume penjualan. Untuk itu perusahaan harus mengeluarkan
biaya promosi dan distribusi yang besar. Sebuah perusahaan lain melakukan
penelitian pasar untuk mengetahui tingkat laku konsumen (consumers
behaviour). Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini antara lain:

Dapat diketahuinya market share yang dimiliki perusahaan.

Dapat diketahui siapa konsumen akhir barang yang dijual.


Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang
dijual, dan lain-lain.

Untuk kegiatan penelitian ini perusahaan harus mengeluarkan berjuta-juta


rupiah. Biaya-biaya-biaya yang besar ini dapat dibenarkan karena melihat
manfaatnya yang besar pula.

Kadang-kadang beberapa perusahaan berusaha mengurangi biaya tanpa


memperdulikan akibat yang akan ditimbulkannya. Kebijaksanaan ini kadangkadang justru menimbulkan biaya yang cenderung lebih besar. Umpamanya
pimpinan sebuah perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk menekan biaya
pemeliharaan (maintenance expense) karena dirasakan terlalu besar. Padahal
dengan besarnya biaya pemeliharaan tersebut diperoleh manfaat yang besar
pula, berupa terjaminnya kelancaran proses produksi. Dengan adanya
kebijaksanaan pimpinan perusahaan untuk menekankan biaya pemeliharaan,
maka akan mengakibatkan cepatnya mesin-mesin menjadi rusak. Sehingga
untuk jangka panjang sebenarnya biaya yang dikeluarkan semakin besar.
Pimpinan sebuah perusahaan lain mengambil kebijaksanaan untuk menekan
biaya pemeliharaan bangunan pabrik. Kebijaksanaan ini untuk jangka
panjang justru akan menimbulkan biaya yang justru lebih besar, berupa
kerusakan bangunan pabrik, suasana kerja yang tidak menyenangkan bagi
karyawan, pemakaian mesin-mesin yang tidak efisien karena layout yang
salah dan lain-lain.

Meskipun demikian, biaya harus diawasi. Pengawasan biaya terutama harus


diselaraskan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam
operasinya dan disesuaikan dengan tanggung jawab yang harus dipikul oleh
masing-masing kepala bagian dalam perusahaan. Biaya yang dikeluarkan
oleh beberapa bagian seperti biaya bahan mentah langsung dan biaya tenaga
kerja langsung telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Pada bagian ini akan
dibicarakan biaya-biaya lain yakni:

1. Biaya-biaya pabrik (sering pula disebut biaya overhead pabrik).


2. Biaya-biaya distribusi (sering pula disebut biaya penjualan).
3. Biaya-biaya administrasi.

Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya sangat perlu


diketahui sifat-sifat biaya. Pada dasarnya menurut sifatnya dikenal 3 (tiga)
macam biaya yakni:

1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk


bersifat constant secara total dari bulan ke bulan, tanpa terpengaruh
oleh volume kegiatan, dengan beberapa asumsi tertentu seperti
kebijaksanaan manejemen, periode waktu dan lain-lain.
Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya tetap ini antara lain adalah:
Gaji
Pajak kekayaan
Asuransi
Penyusutan (kecuali yang menggunakan Performance method).

2. Biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya-biaya yang secara total


selalu mengalami perubahan, di mana perusahaan itu searah dan
sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Dalam hal ini tingkat
kegiatan perusahaan dinyatakan dalam satuan aktivitas (activity base),
seperti jam buruh langsung (DLH) jam mesin (DMH) dan unit barang
(kg, liter dan lain-lain). Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya
variabel antara lain adalah:
Biaya bahan mentah langsung
Biaya tenaga kerja langsung

Tenaga (power).

3. Biaya Semi Variabel (semi variabel cost) yaitu biaya-biaya yang


tidak bersifat variabel. Biaya ini mengalami perubahan, tetapi tidak
sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Biaya-biaya yang
termasuk kategori biaya semi variabel antara lain adalah:
Biaya tenaga kerja tak langsung
Biaya pemeliharaan
Biaya peralatan
Biaya bahan mentah tak langsung dan lain-lain.

Terhadap ketiga macam kategori biaya di atas, dapat dikatakan penggolongan


lain atas dasar dapat tidaknya biaya itu dikendalikan, sehingga diperoleh cara
pengelompokan kain, yakni biaya yang :
1. Dapat dikendalikan (controllable)
2. Tidak dapat dikendalikan (noncontrollable).

Biaya yang controllable, dapat dikatakan sebagai biaya yang sangat


terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Tetapi
hasrus sangat hati-hati dalam mengelompokkan biaya sebagai controllable
atau noncontrollable, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan
tanggung jawab (bagian) dan Waktu. Umpamanya gaji mandor dalam pabrik,
merupakan biaya noncotrollable bagi bagian produksi, karena gaji seorang
mandor pada umunya ditentukan oleh pimpinan perusahaan. Sehingga
apabila dipandang dari segi organisasi perusahaan yang lebih luas, gaji
mandor merupakan biaya yang controllable. Contoh di atas dipandang dari
segi penanggung jawab biaya. Dari segi waktu, dapat diambil contoh biaya
penyusutan (depreciation). Pada umunya dikatakan bahwa untuk jangka
pendek biaya penyusutan merupakan biaya yang noncontrollable, tetapi
untuk jangka waktu panjang merupakan biaya yang controllable.

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK


Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi ( di
dalam pabrik) sangat kompleks jenisnya. Yang dikategorikan sebgai biayabiaya overhead pabrik (Factory overhead) adalah biaya-biaya dalam pabrik
yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka proses produksi, kecuali
biaya bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung. Begitu banyaknya
jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam pabrik, sehingga memerlukan
perhatian khusus.

PERENCANAAN BESARNYA ANGGARAN


Di dalam menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk
Anggaran Biaya Overhead Pabrik, terdapat dua permasalahan pokok yang
perlu dipecahkan, yakini :
Masalah penanggung jawab dalam perencanaan biaya.
Masalah menentukan jumlah biaya (anggaran).
(1) Penanggung jawab perencanaan: di sini perlu diterapkan prinsip
akuntansi pertanggung jawab (responsibility accounting) atau juga sering
disebut prinsip Biaya Departemen Langsung (Direct Departmental Cost).
Atas dasar prinsip ini dikenal adanya pembagian menjadi departemen
produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang dilakukan di pabrik.

Departemen Produksi (producing Department) yaitu bagian di pabrik yang


bekerja mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau produk akhir.
Sehingga bagian ini dikatakan sebagai bagian yang secara langsung
memproses barang jadi.

Department Jasa (Service Department) yaitu bagian di pabrik yang


menyediakan jasanya dan secara tidak langsung ikut berperanan dalam proses
produksi jasa yang disediakan mungkin saja sebagian dipergunakan sendiri
oleh bagian ini.

Berdasarkan pembagian seperti itukah maka dikenal dua macam biaya


overhead pabrik yakni BOP langsung yang terjadi pada Departemen
Produksi dan BOP tidak langsung yang terjadi pada Departemen produksi
dan BOP tidak langsung yang terjadi pada Departemen jasa.

Item biaya yang menjadi tanggung jawab masing-masing departemen


produksi dan departemen jasa dapat diperiksa contohnya pada tabel berikut
ini:

Tabel
Biaya Overhead Pabrik
Perusahaan Tekstil, Suatu Ilustrasi

BOP Langsung

BOP Tidak Langsung

Item

Bagian

Bagian

Bagian

Bagian

Bagian

Bagian

Biaya

Pemintalan

Pertemuan

Finishing

Diesel

Bengkel

Gudang &

Pembelian

1. 1.
Tempat
kerja
2. Tak
langsung

Manajer
pemintalan

Manajer
pertemuan

Manajer
Finishing

Manajer
kamar

Mandor
mesin pintal

Mandor
mesin
temuan

Mandor
mesin
Finishing

diesel

Operator
mesin
temuan.

Operator
mesin
Finishing.

Pembantupembantu

Pembantupembantu

Operator
mesin
pintal.
Pembantupembantu

Operator
mesin diesel.

Manajer
Benkel.
Mekanik
Pembantupembantu

Kepala gud
pembelian
Administra
gudang. Pen
gudang petu
pembelian

Pembantupembantu

Office supp

Zat-zat
kimia
Berbagai
bahan
penolong

Berbagai
bahan
penolong

Zat-zat
warna pati
kanji dan
lain-lain.

Bahan bakar
diesel. Bahan
pelumas

Berbagai
sumber
cadang

Material
pembungkus

Penyusutan
gudang

2 2. Material

Penyusutan
inventaris g

tak langsung

Penyusutan
gudang
pabrik.
Penyusutan
mesin pintal
3
3. 3.Penyusutan
4

Penyusutan
aktiva tetap
lainya

Penyusutan
gudang.
Penyusutan
mesin tenun
Penyusutan
aktiva tetap
lainya

Penyusutan
gedung
pabrik.
Penyusutan
mesin
finishing
inventaris
lainnya
Penyusutan
aktiva tetap
lainya

Penyusutan
truk/forklift
Penyusutan
gd. diesel.

Penyusutan
gudang.

Penyusutan
generator
listrik.

Penyusutan
alat
perbengkela
n

Penyusutan
perlengkapan

Penyusutan
aktiva

lainnya
tetap lainya

Alat

tulis

4.Biaya Lainnya

Alat

habis pakai

tulis

Air

Alat

Alat

habis pakai.

tulis

tulis

Air

habis pakai.

habis pakai.

Air

Air

dan listrik.

dan listrik.

Polis
asuransi.

Polis
asuransi.

Pajak
kekayaan.

Alat

dan listrik.

Alat

tulis

Polis asuran

dan listrik.

tulis

habis pakai.

Pajak kekay

Polis
asuransi.

habis pakai.

Air

Air

dan listrik.

dan listrik.

Polis
asuransi.

Pajak
kekayaan.

Pajak
kekayaan.

Polis
asuransi.

Pajak
kekayaan.

Pajak
kekayaan.

(2) Cara menentukan jumlah anggaran


Masing-masing departemen (produksi dan jasa) berhak merencanakan biaya
sesuai dengan jenis biaya yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
Sedang untuk menentukan jumlahnya biaya masing-masing item maupun
biaya keseluruhan bagi departemennya, kita perlu memperhatikan hal-hal
berikut ini :

(a). Berdasarkan sifatnya biaya di bagi menjadi tiga macam, yakni jenis biaya
fixed, jesis biaya variabel dan jenis biaya semi variabel. Sehingga ada biaya
yang jumlahnya sudah jelas, seperti misalnya penyusutan, jumlahnya dapat
dikatakan sama dari waktu ke waktu, demikian juga gaji pegawai kecuali bila
manajemen mengubah kebijaksanaannya. Lain halnya dengan biaya yang

sifatnya variabel, jumlahnya berbeda dari waktu ke waktu sesuai dengan


tingkat aktivitas yang direncanakan.

(b). Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran. Ada biaya yang


wewenang menentukannya terletak di bagian itu sendiri, sudah barang tentu
dengan pengertian dapat disetujui oleh atasan langsung. Misalnya
penganggaran biaya administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu
sendiri, adalah menjadi wewenang bagian itu sendiri untuk
menganggarkannya. Ada pula biaya yang dihitung atas dasar ketentuan yang
wewenangnya terletak di luar/ di atas bagian itu sendiri. Misalnya gaji untuk
pegawai tetap yang bekerja di bagian itu sendiri, wewenangnya adalah pada
Direksi dan bukan di bagian itu sendiri.

Atas dasar pertimbangan di atas, maka penganngaran jumlah biaya yang


perlu disediakan akan diatur seperti berikut ini (suatu ilustrasi).
Sifat Biaya

Dasar Pertimbangan

Jenis Biaya

Wewenang
Penganggaran

1.1 Satuan Waktu

Penyusutan AT

Pusat (*)

1.2 Tarif Tertentu

Pajak kekayaan

Pusat

1. Fixed
Polis asuransi
1.3 Ketentuan
Perusahaan
1.4 Kebijaksanaan
sendiri

Gaji pegawai

Pusat

Biaya
administrasi

Bagian

Suku cadang
2.1 Volume x harga/tarif

Bahan bakar
Vol.: bagian
Material
pembungkus

2. Variabel
3.1Kebijaksanaan

Harga = pusat

Menganggarkan

Biaya perjalanan
Biaya
pemeliharaan

3. Semi variabel

Bagian

*) Wewenang pusat dalam arti bahwa pelaksanaan penganggarannya tetap


terletak di tangan bagian masing-masing, namun cara menganggarkannya
tunduk pada peraturan pusat ( Direksi Departemen).

Pengawasan Biaya Overhead


Salah satu fungsi manajemen yang harus diperhatikan, tentu saja
pengawasan. Biaya overhead juga memerlukan pengawasan yang sungguhsungguh agar supaya sesuai dengan direncanakan.

Biaya overhead adalah salah satu unsur utama biaya-biaya produksi, selain
biaya bahan mentah dan biaya tenaga kerja langsung. Sehingga terlalu
besarnya biaya overhead tentu saja secara langsung mempengaruhi harga
pokok produksi dan akhirnya akan memperkecil tingkay keuntungan yang
diperoleh atau terpaksa mempertinggi harga jual.

Dalam rangka pengawasan biaya overhead, salah satu masalah yang dihadapi
adalah pengalokasian biaya bagian jasa/pembantu (service) kepada bagian
produksi. Hal ini timbul karena, seperti yang telah dikatakan dalam
pengertian tentang bagian jasa, biaya yang timbul pada bagian jasa selain
untuk keperluan bagian produksi. Dalam pengalokasian biaya bagian
jasa/pembantu diperlakukan satu cara pendekatan yang disebut: Clean cost
concept. Cara ini merupakan salah satu cara alokasi biaya, di mana biaya
overhead pada bagian produksi, dengan berdasarkan proporsi pemakaian jasa
oleh masing-masing bagian produksi.

Contoh:

Selama proses produksi dalam tahun 1984, pada bagian jasa/pembantu akan
timbul biaya overhead sebesar Rp 1.000.000,00. Jasa yang disediakan,
dipakai oleh berbagai bagian dengan proporsi:

Bagian Produksi I : 40%


Bagian Produksi II: 30%
Bagian Produksi III: 30%.

Dengan berdasarkan proporsi pemakaian jasa tersebut di atas maka biaya


overhead (Rp 1.000.000,00) dapat dialokasikan ke masing-masing bagian
dengan perhitungan sebgai berikut:
Perhitungan Alokasi Biaya

Alokasi Biaya Overhead


Bagian Jasa/Pembantu

Bagian Produksi I

40% x Rp 1.000.000,00

Rp 400.000,00

Bagian Produksi II

30% x Rp 1.000.000,00

Rp 300.000,00

Bagian

Bagian Produksi III

30% x Rp 1.000.000,00

Rp 300.000,00

Untuk memperjelas masalah ini, sebaiknya diperhatikan contoh berikut ini:

Contoh:
Pada PT GERONMO, selama tahun 1984 diperkirakan akan timbul biaya
overhead sebesar sebagai berikut:

Bagian Produksi :

Bagian Produksi I : Rp 12.000.000,00


Bagian Produksi II: Rp 20.000.000,00
Bagian Produksi III: Rp 10.000.000,00

Bagian jasa/Pembantu:
Bagian Jasa/Pembantu I Rp 2.500.000,00
Bagian Jasa/Pembantu II Rp 5.000.000,00

Jasa bagian Jasa/Pembantu digunakan oleh ketiga bagian Produksi dengan


proporsi sebagai berikut:

Bagian Jasa / pembantu

Bagaian Produksi

II

50%

45%

II

30%

30%

III

20%

25%

Dengan berdasarkan Proporsi Pemakaian jasa di atas maka biaya overhead


bagian Jasa/Pembantu dapat dialokasikan sebagai berikut:

Keterangan

Bagian Produksi

Bagian Pembantu

II

III

II

12.000.000,00

20.000.000,00

10.000.000,00

2.500.000,00

5.000.000,00

1.250.000,00

750.000,00

500.000,00

(2.500.000,00)

(5.000.000,00)

2.250.000,00

1.500.000,00

1.250.000,00

(5.000.000,00)

Biaya overhead
1984
Alokasi biaya
Overhead
bagian
Jasa:
Bagian Jasa I
Bagian Jasa II

Jumlah Biaya

15.500.00

22.250.000,00

11.750.000,00

0,00

Overhead

Dari contoh di atas tampak bahwa bagian Jasa/Pembantu tidak memakai


jasanya sendiri, sehingga kedua bagian jasa/Pembantu tidak dibebani biaya
overhead. Dalam beberapa liberatur Akuntansi biaya dibahas secara
terperinci tentang cara-cara pembebanan biaya overhead bagian
jasa/Pembantu, apabila di antara bagian-bagian jasa itu sendiri terjadi tukar
menukar jasa. Clean Cost Concept sebetulnya dapat pula dipakai untuk kasus
seperti ini, seperti pada contoh penyusunan Budget Biaya Overhead pada bab
ini juga (kasus GITA BAHARI).

Misalnya:
Bagian Jasa/pembantu terdiri dari bagian Pembangkit tenaga listrik dan
bagian Reparasi. Bagian pembangkit tenaga listrik menggunakan sebagian
jasa bagian reparasi untuk perbaikan mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian
reparasi menggunakan pula sebagian jasa bagian Pembangkit tenaga listrik
untuk menggerakan beberapa peralatannya. Di antara kedua bagian ini terjadi
tukar menukar jasa. Ada satu cara yang mudah untuk mengalokasikan biaya
overhead bagian jasa/pembantu apabila terjadi hal yang demikian adalah
dengan metode Aljabar (Algebraic method). Dalam metode ini biaya
overhead yang timbul pada masing-masing bagian jasa/pembantu dinyatakan
dalam bentuk persamaan Aljabar:

X = a1 + B1 Y
Dan
Y = a2 + b2 X

0,00

Di mana :

X adalah jumlah biaya overhead bagian jasa X setelah menerima


alokasi biaya dari bagian jasa Y.

Y adalah jumlah biaya overhead bagian jasa Y setelah menerima


alokasi biaya dari bagian jasa X.

a1 adalah biaya overhead bagian jasa X sebelum alokasi.

a2 adalah biaya overhead bagian jasa Y sebelum alokasi.

b1 adalah persentase penggunaan jasa bagian Y oleh bagian X.

b2 adalah persentase penggunaan jasa bagin X oleh bagian Y.

Contoh :
Pada PT GENIT, selama tahun 1984 akan timbul biaya overhead sebesar
sebagai berikut:

Bagian

Biaya Overhead

Bagian Produksi :
Bagian I

Rp 10.000.000,00

Bagian II

Rp 15.000.000,00

Bagian Jasa/Pembantu:
Bagian I (x)

5.000.000,00

Bagian II (y)

4.000.000,00

Jasa bagian Jasa/pembantu selain dipakai oleh bagian produksi juga dipakai
oleh bagian itu sendiri, di mana terjadi tukar menukar jasa antara bagian Jasa
I dan bagian Jasa II. Proporsi pemakaiannya adalah sebagai berikut :

Pemakai Jasa

Pemberian Jasa
Bagian Produksi

Bagian Jasa / Pembantu

II

I(x)

II(Y)

Bagian Jasa I(x)

50%

40%

10%

Bagian Jasa II
(y)

55%

30%

15%

Dengan menggunakan metode aljabar, maka biaya tiap bagian jasa/pembantu


dinyatakan dengan persamaan-persamaan:
1. X = 5.000.000 + 0,15 Y
2. Y = 4.000.000 + 0,10 X

Kedua persamaan di atas dikombinasikan menjadi :

X= 5.000.000 + 0,15 (4.000.000 + 0,10X)


X = 5.000.000 + 600.000 + 0.015X)

X-0,015 X = 5.600.000
0,985 X = 5.600.000
X = 5.685.279 (dibulatkan)
Y = 4.000 + 0,10 X
Y = 4.000.000 + 0,10 (5.685.279)
Y = 4.000.000 + 568.527
Y = 4.568.528 (Dibulatkan).

Artinya :
1. Biaya Overhead Bagian Jasa I setelah mendapat alokasi biaya overhead
dari bagian Jasa II. Adalah sebesar Rp 5.685.279,00.
2. Biaya overhead Bagian Jasa II setelah mendapat alokasi biaya
overhead dari bagian Jasa I, adalah sebesar Rp 4.568.528,00.

Dengan demikian maka jumlah biaya overhead pabrik neto masing-masing


bagian ditentukan sebagai berikut :

Bagian Jasa:

Bagian I(X)
Bagian II (Y)

BOP Asli

Menerima

Memberi

BOP Neto

5.000.000

685.279

568.528

5.116.751,00

4.000.000

568.528

685.279

3.883.249,00

Kedua niaya BOP neto dari Departemen Jasa I dan II ini kemudian
dibebankan kepada Departemen Produksi I dan II dengan proporsi sebagai
berikut:

Bagian Produksi I
(1) BOP Langsung
15.000.000,00

Bagian Produksi II
Rp 10.000.000,00

Rp

(2) BOP tidak langsung

1. Dep. Jasa I (X) : 50/90 x BOP neto = 2.842.639,00 40/90 x BOP neto
= 2.274.112,00
2. Dep. Jasa II (Y) :55/85 x BOP neto = 2.512.691,00 30/85 x BOP
neto = 1.370.558,00

Jumlah biaya
18.644.670,00

=Rp 15.355.330,00

=Rp

Atas dasar penentuan biaya BOP untuk masing-masing bagian/departemen


produksi inilah kemudian ditentukan tarif BOP untuk masing-masing bagian.
Tarif ini diperlukan dalam rangka penentuan harga pokok produksi.
Dari kedua contoh diatas berdasarkan persentase-persentase tertentu. Tetapi,
apa dasar pembagian jasa tersebut?ada bermacam-macam alat penghitung
yang dapat dipakai, agar pembebanan biaya betul-betul adil, artinya makin
besar jasa yang dipakai makin besar pula rupiah yang harus ditanggung.
Contoh :

Biaya bagian Jasa

Dasar Pembagian

Biaya Listrik

Kilowatt hour yang dipakkai

Biaya pemakaian gedung

Meter persegi luas lantai

Biaya perbaikan mesin

Jam kerja perbaikan yang dipakai

Biaya pembelian

Perbandingan nilai pembelian

Masalah Satuan Kegiatan (Activity Base)


Satuan kegiatan atau satuan penghitung adalah satuan yang dipakai untuk
mengetahui jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh bagian Produksi dan
bagian Jasa, dalam rangka proses produksi. Satuan kegiatan ini sangat
diperlukan dalam penyusunan anggaran biaya overhead pabrik, karena pada
garis besarnya biaya overhead pabrik merupakan hasil kali antara satuan
kegiatan dengan rupiah tertentu sebagai tarif biaya overhead (overhead rate).
Satuan-satuan kegiatan umum dipakai pada bagian produksi dan bagian
jasa/pembantu adalah:

1. Bagian Produksi:
1. Unit barang yang dihasilkan.
2. Jam buruh langsung (direct labor hours).
3. Jam mesin langsung (direct machine hours).
4. Biaya bahan mentah.
5. Biaya tenaga kerja langsung.

2. Bagian Jasa/pembantu:
1. Jam reparasi alngsung (direct repair hours).
2. Kilowatt hours, untuk bagian pembangkit tenaga listrik.
3. Nilai penjualan bahan mentah, untuk bagian pembelian.
4. Jam buruh langsung dan jam tenaga kerja, untuk bagian umum dan
administrasi Pabrik.

Penentuan atau pemilihan satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab


manajer produksi. Ia harus berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan dalam
memilih satuan kegiatan mengakibatkan kesalahan pmbebanan biaya
overhead ke setiap bagian, atau kesalahan pembebanan biaya overhead
kepada barang-barang yang dihasilkan. Ini akan mengakibatkan kesalahan
penentuan harga pokok produksi.

Perhitungan Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi barang-barang yang dihasilkan dapat dihitung apabila


telah diketahui hal-hal sebagai berikut:

1. Volume produksi masing-masing barang (dilihat dari anggaran


produksi).
2. Baiaya bahan mentah untuk masing-masing barang (dilihat dari
Anggaran Bahan Mentah).
3. Biatya Tenaga Kerja langsung untuk masing-masing barang (dilihat
dari Anggaran Tenaga Kerja).
4. Biaya Overhead masing-masing bagian produksi dan bagian
jasa/pembantu.

5. Satuan kegiatan masing-masing bagian produksi dan bagian jasa/


pembantu.
6. Angaka-angka standar pada masing-masing bagian produksi dan
bagian jasa/pembantu.

Contoh:
PT KOTA BARU memprodusir 2 (dua) macam barang yakni barang A dan B
Dari Budget Produksi, diperoleh data tentang rencana produksi sebagai
berikut:

Barang

Unit Produksi

7.000

4.000

Terdapat 2(dua) bagian produksi, yakni bagian Produksi I, dan II, serta
I(satu) bagian Jasa /Pembantu, yakki bagian Reparasi. Bagian Produksi I
hanya dilalui oleh barang A, sedangkan bagian produksi II dilalui oleh kedua
macam barang (A dan B). Satuan kegiatan masing-masing bagian adalah
sebagai berikut:

Bagian

Satuan Kegiatan

Produksi I

Unit barang A

Produksi II

Jam mesin langsung (DMH)

Reparasi

Jam reaparasi langsung (DRH)

Angka standar pada bagian produksi II adalah sebagai berikut :

Barang

DMH

Angka standar pada bagian Reparasi:

Bagian yang menggunakan jasa

DRH

Produksi I

0,20 DRH per unit A

Produksi II

0,70 DRH per DMH

Biaya overhead yang akan timbul pada masing-masing bagian diperkirakan


sebagai berikut :

Bagian

Biaya Overhead

Produksi I

Rp 26.000,00

Produksi II

16.000,00

Reparasi

6.000,00

Dari anggaran bahan mentah diperoleh data tentang rencana biaya bahan
mentah untuk masing-masing jenis barang sebgai berikut:

Barang

Biaya Bahan Mentah

Rp 70.000,00

60.000,00

Sedangkan dari Anggaran biaya tenaga kerja diperoleh data tentang rencana
biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing jenis barang sebagai
berikut:

Barang

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Rp 35.000,00

14.000,00

Dengan data-data yang tersedia di atas hitunglah harga pokok produksi (cost
of goods manufactured) masing-masing barang !

Jawab: Terlebih dahulu dihitung tingkat kegiatan masing-masing bagian (baik


bagian produksi maupun bagian jasa/pembantu)sebagai berikut:

Bagian

Perhitungan

Produksi I

(dari anggaran produksi)

Produksi II

Barang A = 7.000 x 4 DMH

Satuan
Kegiatan

Tingkat
kegiatan

Unit A

7.000

DMH

40.000

= 28.000
Barang B = 4.000 X 3 DMH
= 12.000
Reparasi

Bagian I = 7.000 x 0,20

= 1.400
Bagian II = 40.000 x 0,07
= 2.800

DRH

4.200

Jadi tingkat kegiatan masing-masing bagain adalah :


Bagian produksi I = 7.000 unit barang A
Bagian Produksi II = 40.000 DHM
Bagian Reparasi = 4.200 DRH.

Setelah itu kemudian diadakan perhitungan tarif biaya overhead (overhead


rate) bagian masing-masing bagian produksi sebagai berikut:

Bagian Produksi

Keterangan

II

Biaya overhead bagian produksi


50%

45%

Pengalokasian biaya overhead bagian reparasi


(dengan dasar DRH):

30%

30%

Bagian Produksi I

20%

25%

2.000,00

4.000,00

= 1.400 x Rp 6.000,00

28.000,00

20.000,00

4.200

7.000 unit

40.000 DMH

Rp 4,00 1)

Rp 0,50 2)

Bagian Produksi II

= 2.800 x Rp 6.000,00
4.200

Jumlah biaya overhead yang akan dialokasikan


ke barang A dan B
Tingkat kegiatan :
Bagian Produksi I : (dalam unit A)
Bagian Produksi II: (dalam DMH)

Tarif biaya overhead (overhead rate)

Bagian Produksi (Per unit A)


Bagian Produksi II (Per DMH)

1)

Rp 28.000,00

= Rp 4,00 per unit

7.000 unit

2)

Rp 20.000,00

= Rp 0,50 per DMH

40,000 DMH

Setelah diketahui tarif biaya overhead bagi masing-masing bagia produksi,


maka dapat dihitung harga pokok produksi barang A dan B sebagai berikut :

Keterangan

Barang A (7.000 unit)

Total

Barang B (4.000 unit)

Per unit

Total

Per init

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)
Biaya bahan mentah langsung

70.000,00

10,00

60.000,00

15,00

Biaya tenaga kerja langsung

35.000,00

5,00

14.000,00

3,50

42.000,00

6,00

6.000,00

1,50

80.000,00

20,00

Biaya overhead barang A


Bagian I
= 7.000 x Rp 4,00
= Rp 28.000,00

Bagian II
= 7.00 x 4
DMH x Rp 0,50
= 14.000

Barang B
Bagian II
= 4.000 x 3 DMH x Rp 50,00
Jumlah

147.000,0
0

21,00

Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik secara terperinci dapat


dipelajari dari contoh berikut ini :

Contoh:
PT GITA BAHARI memprodusir dua macam barang yang diberi nama jenis
X dan Y. Pada pabrik terdapat tiga bagian produksi dan tiga bagian
jasa/pembantu, yakni:

Bagian Produksi:
Bagian Produksi I
Bagian Produksi II
Bagian Produksi III

Bagian Jasa/Pembantu:
Bagian Umum dan Administrasi Pabrik
Bagian Pembangkit Tenaga Listrik
Bagian Reparasi.

Pabrik menempati sebuah bangunan besar bersama-sama dengan 2 bagian


lain, yakini bagian penjualan dan bagian umum, dengan perbandingan luas
lantai sebagai berikut:
60% dipakai Pabrik
20% dipakai bagian Penjualan
20% dipakai bagian umum.

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk bangunan ini dibebankan kepada ketiga


bagian tersebut dengan dasar perbandingan luas lantai. Satuan kegiatan pada
bagian Pabrik adalah sebagai berikut:

Bagian

Satuan kegiatan

Produksi (I,II,III)

Jam buruh langsung (DLH)

Umum dan Administrasi Pabrik

Jam Buruh langsung (DLH)

Pembangkit Tenaga Listrik

Kilowat hours (KWH)

Reparasi

Jam reparasi langsung (DRH)

Dari anggaran Produksi, didapat data tentang rencana produksi tahun 1984
sebagai berikut :

Barang

Bulan dan kuartal

II

Januari

70.000

34.000

Februari

80.000

36.000

Maret

80.000

38.000

Kuartal II

240.000

140.000

Kuartal III

230.000

127.000

Kuartal IV

260.000

145.000

Jumlah

960.000

520.000

Dari Anggaran Tenaga Kerja, diperoleh data tentang rencana jam buruh
langsung (DLH) untuk bagian Produksi sebagai berikut:
Bagian
Bulan
dan
kuartal

Produksi I
X

Bagian

Bagian

Produksi II

Produksi III

Jumlah

DLH

Jumlah

DLH

Jumlah
DLH

Januari

28.000

6.800

34.800

14.000

14.000

28.000

6.800

34.800

Pebruari

32.000

7.200

39.200

16.000

16.000

32.000

7.200

39.200

Maret

32.000

7.600

39.600

16.000

16.000

32.000

7.600

39.600

Kuartal
II

96.000

28.000

124.000

48.000

48.000

96.000

28.000

124.000

92.000

25.400

117.400

46.000

46.000

92.000

25.400

117.400

104.00

29.000

133.000

52.000

52.000

104.00

29.000

133.000

384.00
0

104.000

488.000

192.00
0

192.00
0

384.000

104.00
0

488.000

Kuartal
III
Kuartal
IV

Jumlah

Catatan :

Barang X diproses melalui bagian Produksi I,II, dan III. Sedangkann barang
Y hanya melalaui bagian produksi I dan III.

Dengan berdasarkan pengalaman pada waktu-waktu lampau dan


memperhatikan rencana produksi, maka kepala bagian jasa/pembantu
membuat rencana tingkat kegiatan bagian pembangkit tenaga listrik dan
bagian reparasi sebagai berikut:

Dalam mengalokasikan biaya gedung dan biaya overhead bagain


jasa/pembantu digunakan pendekatan direct departmental cost, dengan
berdasarkan proporsi sebagai berikut:

1. Biaya gedung:60% dari biaya gedung dibebankan kepada bagianbagian dalam Pabrik, dengan proporsi sebagai berikut:

Bagian

Persentase

Bagian Jasa/pembantu

Bagian Pembangkit Tenaga Listrik


Bagian Reparasi

10%
5%

Bagian Produksi

Bagian Produksi I

36,89%

Bagian Produsi II

18,312%

Bagian Produksi III

29,798%

Jumlah

100%

1. Jasa bagian umum dan administrasi pabrik, digunakan bagian-bagian


lain dengan proporsi sebagai berikut :

Bagian

Persentase

Bagian Jasa/pembantu
Bagian Pembangkit Tenaga Listrik

10%

Bagian Reparasi

10%

Bagian Produksi

Bagian Produksi I

50%

Bagian Produsi II

10%

Bagian Produksi III

20%

Jumlah

100%

1. Jasa bagian Pembangkit Tenaga Listrik digunakan oleh bagian-bagian


lain dengan proporsi sebagai berikut:

Bagian

Persentase

Bagian Jasa/pembantu
Bagian Reparasi

500.000

Bagian Produksi:
Bagian Produksi I

10.000.000

Bagian Produsi II

5.000.000

Bagian Produksi III

4.500.000

Jumlah

20.000.000

1. Jasa bagian Reparasi digunakan oleh bagian-bagian lain dengan


proporsi sebagai berikut :

Bagian

Persentase

Bagian Produksi I

1.600

Bagian Produsi II

800

Bagian Produksi III

1.600

4.000
Jumlah

Biaya Gedung yang akan terjadi selama tahun 1984 diperkirakan sebagai
berikut:

Bulan dan kuartal

Biaya Gedung
Rp 13.200,00

Januari
12.300,00
Februari
12.220,00
Maret
36.380,00
Kuartal II
37.000,00
Kuartal III
38.000,00
Kuartal IV

Rp 150.000,00
Jumlah

Kepala bagian pabrik, dengan berdasarkan penglaman dan pertimbangannya


membuat rencana biaya-biaya overhead pada bagian jasa/pembantu selama
tahun 1984 adalah sebgai berikut:

PT GITA BAHARI
Anggaran Biaya Pabrik Bagian Jasa/Pembantu
1984
Keterangan

Januari

Februari

Maret

Kuartal II

Kuartal
III

Kuartal
IV

Jmh
(1 tahun)

Bagian
umum dan
Administras
i Pabrik:

Tingkat
kegiatan
83.600
DLH

94.000
DLH

95.200
DLH

296.000
DLH

280.000
DLH

318.000
DLH

1.168.000DLH

Gaji

Biaya
Perjalanan

Rp
8.000,00

Rp
8.000,00

Rp
8.000,00

Rp
24.000,00

Rp
24.000,00

Rp
24.000,00

518,00

572,00

576,00

1.780,00

1.704,00

1.890,00

Biaya
Telepon

Rp 96.000,00

7.040,00

Penyusutan
7.586,00
627,00

649,00

650,00

1.972,00

1.942,00

2.016,00

Asuransi
1.560,00
130,00

130,00

130,00

390,00

390,00

390,00

Pajak
240,00
20,00

20,00

20,00

60,00

60,00

60,00

Alat
tulis kantor

360,00
30,00

30,00

30,00

90,00

90,00

90,00

306,00

948,00

902,00

1.014,00

Rp
9.712,00

Rp29.240,00

Rp
29.088,00

Rp
29.460,00

3.744,00
271,00

Jumlah

Rp
9.596,00

303,00

Rp
9.704,00

Rp 116.800,00

Keterangan

Januari

Februari

Maret

Kuartal II

Kuartal
III

Kuartal IV

Jml.
( 1 tahun)

Bagian
Pembangkit
tenaga
listrik:

Tingkat
kegiatan
(ribuan)
1.450
KWH

1.600
KWH

1.450
KWH

5.100 KWH

4.800
KWH

5.450KWH

2.000
KWH

Gaji
Rp 9.000,00
Rp
3.000,00

Rp
3.000,00

Rp
3.000,00

Rp
9.000,00

Rp
9.000,00

Rp
36.000,00

Perawatan
1.728,00
Bahan
bakar

1.826,00
506,00

548,00

506,00

Penyusutan

1.644,00

6.800,00

6.120,00
6.540,00
1.740,00

1.920,00

1.740,00

Asuransi

5.760,00

24.000,00

1.350,00
1.350,00
450,00

450,00

450,00

Pajak

1.350,00

5.400,00

210,00
210,00
70,00

Alat tak

70,00

70,00

210,00
240,00

840,00

Langsung

80,00

80,00

80,00

240,00

240,00

960,00

9.000,00

9.000,00

36.000,00

Rp
27.204,00

Rp
28.166,00

Rp
110.000,00

9.000,00
3.000,00

3.000,00

3.000,00

Jumlah

Rp
8.846,00

Rp
9.068,00

Rp
9.068,00

Rp29.648,00

Keterangan

Januari

Februari

Maret

Kuartal II

Kuartal
III

Kuartal IV

Jml.
(1 tahun)

Bagian
Reparasi:

Tingkat
kegiatan
290 DRH

330 DRH

Rp
300,00

Rp
300,00

320
DRH

1.000 DRH

970 DRH

1.090 DRH

290 DRH

Rp 900,00

Rp 900,00

Rp 900,00

Rp 300,00

340,00

330,00

370,00

99,00

Gaji

Bahan
Pembantu

Rp
300,00

Penyusutan
99,00

112,00
109,00

Asuransi

Pajak

10,00

10,00

7,00

Jumlah

3,00

7,00

30,00

30,00

10,00

9,00

9,00

9,00

3,00

21,00

21,00

21,00

7,00

1.200,00

1.200,00

1.200,00

400,00

Rp
2.500,00

Rp
2.490,00

Rp
2.530,00

Rp
10.000,00

10,00

Upah tak
langsung
3,00

30,00

3,00

7,00

400,00

400,00

400,00

Rp
819,00

Rp
832,00

Rp
829,00

Sedangkan kepala bagian produksi juga membuat rencana tentang biayabiaya overhead pada bagian produksi selama tahun 1984 adalah berikut :

PT GITA BAHARI
Anggaran Biaya Pabrik Bagian Produksi 1984

Keterangan

Januari

Februari

Maret

Kuartal II

Kuartal III

Kuartal IV

Jml

(1 tahun)
Bagian
Produksi I:

Tingkat
kegiatan
(DLH)
34.800

39.200

39.600

124.000

117.000

124.000

488.000

Rp
10.000,00

Rp
10.000,00

Rp
10.000,00

Rp
30.000,00

Rp
30.000,00

Rp
30.000,00

Rp
120.000,00

10.830,00

11.820,00

11.910,00

36.900,00

35.415,00

38.925,00

145.800,00

822,00

888,00

894,00

2.760,00

2.661,00

2.895,00

10.920,00

2.304,00

2.606,00

2.628,00

8.170,00

7.807,00

8.665,00

32.240,00

Gaji
Pengawas

Buruh tak
Langsung

Suku
cadang

Bahan
pembantu

Penyusutan

Asuransi

Pajak

522,00

100,00

150,00
Jumlah

Rp
24.788,00

588,00

100,00

150,00
Rp
26.152,00

594,00

100,00

1.860,00

300,00

1.995,00

7.320,00

300,00

1200,00

450,00

1.800,00

Rp
83.230,00

Rp
319.280,00

1.761,00

300,00

150,00

450,00

450,00

Rp
26.296,00

Rp
80.440,00

Rp
78.394,00

Keterangan

Januari

Februari

Maret

Kuartal II

Kuartal
III

Kuartal IV

Jml
(1 tahun)

Bagian
Produksi II:

Tingkat
kegiatan
(DLH)
14.000

16.000

16.000

48.000

46.000

48.000

192.000

Rp
1.870,00

Rp
1.870,00

Rp
1.870,00

Rp
5.610,00

Rp
5.610,00

Rp
5.610,00

Rp
22.440,00

Gaji
Pengawas

Buruh tak
Langsung

Suku
cadang
266,00

304,00

304,00

912,00

874,00

988,00

3.648,00

Penyusutan

48,00

52,00

52,00

156,00

152,00

164,00

624,00

Asuransi

110,00

120,00

120,00

360,00

350,00

380,00

1.440,00

Pajak

56,00

64,00

64,00

192,00

184,00

208,00

768,00

10,00

10,00

10,00

30,00

30,00

30,00

120,00

20,00

60,00

60,00

60,00

240,00

Rp
2.440,00

Rp
7.320,00

Rp
7.260,00

Rp
7.440,00

Rp
29.280,00

Bahan
pembantu

20,00
20,00
Jumlah

Rp
2.300,00

Rp
2.440,00

Keterangan

Januari

Februari

Maret

Kuartal II

Kuartal III

Kuartal IV

Jml
( 1 tahun)

Bagian
Produksi
III:

Tingkat
kegiatan
(DLH)

34.800

39.200

39.600

124.000

117.000

133.000

488.000

Rp
2.920,00

Rp
2.920,00

Rp
2.920,00

Rp
8.760,00

Rp
8.760,00

Rp
8.760,00

Rp
35.040,00

3.271,00

3.583,00

3.612,00

11.204,00

10.735,00

11.204,00

44.248,00

324,00

346,00

348,00

1.070,00

1.037,00

1.070,00

4.240,00

1.070,00

1.180,00

1.190,00

3.700,00

3.535,00

3.700,00

14.600,00

313,00

353,00

356,00

1.116,00

1.057,00

1.116,00

4.392,00

50,00

50,00

50,00

150,00

150,00

150,00

600,00

Gaji
Pengawas

Buruh tak
Langsung

Suku
cadang

Bahan
pembantu

Penyusutan

Asuransi

Pajak

720,00
60,00
Jumlah

60,00

Rp
8.008,00

Rp
8.492,00

60,00

180,00

180,00

180,00

Rp
8.536,00

Rp
26.180,00

Rp
25.454,00

Rp
27.170,00

Biaya gedung yang menjadi tanggungan pabrik adalah : 60 % x Rp 150,00,00


= Rp 90.00,00 per tahun, dengan perincian per bulannya direncanakan
sebagai berikut:

PT GITA BAHARI
Anggaran Biaya Gedung
Bagian Pabrik
1984

Bulan dan kuartal

Biaya Gedung
Rp 7.920,00

Januari
7.380,00
Februari
7.332,00
Maret
21.828,00
Kuartal II
22.200,00

Rp
103.840,00

Kuartal III

23.340,00

Kuartal IV
Rp 90.000,00
Jumlah

Dengan melihat ketiga budget di atas maka dapat digambarkan biaya-biaya


pabrik yang akan terjadi pada tahun 1984 sebagai berikut:

Keterangan

Januari

Februari

Maret

(Rp)

(Rp)

(Rp)
Biaya Gedung

7.920

BiayaProduks
i

x)
35.176

Bagian
jasa/pembantu

19.261

Jumlah

62.357

Kuartil
II

Kuartil
III

Kuartil
IV

Jumlah
(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

7.380

7.332

21.828

22.200

23.340

90.000

37.084

37.252

113.940

111.108

117.840

452.400

19.604

19.609

59.388

58.782

60.156

236.800

64.068

64.193

195.156

192.090

201.336

779.200

x) 35.176 = Biaya overhead bagian Produksi I + bagian Produksi II + bagian


Produksi III.
= Rp 24.788,00 + Rp 2.380,00 + Rp 8.008,00.

Selanjutnya PT GITA BAHARI menghitung tarif biaya overhead bagi setiap


bagian Produksi sebagai berikut:

Jumlah
(Rp)

Bagian Jasa/pembantu
Umum

Tenaga
Listrik

Bagian Produksi
Reparasi

dan
Administasi

Keterangan

(Rp)

II

II

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(R

(Rp)

Biaya Overhead
masing-masing bagian

689.200

116.800

110.000

10.000

319.280

29.280

10

90.000

1)
9.000

4.500

33.201

16.481

26

(116.800)

11.680

58.400

11.680

23

3.267

65.340

32.670

29

Alokasi biaya bagian


jasa/ pembantu:
1. Biaya Gedung
2. Umum dan
Administrasi
1. Pembangkit

2) 11.680

Tenaga Listrik

1. Reparasi

3) 130.680

11.779

5.889

11

488.000

96.000

19

488.000
DLH

192.000

48

DLH

0,50

0,

Jumlah DLH

779.000

(dari Tenaga Kerja)

Tarif biaya overhead

1
( per DLH)

Keterangan :
1)

9.000 = 10% x Rp 90.000 (proporsi pembebanan biaya gedung).

2)
11.680 = 10% x Rp 116.800 (proporsi pembebanan biaya overhead
bagian umum dan administrasi) dan seterusnya, sesuai dengan data tentang
pembebanan biaya overhead yang tersedia.
3)
130.680 = biaya overhead bagian pembangkit tenaga + alokasi dari
biaya gedung dan bagian umum/administrasi.

Tarif biaya overhead bagian jasa/pembantu, dapat dihitung sebagai berikut :

Rp 130.680,00 = Rp 6,35 per 1.000 KWH


20.000

Bagian Reparasi :

Rp 29.447,00

= Rp 7,36 per DRH.

4.000

Catatan:
1. Tingkat kegiatan bagian Pembangkit tenaga dalam tahun 1984 adalah
20.000.000 KWH dan bagian Reparasi adalah 4.000 DRH.
2. Angka-angka pembilang di atas adalah jumlah biaya overhead masingmasing bagian setelah mendapat alokasi biaya overhead bagian lain.

Akhirnya dapat dihitung biaya overhead bagi barang X dan Y yang


dihasilkan sebagai berikut:

PT GITA BAHARI
Biaya Overhead 1984
(Menurut Jenis Barang)

Februari
Keterangan

Barang X:

Januari

Maret

Kuartil II

Kuartil III

Kuartil IV

Jum

Bagian Produksi I
DLH

28.000

32.000

32.000

96.000

92.000

104.000

384

Tarif

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,0

Jumlah

28.000,00

32.000,00

32.000,00

96.000,00

92.000,00

104.000,00

384

DLH

14.000

16.000

16.000

48.000

46.000

52.000

192

Tarif

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

0,5

Jumlah

7.000,00

8.000,00

8.000,00

24.000,00

23.000,00

26.000,00

96.

DLH

28.000

32.000

32.000

96.000

92.000

104.000

384

Tarif

0,40

0,40

0,40

0,40

0,40

0,40

0,4

Jumlah

11.200,00

12.800,00

12.800,00

38.400,00

36.800,00

41.600,00

153

633.600,0
0

46.200,00

52.800,00

151.800,0
0

158.800,00

151.800,00

171

7.200

7.600

25.400

29.000

104

1,00

1,00

1,0

25.400,00

29.000,00

104

Bagian Produksi II

Bagian Produksi III

Jumlah Biaya
Overhead
Unt. Barang X

Barang Y:
Bagian Produksi I
DLH

6.800,00

Tarif

1,00

28.000
1,00

1,00
1,00

7.200,00

7.600,00

Jumlah

6.800,00

Bagian produksi III


DLH

6.800

Tarif

0,40

28.000,00
7.200

7.600

0,40

0,40

29.000

104

0,40

0,40

0,4

10.160,00

11.600,00

41.

187.360,00

212.200,00

145

0,40
2.880,00

Jumlah

28.000

25.400

3.040,00

2.720,00

11.200,00

Jumlah Biaya
Overhead unt.
Barang Y

62.880,00

63.440,00

55.720,00

197.600,0
0

ANGGARAN BIAYA DISTRIBUSI


Biaya Distribusi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memasarkan barang atau menyampaikan barang ke pasar. Termasuk ke
dalamnya adalah:
1. Biaya tenaga kerja bagian Penjualan, yang terdiri dari :
1.

Pengawas penjualan (supervisor).

2.

Tenaga penjual (salesman).

3.

Pegawai kantor penjualan.

4.
5.

Biaya angkut (freigh); dalam hal ini biaya pengangkutan barang


jadi dari pabrik ke pasar.
Biayaperjalanan yang terdiri dari:

1.

Biaya transpor petugas penjualan.

2.

Biaya penginapan petugas penjualan.

3.

Biaya konsumsi petugas penjualan.

4.

Biaya telepon; dalam hal ini biaya telepon yang


dikeluarkan untuk kepentingan penjualan baran.

5.

Komisi yaitu uang yang diberikan kepada orang-orang


tertentu yang telah ikut berjasa dalam transaksi jual beli barang,
mungkin juga para salesman sendiri dan pihak-pihak lain.

6.

Penyusutan alat-alat kantor bagian pejualan.

7.

Biaya administrasi penjualan.

8.

Biaya asuransi.

9.

Pajak.

10.

Biaya Advertensi dan Promosi.

Dalam bagian yang membicarakan Anggaran Komperhensif telah dikatakan


bahwa biaya advertensi dan promosi harus disusun tersendiri lebih dahulu,
sebagai anggaran niaya advertensi (termasuk anggaran type Appropriasi).
Dalam buku ini biaya advertensi yang telah direncanakan, kemudian di
masukkan sebagai salah satu elemen biaya Distribusi.

PT MERCUSUAR
Anggaran Biaya Advertensi dan Promosi
1984
(dalam ratusan rupiah)

Daerah Penjualan

Biaya Advertensi dan Promosi

Kantor Pusat

Rp 60.000,00

Jawa Barat + DKI

24.000,00

Jawa Tengah

36.000,00

Jawa Timur

12.000,00

Rp 132.000,00
Jumlah

Angka-angka dalam anggaran biaya advertensi di atas kemudian dimasukkan


pada budget biaya distribusi untuk masing-masing penjualan. Pendekatan
dalam merencanakan besarnya biaya distribusi:

Untuk merencanakan besarnya biaya distribusi digunakan berbagai cara


pendekatan yaitu:

1. Diperkirakan secara langsung. Cara ini sangat subyektif sifatnya


sehingga banyak sekali kelemahan-kelemahan.
2. Dengan mempertimbangkan keadaan persaingan. Pada dasarnya
apabila tingkay persaingan dirasakan makin ketat, maka biaya
distribusi terpaksa diperbesar, terutama untuk biaya advertensi dan
promosi.

3. Dengan menentukan persentase tertentu dari penjualan. Umpamanya


ditetapkan biaya distribusi per bulan selama tahun 1984 adalah 10%
dari penerimaan penjualan bulan-bulan yang bersangkutan.
4. Dengan menentukan jumlah biaya tetentu untk setiap unit barang yang
terjual. Umpamanya ditetapkan bahwa setiap unit barang disediakan
anggaran biaya distribusi sebesar Rp 10,00.
5. Dengan memperhatikan tingkat keuntungan tahun yang lalu. Apabila
keuntungan tahun yang lalu besar, maka biaya distribusi untuk tahun
berikutnya juga besar, karena peaing-pesaing yang dihadapi akan lebih
bnayak.
6. Berdasarkan Return on Investment; yaitu imbangan antara tingkat
keuntungan dengan investasi. Umpamanya biaya distribusi untuk tahun
1984 ditetapkan 10% dari keuntungan yang diharapkan.
7. Task Method dalam metode ini kegiatan promosi yang akan dijalankan
diperici. Tujuan yang ingin dicapai dengan kegiatan ini ditentukan.
Sehingga apabila digunakan pendekatan ini budget biaya advertensi
harus dususun secara sempurna terlebih dahulu. Perlu diperhatikan
bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya kegiatan dan
promosi adalah tingkat keuntungan yang maskimal, bukan tingkat
penjualan yang maksimal.

Manfaat Penyusunan Anggaran Biaya Distribusi

Penyusunan anggaran biaya distribusi mendatangkan manfaat yang besar


bagi perusahaan, terutama dalam hal:

1. Perencanaan
2. Koordinasi
3. Pengawasan.

Dalam bidang perencanaan, dengan disusunnya anggaran biaya distribusi


maka perusahaan dihadapkan pada keharusan untuk merencanakan secara
terperinci biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Di lain pihak, anggaran biaya
distribusi dapat dipakai sebagai alat koordinasi bagian penjualan. Semua
petugas penjualan, baik pengawas penjualan maupun tenaga salesman dapat
bekerja sama untuk merencanakan kegiatan promosi. Anggaran biaya
distribusi juga bermanfaat sebagai alat pengawasan. Penyimpangan biaya
distribusi dari rencana (misalnya menjadi terlalu besar ) kadang-kadang
mengakibatkan harga jual barang.

Umpamanya:
Harga barang X di kota A sangat tinggi karena biaya pengangkutan dari
pabrik ke kota a yang tinggi.

Contoh Anggaran Biaya Distribusi


Dengan asumsi bahwa anggaran penjualan telah disusun sebelumnya dan
biaya distribusi disusun berdasarkan rupiah penerimaan penjualan, maka
anggaran biaya distribusi dapat disusun sebagai berikut:
Keterangan

Kantor Penjualan:
Gaji Pengawas
Telepon
Penyusutan alat kantor

Januari

Februari

Maret

Kuartal
II

Kuartal
III

12.000

12.000

12.000

36.000

36.000

1.314

1.353

1.387

4.035

4.165

50

50

50

150

150

Kuartal
IV

Jum

Biaya alat-alat kantor

909

968

1.019

2.868

3.064

Biaya kendaraan

2.132

2.275

2.397

6.734

5.165

Advertensi

5.000

5.000

5.000

15.000

15.000

Jumlah

21.405

21.646

21.853

64.787

62.143

65.589

257

Gaji Pengawas

6.000

6.000

6.000

18.000

18.000

18.000

72.0

Biaya Perjalanan

2.129

2.314

2.184

6.525

5.466

6.661

25.2

Biaya Telepon

789

847

806

2.410

2.075

2.452

9.37

Komisi penjualan

7.200

8.280

7.520

22.400

16.200

23.200

84.8

Ongkos angkut

1.628

1.857

1.096

6.054

3.738

5.225

19.1

Advertensi

2.000

2.000

2.000

6.000

6.000

6.000

24.0

Jumlah

19.746

21.298

20.266

60.389

51.479

61.538

234

Gaji Pengawas

8.000

8.000

8.000

24.000

24.000

24.000

96.0

Biaya Perjalanan

2.470

2.675

2.852

8.065

6.454

8.296

30.8

Biaya Telepon

1.198

1.277

1.346

3.848

3.221

3.938

14.8

Komisi penjualan

9.084

10.356

11.460

31.320

21.300

32.760

116

Ongkos angkut

1.530

1.724

1.893

5.213

3.679

5.432

19.4

Advertensi

3.000

3.000

3000

9.000

9.000

9.000

36.0

Jumlah

25.282

27.032

28.551

81.446

67.654

83.426

313

Gaji Pengawas

3.000

3.000

3.000

9.000

9.000

9.000

36.0

Biaya Perjalanan

1.001

865

1.045

2.804

2.580

3.346

11.6

Jawa Barat & DKI:

Jawa Tengah:

Jawa Timur:

Biaya Telepon

421

371

437

1.190

1.109

1.387

4.91

Komisi penjualan

3.732

2.964

3.984

10.080

8.820

13.140

42.7

Ongkos angkut

674

583

704

1.890

1.740

2.253

7.84

Advertensi

1.000

1.000

1.000

3.000

3.000

3.000

12.0

Jumlah

9.828

8.783

10.170

27..969

26.249

32.126

115

Jumlah Keseluruhan

79.469

82.148

84.325

244.639

215.577

253.339

959

ANGGARAN BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI

Biaya-biaya yang dikategorikan sebagai biaya administrasi adalah semua


biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatannya, selian biayabiaya pabrik dan biaya distribusi. Pada perusahaan-perusahaan yang relatif
besar, biaya administrasi timbul pada bagian-bagian: administrasi,
pembukuan, pembekalan, dan bagian staf. Sehingga Anggaran Administrasi
secara keseluruhan, mencakup:

1) Biaya untuk Direksi dan stafnya, termasuk gaji, bonus tahunan, biaya
perjalanan, biaya representasi, dan administrasi kantor direksi.
2) Biaya Departemen Keuangan yang meliputi Keuangan yang meliputi
gaji dan dana kesejahteraan, biaya perjalanan dan biaya administrasi
departemen, biaya penyusutan aktiva tetap.
3) Biaya Departemen Umum dan Administrasi yang meliputi gaji dan dana
kesejahteraan, biaya perjalanan, biaya komunikasi(telepon, telegram, telex),
asuransi pegawai, penyusutan macam-macam aktiva tetap, listrik dan air.

Contoh :
Pada PT KENCANA MURNI terdapat 2 bagian yang diperhitungkan dalam
penyusunan anggaran biaya administrasi, yakni bagian administrasi, dan
bagian pembukuan. Anggaran Biaya Administrasi secara total adalah sebagai
beriku:

PT KENCANA MURNI
Amggaran Biaya Umum dan Administrasi
Tahun 1984

Keterangan

Bagian Administarsi
Gaji
Biaya perjalanan
Telepon
Penyusutan
Asuransi
Pajak

Januari

Februari

Maret

Kuartal
II

Kuartal
III

Kuartal
IV

Jum

500.000

500.000

500.000

1.500.000

1.500.000

1.500.000

6.00

75.000

75.000

75.000

225.000

225.000

225.000

900

75.000

79.000

83.900

236.400

184.000

252.000

911

5.000

5.000

5.000

15.000

15.000

15.000

60.0

2.000

2.000

2.000

6.000

6.000

6.000

24.0

2.000

2.000

2.000

6.000

6.000

6.000

24.0

1.000

1.100

1.200

3.200

2.300

3.400

12.2

660.000

664.000

669.100

1.991.600

1.938.300

2.007.700

7.93

Peralatan Kantor
Jumlah
Bagian Administarsi

Gaji

400.000

400.000

400.000

1.200.000

1.200.000

1.200.000

4.80

Biaya perjalanan

10.000

10.000

10.000

30.000

30.000

30.000

120

Telepon

10.000

10.400

10.700

31.000

26.600

32.300

121

Penyusutan

20.000

20.000

20.000

66.000

60.000

60.000

240

Asuransi

2.000

2.000

2.000

6.000

6.000

6.000

24.0

Pajak

3.000

3.000

3.000

9.000

9.000

9.000

36.0

Peralatan Kantor

5.000

5.400

5.700

16.000

11.600

17.300

61.0

Jumlah

450.000

450.800

451.400

1.352.000

1.343.200

1.354.600

5.40

Jumlah (1 tahun)

1.110.000

1.115.700

1.120.500

3.343.600

3.281.500

3.362.300

13.3

Share this:

Twitter

Facebook

Terkait

MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTANdalam "KATA BIJAK"


MANAJEMEN SDM LANJUTANdalam "KATA BIJAK"
E-BUSSINESSdalam "KATA BIJAK"

MENINGGALKAN KOMENTAR
POSTED IN: KATA BIJAK

NAVIGASI POS
MANAJEMEN SDM LANJUTAN
FISIKA

BERIKAN BALASAN

Pos-pos Terakhir
NEW T-SHIRT BAND GYFTER
DESAIN BAND GYFTER
T-SHIRT BAND GYFTER
E-BUSSINESS
PENGANTAR AKUNTANSI
Arsip
Oktober 2012
September 2012
April 2012
Kategori
KATA BIJAK
Meta

Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Blog di WordPress.com. The Strange Little Town Theme.
Ikuti

Follow aisgyfterdotcom
Get every new post delivered to your Inbox.
Sign me up

Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai